PENDAHULUAN Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Harga Diri Pada Komunitas Gym Di Azkar Gym Masaran Sragen.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Belakangan keberadaan olah raga gym menjadi salah satu trend centerter sendiri di kalangan masyarakat. Keberadaan tempat gymyang sudah mulai menjamur di masyarakat kota membuat masyarakat antusias untuk melaksanakan olah raga tersebut. Tidak hanya sebagai sarana olah raga saja melainkan gym sudah menjadi salah satu gaya hidup pada sebagian masyarakat demi untuk pencapaian yang di inginkannya. Sesuai pendapat yang di kemukakan oleh Branden (2001) yaitu Bagaimana kita memandang diri sendiri sangat mempengaruhi setiap aspek pengalaman kita dalam menjalani kehidupan sehari- hari, mulai dari peran kita dalam dunia kerja, dalam hubungan asmara, cara bersikap sebagai orangtua, sampai seberapa tinggi derajat hidup yang ingin kita capai.

Tidak hanya di kalangan masyarakat kota, tempat gympada masa sekarang ini sudah mulai merambah ke desa – desa, seperti yang terdapat di salah satu desa yang terdapat di Desa Masaran Kabupaten Sragen. Berawal dari bertemunya di tempat gym dan saling bertukar informasi mengenai gym dan informasi yang lainnya,tidak jarang membuat individu satu dengan individu lainnya menjadi akrab. Atas kesamaan minat dan kegemaran tidak jarang pula mereka membentuk suatu wadah yang disebut komunitas, hal tersebut sesuai dengan pendapat Wenger (Septiana, 2007) yang menjelaskan bahwa komunitas mengacu pada sekumpulan individu yang saling berbagi perhatian, masalah, maupun kegemaran terhadap suatu topik dan memperdalam pengetahuan serta keahlianmereka dengan saling berinteraksi secara


(2)

terus menerus. komunitas terbentuk akibat dari persamaan minat antara individu satu dengan individu yang lain, yang kemudian membuat suatu wadah untuk mengaspirasikan minat mereka. Setiap komunitas memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan komunitas satu dengan komunitas yang lain. Ciri khas komunitas tersebut terletak pada ruang lingkup komunitas, minat, maupun tempat komunitas tersebut berada. Seperti halnya yang terdapat pada komunitas gym di AZKAR GYM yang terdapat di desa Masaran Kabupaten Sragen.

Menurut penuturan dari AHW (22/5/20014) , dirinya dan para member memilki acara khusus yang diselenggarakan untuk mempererat tali persaudaraan didalam komunitas, misalnya membuat acara seperti renang, lari – lari, dan berwisata bersama sesuai pendapat Wenger (Septiana, 2007) yang menjelaskan bahwa Keberadaan suatu komunitas sangat ditentukan oleh aktivitas anggota dari pada komunitas tersebut, karena sumber kekuatan utama dari suatu komunitas adalah sumber daya manusianya. Pada umumnya suatu komunitas memiliki visi dan misi yang akan dicapai, dan mereka membuat suatu program untuk menunjang visi dan misi yang sudah mereka program tersebut, dimana program tersebut dijadikan suatu alat untuk mengembangkan komunitas mereka atau hanya sekadar untuk mempertahankan eksistensi mereka.

Menurut penuturan AHW (22/5/20014), AHW dan membernya merasa sangat senang dan bangga ketika berada di keramaian karena dirinya dan member – membernya ketika renang, lari - lari, ataupun sedang berjalan – jalan seringkali menjadi pusat perhatian dan ada suatu kebanggaan tersendiri terkait penampilannya karma dirinya dan member – membernya terlihat memiliki badan yang berotot dan kekar. Agus menuturkan ada kepuasan tersendiri ketika orang memperhatikannya,


(3)

walaupun tidak jarang terkadang ada orang yang merasa jijik pula dengan bentuk badannya yang berotot. Tidak jarang adanya perasaan puas dan berharga yang terdapat pada dirinya dan member yang lain menjadikan mereka lebih percaya diri dalam berkarya, bekerja lebih baik lagi dan lebih bersemangat lagi dalam menjalani kehidupannya sehari - hari. Sesuai pendapat Coopersmith (Azmia dan Uyun, 2007) yang menjelaskan bahwa harga diri merupakan suatu penilaian secara global terhadap diri sendiri yang bersifat khas mengenai kemampuan, keberhasilan, serta penerimaan yang dipertahankan oleh seorang individu. Harga diri seorang individu berasal dari interaksi individu satu dengan individu yang lainnya, dan terjadinya proses interaksi tersebut merupakan suatu dasar pembentukkan konsep diri. Lebih lanjut Coopersmith (Azmia dan Uyun, 2007) menjelaskan harga diri merupakan suatu penilaian diri sendiri tentang penghargaan yang diekspresikan didalam sikap individu terhadap dirinya sendiri. Lebih jauh lagi Coopersmith (Azmia dan Uyun, 2007) menjelaskan bahwa harga diri didalam perkembangannya terbentuk melalui interaksi seorang individu dengan lingkungan sosialnya atas sejumlah penghargaan, penerimaandan perlakuan orang lain terhadap dirinya.

Wong (2004) mengemukakan harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar pada penerimaan tanpa syarat terhadap diri sendiri, walaupun dirinya tersebut melakukan suatu kesalahan, akan tetapi dirinya tetap merasa bahwa dirinya seseorang yang penting dan berharga. Seseorang dengan harga diri yang tinggi akan dapat menghargai dirinya sendiri, menyadari bahwa dirinya berharga, dan melihat dirinya serta orang lain yang berada disekitarnya berharga. Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi merasa bahwa dirinya bukanlah orang yang paling sempurna, melainkan dirinya juga menyadari akan keterbatasan yang dimilikinya, serta berharap untuk


(4)

dapat lebih meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya tersebut. Sedang, individu yang merasa bahwa harga dirinya rendah biasanya mengalami suatu penolakan, ketidakpuasan, dan peremehan akan dirinya sendiri.

Seperti pengakuan dari subyek yang berinisial RSB (24 tahun) Mahasiswa Keperawatan Patria Husada angkatan 2011, yang dari hasil wawancara subyek menjelaskan bahwa keluarga subyek terlalu mengharapkan subyek terlalu banyak terkait masa depan subyek. Keluarga subyek yang sebagian besar adalah keluarga POLRI membuat subyek mengalami banyaktuntutan sehingga tidak jarang membuat subyek merasa tertekan. Ayah subyek yang berprofesi sebagai PERWIRA mengharapkan subyek dapat mengikuti jejak ayahnya. Sehingga masa depan subyek terlalu di setir oleh ayahnya, dimana ayahnya pernah mendaftarkan subyek untuk menjadi polisi sampai 3 kali yaitu tahun 2007, 2008 dan terakhir 2009 yang selalu berujung pada kegagalan dan membuat subyek depresi, stress dan membuat subyek merasa tidak berguna. Sampai pada akhirnya ayah subyek menyerah dan mengarahkan subyek untuk melanjutkan kuliah jenjang S1 dengan mengambil Progdi Fakultas Psikologi di salah satu Universitas swasta di Surakarta agar nantinya dapat menjadi Psikolog Forensik yang dapat bekerja di POLRI, akan tetapi subyek hanya bertahan sampai pada semester 4 saja karena subyek merasa kurang dapat mengikuti mata kuliah yang terdapat pada progdi tersebut sehingga subyek setiap semesternya selalu mendapatkan IP yang rendah berkisar 1,67. Hal tersebut membuat subyek akhirnya keluar dari fakultas psikologi dan beralih melanjutkan kuliah di fakultas keperawatan di usia 22 tahun. Dan ketika subyek menjalani di fakultas keperawatan subyek mendapatkan IP yang memuaskan yaitu 3,36. Subyek merasa nyaman dalam menjalani kegiatan barunya sampai pada masa sekarang ini. Namun subyek


(5)

mengalami permasalahan yang lainnya lagi dimana subyek merasa ragu – ragu ketika ingin menyampaikan pendapatnya. Subyek menuturkan bahwa ketika subyek sudah memiliki pikiran atau gagasan mengenai sesuatu hal, subyek merasa ragu – ragu dan mengalami kesulitan dalam menyampaikannya. Subyek merasa kurang percaya diri dalam menyampaikan sesuatukarna subyek merasa tata bahasa subyek kurang baik.

Subyek WAB (24 tahun) Fakultas Teknik Komputer Universitas Adhi Unggul Birawa (AUB) 2010. Yang hasil dari wawancara bahwa subyek memiliki masa lalu yang kurang baik sehingga membuat subyek terkadang merasa tidak percaya diri ketika bersosialisasi dimasyarakat karena subyek sudah mendapat cap jelek di masyarakat. Tepatnya subyek mulai nakal ketika subyek masih duduk di kelas 2 SMA. Subyek yang lahir dari keluarga berada yaitu ibunya bekerja di PEMDA dan Ayahnya seorang pegawai PNS membuat dulu subyek seringkali bertindak sesuka hati tanpa memikirkan masa depannya. Subyek yang disekolahkan di salah satu SMA swasta terkemuka di Kota Surakarta membuat subyek terpengaruh oleh pergaulan kota. Subyek menuturkan pernah merasakan semua kenakalan seperti dekat dengan obat – obatan, miras, judi, dan balap liar. Akibat dari perilaku tersebut subyek pernah di skors selama 2 minggu karna kedapatan membawa alkohol yang di taruh di botol aqua dan diminum dengan teman – temannya di gudang sekolah. Setelah kejadian tersebut subyek terkadang merasa tidak percaya diri dan sulit untuk memulai mengembalikan nama baiknya sampai pada dewasa sekarang ini di masyarakat sekitarnya karena sudah dicap sebagai pemabuk. Perilaku subyek tersebut diketahui masyarakat didesanya karena ada dua orang tetangga subyek yang berjenis kelamin perempuan yang juga bersekolah di sekolah subyek.Dan setelah kejadian tersebut orangtua subyek lebih memberikan didikan yang disiplin dan selalu menasehati subyek untuk


(6)

menunjukkan kepada orang – orang disekitarnya bahwa subyek nantinya harus bisa sukses. Dan ketika lulus SMA subyek merasa benar – benar sudah tidak ingin melanjutkan ke jenjang kuliah kerena subyek merasa sudah capek untuk berpikir dan sudah merasa tidak mampu untuk belajar akan tetapi orangtua subyek selalu menuntut subyek untuk mel;anjutkan kuliah. 2 tahun subyek dirumah dengan kegiatan yang tidak jelas seperti taruhan mengadu ayam, taruhan bola dan nongkrong tidak jelas. Sampai pada akhirnya subyek memiliki hutang 5 juta dan subyek selalu ditagih tetapi subyek tidak memiliki uang, kemudian subyek pada akhirnya jujur kepada ibunya. Ibu subyek memberi syarat kepada subyek bahwa ibu subyek akan melunasi hutangnya asal subyek bersedia melanjutkan kuliah pada ajaran baru 2010, dan akhirnya subyek bersedia mengikuti syarat dari ibunya sampai sekarang sudah memasuki tahap skripsi dan bulan juli nanti akan melaksanakan sidang pendadaran.

Subyek WA (21 tahun) Mahasiswa Akper Patria Husada 2011. Yang hasil dari wawancara menjelaskan bahwa subyek merasa keluarganya mengharapkan terlalu banyak dari dirinya yang harus sukses dapat merenovasi rumah, dan membeli mobil. Subyek menuturkan pula bahwa orangtua subyek selalu membanding – bandingkan dirinya dengan anak tetangganya yang sudah bekerja dan sukses di tambang batubara, dimana anak tetangganya tersebut hanya lulusan dari STM. Subyek terkadang merasa tertekan ketika orangtuanya mulai membahas mengenai masa depan subyek, dimana orangtua subyek selalu menasehati subyek untuk nantinya dapat bekerja lebih baik dari anak tetangganya tersebut karena subyek mengenyam bangku kuliah. Subyek selalu dinasehati orang tua subyek untuk nantinya setelah lulus kuliah bekerja diluar jawa terlebih dahulu yang upahnya lebih mumpuni dari pada gaji di solo dan sekitarnya, disisi lain juga untuk mencari modal mumpung subyek masih muda dan


(7)

belum berkeluarga. Subyek merasa tidak suka dengan cara orangtuanya dalam memotivasi subyek dengan memberikan contoh orang lain sehingga terkesan lebih bangga terhadap orang lain dari pada anaknya sendiri.

Member komunitas GYM yang terdapat di AZKAR GYM Masaran Sragen ± berusia 18 – 40 tahun, sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock (Satwika dan Wiyono, 2007) yang menyatakan bahwa awal dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai 40 tahun, dimana pada masa awal dewasa dini merupakan masa yang menunjukkan pertumbuhan – pertumbuhan dalam penampilan fisik, minat, sikap dan perilaku yang terkadang dipengaruhi oleh tekanan – tekanan lingkungan tertentu yang akan menimbulkan munculnya suatu masalah – masalah yang akan dibawa sepanjang hidup.

Coopersmith (Umami, 2013) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi harga diri, diantaranya :lingkungan keluarga yang menjadi tempat pertama kali dimana seorang individu mulai bersosialisasi dengan orang lain, lingkungan sosial, faktor psikologis, jenis kelamin, intelegensi yang turut serta dalam meningkatkan harga diri seorang individu, serta kondisi fisik atau citra tubuh.

Seperti pengakuan dari subyek berinisial RNS (18 tahun) Pelajar SMA 2 Sragen.Yang hasil dari interview menjelaskan bahwa subyek mengalami banyak tekanan dari orang tuanya terutama ayahnya. Ayah subyek yang berprofesi sebagai wiraswasta mengharapkan subyek untuk mandaftar angkatan polisi atau tidak TNI angkatan darat, dikarenakan kakanya yang bekerja di jepang sudah menyiapkan dana untuk pembiayaan mendaftar dan sebagainya. Ayah subyek kurang begitu suka apabila subyek melanjutkan ke perguruan tinggi dikarenakan biayanya mahal dan belum tentu mendapatkan pekerjaan. Padahal subyek disisi lain lebih memiliki potensi


(8)

untuk melanjutkan ke bangku kuliah dari pada mendaftar angkatan dikarenakan tinggi badan subyek hanya 158 jauh dari rata – rata minimal yang ditentukan dari kepolisian. Dengan adanya tuntutan orangtua tersebut sehingga membuat subyek harus menjaga pola makan, renang, melakukan latihan fisik seperti fitness satu sampai tiga kali dalam seminggu, ketika sore subyek harus lari – lari memutari lapangan, dan setiap hari minggu subyek melakukan olah raga lari pada saat siang hari demi untuk mendapatkan fisik yang proporsional sesua kriteria angkatan.

Subyek FTJ (18 tahun) SMK SAKTI Gemolong.yang hasil dari interview menjelaskan bahwa subyek memiliki cita – cita menjadi Polisi, subyek menyadari bahwa untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah. Harus dibutuhkan latihan fisik yang teratur dan cerdas secara akademis. Subyek sempat berpikir dirinya dapat mencapai hal tersebut atau tidak, dikarenakan subyek merasa nilai akademisnya standart dibilang pintar tidak dan dibilang rendah juga tidak, selain itu tinggi badan subyek hanya 162cm sementara standart yang ditentukan yaitu minimal 165cm, belum lagi subyek pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tulang pada bagian bahu kanan patah. Maka dari itu subyek hanya bisa berusaha untuk melakukan latian fisik untuk menambah tinggi badan karna subyek masih dalam masa pertumbuhan dan berdoa semoga tulang yang retak tidak terlihat sehingga dapat lolos seleksi polisi.

Hasil wawancara yang dilakukan pada subyek tersebut dilaksanakan pada hari sabtu - minggu, 24 - 25 Mei 2013 pukul ± 15.30 – 17.00 WIB dan pukul 19.30 – 20.30 WIB. Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap lima orang subjek member tersebut maka dapat ditemukan fenomena bahwa terdapat beberapa subyek yang cenderung mengalami tuntutan – tuntutan dari orangtuanya yang tidak sesuai dengan keinginan subyek sehingga dalam pencapaiannya pun terdapat beberapa


(9)

subyek yang mengalami tekanan terkait citra tubuh atau kondisi fisiknya. Harapan – harapan orang tua subybek terkadang membuat subyek merasa terbebani, belum lagi ketika orangtua subyek selalu membanding – bandingkan subyek dengan orang lain terkadang membuat subyek merasa tidak berharga di hadapan orangtuanya, memandang dirinya lemah dan tidak lebih baik dari orang lain. sesuai dengan pendapat Coopersmith (Azmia dan Uyun, 2007) yang menjelaskan bahwa harga diri tinggi ditandai dengan adanya rasa puas atas karakter dan kemampuan yang ada pada dirinya sehingga menumbuhkan rasa aman, aktif, dan berhasil dalam menyesuaikan diri yang akan membawa pengaruh perilaku positif. Sedangkan individu dengan harga diri rendah cenderung tidak puas dengan krakteristik dan kemampuan yang terdapat pada dirinya sehingga individu cenderung fokus pada kelemahan yang ada pada dirinya dan hilang akan kepercayaan diri yang akan mengakibatkan indivdu tersebut tidak aman ketika berada di lingkungannya.

Berdasarkan penelusuran, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan harga diri.Penelitian dari Abdul Kholiq, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,yang berjudul ’’Hubungan Dukungan Sosial dengan Harga Diri Pembantu Rumah Tangga di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 RW 008’’ diketahui bahwa hasil uji korelasi dengan nilai korelasi (r) hitung sebesar 0.614. sementara nilai r table pada taraf signifikansi 5% dan 1% dengan nilai N 57 adalah sebesar 0.266 dan 0.345, maka hipotesa nihil yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri ditolak. Dengan demikian hipotesa alternative yang menyatakan bahwa terdapat huvungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri diterima.Arah hubungan yang dihasilkan


(10)

menunjukkan arah yang positif, semakin tinggi dukungan sosial maka semakin meningkat pula harga diri pembantu rumah tangga.

Penelitian dari Euis Sri Damayanti dan Alfi Purnamasari, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan yang berjudul ’’Berpikir Positif dan Harga Diri pada Wanita yang Mengalami Masa Premenopause’’ diketahui hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwaada hubungan positif yang sangat signifikan antara berpikir positif dengan hargadiri. Peningkatan berpikir positif diikuti dengan peningkatan harga diri, penurunanberpikir positif diikuti dengan penurunan harga diri. Sumbangan efektif atau besarnyapengaruh berpikir positif terhadap harga diri pada wanita penduduk DesaKondangjajar sebesar 21,6% selebihnya sebesar 78,4% lainnya merupakan sumbangan dari faktor lain di luar berpikir positif.

Penelitian dari Dahlia Nur Permatasari, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya,yang berjudul ’’Hubungan antara Citra Tubuh dan Harga Diri pada Dewasa Awal Tuna Daksa’’ diketahui bahwa terdapat korelasi antara citra tubuh dan harga diri dengan nilai r 0,014 (p < 0,05) , yang menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yang artinya terdapat hubungan yang positif antara citra tubuh dan harga diri pada dewasa awal tuna daksa. Semakin positif citra tubuh yang dimiliki dewasa awal tuna daksa maka akan semakin tinggi pula harga diri yang dimiliki, begitu pula sebaliknya, semakin negatif citra tubuh yang dimiliki dewasa awal tuna daksa maka semakin rendah pula harga diri yang dimiliki.

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan adanya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan, yaitu pria member komunitas GYM di AZKAR GYM yang idealnya mempunyai harga diri tinggi di dalam menunjukkan identitas dirinya agar dapat melaksanakan tugas perkembangan masa awal dewasa dini


(11)

dengan baik namun pada kenyataanya, tidak semua pria member komunitas GYM di AZKAR GYM memiliki harga diri tinggi disebabkan terhambatnya kondisi fisik atau citra tubuh. Oleh karena itu penulis mengajukan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu : Apakah ada hubungan antara citra tubuhdengan harga diri pada komunitas GYM di AZKAR GYM Masaran Sragen. Untuk mengkaji lebih lanjut dari rumusan masalah di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul: ”Hubungan antara citra tubuhdengan harga diri pada komunitas gym di AZKAR GY Masaran Sragen”.

B. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada komunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen

2. Mengetahui peranan citra tubuh terhadap harga diripada komunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen

3. Mengetahui tingkat citra tubuh pada komunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen

4. Mengetahui seberapa tinggi tingkat harga diri pada komunitas gym di AZKAR GYMMasaran Sragen


(12)

C. Manfaat penelitian

Melalui penelitian ini di harapkan akan di peroleh informasi tentang pentingnya harga diri terkait citra tubuh di dalam lingkungan, yang bermanfaat bagi :

1. Komunitas gym di AZKAR GYM Masaran, dari penelitian ini dihasilkan citra tubuh dan harga diri yang tinggi pada komunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen

2. Masyarakat, dari hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan dan informasi mengenai pentingnya citra tubuhterhadap harga diri padakomunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen, sehingga hal yang dirasakan sebagai motivasi untuk meningkatkan harga diri dari pengaruh citra tubuh yang tidak baik tidak hanya dirasakan komunitas gym di AZKAR GYM MasaranSragensaja akan tetapi masyarakat yang lainnya pun juga akan merasakan hal yang sama.

3. Peneliti lain, diharapkan agar dijadikan referensi dalam pengembangan penelitian lebihlanjut dengan mempertimbangkan faktor – faktor lain selain citra tubuh yang mempengaruhi harga diri.


(1)

belum berkeluarga. Subyek merasa tidak suka dengan cara orangtuanya dalam memotivasi subyek dengan memberikan contoh orang lain sehingga terkesan lebih bangga terhadap orang lain dari pada anaknya sendiri.

Member komunitas GYM yang terdapat di AZKAR GYM Masaran Sragen ± berusia 18 – 40 tahun, sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock (Satwika dan Wiyono, 2007) yang menyatakan bahwa awal dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai 40 tahun, dimana pada masa awal dewasa dini merupakan masa yang menunjukkan pertumbuhan – pertumbuhan dalam penampilan fisik, minat, sikap dan perilaku yang terkadang dipengaruhi oleh tekanan – tekanan lingkungan tertentu yang akan menimbulkan munculnya suatu masalah – masalah yang akan dibawa sepanjang hidup.

Coopersmith (Umami, 2013) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi harga diri, diantaranya :lingkungan keluarga yang menjadi tempat pertama kali dimana seorang individu mulai bersosialisasi dengan orang lain, lingkungan sosial, faktor psikologis, jenis kelamin, intelegensi yang turut serta dalam meningkatkan harga diri seorang individu, serta kondisi fisik atau citra tubuh.

Seperti pengakuan dari subyek berinisial RNS (18 tahun) Pelajar SMA 2 Sragen.Yang hasil dari interview menjelaskan bahwa subyek mengalami banyak tekanan dari orang tuanya terutama ayahnya. Ayah subyek yang berprofesi sebagai wiraswasta mengharapkan subyek untuk mandaftar angkatan polisi atau tidak TNI angkatan darat, dikarenakan kakanya yang bekerja di jepang sudah menyiapkan dana untuk pembiayaan mendaftar dan sebagainya. Ayah subyek kurang begitu suka apabila subyek melanjutkan ke perguruan tinggi dikarenakan biayanya mahal dan belum tentu mendapatkan pekerjaan. Padahal subyek disisi lain lebih memiliki potensi


(2)

untuk melanjutkan ke bangku kuliah dari pada mendaftar angkatan dikarenakan tinggi badan subyek hanya 158 jauh dari rata – rata minimal yang ditentukan dari kepolisian. Dengan adanya tuntutan orangtua tersebut sehingga membuat subyek harus menjaga pola makan, renang, melakukan latihan fisik seperti fitness satu sampai tiga kali dalam seminggu, ketika sore subyek harus lari – lari memutari lapangan, dan setiap hari minggu subyek melakukan olah raga lari pada saat siang hari demi untuk mendapatkan fisik yang proporsional sesua kriteria angkatan.

Subyek FTJ (18 tahun) SMK SAKTI Gemolong.yang hasil dari interview menjelaskan bahwa subyek memiliki cita – cita menjadi Polisi, subyek menyadari bahwa untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah. Harus dibutuhkan latihan fisik yang teratur dan cerdas secara akademis. Subyek sempat berpikir dirinya dapat mencapai hal tersebut atau tidak, dikarenakan subyek merasa nilai akademisnya standart dibilang pintar tidak dan dibilang rendah juga tidak, selain itu tinggi badan subyek hanya 162cm sementara standart yang ditentukan yaitu minimal 165cm, belum lagi subyek pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tulang pada bagian bahu kanan patah. Maka dari itu subyek hanya bisa berusaha untuk melakukan latian fisik untuk menambah tinggi badan karna subyek masih dalam masa pertumbuhan dan berdoa semoga tulang yang retak tidak terlihat sehingga dapat lolos seleksi polisi.

Hasil wawancara yang dilakukan pada subyek tersebut dilaksanakan pada hari sabtu - minggu, 24 - 25 Mei 2013 pukul ± 15.30 – 17.00 WIB dan pukul 19.30 – 20.30 WIB. Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap lima orang subjek member tersebut maka dapat ditemukan fenomena bahwa terdapat beberapa subyek yang cenderung mengalami tuntutan – tuntutan dari orangtuanya yang tidak sesuai dengan keinginan subyek sehingga dalam pencapaiannya pun terdapat beberapa


(3)

subyek yang mengalami tekanan terkait citra tubuh atau kondisi fisiknya. Harapan – harapan orang tua subybek terkadang membuat subyek merasa terbebani, belum lagi ketika orangtua subyek selalu membanding – bandingkan subyek dengan orang lain terkadang membuat subyek merasa tidak berharga di hadapan orangtuanya, memandang dirinya lemah dan tidak lebih baik dari orang lain. sesuai dengan pendapat Coopersmith (Azmia dan Uyun, 2007) yang menjelaskan bahwa harga diri tinggi ditandai dengan adanya rasa puas atas karakter dan kemampuan yang ada pada dirinya sehingga menumbuhkan rasa aman, aktif, dan berhasil dalam menyesuaikan diri yang akan membawa pengaruh perilaku positif. Sedangkan individu dengan harga diri rendah cenderung tidak puas dengan krakteristik dan kemampuan yang terdapat pada dirinya sehingga individu cenderung fokus pada kelemahan yang ada pada dirinya dan hilang akan kepercayaan diri yang akan mengakibatkan indivdu tersebut tidak aman ketika berada di lingkungannya.

Berdasarkan penelusuran, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan harga diri.Penelitian dari Abdul Kholiq, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,yang berjudul ’’Hubungan Dukungan Sosial dengan Harga Diri Pembantu Rumah Tangga di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 RW 008’’ diketahui bahwa hasil uji korelasi dengan nilai korelasi (r) hitung sebesar 0.614. sementara nilai r table pada taraf signifikansi 5% dan 1% dengan nilai N 57 adalah sebesar 0.266 dan 0.345, maka hipotesa nihil yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri ditolak. Dengan demikian hipotesa alternative yang menyatakan bahwa terdapat huvungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri diterima.Arah hubungan yang dihasilkan


(4)

menunjukkan arah yang positif, semakin tinggi dukungan sosial maka semakin meningkat pula harga diri pembantu rumah tangga.

Penelitian dari Euis Sri Damayanti dan Alfi Purnamasari, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan yang berjudul ’’Berpikir Positif dan Harga Diri pada Wanita yang Mengalami Masa Premenopause’’ diketahui hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwaada hubungan positif yang sangat signifikan antara berpikir positif dengan hargadiri. Peningkatan berpikir positif diikuti dengan peningkatan harga diri, penurunanberpikir positif diikuti dengan penurunan harga diri. Sumbangan efektif atau besarnyapengaruh berpikir positif terhadap harga diri pada wanita penduduk DesaKondangjajar sebesar 21,6% selebihnya sebesar 78,4% lainnya merupakan sumbangan dari faktor lain di luar berpikir positif.

Penelitian dari Dahlia Nur Permatasari, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya,yang berjudul ’’Hubungan antara Citra Tubuh dan Harga Diri pada Dewasa Awal Tuna Daksa’’ diketahui bahwa terdapat korelasi antara citra tubuh dan harga diri dengan nilai r 0,014 (p < 0,05) , yang menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yang artinya terdapat hubungan yang positif antara citra tubuh dan harga diri pada dewasa awal tuna daksa. Semakin positif citra tubuh yang dimiliki dewasa awal tuna daksa maka akan semakin tinggi pula harga diri yang dimiliki, begitu pula sebaliknya, semakin negatif citra tubuh yang dimiliki dewasa awal tuna daksa maka semakin rendah pula harga diri yang dimiliki.

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan adanya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan, yaitu pria member komunitas GYM di AZKAR GYM yang idealnya mempunyai harga diri tinggi di dalam menunjukkan identitas dirinya agar dapat melaksanakan tugas perkembangan masa awal dewasa dini


(5)

dengan baik namun pada kenyataanya, tidak semua pria member komunitas GYM di AZKAR GYM memiliki harga diri tinggi disebabkan terhambatnya kondisi fisik atau citra tubuh. Oleh karena itu penulis mengajukan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu : Apakah ada hubungan antara citra tubuhdengan harga diri pada komunitas GYM di AZKAR GYM Masaran Sragen. Untuk mengkaji lebih lanjut dari rumusan masalah di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul: ”Hubungan antara citra tubuhdengan harga diri pada komunitas gym di AZKAR GY Masaran Sragen”.

B. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada komunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen

2. Mengetahui peranan citra tubuh terhadap harga diripada komunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen

3. Mengetahui tingkat citra tubuh pada komunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen

4. Mengetahui seberapa tinggi tingkat harga diri pada komunitas gym di AZKAR GYMMasaran Sragen


(6)

C. Manfaat penelitian

Melalui penelitian ini di harapkan akan di peroleh informasi tentang pentingnya harga diri terkait citra tubuh di dalam lingkungan, yang bermanfaat bagi :

1. Komunitas gym di AZKAR GYM Masaran, dari penelitian ini dihasilkan citra tubuh dan harga diri yang tinggi pada komunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen

2. Masyarakat, dari hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan dan informasi mengenai pentingnya citra tubuhterhadap harga diri padakomunitas gym di AZKAR GYM Masaran Sragen, sehingga hal yang dirasakan sebagai motivasi untuk meningkatkan harga diri dari pengaruh citra tubuh yang tidak baik tidak hanya dirasakan komunitas gym di AZKAR GYM MasaranSragensaja akan tetapi masyarakat yang lainnya pun juga akan merasakan hal yang sama.

3. Peneliti lain, diharapkan agar dijadikan referensi dalam pengembangan penelitian lebihlanjut dengan mempertimbangkan faktor – faktor lain selain citra tubuh yang mempengaruhi harga diri.