HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PRIA DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Pria Dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi Di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PRIA

DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN

REPRODUKSI DI SMA BHINNEKA

KARYA 2 BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

AJI CAHYO WIDODO J 210 120 082

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PRIA

DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN

REPRODUKSI DI SMA BHINNEKA KARYA 2

BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

AJI CAHYO WIDODO J 210 120 082

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Winarsih Nur A., S.Kep.,Ns.,ETN.,M.Kep

NIK.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PRIA

DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN

REPRODUKSI DI SMA BHINNEKA KARYA 2

BOYOLALI

OLEH

AJI CAHYO WIDODO J 210 120 082

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari, 10 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Winarsih Nur Ambarwati., S.Kep., Ns., ETN., M.Kep (……..……..)

2. Arif Widodo., A.Kep., M.Kes (………)

3. Supratman., SKM., M.Kes., Ph.D (………)

Dekan,

Dr. Suwaji, M.Kes NIK. 195311231983031002


(4)

(5)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PRIA DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI DI

SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI Abstrak

Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, dalam rentang usia 10-19 tahun. Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesnya. Minimnya pengetahuan mengenai proses-proses reproduksi, pentingnya menjaga kebersihan alat reproduksi, dan dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab menyebabkan sebagian remaja mengalami masalah-masalah seperti remaja kurang menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksinya. Pada alat reproduksi yang tidak terjaga kebersihannya tentu sangat rentan terserang penyakit akibat jamur atau bakteri. Penyakit reproduksi juga dapat disebabkan dari pola hidup atau kebiasaan pada masa remaja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja pria dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Metode penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 43 responden dengan tehnik pengambilan sampel random sampling dari seluruh jumlah populasi. Instrumen penelitian berupa lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kuesioner untuk mengetahui perilaku menjaga kesehatan reproduksi remaja SMA pria. Analisis data menggunakan Uji Korelasi Gamma dan Somer’s. Hasil penelitian diperoleh data sebanyak 21 responden (49%) memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi, 16 responden (37%) cukup, dan 6 responden (14%) baik. Selanjutnya untuk perilaku menjaga kesehatan reproduksi menunjukkan sebanyak 10% responden (23%) memiliki perilaku baik, 22 responden (51%) memiliki perilaku cukup, dan 11 responden (26%) memiliki perilaku kurang. Hasil Uji Gamma dan Somer’s diperoleh nilai hitung 0,371 dengan p value = 0,006 dan disimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi pada usia remaja pria.


(6)

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE LEVEL OF ADOLESCENT MEN WITH REPRODUCTIVE HEALTH BEHAVIOR IN HIGH SCHOOL

BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI

Abstract

Adolescence is a period of transitions from early days children up to early adulthood, in the age range 10-19 years. Reproductive health is a State of physical, mental well-being, and social whole and not merely the absence of disease and weakness, in all matters relating to the reproductive system and functions as well as the process. Lack of knowledge about reproductive processes, the importance of maintaining cleanliness of reproductive tool, and the impact of irresponsible behavior that cause most adolescents are experiencing issues such as teens less aware of the importance of maintaining the health of their reproduction. On reproduction is not maintained clean naturally very vulnerable developing diseases caused by fungi or bacteria. Reproductive disea ses can also be caused from the pattern of life or habits in adolescence. The purpose of this research is to know the relationship of man with the level of knowledge of adolescent reproductive health keep your behavior in High School Binneka Karya 2 Boyolali. The method of this research is a descriptive cross sectional approach to correlation. The sample of this research as much as 43 respondents with the techniques of sampling random sampling of the entire population. Research instrument in the form of a questionnaire sheet to find out the level of knowledge and a questionnaire to know the behavior of teenagers in High School. Analysis of Test data using the correlation of Gamma and Somer’s. The research results obtained data by as much as 21 respondents (49%) have less knowledge about reproductive health, 16 respondents (37%), and 6 respondents (14%) either. Next to keep reproductive health behavior showed as many as 10% of respondents (23%) have good behavior, 22 respondents (51%) have enough behavior, and 11 respondents (26%) have less behavior. Gamma test results and Somer’s retrieved values of = 0,371 with p value = 0.006 and concluded there is a relationship between the level of knowledge about reproductive health with maintaining reproductive health behavior in the age of adolescent males.

Keywords: reproductive health, adolescent, maintaining health

1.PENDAHULUAN

Masa remaja adalah proses perkembangan antara masa anak dengan masa dewasa (Potter & Perry, 2009). Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Jika dilihat dari segi kematangan biologis dan seksual, remaja sedang menunjukkan


(7)

karakteristik seks sekunder sampai mencapai kematangan seks. Dilihat dari segi perkembangan kejiwaan, remaja sedang berkembang dari sifat anak-anak menjadi dewasa (Purwatiningsih, Sri dan Furi, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), remaja merupakan penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut sensus penduduk 2015 sebanyak 45,5 juta atau sekitar 20% dari jumlah penduduk. Kelompok remaja di dunia berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014).

Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa. Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya. Fenomena popularitas kesehatan reproduksi remaja putri lebih banyak di bahas dan di teliti, sedangkan kesehatan reproduksi remaja pria kurang mendapat perhatian dari masyarakat dan remaja itu sendiri.

Minimnya pengetahuan mengenai proses-proses reproduksi, pentingnya menjaga kebersihan alat reproduksi, dan dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab menyebabkan sebagian remaja mengalami masalah-masalah seperti remaja kurang menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksinya (Widyastuti, 2009).

Pada alat reproduksi yang tidak terjaga kebersihannya tentu sangat rentan terserang penyakit akibat jamur atau bakteri. Penyakit reproduksi juga dapat di sebabkan dari pola hidup yang tidak sehat pada masa remaja yaitu dengan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol yang dapat mengakibatkan impotensi. Penyakit ini sendiri tidak selalu muncul saat ini, tetapi bisa bertahun-tahun atau bahkan berpuluh tahun mendatang yang dapat berpengaruh pada fertilitas pria di masa reproduksi (Romauli dan Vindari, 2009).

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Kesehatan reproduksi remaja erat kaitanya dengan usia remaja pada setatus sekolah. Sekolah merupakan bagian dari lembaga pendidikan untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral maupun intelektual. Sekolah juga merupakan sarana untuk kematangan biologis dan fisiologis remaja, salah satunya yaitu tentang seksualitas (Notoadmodjo, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 siswa kelas XII SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali, di dapatkan 8 siswa tidak mengetahui tentang perilaku menjaga kesehatan reproduksinya, 8 siswa diantaranya adalah perokok, 6 siswa dengn perilaku merokok dan mengkonsumsi alkohol, 2 siswa mengaku tidak pernah merokok dan mengkonsumsi alkohol, dan 2 siswa mengetahui perilaku menjaga


(8)

kesehatan reproduksinya dengan tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol serta selalu menjaga kebersihan reproduksinya.

2.METODEPENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian adalah deskriptif korelasi. Pendekatan penelitian menggunakan crossectional yaitu data diambil dengan dasar pengambilan observasi yaitu perilaku mencuci tangan serta data kejadian diare anak usia pra sekolah (Hidayat, 2011).

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 170 responden. Jumlah populasi ini merupakan toal seluruh siswa kelas X, XI, dan XII di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016. Sedangkan sampel untuk penelitian ini yaitu sebanyak 43 responden dengan teknik penentuan sampel random sampling.

Instrumen penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kuesioner untuk mengetahui perilaku menjaga kesehatan reproduksi remaja SMA pria.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Gamma dan Somer’s.

3.HASILDANPEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden

No Umur Frekuensi Persentase

(%) N

1 Umur a. 15 tahun b. 16 tahun c. 17 tahun d. 18 tahun e. 19 tahun

4 19 13 6 1 9 44 30 14 2 43

2 Agama a. Islam b. Kristen 39 4 91 9 43

3 Informasi a. Ya b. Tidak 32 11 74 26 43

Distribusi frekuensi umur responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah berumur 16 tahun sebanyak 19 responden (44%) dan distribusi terendah adalah berumur 19 tahun sebanyak 1 responden (2%). Selanjutnya distribusi frekuensi agama responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah beragama Islam sebanyak 39 responden (91%) dan sisanya 4 responden (9%) beragama Kristen. Distribusi frekuensi responden


(9)

menurut pernah atau tidaknya mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi menunjukkan distribusi tertinggi adalah tidak pernah memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 32 responden (74%) sedangkan sisanya sebanyak 11 responden (26%) pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

3.2 Analisa Univariat

3.2.1 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Kurang Cukup Baik 21 16 6 49 37 14

Total 43 100

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah kurang sebanyak 21 responden (49%), selanjutnya cukup sebanyak 16 responden (37%) dan baik sebanyak 6 responden (14%).

3.2.2 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi

No Perilaku Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Kurang Cukup Baik 11 22 10 26 51 23

Total 43 100

Distribusi frekuensi perilaku responden dalam menjaga kesehatan reproduksi menunjukkan distribusi tertinggi adalah cukup sebanyak 22 responden (51%), selanjutnya kurang sebanyak 11 responden (26%) dan baik sebanyak 10 responden (23%).

3.3. Analisa Bivariat

3.3.1 Tabel 3. Tabel Korelasi Gamma and Somer’s

Korelasi Korelasi Somers’ Korelasi Gamma

rhitung p-value rhitung p-value

Hubungan pengetahuan

dengan perilaku 0,371 0,006 0,573 0,006

Hasil uji korelasi Somers’ diperoleh nilai rhitung sebesar 0,371

dengan nilai signifikansi (p-value) 0,006. Nilai signifikansi (p-value) 0,006 lebih kecil dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi.

Selanjutnya nilai koefisien korelasi Gamma sebesar 0,573 dengan nilai signifikansi (p-value) 0,006. Nilai koefisien korelasi gamma 0,573 berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengetahuan tentang


(10)

kesehatan reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi, yaitu semakin baik pengetahuan maka perilaku menjaga kesehatan reproduksi juga semakin baik.

3.4Pembahasan

3.4.1Karakteristik Responden

Distribusi frekuensi umur responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah berumur 16 tahun (44%). WHO (2014) menyebutkan bahwa remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik dari segi fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh kedalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek maupun jangka panjang.

Distribusi responden menurut agama menunjukkan distribusi tertinggi adalah bergama Islam. Ajaran Islam yang dimiliki oleh responden beserta amalan-amalannya khususnya yang berhubungan dengan perilaku bersuci atau berthaharah. Islam mengajarkan kepada penganutnya untuk memelihara organ reproduksi atau dalam agama Islam disebutkan dengan istilah ”kemaluanmu”. Hadits Rasulullah SAW dijelaskan tentang cara-cara membersihkan diri dimana dalam prosesnya merupakan langkah-langkah dalam memelihara kesehatan organ reproduksi.

Distribusi frekuensi responden menurut pernah atau tidaknya mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi menunjukkan distribusi tertinggi adalah tidak pernah memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi (74%). Informasi tentang kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur yang membangun pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Fitriani (2011) menyebutkan bahwa informasi kesehatan yang diperoleh dari berbagai sumber merupakan salah satu unsur pembentuk pengetahuan seseorang.

3.4.2Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah kurang (49%), selanjutnya cukup (37%) dan baik (14%). Beberapa faktor yang berhubungan dengan pengetahuan remaja pria yang kurang tentang kesehatan reproduksi antara lain adalah gejala pubertas pada remaja pria serta informasi kesehatan reproduksi pria yang minim dibandingkan pada perempuan (Indriyani, 2014).


(11)

Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia, adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, masalah pergeseran perilaku seksual remaja, pelayanan kesehatan yang buruk serta perundang-undangan yang tidak mendukung. Permasalahan tersebut berdampak pada kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja itu sendiri (Irawan, 2016).

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat system, fungsi dan proses reproduksi pada remaja yang termasuk kesehatan baik mental, sosial dan kultural (Faujizi, 2008). Menurut hasil konferensi International Conference On Population Development (ICPD) dan Millenium Development Goals (MDG’s) diharapkan di akhir tahun 2015 nanti, minimal 90% dari seluruh jumlah remaja sudah harus mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual (Respati, 2012).

Penelitian Wulandari (2012) mengemukakan bahwa rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi pada pria terjadi karena siswa pria merasa acuh dalam menjaga kesehatan reproduksinya, serta kebutuhan dan pemahaman yang dibutuhkan siswa wanita lebih banyak dibandingkan siswa pria yaitu mulai dari perubahan perkembangan fisik, permasalahan organ reproduksi, dan cara merawat dan menjaga organ reproduksi. Untuk itu, sangat diperlukan perhatian dan pengetahuan yang khusus bagi siswa dalam menjaga kesehatan reproduksi.

Menurut Siswanto, dkk (2002) pengetahuan dasar yang perlu diketahui oleh siswa supaya mempunyai kesehatan reproduksi yang baik, yaitu (1) pengenalan mengenai sistem proses dan fungsi organ reproduksi, (2) bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi, (3) penyakit menular seksual atau HIV/ AIDS, (4) pendewasaan usia perkawinan merencanakan kehamilan, persalinan dan paska melahirkan, (5) pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual kekerasan seksual dan cara menghindarinya, (6) mengembangkan kemampuan komunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu mengatakan tidak pada hal-hal yang negatif, dan (7) persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan

Minimnya informasi kesehatan reproduksi remaja kerap menjadi salah satu persoalan yang membuat mereka salah dalam mengambil keputusan. Untuk itu, pelayanan bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam hal ini dengan memberikan layanan informasi mengenai kesehatan reproduksi (kespro) pada remaja pria dan wanita agar ditingkatkan lagi, serta kelompok kaum muda yang sedang tumbuh berkembang ini dapat memperoleh sumber informasi yang benar. Karenanya, semua siswa memerlukan dukungan dan perawatan selama masa transisi dari remaja menuju dewasa.

Schalet et.al (2016) mengungkapkan salah satu pihak yang harus berperan serta dalam peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi


(12)

adalah sekolah. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat sekitar 50 ribu anak-anak dan remaja yang menjalani pendidikan di sekolah. Pendidikan kesehatan reproduksi yang dilakukan disekolah pada saat itu dengan mempromosikan kepada kaum muda tentang pentingnya memelihara organ reproduksi, resiko-resiko yang dihadapi terhadap organ reproduksi serta langkah-langkah mencegah terjangkitnya penyakit organ reproduksi dalam system pendidikan yang terintegrasi dengan system pendidikan terbukti berhasil meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak-anak dan remaja dalam memelihara organ reproduksi. 3.4.3Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi

Distribusi frekuensi perilaku responden dalam menjaga kesehatan reproduksi menunjukkan distribusi tertinggi adalah cukup (51%), selanjutnya kurang (26%) dan baik (23%). Perilaku responden dalam menjaga kesehatan reproduksi merupakan tindakan yang dilakukan remaja dalam menjaga kebersihan dan kesehatan organ genetalianya. Beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut antara lain kebiasaan-kebiasaan yang umum terjadi dalam keluarga atau masyarakatnya (Indriyani, 2014).

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku menjaga kesehatan reproduksi responden sebagian besar adalah cukup. Hal ini salah satunya dimungkinkan adanya kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga yang ditiru oleh responden. Kebiasaan-kebiasaan tersebut antara lain kebiasaan membasuh alat kelamin setelah kencing, mengganti celana dalam setiap hari dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam keluarga secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kesehatan remaja. Orang tua sangat berperan pada masa perkembangan remaja, pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja, pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang termasuk perilaku menjaga kesehatan reproduksi (Depkes RI, 2005).

Peran keluarga terhadap perilaku kesehatan remaja sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Cookston (1999) yang meneliti perhatian orang tua dan struktur keluarga terhadap permasalahan kebiasaan kesehatan remaja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh perhatian keluarga dan struktur keluarga terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja, dimana perhatian keluarga yang baik dan struktur keluarga yang kuat membantu remaja mengatasi permasalahan remaja khususnya perilaku kesehatan reproduksi remaja.

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku menjaga kesehatan reproduksi pria pada responden masih terdapat yang memiliki perilaku kurang dalam distribusi yang cukup tinggi. Salah satu faktor yang berhubungan dengan hal tersebut adalah belum adanya program yang khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku


(13)

pemeliharaan kesehatan reproduksi pada remaja pria. Mosena et.al (2004) mengemukakan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi remaja pria adalah kurangnya pengetahuan dan perilaku mereka dalam memelihara kesehatan reproduksi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pengetahuan dan perilaku tersebut adalah kurangnya program khusus yang membahas atau mengajarkan cara-cara memelihara kesehatan reproduksi pada remaja pria.

3.4.4 Tingkat Pengetahuan Remaja Pria dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi

Hasil uji korelasi Somers’ diperoleh nilai rhitung sebesar 0,371

dengan nilai signifikansi (p-value = 0,006) sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi. Selanjutnya nilai koefisien korelasi Gamma sebesar 0,573 (p-value = 0,006) berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi, yaitu semakin baik pengetahuan maka perilaku menjaga kesehatan reproduksi juga semakin baik.

Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja penting diberikan kepada remaja sehingga remaja dapat menggunakan waktu remajanya yang terbebas untuk melakukan kegiatan produktif dan sehat, karena remaja dengan pengetahuan reproduksi yang rendah enderung melakukan berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan (BKKBN, 2008)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endarto (2009) juga sesuai dengan hasil penelitian ini, yaitu adanya pengaruh antara tingkat pengetahuan dengan perilaku kesehatan reproduksi. Penelitian yang dilakukan Endarto dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta”. Penelitian dilakukan pada 257 orang dengan Chi Square Test diperoleh nilai p= 0,008.

4.PENUTUP 4.1Simpulan

4.1.1.Tingkat pengetahuan remaja pria tentang kesehatan reproduksi di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali sebagian besar adalah kurang. 4.1.2.Perilaku menjaga kesehatan reproduksi di SMA Bhinneka Karya 2

Boyolali sebagaian besar cukup.

4.1.3.Terdapat hubungan tingkat pengetahuan remaja pria dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.


(14)

4.2Saran

4.2.1 Bagi dinas kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku menjaga kesehatan reproduksi masih kurang, hal ini menjadi salah satu tanggung jawab dinas kesehatan terkait untuk melakukan usaha-usaha meningkatkan pengetahuan dan perilaku menjaga kesehatan reproduksi remaja, salah satunya dengan melaksanakan promosi kesehatan kepada remaja.

4.2.2 Bagi remaja

Remaja hendaknya menyadari pentingnya menjaga kesehatan reproduksi karena kesehatan reproduksi sangat penting bagi masa depan remaja di masa yang akan datang.

4.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya menambah faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi remaja pria, misalnya faktor sikap, dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, informasi dan sebagainya sehingga diketahui faktor manakah yang paling dominant berhubungan dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi pada remaja pria.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2008. Program KB di Indonesia. http://www..bkkbn..go.id. diakses tanggal 2 Januari 2016

Cookston, J.T. 1999. Parental Supervision and Family Structure: Effects on Adolescent Problem Behaviors. Journal of Divorce & Remarriage. Vol. 32(1/2) 1999.The Haworth Press, Inc

Endarto. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Beresiko di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Kesehatan. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.

Faujizi, 2008. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Perilaku Reproduksi Sehat Di SMA Dharma Pancasila Medan. Jurnal Ilmiah : Universitas Sumatera Utara Medan.

Fitriani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Di SMA Negeri 1 Mojogedang. Jurnal Penelitian. Surakarta: Fakultas Kedokteran UMS. Diperoleh dari ums.print.co.id

Hidayat, A, A. 2011. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing.

Indriyani, D, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Ar-Ruzz Media : Yogyakarta


(15)

Irawan, E. 2016. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Desa Kertajaya. Jurnal Ilmu Keperawatan. volume 4, No. 1, April. 2016. Bandung: Universitas BSI

Mosena, P.W, Ho, J, Ely J, and Ross R. 2004. Peer Advocates for Health: A Community-Based Program to Improve Reproductive Health Knowledge and Lifestyle Choices among Adolescent Males. International Journal of Men’s Health, Vol. 3, No. 3, Fall 2004, 221-240. © 2004 by the Men’s Studies Press, LLC

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter dan Perry. 2009. Fundamental of Nursing Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba

Medika.

Purwatiningsih, S., Furi, S.N.Y. 2010.Permisivitas Remaja dan Peran Sosial dalamPerilaku Seksual di Indonesia dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar kerja sama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.

Respati, 2012. Hubungan Penggunaan Media Massa Dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di Sman 8 Surakarta . Jurnal Penelitian. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS. Diperoleh dari eprints.uns.ac.id.

Romauli, S., Vindari, A., V. 2009. Kesehatan Reproduksi: Buat Mahasiswi Kebidanan. Yogjakarta: Nuha Medika.

Schalet, A. T., Santelli, J. S., Russell, S. T., Halpern, C. T., Miller, S. A., Pickering, S. S., . . . Hoenig, J. M. (2014). Invited commentary: Broadening the evidence for adolescent sexual and reproductive health and education in the united states.Journal of Youth and Adolescence, 43(10), 1595-610. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10964-014-0178-8

Siswanto, dkk. 2002. Tanya jawab hak-hak reproduksi. Jakarta: BKKBN yayasan

WHO. 2014. Adolescents friendly health servicesin the South-East Asia Region. Report of aRegional Consultation, Bali, Indonesia. NewDelhi: WHO Regional Offi ce for South-EastAsia.


(16)

Wulandari. 2012. Pemahaman Siswa Mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Layanan Informasi. Jurnal Ilmiah Konseling. Konselor, volume I Nomor 1 Januari 2012.

*Aji Cahyo Widodo: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura

**Winarsih Nur Ambarwati., S.Kep., Ns., ETN., M.Kep: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.


(1)

Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia, adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, masalah pergeseran perilaku seksual remaja, pelayanan kesehatan yang buruk serta perundang-undangan yang tidak mendukung. Permasalahan tersebut berdampak pada kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja itu sendiri (Irawan, 2016).

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat system, fungsi dan proses reproduksi pada remaja yang termasuk kesehatan baik mental, sosial dan kultural (Faujizi, 2008). Menurut hasil konferensi International Conference On Population Development (ICPD) dan Millenium Development Goals (MDG’s) diharapkan di akhir tahun 2015 nanti, minimal 90% dari seluruh jumlah remaja sudah harus mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual (Respati, 2012).

Penelitian Wulandari (2012) mengemukakan bahwa rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi pada pria terjadi karena siswa pria merasa acuh dalam menjaga kesehatan reproduksinya, serta kebutuhan dan pemahaman yang dibutuhkan siswa wanita lebih banyak dibandingkan siswa pria yaitu mulai dari perubahan perkembangan fisik, permasalahan organ reproduksi, dan cara merawat dan menjaga organ reproduksi. Untuk itu, sangat diperlukan perhatian dan pengetahuan yang khusus bagi siswa dalam menjaga kesehatan reproduksi.

Menurut Siswanto, dkk (2002) pengetahuan dasar yang perlu diketahui oleh siswa supaya mempunyai kesehatan reproduksi yang baik, yaitu (1) pengenalan mengenai sistem proses dan fungsi organ reproduksi, (2) bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi, (3) penyakit menular seksual atau HIV/ AIDS, (4) pendewasaan usia perkawinan merencanakan kehamilan, persalinan dan paska melahirkan, (5) pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual kekerasan seksual dan cara menghindarinya, (6) mengembangkan kemampuan komunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu mengatakan tidak pada hal-hal yang negatif, dan (7) persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan

Minimnya informasi kesehatan reproduksi remaja kerap menjadi salah satu persoalan yang membuat mereka salah dalam mengambil keputusan. Untuk itu, pelayanan bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam hal ini dengan memberikan layanan informasi mengenai kesehatan reproduksi (kespro) pada remaja pria dan wanita agar ditingkatkan lagi, serta kelompok kaum muda yang sedang tumbuh berkembang ini dapat memperoleh sumber informasi yang benar. Karenanya, semua siswa memerlukan dukungan dan perawatan selama masa transisi dari remaja menuju dewasa.

Schalet et.al (2016) mengungkapkan salah satu pihak yang harus berperan serta dalam peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi


(2)

adalah sekolah. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat sekitar 50 ribu anak-anak dan remaja yang menjalani pendidikan di sekolah. Pendidikan kesehatan reproduksi yang dilakukan disekolah pada saat itu dengan mempromosikan kepada kaum muda tentang pentingnya memelihara organ reproduksi, resiko-resiko yang dihadapi terhadap organ reproduksi serta langkah-langkah mencegah terjangkitnya penyakit organ reproduksi dalam system pendidikan yang terintegrasi dengan system pendidikan terbukti berhasil meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak-anak dan remaja dalam memelihara organ reproduksi. 3.4.3Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi

Distribusi frekuensi perilaku responden dalam menjaga kesehatan reproduksi menunjukkan distribusi tertinggi adalah cukup (51%), selanjutnya kurang (26%) dan baik (23%). Perilaku responden dalam menjaga kesehatan reproduksi merupakan tindakan yang dilakukan remaja dalam menjaga kebersihan dan kesehatan organ genetalianya. Beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut antara lain kebiasaan-kebiasaan yang umum terjadi dalam keluarga atau masyarakatnya (Indriyani, 2014).

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku menjaga kesehatan reproduksi responden sebagian besar adalah cukup. Hal ini salah satunya dimungkinkan adanya kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga yang ditiru oleh responden. Kebiasaan-kebiasaan tersebut antara lain kebiasaan membasuh alat kelamin setelah kencing, mengganti celana dalam setiap hari dan sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam keluarga secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kesehatan remaja. Orang tua sangat berperan pada masa perkembangan remaja, pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja, pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang termasuk perilaku menjaga kesehatan reproduksi (Depkes RI, 2005).

Peran keluarga terhadap perilaku kesehatan remaja sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Cookston (1999) yang meneliti perhatian orang tua dan struktur keluarga terhadap permasalahan kebiasaan kesehatan remaja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh perhatian keluarga dan struktur keluarga terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja, dimana perhatian keluarga yang baik dan struktur keluarga yang kuat membantu remaja mengatasi permasalahan remaja khususnya perilaku kesehatan reproduksi remaja.

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku menjaga kesehatan reproduksi pria pada responden masih terdapat yang memiliki perilaku kurang dalam distribusi yang cukup tinggi. Salah satu faktor yang berhubungan dengan hal tersebut adalah belum adanya


(3)

pemeliharaan kesehatan reproduksi pada remaja pria. Mosena et.al (2004) mengemukakan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi remaja pria adalah kurangnya pengetahuan dan perilaku mereka dalam memelihara kesehatan reproduksi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pengetahuan dan perilaku tersebut adalah kurangnya program khusus yang membahas atau mengajarkan cara-cara memelihara kesehatan reproduksi pada remaja pria.

3.4.4 Tingkat Pengetahuan Remaja Pria dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi

Hasil uji korelasi Somers’ diperoleh nilai rhitung sebesar 0,371

dengan nilai signifikansi (p-value = 0,006) sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi. Selanjutnya nilai koefisien korelasi Gamma sebesar 0,573 (p-value = 0,006) berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi, yaitu semakin baik pengetahuan maka perilaku menjaga kesehatan reproduksi juga semakin baik.

Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja penting diberikan kepada remaja sehingga remaja dapat menggunakan waktu remajanya yang terbebas untuk melakukan kegiatan produktif dan sehat, karena remaja dengan pengetahuan reproduksi yang rendah enderung melakukan berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan (BKKBN, 2008)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endarto (2009) juga sesuai dengan hasil penelitian ini, yaitu adanya pengaruh antara tingkat pengetahuan dengan perilaku kesehatan reproduksi. Penelitian yang dilakukan Endarto dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta”. Penelitian dilakukan pada 257 orang dengan Chi Square Test diperoleh nilai p= 0,008.

4.PENUTUP 4.1Simpulan

4.1.1.Tingkat pengetahuan remaja pria tentang kesehatan reproduksi di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali sebagian besar adalah kurang. 4.1.2.Perilaku menjaga kesehatan reproduksi di SMA Bhinneka Karya 2

Boyolali sebagaian besar cukup.

4.1.3.Terdapat hubungan tingkat pengetahuan remaja pria dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.


(4)

4.2Saran

4.2.1 Bagi dinas kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku menjaga kesehatan reproduksi masih kurang, hal ini menjadi salah satu tanggung jawab dinas kesehatan terkait untuk melakukan usaha-usaha meningkatkan pengetahuan dan perilaku menjaga kesehatan reproduksi remaja, salah satunya dengan melaksanakan promosi kesehatan kepada remaja.

4.2.2 Bagi remaja

Remaja hendaknya menyadari pentingnya menjaga kesehatan reproduksi karena kesehatan reproduksi sangat penting bagi masa depan remaja di masa yang akan datang.

4.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya menambah faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi remaja pria, misalnya faktor sikap, dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, informasi dan sebagainya sehingga diketahui faktor manakah yang paling dominant berhubungan dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi pada remaja pria.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2008. Program KB di Indonesia. http://www..bkkbn..go.id. diakses tanggal 2 Januari 2016

Cookston, J.T. 1999. Parental Supervision and Family Structure: Effects on Adolescent Problem Behaviors. Journal of Divorce & Remarriage. Vol. 32(1/2) 1999.The Haworth Press, Inc

Endarto. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Beresiko di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Kesehatan. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.

Faujizi, 2008. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Perilaku Reproduksi Sehat Di SMA Dharma Pancasila Medan. Jurnal Ilmiah : Universitas Sumatera Utara Medan.

Fitriani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Di SMA Negeri 1 Mojogedang. Jurnal Penelitian. Surakarta: Fakultas Kedokteran UMS. Diperoleh dari ums.print.co.id

Hidayat, A, A. 2011. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing.


(5)

Irawan, E. 2016. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Desa Kertajaya. Jurnal Ilmu Keperawatan. volume 4, No. 1, April. 2016. Bandung: Universitas BSI

Mosena, P.W, Ho, J, Ely J, and Ross R. 2004. Peer Advocates for Health: A Community-Based Program to Improve Reproductive Health Knowledge and Lifestyle Choices among Adolescent Males. International Journal of Men’s Health, Vol. 3, No. 3, Fall 2004, 221-240. © 2004 by the Men’s Studies Press, LLC

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter dan Perry. 2009. Fundamental of Nursing Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba

Medika.

Purwatiningsih, S., Furi, S.N.Y. 2010.Permisivitas Remaja dan Peran Sosial dalamPerilaku Seksual di Indonesia dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar kerja sama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.

Respati, 2012. Hubungan Penggunaan Media Massa Dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di Sman 8 Surakarta . Jurnal Penelitian. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS. Diperoleh dari eprints.uns.ac.id.

Romauli, S., Vindari, A., V. 2009. Kesehatan Reproduksi: Buat Mahasiswi Kebidanan. Yogjakarta: Nuha Medika.

Schalet, A. T., Santelli, J. S., Russell, S. T., Halpern, C. T., Miller, S. A., Pickering, S. S., . . . Hoenig, J. M. (2014). Invited commentary: Broadening the evidence for adolescent sexual and reproductive health and education in the united states.Journal of Youth and Adolescence, 43(10), 1595-610. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10964-014-0178-8 Siswanto, dkk. 2002. Tanya jawab hak-hak reproduksi. Jakarta: BKKBN yayasan WHO. 2014. Adolescents friendly health servicesin the South-East Asia Region.

Report of aRegional Consultation, Bali, Indonesia. NewDelhi: WHO Regional Offi ce for South-EastAsia.

Widyastuti. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya.


(6)

Wulandari. 2012. Pemahaman Siswa Mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Layanan Informasi. Jurnal Ilmiah Konseling. Konselor, volume I Nomor 1 Januari 2012.

*Aji Cahyo Widodo: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura

**Winarsih Nur Ambarwati., S.Kep., Ns., ETN., M.Kep: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Perilaku Reproduksi Sehat Di SMA Dharma Pancasila Medan 2008

10 75 67

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seks Pranikah.

0 3 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PRIA DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Pria Dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi Di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

0 3 16

BAB I PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Pria Dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi Di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

0 2 7

BAB III METODE PENELITIAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Pria Dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi Di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

0 1 14

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Pria Dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi Di SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

0 5 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita Dengan Perilaku Pencegahan Keputihan Pada Siswi Di Sma Negeri 1 Jatinom.

0 1 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita Dengan Perilaku Pencegahan Keputihan Pada Siswi Di Sma Negeri 1 Jatinom.

0 0 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

0 1 7

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Terhadap Perilaku Menjaga Kebersihan Daerah Kewanitaan di SMA N 1 Gamping¹

0 0 7