THE INFLUENCE OF WATCHING SOCCER COMPETITION IN TELEVITION TOWARD CHILD’S SOCIAL BEHAVIOR IN PLAYING SOCCER.
PENGARUH MENONTON PERTANDINGAN SEPAKBOLA DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DALAM BERMAIN
SEPAKBOLA
(Studi Ex Post Facto Tentang Perilaku Sosial Anak Penonton Berat/Sering dan Perilaku Sosial Anak Penonton Ringan/Jarang dalam Bermain Sepakbola)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga
OLEH
Romi Cendra
1201389
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
PENGARUH MENONTON PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI
TELEVISI TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DALAM
BERMAIN SEPAK BOLA
Oleh Romi Cendra S.Pd SPS Bandung, 2014
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Jurusan Pendidikan Olahraga
© Romi Cendra 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Halaman Pengesahan Tesis
ROMI CENDRA
PENGARUH PERTANDINGAN SEPAKBOLA DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DALAM BERMAIN SEPAKBOLA
(Studi Ex Post Facto Tentang Perilaku Sosial Anak Penonton Berat/Sering dan Perilaku Sosial Anak Penonton Ringan/Jarang dalam Bermain Sepakbola)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. R. Boyke Mulyana, M.Pd NIP. 196210231989031001
Pembimbing II
Dr. Dian Budiana, M.Pd NIP. 197706292002121002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. H. Adang Suherman, MA NIP. 196306181988031002
(4)
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Struktur Organisasi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Media Massa Televisi (TV) ... 7
1. Pengertian Televisi ... 7
2. Pertelevisian Indonesia ... 8
3. Fungsi Media Massa Televisi ... 9
4. Dampak Media Massa Televisi ... 11
5. Intensitas dan Frekuensi Menonton TV ... 16
6. Televisi dan Sepakbola ... 17
B. Perilaku Sosial ... 20
1. Perilaku Sosial ... 20
2. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial ... 22
3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial ... 24
C. Karakteristik Pemain Sepakbola ... 27
D. Kerangka Berpikir ... 28
E. Penelitian Terdahulu ... 30
F. Asumsi Dasar Penelitian ... 32
(5)
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
B. Metode Penelitian ... 34
C. Desain Penelitian ... 36
D. Defenisi Operasional Variabel ... 37
E. Instrument Penelitian ... 39
F. Uji Coba Instrumen ... 48
G. Teknik Pengumpulan Data ... 50
H. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Hasil Penelitian ... 53
1. Deskripsi Data ... 53
2. Uji Normalitas ... 55
3. Uji Homogenitas ... 56
4. Pengujian Hipotesis ... 58
B. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Rekomendasi ... 64
(6)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 2.1. Gambar Stimulus Organisme Respon ... 20 3.2. Gambar Alur Penelitian ... 37 3.3. Gambar Perbandingan Perilaku Sosial Kelompok Penonton Berat
(7)
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1. Tabel Kisi-kisi Angket Menonton Pertandingan Sepakbola di TV .. ... 40
3.2. Tabel Respon Subjek dan Skor Aitem ... 43
3.3. Tabel Kisi-kisi Angket Perilaku Sosial ... 46
3.4. Tabel Pernyataan Perilaku Sosial Anak Dalam Bermain Sepakbola ... 47
4.1. Tabel Deskripsi Data Perilaku Sosial ... 53
4.2. Tabel Tets of Normality ... 55
4.3. Tabel Tets of Homogeneity of Variance ... 57
4.4. Tabel Group Statistics ... 59
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Artikel Jurnal ... 70
B. Angket Ujicoba Intensitas Menonton ... 82
C. Data Baku Hasil Ujicoba Angket Menonton ... 85
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Menonton ... 87
E. Angket Intensitas Menonton yang Sudah Valid dan Reliabel ... 89
F. Uji Coba Skala Sikap Perilaku Sosial ... 91
G. Data Baku Hasil Ujicoba Skala Sikap Perilaku Sosial ... 94
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap Perilaku Sosial ... 96
I. Skala Sikap Perilaku Sosial yang Sudah Valid dan Reliabel ... 100
J. Data Baku Angket Intensitas Menonton ... 101
K. Rating Angket Intensitas Menonton ... 105
L. Data Baku Skala Sikap Perilaku Sosial ... 109
M. Sampel Kelompok Perilaku Sosial Anak Penonton Berat ... 113
N. Sampel Kelompok Perilaku Sosial Anak Penonton Ringan ... 114
O. Test of Normality ... 116
P. Test Homogeneity ... 119
(9)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Globalisasi adalah fenomena multi dimensi yang meretas batas, tidak hanya dalam dimensi politik, ekonomi, dan sosial akan tetapi implikasi akibatnya sampai juga pada tahap mempengaruhi perkembangan dunia sains dan teknologi. Secara teoretik, globalisasi sebagai sebuah pendekatan dalam dunia ilmu-ilmu sosial pada tahapan tertentu sangat mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, (Arizka, 2008, hlm. 309).
Perkembangan teknologi semakin hari semakin pesat, seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan teknologi informasi memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap terjadinya globalisasi dunia. Teknologi informasi (IT) yang kini berkembang amat pesat, tidak bisa dipungkiri memberikan kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses globalisasi. Mulai dari wahana teknologi informasi yang paling sederhana berupa koran, majalah, perangkat radio, dan televisi, hingga internet dan telepon genggam dengan protokol aplikasi tanpa kabel (WAP), informasi mengalir dengan sangat cepat dan menyeruak kesadaran banyak orang, (Jajat, 2010, hlm. 5).
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsa terhadap bagaimana seorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari. Sedemikian besarnya pengaruh media terhadap masyarakat, sehingga bisa merubah perilaku seseorang seperti apa yang dilihatnya dimedia.
Atkinson & Shiffrin (1971, hlm. 89) mengatakan bahwa semua rangsangan stimulus baik itu objek visual, auditif maupun konatif diterima oleh organ-organ indera (sensory memory) dan diteruskan ke working memory atau kadang disebut juga Short Term Memory (STM) akhirnya berlabuh di Long Term Memory (LTM). Stimulus hanya diterima oleh sensory memory hanya beberapa detik, dan jika seseorang memberikan perhatian pada stimulus, maka stimulus itu akan memasuki Short Term Memory/Working yang mampu menyimpan memory
(10)
sampai dengan sekitar 20 detik, jika ada perhatian, usaha ataupun proses pada tahapan ini, maka stimulus itu akan tersimpan di Long Term Memory secara permanen. Tanpa perhatian dan proses yang lebih kompleks pada setiap proses akan mengakibatkan lupa.
Kognisi akan terefleksi pada sikap terhadap sesuatu, yang berarti hasil asosiasi acara di media massa (khususnya televisi) yang tertanam dalam benak tiap-tiap orang akan mempengaruhi sikap ataupun perilakunya. Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang.Media memberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi.Penelitian menunjukkan bahwa persepsi mempengaruhi sikap (attitude) dan perilaku seseorang, (Hakim, 2006).
Kritikus sosial Novak, M (dalam Vivian, 2008, hlm. 225) mengatakan televisi adalah pembentukan geografi jiwa, televisi membangun struktur ekspektasi jiwa secara bertahap, televisi melakukan itu persis seperti sekolah memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun-tahun, televisi mengajari pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir.
Globalisasi pada hakikatnya telah membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media massa televisi yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima informasi tentang peradaban baru yang datang dari seluruh dunia.
Olahraga merupakan salah satu acara yang mengglobal dan sering muncul di media massa televisi, baik itu olahraga prestasi, olahraga tradisional maupun komplik yang terjadi dalam dunia olahraga seperti perkelahian antar atlet, manajamen tim atau klub yang tidak baik serta banyak diantara atlet yang jadi bintang iklan atau produk, cara kerjasama tim dalam bermain, kekompakan tim bahkan sampai pola hidup atlet dalam sehari-hari.
Acara olahraga di televisi yang banyak ditonton oleh masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang tua adalah pertandingan sepakbola, mereka tidak tahu dengan waktu dalam menonton pertandingan sepakbola di televisi mulai dari sore, malam bahkan tahan begadang sampai dini hari demi menonton pertandingan sepabola di televisi. Khususnya pelajar atau siswa yang sering
(11)
menonton atau penonton berat pertandingan sepakbola di televisi sebagian mereka ada yang meniru gaya dari atlet yang dia sukai, seperti pakaiannya, potongan rambut, dan merek sepatu yang dipakai oleh atlet idolanya serta banyak pula diantara anak-anak atau siswa yang meniru cara atlet dalam bermain, baik itu sifat pemberani, sifat berkuasa, sifat inisiatif secara sosial, suka bergaul, sifat ramah, simpati, suka bersaing, sifat agresif, sifat kalem, dan suka pamer, kerjasama dalam tim, ketenangan dalam bermain, dan sportifitas bahkan ketika menonton pertandingan sepakbola terlihat emosionalnya meluap-luap, seolah-olah mereka lebih pintar dari pemain yang ditontonnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, sesuai dengan teori Kultivasi Garbner, G (dalam Kurniawan, 2013) menjelaskan bahwa televisi memiliki pengaruh yang besar atas sikap dan perilaku penontonnya. Pengaruh tersebut tidak muncul seketika melainkan bersifat kumulatif dan tidak langsung.Lebih jelasnya dapat dikemukakan bahwa pengaruh yang muncul pada diri penonton merupakan tahap lanjut setelah media itu terlebih dahulu mengubah bentuk keyakinan-keyakinan tertentu pada diri mereka melalui berbagai acara yang ditayangkan.
Dalam kaitannya dengan respon tersebut, media massa televisi berperan aktif untuk dapat memberikan masukan pada kognisi individu siswa dan masyarakat melalui berbagai informasi dan pemberitaan yang disajikan. Stimulus yang diterima dari media massa akan direspon dan akhirnya dapat membentuk sikap dan perilaku seseorang, (Jajat, 2010, hlm. 10).
Mengenai teristimulusnya respon dari media massa. Bungin (2009, hlm. 281) mengatakan bahwa teori stimulus-respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience.
Dalam kaitannya dengan respon tersebut bahwa efek dari pertandingan sepakbola di televisi terhadap pembentukan sikap atau perilaku sosial seseorang sangat berpengaruh terhadap apa yang dilihat dari objek yang dia sukai, terkait dengan siswa, siswa merupakan elemen yang paling mudah terpengaruh oleh media massa televisi, oleh karena itu media massa televisi merupakan salah satu
(12)
aspek yang bisa merubah perilaku sosial anak seperti perilaku peran, perilaku dalam hubungan sosial dan perilaku ekspresif dalam berinteraksi baik sesama teman maupun dalam gaya meraka melakukan aktifitas olahraga.
Dalam pemaparan dan uraian latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang sejauh mana “Pengaruh Pertandingan Sepakbola di televisi (TV) terhadap Perilaku Sosial Anak Dalam
BermainSepakbola”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Secara perlahan-lahan namun efektif, media massa televisi membentuk pandangan pemirsa terhadap bagaimana seorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari. Sedemikian besarnya pengaruh media terhadap masyarakat, sehingga bisa merubah perilaku seseorang seperti apa yang dilihatnya dimedia, salah satunya yaitu media massa televisi.
Kritikus sosial Novak, M (dalam Vivian, 2008, hlm. 225) mengatakan televisi adalah pembentukan geografi jiwa, televisi membangun struktur ekspektasi jiwa secara bertahap, televisi melakukan itu persis seperti sekolah memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun-tahun, televisi mengajari pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir.
Acara media massa televisi saat ini yang sangat mengglobal adalah pertandingan sepakbola, mulai dari anak-anak sampai orang tua ikut menyaksikan pertandingan sepakbola melalui media massa televisi bahkan tahan begadang dini hari sampai pagi hari demi menonton pertandingan sepakbola di televisi. Khususnya pelajar atau siswa yang sering menonton atau penonton berat pertandingan sepakbola di televisi sebagian mereka ada yang meniru gaya dari atlet yang dia sukai, seperti pakaiannya, potongan rambut, dan merek sepatu yang dipakai oleh atlet idolanya serta banyak pula diantara anak-anak atau siswa yang meniru cara atlet dalam bermain, baik itu sifat pemberani, sifat berkuasa, sifat inisiatif secara sosial, suka bergaul, sifat ramah, simpati, suka bersaing, sifat
(13)
agresif, sifat kalem, dan suka pamer, kerjasama dalam tim, ketenangan dalam bermain, dan sportifitas.
Sesuai dengan respon tersebut anak-anak yang sering menonnton atau penonton berat pertandingan sepakbola di televisi akan terpengaruh sikap dan perilaku terhadap apa yang dilihatnya. Hal ini sesuai dengan teori Kultivasi Garbner, G (dalam Kurniawan, 2013)menjelaskan bahwa televisi memiliki pengaruh yang besar atas sikap dan perilaku penontonnya.Pengaruh tersebut tidak muncul seketika melainkan bersifat kumulatif dan tidak langsung.Lebih jelasnya dapat dikemukakan bahwa pengaruh yang muncul pada diri penonton merupakan tahap lanjut setelah media itu terlebih dahulu mengubah bentuk keyakinan-keyakinan tertentu pada diri mereka melalui berbagai acara yang ditayangkan.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik identifikasi masalahnya yaitu: 1. Bahwa kebanyakan anak-anak pada saat sekarang tidak tahu dengan waktu
dalam menonton pertandingan sepakbola di televisi, mereka sering menonton pertandingan sepak bola di televisi pada waktu sore, malam dan bahkan mereka tahan begadang sampai dini hari, sebagian mereka ada yang meniru atletnya dalam berperilaku bermain sepakbola.
2. Banyak anak-anak khususnya pelajar yang terlihat emosionalnya meluap-luap ketika menonton pertandingan sepakbola di televisi bahkan seolah-olah mereka lebih pintar dari pemain yang ditontonnya.
C. Rumusan Masalah
Masalah pada umumnya dikenal dengan kesenjangan antara harapan dan kenyataan, jadi berdasarkan identifikasi masalah dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah pertandingan sepakbola di televisi dapat mempengaruhi perilaku sosial anak dalam permainan sepakbola ?
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara anak-anak yang sering menonton dan yang jarang menonton pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosialnya dalam bermain sepakbola ?
(14)
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
Tujuan secara umum adalah untuk mengetahui dan menguji apakah pengaruh pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola. Sedangkan tujuan secara khususnya adalah untuk mengetahui dan menguji perbedaan pengaruh anak yang sering menonton dengan anak yang jarang menonton pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola.
E. Manfaat Penelitian
Secara umum penulis sangat mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hal yang positif terhadap masyarakat karena media massa khususnya pertandingan sepakbola di televisi sangat memberikan pengaruh terhadap perilaku sosial seseorang atau peserta didik dalam beriteraksi dengan orang lain. Adapun manfaat secara khususnya semoga penelitian ini memberikan sumbangan atau suatu pencerahan yang positif terhadap peserta didik terutama tempat penulis melakukan penelitian ini untuk bisa menyaring pertandingan sepakbola di televisi supaya tercipta perilaku sosial yang bisa dicontoh bagi peserta didik yang lain khususnya dalam bermain sepakbola, dan penulis juga berharap penelitian ini bisa menjadi rujukan serta gambaran tentang pengaruh pertandingan sepakbola di televisi terhadap perkembangan seseorang atau peserta didik.
F. Struktur Organisasi
Struktur organisasi penulisan dalam tesis ini berdasarkan panduan penulisan karya ilmiah UPI tahun 2013.Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusalan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.Bab II berisikan kajian pustaka, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Bab III berisikan tentang metode penelitian, sementara ini untuk bab IV dan V berisikan tentang hasil penelitian dan kesimpulan.
(15)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dan IPS serta XI IPA dan IPS Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Garut KecamatanCikajang KabupatenGarut Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 150 orang siswa.
2. Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Purposive
Sampling yaitu pemilihan sampel hanya dilakukan dengan cara menentukan
sekelompok subjek yang diambil dari populasi sebagai sampel yang telah ditentukan karateristiknya. Adapun penentuan sampelnya adalah setelah angket disebarkan kepada populasi yang dikategorikan siswa yang rutinitas satu kali dalam seminggu bermain sepakbola dan siswa yang sering atau jarang menonton pertandingan sepakbola di televisi.Setelah angket disebarkan kepada populasi yang berjumlah 150 orang maka ditemukan sampel dengan kategori siswa yang rutinitas bermain sepakbola satu kali dalam seminggu berjumlah 77 orang dan untuk menentukan kategori siswa penonton berat/sering serta siswa penonton ringan/jarang maka setiap butir jawaban dari setiap responden di rating dari yang terbesar ke terkecil dan diambil 27% dari kelompok atas sebagai penonton berat/sering dan 27% dari kelompok bawah sebagai penonton ringan/jarang.Sehingga jumlah sampel untuk penonton berat/sering adalah 21 orang dan sampel untuk penonton ringan/jarang berjumlah 21 orang.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian ex post facto. Dalam hal ini Kerlinger (1964, hlm. 360) mendefinisikan metode penelitian ex
(16)
The research in which the independent variable or variable have already occurred and in which the researchers starts with the observations of a dependent variable or variable in retrospect for their possible relations to and effects on the dependent variable or variables.
Pendapat Kerlinger dapat disimpulkan bahwa ex post facto adalah suatu metode penelitian yang didalamnya variabel bebas telah terjadi atau telah dilaksanakan (tanpa ada perlakuan), dan peneliti memulai dengan mengobservasi hubungan yang terlihat antara variabel bebas dan variabel terikat. Lebih lanjut Sugiyono (1999, hlm. 7) mengemukakan bahwa “penelitian ex post facto adalah
suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut”.
Ciri utama dalam penelitian ex post facto adalah tidak adanya perlakuan yang diberikan oleh peneliti atau dengan kata lain perlakuannya sudah dilakukan tanpa ada kontrol dari peneliti. Tujuan penelitian ex post facto adalah untuk melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Syaodih (2008, hlm. 55) yang menjelaskan bahwa : penelitian ekpos fakto (ex post facto research) meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu.
Metode ex post facto menitik beratkan pada penelitian komparatif. Arikunto (2006, hlm. 268) menjelaskan bahwa penelitan komparatif yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya.
(17)
C.Desain Penelitian
Untuk memberikan gambaran mengenai alur pikir dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran sebuah desain penelitian causal-comparative dari Fraenkel, dkk. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Fraenkel, dkk. (1993, hlm. 321) bahwa :“The basic causal-comparative design involves selection two or more groups that differ on a particular variable of interest and comparing them
on another variable or variables”.
Pendapat Fraenkel, dkk dapat di ambil kesimpulan bahwa desain kausal-komparatif melibatkan pemilihan dua atau lebih kelompok yang berbeda pada variabel tertentu yang menarik dan membandingkan mereka pada variabel lain. Menurut Sugiyono (2005:11) menjelaskan penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
Dalam hal ini peneliti akan membandingkan anak-anak yang sering menonton pertandingan sepakbola di televisi dengan anak-anak yang jarang menonton pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola. Maka untuk memudahkan penelitian desain variabelnya seperti dibawah ini :
Group Independent Variable Dependent Variable
I CI 0
(Penonton Berat) (Perilaku Sosial)
II C2 0
(Penonton Ringan) (Perilaku Sosial) Desain Penelitian Causal-Comparative
(Sumber : Fraenkel, dkk. 1993, hlm. 321)
Selain desain penelitian yang ada di atas, maka ada pula alur yang digunakan dalam penelitian ini sebagai jalur untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini. Adapun alur penelitiannya seperti gambar 3.2 hal 37.
(18)
Gambar 3.2 : Alur Penelitian D. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah ciri dari individu, obyek, gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Sugiyono (2009, hlm. 38) mengatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian
Mencari Permasalahan yang ada di Lapangan
Penelusuran beragam data empirik dan teoretik sebagai landasan berpikir
Perumusan Hipotesis
Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen, dan Pengumpulan Data
Angket Nonton TV Skala Sikap Perilaku
Sosial Menganalisis dan Menginterpretasi Data
Penarikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan hasil
(19)
yang sebenarnya. Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat atau variabel yang mempengaruhinya. Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah anak-anak yang menonton pertandingan sepakbola di televisi. Sedangkan variabel terikatnya adalah perilaku sosial anak dalam permainan sepakbola
1. Variabel bebas
a. Pengaruh menonton pertandingan sepakbola di televisi
Pertandingan sepakbola merupakan acara yang menglobal pada saat sekarang di media massa televisi, dari anak kecil sampai orang tua ikut dalam menyaksikan pertandingan sepakbola di televisi bahkan tahan bergadang dini hari sampai pagi hari demi menonton pertandingan sepakbola di televisi. Menonton pertandingan sepakbola di televisi dapat berlangsung dalam intensitas yang berbeda-beda antara seseorang dengan orang lain. Dalam penelitian ini penulis kategorikan anak yang sering menonton dengan frekuensi berapa kali dia menonton dalam satu minggu pertandingan sepakbola melalui media televisi. 2. Variabel terikat
b. Perilaku sosial
Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan perilaku sosial yang ditunjukkan oleh siswa dalam melakukan permainan sepakbola. Perilaku sosial tersebut masih bersifat abstrak, sehingga mungkin bersifat ambigu.Karena itu perlu diubah menjadi sebuah defenisi yang memiliki arti yang jelas tentang rangkaian perilaku yang ada dalam permainan sepakbola. Dari uraian diatas, maka perilaku sosial dapat diartikan secara operasional sebagai data angka yang diperoleh seorang subyek. Data mengenai perilaku sosial diperoleh dari aspek perilaku peran, perilaku hubungan sosial dan perilaku ekspresif dalam bermain sepakbola.
(20)
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002, hlm. 128). Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan intrumen yang berupa angket dan skala sikapuntuk menjawab pertanyaan peneliti. Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakmand (1990, hlm. 184) sebagai berikut :
a. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.
b. Mengajukan pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.
c. Sifat pernyataan harus netral dan objektif
d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.
e. Keseluruhan pernyataan dalam angket dan skala sikap harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyusun pernyataan berupa angket dan skala sikapharus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Berikut adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Angket (menonton pertandingan sepakbola di televisi)
Angket digunakan untuk menjaring data atau informasi tentang aktifitas menonton pertandingan sepakbola di televisi. Adapun angket dalam penelitian ini adalah angket terstruktur dengan jawaban tertutup. Dalam menentukan tingkat keseringan (frekuensi) anak dalam menonton pertandingan sepakbola di televisi maka harus diketehaui intensitas anak dalam menonton tersebut, Intensitas menurut Pino & Wittermans (dalam Putro, H. D, Kurniawan, I. N. 2007) adalah kehebatan kegiatan atau kedalaman penghayatan. Azjen (dalam Niki, 2013) membagi intensitas menjadi empat aspek yang mempengaruhi intensitas anak dalam menonton, yaitu: (1) Frekuensi atau tingkat keseringan; (2) Perhatian atau daya konsentrasi dalam menonton televisi; (3) Penghayatan atau pemahaman
(21)
terhadap tayangan televisi yang disajikan; (4) Durasi atau kualitas kedalaman menonton.
Berikut adalah kisi-kisi angket yang memuat variabel penelitian, sub variabel, dan indikator. Indikator pada angket merupakan penjelasan atau rincian dari setiap variabel berdasarkan kajian teoritik. Kisi-kisi angket menonton pertandingan sepakbola di televisi yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Angket Menonton Pertandingan Sepakbola di Televisi
Variabel Indikator Sub Indikator Item
Intensitas menonton pertandingan
sepakbola di televisi
Frekuensi Tingkat keseringan
Banyaknya menonton
1,2
Durasi Kualitas menonton
Lamanya menonton
Keseriusan menonton
1,2,3
Perhatian Fokus dalam menonton
Konsisten dalam menonton
Semangat untuk menonton
Konsentrasi dalam menonton
1,2,3,4
Penghayatan Keterikatan emosional
Perasaan yang mendalam
Imajinasi saat menonton
Menambah wawasan dalam menonton
1,2,3,4
Selanjutnya setelah membuat kisi-kisi angket, peneliti membuat pernyataan berdasarkan indikator seperti dibawah ini:
1. Frekuensi menonton pertandingan sepakbola di televisi 1) Saya menonton setiap pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah b. Sangat jarang
(22)
c. Sangat sering d. Hampir selalu
2) Dalam satu minggu, saya menonton setiap pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah (1 kali) b. Sangat jarang (1 s/d 2 kali ) c. Sangat sering (3 s/d 4 kali) d. Hampir selalu (5 s/d 6 kali)
2. Durasi menonton pertandingan sepakbola di televisi
1) Saya menonton setiap pertandingan sepakbola di televisi sampai selesai a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang c. Sangat sering d. Hampir selalu
2) Saya menghabiskan waktu untuk menonton pertandingan sepakbola ditelevisi
a. Hampir tidak pernah (kurang dari 15 Menit) b. Sangat jarang ( ± 30 menit)
c. Sangat sering (± 45 menit) d. Hampir selalu (± 90 menit)
3) Saya menantikan setiap ada pertandingan sepakbola di televisi a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang c. Sangat sering d. Hampir
3. Perhatian menonton pertandingan sepakbola di televisi
1) Saya selalu fokus dalam memperhatikan pertandingan sepakbola di televisi a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang c. Sangat sering d. Hampir selalu
(23)
2) Saya tidak mengganti channel televisi saat menonton pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah b. Sangat jarang
c. Sangat sering d. Hampir selalu
3) Saya tidak ingin melewatkan setiap ada jadwal pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah b. Sangat jarang
c. Sangat sering d. Hampir selalu
4) Saya menyediakan waktu luang yang khusus untuk menonton pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah b. Sangat jarang
c. Sangat sering d. Hampir selalu
4. Penghayatan menonton pertandingan sepakbola di televisi
1) Saya akan marah apabila ada yang mengganggu ketika saya sedang menonton pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah b. Sangat jarang
c. Sangat sering d. Hampir selalu
2) Saat menonton pertandingan sepakbola di televisi, saya menjadi komentator yang mengerti dengan strategi dan cara bermain sepakbola a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang c. Sangat sering d. Hampir selalu
(24)
3) Saya terbawa imajinasi saat menonton sepakbola di televisi, seakan-akan saya seorang pemain sepakbolanya
a. Hampir tidak pernah b. Sangat jarang
c. Sangat sering d. Hampir selalu
4) Program acara pertandingan sepakbola di televisi sangat saya butuhkan untuk menambah wawasan dalam bermain sepakbola
a. Hampir tidak pernah b. Sangat jarang
c. Sangat sering d. Hampir selalu b. Skala sikap (perilaku sosial)
Skala sikap digunakan untuk menjaring pendapat anak terhadap perilaku sosialnya dalam bermain sepakbola dengan menggunakan skala sikap. Skala sikap yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa skala sikap dari Likert, dengan menggunakan empat kategori respon yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya pada tabel 3.2.:
Tabel 3.2. Respon Subjek dan Skor Item
Alternatif Jawaban Skor
Positif Negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Untuk mengungkapkan variabel perilaku sosial siswa, penyusunan item-item dapat dikembangkan dari indikator-indikator antara lain kecenderungan perilaku peran (role dispositions), kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial
(25)
(sociometric dispositions), dan kecenderungan perilaku ekspresif (expressive
dispositions).
Krech dkk. (dalam Rohmah, O. 2010, hlm. 71) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Individual In Society ada 12 sifat respons antara pribadi yang diklarifikasi kedalam tiga katagori yaitu :
a. Role dispositions (kecenderungan perilaku peran) terdiri dari :
1. Sifat pemberani dan pengecut secara sosial
Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma dimasyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk kepentingannya.
2. Sifat berkuasa dan sifat patuh
Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan.
3. Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan.
(26)
b. Sociometric dispositions (kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial)
1. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain. 2. Suka bergaul dan tidak suka bergaul
Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya. 3. Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya.
2. Simpatik atau tidak simpatik
Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.
c. Ekspresive dispositions (kcenderungan perilaku ekspresif)
1. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (kooperatif) Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya
2. Sifat agresif dan tidak agresif
Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
(27)
Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang.
4. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri
Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan dalam bertindak dan berpakaian, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.
Berikut adalah kisi-kisi skala sikap yang memuat variabel penelitian, sub variabel, dan indikator. Indikator pada skala sikap merupakan penjelasan atau rincian dari setiap variabel berdasarkan kajian teoritik. Kisi-kisi skala sikap perilaku sosial dalam bermain sepakbola yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Skala Sikap Perilaku Sosial
Variabel Sub Variabel Indikator
Perilaku sosial individu dalam berinteraksi, dapat dilihat dari kecenderungan ciri-ciri respon interpersonalnya (Krech dkk. 1962, hlm. 104-106)
1. Perilaku peran 1. Pemberani 2. Berkuasa 3. Inisiatif 2. Perilaku dalam
hubungan sosial
1. Sikap diterima 2. Sikap bisa bergaul 3. Sikap ramah 4. Sikap simpati 3. Perilaku
ekspresif
1. Suka bersaing 2. Agresif 3. Sifat kalem 4. Suka pamer
(28)
Selanjutnya setelah membuat kisi-kisi skala sikap, peneliti membuat pernyataan berdasarkan indikator dalam setiap sub-sub komponen pada tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4
Pernyataan Perilaku Sosial Anak Dalam Bermain Sepakbola
Sub Variabel Indikator Pernyataan No Soal
+ -
1. Perilaku peran Pemberani 1. Mempertahankan haknya 2. Tidak malu melakukan suatu
perbuatan
3. Percaya diri mengedapankan kepentingan sendiri
1 9 16
5
Berkuasa 1. Percaya diri 2. Berkemauan keras 3. Memimpin langsung
10
56 12
6
Inisiatif 1. Senang mengorganisasi kelompok
2. Suka memberi saran dalam pertemuan
14 3
47
2. Perilaku dalam hubungan sosial
Sikap diterima
1. Tidak berprasangka buruk 2. Memiliki sikap loyal 3. Dapat dipercaya
4. Menerima kesalahan orang lain
5. Menghargai kelebihan orang lain 48 33 49 8 57 15 50 27 Sikap bisa bergaul
1. Senang bersama orang lain 2. Sikap periang
58 51 52 53 Sikap ramah
1. Penampilan hangat 2. Sikap terbuka
59 32
(29)
3. Mudah didekati orang 60 Sikap
simpati
1. Sangat peduli pada orang lain
2. Suka membela
38 63 45
3. Perilaku ekspresif
Suka bersaing
1. Hubungan sosial sebagai perlombaan
2. Sifat persaingan 3. Tidak kooperatif
19
39 31 Agresif 1. Sifat pendendam
2. Tidak patuh
3. Sering menyangkal
65 35
40 21 41 Sifat kalem 1. Perasaan gugup
2. Terganggu dilihat orang lain
43 30 44 Suka pamer 1. Perilaku berlebihan
2. Mencari pengakuan 3. Berperilaku aneh
67 23
22 69 25
B.Uji Coba Instrumen
Intrumen penelitian yang sudah dibuat sebelum diberikan kepada sampel terlebih dahulu diuji cobakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui validitas reliabilitasnya instrumen ukur yang telah disusun berdasarkan angket dan skala sikap, sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen ukur tersebut untuk dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.
Untuk menguji validitas dan reliabelitas instrumen yang akan digunakan, ada langkah-langkah yang akan ditempuh. Langkah pertama, instrumen yang dibuat selanjutnya diuji cobakan dengan diberikan kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama pada populasi yang sama tetapi bukan sampel yang sebenarnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Nunan, D & Bailey, K.M (2009, hlm. 145) bahwa “then you pilot the questionnaire by administering it to a small
number of people who are part of the population you wish to sample but who will not be in the sample themselves”. Oleh karena itu uji coba ini dilakukan pada
(30)
populasi yang sama tapi bukan pada sampel sebenarnya yaitu siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Garut Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 69 responden.
1. Uji vailiditas instrumen
Jenis validitas yang ingin diketahui dalam angket dan skala sikap ini adalah validitas isi dan butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui analisis rasional atau melalui professional judgement. Tujuannya untuk mengetahui kesesuain item-item tes yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Sedangkan validitas butir dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total yang bertujuan untuk mengetahui apakah item-item tes yang digunakan baik atau tidak. Teknis analisis yang digunakan untuk menguji validitas butir adalah korelasi product moment dari Pearson. Adapun rumusan
korelasi product moment adalah sebagai berikut: Arikunto (2010, hlm. 318)
2 2 2 2
) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rxy
Kaidah pengujiannya adalah item dinyatakan valid jika indeks koefisien korelasi yang diperoleh > 0,250, sebaliknya jika < 0,250 maka dinyatakan gugur (Azwar, S.2013, hlm. 86).
2. Uji reliabilitas instrumen
Setelah instrument diuji cobakan pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Garut Kec. Cikajang Kab Garut Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 69 responden, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument dengan menggunakan teknik formula
(31)
Cronbach’s Alpha yaitu mengelompokkan item-item menjadi dua atau beberapa belahan. Adapun rumus umum skala alfa adalah sebagai berikut:
22 11 1 1 t b V k k r Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2b
= jumlah varian butir/item
2
t
V = varian total
Adapun langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah : 1. Hitung varians skor tiap-tiap item (Sx2)
2. Jumlahkan varians semua item 3. Masukkan nilai Alpha (r11)
Selanjutnya dengan menggunakan taraf signifikansi = 0.05, reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan (rtabel) dibandingkan dengan nilai dari table
korelasi nilai r dengan kriteria : Jika
r
i> r
tabel = reliabel Jikar
i< r
tabel = tidak reliabelC. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan skala sikap yaitu bentuk pertanyaan secara tertulis yang telah disusun untuk diberikan kepada responden guna mendapatkan tanggapan atau informasi tentang apa yang diinginkan peneliti.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilaksanakan agar data yang diperoleh mempunyai makna, sehingga dapat menggambarkan masalah yang di ungkap. Adapun langkah-langkah dalam penganalisian data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
(32)
1. Menyeleseksi data untuk diolah lebih lanjut dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2. Menentukan bobot nilai untuk setiap jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, selanjutnya menentukan skornya.
3. Data yang sudah di skor, selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) seri 16. Pengolahan dan penganalisaan data bertujuan untuk memperoleh kesimpulan. Kesimpulan data tersebut diharapkan dapat menjawab masalah dan hipotesis penelitian.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah dan menganalisis data yaitu sebagai berikut :
1. Uji normalitas data
Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistiik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non parametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan mengimput dan menganalisa menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS 16.
Uji normalitas dan output yang hasilkan program SPSS 16 terdapat lima uji analisis normalitas data, yaitu Kolmogorov Smirnov, Shapiro-wil, QQ plots,
Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.5 Level Plot. Ke lima uji analisis ini
sebenarnya saling mendukung satu sama lainnya. 2. Uji homogenitas data
Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan jenis analisis statistikapa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data. Karena syarat dan uji statistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen.
(33)
Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS 16.00 sama dengan uji normalitas. Output yang dihasilkan dan deskrispsi explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan homogenitas data. Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan Lavene statistic hasil ouput dan SPSS.
3. Uji hipotesis
Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis memdandingkan hasil tes menonton pertandingan sepakbola di televisi dan perilaku sosialnya dalam permainan sepakbola.
Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata (comapare
means) pada SPSS. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara dua
kelompok digunakan pengolahan dengan independent sampel t-test. Ouput yang dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh dua uji analisis yaitu uji-f (varians) dan uji-t (uji kesamaan dua rata-rata). Tahapan analisis statistik untuk melihat perbedaan secara signifikansi kelompok yang sering menonton televisi dengan kelompok yang jarang nonton televisi.
H0 diterima apabila thitung < ttabel dengan signifikansi 5%
H0 ditolak apabila thitung > ttabel dengan signifikansi 5%, atau
(34)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan tentang Pengaruh Pertandingan Sepakbola di Televisi Terhadap Perilaku Sosial Anak Dalam Bermain Sepakbola adalah sebagi berikut :
Menonton pertandingan sepakbola di televisi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola.
Terdapat perbedaan yang signnifikan antara penonton berat/sering dan penonton ringan/jarang pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosialnya dalam bermain sepakbola.
B. Rekomendasi
Atas dasar kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi pendidik atau pelatih olahraga sepakbola
Seorang pendidik dalam bidang sepakbola diharapkan dapat memberikan metode belajar sepakbola untuk anak didiknya, salah satunya yaitu dengan menonton pertandingan sepakbola di televisi dan mengamati perilaku pemainnya baik itu kerjasama dalam timnya, sportifitas, teknik bermain, dan sifat agresivitas para pemainnya untuk dijadikan sebagai wawasan dalam bermain sepakbola. 2. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini penulis hanya menyurvei anak yang sering dan jarang menonton pertandingan sepakbola terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola hanya dengan angket dan skala sikap, tentu ini memiliki bias dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu penulis mengharapkan agar peneliti selanjutnya dapat memperhatikan metode yang digunakan sehingga tidak banyak bias dalam mengambil kesimpulan penelitian dan juga menambah vaiabel dependennya dengan motivasi anak dalam bermain sepakbola setelah anak
(35)
menonton pertandingan sepakbola di televisi. Penulis menduga bahwa metode penelitian ekspriment dan kualitatif akan lebih baik dalam meneliti mengenai pengaruh menonton pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola. Khusus untuk perilaku sosial anak menurut peneliti terlalu luas untuk di teliti sehingga peneliti berharap kedepannya kepada peneliti selanjutnya agar membatasi ruang lingkup perilaku sosialnya, contoh hanya berfokus kepada sifat agresivitas anak dalam bermain sepakbola.
3. Bagi anak usia sekolah
Teknologi komunikasi media massa khususnya televisi banyak sekali manfaatnya bahkan menonton acara di televisi sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap orang karena hampir setiap rumah pada zaman sekarang ini sudah memiliki televisi. Namun banyak diantara siswa yang tidak bisa membagi waktunya untuk menonton televisi.
Oleh karena itu penulis mengaharapkan kepada generasi penerus supaya bisa mengatur waktunya untuk menonton televisi khusunya pertandingan sepakbola dan jangan sampai karena menonton acara di televisi membuat siswa tidak masuk sekolah karena terlambat bangun dan bahkan pergi sekolah hanya untuk tidur.
4. Bagi orang tua
Orang tua diharapkan bisa mengontrol anak-anaknya untuk menonton acara di televisi jangan sampai anak-anak terlalu lama atau sering di depan layar televisi sehingga mereka tidak tahu aktifitas lain yang harus diselesaikan.
(36)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2011). Memahami Riset Perilaku dan Sosial. Bandung. CV. Pusataka Cendekia Utama.
Admojo, S & Darseno. (2011). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia
Inggris. Semarang. Widya Karya.
Ardianto, dkk. (2009). Komunikasi Massa.Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arikunto, S. (1997a). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002b). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi kelima. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010c). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arizka, W. (2008). Globalisasi: Pendekatan Dalam Ilmu Sosial Pengaruhnya
Terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi. Jurnal.Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. ISBN: 978-979-1165-74-7.
Atkinson, R.C., Shiffrin, R.M. (1971). Chapter: Human: A Proposed System and
its Control Processes: In Spence, K.W.; Spence, J.T. The Psychology Of Learning and Motivation (Vol 4). New York: Academic Perss. Pp 89-195.
Azwar, S. (1988a). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty
Azwar, S.(2013b). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Baksin, A (2009). Jurnalistik Televisi; Teori dan Praktek. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media.
Beck, D & Bosshart, L. (2003).Sports and Media. Switzerland: University of Fribourg.
Budiman, D. (2001). Bahan Ajar M.K Psikologi Anak Dalam Penjas Pgsd.
[Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/direktori/fpok/jur._pend._olahraga/197409072001121-didin_budiman/psikologi_anak_dlm_penjas/perilaku_sosial.pdf
(37)
Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi – Teori, paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Dasaly, A. (2012). Pengaruh Iklan di Televisi terhadap Perilaku Remaja. [Online]. Tersedia: http://ardiandasaly.blogspot.com/2012/11/proposal-penelitian-kuantitatif.html
Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Effendy, H. (2008). Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 16 (2004).PT. Delta Pamungkas.
Feriyani, B & Fitri, A R. (2011). Perilaku Seksual Pranikah Ditinjau dari
Intensitas Cinta dan Sikap terhadap Pornografi pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi. 7, 2, 119-152.
Fraenkel, JR, Wallen, NE. (1993). How To Design and Evaluate Research in
Education. USA: McGraw Hill, Inc.
Indriantoto, N & Bambang, S. (1999). Metodelogi Penelitian Bisnis; Untuk
Akutansi dan Manajemen. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Jahja, R. S. & Irvan. (2006) : Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi. Depok: Piramida.
Jajat. (2010). Pengaruh Berita Olahraga di Media Massa (Internet) Terhadap
Sikap Siswa SMA Pada Aktivitas Jasmani.Tesis UPI.
Hakim, L. (2006). Pengaruh Media Terhadap Kognisi Anak. [Online]. Tersedia:
www.psiko-indonesia.blogspot.com
Kerlinger, F.M. (1964). Foundation of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart, & Winston.
Krech, dkk. (1963). Individual In Society. University of California : McGraw-Hill International Book Company.
Kurniawan, W. (2013). Dampak Buruk Media Massa Terhadap Perilaku
Masyarakat. [Online]. Tersedia: http://wahyukurniawan19.blogspot.com/2013/06/dampak-buruk-media-massa-terhadap.html
(38)
Morissan, (2008). Manajemen Media Penyiara : Strategi Mengelola Radio dan
Televisi. Jakarta: Prenada Media Group.
Morissan, dkk. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: PT. Ghalia Indonesia. Niki, A. (2013). Teori Intensitas Menonton. [Online] tersedia:
http://penjajailmu.blogspot.com/2013/03/teori-intensitas-menonton.html Nunan, D & Bailey, K.M (2009). Exploring Second Languange Classroom
Research. Boston, USA : Heinle Cengage Learning.
Notoatmodjo, S. (2007a). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010b). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rohmah, O. (2010). Hubungan Pembelajaran Penjas dengan Perilaku Sosial
Siswa.Bandung : Tesis UPI
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Putro, H. D, &Kurniawan, I. N. (2007). Naskah Publikasi Hubungan Antara
Intensitas Menonton Film Religius dengan Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa.Yogyakarta : UII
Random House Unabridged dictionary, copyright 1997, by Random House, Inc., on Infoplease. Intensiometer. [online] tersedia : (http : //www.infoplease.com/dictionary/intensitas.)
Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, A. (2013). Penggunaan Media Pelatih dan Murid Sekolah Sepakbola. Surakarta: Paper Jurnal Online.
Setyobudi, C. (2012). Teknologi Broadcasting Televisi Edisi Kedua.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shrum, L. J. (2010). Psikologi Media Entertaiment, Terjemahan dari The
Psychologi Of Entertaiment Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Sugiyono. (1999a). Metode Penelitian Pendidikan Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2005b). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
(39)
Sugiyono. (2009c). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Syoadih, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Triwardani, R & Wicandra, O B. (2007). Kajian Kritis Praktik Anak Menonton
Film Kartun di Televisi dalam Aktifitas Keseharian di Banyuwangi. Nirmana, 9, 1, 46-56.
Pedersen, P. M. dkk.(2007). Strategic Sport Communication. Indiana University. Human Kinetics.
Vivian, J. (2008). The Media Of Mass Communicatio; dialihbahasakan dalam
Teori Komunikasi Massa, edisi kedelapan. Jakarta: Kencana.
West, R.,& Turner, L.H. (2008). Introducing Communication Theory: Analysis
and Application, 3rd ed. Amarica: Mc Graw Hill.
Widayatun, T. T. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Z. Dziubinski, K.W. dkk. (2012). Mass Media and Professional Sport.Baltic
Journal Of Health and Physical Activity. Gdansk University of Physical
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan tentang Pengaruh Pertandingan Sepakbola di Televisi Terhadap Perilaku Sosial Anak Dalam Bermain Sepakbola adalah sebagi berikut :
Menonton pertandingan sepakbola di televisi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola.
Terdapat perbedaan yang signnifikan antara penonton berat/sering dan penonton ringan/jarang pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosialnya dalam bermain sepakbola.
B. Rekomendasi
Atas dasar kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi pendidik atau pelatih olahraga sepakbola
Seorang pendidik dalam bidang sepakbola diharapkan dapat memberikan metode belajar sepakbola untuk anak didiknya, salah satunya yaitu dengan menonton pertandingan sepakbola di televisi dan mengamati perilaku pemainnya baik itu kerjasama dalam timnya, sportifitas, teknik bermain, dan sifat agresivitas para pemainnya untuk dijadikan sebagai wawasan dalam bermain sepakbola.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini penulis hanya menyurvei anak yang sering dan jarang menonton pertandingan sepakbola terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola hanya dengan angket dan skala sikap, tentu ini memiliki bias dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu penulis mengharapkan agar peneliti selanjutnya dapat memperhatikan metode yang digunakan sehingga tidak banyak bias dalam mengambil kesimpulan penelitian dan juga menambah vaiabel dependennya dengan motivasi anak dalam bermain sepakbola setelah anak
(2)
menonton pertandingan sepakbola di televisi. Penulis menduga bahwa metode penelitian ekspriment dan kualitatif akan lebih baik dalam meneliti mengenai pengaruh menonton pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola. Khusus untuk perilaku sosial anak menurut peneliti terlalu luas untuk di teliti sehingga peneliti berharap kedepannya kepada peneliti selanjutnya agar membatasi ruang lingkup perilaku sosialnya, contoh hanya berfokus kepada sifat agresivitas anak dalam bermain sepakbola.
3. Bagi anak usia sekolah
Teknologi komunikasi media massa khususnya televisi banyak sekali manfaatnya bahkan menonton acara di televisi sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap orang karena hampir setiap rumah pada zaman sekarang ini sudah memiliki televisi. Namun banyak diantara siswa yang tidak bisa membagi waktunya untuk menonton televisi.
Oleh karena itu penulis mengaharapkan kepada generasi penerus supaya bisa mengatur waktunya untuk menonton televisi khusunya pertandingan sepakbola dan jangan sampai karena menonton acara di televisi membuat siswa tidak masuk sekolah karena terlambat bangun dan bahkan pergi sekolah hanya untuk tidur.
4. Bagi orang tua
Orang tua diharapkan bisa mengontrol anak-anaknya untuk menonton acara di televisi jangan sampai anak-anak terlalu lama atau sering di depan layar televisi sehingga mereka tidak tahu aktifitas lain yang harus diselesaikan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2011). Memahami Riset Perilaku dan Sosial. Bandung. CV. Pusataka Cendekia Utama.
Admojo, S & Darseno. (2011). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia Inggris. Semarang. Widya Karya.
Ardianto, dkk. (2009). Komunikasi Massa.Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arikunto, S. (1997a). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002b). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi kelima. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010c). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arizka, W. (2008). Globalisasi: Pendekatan Dalam Ilmu Sosial Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi. Jurnal.Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. ISBN: 978-979-1165-74-7.
Atkinson, R.C., Shiffrin, R.M. (1971). Chapter: Human: A Proposed System and its Control Processes: In Spence, K.W.; Spence, J.T. The Psychology Of Learning and Motivation (Vol 4). New York: Academic Perss. Pp 89-195. Azwar, S. (1988a). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Liberty
Azwar, S.(2013b). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Baksin, A (2009). Jurnalistik Televisi; Teori dan Praktek. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media.
Beck, D & Bosshart, L. (2003).Sports and Media. Switzerland: University of Fribourg.
Budiman, D. (2001). Bahan Ajar M.K Psikologi Anak Dalam Penjas Pgsd.
[Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/direktori/fpok/jur._pend._olahraga/197409072001121-didin_budiman/psikologi_anak_dlm_penjas/perilaku_sosial.pdf
(4)
Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi – Teori, paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Dasaly, A. (2012). Pengaruh Iklan di Televisi terhadap Perilaku Remaja. [Online]. Tersedia: http://ardiandasaly.blogspot.com/2012/11/proposal-penelitian-kuantitatif.html
Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Effendy, H. (2008). Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 16 (2004).PT. Delta Pamungkas.
Feriyani, B & Fitri, A R. (2011). Perilaku Seksual Pranikah Ditinjau dari Intensitas Cinta dan Sikap terhadap Pornografi pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi. 7, 2, 119-152.
Fraenkel, JR, Wallen, NE. (1993). How To Design and Evaluate Research in Education. USA: McGraw Hill, Inc.
Indriantoto, N & Bambang, S. (1999). Metodelogi Penelitian Bisnis; Untuk Akutansi dan Manajemen. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi. Jahja, R. S. & Irvan. (2006) : Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi. Depok:
Piramida.
Jajat. (2010). Pengaruh Berita Olahraga di Media Massa (Internet) Terhadap Sikap Siswa SMA Pada Aktivitas Jasmani.Tesis UPI.
Hakim, L. (2006). Pengaruh Media Terhadap Kognisi Anak. [Online]. Tersedia: www.psiko-indonesia.blogspot.com
Kerlinger, F.M. (1964). Foundation of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart, & Winston.
Krech, dkk. (1963). Individual In Society. University of California : McGraw-Hill International Book Company.
Kurniawan, W. (2013). Dampak Buruk Media Massa Terhadap Perilaku
Masyarakat. [Online]. Tersedia:
http://wahyukurniawan19.blogspot.com/2013/06/dampak-buruk-media-massa-terhadap.html
(5)
Morissan, (2008). Manajemen Media Penyiara : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Prenada Media Group.
Morissan, dkk. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: PT. Ghalia Indonesia. Niki, A. (2013). Teori Intensitas Menonton. [Online] tersedia:
http://penjajailmu.blogspot.com/2013/03/teori-intensitas-menonton.html Nunan, D & Bailey, K.M (2009). Exploring Second Languange Classroom
Research. Boston, USA : Heinle Cengage Learning.
Notoatmodjo, S. (2007a). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010b). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rohmah, O. (2010). Hubungan Pembelajaran Penjas dengan Perilaku Sosial Siswa.Bandung : Tesis UPI
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Putro, H. D, &Kurniawan, I. N. (2007). Naskah Publikasi Hubungan Antara
Intensitas Menonton Film Religius dengan Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa.Yogyakarta : UII
Random House Unabridged dictionary, copyright 1997, by Random House, Inc., on Infoplease. Intensiometer. [online] tersedia : (http : //www.infoplease.com/dictionary/intensitas.)
Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, A. (2013). Penggunaan Media Pelatih dan Murid Sekolah Sepakbola. Surakarta: Paper Jurnal Online.
Setyobudi, C. (2012). Teknologi Broadcasting Televisi Edisi Kedua.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shrum, L. J. (2010). Psikologi Media Entertaiment, Terjemahan dari The Psychologi Of Entertaiment Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Sugiyono. (1999a). Metode Penelitian Pendidikan Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2005b). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
(6)
Sugiyono. (2009c). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Syoadih, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Triwardani, R & Wicandra, O B. (2007). Kajian Kritis Praktik Anak Menonton Film Kartun di Televisi dalam Aktifitas Keseharian di Banyuwangi. Nirmana, 9, 1, 46-56.
Pedersen, P. M. dkk.(2007). Strategic Sport Communication. Indiana University. Human Kinetics.
Vivian, J. (2008). The Media Of Mass Communicatio; dialihbahasakan dalam Teori Komunikasi Massa, edisi kedelapan. Jakarta: Kencana.
West, R.,& Turner, L.H. (2008). Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3rd ed. Amarica: Mc Graw Hill.
Widayatun, T. T. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Z. Dziubinski, K.W. dkk. (2012). Mass Media and Professional Sport.Baltic Journal Of Health and Physical Activity. Gdansk University of Physical Education and Sport in Gdansk.