PERSEPSI PENCITRAAN POLITIK PADA KABINET INDONESIA BERSATU II DITINJAU DAEI JENIS Persepsi Pencitraan Politik Pada Kabinet Indonesia Bersatu II Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan.
PERSEPSI PENCITRAAN POLITIK PADA KABINET
INDONESIA BERSATU II DITINJAU DAEI JENIS
PEKERJAAN
Naskah Publikasi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu (S1)
Disusun Oleh :
ADI DIBYO WIBOWO
F 100 040 039
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
iv
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
PERSEPSI PENCITRAAN POLITIK PADA KINERJA KABINET
INDONESIA BERSATU II DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN
Adi Dibyo Wibowo
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi
ke ke dalam otak manusia. Citra adalah kecenderungan yang tersusun dari pikiran
dan kesudian, citra selalu berubah seiring dengan berubahnya pengalaman.
Persepsi pencitraan dapat terlihat dari pendapat ataupun pola pikir pada saat
mempersepsikan suatu realitas yang terjadi, dengan begitu satu hal yang perlu
dipahami dan diperhatikan kaitannya dengan pembentukan citra adalah persepsi
terhadap realitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
persepsi pencitraan politik pada kinerja Kabinet Indonesia Bersatu II ditinjau dari
jenis pekerjaan. Pada penelitian ini, jenis pekerjaan dibagi menjadi dua yaitu PNS
dan buruh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif,
yaitu dengan menggunakan skala sebagai alat ukur persepsi dan analisis data
menggunakan korelasi product moment dan uji Anava satu jalur. Partisipan
penelitian ini adalah PNS Diknaspora Surakarta dan buruh PP Jerapah
Mojosongso Surakarta berrjumlah 86 orang. Hasil analisis menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara persepsi PNS dan Buruh mengenai
pencitraan politik
Kata kunci:Persepsi, pencitraan politik, jenis pekerjaan.
1
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
PENGANTAR
tujuan utama dari pemimpin negeri
ini, siappun orangnya, apapun latar
Latar Belakang Masalah
Dalam
amanat
Undang-Undang
pembukaan
Dasar
Republik
belakangnya
yaitu melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan dunia
dan keadilan sosial, cita-cita luhur ini
harusnya bukan merupakan harapan
belaka
yang
entah
kapan
direalisasikan, lebih dari itu, cita-cita
bangsa ini perlu realisasi yang aktual
dengan kondisi global saat ini.
Sebagai sebuah dasar negara, Un
pegangan
oleh
setiap
bangsa Indonesia dalam menjalankan
kehidupannya, lebih jauh lagi bagi
seorang pemimpin negeri, UndangUndang Dasar ini haruslah menjadi
sebuah patokan bagi setp kebijakankebijakan yang diambilnya, dan pada
tahap akhir cita-cita dasar bangsa ini,
harusnya menjadi hal yang menjadi
ia
Indonesia negara demokratis
pertama terbesar di ASEAN (World
Audit Organization) dengan jumlah
penduduk hampir 235 juta dan
jumlah angkatan kerja produktif
sebesar 118,83 juta orang, adalah
Negara yang diprediksi akan menjadi
raksasa
Cina,
ekonomi
Rusia,
dunia
India
bersama
dan
Brasil
(Nusantaraku, 2008). Secara makro
ekonomi, Indonesia berada pada
posisi
yang
ditambah
positif
dengan
dan
stabil
meningkatnya
pertumbuhan ekonomi sektor riil
(Hirawan, Vol 39 No 3) dan PDB
Indonesia diprediksi akan mencapai
Rp 14,379 triliun pada tahun 2025.
Pertumbuhan makro ekonomi
dang-Undang Dasar 1945 tentu harus
dijadikan
manapun
berasal.
Indonesia tahun 1945 termaktub citacita pokok dari Republik Indonesia,
dari
yang pesat rupanya belum mampu
mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sejahtera. Bank dunia mencatat
orang miskin di Indonesia pada tahun
2009 mencapai 18,9 juta orang.
Angka 18,9 juta didapat dengan
indikator kemiskinan 1,5 dollar atau
Rp 12.000,- perhari (worldbank.org).
Data
lain
Bank
dunia
juga
2
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
menyebutkan
bahwa
juta
pemilu daerah lancar walau ada
penduduk Indonesia berada di bawah
protes itu wajar dalam demokrasi.
garis kemiskinan dengan standar
Keempat, soal penegakan hukum
kemiskinan
walau dalam beberapa kasus ada
2
50,6
dollar
atau
Rp.
16.000,- perhari. Asian Development
kekuarangan
Bank (ADB) mencatat orang miskin
pemberantasan korupsi, terorisme,
di Indonesia bertambah 2,7 juta
pemberantasan narkoba mencatatkan
orang dalam 3 tahun terakhir, dan
beberapa
merupakan
se-Asia
perselisihan komunal, tapi keamanan
Tenggara (Asteng). Pada tahun 2008,
dalam negeri berjalan baik. Keenam,
ADB mengatakan angka kemiskinan
hambatan
Indonesia mecapai 40,4 juta, dan di
sehingga perbaikan iklim investasi
tahun 2010 naik menjadi 43,1 juta
mengalami
jiwa (AKATIGA, 2011)
kemiskinan
10
tertinggi
tapi
prestasi.
untuk
Kelima,
birokrasi
berkurang
kemajuan.
dan
ada
Ketujuh,
pengangguran
Presiden SBY menyatakan ada
menurun meskipun rawan karena
hal
gejolak
utama
pemerintahannya
yang
dicapai
selama
setahun.
perekonomian
Kedelapan,
dunia.
beberapa
indikator
Pertama, ekonomi terus berkembang
ekonomi
dengan fundamental yang makin
mencatatkan
kuat.
devisa,
sejarah, seperti income perkapita,
IHSG, inestasi, eksport, daya saing
cadangan devisa naik, IHSG dan
Indonesia di dunia global 10 kali
PDB Indonesia di peringkat 16
lebih
ekonomi dunia. Kesembilan, upaya
APBN,
bagus.
kesejahteraan
cadangan
Kedua,
yang
indikator
mengalami
penting
rekor
pengembangan
Indonesia
baru
dalam
koperasi/UMKM
kemajuan, baik dibidang pendidikan
termasuk penyaluran kredit usaha
dan kesehatan. Ketiga, stabilitas
rakyat (KUR) berjalan dengan baik
politik juga terjaga, demokratisasi
di
berkembang,
Indonesia makin berperan dalam
meskipun
sesekali
seluruh
daerah.
Kesepuluh,
terdapat riak dan benturan. Secara
hubungan
nasional stabil, cek dan balance
mengatasi
dengan DPR, DPD makin baik,
pemeliharaan perdamaian dunia dan
internasional,
krisis
baik
global,
3
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
kerjasama
mengatasi
perubahan
iklim (kompas.com).
penggangur. Demikian pula banyak
orang yang mengalami stres dan
Hal terpenting bagi masyarakat
frustasi dalam hidup ini karena
seluruh pelayanan publik yang diurus
masalah
oleh
bisa
memiliki peran yang sangat besar
maksimal.
dalam memenuhi kebutuhan hidup
pemerintahan
memberikan
SBY
layanan
pekerjaan.
Pekerjaan
Harga-harga bisa terkendali dengan
manusia,
baik,
beli
ekonomis, sosial dan psikologis.
salus
Secara ekonomis orang yang bekerja
dimana
akan memperoleh penghasilan atau
ditempatkan
uang yang bisa digunakan untuk
sebagai hukum tertinggi. Sekalipun
membeli barang dan jasa guna
pemerintah melawan arus untuk itu
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
dengan mengorbankan popularitas,
Secara sosial orang yang memiliki
tetapi itu lebih bermartabat, karena
pekerjaan akan lebih dihargai oleh
disitulah hakikat demokrasi yang
masyarakat
sesungguhnya,
sesuai
masyarakat.
populi
dengan
daya
Terwujudnya
lex,
suprema
kesejahteraan
rakyat
terutama
kebutuhan
daripada
yang
dari
rakyat
oleh
menggangur. Secara sosial orang
untuk
rakyat
dan
yang bekerja mendapat status sosial
menjadikan das sollen dekat dengan
yang lebih terhormat daripada yang
das sein.
tidak bekerja. Lebih jauh lagi orang
rakyat
dan
yang
memiliki
pekerjaan
secara
Landasan Teori
psikologis akan mningkatkan harga
Pekerjaan
diri dan kompetensi diri.
Pekerjaan
satu
aspek
merupakan
terpenting
salah
dalam
kehidupan manusia dewasa yang
sehat, dimanapun dan kapan pun
mereka berada. Betapa orang akan
merasa susah dan gelisah jika tidak
memiliki
apalagi
pekerjaan
kalau
yang
sampai
jelas,
menjadi
Menurut
Suroto
(1992)
Pekerjaan adalah setiap kegiatan
yang menghasilkan barang atau jasa
bagi diri atau orang lain, baik orang
yang melakukan dibayar atau tidak.
Pekerjaan
adalah
kegiatan
yang
menghasilakan barang atau jasa bagi
4
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
diri sendiri atau orang lain dalam
kurun waktu tertentu. Setiap kegiatan
manusia yang menghasilkan barang
atau jasa dalam kurun waktu tertentu
dapat dimaknai sebagai pekerjaan,
tetapi tidak semua pekerjaan dapat
menghasilkan imbalan atau bayaran.
Menurut
Siswanto
Sastohadiwiryo(2003) menyatakan
bahwa tenaga kerja merupakan
istilah
yang
identik
dengan
personalian
yang
didalamnya
meliputi buruh, karyawan dan
pegawai. Sedangkan menurut T.
Hani Handoko (1991) ada beberapa
jenis penggolongan pekerjaan yaitu:
1) Tenaga Profesional, teknisi
dan ketatalaksanaan
Tenaga
kerja
ini
membutuhkan keahlian dan jenjang
pendidikan tertentu.
2) Tenaga kepemimpinan dan
ketatalaksanaan
Ada pendidikan khusus untuk
pekerjaan ini tetapi isa juga
menjadi tenaga kerja seperti
ini tanpa sekolah khusus.
Contoh sekretaris, tata usaha,
dan lain-lain.
3) Tenaga usaha penjualan
Pekerjaan
ini
tidak
memerlukan
pendidikan
khusus, yang dibutuhkan
hanya
keramahan,
komunikasi yang baik, mudah
bergaul, ulet dan tekun.
Contoh
penjual
toko,
salesman, dan lain-lain.
4) Tenaga usaha jasa
Usaha yang menawarkan
jasa.
Pekerjaan
ini
memerlukan keahlian tertentu
yang
diperoleh
dari
pendidikan formal/nonformal.
Contoh tukang cukur dan
lain-lain.
5) Tenaga usaha pertanian dan
perikanan
Pekerjaan ini ada yang
membutuhkan
pendidikan
khusus tapi ada juga yang
hanya membutuhkan keuletan
dan
ketekunan.
Contoh
petani, peternak dan lain-lain.
6) Tenaga
produksi,
operasional,
teknisi
dan
sejenisnya.
Tenaga
ini
kurang
membutuhkan jenjang pendidikan
tetapi memerlukan latihan. Contoh
pekerja pabrik, kuli dan lain-lain.
Persepsi Pencitraan Politik
Menurut
Persepsi
Slameto
adalah
proses
(2003),
yang
menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia.
Menurut
Leavit
(Sobur.
2003),
persepsi dalam arti sempit adalah
penglihatan,
seseorang
bagaimana
melihat
cara
sesuatu,
sedangkan dalam arti luas ialah
5
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
pandangan atau pengertian, yaitu
a. Pengetahuan pekerja terhadap
bagaimana seseorang memandang
persepsi pencitraan politik.
dan mengartikan sesuatu. Menurut
DeVito
(Sobur.
2003),
persepsi
adalah proses ketika kita menjadi
b. Proses belajar (sosialisasi) pekerja
mengenai persepsi pencitraan politik.
sadar akan banyak stimulus yang
c.
mempengaruhi indera.
persepsi pencitraan politik.
Mar`at
(Syafaruddin,
menyatakan
bahwa
1987)
persepsi
dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu
pengetahuan,
cakrawala,
proses
belajar (sosialisasi), dan pengalaman.
Sementara
menurut
d.
Pengalaman
pekerja
Cakrawala
berfikir
tentang
pekerja
mengenai persepsi pencitraan politik.
Jalaludin
Rakhmat
(1992)
mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu:
Jalaludin
Rakhmat (1992), persepsi adalah
a) Faktor fungsional, yang terdiri
pengalaman tentang objek, peristiwa
dari kebutuhan, pengalaman masa
atau
lalu,
hubungan-hubungan
diperoleh
dengan
yang
menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan
Berdasarkan hal tersebut, di
dalam
penelitian
ini
akan
mengungkap mengenai aspek-aspek
persepsi yang konstruksinya diambil
dari pendapat Mar`at dan Jalaludin
Rakhmat
di
atas.
Berdasarkan
motivasi,
harapan
dan
keinginan, perhatian, emosi, dan
suasana hati serta hal-hal lain yang
termasuk dalam faktor personal
b) Faktor struktural, terdiri dari
intensitas stimulus, ukuran stimulus,
perubahan stimulus, ulangan dari
stimulus
dan
pertentangan
atau
kontra dari stimulus.
pendapat persepsi diatas, selanjutnya
dengan
c) Faktor kebudayaan atau
kepentingan dalam penelitian ini.
kultur, dimana individu tumbuh dan
Aspek-
berkembang dan turut menentukan
dimodifikasi
aspek
sesuai
persepsi
tersebut
dirumuskan menjadi empat aspek
persepsi seseorang
Penciptaan
berikut, yaitu:
dalam
dunia
opini
politik
publik
pencitraan
6
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
mengarah
pada
dikonstruksikan
narasi
sedemikian
yang
(power/image)
rupa
politik
dengan bahasa, tidak sekedar untuk
sebagai
Panggung
kekuatan
politik
adalah
melukiskan suatu fenomena atau
sebuah dunia yang sangat kental
lingkungan,
dengan impression management atau
tetapi
mempengaruhi
lingkungan
juga
cara
sekitar.
dapat
melihat
Implikasinya,
lebih
dikenal
dengan
pencitraan
politik seperti yang diungkapkan
bahasa juga dapat digunakan untuk
oleh
memberikan akses tertentu terhadap
bahwa palitisi adalah aktor yang
suatu
tindakan,
menciptakan citra ideal bagi mereka
menekankan,
sendiri. Citra adalah suatu integrasi
memperlambat,
mental yang halus dari berbagai sifat
peristiwa
misalnya
atau
dengan
mempertajam,
mengagungkan,
membelokkan
melecehkan,
yang
megaburkan
dipersepsi
atau
peristiwa atau tindakan tersebut.
pada kontinuitas antara citra politik
realitas
politik,
sehingga
teknologi pencitraan mengkonstruksi
semacam realitas kedua (second
reality) yang didalamnya kebenaran
dimanipulasi.
Sebuah
strategi
penyamaran tanda dan citra. Citra
politik menjelma menjadi kekuatan
utama dalam mengendalikan wacana
politik sehingga di dalamnya kini
tidak
hanya
Friedrick
diproyeksikan
dan
Nietsche
orang
itu,
diinterpretasikan
rakyat menurut kepercayaan, nilai
Politik pencitraan mengarah
dan
filosof
terdapat
kekuatan
pengetahuan,
tetapi
juga
menjelmanya
kekuatan
citra
dan pengharapan mereka. Tetapi
kebanyakan
politisi
mendapat
kesulitan besar untuk bisa dikenal
dan mempunyai citra (Nimmo, 2001)
seperti yang dikemukakan oleh Jost
dan Sidanius (2004) Personality and
politics focus on understanding the
behavior
of
actors,
especially
politicans
individual
and
the
political
professional
other
elite
decision-makers
Hipotesis
1. Ada
perbedaan
persepsi
pencitraan politik pada kinerja
Kabinet Indonesia Bersatu II
7
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
ditinjau dari jenis pekerjaan
Analisis data
Analisis data penelitian ini
antara PNS dan buruh.
dilakukan dengan korelasi product
METODE PENELITIAN
moment dan uji Anava satu Jalur
menggunakan
Variabel penelitian
1.Variabel Tergantung
:
Jenis Pekerjaan : - PNS
(Seri
Program
Statistik-2005)
edisi
Sutrisno
Hadi
dan
Yuni
IBM/IN,
UGM,
Pamardiningsih,
-Buruh
2. Variabel bebas
SPS-2005
Yogyakarta, Indonesia, hak cipta (c)
:
2005, dilindungi UU.
Persepsi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek
Populasi
penelitian
ini
Validitas dan reliabilitas
adalah PNS Diknaspora Surakarta
Uji coba alat ukur dalam
dari buruh PP Jerapah Mojosongo
penelitian ini menggunakan try out
Surakarta berjumlah total 86 orang,
terpisah. Hasil uji validitas skala
terdiri dari 43 PNS dan 43 buruh.
persepsi diperoleh 58 aitem yang
Alat ukur
shahih dari 80 butir aitem yangdiuji
Alat ukur yang digunakan
cobakan, yang gugur 12 aitem,
sebagai pengumpul data adalah skala
dengan koefisien validitas dari –
persepsi yang disusun sendiri oleh
0,010 sampai 0,688 dengan p0,05
berarti
sebarannya normal
Hasil uji homogenitas pada
variabel
persepsi
sebesar
1,021
dengan nilai p = 0,457. Berdasarkan
8
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
hasil tersebut, maka menunjukkan
201,953. Penelitian ini tidak sesuai
variansi yang homogen karena nilai p
dengan
> 0,05
dilakukan oleh SE ILO 2011
hasil
penelitian
yang
Tidak adanya perbedaan yang
Uji hipotesis
Hasil uji hipotesis perbedaan
signifikan pada persepsi pencitraan
persepsi pada PNS dan buruh di
politik ditinjau dari jenis pekerjaan
peroleh hasil uji t antar A sebesar -
yaitu PNS dan buruh sesuai apa yang
1,200 dengan nilai p = 0,231 (p >
diungkapkan oleh Winter (2004)
0,05). hasil tersebut menunjukkan
several different kinds of factors that
tidak ada perbedaan yang signifikan
may account for the personal appeal
persepsi pencitraan politik antara
and greatness of political leaders are
PNS dan Buruh.
leader characteristics independent of
Hasil Rerata persepsi pada
PNS sebesar 195,023 dan buruh
sebesar 201,953 dengan nilai rerata
hipotetik sebesar 145. Maka tingkat
persepsi subjek pada penelitian ini
the situation, leader characteristics
that match systematically changing
situational
demamds
characteristics
and
that
leader
match
characterictics of followers or the
population in general, whatever the
tergolong tinggi.
determinants
Pembahasan
of
these
latter
characteristics may be.
Hasil analisis data yang telah
Dalam
penelitian
yang
dilakukan menunjukkan tidak adanya
dilakukan (LAP SE ILO FINAL
perbedaan
IND,2011) survey memperlihatkan
yang
signifikan
pada
persepsi pencitraan politik pada PNS
bahwa
dan buruh hal ini ditunjukkan oleh
Pemerintah
nilai t pada variabel persepsi sebesar
dengan baik kebebasan berserikat
1,200 dengan signifikansi 0,231 (p >
dan
0,05) dan kedua kelompok memiliki
kesempatan memperoleh pendidikan
tingkat persepsi yang sama yaitu
dan pelatihan, serta kesempatan kerja
kategori tinggi dengan nilai rerata
dan upah layak. Definisi upah layak
empirik PNS 195,023 dan buruh
berdasarkan penelitian AKATIGA
responden
mengganggap
sudah
persamaan
menerapkan
gender
dalam
9
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
adalah upah untuk seorang pekerja
A pada variabel persepsi yaitu
dengan jam kerja standart (40 jam)
sebesar sebesar -1,200 dengan nilai p
yang sudah memenuhi kebutuhan
= 0,231 (p > 0,05). PNS dan buruh
hidup
sama-sama
layak
dan
kemampuan
memberikan
menabung
(
memiliki
pencitraan
politik
persepsi
yang
tinggi
Tjandraningsih & Herawati, 2009).
terhadap Kabinet Indonesia Bersatu
Adapun kelemahan penelitian ini
II
adalah subjeknya kurang banyak dan
generalisasi dari hasil penelitian ini
SARAN
terbatas pap\da populasi dimana
penelitian
dilakukan
dengan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat
memberikan
manfaat
dan
karakteristik jenis kelamin laki-laki
beberapa saran kepada pihak yang
dan
terkait, yaitu:
perempuan,
peneliti
tidak
bertemu secara langsung kepada
subjek
sehingga
mengetahui
peneliti
secara
tidak
langsung
pengisian angket oleh subjek dan alat
ukur
yang
dipakai
1.Bagi ilmuwan psikologi
hanya
menggunakan metode skala sehingga
aspek-aspek psikologi pada subjek
penelitian belum dapat terungkap
secara lebih mendalam.
Diharapkan
hasil
dapat
menindalanjuti
penelitian
dengan
cara
mengadakan kajian teoritis yang
lebih mendalam tentang psikologi
sosial
politik
sehingga
akan
bermanfaat secara lebih luas lagi
2.Bagi peneliti selanjutnya
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan
pembahasan,
dapat
disimpulkan
Peneliti
memiliki
yang
selanjutnya
keinginan
yang
melanjutkan
bahwa ada perbedaan yang tidak
ataupun melakukan penelitian yang
signifikan yang berarti pula tidak ada
serupa, dapat melakukan penelitian
perbedaan
dengan
yang
signifikan
pada
menambah
karakteristik
persepsi pencitraan politik ditinjau
subjek seperti usia dan tingkat
dari
pendidikan. Peneliti selanjutnya juga
jenis
pekerjaan
hal
ini
ditunjukkan dengan hasil uji t Antar
10
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
diharapkan
dapat
memperluas
populasi dan sampel untuk penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Bisniskeluarga.kompas.com/read/2011/01/03/2051851/Pemerintah.Berhasil.Turun
kan.Angka.Kemiskinan.
Direktori Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, AKATIGA 2011
Hani Handoko, T. 1991. Managemen Personalia dan Sumber Daya Manusia .
Yogyakarta: BPFE UII.
Hirawan. Fajar B, Tinjauan Perkembangan Ekonomi Pertumbuhan Positif
Dibayangi Kenaikan Harga, JurnalAnalisis CSIS, Vol 39, No. 3
Jost, John & Sidanius, Jim. Political Psychology: Personality and Politic . New
York and Hove: Psychology Press.
LAPORAN_SE_ILO_FINAL IND: Laporan Persepsi Pekerja Terhadap FaktorFaktor Pendukung Keberlangsungan Usaha di Indonesia . 2011
Nimmo, DAN, 2001: Komunikasi Politik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rakhmat, Jallaudin, 1992. Psikologi Komunikasi. Edisi revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sastrohadiwirya, S. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
Administratif dan Operasional . Jakarta: Bumi Aksara.
Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja .
Yogyakarta: UGM Press
Slameto, 2003. Belajar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia.
11
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
Tjandraningsih & Herawati. 2009. Menuju Upah Layak-Survei upah buruh tekstil
dan garmen di Indonesia.
Winter, David G. 2004. Leader Appeal, Leader Performance, and the Motive
Profiles of Leaders and Followers: A Study of American Presidents and
Elections: Wesleyan University
World Audit Organization, http://www.worldaudit.org/democracy.htm
World Bank, 2005, Raising Investment in Indonesia: A Second Generation Of
Reforms,
Report
NO.
3
1708-ID.Tersedia
di
http://www-
wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2005/05
/17/000011823_20050517122403/Rendered/PDF/31708.pdf
12
INDONESIA BERSATU II DITINJAU DAEI JENIS
PEKERJAAN
Naskah Publikasi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu (S1)
Disusun Oleh :
ADI DIBYO WIBOWO
F 100 040 039
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
iv
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
PERSEPSI PENCITRAAN POLITIK PADA KINERJA KABINET
INDONESIA BERSATU II DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN
Adi Dibyo Wibowo
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi
ke ke dalam otak manusia. Citra adalah kecenderungan yang tersusun dari pikiran
dan kesudian, citra selalu berubah seiring dengan berubahnya pengalaman.
Persepsi pencitraan dapat terlihat dari pendapat ataupun pola pikir pada saat
mempersepsikan suatu realitas yang terjadi, dengan begitu satu hal yang perlu
dipahami dan diperhatikan kaitannya dengan pembentukan citra adalah persepsi
terhadap realitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
persepsi pencitraan politik pada kinerja Kabinet Indonesia Bersatu II ditinjau dari
jenis pekerjaan. Pada penelitian ini, jenis pekerjaan dibagi menjadi dua yaitu PNS
dan buruh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif,
yaitu dengan menggunakan skala sebagai alat ukur persepsi dan analisis data
menggunakan korelasi product moment dan uji Anava satu jalur. Partisipan
penelitian ini adalah PNS Diknaspora Surakarta dan buruh PP Jerapah
Mojosongso Surakarta berrjumlah 86 orang. Hasil analisis menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara persepsi PNS dan Buruh mengenai
pencitraan politik
Kata kunci:Persepsi, pencitraan politik, jenis pekerjaan.
1
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
PENGANTAR
tujuan utama dari pemimpin negeri
ini, siappun orangnya, apapun latar
Latar Belakang Masalah
Dalam
amanat
Undang-Undang
pembukaan
Dasar
Republik
belakangnya
yaitu melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan dunia
dan keadilan sosial, cita-cita luhur ini
harusnya bukan merupakan harapan
belaka
yang
entah
kapan
direalisasikan, lebih dari itu, cita-cita
bangsa ini perlu realisasi yang aktual
dengan kondisi global saat ini.
Sebagai sebuah dasar negara, Un
pegangan
oleh
setiap
bangsa Indonesia dalam menjalankan
kehidupannya, lebih jauh lagi bagi
seorang pemimpin negeri, UndangUndang Dasar ini haruslah menjadi
sebuah patokan bagi setp kebijakankebijakan yang diambilnya, dan pada
tahap akhir cita-cita dasar bangsa ini,
harusnya menjadi hal yang menjadi
ia
Indonesia negara demokratis
pertama terbesar di ASEAN (World
Audit Organization) dengan jumlah
penduduk hampir 235 juta dan
jumlah angkatan kerja produktif
sebesar 118,83 juta orang, adalah
Negara yang diprediksi akan menjadi
raksasa
Cina,
ekonomi
Rusia,
dunia
India
bersama
dan
Brasil
(Nusantaraku, 2008). Secara makro
ekonomi, Indonesia berada pada
posisi
yang
ditambah
positif
dengan
dan
stabil
meningkatnya
pertumbuhan ekonomi sektor riil
(Hirawan, Vol 39 No 3) dan PDB
Indonesia diprediksi akan mencapai
Rp 14,379 triliun pada tahun 2025.
Pertumbuhan makro ekonomi
dang-Undang Dasar 1945 tentu harus
dijadikan
manapun
berasal.
Indonesia tahun 1945 termaktub citacita pokok dari Republik Indonesia,
dari
yang pesat rupanya belum mampu
mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sejahtera. Bank dunia mencatat
orang miskin di Indonesia pada tahun
2009 mencapai 18,9 juta orang.
Angka 18,9 juta didapat dengan
indikator kemiskinan 1,5 dollar atau
Rp 12.000,- perhari (worldbank.org).
Data
lain
Bank
dunia
juga
2
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
menyebutkan
bahwa
juta
pemilu daerah lancar walau ada
penduduk Indonesia berada di bawah
protes itu wajar dalam demokrasi.
garis kemiskinan dengan standar
Keempat, soal penegakan hukum
kemiskinan
walau dalam beberapa kasus ada
2
50,6
dollar
atau
Rp.
16.000,- perhari. Asian Development
kekuarangan
Bank (ADB) mencatat orang miskin
pemberantasan korupsi, terorisme,
di Indonesia bertambah 2,7 juta
pemberantasan narkoba mencatatkan
orang dalam 3 tahun terakhir, dan
beberapa
merupakan
se-Asia
perselisihan komunal, tapi keamanan
Tenggara (Asteng). Pada tahun 2008,
dalam negeri berjalan baik. Keenam,
ADB mengatakan angka kemiskinan
hambatan
Indonesia mecapai 40,4 juta, dan di
sehingga perbaikan iklim investasi
tahun 2010 naik menjadi 43,1 juta
mengalami
jiwa (AKATIGA, 2011)
kemiskinan
10
tertinggi
tapi
prestasi.
untuk
Kelima,
birokrasi
berkurang
kemajuan.
dan
ada
Ketujuh,
pengangguran
Presiden SBY menyatakan ada
menurun meskipun rawan karena
hal
gejolak
utama
pemerintahannya
yang
dicapai
selama
setahun.
perekonomian
Kedelapan,
dunia.
beberapa
indikator
Pertama, ekonomi terus berkembang
ekonomi
dengan fundamental yang makin
mencatatkan
kuat.
devisa,
sejarah, seperti income perkapita,
IHSG, inestasi, eksport, daya saing
cadangan devisa naik, IHSG dan
Indonesia di dunia global 10 kali
PDB Indonesia di peringkat 16
lebih
ekonomi dunia. Kesembilan, upaya
APBN,
bagus.
kesejahteraan
cadangan
Kedua,
yang
indikator
mengalami
penting
rekor
pengembangan
Indonesia
baru
dalam
koperasi/UMKM
kemajuan, baik dibidang pendidikan
termasuk penyaluran kredit usaha
dan kesehatan. Ketiga, stabilitas
rakyat (KUR) berjalan dengan baik
politik juga terjaga, demokratisasi
di
berkembang,
Indonesia makin berperan dalam
meskipun
sesekali
seluruh
daerah.
Kesepuluh,
terdapat riak dan benturan. Secara
hubungan
nasional stabil, cek dan balance
mengatasi
dengan DPR, DPD makin baik,
pemeliharaan perdamaian dunia dan
internasional,
krisis
baik
global,
3
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
kerjasama
mengatasi
perubahan
iklim (kompas.com).
penggangur. Demikian pula banyak
orang yang mengalami stres dan
Hal terpenting bagi masyarakat
frustasi dalam hidup ini karena
seluruh pelayanan publik yang diurus
masalah
oleh
bisa
memiliki peran yang sangat besar
maksimal.
dalam memenuhi kebutuhan hidup
pemerintahan
memberikan
SBY
layanan
pekerjaan.
Pekerjaan
Harga-harga bisa terkendali dengan
manusia,
baik,
beli
ekonomis, sosial dan psikologis.
salus
Secara ekonomis orang yang bekerja
dimana
akan memperoleh penghasilan atau
ditempatkan
uang yang bisa digunakan untuk
sebagai hukum tertinggi. Sekalipun
membeli barang dan jasa guna
pemerintah melawan arus untuk itu
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
dengan mengorbankan popularitas,
Secara sosial orang yang memiliki
tetapi itu lebih bermartabat, karena
pekerjaan akan lebih dihargai oleh
disitulah hakikat demokrasi yang
masyarakat
sesungguhnya,
sesuai
masyarakat.
populi
dengan
daya
Terwujudnya
lex,
suprema
kesejahteraan
rakyat
terutama
kebutuhan
daripada
yang
dari
rakyat
oleh
menggangur. Secara sosial orang
untuk
rakyat
dan
yang bekerja mendapat status sosial
menjadikan das sollen dekat dengan
yang lebih terhormat daripada yang
das sein.
tidak bekerja. Lebih jauh lagi orang
rakyat
dan
yang
memiliki
pekerjaan
secara
Landasan Teori
psikologis akan mningkatkan harga
Pekerjaan
diri dan kompetensi diri.
Pekerjaan
satu
aspek
merupakan
terpenting
salah
dalam
kehidupan manusia dewasa yang
sehat, dimanapun dan kapan pun
mereka berada. Betapa orang akan
merasa susah dan gelisah jika tidak
memiliki
apalagi
pekerjaan
kalau
yang
sampai
jelas,
menjadi
Menurut
Suroto
(1992)
Pekerjaan adalah setiap kegiatan
yang menghasilkan barang atau jasa
bagi diri atau orang lain, baik orang
yang melakukan dibayar atau tidak.
Pekerjaan
adalah
kegiatan
yang
menghasilakan barang atau jasa bagi
4
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
diri sendiri atau orang lain dalam
kurun waktu tertentu. Setiap kegiatan
manusia yang menghasilkan barang
atau jasa dalam kurun waktu tertentu
dapat dimaknai sebagai pekerjaan,
tetapi tidak semua pekerjaan dapat
menghasilkan imbalan atau bayaran.
Menurut
Siswanto
Sastohadiwiryo(2003) menyatakan
bahwa tenaga kerja merupakan
istilah
yang
identik
dengan
personalian
yang
didalamnya
meliputi buruh, karyawan dan
pegawai. Sedangkan menurut T.
Hani Handoko (1991) ada beberapa
jenis penggolongan pekerjaan yaitu:
1) Tenaga Profesional, teknisi
dan ketatalaksanaan
Tenaga
kerja
ini
membutuhkan keahlian dan jenjang
pendidikan tertentu.
2) Tenaga kepemimpinan dan
ketatalaksanaan
Ada pendidikan khusus untuk
pekerjaan ini tetapi isa juga
menjadi tenaga kerja seperti
ini tanpa sekolah khusus.
Contoh sekretaris, tata usaha,
dan lain-lain.
3) Tenaga usaha penjualan
Pekerjaan
ini
tidak
memerlukan
pendidikan
khusus, yang dibutuhkan
hanya
keramahan,
komunikasi yang baik, mudah
bergaul, ulet dan tekun.
Contoh
penjual
toko,
salesman, dan lain-lain.
4) Tenaga usaha jasa
Usaha yang menawarkan
jasa.
Pekerjaan
ini
memerlukan keahlian tertentu
yang
diperoleh
dari
pendidikan formal/nonformal.
Contoh tukang cukur dan
lain-lain.
5) Tenaga usaha pertanian dan
perikanan
Pekerjaan ini ada yang
membutuhkan
pendidikan
khusus tapi ada juga yang
hanya membutuhkan keuletan
dan
ketekunan.
Contoh
petani, peternak dan lain-lain.
6) Tenaga
produksi,
operasional,
teknisi
dan
sejenisnya.
Tenaga
ini
kurang
membutuhkan jenjang pendidikan
tetapi memerlukan latihan. Contoh
pekerja pabrik, kuli dan lain-lain.
Persepsi Pencitraan Politik
Menurut
Persepsi
Slameto
adalah
proses
(2003),
yang
menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia.
Menurut
Leavit
(Sobur.
2003),
persepsi dalam arti sempit adalah
penglihatan,
seseorang
bagaimana
melihat
cara
sesuatu,
sedangkan dalam arti luas ialah
5
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
pandangan atau pengertian, yaitu
a. Pengetahuan pekerja terhadap
bagaimana seseorang memandang
persepsi pencitraan politik.
dan mengartikan sesuatu. Menurut
DeVito
(Sobur.
2003),
persepsi
adalah proses ketika kita menjadi
b. Proses belajar (sosialisasi) pekerja
mengenai persepsi pencitraan politik.
sadar akan banyak stimulus yang
c.
mempengaruhi indera.
persepsi pencitraan politik.
Mar`at
(Syafaruddin,
menyatakan
bahwa
1987)
persepsi
dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu
pengetahuan,
cakrawala,
proses
belajar (sosialisasi), dan pengalaman.
Sementara
menurut
d.
Pengalaman
pekerja
Cakrawala
berfikir
tentang
pekerja
mengenai persepsi pencitraan politik.
Jalaludin
Rakhmat
(1992)
mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu:
Jalaludin
Rakhmat (1992), persepsi adalah
a) Faktor fungsional, yang terdiri
pengalaman tentang objek, peristiwa
dari kebutuhan, pengalaman masa
atau
lalu,
hubungan-hubungan
diperoleh
dengan
yang
menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan
Berdasarkan hal tersebut, di
dalam
penelitian
ini
akan
mengungkap mengenai aspek-aspek
persepsi yang konstruksinya diambil
dari pendapat Mar`at dan Jalaludin
Rakhmat
di
atas.
Berdasarkan
motivasi,
harapan
dan
keinginan, perhatian, emosi, dan
suasana hati serta hal-hal lain yang
termasuk dalam faktor personal
b) Faktor struktural, terdiri dari
intensitas stimulus, ukuran stimulus,
perubahan stimulus, ulangan dari
stimulus
dan
pertentangan
atau
kontra dari stimulus.
pendapat persepsi diatas, selanjutnya
dengan
c) Faktor kebudayaan atau
kepentingan dalam penelitian ini.
kultur, dimana individu tumbuh dan
Aspek-
berkembang dan turut menentukan
dimodifikasi
aspek
sesuai
persepsi
tersebut
dirumuskan menjadi empat aspek
persepsi seseorang
Penciptaan
berikut, yaitu:
dalam
dunia
opini
politik
publik
pencitraan
6
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
mengarah
pada
dikonstruksikan
narasi
sedemikian
yang
(power/image)
rupa
politik
dengan bahasa, tidak sekedar untuk
sebagai
Panggung
kekuatan
politik
adalah
melukiskan suatu fenomena atau
sebuah dunia yang sangat kental
lingkungan,
dengan impression management atau
tetapi
mempengaruhi
lingkungan
juga
cara
sekitar.
dapat
melihat
Implikasinya,
lebih
dikenal
dengan
pencitraan
politik seperti yang diungkapkan
bahasa juga dapat digunakan untuk
oleh
memberikan akses tertentu terhadap
bahwa palitisi adalah aktor yang
suatu
tindakan,
menciptakan citra ideal bagi mereka
menekankan,
sendiri. Citra adalah suatu integrasi
memperlambat,
mental yang halus dari berbagai sifat
peristiwa
misalnya
atau
dengan
mempertajam,
mengagungkan,
membelokkan
melecehkan,
yang
megaburkan
dipersepsi
atau
peristiwa atau tindakan tersebut.
pada kontinuitas antara citra politik
realitas
politik,
sehingga
teknologi pencitraan mengkonstruksi
semacam realitas kedua (second
reality) yang didalamnya kebenaran
dimanipulasi.
Sebuah
strategi
penyamaran tanda dan citra. Citra
politik menjelma menjadi kekuatan
utama dalam mengendalikan wacana
politik sehingga di dalamnya kini
tidak
hanya
Friedrick
diproyeksikan
dan
Nietsche
orang
itu,
diinterpretasikan
rakyat menurut kepercayaan, nilai
Politik pencitraan mengarah
dan
filosof
terdapat
kekuatan
pengetahuan,
tetapi
juga
menjelmanya
kekuatan
citra
dan pengharapan mereka. Tetapi
kebanyakan
politisi
mendapat
kesulitan besar untuk bisa dikenal
dan mempunyai citra (Nimmo, 2001)
seperti yang dikemukakan oleh Jost
dan Sidanius (2004) Personality and
politics focus on understanding the
behavior
of
actors,
especially
politicans
individual
and
the
political
professional
other
elite
decision-makers
Hipotesis
1. Ada
perbedaan
persepsi
pencitraan politik pada kinerja
Kabinet Indonesia Bersatu II
7
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
ditinjau dari jenis pekerjaan
Analisis data
Analisis data penelitian ini
antara PNS dan buruh.
dilakukan dengan korelasi product
METODE PENELITIAN
moment dan uji Anava satu Jalur
menggunakan
Variabel penelitian
1.Variabel Tergantung
:
Jenis Pekerjaan : - PNS
(Seri
Program
Statistik-2005)
edisi
Sutrisno
Hadi
dan
Yuni
IBM/IN,
UGM,
Pamardiningsih,
-Buruh
2. Variabel bebas
SPS-2005
Yogyakarta, Indonesia, hak cipta (c)
:
2005, dilindungi UU.
Persepsi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek
Populasi
penelitian
ini
Validitas dan reliabilitas
adalah PNS Diknaspora Surakarta
Uji coba alat ukur dalam
dari buruh PP Jerapah Mojosongo
penelitian ini menggunakan try out
Surakarta berjumlah total 86 orang,
terpisah. Hasil uji validitas skala
terdiri dari 43 PNS dan 43 buruh.
persepsi diperoleh 58 aitem yang
Alat ukur
shahih dari 80 butir aitem yangdiuji
Alat ukur yang digunakan
cobakan, yang gugur 12 aitem,
sebagai pengumpul data adalah skala
dengan koefisien validitas dari –
persepsi yang disusun sendiri oleh
0,010 sampai 0,688 dengan p0,05
berarti
sebarannya normal
Hasil uji homogenitas pada
variabel
persepsi
sebesar
1,021
dengan nilai p = 0,457. Berdasarkan
8
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
hasil tersebut, maka menunjukkan
201,953. Penelitian ini tidak sesuai
variansi yang homogen karena nilai p
dengan
> 0,05
dilakukan oleh SE ILO 2011
hasil
penelitian
yang
Tidak adanya perbedaan yang
Uji hipotesis
Hasil uji hipotesis perbedaan
signifikan pada persepsi pencitraan
persepsi pada PNS dan buruh di
politik ditinjau dari jenis pekerjaan
peroleh hasil uji t antar A sebesar -
yaitu PNS dan buruh sesuai apa yang
1,200 dengan nilai p = 0,231 (p >
diungkapkan oleh Winter (2004)
0,05). hasil tersebut menunjukkan
several different kinds of factors that
tidak ada perbedaan yang signifikan
may account for the personal appeal
persepsi pencitraan politik antara
and greatness of political leaders are
PNS dan Buruh.
leader characteristics independent of
Hasil Rerata persepsi pada
PNS sebesar 195,023 dan buruh
sebesar 201,953 dengan nilai rerata
hipotetik sebesar 145. Maka tingkat
persepsi subjek pada penelitian ini
the situation, leader characteristics
that match systematically changing
situational
demamds
characteristics
and
that
leader
match
characterictics of followers or the
population in general, whatever the
tergolong tinggi.
determinants
Pembahasan
of
these
latter
characteristics may be.
Hasil analisis data yang telah
Dalam
penelitian
yang
dilakukan menunjukkan tidak adanya
dilakukan (LAP SE ILO FINAL
perbedaan
IND,2011) survey memperlihatkan
yang
signifikan
pada
persepsi pencitraan politik pada PNS
bahwa
dan buruh hal ini ditunjukkan oleh
Pemerintah
nilai t pada variabel persepsi sebesar
dengan baik kebebasan berserikat
1,200 dengan signifikansi 0,231 (p >
dan
0,05) dan kedua kelompok memiliki
kesempatan memperoleh pendidikan
tingkat persepsi yang sama yaitu
dan pelatihan, serta kesempatan kerja
kategori tinggi dengan nilai rerata
dan upah layak. Definisi upah layak
empirik PNS 195,023 dan buruh
berdasarkan penelitian AKATIGA
responden
mengganggap
sudah
persamaan
menerapkan
gender
dalam
9
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
adalah upah untuk seorang pekerja
A pada variabel persepsi yaitu
dengan jam kerja standart (40 jam)
sebesar sebesar -1,200 dengan nilai p
yang sudah memenuhi kebutuhan
= 0,231 (p > 0,05). PNS dan buruh
hidup
sama-sama
layak
dan
kemampuan
memberikan
menabung
(
memiliki
pencitraan
politik
persepsi
yang
tinggi
Tjandraningsih & Herawati, 2009).
terhadap Kabinet Indonesia Bersatu
Adapun kelemahan penelitian ini
II
adalah subjeknya kurang banyak dan
generalisasi dari hasil penelitian ini
SARAN
terbatas pap\da populasi dimana
penelitian
dilakukan
dengan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat
memberikan
manfaat
dan
karakteristik jenis kelamin laki-laki
beberapa saran kepada pihak yang
dan
terkait, yaitu:
perempuan,
peneliti
tidak
bertemu secara langsung kepada
subjek
sehingga
mengetahui
peneliti
secara
tidak
langsung
pengisian angket oleh subjek dan alat
ukur
yang
dipakai
1.Bagi ilmuwan psikologi
hanya
menggunakan metode skala sehingga
aspek-aspek psikologi pada subjek
penelitian belum dapat terungkap
secara lebih mendalam.
Diharapkan
hasil
dapat
menindalanjuti
penelitian
dengan
cara
mengadakan kajian teoritis yang
lebih mendalam tentang psikologi
sosial
politik
sehingga
akan
bermanfaat secara lebih luas lagi
2.Bagi peneliti selanjutnya
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan
pembahasan,
dapat
disimpulkan
Peneliti
memiliki
yang
selanjutnya
keinginan
yang
melanjutkan
bahwa ada perbedaan yang tidak
ataupun melakukan penelitian yang
signifikan yang berarti pula tidak ada
serupa, dapat melakukan penelitian
perbedaan
dengan
yang
signifikan
pada
menambah
karakteristik
persepsi pencitraan politik ditinjau
subjek seperti usia dan tingkat
dari
pendidikan. Peneliti selanjutnya juga
jenis
pekerjaan
hal
ini
ditunjukkan dengan hasil uji t Antar
10
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
diharapkan
dapat
memperluas
populasi dan sampel untuk penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Bisniskeluarga.kompas.com/read/2011/01/03/2051851/Pemerintah.Berhasil.Turun
kan.Angka.Kemiskinan.
Direktori Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, AKATIGA 2011
Hani Handoko, T. 1991. Managemen Personalia dan Sumber Daya Manusia .
Yogyakarta: BPFE UII.
Hirawan. Fajar B, Tinjauan Perkembangan Ekonomi Pertumbuhan Positif
Dibayangi Kenaikan Harga, JurnalAnalisis CSIS, Vol 39, No. 3
Jost, John & Sidanius, Jim. Political Psychology: Personality and Politic . New
York and Hove: Psychology Press.
LAPORAN_SE_ILO_FINAL IND: Laporan Persepsi Pekerja Terhadap FaktorFaktor Pendukung Keberlangsungan Usaha di Indonesia . 2011
Nimmo, DAN, 2001: Komunikasi Politik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rakhmat, Jallaudin, 1992. Psikologi Komunikasi. Edisi revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sastrohadiwirya, S. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
Administratif dan Operasional . Jakarta: Bumi Aksara.
Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja .
Yogyakarta: UGM Press
Slameto, 2003. Belajar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia.
11
Naskah Publikasi
Adi Dibyo Wibowo
2012
Tjandraningsih & Herawati. 2009. Menuju Upah Layak-Survei upah buruh tekstil
dan garmen di Indonesia.
Winter, David G. 2004. Leader Appeal, Leader Performance, and the Motive
Profiles of Leaders and Followers: A Study of American Presidents and
Elections: Wesleyan University
World Audit Organization, http://www.worldaudit.org/democracy.htm
World Bank, 2005, Raising Investment in Indonesia: A Second Generation Of
Reforms,
Report
NO.
3
1708-ID.Tersedia
di
http://www-
wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2005/05
/17/000011823_20050517122403/Rendered/PDF/31708.pdf
12