POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN.

(1)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI

BANYUASIN SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh :

MAILISA ISVANANDA 1100219

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Oleh Mailisa Isvananda

1100219

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Mailisa Isvananda 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.


(3)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Oleh

Mailisa Isvananda 1100219

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS

NIP. 19600121 198503 2 001 Pembimbing II

Bagja Waluya, M.Pd NIP. 19721024 200112 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ahmad Yani, M.Si NIP. 19670812 199702 1 001


(4)

MAILISA ISVANANDA, 2015


(5)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SUMATERA SELATAN MAILISA ISVANANDA ( 1100219 )

Enok Maryani 1) Bagja Waluya 2)

Kabupaten Musi Banyuasin merupakan salah satu dari 11 kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki daya tarik wisata terdiri dari wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan. Penelitian ini mengkaji potensi pariwisata dan kemenarikan yang ada di Musi Banyuasin serta karakteristik wisatawan yang mengunjungi daya tarik wisata. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi potensi dan kemenarikan pariwisata melalui beberapa indikator diantaranya aksesibilitas, akomodasi, fasilitas, atraksi, serta aktivitas dan menganalisis karakteristik wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Musi Banyuasin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pengambilan sampel responden wisatawan dilakukan secara accidental sampling dengan jumlah 100 responden. Analisis data menggunakan persentase untuk pengukuran identitas wisatawan dan aksesibilitas, skala Likert untuk kelengkapan dan kenyamanan dalam penggunaan fasilitas, dan pengharkatan (skoring) untuk mengetahui kelas potensi dari aspek aksesibilitas, akomodasi, fasilitas, atraksi, dan aktivitas wisata. Hasil penelitian menunjukkan aspek akomodasi, fasilitas, atraksi dan aktivitas wisata cukup mendukung sedangkan aspek yang sangat mendukung adalah aksesibilitas. Atraksi wisata alam yang paling banyak menarik wisatawan adalah Sungai Musi dan Tugu Kota sedangkan wisata budaya kurang diminati oleh wisatawan. Aktivitas wisata yang dilakukan masih terbatas pada bersantai dan menikmati pemandangan. Wisatawan didominasi dari daerah sekitar Musi Banyuasin dengan usia produktif dan memiliki pendapatan menengah ke bawah sehingga pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin masih berorientasi pada pariwisata lokal. Pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin masih perlu dikembangkan dari aspek atraksi wisata dan aktivitas. Wisata budaya perlu dikembangkan agar dapat menarik wisatawan.


(6)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 7

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

H. Penelitian Terdahulu ... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Aplikasi Geografi dalam Kepariwisataan ... 12

B. Potensi Kepariwisataan ... 13

C. Wisatawan ... 18

D. Kemenarikan Daya Tarik Wisata ... 20


(7)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Variabel Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Pengolahan Data... 28

F. Analisis Data ... 28

G. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 44

H. Alur Penelitian ... 46

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Kondisi fisik dan sosial daerah penelitian ... 47

B. Potensi pariwisata ... 51

C. Kemenarikan Pariwisata ... 65

D. Karakteristik Wisatawan ... 78

E. Pembahasan Potensi Pariwisata ... 81

F. Implementasi Terhadap Pendidikan Geografi ... 85

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. KESIMPULAN ... 89

B. SARAN... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(8)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

No Tabel ... Hal

1.1 Nama Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin ... 2

1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan ... 4

1.3. Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Musi Banyuasin ... 4

1.4 Target Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Musi Banyuasin... 5

1.5 Tabel Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10

3.1 Daftar Populasi Wilayah Penelitian di Kabupaten Musi Banyuasin ... 23

3.2 Daftar Sampel Wilayah Penelitian di Kabupaten Musi Banyuasin ... 25

3.3 Variabel dan Indikator Penelitian... 26

3.4 Persentase Hasil Penelitian ... 29

3.5 Alternatif jawaban menggunakan Skala Likert ... 30

3.6 Kriteria Interpretasi Skor... 31

3.7 Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Jalan ... 32

3.8 Harkat Kelas dan Kriteria Biaya Transportasi ... 32

3.9 Harkat Kelas dan Kriteria Jenis Kendaraan ... 32

3.10 Harkat Kelas dan Kriteria Jarak terhadap Jaringan Transportasi ... 33

3.11 Harkat Kelas dan Kriteria Waktu Tempuh... 33


(9)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.15 Harkat Kelas dan Kriteria Adat Istiadat ... 35

3.16 Harkat Kelas dan Kriteria Event Wisata ... 36

3.17 Harkat Kelas dan Kriteria Banyaknya Kesenian ... 36

No Tabel ... Hal 3.18 Harkat Kelas dan Kriteria Fasilitas Akomodasi ... 37

3.19 Harkat Kelas dan Kriteria Rumah Makan/Restoran ... 37

3.20 Harkat Kelas dan Kriteria Sarana Kebersihan ... 38

3.21 Harkat Kelas dan Kriteria Jenis Sarana Informasi ... 38

3.22 Harkat Kelas dan Kriteria Sarana Kesehatan ... 39

3.23 Harkat Kelas dan Kriteria Toko Cinderamata ... 39

3.24 Harkat Kelas dan Kriteria Sarana Keamanan ... 40

3.25 Parameter Potensi Aksesibilitas ... 41

3.26 Parameter Potensi Atraksi Wisata ... 41

3.27 Parameter Potensi Sarana dan Prasarana... 41

3.28 Prosedur Penentuan Kelas Potensi Aksesibilitas ... 42

3.29 Prosedur Penentuan Kelas Potensi Atraksi Wisata ... 43

3.30 Prosedur Penentuan Kelas Potensi Sarana dan Prasarana ... 43

4.1 Jenis Angkutan yang Dapat Mencapai Tempat Wisata... 52

4.2 Biaya Angkutan Umum ... 53

4.3 Tingkat Kemudahan Dalam Menemukan Kendaraan ... 54


(10)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.7 Daftar Hotel Dan Penginapan Di Musi Banyuasin ... 57

4.8 Tempat Menginap Wisatawan Di Kabupaten Musi Banyuasin ... 58

4.9 Kelengkapan Fasilitas Pariwisata ... 59

4.10 Hasil pengharkatan potensi pariwisata aspek sarana prasarana ... 63

4.11 Tingkat Kenyamanan dalam Menggunakan Fasilitas ... 64

4.12 Atraksi Wisata Kabupaten Musi Banyuasin ... 65

No Tabel ... Hal 4.13 Hasil pengharkatan potensi pariwisata aspek atraksi wisata ... 66

4.14 Atraksi dan aktivitas wisata di Musi Banyuasin ... 76

4.15 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Usia ... 78

4.16 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal ... 79

4.17 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 79

4.18 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan ... 80


(11)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-undang Kepariwisataan No.10 tahun 2009). Pariwisata dilakukan seseorang dengan memanfaatkan waktu luang dan melakukan perjalanan ke suatu tempat wisata karena merasa jenuh dengan kegiatan di hari kerja dan produktivitas yang semakin meningkat.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 13.466 pulau ( nationalgeographic.co.id ). Indonesia memiliki potensi pariwisata mulai dari bentukan alam secara alami, keadaan sosial yang beragam seperti budaya, suku dan adat istiadat yang dapat dijadikan sebagai aktivitas pariwisata. Perkembangan dan pembangunan pariwisata yang beragam di Indonesia membuat setiap daerah dapat mengandalkan kepariwisataan karena dapat membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, mensejahterakan masyarakat yang ikut berperan dalam aktivitas pariwisata, serta meningkatkan minat masyarakat dalam berwisata.

Pemerintah mengupayakan untuk memajukan aktivitas pariwisata di daerahnya dengan meningkatkan pembangunan wilayah yang memiliki potensi pariwisata, memperbaiki aksesibilitas baik dari dan menuju daerah yang memiliki daya tarik wisata, dan mengajak masyarakat untuk memiliki minat pariwisata agar dapat berperan dalam memajukan potensi pariwisata. Pariwisata unggulan pun tak jarang menjadi salah satu icon dari suatu daerah, yang mana pariwisata yang sudah dikenal baik masyarakat lokal maupun masyarakat yang berada di luar daerah tersebut.

Provinsi Sumatera Selatan memiliki 11 kabupaten di luasan wilayah yaitu 91.592,43 Km2. Salah satu kabupaten di Sumatera Selatan yaitu Musi Banyuasin yang mana memiliki luasan wilayah 14.265,96 km2 dan jumlah penduduk yaitu 587.325 jiwa (BPS MUBA 2012) dengan Kabupaten yang memiliki 14 kecamatan yaitu pada tabel 1.1.


(12)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Tabel 1.1 Nama Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin Nama Kecamatan

Babat Toman Sekayu

Plakat Tinggi Keluang

Batanghari Leko Bayung Lencir

Sanga Desa Lalan

Sungai Keruh Lawang Wetan

Lais Babat Supat

Sungai Lilin Tungkal Jaya

Sumber : BPS Kab.MUBA 2012

Daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu berupa wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan. Wisata alam yaitu wisata yang mengandalkan keindahan, fenomena dan keaslian panorama alam seperti pantai, gunung, sungai, taman laut air terjun dan lainnya. Wisata budaya yaitu berkaitan dengan sisi kegiatan budaya masyarakat, hasil karya peninggalan sejarah, pusat seni budaya, permukiman tradisional, festival budaya yang diselenggarakan daerah tujuan wisata. buatan adalah wisata yang mengandalkan buatan manusia seperti gedung-gedung, icon kota serta gedung fasilitas olahraga. Terdapat 54 daya tarik wisata yang di petakan oleh Dinas pariwisata Kabupaten Musi Banyuasin dengan persebaran lokasi yang berjauhan. Peta persebaran potensi daya tarik wisata terdapat pada gambar 1.1.


(13)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(14)

(15)

Gambar 1.1 menggambarkan bahwa persebaran potensi daya tarik wisata terlihat merata Jumlah kunjungan wisatawan ke Sumatera Selatan mengalami peningkatan setiap tahun nya, hal ini dikarenakan pariwisata tingkat provinsi di Sumatera Selatan mengalami kenaikan yang sangat tajam karena beberapa event besar yang dilaksanakan Sumatera Selatan seperti PON XVI tahun 2004, Sea Game XXVI 2011 dengan data kunjungan Wisata seperti tabel 1.2.

Tabel 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan No Tahun Jumlah Wisataawan

1 2007 694.705

2 2008 2.676.547

3 2009 2.338.093

4 2010 2.108.633

Sumber : Dinas Pariwisata Kab.MUBA 2012

Kabupaten Musi Banyuasin memiliki total penduduk menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Banyuasin 2012 yaitu 587.325 jiwa, dari total penduduk memiliki angka angkatan kerja yang tinggi pula yaitu 267.334 jiwa. Hampir setengah jumlah dari total penduduk yang memiliki pekerjaan dan bekerja. Masyarakat yang bekerja memerlukan wisata ke suatu tempat di waktu luang. Minat wisata masyarakat tinggi jika dilihat dari jumlah wisatawan yang berwisata ke kabupaten Musi Banyuasin, angka kunjungan wisata dilihat pada tabel 1.3 .

Tabel 1.3

Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Musi Banyuasin No Tahun Jumlah Wisatawan

1 2007 65.423

2 2008 70.616

3 2009 76.222

4 2010 82.272

Sumber : Dinas Pariwisata Kab.MUBA 2012

Perbandingan antara tabel kunjungan wisata Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Musi Banyuasin hanya ada sekitar 10% wisatawan yang datang ke Musi Banyuasin dari seluruh wisatawan yang datang ke Sumatera Selatan. Tabel 1.3 bahwa setiap tahun


(16)

Kabupaten Musi Banyuasin mengalami peningkatan dalam hal kunjungan wisata, hal ini dikarenakan banyaknya potensi daya tarik wisata di Kabupaten Musi Banyuasin

Hasil analisis dari Dinas Pariwisata Kabupaten Musi Banyuasin angka kunjungan dari tahun 2007 – 2014 yang naik secara konstant yaitu dengan angka kenaikan 7,9 % setiap tahun nya, maka Dinas Pariwisata membuat analisis mengenai target kunjungan wisata pada tahun 2015 sampai 2017 sebagai berikut pada tabel 1.4.

Tabel 1.4 Target Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Musi Banyuasin

No Tahun Jumlah Wisatawan

1 2015 120.538

2 2016 130.106

3 2017 140.434

Sumber : Dinas Pariwisata

Harapan dengan adanya target yang telah dicanangkan oleh Dinas Pariwisata, maka target di tahun 2015 akan tercapai. Tahun 2007 – 2014 pemerintah tidak memiliki target kunjungan wisatawan ke Kabupaten Musi Banyuasin hal ini dikarenakan Kabupaten Musi Banyuasin belum memiliki objek wisata yang dikelola oleh pemerintahan sehingga belum ada angka mengenai wisatawan yang datang ke Kabupaten Musi Banyuasin. Dari 54 potensi daya tarik wisata masih belum adanya pengelolaan dari pemerintah untuk pengembangan potensi tersebut. Menurut Wardiyanta (2006, hlm 52) objek wisata adalah:

sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan. Hal yang dimaksud berupa : 1) yang berasal dari alam misalnya pantai, pemandangan, alam, pegunungan, hutan, danau, dan sebagainya, 2) yang merupakan hasil budaya misalnya museum, candi, galeri dan sebagainya. 3) yang merupakan kegiatan masyarakat keseharian, tarian, karnaval dan sebagainya.

Menurut Yoeti (dalam Tiara 2013, hlm 18) mengenai pengelompokan objek wisata dan syarat berkembangnya suatu daya tarik wisata :

“secara umum berdasarkan sifat kenampakannya objek wisata dapat dikelompokkan menjadi objek wisata alam, budaya dan minat khusus”. Suatu objek wisata dapat berkembang dan dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi beberapa syarat, bahwa syarat berkembangnya suatu objek wisata di suatu daerah dapat dilihat dari : 1) How to arrive, 2) something to see, 3) something to do, 4) something to buy, 5) how to stay.


(17)

Permasalahan diatas muncul yang mana karena kurangnya pengelolaan yang baik dari pemerintah dan kurangnya perhatian dari masyarakat setempat dalam menggunakan potensi tersebut sebagai masukan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembuka lapangan pekerjaan. Lokasi yang strategis ternyata tidak cukup dalam menjadikan daerah tersebut sebagai wisata unggulan daerah, namun masukan serta dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengelolaan serta pengembangan potensi pariwisata. Maka bertitik tolak dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “ Potensi Pariwisata Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan“.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah diuraikan oleh penulis, maka dari itu penulis melakukan identifikasi terhadap masalah tersebut yang akan dikaji pada penelitian ini. Identifikasi masalah ini disusun untuk menjadi acuan kerja dalam penelitian. Adapun identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kabupaten Musi Banyuasin memiliki banyak potensi daya tarik wisata seperti wisata alam, wisata budaya serta wisata buatan namun dari potensi yang ada masih kurang berkembang.

2. Potensi pariwisata yang sudah ada masih belum dikembangkan terutama dalam hal fasilitas yang masih kurang mendukung. Keadaan fasilitas yang masih kurang memadai sehingga masih menghambat wisatawan untuk datang ke tempat wisata. 3. Tinggi nya minat wisata masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin yang selalu

meningkat setiap tahun nya seharusnya menjadi acuan pemerintah untuk lebih membangun pariwisata yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini :

1. Bagaimana potensi pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin ? 2. Bagaimana kemenarikan pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin ? 3. Bagaimana karakteristik wisatawan di Kabupaten Musi Banyuasin ?


(18)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dibuat sebagai rujukan dalam melakukan penelitian ini. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis potensi pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin.

2. Mengidentifikasi kemenarikan pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin. 3. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan di Kabupaten Musi Banyuasin.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk mengkaji permasalahan pariwisata melalui penerapan ilmu geografi khususnya pada mata kuliah Geografi Pariwisata. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang pariwisata.

2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi

pengelola pariwisata dan bagi pemerintahan daerah setempat dalam hal melakukan pengembangan dan peningkatan kualitas pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin.

F. Definisi Operasional 1. Analisis Potensi

Potensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan suatu kekuatan, kesanggupan, daya dan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Dalam penelitian ini potensi yang dimaksud adalah dengan mengkaji dari aspek fisik maupun sosial budaya. Dalam kajian ini potensi pariwisata dibagi menjadi potensi aksesibilitas, potensi variasi objek serta potensi sarana dan prasarana pariwisata.

2. Pariwisata

Pariwisata menurut Marpaung (2002) adalah perpindahan sementara yang dilakukan dengan tujuan dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat


(19)

kediamannya. Wisatawan melakukan aktivitas selama mereka tinggal di tempat tujuan wisata dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan. Serta pengertian lain mengenai pariwisata yang mendukung adalah Menurut Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2010 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

3. Kemenarikan Pariwisata

Jurnal Maryani dan Logayah (2007, hlm 15) Suatu daya tarik wisata tentu memiliki kemenarikan yang dapat mendatangkan wisatawan untuk menikmati fasilitas yang telah disediakan pengelola tempat pariwisata dengan indikator kemenarikan daya tarik wisata yaitu kesejukan, keamanan, ketertiban, kebersihan, kenyamanan, keindahan, keramahan, kenangan, cinderamata, variasi aktivitas wisata, sarana prasarana dan transportasi. Indikator kemenarikan suatu objek wisata dapat dikaitkan dengan potensi pariwisata yang telah ditentukan karena antara potensi pariwisata dan tingkat kemenarikan memiliki kaitan dalam menentukan suatu daerah menjadi berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata dan menjadi objek wisata yang menjadi pilihan dari wisatawan yang akan datang.

4. Karakteristik Wisatawan

Ogilvie dalam Pendit (2002, hlm 35) wisatawan adalah Semua orang yang memenuhi syarat, yaitu pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua bahwa sementara mereka bepergian mengeluarkan uang ditempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari anfakh di tempat tersebut. Pengelompokan wisatawan menurut Marpaung (2002, hlm 48) yaitu umur, jenis kelamin, dan kelompok sosio-ekonomi.

G. Struktur Organisasi Skripsi

1. BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 menguraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.


(20)

2. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Bab 2 menguraikan tentang teori yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam hal ini mengenai konsep dasar geografi yang mengkaji tentang pariwisata, potensi pariwisata, kemenarikan pariwisata dan karakteristik wisatawan.

3. BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 menjelaskan mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam proses penelitian seperti lokasi penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, variabel penelitian, populasi sampel penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan instrumen penelitian.

4. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 4 membahas mengenai rumusan masalah yang telah disusun pasa bab 1 dengan landasan teori pada bab 2 dan teknik analisis dan pengumpulan data pada bab 3, sehingga pada bab ini akan menjawab pertanyaan yang ada pada penelitian ini yaitu mengenai potensi paariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan.

5. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Bab 5 berupa penyajian dan pemaknaan peneliti terhadap hasil dari analisis penelitian dan pemberian saran dari hasi penelitian dan untuk penelitian selanjutnya.


(21)

Peneliti Judul Metode Tujuan Hasil

Tienneke Saraswati ( 0901033 )

Karakteristik Daya Tarik Wisata dan Wisatawan di

Kabupaten Belitung

Deskriptif dan Survei

 Untuk mengidentifikasi karakteristik daya tarik wisata di

Kabupaten Belitung.  Untuk menganalisis kemenarikan

daya tarik wisata di Kabupaten Belitung.

 Untuk mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Belitung.

 Kab Belitung dengan karakteristik daerah kepulauan lebih banyak daerah

dataran rendahnya sehingga DTW di Kab.Belitung lebih didominasi wisata

bahari seperti pantai dan pulau kecil. Tingkat kemenarikan menurut presepsi

wisatawan menunjukkan bahwa nilai kemenarikan yaitu kebersihan,

cinderamata dan sarpras perlu diperhatikan.

Tengku Putri Tiara ( 0903916 )

Analisis Potensi Pariwisata Di Pulau

Karimun Provinsi Kepulauan Riau

Deskriptif dan Survei

 Mengidentifikasi potensi wisata di Pulau Karimun Provinsi Kepulauan

Riau.

 Menganalisis persepsi wisatawan tentang kemenarikan DTW di

Pulau Karimun Peovinsi Kepulauan Riau.

 Membuat strategi pengembangan pariwisata di Pulau Karimun

Provinsi Kepulauan Riau.

 Potensi fisik wisata Pulau Karimun yang paling tinggi adalah DTW air terjun Pongkar dengan bobot 37 yang

termasuk pada kategori potensi tinggi/sangat menunjang. Untuk potensi

aksesibilitas wisata Pulau Karimun adalah DTW Coastal Area dengan bobot 20 yang termasuk kategori potensi tinggi. Potensi Sarpras wisata

pulau Karimun yang paling tinggi adalah DTW Coastal Area dengan bobot 33 yang termasuk kedalam

Tabel 1.5 Tabel Penelitian Terdahulu yang Relevan I . Penelitian Terdahulu


(22)

kurnia jaka saputra 0906725

(2013)

Analisis Potensi Daya Tarik Wisata Kawasan Braga Sebagai Wisata

Heritage

deskriptif kualitatif

 Mendeskripsikan potensi daya tarik wisata kawasan braga .  Menganalisis upaya

mengembangkan daya tarik wisata di kawasan braga sebagai wista

heritage.

 braga merupakan kawasan yang mempunyai tiga unsur daya tarik wisata

yaitu keunikan, keindahan dan nilai. Melakukan upaya pelestarian bangunan heritage dengan penegakan hukun lebih ketat serta pengorganisasian pedagang

dan pemilik bangunan untuk mengintegrasikan semua kegiatan

masyarakat.

Maillisa Isvananda 1100219 (2015)

Potensi Pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera

Selatan

Survey dan Deskriptif

 Menganalisis potensi pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin.  Mengidentifikasi kemenarikan pariwisata di Kabupaten Musi

Banyuasin.

 Mengidentifikasi karakteristik wisatawan di Kabupaten Musi


(23)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aplikasi geografi dalam kepariwisataan 1. Konsep geografi

Konsep dalam geografi yang merupakan generalisasi dari seluruh fenomena geosfer yang terjadi sehingga bisa menjadi acuan dasar dalam menjelaskan fenomena yang sama. Dalam membangun suatu pariwisata tentu melihat dari berbagai aspek terutana dari sudut pandang geografi, terdapat 15 konsep dasar geografi menurut Nursid Sumaatmadja (1981, hlm 46), namun terdapat 5 konsep penting diaplikasikan dalam kepariwisataan agar dalam pengelolaan pariwisata di suatu daerah dapat maksimal dan menjadi andalan wisatawan untuk dikunjungi. Berikut merupakan 5 konsep dasar geografi yang dapat diaplikasikan dalam pariwisata menurut Maryani (2010, hlm 11) yaitu :

a. Lokasi

Lokasi menunjukkan letak suatu fenomena geografi yang terjadi, baik fenomena alam maupun fenomena sosial yang terjadi disuatu daerah di permukaan bumi. Konsep lokasi dapat menjelaskan pertanyaan yang berhubungan dengan mengapa fenomena tersebut terjadi di derah tertentu, mengapa fenomena yang terjadi berbeda disetiap daerah di permukaan bumi yang berkaitan dengan proses sebab akibat keberadaan suatu fenomena yang ada. Kaitan antara lokasi dan pariwisata yaitu adanya perbedaan setiap jenis wisata yang ada di permukaan bumi, meskipun memiliki jenis yang sama namun karakteristik dari daya tarik wisata memiliki perbedaan antara satu lokasi dengan yang lainnya.

b. Tempat

Tempat merupakan karakteristik fisik dan manusia yang didalamnya melekat dengan keberadaan lokasi suatu daerah sehingga menjadi Brand Image dan Landmark yang tidak dapat dipindahkan dan memiliki kekhasan serta keunikan tersendiri dari tempat lokasi tersebut. Setiap tempat yang ada di suatu daerah memiliki Brand Image yang dijadikan sebagai suatu daya tarik wisata dan daerah tujuan wisata yang dapat diandalkan dari daerah yang memiliki Brand Image tersebut.

c. Hubungan timbal balik

Komponen fisik dan manusia memiliki hubungan timbal balik yang dilakukan melalui berinteraksi, interelasi dan interdependensi yang


(24)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membentuk suatu sistem kebumian. Dalam pariwisata terlihat jelas bahwa hubungan dan kaitan erat antara kedua komponen tersebut, yang mana komponen fisik memberikan potensi alam dan manusia sebagai pengelola dalam suatu pariwisata sehingga suatu potensi tersebut memiliki kemenarikan yang diminati oleh masyarakat dan wisatawan.

d. Gerakan

Gerakan merupakan bentuk nyata dari adanya interaksi dan mobilitas antar manusia yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Gerakan dalam pariwisata yaitu dari pergerakan dan perpindahan wisatawan dari daerah asal ke daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan dan kemenarikan. e. Pewilayahan

Zonasi suatu penggunaan lahan secara fungsional sesuai karakteristik dan potensi suatu daerah. Zonasi atau pewilayahan sangat bermanfaat di Indonesia dalam hal pengembangan suatu kawasan pariwisata yang sesuai dengan potensi dan keanekaragaman sumberdaya wisata.

2. Pendekatan geografi

Merupakan salah satu ciri dari pembelajaran dan penelitian geografi yang membedakan antara ilmu geografi dengan ilmu lainnya mana terdapat 3 pendekatan dalam ilmu geografi menurut Bintarto dan Surastopo (1979, hlm 12) yaitu pendekatan keruangan, pendekatan lingkungan dan pendekatan kompleks wilayah.

Penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keruangan. Hal ini dikarenakan penelitian ini mengkaji tentang potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin yang mana potensi merupakan penyediaan ruang. Struktur keruangan yang berkaitan dengan 3 elemen penting pembentuk suatu keruangan berupa kenampakan titik, garis dan area serta berkaitan dengan distribusi ketiga elemen tersebut. Sifat penting dari perbedaan struktur, pola dan proses. Dan dalam suatu pendekatan keruangan berkenaan dengan perubahan elemen pembentuk ruang. Perubahan ruang yang berkaitan dengan potensi pariwisata yang telah ada di Kabupaten Musi Banyuasin merupakan penyediaan ruang dan akan terjadi suatu proses perubahan sehingga terjadi pengembangan pada potensi pariwisata.


(25)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Potensi menurut Pitana (2009, hlm 68) sumber daya diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini mengkaji mengenai potensi dari suatu objek wisata yang mana dapat dikembangkan agar memiliki daya tarik tersendiri dari suatu daerah tersebut. Menurut Yoeti (1997, hlm 165) berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya suatu objek wisata yang dapat menarik wisatawan untuk datang yaitu terdapat 5A yaitu atraksi (attraction), aksesibilitas (accesibility), dan fasilitas (amenities), Aktivitas (Activities) dan Akomodasi (Accommodation).

1. Aksesibilitas (Accesibility)

Pariwisata sangat berkaitan erat dengan aksesibilitas yang mana berkenaan dengan mudah sulitnya wisatawan untuk mencapai suatu daya tarik wisata di suatu daerah. Aspek aksesibilitas tentu sangat berpengaruh dan berperan besar dalam kepariwisataan, ada beberapa hal yang mempengaruhi aksesibilitas suatu daya tarik wisata seperti kondisi jalan, waktu tempuh, tarif dan jenis kendaraan serta jaringan transportasi yang akan disediakan. Semakin baik aksesibilitas suatu daya tarik wisata maka semakin banyak pula wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata tersebut. Sebaliknya, jika aksesibilitas dalam keadaan kurang baik maka semakin terhambat pula wisatawan yang akan berkunjung ke daya tarik wisata tersebut.

2. Akomodasi (Accommodation)

Akomodasi merupakan sarana yang meneyediakan jasa pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya. Terdapat beberapa jenis akomodasi yang terdapat dalam kepariwisataan yaitu seperti penginapan dan restaurant. Penginapan memiliki berbagai jenis seperti hotel, motel, wisma, guest house, resort, dan lainnya. Akomodasi sangat diperlukan ketika wisatawan yang berkunjung ke suatu


(26)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

daerah dalam waktu lebih dari 24 jam yang membutuhkan tempat untuk menginap dan berdiam diri untuk istirahat.

3. Fasilitas (Amenities)

Kegiatan pariwisata sangat erat kaitannya dengan fasilitas yang mana fasilitas suatu daerah tujuan wisata dapat memenuhi kebutuhan wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut. Dalam suatu fasilitas (amenities) tergolong dalam 2 bagian yaitu sarana dan prasarana, dalam hal ini antara sarana dan prasarana saling melengkapi agar menimbulkan rasa nyaman dalam berwisata.

a. Sarana

Sarana kepariwisataan menurut Muljadi (2009, hlm 13) merupakan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan kelangsungan hidupnya tergantung dari wisatawan yang datang. Adapun jenis-jenis sarana pokok kepariwisataan menurut Muljadi yaitu :

1) Perusahaan perjalanan (Travel Agent atau Biro Perjalanan Wisata)

2) Perusahan angkutan wisata 3) Perusahaan akomodasi

4) Perusahaan makanan dan minuman 5) Perusahaan daya tarik dan hiburan 6) Perusahaan cinderamata.

Setiap tempat wisata tentu membutuhkan sarana yang menunjang kegiatan pariwisata hal ini dipenuhi agar wisatawan yang datang ke objek wisata menjadi tertarik untuk menghabiskan waktu ditempat tersebut. Terdapat 6 sarana pokok dalam kepariwisataan menurut Muljadi yang telah disebutkan, perusahaan perjalanan sangat dibutuhkan dalam melakukan perjalanan ke suatu tempat yang jarak serta lokasi wisata yang jauh namun jika letaknya tidak jauh dari pusat kota maka hanya dibutuhkan perusahaan akomodasi seperti angkutan kota yang melewati objek wisata didaerah tersebut sehingga wisatawan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan wisata.


(27)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelengkapan antara perusahaan makanan dan minuman, hiburan serta perusahaan cinderamata sangat dibutuhkan dalam suatu objek wisata agar wisatawan yang datang dapat menikmati suasana yang telah tersaji dan jika terdapat perusahaan makanan, minuman serta cinderamata maka selain wisatawan menjadi semakin puas berwisata didaerah tersebut juga dapat menunjang kesejahteraan warga yang berpartisipasi dalam menyediakan toko makanan dan cinderamata khas dari daerah tersebut. Dengan adanya kerjasama antara perusahaan pengelola tempat wisata dengan perusahaan atau masyarakat yang menyediakan makanan minuman serta cinderamata maka semakin baik tempat wisata tersebut dan menaikkan kualitas ekonomi masyarakat. Cinderamata yang dapat dipasarkan dan dijadikan sebagai oleh-oleh wisatawan saat berwisata dapat berupa makanan khas dari daerah tujuan wisata, kaos, atau gantungan kunci yang menjadi oleh-oleh bagi wisatawan.

b. Prasarana

Menurut Muljadi (2009, hlm 13) prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang mendukung agar sarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam, yaitu :

1) Prasarana perhubungan seperti jaringan jalan raya, kereta api, bandar udara.

2) Instalasi tenaga listrik dan instalasi penjernihan air bersih 3) Sistem pengairan untuk kepentingan pertanian, peternakan,

dan perkebunan.

4) Sistem perbankan dan moneter 5) Sistem telekomunikasi

6) Pelayanan kesehatan dan keamanan.

Erat kaitan antara sarana dan prasarana dalam kepariwisataan karena jika salah satu diantaranya tidak terpenuhi maka wisatawan yang berwisata akan merasakan kurang puas dalam melakukan perjalanan tersebut dan perjalanan yang dilakukan tidak sebagaimana seharusnya.


(28)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Atraksi (Attraction)

Atraksi wisata merupakan sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu oleh pengelola pariwisata agar dapat dinikmati oleh wisatawan yang datang mengunjungi daerah tujuan wisata. Adapaun sesuatu dapat dikatakan objek wisata menurut pendapat Yoeti (2010, hlm 20) apabila :

a. Merupakan kelompok termasuk daya tarik wisata

b. Keberadaannya bersifat monumental, abadi dan bertahan dalam waktu yang relatif lama

c. Dapat dilihat secara spontan tanpa masuk atau naik ke bangunannya

d. Untuk melihatnya tidak perlu bayar, tetapi kalau masuk komplek wisata, wisatawan harus bayar.

Dalam pariwisata terdapat beberapa jenis pariwisata yang dapat disajikan dan dinikmati oleh wisatawan. Menurut victor T.C Middleton dalam Yoeti (2010, hlm 27) ada 4 bagian besar jenis wisata :

a. Natural attractions : daya tarik wisata yang bersifat alamiah dan terdapat secara bebas yang dapat dilihat dan disaksikan setiap waktu. Seperti kebun raya, taman nasional,pemandangan, pantai, danau,laut,tepi sungai, pegunungan. Bagian lain yang berupa natural attraction yaitu seperti iklim, bentukan tanah, hutan serta flora fauna. b. Build : bangunan2 dengan arsitektur kuno,jembatan rumah2 ibadah,

dan gedung perkantoran bekas jajahan belanda, icon suatu daerah. c. Cultural : seperti peninggalan lama, petilasan bekas kerajaan, candi,

museum.

d. Traditional : tatacara hidup suatu etnis, masyarakat terasing, adat istiadat, festival kesenian,folklore suatu bangsa.

Setiap bentuk wisata dan variasi objek sangat mempengaruhi minat pariwisata para wisatawan yang akan datang ke suatu daya tarik wisata. wisata alam seperti air terjun, pantai, pegunungan tentu membutuhkan usaha untuk mencapai tempat tersebut karena letak secara geografis yang memang berada di daerah tertentu. Wisata budaya dan tradisional tentu memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki nilai dan karakteristik yang berbeda di setiap daerah asalnya, hal ini berkaitan dengan asal mula budaya tersebut dan cerita dibalik adanya budaya tersebut. Setiap daerah yang memiliki tujuan wisata tentu mempunyai ciri khas dari masing-masing atraksi yang disajikan mulai dari pemandangan alam karena tidak semua daerah memiliki kontur atau bentukan lahan yang sama. Gaya


(29)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

arsitektur serta adat istiadat juga memiliki arti dan makna tersendiri sesuai asal muasal sejarah daerah tersebut.

5. Aktivitas (Activities)

Kegiatan yang dapat dilakukan saat mengunjungi suatu tempat wisata yang mana aktivitas atau kegiatan tersebut sesuai dengan fasilitas dan jenis wisata yang telah tersedia di tempat yang dikunjungi. Jenis aktvitas juga dapat berupa melakukan olahraga karena di objek wisata memiliki fasilitas yang menunjang untuk melakukan olahraga, melakukan kegiatan air seperti naik perahu, berenang, snorkeling, diving, bermain boat dan lainnya. Menikmati pemandangan alam jika disuguhkan dan telah tersedia di alam dan memiliki nilai wisata yang menarik wisatawan untuk datang mengunjungi objek wisata tersebut.

C. Wisatawan

Wisatawan merupakan suatu kelompok atau individu yang memutuskan untuk melakukan perjalanan atau bersenang-senang di waktu luang (leasure time) dengan mengunjungi tempat untuk menambah wawasan, mengunjungi seseorang lainnya ataupun hanya sekedar bersenang-senang. Sedangkan menurut Ogilvie dalam Pendit (2002, hlm 35) wisatawan adalah

“ Semua orang yang memenuhi syarat, yaitu pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua bahwa sementara mereka bepergian mengeluarkan uang ditempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari anfakh di tempat tersebut.”

1. Tipologi Wisatawan

Tipe wisatawan dilihat Melalui pendekatan interaksi, Cohen dalam I Gde Pitana (2009, hlm 47) menyebutkan bahwa Cohen membedakan wisatawan atas 4 macam yaitu :

a. Drifter : adalah wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum diketahui, dan bepergian dalam jumlah kecil. b. Explorer : wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur

perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum. Melainkan mencaari hal yang tidak umum.


(30)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Individual mass tourist : wisatawan yang menyerahkan pengaturan perjalanannya kepada agen perjalanan,mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah terkenal.

d. Organized-mass tourist : wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal,dengan fasilitas lain dan ada pemandu wisata sebagai tour leader.

Pengelompokan wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang berbeda yang berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan, dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Adalah penting dengan tujuan menyediakan kebutuhan perjalanan mereka dan untuk menyusun program promosi yang efektif. Pengelompokan wisatawan menurut Marpaung (2002, hlm 48) sebagai berikut :

a.Umur

Pengelompokan wisatawan berdasarkan umur dibagi menjadi tiga yaitu wisatawan remaja, wisatawan usia menengah dan wisatawan usia lanjut. Wisatawan remaja tentu selalu mendominasi di Indonesia karena angka umur produktif yang sangat banyak, remaja biasanya melakukan perjalanan sendiri, menetap dalam waktu lama dan cukup panjang, serta permintaan akan fasilitas dan pelayanan yang fleksibel, sederhana serta murah. Minat mereka cenderung bebas dalam memilih jenis wisata, baik itu rekreasi atau pemandangan alam dan juga wisata budaya dengan mempelajari kesenian, tarian dan musik lokal.

Wisatawan usia menengah biasanya tidak ada kebutuhan yang khusus pada wisatawan jenis ini, tetapi wisatawan ini selalu memiliki keinginan besar untuk melakukan kegiatan wisata. selanjutnya pada wisatawan usia lanjut ketika akan melakukan kegiatan wisata harus diiringi perencanaan yang matang seperti apakah tempat yang dituju cocok dan sesuai dengan kemampuan fisik wisatawan atau tidak dalam pelaksanaannnya. Biasanya wisatawan dengan usia lanjut menginginkan tempat wisata dengan fasilitas dan pelayanan yang nyaman, harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

b.Jenis kelamin

Wanita umumnya lebih tertarik dengan pusat perbelanjaan dan peran wanita pada kebudayaan pada suatu daerah tujuan wisata. Wanita lebih memperhatikan masalah keberadaan fasilitas dan pelayanan terutama makanan. Biasanya wanita lebih teliti dalam membelanjakan uangnya dan dalam perjalanan wanit cenderung mudah lelah dan kehilangan rasa antusias terhadap atraksi wisata. c.Kelompok sosio-ekonomi


(31)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karakteristik ini dibagi menjadi dua, yaitu kelompok sosio-ekonomi mengengah-bawah dimana kelompok ini memiliki pendidikan rendah, pendapatan kecil, keahlian menengah akan menunjukan minat terhadap atraksi wisata dan melontarkan beberapa pertanyaan lebih pasif serta kurang fleksibel terhadap program tour. Wisatawan kelas ekonomi menengah kebawah kurang mampu beradaptasi dalam keadaan darurat, kurang menyukai hubungan dengan masyarakat setempat dan anggota kelompok lainnya maupun dengan pemandu wisata. wisatawan ini biasanya tidak mengharapkan fasilitas dan pelayanan kelas satu tetapi kadang-kadang mungkin menunjukkan rasa percaya diri.

Kelompok sosio-ekonomi menengah-atas memiliki pendidikan lebih tinggi,pendapatan yang besar, orang yang profesional, lebih cenderung untuk bersosialisasi dan berbaur dengan penduduk setempat. Menduduki jabatan yang tinggi akan lebih tertarik untuk mempelajari kebudayaan dan lingkungan, banyak mengeluarkan pertanyaan tetapi cenderung untuk membanggakan pengetahuannya dan agak sulit untuk ditangani. Lebih fleksibel dalam memilih acara tour, lebih cepat dalam mengatasi segala permasalahan yang muncul. Wisatawan dengan ekonomi menengah atas membutuhkan fasilitas dan pelayanan yang berkualitas yang tinggi.

D. Kemenarikan Daya Tarik Wisata

Suatu daya tarik wisata tentu memiliki kemenarikan yang dapat mendatangkan wisatawan untuk menikmati fasilitas yang telah disediakan pengelola tempat pariwisata. Kemenarikan daya tarik wisata dibagi atas beberapa indikator dalam jurnal Maryani dan Logayah (2007, hlm 15) yaitu :

1. Keamanan

Adalah suatu kondisi yang memberikan suasana dan rasa tentram bagi wisatawan. Selain itu juga berarti bebas dari rasa takut dan khawatir akan keselamatan jiwa, raga dan harta milik atau bebeas dari ancaman dan tindak kekerasan atau kejahatan.

2. Ketertiban

Adalah suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan suasana tertib dan teratur secara disiplin dalam semua kehidupan masyarakat, termasuk tertib segi peraturan, tertib segi waktu, tertib segi mutu pelayanan dan tertib daari segi informasi.


(32)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kebersihan

Adalah suatu kondisi atau keadaan yang menampilkan sifat bersih dan sehat. Keadaan bersih harus tercermin pada lingkungan dan sarana pariwisata yang bersih dan rapi, penggunaan alat perlengkapan pelayanan yang selalu terawat dengan baik, bersih, dan terbebas dari bakteri atau hama penyakit.

4. Kenyamanan

Keadaan dimana seseorang merasa tentram, damai berada di suatu tempat. Kondisi saat seseorang dengan lingkungan merasa sinkron dan terdapat kesatuan antara seseorang dengan tempat dimana seseorang berada.

5. Kesejukan

Suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang memberikan suasana segar dan nyaman. Kondisi lingkungan seperti itu tercipta dengan menciptakan suasana penataan lingkungan, pertamanan, penghijauan pada jalur wisata.

6. Keindahan

Adalah kondisi yang mencerminkan penataan yang teratur, tertib, dan serasi sehingga memancarkan keindahan.

7. Keramahan

Sifat atau perilaku masyarakat yang akrab dalam pergaulan hormat dan sopan santun dalam berkomunikasi, murah senyum, menyapa. 8. Kenangan

Kenyamanan yang baik dari segi lingkungan pelayanan kamar, pelayanan makan minum maupun pelayanan yang lainnya. Kenangan dari segi atraksi budaya yang mempesona dimana wisatawan akan mendapatkan suatu kenangan akan budaya yang mempesona, baik dari segi variasi, mutu, dan kontinuitas maupun waktu yang tepat.

9. Cinderamata

Suatu yang dibawa oleh seorang wisatawan ke rumahnya untuk memori yang terkait dengan benda itu terhadap daerah atau tempat wisata yang telah dikunjungi oleh seseorang tersebut dapat berupa kaos, gantungan kunci, pin, cangkir, jam, dan lainnya.

10.Variasi Aktivitas Wisata

Kegiatan yang dapat dilakukan saat mengunjungi suatu tempat wisata yang mana aktivitas atau kegiatan tersebut sesuai dengan fasilitas dan jenis wisata yang telah tersedia di tempat yang dikunjungi. Jenis aktvitas juga dapat berupa melakukan olahraga karena di objek wisata memiliki fasilitas yang menunjang untuk melakukan olahraga, melakukan kegiatan air seperti naik perahu, berenang, snorkeling, diving, bermain boat dan lainnya. Sarana dan Prasarana

11.Transportasi

Kendaraan umum atau kendaraan yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk mencapai suatu objek wisata di suatu tempat.


(33)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indikator kemenarikan suatu objek wisata dapat dikaitkan dengan potensi pariwisata yang telah ditentukan karena antara potensi pariwisata dan tingkat kemenarikan memiliki kaitan dalam menentukan suatu daerah menjadi berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata dan menjadi objek wisata yang menjadi pilihan dari wisatawan yang akan datang.

Menurut UNWTO (The World Tourism Organization) (dalam Kresic dan Prebezac, 2011, hlm 500) klasifikasi dasar dari atraksi wisata, yang mana klasifikasi dari semua faktor daya tarik daerah tujuan wisata yang secara umum dikategorikan sebagai berikut :

1. Natural Tourist Resources

2. Cultural and historical heritage in tourism 3. Climate conditions

4. Infrastructure

5. Tourist services and facilities

Dari lima kategori yang telah dibuat oleh organisasi pariwisata dunia, terdapat yaitu kondisi iklim. Kondisi iklim di Indonesia yaitu iklim berupa tropis dengan suguhan pariwisata berupa pantai, jajaran pegunungan, suasana hangat serta keramahan masyarakatnya. Setiap negara di dunia tentu memiliki iklim yang berbeda mulai dari eropa yang menyajikan iklim dengan 4 musim yang didalamnya terdapat musim salju yang sangat langka ditemui saat berwisata ke Indonesia bahkan tidak pernah ditemui, hanya saja di daerah timur Indonesia yatu di pegunungan Jaya Wijaya hanya terdapat salju abadi.


(34)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat dibutuhkan dalam melakukan penelitian karena sebagai peranan penting untuk mencapai tujuan dari penelitian dan sebagai langkah untuk mencari data. Metode penelitian menurut Cholid Narbuko (2009, hlm 1) adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan uraian diatas, dalam melakukan suatu penelitian harus menggunakan suatu cara atau metode menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan dari penelitian. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif yang mengungkap pada permasalahan-permasalahan berdasarkan fakta yang telah ada. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Tika (1997, hlm 6) :

“Penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang diberikan interpretasi atau analisis. Penelitian deskriptif perlu memanfaatkan maupun menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik maupun sosial yang dipersoalkan“.

Metode deskriptif dalam penelitian ini akan mengungkap potensi pariwisata apa saja yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin serta tingkat kemenarikan dari masing-masing potensi pariwisata yang ada meskipun potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin masih belum berkembang secara maksimal. Serta mendeskripsikan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Musi Banyuasin. Metode deskriptif dapat didukung dengan metode survey untuk melengkapi proses penelitian. Sesuai pernyataan Tika (1997, hlm 9) “metode penelitian yang bertujuan untuk menentukan mengumpulakan sejumlah data barupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan.” Sehingga diharapkan dalam


(35)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini dapat mengungkapkan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2012, hlm. 61) merupakan Generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Jumlah objek wisata di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu terdapat 54 objek yang tercantum pada peta persebaran potensi pariwisata dari Dinas Pariwisata, populasi terdapat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Wilayah Penelitian di Kabupaten Musi Banyuasin

No Jenis

Wisata Daya Tarik Wisata Klasifikasi Lokasi

1

Wisata Alam

Sungai Musi / Sekayu

Waterfront City Potensial Sekayu

2 Danau Ulak Lia Berpotensi Sekayu

3 Danau Konger Berpotensi Sungai Keruh

4 Danau Cala Berpotensi Lais

5 Danau Hujan Mas Berpotensi Babat Toman

6 Danau (Pulau) Peridak-Panjang Berpotensi Sanga Desa

7 Sungai Kubu Berpotensi Bayung Lencir

8 Sungai Sembilang Berpotensi Lalan

9 Batu Belido Berpotensi Sanga Desa

10 Goa Batu Berpotensi Sungai Keruh

11 Goa Jepang Berpotensi Babat Toman

12 Gajah Jadi Batu Berpotensi Babat Supat

13 Tanah Ampo Berpotensi Lais

14 Perkebunan Gambir Berpotensi Babat Toman

15 Perkebunan Kelapa Sawit Karet

B.Lencir Berpotensi Bayung Lencir 16 Perkebunan Kelapa Sawit Karet

S.Lilin Berpotensi Sungai Lilin 17 Perkebunan Kelapa Sawit Karet

Lais Berpotensi Lais

18 Perkebunan Kelapa Sawit Karet Berpotensi Sanga Desa 22


(36)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanga Desa

19 Perkebunan Kelapa Sawit Karet

B. Toman Berpotensi Babat Toman 20

Wisata Budaya

Rumah Rakit Berpotensi Bayung Lencir 21 Perkampungan Belanda Supat Berpotensi Babat Supat 22 Perkampungan Belanda Kali

Berau Berpotensi Bayung Lencir

23 Makam Keramat Berpotensi Sanga Desa

24 Benda Purbakala Berpotensi Babat Supat

No Daya Tarik Wisata Klasifikasi Lokasi

25 MKP Depati Berpotensi Sekayu

26 MKP Serampu Berpotensi Lawang Wetan

27 MKP Burung Jauh Berpotensi Sungai Keruh

28 MKP Betape Berpotensi Babat Toman

29 MKP Mulan Jadi Berpotensi Lawang Wetan

30 MKP Jenggot Berpotensi Babat Supat

31 MKP Ujan Mas Berpotensi Sanga Desa

32 Candi Sereko Berptensial Babat Toman

33 Peninggalan Sriwijaya Berpotensi Lais

34 Kerajinan anyaman

Bambu/Rotan Potensial Sungai Keruh

35 Upacara Sedekah Bumi Potensial Sungai Keruh

36 Suku Anak Dalam Potensial Bayung Lencir

37 Perayaan Keagamaan Potensial Sekayu

38 Muba Expo dan Festival

Randik Potensial Sekayu

39 Baju Pengantin Potensial Sanga Desa

40 Rumah Bari Potensial Sekayu

41

Wisata Buatan

Pasar Perjuangan Poteensial Sekayu

42 Taman Makam Pahlawan Potensial Sekayu

43 Hotel Ranggonang Potensial Sekayu

44 Masjid Jami’ Annur Potensial Sekayu

45 Rumah Dinas Bupati Potensial Sekayu

46 Komplek Produksi Migas

Tradisional Berpotensi Babat Toman

47 Komplek Produksi Migas

Modern Potensial Lais

48 Stadion Serasan Sekate Potensial Sekayu

49 Gor Ranggonang Potensial Sekayu

50 Gelanggang Remaja Potensial Sekayu

51 Kolam Renang Tirta Randik Potensial Sekayu

52 Stable Berkuda Potensial Sekayu

53 Sirkuit Balap Sky Land Potensial Sekayu

54 Pusat Bisnis Potensial Sekayu

Sumber : Dinas Pariwisata Kab.MUBA

2. Sampel

Wisata Budaya


(37)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampel menurut Tika (2005, hlm 24) adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Adapun sampel dari penelitian ini adalah :

a) Sampel wilayah dalam penelitian ini yaitu :

Tabel 3.2

Sampel Wilayah Penelitian di Kabupaten Musi Banyuasin No Jenis Wisata Daya Tarik Wisata Lokasi 1

Wisata Alam

Sungai Musi dan Jembatan

Musi Kec. Sekayu

2 Danau Ulak Lia Kec. Sekayu

3 Sekayu Waterfront city Kec. Sekayu

4

Wisata Budaya

Rumah Bari Kec. Sekayu

5 Candi Sereko Kec. Babat Toman

6 Makam Puyang Depati Kec. Sekayu

7

Wisata Buatan

Stadion Serasan Sekate Kec. Sekayu

8 Gelanggang Remaja Kec. Sekayu

9 Stabel Kuda Kec. Sekayu

10 Festifal Randik Kec. Sekayu

Sumber : Dinas Pariwisata Kab.MUBA

Sampel pada tabel 3.2 ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yang menyangkut jarak, serta kriteria potensi pariwisata yang telah ada.

b) Sampel manusia dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di sekitaran daerah yang memiliki potensi pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.


(38)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pengambilan sampel manusia dalam penelitian ini yaitu menggunakan accidental sampling. Menurut Sugiyono (2002, hlm 60) :

“Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang cocok sebagai sumber data.”

Jumlah populasi yang lebih dari 100 maka penghitungan pengambilan sampel manusia pada penelitian ini, menggunakan rumus dari Taro Yamane menurut Ridwan dan Akdon (2010, hlm 253) yaitu :

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%) Sesuai rumus yang telah ditetapkan dan dilakukan proses penghitungan, maka jumlah sampel manusia dalam penelitian ini yaitu wisatawan dengan jumlah 100 orang.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2002, hlm 2) variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel penelitian merupakan ukuran sifat atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok atau suatu set yang berbeda dengan yang lainnya. Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Variabel dan Indikator Penelitian


(39)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Potensi dan Kemenarikan Pariwisata

- Aksesibilitas (Accesibility) - Akomodasi (Accommodation) - Fasilitas (Amenities)

- Atraksi (Attraction) - Aktivitas (Activities) - Sapta Pesona

2. Karakteristik wisatawan

- Asal wisatawan - Tingkat pendidikan - Mata pencaharian - Motivasi wisatawan Sumber : Adaptasi beberapa sumber

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpuan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi lapangan

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meneliti secara langsung dan mengamati objek penelitian di lapangan. Perolehan data primer dari lapangan akan sangat membantu dalam kelengkapan data untuk selanjutnya diolah dan dianalisis oleh penulis untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik. Observasi lapangan secara langsung akan dilakukan penulis di daerah yang memiliki potensi pariwisata di Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Data yang diperoleh dari observasi lapangan yaitu berupa hasil pengharkatan melalui lembar observasi untuk mengukur potensi dari beberapa aspek seperti aksesibilitas, sarana prasarana dan atraksi wisata.

b. Penyebaran angket

Menurut Riduwan (2011, hlm 25) ”angket/kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang yang bersedia memberikan respon (informan) sesuai dengan permintaan pengguna (peneliti).


(40)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuisioner ini berisikan pertanyaan untuk mengukur variabel respon (persepsi, sikap dan prilaku) dalam bentuk pertannyaan yang telah disusun secara terstruktur. Penggunaan angket dianggap lebih efektif untuk menghimpun data lapangan yang luas dengan waktu yang cukup singkat jika harus dibandingkan dengan teknik pengambilan data yang laiinnya. Data yang diperoleh dari penyebaran angket yaitu berupa lembar angket untuk mengetahui karakteristik wisatawan, kemenarikan dan potensi pariwisata.

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data dalam rangka untuk analisis masalah terkait, berupa catatan, buku, media cetak dengan cara medokumentasikan atau memotret fenomena yang ada. Dokumentasi yang diperoleh dari lapangan selanjutnya akan dianalisis kondisi daya tarik yang ada di setiap tempat yang dijadikan sampel penelitian.

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu dari Pabundu (2005, hlm 91) yaitu :

a. Editing data, data yang terkumpul di baca kembali kemudian diperbaiki jika ada hal-hal yang masih kurang. Data yang akan diolah lebih lanjut adalah data yang cukup baik dan relevan terhadap tujuan penelitian.

b. Coding, pengklasifikasian atau pengelompokan jawaban menurut macamnya yang bertujuan untuk mempermudah dalam analisis sehingga dapat diketahui apakah data tersebut sudah memenuhi terhadap pertanyaan peneliti.

c. Entry, dilakukan setelah coding data dimana setelah diklasifikasikan data dimasukan kedalam kolom-kolom yang terdapat pada Ms Exel 2010. d. Tabulasi, hasil dari coding dan entry, data-data yang sudah terkumpul

didalam tabel kemudian dapat menghasilkan angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah masalah dalam berbagai kategori kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel.


(41)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data dapat dilakukan setelah selesai mengumpulkan data secara lengkap dari lapangan. Adapun analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan gejala yang nampak di daerah penelitiannya serta kondisi dari keadaan masalah yang diteliti mulai dari mengolah, menginterpretasi data, dan informasi lain berdasarkan data yang sudah dianalisis secara berskala dari literatur dan hasil observasi di lapangan.mendeskripsikan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin melalui data primer yang didapat dari responden dan data pendukung seperti dari data dokumentasi yang ada.

b. Analisis Statistik

Analisis statistik adslah analisis yang digunakan untuk mengaetahui kecenderugan-kecenderungan jawaban responden yang digunakan berdasarkan metode persentase menurut Santoso (2001, hlm 299) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase

f = data yang didapat n = Jumlah seluruh data 100 % = Bilangan konstan

Angka yang dimasukan ke dalam rumus diatas merupakan data yang diperoleh dari hasil jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.

Kriteria penjabaran mengenai nilai persentase yang akan dihasilkan dari penghitungan yaitu menggunakan persentase hasil penelitian yang


(42)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikemukakan oleh Effendi dan Manning (dalam Mahardika,2014, hlm 49) yang dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Persentase Hasil Penelitian

Persentase Kriteria

100 % Seluruhnya

75% - 99% Sebagian besar

51% - 74% Lebih dari setengahnya

50% Setengahnya

25% - 49% Kurang dari setengahnya

1% - 24% Sebagian kecil

0% Tidak ada / tidak seorangpun

Sumber : Effendi dan Manning (dalam Mahardika,2014, hlm 49)

c. Skala Likert

Skala likert menurut Riduwan (2009, hlm 87) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert untuk menganalisis pendapat dan persepsi wisatawan mengenai sapta pesona pariwisata dan mengenai kondisi fasilitas yang tersedia di objek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan di Kabupaten Musi Banyuasin. Pengukuran berdasarkan indikator yang telah diturunkan dari variabel menggunakan skala 1-5 dengan keterangan yang dihubungkan sesuai jawaban, adapun skala likert ditampilkan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Alternatif jawaban menggunakan Skala Likert Indikator Nilai/Kategori Jawaban


(43)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sangat

Lengkap Lengkap

Cukup Lengkap

Kurang Lengkap

Tidak Lengkap

Pernyataan 5 4 3 2 1

Sumber : Riduwan, 2009

Keterangan dari tabel 3.5 memiliki masing-masing nilai yang mana dari nilai tersebut akan diakumulasikan dan dilakukan penghitungan. Adapun keterangan nilai dari skala Likert yang digunakan yaitu :

1) Sangat Lengkap : (SL) Nilai 5 2) Lengkap : (L) Nilai 4 3) Cukup Lengkap : (CL) Nilai 3 4) Kurang Lengkap : (KL) Nilai 2 5) Sangat Tidak Lengkap : (STL) Nilai 1

Angket yang telah disebar dan diisi oleh wisatawan selanjurnya jawaban di tabulasi dan didapat kecenderungan atas jawaban wisatawan tersebut. Angket yang berisikan tabel dengan item sarana dan prasarana yang kemudian diukur menggunakan skala Likert akan diolah dalam perhitungan yaitu :

Skor Indeks = ((F1x1)+(F2x2)+(F3x3)+(F4x4)+(F5x5)) Keterangan

F1 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 ( Sangat Tidak Lengkap )

F2 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 ( Kurang Lengkap ) F3 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 3 ( Cukup Lengkap ) F4 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 ( Lengkap )

F5 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 5 ( Sangat lengkap )

Hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka selanjutnya adalah interpretasi skor yang mencakup hasil dari setiap analisis data yang telah


(44)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan dalam analisis dari setiap jawaban responden yang dijadikan sampel penelitian. berikut adalah tabel persentase hasil akumulasi skala Likert yang akan digunakan :

Tabel 3.6

Kriteria Interpretasi Skor

Angka 0%-20% Sangat lemah

Angka 21%-40% Lemah

Angka 41%-60% Cukup

Angka 61%-80% Kuat

Angka 81%-100% Sangat Kuat

Sumber : Riduwan, 2011

d. Pengharkatan (scoring)

Potensi pariwisata dapat diukur tingkatan nya yaitu menggunakan pengharkatan. Analisis data ini digunakan untuk mengukur beberapa indikator dari variabel yang telah ditentukan. Aspek yang akan dianalisis menggunakan pengharkatan adalah dari aspek aksesibilitas, sarana prasarana, dan atraksi wisata.

Setiap kategori memiliki kriteria yang telah ditentukan untuk mengukur setiap potensi dari berbagai aspek dengan peringkat tertinggi dengan harkat 5 sangat baik, harkat 4 untuk kelas baik, harkat 3 untuk kelas sedang, harkat 2 untuk kurang baik dan harkat 1 untuk kelas buruk. Kriteria pengharkatan diperoleh dari adaptasi beberapa sumber yang mana karakteristiknya memiliki harkat kelas dari sub-sub variabel dilihat pada tabel 3 .

1) Kriteria Pengharkatan aspek aksesibilitas

Tabel 3.7

Harkat Kelas dan Kriteria Kondisi Jalan


(45)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 Sangat Baik Jalan beraspal, tidak bergelombang dan dapat dilalui berbagai jenis kendaraan

4 Baik

Jalan beraspal, bergelombang dan dapat dilalui kendaraan roda empat tanpa

melalui kesulitan

3 Sedang

Jalan beraspal, dengan sedikit bergelombang dan berlubang, terbatas

untuk kendaraan roda empat

2 Kurang Baik Jalan tidak beraspal, berbatu, tidak ada jalan alternatif

1 Buruk Jalan setapak, tidak ada jalan alternatif Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.8

Harkat Kelas dan Kriteria Biaya Transportasi

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Kendaraan tersedia, biaya sangat murah

4 Baik Kendaraan tersedia, biaya murah

3 Sedang Kendaraan tersedia, biaya sedikit murah

2 Kurang Baik Kendaraan tidak tersedia, biaya mahal

1 Buruk Sama sekali tidak tersedia

Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.9

Harkat Kelas dan Kriteria Jenis Kendaraan

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Tersedia angkutan ke lokasi wisata (bus, minibus) dalam jumlah > 10

4 Baik

Tersedia angkutan ke lokasi wisata, jumlah 10 jenis beragam (bus, minibus,

angkot, ojek)

3 Sedang

Tersedia angkutan ke lokasi wisata, jumlah < 10, jenis beragam (angkot, ojek,

dll)

2 Kurang Baik Tersedia angkutan ke lokasi wisata, jumlah < 10 jenis tidak beragam

1 Buruk Kendaraan tidak tersedia

Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)


(46)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Harkat Kelas dan Kriteria Jarak terhadap Jaringan Transportasi

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Lokasi wisata berjarak dekat dengan jaringan transportasi umum, terdapat transportasi umum dan jadwal tetap

4 Baik

Lokasi wisata berjarak dekat dengan jaringan transportasi umum, terdapat transportasi umum dan tidak ada jadwal

tetap

3 Sedang

Lokasi wisata berjarak jauh dengan transportasi umum, terdapat transportasi

umum

2 Kurang Baik

Lokasi wisata berjarak jauh dengan jaringan transportasi umum, tidak

tersedia transportasi umum

1 Buruk Lokasi terisolasi

Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.11

Harkat Kelas dan Kriteria Waktu Tempuh

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Waktu tempuh sangat singkat dengan laju kecepatan tinggi (min. 100 km/jam)

4 Baik Waktu tempuh singkat dengan laju

kecepatan tinggi (min. 80 km/jam)

3 Sedang Waktu tempuh cukup lama dengan laju kecepatan sedang (< 60 km/jam)

2 Kurang Baik Waktu tempuh cukup lama dengan laju kecepatan lambat (< 20 km/jam)

1 Buruk Waktu tempuh sangat lama (< 10 km/jam)


(47)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Kriteria Pengharkatan aspek atraksi wisata

Tabel 3.12

Harkat Kelas dan Kriteria Jenis Wisata

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Keragaman atraksi yang ada di lokasi wisata ada > 6

4 Baik Keragaman atraksi yang ada di lokasi wisata ada 6 – 5

3 Sedang Keragaman atraksi yang ada di lokasi wisata ada 3 – 4

2 Kurang Baik Keragaman atraksi yang ada di lokasi wisata ada 1 – 2

1 Buruk Tidak ada atraksi yang dapat dilihat Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.13

Harkat Kelas dan Kriteria Variasi Aktivitas Wisata

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada > 6 (camping, berenang, berperahu, memancing, makan, piknik, duduk-duduk, bersantai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi, berbelanja)

4 Baik

Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 6-5 (camping, berenang, berperahu, memancing, makan, piknik, duduk-duduk, bersantai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi, berbelanja)

3 Sedang

Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 3-4 (camping, berenang, berperahu, memancing, makan, piknik, duduk-duduk, bersantai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi, berbelanja)

2 Kurang

Baik

Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 1-2 (camping, berenang, berperahu, memancing, makan, piknik, duduk-duduk, bersantai/berteduh,


(48)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bermain air, jalan-jalan, fotografi, berbelanja)

1 Buruk Keragaman aktivitas yang dilakukan tidak ada Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.14

Harkat Kelas dan Kriteria Keunikan

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Ada 4 kriteria (nilai sejarah, kekhasan flora dan fauna, dan kekhasan

lingkungan)

4 Baik

Ada 3 kriteria (nilai sejarah, kekhasan flora dan fauna, dan kekhasan

lingkungan)

3 Sedang

Ada 2 kriteria (nilai sejarah, kekhasan flora dan fauna, dan kekhasan

lingkungan)

2 Kurang Baik

Ada 1 kriteria (nilai sejarah, kekhasan flora dan fauna, dan kekhasan

lingkungan)

1 Buruk Tidak ada keunikan yang menonjol

Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.15

Harkat Kelas dan Kriteria Adat Istiadat

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Jumlah tradisi adat istiadat sangat banyak (min. 5 tradisi)

4 Baik Jumlah tradisi adat istiadat banyak (min. 3 tradisi)

3 Sedang Jumlah tradisi adat istiadat < 3 tradisi

2 Kurang Baik Jumlah tradisi adat istiadat hanya ada 1 jenis


(49)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 Buruk Tidak ada jenis tradisi adat istiadat Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.16

Harkat Kelas dan Kriteria Event Wisata

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Keragaman event wisata (min. 5 macam dan rutin dilaksanakan)

4 Baik Keragaman event wisata (min. 3 macam

dan rutin dilaksanakan)

3 Sedang Keragaman event wisata (< 3 macam dan rutin dilaksanakan)

2 Kurang Baik Jenis event wisata kurang dan tidak beragam

1 Buruk Tidak ada event wisata yang

diselenggarakan Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.17

Harkat Kelas dan Kriteria Banyaknya Kesenian

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Jumlah kesenian sangat banyak (min. 5 jenis kesenian yang dapat dipertontonkan)

dan rutin diselenggarakan

4 Baik Jumlah kesenian sangat banyak (min. 3 jenis kesenian yang dapat dipertontonkan)


(1)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tinggi/sangat

mendukung

dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan

parameter-parameter yang telah ditetapkan II

Potensi sedang/cukup

mendukung

15 – 22

Suatu kawasan yang tinggi potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya

tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan I

Potensi rendah/kurang

mendukung

6 – 14

Suatu kawasan yang kurang tinggi potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan

parameter-parameter yang telah ditetapkan Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber (2015)

Tabel 3.30

Prosedur Penentuan Kelas Potensi Sarana dan Prasarana Kelas Tingkat Penilaian

Potensi Jenjang Rata-rata Harkat Kriteria III Potensi tinggi/sangat mendukung

27 – 35

Suatu kawasan yang sangat tinggi potensi dukungan sarana dan prasarana terhadap daya tarik wisata berdasarkan

parameter-parameter yang telah ditetapkan II

Potensi sedang/cukup

mendukung

17 – 26

Suatu kawasan yang tinggi potensi dukungan sarana dan prasarana terhadap daya tarik wisata berdasarkan

parameter-parameter yang telah ditetapkan

I

Potensi rendah/kurang

mendukung

7 - 16

Suatu kawasan yang kurang tinggi potensi dukungan sarana dan prasarana terhadap daya tarik wisata berdasarkan

parameter-parameter yang telah ditetapkan


(2)

G. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Indikator Bentuk

Instrumen No Item Sasaran Point pertanyaan

1 Karakteristik Wisatawan

- Identitas wisatawan

Format Angket

A1-A3

Wisatawan

Nama, Usia dan Daerah asal. - Tingkat

pendidikan A4 Pendidikan terakhir

- Mata pencaharian A5 - A6 Pekerjaan dan Pendapatan per bulan.

- Motivasi

wisatawan A7 – A9

Tujuan mengunjungi, waktu mengunjungi dan kesesuaian dengan harapan wisatawan.

2

Potensi dan Kemenarikan Pariwisata

- Aksesibilitas

(Accesibility) Format Angket

A9-A15

Wisatawan

1. Cara mencapai tempat wisata 2. Jenis kendaraan yang tersedia 3. Biaya / harga penggunaan kendaraan 4. Tingkat kemudahan menemukan kendaraan

5. Frekuensi kendaraan 6. Kondisi jalan - Akomodasi

(Accommodation) A16-A19

Lama berwisata, tempat menginap, jenis, dan pelayanan akomodasi.


(3)

- Fasilitas

(Amenities) B1 – B2

Kelengkapan fasilitan dan tingkat kenyamanan menggunakan fasilitas

- Atraksi (Attraction) - Aktivitas

(Activities)

C1 Jenis wisata, suguhan yang dinikmati,

aktibitas yang dilakukan. - Keamanan

- Ketertiban - Kebersihan - Kenyamanan

- Kesejukan - Keindahan - Keramahan

- Kenangan - Cinderamata

Format Angket

B2,

C2-C4 Wisatawan

Kenyamanan di objek wisata, wisata yang digemari, harapan terhadap wisata di daerah.


(4)

Masalah di Lapangan

KESIMPULAN 1. Analisis Deskriptif

2. Persentase 3. Skala Likert 4. Pengharkatan (Skoring)

Pengolahan Data dan Analisis Data

Data Primer - Observasi

- Angket Pengumpulan Data

1.Bagaimana potensi pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin ?

2.Bagaimana kemenarikan pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin ? 3.Bagaimana karakteristik wisatawan di

Kabupaten Musi Banyuasin ?

Memberi Manfaat kepada Penulis, Pemerintah, dan

wisatawan Tujuan yang Dicapai Rumusan Masalah

Observasi Lapangan Tahap Awal

Data Sekunder Data dari Dinas

Pariwisata

Menja

wa

b


(5)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bintarto. Dan Surastopo. (1979). Metode Analisa Geografi. Jakarta : LP3ES. Kresic, Damir dan Prebezac, Darko. (2011). Index of Destination Attractiveness

as a Tool for Destination Attractivness Assesment. Vol 59 no 4/2011/497-517. Zagreb, Croatia.

Marpaung, Happy et al. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta. Maryani, Enok. (2010). Dimensi Geografi Dalam Kepariwisataan Dan

Relevansinya Dengan Dunia Pendidikan. www.scribd.com . 26 Februari 2015.

Maryani, Enok. Dan Logayah, Dina. (2007). Pengembangan bandung sebagai kota wisata warisan budaya ( culture heritage). www.file.upi.edu . 26 Februari 2015

Muljadi, A.J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Pendit, S. Nyoman. (2002). Ilmu Pariwisata. Jakarta : Prodnya Paramita.

Pitana, I Gde. dan Diarta. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Pitana, I.Gde. dan Gayatri, G.P. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi. Putri, T Tiara. (2013). Analisis Potensi Pariwisata Di Pulau Karimun Provinsi

Kepulauan Riau. Bandung : Tidak Diterbitkan

Riduwan, dan Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Kartawab dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta

Riduwan. (2011). Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta Ridwana, Riki. (2011). Pengembangan Kawasan Situ Gede Sebagai Objek Wisata

Andalan Kota Tasikmalaya. Bandung : Tidak Diterbitkan

Santoso, Gempur. (2001). Metodologi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmaja, Nursid. (1981). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni

Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara. Wardiyanta. (2006). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : Andi


(6)

MAILISA ISVANANDA, 2015

POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yoeti, A Oka. (1997). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita.

Yoeti, A Oka. (2010). Dasar-dasar Pengertian Hospitaliti dan Pariwisata. Bandung : Alumni.

B. Peraturan Pemerintah dan Dokumen Lembaga

Badan Pusat Statistika Kabupaten Musi Banyuasin 2012 Dinas Pariwisata Kabupaten Musi Banyuasin

Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten Musi Banyuasin 2012