Kristin Cahyani S841102008

(1)

commit to user

i

PENGARUH PENDEKATAN

QUANTUM LEARNING DAN

MINAT BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN

MENGAPRESIASI PUISI

(Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sambirejo)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

Kristin Cahyani

S841102008

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A 2012


(2)

(3)

(4)

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tesis ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan setelah penulis menyelesaikan perkuliahan teori di Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS. Adapun tujuan penyusunan tesis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna mencapai derajat magister Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan apresiasi secara tulus kepada:

1. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd. selaku Ketua Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS yang telah memberikan persetujuan pengesahan tesis ini;

2. Dr. Andayani, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar; 3. Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar;

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS yang secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya;


(6)

commit to user

vi

5. Drs. Gatot Supadi, M. B. A., M. M, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di instansi yang ada di bawahnya;

6. Drs. Suyatno selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Sambirejo yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya serta memberi motivasi kepada penulis;

7. Drs. Sunardi, M. Pd., selaku Kepala SMP N 2 Gondang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolahnya; 8. Ibu, dan suami yang telah memberikan doa restu dan semangat untuk

menyelesaikan tesis ini;

9. Anak-anak yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Surakarta, Juni 2012 Penulis,


(7)

commit to user

vii

Kristin Cahyani. S841102008. Penga ruh P endeka tan Qua ntum Lea rning da n Mina t Belaja r terha dap Kema mpua n Menga presia si Puisi (Eksperimen pada Siswa Kela s VII SMP Negeri 2 Sa mmbirejo). Tesis. Pembimbing I: Dr. Andayani, M.Pd., II: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan qua ntum lea rning dan siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori; (2) perbedaan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah; dan (3) interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekperimen dengan rancangan faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri Se-Rayon Timur Sragen; sampel penelitian diambil 60 siswa yang ada di SMP Negeri 2 Sambirejo dan SMP Negeri 2 Gondang dengan teknik stra tified-cluster ra ndom sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Tes digunakan untuk mengambil data kemampuan mengapresiasi puisi; angket digunakan untuk menjaring data minat belajar siswa. Uji validitas kemampuan mengapresiasi puisi yang dilakukan, yaitu uji validitas item. Validitas item digunakan untuk menguji butir tes dengan rumus korela si point biseria l, uji reliabilitasnya dengan rumus KR-20. Validitas butir pernyataan angket minat belajar digunakan rumus korela si product moment, reliabilitasnya dengan koefisien . Uji normalitas menggunakan Uji Lilliefors, sedangkan uji homogenitasnya menggunakan Uji Bartlett. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik Analisis Varian Dua Jalan (ANAVA Dua Jalan).

Berdasarkan analisis data, simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Perta ma, kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan qua ntum lea rning lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fhitung = 20.40 > Ftabel = 4.01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf Kedua, kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fhitung = 24.80 > Ftabel = 4.01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf Ketiga, ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fh sebesar 4,14 > Ft sebesar 4,01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada 0,05.

Kata Kunci: Pendekatan Quantum Lea rning, Minat Belajar, Kemampuan Mengapresiasi Puisi.


(8)

commit to user

viii

Kristin Cahyani. S841102008. The Influence of the Qua ntum Lea rning Approach a nd inter est in learning to the Ability in Appr eciating Poetry. Thesis. Mentors I: Dr. Andayani, M.Pd., II: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Indonesian Language Education Program, the Postgraduate of the University of Sebelas Maret. 2012.

ABSTRACT

The purpose of the research are to know (1) the difference the ability in appreciating poetry of students between who are taught with quantum learning approach and expository approach; (2) the difference the ability in appreciating poetry of the students who have highly interest in learning and the students who have low interest in learning; (3) the interaction between learning approach and interest in learning to the ability in appreciating poetry.

The method of the research is experiment research using 2x2 factorial design. The population of the research are all of the students in the state lower secondary school in Sragen eastern rayon; the sample of the research are 60 students in the state lower secondary school Sambirejo 2 and

taken by stratified-cluster random sampling technique. Data collection technique using by test and questionnaire. The test is used to gain the data of the ability in

appreciating poetry interest in

learning. The validity test of ability in appreciating poetry is performed by item validity test. Items validity is used for using bi-seria l corr ela tion point formula, whereas KR-20 is used for reliability test. The validity of interest in learning questionnaire is used for using product moment correla tion formula, whereas Cronba ch coefficient is used for reliability test. Measuring normality using Lilliefors test, whereas for measuring homogeneity using Barlett test. The technique of data analyze in this research using two ways variant analyze (two ways anava).

Based on the data analyze could be concluded, first

appreciating poetry taught with quantum learning approach are better than using 20.40 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominator 56 in obvious standard 05. Second, the students ability in appreciating poetry in highly interest in learning are higher than having low interest in learning 24.80 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominat = 0.05. Thir d, there is interaction between learning approach and interest in learning in

poetry

4.14 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominator 56 in obvious standa = 0.05.

Keywords: Quantum Learning, interest in learning, the ability in appreciating poetry.


(9)

commit to user

ix

MOTTO

Manusia berharap terlalu banyak te (Allen Tate)

Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK

(Dodi Goceng)

bersendi, runtuhlah hidup dan kalau tidak berpenjaga, binasalah hayat. Orang

(Pepatah Arab)

berbuat baik dengan diri sendiri, mendholimi orang lain sama dengan


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahanda Widodo Brotosiswoyo (almarhum) dan Bunda Warsiki yang tercinta; 2. Seto Nugroho, suami terkasih; 3. Muhammad Cahyo Nugroho, Annisa Rihan Jannah, dan Muhammad Cahyo Buwono, anak-anakku tersayang;


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL... i

PENGESAHAN ii

. iii iv . v vii

PERSEMB x

DAFTAR ISI... xi xv DAFTAR TA

DAFTAR xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. 5

C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 6 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG


(12)

commit to user

xii

A. 8

1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi 8

a. Peng 8

b. Pengertian 10

c. Pengertian Puisi 12

d. Unsur-unsur Puisi .. 14

e. Jenis-jenis Puisi .. 18

f. Aspek-aspek Penilaian Kemampuan Mengapresiasi

Puisi 23

g. Apresiasi Puisi di Kelas VII SMP... 25 2. Hakikat Pendekatan Qua ntum Lea rning 26

a. Pengertian Pendekatan 26

b. Pengertian Pendekatan Qua ntum Lea rning 28 c. Orkestra dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi .... 33 d. Langkah-langkah Pembelajaran Mengapresiasi Puisi

dengan Quantum Lear ning 35

3. Hakikat Pendekatan 37

a. Pengertian P

b. Pengertian P 37

c. Keunggulan dan Kelemahan Pend 40

d. Langkah-langkah 40

4. Hakikat 42


(13)

commit to user

xiii

b. Pengertian 45

c. 46

d. Cara-cara Membangkitkan Minat Belajar 47 e. Aspek-aspek Minat Belajar .. 49

B. Penelitian yang 51

C. 55

D. 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 60 B. ... 62

C. Populasi 63

D. Variabel Penelitian dan Def 67

E. Teknik Pengumpulan Data... 68

F. Instrumen 68

G. Hasil Uji Validitas dan Reliab 69

H. Uji Persyara 73

I. Teknik Analisis Data... 73

J. Hipotesis ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. ... 77 1. Data Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang

Diajar dengan Pendekatan Quantum Lear ning 77 2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar


(14)

commit to user

xiv

dengan Pendekatan Ekspositori 79

3. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki

Minat Belajar Tinggi 80

4. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki

Minat Belajar Rendah 82

B. Pengujian Persyaratan Analisis 83

1. Uji No 84

2. Uji Hom 88

C. Pengujian 89

D. Pembahasan 100

E. Keterbatasan Penelitian 104

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Sim 106

B. Impl 107

C. Saran 109

DAFTAR PUS 111


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. ... 58

2. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Lear ning 78

3. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa

yang 80

4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa

yang Memiliki Minat Belajar Tinggi 81

5. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Waktu dan Jenis P 61

2. Rancangan Analisis Data Model 62

3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Lear ning 78

4. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa 79

5. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa

yangMemiliki Minat Belajar ... 81

6. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A 1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi 117 2. Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi (Sebelum Uji Coba). 118 8

B 1. Kisi-Kisi Instrumen Angket ... 138 2. Angket Minat Belajar (Sebelum Uji Coba)... 139 3. Angket Minat Belajar (Setelah Uji Coba)... 142

C 1. Hasil Analisis Validitas Butir Tes Kemampuan Mengapresiasi

Puisi (Tahapan I) 145

2. Prosedur Penghitungan Validitas Tes Kemampuan Mengapresiasi

49 3. Hasil Analisis Validitas Butir Tes Kemampuan Mengapresiasi

Puisi (Tahapan II) 150

4. Tabel Resume Validitas 3

5. . 154

6. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Mengapresiasi . 156

D 1. Hasil Analisis Validitas Butir Pernyataan Angket Minat Belajar

(Tahapan I) 158

2. Hasil Analisis Validitas Butir Pernyataan Angket Minat Belajar

(Tahapan II) 163

3. Uji Reliabilit

4. Hasil Analisis Reliabilitas Butir Pernyataan Angket 168


(18)

commit to user

xviii

2. Data Induk Penelitian 173

3. Data Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Kelas

Eksperiman dan Kelas Kontrol 174

4. Data Nilai Minat Belajar Siswa

F 1. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Lear ning

(Kolom 1 = A1) 177

2. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori

(Kolom 2 = A2) 178

3. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (Baris 1 = B1) 179 4. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang

Memiliki Minat Belajar Rendah (Baris 2 = B2) ... 180 5. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang

Diajar dengan Pendekatan Quantum Lear ning untuk Siswa yang

Memiliki Minat Belajar Tinggi (Sel 1 = A1B1) .. 181 6. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang

Diajar dengan Pendekatan Quantum Lear ning untuk Siswa yang

Memiliki Minat Belajar Rendah (Sel 2 = A1B2) 182 7. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang

Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki

Minat Belajar Tinggi (Sel 3 = A2B1) 183

8. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki

Minat Belajar Rendah (Sel 4 = A2B2) 184

G Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Mengapresiasi


(19)

commit to user

xix

H Tabel Kerja untuk Analisis Data Penelitian dengan Teknik Statistik

Anava Dua Jalan 187

I Proses Perhitungan Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan

Mengapresiasi 189

J Hasil Analisis Statistik Anava Dua Jalan 193

K Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

M Foto Uji Coba Instrumen di SMP Negeri 2 Ngrampal

N Foto Penelitian Kelas Eksperimen di SMP N 2 Sambirejo


(20)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa pada hakikatnya tidak hanya membuat siswa agar terampil berbahasa saja, tetapi juga terampil bersastra. Pembelajaran sastra merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa agar mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan berbahasa. Dengan demikian, tugas guru bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya memberi pengetahuan (aspek kognitif), tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan menanamkan rasa cinta (aspek afektif), baik melalui kegiatan di dalam kelas ataupun di luar kelas.

Namun, tujuan pembelajaran apresiasi sastra ini belum membuahkan hasil yang optimal. Hal itu disebabkan oleh asumsi siswa bahwa pembelajaran bahasa dan sastra itu tidak semenarik pembelajaran mata pelajaran lain, seperti yang diungkapkan oleh Mukhlis A. Hamid (1996: 1), bahwa pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang penting dan dianaktirikan oleh para guru, apalagi guru yang pengetahuan dan apresiasi sastra (dan budayanya) kurang. Akibatnya, mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para siswa disajikan kering, kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati siswa.


(21)

commit to user

Di samping itu, pembelajaran apresiasi sastra di lapangan belum dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan kurikulum. Pembelajaran apresiasi sastra masih menitikberatkan pada aspek kognitif. Apresiasi terhadap nilai-nilai sastra yang terkandung dalam karya sastra masih kurang karena mendapat banyak kendala, yaitu: muatan sastra dalam kurikulum bahasa Indonesia relatif kecil; ujian nasional masih menitikberatkan pengetahuan faktual, dan belum menjangkau apresiasi sastra; kurangnya pemahaman guru tentang kebermaknaan belajar sastra bagi siswa; kurangnya pengalaman dan kemampuan guru dalam memahami materi apresiasi sastra; dan kurangnya buku-buku sastra di sekolah.

Hal yang sama terjadi dalam pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang pendidikan kelas VII yang meliputi 6 kompetensi dasar (KD), yaitu (1) KD 8.1. menulis pantun sesuai dengan syarat pantun; (2) KD 13.1. menanggapi cara pembacaan puisi; (3) KD 13.2. merefleksi isi puisi yang dibacakan; (4) KD 15.1. membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik, yang sesuai dengan isi puisi; (5) KD 16.1. menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam; dan (6) KD 16.2. menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang dialami. Sebagai salah satu pembelajaran sastra di sekolah, pembelajaran apresiasi puisi merupakan pembelajaran yang sulit bagi siswa dibandingkan karya sastra bentuk prosa. Hal itu, selain disebabkan kurangnya minat siswa terhadap apresiasi puisi, juga karena (1) siswa beranggapan bahwa pelajaran puisi itu sulit, (2) sangat minim buku-buku tentang puisi di perpustakaan sekolah, (3) metode dan teknik pembelajaran yang digunakan masih banyak yang klasik atau konvensional, sehingga kurang mampu memberikan inovasi kepada


(22)

anak, (4) tingkat atau daya apresiasi terhadap sastra (puisi) masih rendah, (5) guru masih jarang memberikan latihan apresiasi puisi, (6) guru jarang menindaklanjuti hasil apresiai puisi para siswanya, dan (7) belum adanya laboratorium bahasa.

Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu untuk menemukan alternatif pendekatan pembelajaran yang diyakini mampu menumbuhkan minat belajar siswa. Pendekatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif, dan dinamis sebagaimana tuntutan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003b: 243). Bukan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru atau pembelajaran yang didominasi oleh guru dan tidak melibatkan siswa seperti yang selama ini sering diterapkan guru. Guru tidak melatih kreativitas siswa, tetapi menyampaikan materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafalkan sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

Quantum learning adalah pembelajaran yang mengoptimalkan belajar dan minat belajar siswa. Pendekatan ini diibaratkan mengubah energi menjadi cahaya, seperti halya pada teori kuantum (Deporter dan Hernacki, 2005: 14). Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan pendekatan qua ntum lea rning ini akan membawa siswa dalam situasi pembelajaran yang santai, menyenangkan, menakjubkan, dan menggairahkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk menciptakan lingkungan kelas yang dinamis, yang tidak berpaku pada tempat duduk yang statis, namun senantiasa menyenangkan siswa. Pembelajaran yang menyenangkan ini berperan meningkatkan minat belajar siswa.


(23)

commit to user

Di samping itu, metode yang ada dalam quantum lea rning dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan paradigma mengembangkan dan memperdayakan lingkungan belajar, serta dapat memberikan penghargaan secara nyata kepada siswa dengan latar belakang yang berbeda (Andayani, 2008: 19). Oleh karena itu, guru harus bisa membawa pikiran siswa ke dalam pemikiran guru dan sebaliknya pemikiran guru juga menjadi pemikiran siswa.

DePorter, Reardon, dan Nourie (2005: 63-77) menyebutkan bahwa media pembelajaran sangat penting di dalam membangkitkan rasa senang (minat) siswa. Di samping media yang memadai, juga perlu (1) lingkungan sekeliling, yang dimaksud adalah lingkungan belajar yang kondusif; (2) alat bantu atau benda yang dapat mewakili suat gagasan; (3) pengaturan bangku, yaitu penataan meja kursi belajar yang memudahkan semua jenis interaksi; (4) hiasan tanaman, aroma, dan hewan peliharaan; dan (5) musik sebagai ilustrasi. Peranan musik inilah salah satu kelebihan pembelajaran qua ntum lea rning, karena bisa meningkatkan semangat, merangsang pengalaman, menumbuhkan relaksasi, meningkatkan pemfokusan pikiran, membangun hubungan baik, memberi inspirasi bagi siswa, dan menyenangkan siswa sehingga membangkitkan minat belajar siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibatasi sejauh mana pengaruh pendekatan pembelajaran qua ntum learning dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa.


(24)

A. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang diajar dengan pendekatan qua ntum lea rning dan yang diajar dengan pendekatan ekspositori?

2. Apakah ada perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah? 3. Apakah ada interaksi antara pendekatan qua ntum lea rning dan minat belajar

dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menemukan ada tidaknya pengaruh pendekatan pembelajaran qua ntum ler aning dan minat belajar siswa terhadap kemampuan mengapresiasi puisi.

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan : 1. Perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang diajar

dengan pendekatan qua ntum lea rning dan yang diajar dengan pendekatan ekspositori.

2. Perbedaan antara kemampuanmengapresiasi puisi antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah.

3. Interaksi antara pendekatan qua ntum learning dan minat belajar dalam mempengaruhi keterampilan mengapresiasi puisi.


(25)

commit to user

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dipakai:

a. sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori pendekatan qua ntum lea rning;

b. sebagai bukti empiris bahwa minat belajar siswa berpengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi puisi;

c. sebagai bukti empiris adanya keterkaitan antara pendekatan qua ntum

lea rning dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan

mengapresiasi puisi.

2. Manfaat praktis a. Bagi siswa

Siswa memperolah wawasan yang lebih luas, khususnya menguasai proses apresiasi puisi dengan pendekatan qua ntum learning sehingga bisa meningkatkan daya apresiasi puisi.

b. Bagi Guru

1) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa.

2) Memudahkan guru untuk menumbuhkan minat belajar siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

c. Bagi Sekolah

1) Menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.


(26)

2) Mengetahui kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

3) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif.


(27)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Puisi

a. Pengertian kemampuan

Keterampilan atau kemampuan merupakan dua istilah yang sering tumpang tindih dalam penggunaannya. Kedua istilah tersebut dapat dikatakan sebagai hasil belajar atau pengalaman belajar. Hal itu sesuai dengan pengertian yang dirumuskan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2003a:1), yang menyatakan pengertian kemampuan (kompetensi) sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Sejalan dengan pendapat di atas, Nurhadi dan Agus G.S. (2003:15) menyatakan bahwa kemampuan (kompetensi) merupakan pengetahuan, keterampilan , dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hal itu hampir sama dengan pendapat Yulaelawati, yang mengungkapkan bahwa kemampuan mengacu pada pengetahuan fundamental, keterampilan, dan pembawaan perilaku berkaitan pada keadaan seseorang dalam menunjukkan pemilikan suatu kompetensi (2004; 16) .

Sementara itu, Michelle R. Ennis (2008: 4-5) menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan menerapkan atau menggunakan pengetahuan,


(28)

keterampilan, kemampuan, perilaku, dan karakteristik pribadi untuk berhasil melakukan tugas-tugas pekerjaan penting, fungsi tertentu, atau beroperasi di sebuah peran atau posisi. Karakteristik pribadi mungkin mental/intelektual/kognitif, sosial/emosional/sikap, dan fisik/psikomotor, atribut yang diperlukan untuk melakukan peran atau pekerjaan tersebut.

Rychen and Salganik (2001: 1) mengungkapkan bahwa kompetensi adalah lebih dari sekedar pengetahuan dan keterampilan. Ini melibatkan kemampuan untuk memenuhi tuntutan yang kompleks, dengan menggambar dan memobilisasi sumber daya psikososial (termasuk keterampilan dan sikap) dalam konteks tertentu. Demikian juga Jones, Voorhees, dan Paulson (2002), menjelaskan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai kombinasi dari keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu.

Selanjutnya, Andrew J. Elliot dan Carol S. Dweck (2006: 5) menyatakan bahwa kemampuan (kompetensi) dapat didefinisikan sebagai kondisi atau kualitas efektivitas kemampuan, kecukupan, atau keberhasilan. Sedangkan Oliver C. Schultheiss dan Joachimb C. Brunstein (2006: 42) mengungkapkan bahwa kemampuan (kompetensi) adalah konsep yang multifaset, dan dapat mengacu pada keterampilan dan kemampuan seseorang yang telah dikembangkan secara efektif dalam dirinya. Begitu pula Bernard Weiner (2006: 73) melihat kompetensi sebagai sinonim kata kemampuan dan sering dianggap baik secara struktur keseluruhan maupun bagian atau komponen diukur dan digunakan untuk memprediksi belajar dan kinerja seseorang.


(29)

commit to user

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan lebih luas cakupan pengertiannya daripada keterampilan. Kemampuan (kompetensi) adalah sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dihasilkan dari kecakapan, kesanggupan, kebiasaan berpikir dan bertindak yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta kerja seseorang.

b. Pengertian Apresiasi

Pembelajaran sastra pada kenyataannya tidak semenarik mata pelajaran lain, seperti telah diuraikan pada bab pendahuluhan. Tujuan pembelajaran apresiasi sastra belum membuahkan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan oleh asumsi siswa bahwa pembelajaran bahasa dan sastra itu tidak semenarik pembelajaran mata pelajaran lain, seperti yang diungkapkan oleh Mukhlis A. Hamid (1996: 1), bahwa pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang penting dan dianaktirikan oleh para guru, apalagi guru yang pengetahuan dan apresiasi sastranya kurang. Akibatnya, mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para siswa disajikan kering, kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat dihati siswa.

Sesuai kurikulum yang baru, yaitu kurikulum 2006 atau KTSP, siswa dituntut menguasai kemampuan berbahasa dan bersastra. Hal itu sesuai dengan pendapat Endraswara Suwardi (2003: 44) bahwa kedudukan pembelajaran sastra sejajar dengan bidang keterampilan berbahasa. Esensi pembelajaran


(30)

sastra ialah keterampilan berbahasa Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Andayani (2008: 6).

Kemampuan bersastra mencakup aspek apresiasi, ekspresi, dan kreasi. Istilah apresiasi dikatakan oleh Aminuddin (2010: 34) berasal dari bahasa Latin

a pr ecia tio ,

Aminuddin (2010: 35-36) juga mengungkapkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai sesuatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaninya. Senada dengan pendapat tersebut, Jakob Sumarjo dan Saini (1988: 173) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan sastra dan peristiwa sastra, kata apresiasi mengandung pengertian memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai.

Apresiasi mempunyai empat tingkat kegiatan, yaitu (1) tingkat menggemari, (2) tingkat menikmati, (3) tingkat mereaksi, dan (4) tingkat produktif (Disick, 1975 dalam Herman J. Waluyo, 2002: 45). Jika seseorang mengapresiasi puisi baru pada tingkat menggemari, keterlibatan batinnya belum begitu kuat, karena pada tingkat ini seseorang hanya senang membaca atau mendengarkan pembacaan puisi. Pada tingkat menikmati, keterlibatan batin pembaca terhadap puisi semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih, terharu, bahagia, dan sebagainya ketika membaca puisi. Kemudian pada tingkat mereaksi, sikap kritis terhadap puisi menonjol karena ia telah mampu menafsirkan dengan seksama dan mampu menilai baik buruk sebuah puisi.


(31)

commit to user

Pembaca mampu menunjukkan letak keindahan puisi dan kekurangan puisi. Pada tingkat produktif, seseorang mampu menghasilkan (menulis), mengkritik, mendeklamasikan, dan membuat resensi puisi.

Berpijak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apresiasi adalah kegiatan memahami, menikmati, dan menghargai sebuah karya sastra.

c. Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya-karya besar dunia yang bersifat fundamental ditulis dalam bentuk puisi, seperti: Oedipus, Hamlet, Mahabarata, Ramayana, dan sebagainya. Di samping itu, nyanyian-nyanyian yang ada sekarang ini tidaklah semata-mata lagu yang indah, tetapi lebih dari itu isi puisinya mampu menghibur manusia (Herman J. Waluyo, 2010: 1).

Kemudian Herman J. Waluyo (2010: 29) memberikan pengertian, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Barbara Howes (1973: 77) menyatakan bahwa puisi adalah sesuatu yang dibuat, disatukan, dibangun. Dia mengutip pendapat HDF Kitto yang menyatakan bahwa puisi berasal dari bahas Yunani poiesis yang telah menjadi kata puisi " yang secara harfiah berarti 'kontruksi'.

Hal yang berbeda diungkapkan Jack Gilbert (1973: 123) bahwa puisi, adalah kesaksian besar. Ini adalah seni nyata yang mendesak nilai-nilai, dan


(32)

memaksakannya pada pembaca. Ini adalah perumahan nilai-nilai dalam puisi sehingga mereka akan eksis dengan tekanan maksimum dan untuk waktu yang lama. Ini adalah kerajinan melakukannya dalam struktur yang menyenangkan dalam diri mereka. Dan itu adalah misteri Penciptaan puisi sedemikian rupa sehingga bentuk dan isi adalah satu.

Selanjutnya, puisi dapat dikatakan sebagai karangan bahasa yang khas memuat pengalaman yang disusun secara khas pula (Sumardi, 1985: 3). Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi tersusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan ditafsirkan secara estetik. Kekhasan bahasa dan susunan peristiwa itu diharapkan dapat menggugah rasa haru pembaca. Senada hal itu, Suminto A. Sayuti (2008:3-4) menyimpulkan bahwa batasan puisi sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengarnya.

Rahmad Joko Pradopo (2010: 7) menegaskan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Diungkapkan juga bahwa puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manuisa yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.


(33)

commit to user

Selain itu, puisi sebagai jenis sastra memang memiliki susun bahasa yang relatif padat dibandingkan dengan prosa. Pemilihan kata atau diksi dalam cipta puisi dapat dikatakan sangat ketat. Sumardi (1985: 3) mengungkapkan bahwa kehadiran kata-kata dan ungkapan dalam puisi diperhitungkan dari segi: makna, kekuatan citraan, rima, dan jangkauan simboliknya. Oleh karena itu, kata-kata dalam puisi tidak semata-mata berfungsi sebagai alat penyampai gagasan atau pengungkap rasa, tetapi juga berfungsi sebagai bahan.

Bertolak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ungkapan, pikiran, dan perasaan yang padat dan berirama, dalam bentuk larik dan bait, dengan memakai bahasa yang indah dalam koridor estetik. Dalam pengertian lain, puisi merupakan pernyataan yang berisi pengalaman batin sebagai hasil proses kreatif terhadap sesuatu yang diungkapkan secara tidak langsung atau merupakan pernyataan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan.

d. Unsur-unsur Puisi

Sutejo Kasnadi (2008: 1-2) mengatakan puisi biasanya juga mengandung beberapa unsur ekstrinsik yaitu : (1) aspek pendidikan, (2) aspek sosial budaya, (3) aspek sosial masyarakat, (4) aspek politik, (5) aspek ekonomi, (6) aspek adat.

Sementara itu, Aminuddin (2010: 136) mengungkapkan bahwa bangun struktur puisi meliputi (1) bunyi, (2) kata, (3) larik/baris, (4) bait, dan (5) tipografi. Begitu juga Herman J. Waluyo (1987: 66), menyatakan bahwa


(34)

unsur-unsur yang membangun puisi merupakan struktur-struktur yang meliputi struktur lahir dan struktur batin. Struktur lahir meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tata wajah. Struktur batin meliputi tema, perasaan, nada, dan suasana serta amanat. Dalam pembahasan ini, unsur-unsur pembangun puisi akan mengikuti pendapat Herman J. Waluyo (2010: 83-113) dan Sumardi (1985: 49-57), antara lain:

1) Struktur fisik puisi

a) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

b) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

c) Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dapat dikatan pula sebagai kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan


(35)

commit to user

perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

d) Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan

melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan

-tempat hidup, bumi, dan kehidupan.

e) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

f) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi,


(36)

misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritme merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Sedangkan metrum berupa pengulangan tekanan yang tetap yang bersifat statis. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiaannya sudah tetap disebabkan jumlah suku kata yang tetap, sehingga alun suara menjadi tetap.

2) Struktur Batin Puisi

Adapun struktur batin puisi (Herman J. Waluyo, 2010: 124-151) akan dijelaskan sebagai berikut.

(1) Tema/makna (sense); merupakan gagasan pokok atau subjeck-ma tter yang dikemukakan oleh penyair. Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan


(37)

commit to user

dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca.

(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

e. Jenis-jenis Puisi

Herman J. Waluyo (2010: 156-166) mengungkapkan bahwa macam-macam puisi, di antaranya: puisi naratif, lirik, dan deskriptif; puisi kamar dan puisi auditorium; puisi fisikal, puisi platonik dan metafisikal; puisi subjektif


(38)

dan objektif; puisi konkret; puisi diafan, gelap, dan prismatik; puisi parnasian dan puisi inspiratif; stansa; puisi demonstasi dan pamlet; dan alegori.

a) Puisi Naratif, Puisi Lirik, Puisi Deskriptif

Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang akan disampaikan.

(1) Puisi Naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair, misalnya romansa dan balada. Romansa adalah jenia puisi cerita yang menggunakan bahasa romantic, yang berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesona. Sedangkan balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian.

(2) puisi lirik, yaitu puisi yang mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Jenisnya adalah (1) elegi, yaitu puisi yang mengungkapkan perasaan duka; (2) serenada, yaitu sajak percintaan yang dapat dinyanyikan; (3) ode, yaitu p;uisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau suatu keadaan.

(3) puisi deskriptif, yaitu puisi yang penyairnya bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau Susana yang dipandang menarik perhatian penyair. Macam puisi deskriptif adalah (1) satire, yaitu puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau


(39)

commit to user

menyatakan keadaan sebaliknya; (2) kritik sosial, yaitu puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap; keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan atau orang tersebut; (3) puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.

b) Puisi Kamar dan Puisi Auditorium

Puisi kamar ialah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua orang pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.

c) Puisi Fisikal, Platonik, Metafisikal

Fisikal adalh puisi yang menggambarkan kenyataan apa adanya. Platonik adalah puisi yang berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan.

d) Puisi Subjektif dan Puisi Objektif

Puisi subjektif adalah puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi Objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri.

e) Puisi Konkret

Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan (poems for the eve).


(40)

f) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis

Puisi diafan adalah puisi polos, yaitu puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuartif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi gelap adalh puisi yang terlalu banyak majas, sehingga puisi itu menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Sedangkan puisi prismatis adalah puisi yang menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya. Namun pembaca tetap dapat menyelusuri maknanya. g) Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif

Puisi parnasian adalah puisi yang diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi Inspiratif adalah puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion, penyair benar-benar masuk ked lam suasana yang hendak dilukiskan.

h) Stansa

Jenis puisi yang terdiri atas 8 baris. i) Puisi Demonstrasi dan Pamlet

Puisi demonstrasi adalah puisi yang melukiskan hasil refleksi demonstrasi dari mahasiswa dan pelajar. Pamlet adalah puisi yang menggunakan bahasa pamlet, yaitu puisi yang mengungkapkan ketidakpuasan pada keadaan, yang berisi protes spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan yang mendalam.


(41)

commit to user

j) Alegori

Puisi yang mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama.

Kemampuan Mengapresiasi Puisi

Ditilik dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengapresiasi puisi adalah suatu kemampuan atau kecakapan mengenali, memahami puisi dengan sunggu-sungguh sehingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap puisi termasuk menikmati keindahan estetik yang ada di dalam puisi. Ginger Norton (2003), Colorado dalam Poetry Apprecia tion, melakukan penelitian yang berfokus pada pemahaman dan apresiasi puisi. Pengalaman puisi siswa melalui berbagai metode pengajaran seperti journal dan seni menghasilkan kesimpulan bahwa siswa memahami bagaimana membaca dan mengenali sastra sebagai catatan pengalaman manusia.

Menurut Moody (dalam Nurgiyantoro, 2010: 459-460) untuk mengetahui tingkat kemampuan mengapresiasi puisi, digunakan tes kesastraan. Pengukuran tes kemampuan mengapresiasi puisi dibagi menjadi empat kategori, yaitu (1) informasi, adalah pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan dasar untuk memahami puisi; (2) konsep, yakni pertanyaan tentang persepsi sebuah puisi, (3) persperktif, yakni pertanyaan yang menyangkut pandangan terhadap sebuah karya puisi, (4) apresiasi, yakni, pertanyaan yang menyangkut aspek kesastraan dan kebahasaan, yang


(42)

mengarah pada kritik atas sebuah puisi, baik dalam unsur intrinsik maupun ekstrinsik puisi. Selain itu, dalam mengukur keberhasilan belajar aspek apresiasi puisi ini juga ditandai oleh kegiatan siswa dalam membaca puisi, memilih kegiatan berpuisi, keterlibatan dalam bergelut dengan puisi, dan sikap siswa terhadap puisi dan belajar puisi.

f. Aspek-aspek Penilaian Kemampuan Mengapresiasi Puisi

Penilaian apresiasi puisi harus sejalan dengan tekanan atau titik berat utamanya, yakni pemahaman struktur fisik dan struktur batin puisi. Sehubungan dengan hal itu, pertanyaan-pertanyaan dalam rangka evaluasi pembelajaran puisi dikategorikan ke dalam beberapa tingka t. Sesuai pendapat Moody (dalam Nurgiyantoro, 2001: 341-346), mengategorikan evaluasi pembelajaran sastra (puisi) menjadi empat tingkatan,yaitu tes kesastraan tingkat informasi, tes kesastraan tingkat konsep, tes kesastraan tingkat perspektif, dan tes kesastraan tingkat apresiasi.

1. Tes kesastraan tingkat informasi

Tes ini digunakan untuk mengungkap kemampuan siswa yang berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan sastra, baik yang menyangkut tentang data-data tentang suatu karya maupun data-data lain yang dapat dipergunakan untuk membantu penafsiran. Data-data yang dimaksud berhubungan denga pertanyaan-pertanyaan apa yang terjadi, di mana, kapan, berapa, nama, dan sebagainya. Butir-butir soal yang


(43)

commit to user

dimaksud untuk mengukur pengetahuan siswa tentang informasi sama halnya dengan tes tingkat ingatan.

2. Tes kesastraan tingkat konsep.

Tes ini berkaitan dengan bagiamana data-data atau unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan. Masalah yang dimaksud anatara lain berupa: apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam puisi, apa efek pemilihan unsur itu, mengapa pengarang memilih unsur seperti itu, dan sebagainya. Untuk dapat mengerjakan butir-butir soal tingkat konsep, di samping perlu mempunyai bekal teoretis, siswa harus membaca karya dengan disertai sikap kritis dan analitis.

3. Tes kesastraan tingkat perspektif.

Tes tingkat ini berkaitan dengan pandangan siswa sehubungan dengan karya sastra yang dibacanya. Tes tingkat perspektif ini menuntut siswa untuk mampu menghubungkan antara sesuatu yang ada dalam karya sastra dengan sesuatu yang berada di luar karya itu. Masalah-masalah yang dipersoalkan dalam tes tingkat ini antara lain: apa manfaat karya sastra ini, apa kesesuaian dengan realitas kehidupan, kesimpulan apa yang dapat diambil dari karya tersebut, dan sebagainya.

4. Tes kesastraan tingkat apresiasi.

Pada tingkat apresiasi ini siswa diberi tugas mengenali dan memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya dan membandingkan efektivitasnya dengan penuturan bahasa secara umum untuk pengungkapan hal yang kurang lebih sama. Tes pada tingkat apresiasi ini antara lain menyangkut


(44)

hal-hal seperti: mengapa pengarang justru memilih bentuk, kata, atau ungkapan yang seperti itu, apa efek pemilihan bentuk, kata ungkapan, kalkimat, dan gaya bagi karya tersebut, jenis atau ragam bahasa apa yang digunakan dalam karya tersebut, dan sebagainya.

g. Apresiasi Puisi di Kelas VII SMP

Pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang pendidikan kelas VII, seperti telah diuraikan pada bab pendahuluan, meliputi 6 kompetensi dasar (KD), yaitu (1) KD 8.1 menulis pantun sesuai dengan syarat pantun; (2) KD 13.1 menanggapi cara pembacaan puisi; (3) KD 13.2 merefleksi isi puisi yang dibacakan; (4) KD 15.1 membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik, yang sesuai dengan isi puisi; (5) KD 16.1 menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam; dan (6) KD 16.2 menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang dialami.

Dari 6 kompetensi dasar tersebut, yang dijadikan penelitian adalah kompetensi dasar 13. 2, yaitu merefleksi isi puisi yang dibacakan. Dari kompetensi dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator sebagai berikut.

1. Menangkap isi puisi seperti gambaran penginderaan, perasaan, dan pendapat yang berkaitan dengan isi puisi secara kritis.

2. Mengungkapkan nada, suasana, rima dan pilihan kata yang berkaitan denngan isi puisi.

3. Mengemukakan pesan-pesan puisi secara tepat.


(45)

commit to user

2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning

a. Pengertian Pendekatan

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya, yaitu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang mengacu pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Akhmad Sudrajat, 2008 :1).

Sementara itu, strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Yatim Riyanto, 2010: 132). Senada pendapat di atas, Wina Sanjaya (2006: 124) mengungkapkan bahwa strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, David (dalam Wina Sanjaya, 2006: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Dengan demikian strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual, maka untuk mengimplementasikan digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.


(46)

Dengan kata lain, strategi mempunyai dua pengertian pokok, yaitu cara = metode dan rencana (plan) (Soemarsono, 2007: 2). Wina Sanjaya (2007: 125) juga mengatakan bahwa strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian, metode pembelajaran mempunyai arti cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selain pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran terdapat juga istilah lain, yaitu teknik dan taktik (gaya) pembelajaran. Wina Sanjaya (2007: 125) menyatakan teknik sebagai cara yang dilakukan guru dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Akhmad Sudrajat (2008 :1) memberikan contoh misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Selanjutnya, taktik pembelajaran oleh Wina Sanjaya (2006: 125) dikatakan bersifat individual, yaitu gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik tertentu. Misalkan, metode ceramah yang digunakan oleh dua orang yang berbeda, tentu taktik yang digunakan juga akan berbeda.


(47)

commit to user

Akmad Sudrajat (2008 :1) menjelaskan bahwa jika antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh akan terbentuk apa yang disebut dengan model pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

b. Pengertian Pendekatan Quantum Learning

Bertolak dari paparan tersebut diatas, qua ntum lea rning dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran, seperti diungkapkan oleh DePorter dan Henacki (2005: 15), qua ntum lear ning adalah seperangkat metode belajar yang efektif digunakan untuk semua umur.

Senada pendapat di atas, Quantum Learning Network Magazine (2006) mengungkapkan quantum lea rning adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran yang menggabungkan penelitian, praktik terbaik, metodologi pengiriman yang efektif, teknik pengelolaan kelas, strategi untuk keterlibatan siswa, model kepemimpinan.

Istilah qua ntum sendiri dalam qua ntum learning mempunyai pengertian keragaman atau variasi. Jadi, qua ntum lea rning dapat dimaknai sebagai belajar dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi (Andayani, 2009: 110).

Quantum learning di mulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa qua ntum lea rning yang ditawarkan oleh perusahaan Learning Forum.


(48)

Quantum lea rning berakar dari upaya DR. Georgi Lozanov yang

mempengaruhi hasil belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif (DePorter dan Henacki, 2005: 14). Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan sambil menonjolkan informasi, menyediakan guru-guru yang terlatih.

Banyak teknik yang bisa digunakan dalam pendekatan pembelajaran ini, Jeje (2008: 1) menyatakan bahwa qua ntum lea rning merupakan pembelajaran yang bisa digunakan oleh siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara qua ntum lea rning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.

Barlas, Campbell dan Weeks (2002 :1) dari Aurora University dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa hasil survei benar-benar menunjukkan perbedaan antara quantum lea rning dan tradisional instruksi. Penggunaan pendekatan quantum lea rning di kelas telah membawa ke hubungan yang lebih


(49)

commit to user

baik antara guru dengan siswanya dan membantu menjaga gairah dalam melakukan kegiatan pembelajaran setiap hari.

Sementara itu, Joko Adi Waluyo (2008: 3) mengungkapkan pengertian qua ntum lea rning adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara rangsangan internal dan eksternal. Quantum lea rning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Selanjutnya, sama halnya pendekatan pembelajaran lainnya, qua ntum lea rning juga mempunyai asas utama yang menguatkan keberadaannya. Asas

utama tersebut adalah a rka n

(DePorter, Reardon, dan Nouri , 2005: 6). Asas ini mengingatkan pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertamanya dan utama jika ingin menerapkan berbagai metode pembelajaran Segala hal yang dilakukan dalam penerapan qua ntum lea rning selalu menciptakan sebuah interaksi dengan murid, setiap rancangan bahan ajar, dan setiap prosedur penerapan metode pembelajarannya (De Porter, 2005, cit Andayani, 2008: 21).

Selain asas utama, quantum lea rning memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Karena, di samping memiliki lagu atau partitur , permainan simfoni ini memiliki struktur chord dasar yang disebut prinsip-prinsip dasar qua ntum lea rning. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah: 1) ketahuilah bahwa segalanya berbicara, artinya segala yang terjadi dalam lingkungan kelas


(50)

menunjang pengiriman pesan tentang belajar; 2) ketahuilah bahwa segalanya bertujuan; 3) sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan; 4) akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran; 5) sadarila bahwa suatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan (DePorter, Reardon, dan Nouri, 2008: 7-8).

Quantum Learning Network Magazine (2011) dalam The Quantum Lea rning System mengungkapkan bahwa sistem pembelajaran qua ntum

meningkatkan efektivitas guru dan meningkatkan kinerja siswa melalui orkestrasi bergerak dalam empat komponen inti, yaitu (1) yayasan, (2) suasana, (3) desain & pengiriman, (4) lingkungan. Hasil termasuk keterlibatan siswa, koneksi kuat ke konten, belajar bermakna relevan dengan kehidupan siswa, dan mengingat lebih besar. Uraian tentang komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.

1) Yayasan

Intinya adalah buatlah komunitas pelajar selaras. Founda tion atau

dasarnya adalah konteks kelas dan meluruskan setiap orang menuju visi

bersama. Alignment atau kesejajaran dicapai melalui prosedur dan aturan

yang jelas mendefinisikan harapan, nilai-nilai, dan tujuan bagi para guru dan siswa. Hal ini menciptakan budaya belajar di mana siswa memahami prosedur kelas dan tahu bagaimana untuk berinteraksi satu sama lain dan dengan guru mereka untuk mengalami pembelajaran yang berhasil. Inisiatif fondasi penting untuk menginspirasi dan memotivasi siswa untuk menjadi pembelajar yang efektif.


(51)

commit to user

2) Suasana (Atmosfer)

Intinya adalah menciptakan iklim emosional yang positif dan penuh hormat di mana siswa merasa aman untuk risiko. Atmosfer memainkan peran penting dalam domain afektif belajar. Ini adalah perasaan umum yang dibuat dalam kelas, siswa merasa aman, didukung dan memiliki rasa yang

kuat. Perkembangan pembangunan karakter keterampilan hidup

mempromosikan rasa hormat dan hubungan antara guru dan siswa. Nada kelas adalah nyaman dan memotivasi. Setiap usaha diakui, semua pembelajaran dan prestasi dirayakan.

3) Desain dan Pengiriman

Intinya adalah membuat dan memfasilitasi pembelajaran bermakna. Selain otak, perhatian kerajinan pelajaran yang efektif, desain memadukan elemen siswa, menghubungkan konten dengan pengetahuan sebelumnya, dan transfer belajar untuk situasi kehidupan nyata. Kegiatan yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan pembelajaran mereka dan memungkinkan guru untuk menilai kemajuan siswa merupakan elemen penting dari desain. Pengiriman berkaitan dengan fasilitasi pelajaran yang dirancang. Pengiriman yang efektif memaksimalkan partisipasi siswa, pemahaman, dan kompetensi, dan memberikan pengalaman belajar multiindrawi, efisien dan terfokus. Elemen pengiriman termasuk strategi bertanya dan keterampilan diskusi yang meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas, memberikan arah mujarab, memaksimalkan perhatian siswa, penggunaan tujuan, dan strategi komunikasi yang penting.


(52)

4) Lingkungan

Intinya adalah menciptakan ruang fisik yang mendukung budaya kelas dan meningkatkan pembelajaran. Lingkungan adalah pemanfaatan ruang fisik untuk mendukung budaya belajar. Lingkungan kelas yang ideal adalah mengundang, nyaman, dan merangsang. Karena segala sesuatu di kelas mengirim pesan tentang apa yang penting. Lingkungan ini sengaja dibangun dengan menggunakan tanaman, pencahayaan, dekorasi, penataan furnitur, konten terkait dan poster inspirasional, dan hasil kerja siswa. Musik, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelajaran dan keadaan siswa,

merupakan elemen yang kuat dari lingkungan quantum lea rning. Mengelola

lingkungan untuk memaksimalkan dukungannya terhadap pembelajaran merupakan proses yang berkelanjutan.

c. Orkestra dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Menata pentas:

pembelajaran apresiasi puisi yang berbasis qua ntum lea rning. Penataan lingkungan itu ditujukan sebagai upaya untuk membangun dan mempertahankan sikap positif siswa terhadap pembelajaran apresiasi puisi. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar puisi. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar (Yuni Susilowati, 2010: 35). Karena hal yang perlu diperhatikan dalam qua ntum lar ning adalah


(53)

commit to user

konsep belajar dengan membiasakan belajar dengan suasana nyaman dan menyenangkan.

Hal senada diungkapkan oleh Suyatno (2010: 31), bahwa quantum lea rning adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan guru.

Sebagaimana juga telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa qua ntum lea rning memiliki prinsip serta petunjuk teknis untuk menciptakan lingkungan belajar yang penuh makna dan menyenangkan. Maka agar apresiasi puisi menjadi kegiatan prioritas di sekolah, penciptaan orkestrasi pembelajaran, seperti yang ditawarkan pada pendekatan qua ntum lea rning dapat diangkat menjadi model pembelajaran apresiasi puisi.

Hal itu sesuai dengan pendapat Andayani (2008: 29) bahwa di dalam upaya mewujudkan pembelajaran apresiasi sastra yang dapat mencapai cheers (kepuasan) dan a ppla use (kekaguman), salah satu teknik yang dapat diwujudkan antara lain dengan mengintegrasikan pembelajaran apresiasi sastra dengan lagu atau nyanyian.

Dengan demikian, Orkestra atau musik menjadi hal yang penting dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan. Howard (1997: 81) melakukan penelitian memeriksa efek dari terapi musik dan puisi pada


(54)

perempuan dan remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan efektivitas seni ekspresif terhadap perilaku remaja.

Hal sama diungkapkan oleh Blank (2010: 1) bahwa para dokter Romawi Soranus membuat resep untuk pasien depresi yang disebut terapis puisi. Di samping itu, Dr Benjamin Rush, yang disebut "Bapak Psikiatri Amerika" menggunakan musik dan sastra sebagai pengobatan komplementer. Kemudian pasiennya menerbitkan tulisannya di Koran.

DePorter, Reardor, dan Nourie juga menyebutkan bahwa musik dalam pembelajaran berfungsi sebagai penata suasana hati, pengubah keadaan mental siswa, dan pendukung lingkungan belajar. Sebagaimana hasil penelitian Dr. George Lozanov bahwa relaksasi yang diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi (DePorter, Reardor, dan Nourie, 2008: 73). Pendapat ini diperkuat oleh Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson (2006: 149), yang dikutip Susilowati bahwa ketika memutar musik yang lembut sebagai latar belakang pada saat siswa memasuki kelas, meningkatkan kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya (Campbell, Bruce C. dan Dee Dickinson dalam Susilowati, 2009: 71).

d. Langkah-langkah Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Quantum

Learning

Konsep TANDUR (tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) merupakan langkah-langkah pembelajaran apresiasi


(55)

commit to user

puisi dalam pendekatan qua ntum lear ning (DePorter, Reardor, dan Nourie, 2005: 88) dan Andayani (2008: 74-78), berikut penjelasannya.

1) Prosedur Tumbuhkan, dalam apresiasi puisi berbasis qua ntum lea rning dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas, yaitu bisa berupa aktivitas menyanyi dan bertepuk tangan.

2) Prosedur Alami, yaitu prosedur peserta didik mulai memasuki proses belajar dalam pembelajaran apresiasi puisi. Pada prosedur ini siswa mulai memasuki proses pembelajaran menyimak syair lagu yang berupa puisi. 3) Prosedur Namai, dengan prinsip mereka dapat mengatualisasikan dirinya

menemukan konsep-konsep puisi, misalkan baitnya, barisnya, sajaknya, diksinya, gaya bahasanya.

4) Prosedur Demonstrasikan, aktivitas dalam prosedur ini berwujud aktivitas gerak. Aktivitas ini diwujudkan dalam kinerja atau performasi, yaitu dengan melalui praktik dan dilatihkan

5) Prosedur Ulangi, dengan prinsip aktivitas gerak dapat menjadikan siswa memiliki keterampilan yang sempurna, khususnya dalam berbahasa. Syaratnya adalah pendemonstrasian dalam latihan keterampilan secara berulang-ulang.

6) Prosedur Rayakan yang melahirkan aspek sikap. Dikatakan demikian karena dalam prosedur tersebut siswa diberi respon-respon khusus dari guru maupun dari siswa-siswa lain di kelasnya secara serentak. Perayaan tersebut akan menambatkan belajar dengan asosiasi positif.


(56)

3. Hakikat Pendekatan Ekspositori a. Pengertian Pendekatan

Pengertian pendekatan telah diuraikan pada halaman 25, bahwa dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya, yaitu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang mengacu pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

b. Pengertian Pendekatan Ekspositori

Pendekatan ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach) (Wina Sanjaya, 2007: 177). Dikatakan demikian, karena dalam pendekatan pembelajaran ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui pendekatan ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Pendekatan ekspositori menurut Syaiful Sagala (2006: 7) dikatakan sebagai pendekatan yang menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, yang menunjukkan bahwa guru berperan lebih aktif dibanding siswanya karena guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, sedangkan siswa


(57)

commit to user

berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan aktifitas karena hanya menerima bahan ajaran yang disampaikan guru.

Pendekatan ekspositori juga dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Wina Sanjaya, 2007: 177). Dengan demikian pendekatan ini dapat dikatakan identik dengan metode ceramah .

Jaanu (2001: 2) menyatakan bahwa pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada penjelasan guru tentang fakta, konsep, prinsip, dan hubungan generalisasi dengan maksud untuk memberikan pemahaman pada siswa. Ini terdiri dari metode ceramah, presentasi, narasi dan

buku teks. Hal itu sedikit berbeda dengan yang diungkapkan oleh Swaak, Jong

de, dan Joolingen van, (2004), bahwa pembelajaran ekspositori membayar lebih banyak perhatian untuk langsung 'mengekspos' definisi dan persamaannya untuk peserta didik.

Selanjutnya, O. N.Agbulu dan E. E. Idu (2008: 245) menyatakan bahwa

pendekatan ekspositori adalah guru mengetahui segala sesuatu dan bahwa pelajar hampir kosong. Dalam pendekatan ini peran guru adalah untuk memberikan pengetahuan hanya dengan mengatakan atau menjelaskan kepada murid-muridnya. Pendekatan ekspositori berasal dari gagasan umum bahwa

studen trelationships, guru memberikan perwujudan pengetahuan, memberikan apa yang ia tahu kepada murid-muridnya.


(58)

Pendekatan ekspositori adalah strategi mengajar yang dilakukan guru dengan menyajikan materi pelajaran tentang aturan dan memberikan contoh yang menggambarkan aturan. Contoh termasuk hubungan bergambar, penerapan aturan, konteks melalui informasi sejarah, dan informasi prasyarat. Contohnya adalah disediakan untuk memberikan elaborasi kontekstual dan membantu siswa melihat subjek dari perspektif yang berbeda (dalam http://www.ed.psu.edu/NASA/expotxt.html/ diunduh tanggal 26 januari 2012).

Sementara itu, Killen menamakan pembelajaran ekspositori ini dengan istilah pembelajaran langsung (direct instruction), karena dalam pembelaran ini materi palajaran disampaikan langsung oleh guru (Killen dalam Wina Sanjaya, 2007: 177). Sedangkan Muijs dan Reynols (2008: 41) menyatakan bahwa pengajaran langsung yang juga dikenal dengan sebutan a ctive tea ching (pengajaran aktif) atau whole-cla ss tea ching (pengajaran seluruh kelas), mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada murid-muridnya dengan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.

Bertolak dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan ekspositori adalah pendekatan pembelajaran dengan cara penyampaian materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data dan fakta secara verbal, dengan tujuan materi yang disampaikan dapat dikuasai dengan baik.


(59)

commit to user

c. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Ekspositori

Keunggulan pendekatan ekspositori adalah praktis dari sisi pesrsiapan dan media yang digunakan, efisien waktu dan biaya, dapat menyampaikan materi yang banyak, lebih mudah mengontrol kelas, siswa tidak perlu persiapan, mendorong guru atau dosen menguasai materi, dan siswa dapat langsung menerima pengetahuan ( Wina Sanjaya, 2007: 188-190).

Selain itu pendekatan ini juga memiliki kelemahan, antara lain : (1) berpusat pada guru, (2) siswa pasif, (3) ketrebatasan kemampuan pada tingkat rendah, (4) mudah terganggu oleh hal-hal yang bersifat visual, (5) rentan dengan kebisingan, (6) membutuhkan daya ingat yang tinggi, (7) kurang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan, (8) bersifat verbalisme, dan (9) tidak dapat diketahui tingkat kepahaman terhadap materi yang disampaikan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan memberikan penjelasan seperti halnya metode ceramah.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori

Langkah-langkah pembelajaran ekspositori menurut Wina Sanjaya (2007: 183-188) yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian, 3) menghubungkan, 4) menyimpulkan, dan 5) penerapan (Wina Sanjaya, 2007: 184). Langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut.

1) Persiapan (prepa ra tion), tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Keberhasilan


(60)

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ekspositori sangat bergantung pada langkah persiapan. Langkah yang dapat diberikan adalah dengan memberikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif, memulai dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai, dan membuka wawasan siswa.

2) Penyajian (Presenta tion), langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga kontak mata dengan siswa, dan menggunakan joke-joke yang menyegarkan.

3) Menghubungkan (Cor relation), langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran denga pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Maksud pemberian korelasi ialah memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

4) Menyimpulkan (Genera liza tion), menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Langkah menyimpulan merupakan langkah yang sangat penting dalam pendekatan


(61)

commit to user

ini sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan.

5) Penerapan (Aplication), langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Dengan langkah ini, guru dapat mengetahui penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Guru dapat memberi tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan atau dengan memberikan tes sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.

4. HAKIKAT MINAT BELAJAR a. Pengertian Minat

Minat adalah salah satu hal yang menarik untuk dikaji, karena faktor minat memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tercapainya prestasi belajar anak. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek, cenderung untuk memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut. Namun apabila obyek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka ia tidak akan memiliki minat pada obyek tersebut. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Yudrik Yahya (2011) minat adalah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda dan orang. Senada pendapat tersebut, Hilgard mengungkapkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan


(1)

commit to user

memiliki kemampuan awal sama sehingga perubahan yang terjadi benar-benar akibat perbedaan pendekatan pembelajaran dan bukan karena faktor kemampuan mereka yang berbeda. Dengan demikian, hasil penelitian ini masih harus dicermati sebab kemungkinan adanya bias yang disebabkan oleh faktor seleksi kelompok.

Keempat, jumlah sampel yang diteliti kurang dari 100 yang menyebabkan jumlah tiap sel sangat sedikit, yaitu 15. Jumlah sel yang sedikit ini tidak memenuhi syarat untuk disusun histogramnya. Akibatnya, distribusi frekuensi tiap sel tidak dihitung.

Kelima, instrumen angket tidak dapat mengukur tingkat kejujuran seseorang. Namun, hal ini dapat diantisipasi dengan menyusun pernyataan yang mengarah pada pernyataan yang jujur dan positif.


(2)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan di muka, dapat ditarik beberapa simpulan hasil penelitian berikut ini.

Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan qua ntum lea rning lebih baik hasilnya daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Artinya, pendekatan pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Artinya minat belajar siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa.

Bertolak dari uraian dan penjelasan tersebut di atas, ditunjukkan bahwa hasil penelitian ini memperkuat teori bahwa pendekatan pembelajaran terbukti berpengaruh secara signifikan pada kemampuan mengapresiasi puisi siswa, di samping juga minat belajar yang dimiliki oleh siswa.


(3)

commit to user

B. Implikasi

Temuan penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor yang saling berhubungan, antara lain: (1) Faktor dari guru, yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode pembelajaran, mengembangkan dan menyajikan materi, mengembangkan media pembelajaran, serta kemampuan mengelola kelas; (2) Faktor dari siswa adalah antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran; (3) Faktor lingkungan yaitu terciptanya suasana belajar yang kondusif sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam memahami materi yang sedang disampaikan oleh guru. Di samping itu, siswa juga akan tumbuh minat belajar yang tinggi.

Temuan penelitian ini juga menggambarkan bahwa pengaruh yang signifikan dari interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa, melahirkan beberapa implikasi berikut ini. Perta ma, siswa yang diajar dengan pendekatan qua ntum lea rning memiliki kemampuan mengapresiasi puisi lebih baik daipada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Pendekatan quantum learning merupakan cara

pembelajaran secar arti pembelajaran yang penuh

ai, menakjubkan, menyenangkan dan

pendekatan mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya diidentikkan dengan metode ceramah.


(4)

Perbedaan karakteristik kedua pendekatan di atas menyebabkan kemampuan mengapresiasi puisi siswa berbeda. Siswa yang diajar dalam suasana yang menyenangkan dan santai memiliki kemampuan mengapresiasi puisi yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori menyebabkan siswa merasa jenuh dan kemampuan mengapresiasi puisinya rendah.

Berdasarkan temuan penelitian tersebut, guru perlu mengupayakan menerapkan pembelajaran yang inovatif. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi siswa, yaitu: (1) menyosialisasikan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan yang salah satunya adalah pendekatan qua ntum lea rning di semua jenjang sekolah dengan cara pelatihan maupun seminar-seminar; (2) memberdayakan semua lapisan yang berkecimpung di bidang pendidikan untuk

menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan;

(3) memperluas wawasan dan pemahaman tentang pentingnya pengembangan pembelajaran yang inovatif secara memadai, seperti memahami langkah-langkah pembelajaran qua ntum lea rning dengan orkestra dan TANDUR.

Kedua, guru hendaknya berupaya menumbuhkan minat belajar siswa untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi karena kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Temuan penelitian ini menandakan bahwa kegiatan belajar yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan karena adanya dorongan minat untuk menguasai suatu kemampuan tertentu untuk


(5)

commit to user

mengatasi masalah. Dalam hal ini minat belajar akan menimbulkan pencapaian hasil belajar.

Bertolak dari temuan penelitian tersebut, minat belajar siswa harus ditumbuhkan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga kemampuan mengapresiasi puisi mereka bisa meningkat yaitu, (1) memberikan apersepsi yang berupa pemberian pengertian kepada siswa tentang semangat belajar untuk meraih kesuksesan; (2) memperdengarkan musik sebelum kegiatan belajar berlangsung; (3) memberikan balikan atau koreksi setiap pemberian tugas seperti tepuk tangan dan kata-kata yang membangkitkan semangat (a pla us/rewa rd) sehingga siswa terdorong untuk aktif belajar.

Apabila upaya-upaya di atas dilakukan dengan baik, terarah, terprogram, dan dijadikan kegiatan berkala, barulah akan terlihat bahwa penumbuhan minat belajar siswa akan menyebabkan peningkatan kemampuan mengapresiasi puisinya.

C. Saran

Bertolak dari hasil penelitian dan implikasi yang telah dirumuskan tersebut perlu diajukan saran-saran sebagai berikut. Pertama, sebagai fasilitator yang menerapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, guru disarankan agar: (1) memilih pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga siswa akan terdorong untuk belajar puisi; (2) menciptakan suasana demokratis di lingkungan sekolah sehingga dengan suasana dan lingkungan yang demikian, siswa akan dapat


(6)

mengembangkan kemampuan mengapresiasi puisinya; (3) meningkatkan minat

belajar siswa dengan menceritakan kisah tokoh-tokoh sukses dan

memperdengarkan musik yang tepat sebelum pembelajaran;

Kedua, penerapan KTSP di sekolah menuntut penetapan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif dan konstruktivistis. Oleh karena itu, hendaknya sekolah menyediakan dana guna menunjang kegiatan siswa, pengadaan media pembelajaran, seperti laboratorium bahasa, dan memfasilitasi guru-guru bahasa untuk pelatihan teknologi pembelajaran.

Ketiga, peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian ini untuk mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel bebas (prediktor), sehingga faktor-faktor lain yang diduga memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa dapat diketahui secara lebih komprehensif. Selanjutnya, dapat dikembangkan model pembelajaran dengan pendekatan lain yang mengikuti landasan kontruktivisme sehingga dapat memperkaya perbendaharaan pendekatan dan metode pembelajaran bagi guru di Indonesia yang pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.