PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYEDUHAN TERHADAP KADAR KAFEIN DARI KOPI BUBUK DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV - VIS.

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYEDUHAN TERHADAP
K ADAR K AFEIN DARI K OPI BUBUK DENGAN
METODE SPEKTROFOMETRI UV – VIS

Oleh:

Janriadi Sinaga
4103210017
Program Studi Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sains

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014


•""tll

Judul Skripsi

Penyeduhan terhadap
Pengaruh S
Kadar Kafein dari Kopi Bubuk dengan Metode
Spektrofotometri rv- ·is

Nama Mahasiswa
NIM
Program Studi
Jurusan

Janriadi Sinaga
4103210017
Kimia
Kimia

Menyetujui:

Dosen Pembimbing Skripsi

Agus Kembaren, S.Si.,M.Si
NIP. 19680814199403 1 004

Mengetahui :

FMIPA UNIMED

Jurusan Kimia
Ketua,

Drs. Jam I m Purba, M.Si
NIP. 19641207 19911031 002

Tanggal Lulus

18 Juli 2014

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya, penulis telah menyelesaikan penelitian dan
sekaligus menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh Suhu Dan Waktu Penyeduhan
Terhadap Kadar Kafein Dari Kopi Bubuk Dengan Metode Spektrofotometri UV Vis”.
Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini, antara lain; Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr.
Ibnu Hajar, M.Si; Dekan FMIPA, Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D; dan Ketua
Jurusan Kimia, Drs. Jamalum Purba, M.Si atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan studi Sarjana Sain
pada program studi Kimia.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan
kepada; Bapak Agus Kembaren, S.Si.,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran mulai dari pengajuan proposal
penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi ini serta kepada Bapak Prof. Dr.
Albinus Silalahi, M.S ; Bapak Drs. Jasmidi, M.Si ; dan Ibu Junifa Layla Sihombing,
S.Si,. M.Sc yang telah memberikan masukan dan saran dalam kesempurnaan skripsi
ini. Penghargaan juga diberikan kepada Ketua Jurusan Kimia Bapak Drs. Jamalum
Purba, M.Si; Ketua Program Studi Kimia, Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si; Kepala

Laboratorium Kimia, Bapak Drs. Marudut Sinaga, M.Si; dan segenap Instansi yang
telah memberikan bantuan fasilitas laboratorium selama penulis melakukan
penelitian untuk penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang teristimewa buat kedua orang tua tercinta ,
Ayahanda B.Sinaga dan Ibunda R br Panjaitan, Bang A.Indah Sinaga, Bang
Berlanton Sinaga, Alm.B’Roberton Sinaga, Kakak/Lae Erik Siahaan, Kak
Perida/Ayu Sinaga, K’Luy, dan K’Risky, serta seluruh keluarga Sinaga di Sorba
yang mendukung penulis selama ini . Kepada adek-adek ku, Eprelita Sitorus, Marta,
Mawan, Ben Purba,Yowan,dan seluruh teman KostQ. Kepada sahabat-sahabatku

tercinta terutama rekan seperjuangan Desi Indicayana Situmorang dan Sri Rezeki
Samosir, Yeni Yosevine Sirait, Jetro P Simbolon, Dwika Purba, Efbertias, Josua,
serta kepada semua rekan-rekan mahasiswa kimia UNIMED khususnya kimia
stambuk 2010, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberi rahmat dan kasih karunia-Nya kepada kita
semua, Amin.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan
terutama bagi masyarakat pecinta kopi.


Medan, 04 Agustus 2014

Janriadi Sinaga
NIM : 4103210017

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYEDUHAN TERHADAP
K ADAR K AFEIN DARI K OPI BUBUK DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV - VIS

Janriadi Sinaga (4103210017)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama waktu
penyeduhan terhadap kadar kafein dari Kopi bubuk Sidikalang dan Kopi Bali
Dancer, dan mengetahui suhu dan waktu penyeduhan optimum untuk menyeduh
kopi dengan baik terhadap kadar kafein kopi. Penelitian dirancang dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3x3 dengan dua kali pengulangan.
Faktor suhu melibatkan suhu 60oC, 80oC, 100oC dan waktu penyeduhan yaitu 3
menit, 6 menit, 9 menit. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji ANAVA dengan taraf signifikan 5% dan 1%. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa suhu penyeduhan sangat berpengaruh nyata terhadap perolehan kadar kafein
kopi Sidikalang dan Bali Dancer. Sedangkan untuk waktu penyeduhan, perolehan
kadar kafein kopi Sidikalang dan kopi Bali Dancer sangat berpengaruh dimana Fhit
> Ftabel sehingga waktu penyeduhan sangat berpengaruh nyata. Pada interaksi antara
suhu dan waktu penyeduhan (AB) dimana diperoleh perbedaan antara Fhit>Ftabel,
maka perolehan kadar kafein sangat nyata. Kadar kafein tertinggi untuk kopi
sidikalang diperoleh pada suhu 100oC dengan lama penyeduhan 9 menit yaitu 104.2
mg atau sebanyak 2.084 %, sedangkan untuk kopi Bali Dancer, kadar kafein
tertinggi diperoleh pada suhu 100oC dan waktu penyeduhan 9 menit yakni 187.7
mg atau 3.754%.

Kata Kunci : suhu, waktu penyeduhan, kafein, kopi.

DAFTAR ISI
Halaman
Lembaran Pengesahan
i
Riwayat Hidup


ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel


x

Lampiran

xi

BAB I

PENDAHULUAN

1

1.1

Latar belakang

1

1.2


Rumusan masalah

4

1.3

Batasan masalah

4

1.4

Tujuan penelitian

5

1.5

Manfaat penelitian


5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6

2.1

Tanaman Kopi

6

2.2

Taksonomi dan Komposisi Kimia Kopi

7

2.3


Standar Mutu Kopi Bubuk

8

2.4

Kafein

9

2.4.1

Sifat Kimia dan Fisika Kafein

10

2.4.2

Dosis Rekomendasi Kafein

12

2.4.3

Absorpsi, Distribusi dan Metabolisme Kafein

12

2.4.4

Efek Farmakologi Kafein Bagi Kesehatan

13

2.4.5

Efek Konsumsi Kafein Terhadap Kesehatan

14

2.5

Ekstraksi

16

2.6

Spektrofotometri

16

2.6.1

Spektrofotometri UV - Visibel

17

2.6.2

Prinsip Dasar

18

2.6.3

Instrumentasi

18

BAB III METODE PENELITIAN

22

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian

22

3.2

Alat dan Bahan

22

3.2.1

Alat

22

3.2.2

Bahan

22

3.3

Rancangan Percobaan

22

3.4

Prosedur Kerja

25

3.4.1

Pembuatan Larutan

25

3.4.1.1

Larutan Standar kafein 1000 ppm

25

3.4.1.2

Larutan Standar kafein 100 ppm

26

3.4.1.3

Larutan Standar kafein 10 ppm

26

3.4.2

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Kafein

26

3.4.3

Pembuatan Kurva Kalibrasi

26

3.5

Ekstraksi Kafein dari Kopi Bubuk

26

3.6

Bagan Alir Ekstraksi Kafein dari Kopi Bubuk

28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

29

4.1

Hasil Penelitian

29

4.1.1

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

29

4.1.2

Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kafein

30

4.1.3

Penentuan Kadar Kafein dalam Kopi Bubuk

31

4.1.3.1

Kadar Kafein dalam Kopi Bubuk Sidikalang dan Kopi
Bubuk Bali Dancer

4.1.3.2

4.2

31

Hasil Analisis Ragam Kopi Bubuk Sidikalang dan Kopi
Bubuk Bali Dancer

36

Pembahasan

40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

44

5.1

Kesimpulan

44

5.2

Saran

44

DAFTAR PUSTAKA

45

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Komposisi Kimia Biji Kopi Dan Bubuk Kopi

8

Tabel 2.2

Syarat Mutu kopi Bubuk sesuai SNI

9

Tabel 2.3

Daerah Spektrum Gelombang Elektromagnetik

18

Tabel 3.1

Model Table Penelitan

23

Tabel 3.2

Tabel Statistik Penguji

24

Tabel 4.1

Data Absorbansi Larutan Standar Kafein Berbagai
Konsentrasi Pada Panjang Gelombang 272.63 nm

30

Tabel 4.2

Hasil Pengukuran Nilai Absorbansi Kopi Bubuk

33

Tabel 4.3

Kadar Konsentrasi Kafein dari Kopi Bubuk Dengan
Variasi Suhu dan Lama Waktu Penyeduhan

Tabel 4.4

34

Persen (%) Kadar Kafein Dalam Masing – Masing
Variasi Pada Kopi Bubuk Sidikalang dan Kopi Bubuk
Bali Dancer

35

LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1

: Perhitungan Pembuatan Larutan Standar Kafein

Lampiran 2

: Grafik Panjang Gelombang Maksimum Larutan
Standar Kafein

50

52

Lampiran 3

: Grafik Kurva Kalibrasi Vs Absorbansi

53

Lampiran 4

: Perhitungan Hasil Pengukuran Sampel Kopi Bubuk

54

Lampiran 5

: Dokumentasi Penelitian

70

Lampiran 6

: Tabel Nilai – Nilai Dalam Distribusi – t (Tabel t)

75

Lampiran 7

: Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F

76

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kopi (Coffea sp) merupakan salah satu contoh minuman yang paling

terkenal dikalangan masyarakat. Kopi digemari karena memiliki cita rasa dan
aroma yang khas. Menurut Rejo et al (2010), kopi dapat bermanfaat sebagai zat
antioksidan, merangsang kinerja otak dan antikanker. Kandungan antioksidan
dalam kopi lebih banyak dibandingkan antioksidan pada teh dan coklat
(Ramalakshmi et al, 2000). Selain memiliki kelebihan, kopi juga memiliki
kekurangan yaitu mengandung kafein dan asam organik yang tinggi. Kandungan
kafein pada biji kopi berbeda-beda tergantung dari jenis kopi dan kondisi geografis
dimana kopi tersebut ditanam (Farida,dkk., 2013). Menurut Petracco (2005), kopi
Arabika mengandung kafein sebesar 0,4 – 2,4% dari total berat kering sedangkan
kopi Robusta mengandung kafein 1 – 2% dan asam organik sebanyak 10,4%.
Kafein merupakan zat antagonis reseptor adenosin sentral yang bisa
mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat dan mengakibatkan gangguan tidur. Anak
yang mengkonsumsi minuman berkafein sekurang-kurangnya sekali sehari,
mempunyai jumlah tidur mingguan 3 jam 30 menit kurang berbanding anak yang
tidak mengkonsumsi kafein (Kirchheimer, 2004). Efek farmakologis berlebihan
(over dosis) mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor,
insomnia, hipertensi, mual dan kejang (Farmakologi UI, 2002). Berdasarkan FDA
(Food Drug Administration) yang diacu dalam Liska (2004), dosis kafein yang
diizinkan 100- 200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01-7152-2006 batas
maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50
mg/sajian.
Kafein dapat menimbulkan beberapa efek jangka pendek seperti
peningkatan denyut jantung, peningkatan respirasi, kecepatan metabolisme basal,
refleks gastrointestinal, dan produksi asam lambung serta urin, sehingga setelah

meminum kopi seseorang cenderung lebih sering ingin buang air. Lamanya efek
kafein dipengaruhi oleh status hormonal seseorang, kebiasaan merokok, sedang
menjalani pengobatan atau memiliki penyakit yang merusak fungsi hati (Erowid,
2005). Menurut Mutschler (1991) kafein dalam kopi dapat menyebabkan diuretika
lemah karena kafein meningkatkan filtrasi glomerulus dan penurunan reabsorbsi
natrium di tubulus ginjal. Walaupun efek diuresis kafein tidak cukup untuk
digunakan sebagai terapi, tetapi pengaruhnya cukup mengganggu terutama bagi
mereka yang karena tugasnya, kesempatan ke kamar kecil relatif terbatas, seperti
pilot, petugas jaga atau supir truk yang harus mengemudi jarak jauh.
Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan pelarut organik
dan kondisi ekstraksi yakni pelarut, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven
dengan bahan sehingga dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein (Perva et al.,
2006). Menurut Rohdiana (2008), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses
penyeduhan adalah suhu air atau kondisi penyeduhan dan lama penyeduhan.
Semakin tinggi suhu air atau proses penyeduhan, kemampuan air dalam
mengekstrak kandungan kimia yang terdapat dalam teh akan semakin tinggi.
Demikian juga halnya dengan lama penyeduhan. Lama penyeduhan akan
mempengaruhi kadar bahan terlarut, intensitas warna, serta aroma. Bertambahnya
lama penyeduhan maka kesempatan kontak antara air penyeduh dengan teh
semakin lama sehingga proses ekstraksi menjadi lebih sempurna.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, suhu dan
waktu sangat mempengaruhi perolehan kadar kafein baik dalam kopi maupun teh.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Majid,dkk (2010), dengan variabel
berat sampel teh 10 g dan memvariasikan suhu yakni 50oC, 60oC, dan 70oC serta
waktu penyeduhan yakni 80 menit, 120 menit dan 140 menit. Kadar kafein dalam
teh setelah diekstraksi paling banyak dihasilkan pada suhu 700C, sedangkan waktu
optimum untuk kadar kafein paling tinggi dihasilkan pada waktu 120 menit.
Sehingga dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan semakin tinggi suhu
dan waktu pengestraksian, maka akan meningkatkan jumlah kafein yang terekstrak.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Risdianty (2002), suhu yang
optimal untuk menyeduh sampel Teh adalah 90oC, sedangkan lama waktu

penyeduhan yang baik adalah pada 10 menit. Dan hasil sidik ragam yang diperoleh
menunjukkan suhu air seduhan dan lama waktu penyeduhan berpengaruh nyata
terhadap kadar kandungan kimia (kafein, dan polifenol). Selanjutnya penelitian
tentang pengaruh suhu dan waktu dilakukan oleh Widyotomo (2012), dengan
memvariasikan suhu penyeduhan, waktu, dan konsentrasi pelarut yang digunakan
pada kopi Robusta. Dari hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan adanya
pengaruh suhu,waktu dan pelarut yang digunakan yaitu pada suhu optimum 90oC
dan 100oC dengan konsentrasi pelarut 100% diperoleh kenaikan kadar kafein
sebesar 0,66% per jam nya.
Selain penelitian yang dilakukan diatas, penentuan kadar kafein juga
berpengaruh terhadap jenis pelarut atau metode instrumen yang digunakan pada
pengukuran. Hasil penelitian Wulandari,dkk (2008), pada penentuan kadar kafein
dalam campuran parasetamol, salisilamida dan kafein dengan metode spektroskopi
UV dan pelarut etanol menunjukan terjadinya tumpang tindih (overlapping) spektra
dari ketiga senyawa tersebut. Metode lain dalam penentuan kafein juga dilakukan
dengan spektofotometri kromatografi cairan kinerja tinggi (HPLC) dengan pelarut
timah asetat dan kloroform pada proses ekstraksinya (Panggabean, dkk., 2011).
Hasil penelitian ini sangat efektif, cepat dan akurat. Akan tetapi penelitian ini
mempunyai kelemahan yakni pelarut yang digunakan dapat merusak lingkungan
juga membutuhkan proses ekstraksi yang lama dan biaya yang mahal.
Penelitian lanjutan pada kafein dilakukan oleh Maramis,dkk (2013), yaitu
analisis kafein dalam kopi bubuk dikota Manado dengan metode spektrofotometri
UV-Vis dan pelarut kloroform pada ekstraksinya. Metode lain dalam ekstraksi
kafein adalah dengan menggunakan pelarut diklorometan (CH2Cl2) dimana pelarut
ini lebih efektif dari pelarut kloroform (CH3Cl). Dalam pelarut diklorometan, kafein
memiliki kelarutan yang baik yaitu 140 mg/mL dibandingkan dengan air panas dan
kloroform. Selain itu, kelebihan diklorometan dengan kloroform adalah memiliki
titik didih yang rendah yaitu pada suhu 40oC sedangkan kloroform memiliki titik
didih pada kisaran 61oC, serta harga pelarut dikolorometan relatif lebih murah (Sari,
2003).

Bertolak dari penelitian yang sudah ada, Peneliti ingin menganalisis kadar
kafein kopi bubuk hitam yang ada dipasaran kota Medan dengan menggunakan
pelarut diklorometan (CH2Cl2). Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian
tentang “Pengaruh Suhu dan Waktu Penyeduhan terhadap Kadar Kafein dari
Kopi

1.2

Bubuk

dengan

Metode

Spektrofotometer

UV-Vis”.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh suhu terhadap perolehan kadar kafein?
2. Apakah ada pengaruh waktu penyeduhan terhadap perolehan kadar kafein?
3. Apakah ada interaksi antara suhu dan waktu penyeduhan terhadap perolehan
kadar kafein.

1.3

Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup masalah sebagaimana telah

dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan
masalah adalah :
1. Penentuan kadar kafein dari bubuk kopi dengan memvariasikan suhu dari air
yaitu 60oC, 80oC, 100oC
2. Lama waktu penyeduhan kopi bubuk pada kondisi 3 menit, 6 menit, 9 menit.
3. Banyak air yang digunakan untuk menyeduh bubuk kopi yaitu 120 mL setara
dengan satu cangkir kopi dan berat sampel 5 gram.
4. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dipasaran kota Medan
dengan merek Kopi Bubuk Sidikalang dan Kopi Bubuk Bali Dancer.

1.4

Tujuan Penelitian
Untuk memfokuskan penelitian ini, tujuan yang akan dicapai adalah:

1. Untuk menegetahui pengaruh suhu terhadap perolehan kadar kafein dari Kopi
Bubuk Sidikalang dan kopi Bubuk Bali Dancer.
2. Untuk mengetahui waktu penyeduhan terhadap perolehan kadar kafein dari Kopi
Bubuk Sidikalang dan Kopi Bubuk Bali Dancer.
3. Untuk mengetahui interaksi suhu dan waktu penyeduhan terhadap perolehan
kadar kafein Kopi Bubuk Sidikalang dan Kopi Bubuk Bali Dancer.

1.5

Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar

bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat, khususnya penikmat kopi. Serta
memberikan informasi ilmiah tentang kadar kafein dalam secangkir kopi dari cara
menyeduh kopi bubuk yang biasa dilakukan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1.

Ada pengaruh suhu penyeduhan terhadap kadar kafein kopi bubuk Sidikalang
yaitu pada suhu 100oC sebesar 91.37 mg atau 1.83% dan untuk Kopi Bali
Dancer yaitu pada suhu 100oC sebesar 142.53 mg atau 2.85%.

2.

Ada pengaruh lama waktu penyeduhan terhadap kadar kafein kopi bubuk
Sidikalang dan kopi Bali Dancer yaitu waktu 9 menit sebesar 90.7 mg atau
1.814% dan 130.36 mg atau 2.6%.

3.

Ada interaksi suhu dan lama waktu penyeduhan terhadap kadar kafein kopi
bubuk Sidikalang dan kopi Bali Dancer yaitu pada suhu 100oC dengan lama
penyeduhan 9 menit yaitu 104.2 mg dan 187.7 mg.

5.2. Saran
1.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kadar kafein pada kopi, mulai
dari biji kopi hingga pada bubuk kopi dengan memvariasikan suhu, waktu,
dan berat kopi, serta mengganti dengan pelarut organik lainnya.

2.

Untuk masyarakat dan khususnya penikmat kopi, supaya mengurangi takaran
kopi bubuk untuk diseduh dan tidak menggunakan suhu air terlalu tinggi.

3.

Untuk peneliti selanjutnya agar membuat kopi rendah kafein ( dekafeinasi).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., (2009), Manfaat dan Bahaya Kandungan Kafein dalam Kopi. Diakses
dari:

http://www.azk4/2009/02/Manfaat-dan-bahaya-kopi.html

pada

tanggal 10 Maret 2014.Medan.
Armansyah,M.,(2010), Mempelajari Minuman Formulasi dari Kombinasi Bubuk
Kakao dengan Jahe Instan, Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Brain,

M.,

(2005),

Introduction

to

How

Caffeine

Works,

http://www.ificinfo.health.org.brochure/caffeine.html last update 03 Mei
2014.
Clarke,R.J. and Macrae,R.,(1987), Coffee Technology (Volume 2), Elsevier Applied
Science, London and New York. Journal Beverages Journal, Page. 149 –
175.
Davia.D.,Gary,

Kris

G.Z.,(1982),

“Organic

Labortory

Techniques.

A

Contemporary Approach”. Second Edition, Sounder Collage Publishing,
Washington, 55-60.
Dews, P.B., (1984), Caffeine, Springer – Valerag, Berlin.
Drugs Fact and Comparisons,(2001), Facts and Comparisons, Fact and
Comparisons,USA.
Erowid. 2005. Caffeine Effects.
www.erowid.org/chemicals/caffeine/caffeine.html
last update 03 Mei 2014.
Farida, Ana.,Ristanti,E., Kumoro, A.C.Dr, S.T.,M.T., (2013), penurunan Kadar
kafein Dan Asam Total Pada Biji Kopi Robusta Menggunakan Teknologi
Fermentasi Anaerob Fakultatif Dengan Mikroba Nopkor MZ-15, Teknik
Kimia dan Industri,Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Teknologi
kimia dan Industri, Vol.2, No.3, 2013, Halaman:70-75.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2002), Farmakologi UI, Farmakologi
dan Terapi Edisi 4, UI, Jakarta.

Harry G,Brittain., Richard J, Prankerd., (2007). Profiles of Drug Substances,
Excipients and Related Methodology, volume 33: Critical Compilation of
Pka

Values

for

Pharmaceutical

Substances.

Academic

Press. ISBN 012260833X.
Kanisius, AA.,(2002), Budidaya Tanaman Kopi, Kanisius, Yogyakarta.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.00.05.23.3644, (2004),

Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen

Makanan, BPOM, Jakarta. (http://www.pom.go.id/public/hukum _perundangan /pdf/final%20kep_lampiran.pdf)
Khopkar, S.M., (2003), Konsep Dasar Kimia Analitik, 296-311, UI-Press, Jakarta.
Kirrcheimer,S.,(2004), Young Children Don’t Sleep Enough., Available From:
http://www.webmd.com/parenting/baby/news/20040329/youngchildren-dont-sleep-enough [Accessed on March,10th 2014].
Lelyana, Rosa., (2008), Pengaruh Kopi Terhadap Kadar Asam Urat Darah: Studi
Eksperimen Pada Tikus Rattus Norwegicus Galur Wistar, Tesis, Program
Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Liska,K., (2004), Drugs and The Body with Implication for Society, Seventh
Edition, Pearson, New Jersey.
Macomber, Roger. S., 1998, A Complete Introduction to Modern NMR
Spectroscopy, John Willey & Sons, United State of America.
Macrae, R. (1985), Nitrogenous Components, Coffee, Volume I. Elsevier Applied
Science, London and New York.
Majid, Nugraha.T., Nurkholis., (2010), Pembuatan teh Rendah kafein Melalui
Proses Ekstraksi Dengan Pelarut Etil Asetat, Jurusan Teknik Kimia –
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Maramis,Realita.K.,Citraningtyas,G.,Wehantouw,Frenly.,(2013), Analisis Kafein
Dalam Kopi Bubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UVVis, Program Studi Farmasi FMIPA – UNSRAT, Manado.
Misra H, D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Jain, (2008), Study of Extraction
and HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea

(Camellia sinensis) Granules, International Journal of Green Pharmacy :
47-51.
Morton, A., (1984), Flavours, An Introduction, Food Science, USA.
Mutschler, E., (1991), Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Olson, K. R., (2007), Lange Poisoning and Drug Overdose 4th ed, McGraw-Hill
Inc., hal.142-143.
Panggabean,A.S.,Pasaribu,S.P.,Vinanda,N.,Hairani,R., (2011), Metode Optimasi
Kinerja Analitik pada Penentuan Kafein dengan Metode Kromatografi
Cairan Kinerja Tinggi, Universitas Mulawarman, Samarinda. diakses
dari: Jurnal Kimia Mulawarman Volume 8.Nomor 2,Mei 2011.ISSN 1693
– 5616.
Petracco, Marini.J., (2005), Our Everyday Cup of Coffee: The Chemistry Behind Its
Magic, Chemical.Education, 82 (8), page 1161.
Perva-Uzunalic, A., M, Skergbet. Z., Knez, B. Weinreich., F, Otto and S, gruner.,
2006, Extraction of active ingredients from green tea (Camellia sinensis):
Extraction efficiency of major catechins and caffeine, Food Chem, 96: 597
– 605.
Press Release Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, (2001),
Hasil Sampling dan Pengujian Laboratorium Produk Minuman Suplemen
yang

Mengandung

Kafein,

BPOM,

Jakarta.

(http://www.

bpom.go.id/public/press_release/detail.asp?id=3&qs_menuid=7)
Ramalakshmi,K and Raghavan B, (2000), Caffeine in Coffee: It’s Removal. Why
and How? Critical, Reviews in Food Science and Nutrition 39: 441 – 56.
Rejo, Amin., Rahayu, S dan Panggabean, T., (2010), Karakteristik Mutu Biji Kopi
Pada Proses Dekafeinasi, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Risdianty, Louly., (2002), Suhu Dan Waktu Penyeduhan Serta Kandungan Mineral
Dan Asam Lemak Teh Katuk (Sauropus androginus), Skripsi, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ritchie, M., (1996), The Pharmacologycal Basis and Therapeutics. Ninth Edition,
Macmillan Publishing Company, London.
Rohdiana D, Sri Raharjo, dan Murdijati Gardjito. 2005. Evaluasi daya hambat
tablet effervescent Teh Hijau pada oksidasi asam linoleat. Majalah
Farmasi Indonesia, 16 (2), 76-80.
Sari, D.Y., (2003), Teh Celup Pemicu Kanker,diakses dari http://www.kompas.
com/kesehatan/news/0302/12/232807.html pada Sabtu 03 Mei 20014.
Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (Nuclear
Magnetic Resonance,NMR), Liberty, Yogyakarta.
Skoog, D.A., and D,M. West., (1971), Prin-ciples of instrumental analysis, Holt,
Rinehart and Winston, Inc., New York.
SNI 01-2907-2008. (2008), Syarat Mutu Biji kopi, Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bandar Lampung.
SNI 01-3542-2004, (2004), Kopi Bubuk (Coffee Powder), Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
SNI 01-7152-2006, (2006), Biji Kopi (Coffee Bean), Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Suriani., (1997), Analisis Kandungan Kofeina Dalam Kopi Instan Berbagai Merek
yang Beredar di Ujung Pandang, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Syahfitri, Novianti., (2008), Pengaruh Berat dan Waktu Penyeduhan Terhadap
Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, Skripsi, Departemen Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Tim Dosen Farmasi, (2007), Modul Kuliah Spektroskopi. Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Tjay, T.H dan K. Rahardja., (2002), Obat-Obat Penting, Elek Media, Jakarta.
Underwood, A.L, (2002), Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima, Erlangga,
Jakarta.
Weinberg, B and B, Bealer, (2001). The World of Caffeine, Routledge, New York.

Widyotomo, Sukrisno., (2012), Optimizing of Temperature and Concentration of
Solvent For Coffee Decafeination Using Response Surface Methodology,
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.
Williamson, Fieser., (1983), Organic Experiments. Sixth Edition, DC Health and
Company, Canada.
Wulandari,M.G.D.,Regina dan Christine P., (2008), Penetapan Kadar Kafein
dalam Campuran Parasetamol, Salisil Amida dan Kafein secara
Spektrofotometri Derivatif, Universitas sanata Dharma, Yogyakarta.