JURNAL CAHYANI MUKTI PAMUJI K1210016

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ASPEK KEJIWAAN TOKOH UTAMA PADA KUMPULAN CERPEN
LEONTIN DEWANGGA KARYA MARTIN ALEIDA1
Cahyani Mukti Pamuji, Yant Mujiyanto, Nugraheni Eko Wardani2
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Sebelas Maret
Email: muktipamuji644@gmail.com
Abstract
The aim of this research describes psychological aspect of
the main character in the short story collection entitled Leontin
Dewangga written by Martin Aleida. This research uses the
qualitative descriptive method with approach of literature
psychology by Sigmund Freud. The result of data analysis shows that
the main character in the short story collection entitled Leontin
Dewangga written by Martin Aleida are Kamaluddin Armada,
Abdullah Peureulak, Iramani, Bimbi, Aku (Munah), Aku, and
Huripto. Setting in the short story collection is indicated by setting of
spot, time, and social. Internal conflicts are happened in self of the

main character. The conclusion of this research shows that short
story collection is composed by characters and setting that are not
related from short story with ones. The analysis of literature
psychology can be found that the main characters have the strong id.
They tend to avoid the uncomfortable feeling ignoring the reality that
they actually can not do that.
Keywords: short story, literature psychology, personality structure

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek
kejiwaan tokoh utama pada kumpulan cerpen Leontin Dewangga
karya Martin Aleida. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama atau protagonis
yaitu Kamaluddin Armada, Abdullah Peureulak, Iramani, Bimbi,
Aku (Munah), Aku,dan Huripto. Latar dalam cerita diungkapkan
melalui latar tempat, waktu, dan sosial. Konflik batin diri para tokoh
utama terjadi dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga ini.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ketujuh cerpen
Artikel ini disusun berdasarkan isi skripsi FKIP UNS dengan judul “Kumpulan Cerpen

Leontin Dewangga Karya Martin Aleida (Tinjauan Psikologi Sastra Dan Nilai Pendidikan)”.
2
Tim penulis adalah mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan
commit toBahasa
user dan Sastra Indonesia FKIP UNS
2010 dan dosen Program Studi Pendidikan
Surakarta.
1

1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

tersusun atas penokohan dan latar yang tidak berkaitan antara satu
cerpen dengan lainnya. Dari analisis psikologi dapat diketahui bahwa
para tokoh utama memiliki id yang dominan dan cenderung
melepaskan diri dari segala ketidaknyamanan yang dirasakan.

Kata kunci: kumpulan cerpen, psikologi sastra, struktur kepribadian
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan suatu bentuk karya yang sangat indah dan dapat
menyentuh jiwa pembaca karena karya sastra memuat cerita-cerita yang mampu
membuat hati pembaca ikut larut dan merasakan sesuai dengan perasaan yang
sedang dialami oleh tokoh yang ada dalam cerita. Meskipun sebenarnya cerita dan
peristwa tersebut tidak pernah terjadi tetapi seakan-akan sedang terjadi melalui
penggambaran cerita tersebut. Suharianto (1982: 17) mangatakan bahwa ceritacerita yang ditulis oleh pengarang baik berupa cerpen, novel, maupun roman,
biasanya diambil dari cerita-cerita yang ada di sekitar kehidupan pengarang.
Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Cerpen atau cerita pendek
merupakan kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata), yang memberikan kesan
tunggal yang dominan dan memusatkan pada suatu tokoh disuatu situasi
(Depdiknas, 2003 : 2010 ). Cerpen sebagai salah satu karya fiksi pada hakikatnya
menawarkan sebuah dunia yang bersifat model-model kehidupan yang diidealkan,
dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya.
Waluyo (2011: 8) menyatakan bahwa unsur-unsur cerita fiksi meliputi:
tema, cerita, plot atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, setting atau
tempat kejadian cerita atau disebut juga latar, sudut pandang pengarang atau point
of view, latar belakang atau back-ground, dialog atau percakapan, gaya


bahasa/gaya bercerita, waktu cerita dan waktu penceritaan, dan amanat. Unsurunsur tersebut sengaja dipadukan oleh pengarang dan dibuat mirip dengan dunia
nyata lengkap beserta peristiwa-peristiwa yang terjadi. Unsur-unsur inilah yang
secara langsung membangun sebuah cerita.
Salah satu karya sastra yang memberikan nilai-nilai pendidikan yang dapat
memberikan motivasi pembaca untuk mewujudkan manusia yang berilmu,

user
berahlak dan berbudaya tinggicommit
terkaitto dengan
uraian diatas ialah Leontin

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
3

Dewangga karya Martin Aleida (2003). Leontin Dewangga merupakan sebuah

buku fiksi berbentuk kumpulan cerpen yang sarat akan kritik sosial terhadap
tragedi pada masa itu. Leontin Dewangga terdiri atas tujuh belas cerpen. Tiga

cerpen yang pertama di antaranya Malam Kelabu, Leontin Dewangga , dan Ode
untuk Selembar KTP berlatar peristiwa 1965. Peristiwa 1965 yang diawali dengan

penculikan para jenderal oleh pasukan Cakrabirawa pada subuh, 1 Oktober 1965,
merupakan konflik terpanjang dalam sejarah nasional setelah merdeka. Satusatunya konflik vertikal dan horizontal yang merombak tatanan politik, ekonomi,
dan sosial bangsa Indonesia secara drastis. Christopher Buler (dalam Suwarna,
dkk. 2013: 186) menilai bahwa tragedi bukan hanya akan memberikan efek moral,
tetapi juga nilai-nilai edukatif berupa pemahaman kepada pembaca tentang nilainilai edukatif moral seperti apa yang tengah dijelaskan dan yang harus dibutuhkan
sebagai pencerah moral yang akhirnya akan menjadi pemikiran manusia.
Penelitian yang baik haruslah memiliki tujuan yang baik dan jelas serta
memiliki arah dan tujuan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
mendeskripsikan: (1) Struktur kumpulan cerpen Leontin Dewangga karya Martin
Aleida, (2) Aspek kejiwaan para tokoh utama yang terdapat dalam kumpulan
cerpen Leontin Dewangga karya Martin Aleida, (3) Nilai pendidikan yang
terkandung dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga karya Martin Aleida.
Pendekatan strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan
(penelitian) kesusastraan yang menekankan kajian hubungan antara unsur-unsur
pembangun karya sastra yang bersangkutan. Analisis struktural dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendefinisikan fungsi dan hubungan
antarstruktur intrinsik. Identifikasi dan deskripsi misalnya tema dan amanat, plot,

tokoh, penokohan, latar, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005).
Cerpen adalah salah satu karya sastra yang terbangun oleh unsur-unsur
yang secara garis besar dibagi atas dua bagian. Nurgiyantoro (2005: 23) membagi
unsur pembangun karya sastra prosa fiksi menjadi dua, yakni unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang
berasal dari dalam karya sastra itu sendiri yang meliputi peristiwa, cerita, plot,
commit to
user
penokohan, tema, latar, sudut pandang
penceritaan,
bahasa atau gaya bahasa.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
4

Sedangkan, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra
itu sendiri, tetapi secara tidak langsung memengaruhi karya sastra. Akan tetapi,
dalam penelitian ini hanya akan diuraikan unsur-unsur intrinsik yang secara

langsung berkaitan dengan penelitian yaitu penokohan, dan latar.
Penokohan menggambarkan karakter pelaku yang diketahui karakternya
dari cara bertindak, ciri fisik, serta lingkungan tempat tinggal. Pembedaan tokoh
menurut Nurgiyantoro (2005: 176) dibagikan dalam dua jenis yang dilihat dari
kepentingan tokoh atau tingkat peranan, yaitu: (1) tokoh utama, yaitu tokoh yang
ditampilkan terus menerus atau paling sering diceritakan, dan (2) tokoh tambahan,
yaitu tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali saja dalam sebuah cerita.
Setting atau latar dalam sebuah karya sastra dihadirkan dengan fungsi
untuk mengidentifikasi keadaan dan situasi dalam rangkaian cerita. Secara
sederhana, Rampan (1995: 42) mengatakan bahwa latar atau bertumpu pada
tempat dan waktu yang melatarbelakangi sebuah cerita. Sementara itu, Semi
(1993: 46) berpendapat bahwa latar/setting merupakan lingkungan terjadinya
peristiwa, termasuk di dalamnya tempat dan waktu dalam cerita. Lebih lanjut
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 216) mengatakan latar atau disebut juga
sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Kumpulan cerpen ini selanjutnya dianalisis menggunakan pendekatan
psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra dipilih berdasarkan kesesuaian
antara teknik analisis dengan objek yang dianalisis. Psikologi sastra memberikan
perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-usur kejiwaan tokoh-tokoh

fiksional yang terkandung dalam sastra. Analisis struktural sastra disebut juga
pendekatan objektif dan menganalisis unsur intrinsiknya. Penilaian yang diberikan
dipandang dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan
keharmonisan semua unsur pembentuknya. Wellek & Warren (dalam Kurniawan,
2014: 108) menyatakan bahwa hubungan antara sastra dengan psikologi adalah di
satu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan ekspresi manusia. Di
pihak lain, psikologi sendiri dapat membantu pengarang dalam mengentalkan
commituntuk
to user
kepekaan dan memberi kesempatan
menjajaki pola-pola yang belum

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

terjamah sebelumnya, sehingga hasilnya merupakan kebenaran yang mempunyai
nilai-nilai artistik yang dapat menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra
tersebut. Ketujuh cerpen tersebut akan dikaji menggunakan teori psikoanalisis

Sigmund Freud mengenai struktur kepribadian.
Freud (dalam Miderop, 2010: 20) membagi kepribadian terdiri atas tiga
aspek, yaitu Das Es atau Id, Das Ich atau Ego, dan Das Ueber Ich atau Superego.
Das Es atau Id merupakan aspek biologis dan sebagai lapisan kejiwaan yang

paling dasar. Das es atau id (aspek biologis) merupakan sistem kepribadian yang
asli dan sumber dari semua energi dan dorongan. Id berisikan segala sesuatu yang
secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir (unsur-unsur biologis),
termasuk insting-insting. yaitu naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif),
termasuk keinginan-keinginan yang direpresi. Id berfungsi untuk mencapai
kepuasan bagi keinginan nalurinya sesuai prinsip kesenangan.
Das Ich atau Ego merupakan aspek psikologi dari kepribadian yang timbul

karena kebutuhan untuk berhubungan dengan dunia kenyataan (realita). Ego
adalah devirat id yang bertugas menjadi perantara kebutuhan instingtif dengan
keadaan lingkungan untuk mencari objek yang tepat guna mereduksi tegangan.
Dengan kata lain, peran ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan
yang bersifat naluri-naluri dengan keadaan lingkungan.
Das Ueber Ich atau The Superego merupakan aspek psikologi kepribadian


yang fungsi pokoknya menentukan benar salahnya atau susila tidaknya sesuatu.
Dengan kata lain, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Superego dibentuk melalui jalan internalisasi, artinya larangan perintah dari luar

diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Fungsi pokok
superego terlihat dalam hubungannya dengan ketiga sistem kepribadian, yaitu

merintangi impuls-impuls id terutama impuls seksual dan agresif, mendorong ego
untuk lebih mengejar hal-hal moralitas dan mengejar kesempurnaan.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Moleong
user
(2008: 16) mengemukakan bahwacommit
metodetopenelitian
kualitatif menghasilkan data

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

6

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu individu, keadaan,
gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati. Dalam hal ini peneliti
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
hubungan kausal fenomena yang diteliti. Sumber data berupa dokumen. Teknik
pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu
melakukan pengambilan data diambil dari dokumen kumpulan cerpen Leontin
Dewangga karya Martin Aleida yang dapat mendukung data penelitian. Sampel

yang yang dapat mewakili jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan
dari ketujuh belas cerpen tersebut diambil tujuh cerpen, yaitu: Malam Kelabu,
Leontin Dewangga, Ode untuk Selembar KTP, Keteguhan Namamu, Bmibi, Aku
Sepercik Air, Tak Ada Jumat Tak Ada Fisika, dan 3033 (PenjudiTogel dan
Warisannya).Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengkaji

dokumen dan arsip (content analysis). Validitas data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu teknik triangulasi teori. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis mengalir (flow model of analysis), yaitu: (1) pengumpulan data; (2)
reduksi data; (3) penyajian data; dan (4) penarikan simpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis struktur kumpulan cerpen Leontin Dewangga diarahkan pada dua
unsur, yaitu penokohan dan latar. Ketiga unsur ini berfungsi sebagai pendukung
analisis psikologi sastra. Dilihat dari segi tokoh dan penokohan, maupun latar,
Leontin Dewangga memiliki karakter dan kekhasan yang berbeda-beda meskipun

cerpen-cerpen di dalamnya disatukan oleh satu tema yang sama yaitu cinta.
Unsur tokoh dan penokohan dalam Leontin Dewangga terdapat beberapa
tokoh yang diceritakan. Tokoh utama di masing-masing cerpen dalam kumpulan
cerpen Leontin Dewangga , yakni Kamaluddin Armada dalam cerpen Malam
Kelabu, Abdullah dalam cerpen Leontin Dewangga , Iramani dalam cerpen Ode
untuk Selembar KTP , Bimbi dalam cerpen Keteguhan Namamu, Bimbi, Aku

dalam cerpen Aku Sepercik Air , Aku dalam cerpen Tak Ada Jumat Tak Ada
Fisika , Huripto dalam cerpen 3033 (Penjudi Togel dan Warisannya). Ketujuh
to user mereka lebih mendominasi dan
tokoh tersebut merupakan tokohcommit
protagonis,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

diceritakan terus menerus dalam cerita. Penggambaran karakter tokoh lebih detail
dan utuh daripada tokoh lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kedelapan tokoh
dalam masing-masing cerita tersebut adalah tokoh utama dalam kumpulan cerpen
Leontin Dewangga . Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2005: 176)

yang menyatakan bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang ditampilkan secara
terus menerus atau paling sering diceritakan dalam sebuah cerita.
Tokoh tambahan yang terdapat dalam kumpulan cerpen ini ialah Partini
Mulyoraharjo dan Pak Carik Kelurahan Laban dalam cerpen Malam Kelabu.
Dewangga Suciati dalam cerpen Leontin Dewangga . Tatiana dalam cerpen Ode
untuk Selembar KTP . Paman dan suami Bimbi dalam cerpen Keteguhan Namamu,
Bimbi. Nizam (Suami tokoh Aku), Fadilla, dan Lailan Hanum dalam cerpen Aku
Sepercik Air . Saiman Panatagama dan orangtuanya dalam cerpen Tak Ada Jumat
Tak Ada Fisika . Renowo, John Towel dan Ketua RT dalam cerpen 3033 (Penjudi
Togel dan Warisannya). Tokoh-tokoh tambahan tersebut hanyamuncul sekilas

atau sekejap dalam cerita. Tokoh tambahan tersebut ada yang bersifat protagonis
dan antagonis di dalam jalannya cerita.
Sedangkan, dalam unsur latar atau setting dikategorikan tiga jenis yaitu
latar tempat, waktu, dan sosial. Latar yang digambarkan dalam kumpulan cerpen
Leontin Dewangga bisa memberikan pengaruh nuansa dalam cerita, dengan

penyampaian latar yang baik maka pembaca seakan-akan diajak masuk oleh
pengarang ke dalam latar cerpen tersebut. Kumpulan cerpen Leontin Dewangga
juga menunjukkan tiga latar yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Hal
itu sejalan dengan pernyataan Nurgiyantoro (2005: 227) yang mebagi latar ke
dalam tiga jenis yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar tempat adalah tempat yang menunjuk pada lokasi kejadian atau
peristiwa. Nama tempat yang digunakan, yaitu nama tempat yang nyata, misalnya,
nama kota, instansi atau tempat-tempat tertentu. Penggunaan nama tempat
haruslah tidak bertentangan dengan sifat atau geografis tempat yang bersangkutan,
karena setiap latar tempat memiliki karakteristik dan ciri khas sendiri. Latar
tempat dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga , di antaranya rumah berjalan
commit
to user
mulai dari daerah Mojo selepas tokoh
utama
turun dari kereta di stasiun Balapan,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

menuju daerah Soroyudan dan berakhir di jembatan Bacem dalam cerpen Malam
Kelabu. Kamar rumah sakit dalam cerpen Leontin Dewangga . Di rumah tepatnya

di beranda dalam cerpen Ode untuk Selembar KTP . Rumah paman, lalu diikuti
latar tempat di Kramatwatu, Merak dan kota Jakarta dalam cerpen Keteguhan
Namamu, Bimbi. Jakarta, Sungai Asahan, di tepi jalan raya Gunung Sahari yang

berada di atas tebing Ciliwung, dan daerah Rajawali dalam cerpen Aku Sepercik
Air . di atap gerbong, stasiun Cawang, stasiun Pasar Minggu, stasiun Gondangdia,

dan kantor polisi dalam cerpen Tak Ada Jumat Tak Ada Fisika . lapangan
sepakbola, gerobak rokok, di sebuah gang, rumah Renowo, di jalan raya, dan di
dalam mobil dalam cerpen 3033 (Penjudi Togel dan Warisannya).
Latar waktu berkaitan dengan kapan peristiwa terjadi. Latar waktu yang
diceritakan sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Penggambaran waktu yang
digunkan dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga berupa penunjukan waktu
pagi, siang, sore, dan malam. Selain itu, latar waktu dalam kumpulan cerpen ini
kadang terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama karena terkadang alur
ceritanya flashback.
Latar sosial merujuk pada beragam hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat pada wilayah tertentu, yang meliputi masalah
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir,
serta hal-hal spiritual. Latar sosial dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga ini
adalah kehidupan bangsa saat itu, yakni kehidupan sebelum atau setelah peristiwa
G-30S dalam cerpen Malam Kelabu, mengadu peruntungan di Jakarta melalui
beragam cara pekerjaan pada masa sebelum atau sesudah peristiwa G-30S dalam
cerpen Leontin Dewangga . Kehidupan mantan tahanan penjara pada zaman Orde
Baru dengan berbagai masalah kehidupan setelah ia bebas dari penjara dalam
cerpen Ode untuk Selembar KTP . Pekerjaan Bimbi sebagai seorang konsultan
dalam cerpen Keteguhan Namamu, Bimbi. kesenjangan sosial atau kehidupan
yang sangat berbeda antara orang kaya dan orang miskin dalam cerpen Aku
Sepercik Air . Pernik kehidupan seorang pensiunan dalam cerpen Tak Ada Jumat
Tak Ada Fisika . Kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat, yaitu Huripto
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

yang sebagai penjual rokok sekaligus penjudi dan Renowo sebagai bandar togel
dalam cerpen 3033 (Penjudi Togel dan Warisannya).
Hasil penelitian berupa analisis aspek kejiwaan tokoh utama pada
kumpulan cerpen Leontin Dewangga karya Martin Aleida, yaitu berpangkal dari
pembahasan terhadap aspek penokohan yang terdapat dalam analisis struktural,
sehingga dapat dikatakan bahwa analisis aspek kejiwaan tokoh utama melalui
pendekatan psikologi sastra merupakan tindak lanjut dari analisis struktural.
Aspek kejiwaan dari para tokoh utama dalam kumpulan cerpen ini akan diteliti
unsur psikologi sastra dari tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, dengan pelaksana
perwatakan, yang digambarkan memiliki perkembangan atau konflik yang
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Sigmund Freud (dalam Minderop, 2010: 20) membagi susunan
kepribadian menjadi tiga sistem yaitu: (1) Das Es atau Id adalah aspek biologis
dan sebagai lapisan kejiwaan yang paling dasar. Das es atau id (aspek biologis)
merupakan sistem kepribadian yang asli dan sumber dari semua energi dan
dorongan. Id bermanfaat sebagai prinsip kesenangan yang bertujuan untuk
membebaskan seseorang dari konflik, sehingga id dominan untuk meredakan
ketegangan yang terjadi dalam diri manusia.; (2) Das Ich atau Ego adalah aspek
psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk
berhubungan dengan dunia kenyataan (realita). Peran ego ialah menjadi perantara
antara kebutuhan-kebutuhan yang bersifat naluri-naluri dengan keadaan
lingkungan.; (3) Das Ueber Ich atau Superego adalah aspek sosiologi kepribadian,
merupakan yang fungsi pokoknya menentukan benar salahnya atau susila
tidaknya sesuatu. Dengan kata lain, pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral
masyarakat. Fungsi pokok superego terlihat dalam hubungannya dengan ketiga
sistem kepribadian, yaitu merintangi impuls-impuls id terutama impuls seksual
dan agresif, mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal moralitas dan mengejar
kesempurnaan. Penelitian tersebut dibahas dengan dilihat dari setiap aspek
psikologi tokoh utamanya.
Dorongan id dalam diri Kamaluddin Armada pada cerpen Malam Kelabu
commit to user
mampu mendorong ego untuk melepaskan
dirinya dalam konflik batin dirinya

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

yang kehilangan Partini Mulyoraharjo dan keluarganya yang dibunuh. Tindakan
itu berupa bunuh diri, super ego berupa rasa bersalah diungkapkan Kamaluddin
Armada kepada Tuhannya.
Id dalam diri Abdullah pada cerpen Leontin Dewangga

sangat

mendominasi berupa rasa cinta yang luar biasa hebatnya terhadap Dewangga
Suciati.

Abdullah

tidak

sama

seperti

laki-laki

kebanyakan

yang

mempermasalahkan keperawanan yang hilang. Super ego yang bersifat rasa
menyesal karena telah memilih Dewangga Suciati tidak ada dalam diri Abdullah,
ia tetap cinta sampai Dewangga menutup mata untuk selama-lamanya.
Id sangat mendominasi diri Iramani dalam cerpen Ode untuk Selembar
KTP , ia tak lagi memikirkan jutaan rupiah yang dihabiskan untuk menyogok

oknum aparatur dalam pembuatan KTP. Ia hanya ingin menebus pembebasan
terakhir sebelum ia mati. Ego yang berperan sebagai sarana pemikiran yang
mengontrol keberadaan id dan super egotak mampu mengatasi. Super ego dalam
diri Iramani pun tak tampak, walaupun Tatiana menasihati dan menjelaskan
kepadanya. Superego yang seharusnya berupa penyesalan tak terlihat.
Superego dalam bentuk rasa bersalah dan meneyesal muncul dalam diri

Bimbi pada cerpen Keteguhan Namamu, Bimbi mengenai perihal mengapa ia
tidak berterima kasih pada laki-laki yang telah menolong mobilya saat pecah ban
waktu itu. Dan mengenai hal tersebut paman Bimbi tidak sama sekali marah.
Pamannya malah merasa nasihat yang selama ini ia berikan telah diikuti dengan
baik oleh Bimbi. Akan tetapi, superego itu tetap besar dalam diri Bimbi.
Ego yang seharusnya bertindak sebagai sarana pemikiran yang mengontrol

keberadaan id dan super ego tidak mampu mengatasi dominannya id. Keinginan
tokoh Aku (Munah) dalam cerpen Aku Sepercik Air untuk membunuh suaminya
sudah terlaksana, dirinya merasa tenang atas perbuatannya. Superego yang
seharusnya berupa rasa bersalah dan menyesal karena telah membunuh suami dan
bapak dari anak-anaknya tidak tampak. Tak ada rasa ketakutan dan kecemasan
dalam diri tokoh Aku bahwa besok akan dipenjara. Id tidak memandang benar
tidaknya perbuatan, yang terpenting kesenangan atas lara hati yang telah bebas
to user
dan terimpaskan seperti dalam diricommit
tokoh Aku.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

Id dalam diri tokoh Aku pada cerpen Tak Ada Jumat Tak Ada Fisika

bermanfaat sebagai prinsip kesenangan yang bertujuan membebaskan dirinya dari
ketegangan atau ketakutan berupa kehilangan persahabatan dengan Saiman yang
mungkin bisa terjadi apabila ia tak melakukan hal-hal berbahaya tersebut.
Id dalam diri Huripto pada cerpen 3033 (Penjudi Togel dan Warisannya)

tidak memandang benar atau tidaknya berjudi. Id dalam diri Huripto berasal dari
dorongan berupa anganan memiliki kredo. Berjudi, setidaknya bisa membuat
hatinya lebih sejuk tenteram melalui angan-angan kemenangan perjudian karena
ia merasa regangan sarafnya menjadi kendur. Selain itu, kematian dan uang hasil
togel Huripto ternyata mampu mengungkapkan aspek kepribadiannya yang
berkaitan dengan superego adalah hubungan baik Huripto dengan masyarakat.
Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Sangidu (2004: 11)
bahwa

psikologi sastra adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra

sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang
diperankan oleh tokoh-tokoh imajiner yang ada di dalamnya atau mungkin juga
diperankan oleh tokoh-tokoh faktual. Psikologi dan sastra secara tidak langsung
mempelajari kehidupan manusia. Sedangkan, secara fungsional psikologi dan
sastra mempelajari kondisi kejiwaan orang lain, yang mana di dalam psikologi
gejala tersebut nyata, namun dalam sastra bersifat imajinatif.
SIMPULAN DAN SARAN
Dilihat dari aspek struktural yang sesuai dalam penelitian ini, ketujuh
cerpen dalam kumpulan cerpen Leontin Dewangga tersusun atas penokohan dan
latar yang tidak berkaitan antara satu cerpen dengan cerpen yang lainnya.
Penokohan atau penggambaran tokoh dapat diungkapkan melalui peranan yang
dimainkan para tokoh dalam cerita tersebut. Tokoh-tokoh utama dan protagonis
yang ditampilkan ialah Kamaluddin Armada, Abdullah, Iramani, Bimbi, Aku
(Munah), Aku, Huripto. Sedangkan, latar yang digunakan dalam cerita
diklasifikasikan menjadi latar tempat, waktu, dan sosial.
Struktur kepribadian memiliki tiga unsur, yaitu Das Es atau Id, Das Ich

user . Ketiga unsur dari struktur
atau Ego, dan Das Ueber Ichcommit
atau to
Superego

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

kepribadian tersebut memengaruhi pola pemikiran, tingkah laku, serta kejiwaan
para tokoh utama dalam Leontin Dewangga . Berdasarkan analisis psikologi dapat
diketahui bahwa para tokoh utama memiliki id yang kuat dan cenderung ingin
melepaskan diri dari bentuk apapun ketidaknyamanan yang dirasakan dalam
hidup tanpa melihat kenyataan yang ada.
Penelitian ini diharapkan dapat menberikan gambaran karya sastra yang
bisa digunakan sebagai bahan ajar dalam apresiasi sastra. Beberapa cerpen dalam
kumpulan cerpen Leontin Dewangga dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar. Hal
ini dikarenakan ceritanya sederhana dan mudah dipahami dibantu debgan
pengemasan bahasa yang baik, maka cerpen ini cocok dijadikan sebagai materi
ajar baik di SMP maupun di SMA. Cerpen ini cocok sekali dijadikan bahan ajar di
SMP kelas IX semester 1 sesuai kurikulum yang berlaku. Cerpen yang dapat
dijadikan sebagai bahan ajar tersebut dari ketujuh cerpen yang dianalisis dalam
penelitian ini diantaranya; cerpen Ode untuk Selembar , cerpen Keteguhan
Namamu, Bimbi, cerpen Tak Ada Jumat Tak Ada Fisika , dan cerpen 3033
(Penjudi Togel dan Warisannya). Cerpen-cerpen ini memiliki nilai-nilai didik

kehidupan yang dapat diambil oleh guru untuk digunakan sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Aleida, Martin. (2003). Leontin Dewangga. Jakarta: Buku Kompas.
Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: PT. Rieneka Cipta
Kurniawan, Eka. (2014). “Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Didik dalam
Kumpulan Cerpen Sepotong Hati yang Baru Karya Tere Liye”. Skripsi

tidak diterbitkan. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Minderop, A. (2010). Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Moleong, J. L. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah University
Press.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

Rampan, Korrie Layun. (1995). Aliran–Jenis Cerita Pendek. Flores-NTT: Nusa
Indah.
Sangidu. (2004). Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gajah Mada.
Semi, M. A. (1993). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Suharianto, S. (1982). Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta :Widya Duta.
Suwarna, D., Meilinawati, L. R.., dan Priyatna, A. (2013). Tragedi dalam 5
Cerpen Martin Aleida. Dalam Jurnal Al-Tsaqafa UIN Sunan Gunung Djati

Bandung Vol. 10, No.2, hal: 183-193
Waluyo, H. J. (2011). Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi . Surakarta: UNS
Press.

commit to user