PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA Perbedaan Karakteristik Ibu Pada Anak Yang Mengalami Anemia Dan Tidak Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta.

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI
ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III KOTA
SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
NIKEN DWI ASTUTI
J 310 111 011

PROGRAM STUDI TRANSFER S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)


PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

THE DIFFERENCE OF MOTHER’S CHARACTERISTICS ON CHILDREN
SUFFERING FROM ANEMIA AND THOSE WHO ARE FREE FROM IT AT SD
NEGERI BANYUANYAR III, SURAKARTA
Niken Dwi Astuti *
Ir.Listyani Hidayati, M.Kes **
Fitriana Mustikaningrum, SGz.,MSc.***
Abstract
The nutrition evaluation held in 2009 showed that 54,7% of elementary school
students in Surakarta suffered from anemia. Data taken from Banyuanyar public
health all students illustrated that have low hemoglobin (Hb) which is 20,7%. The
aims of study is to gate the differences between who mother’s characteristics
(educational background, occupation, income and knowledge about nutrition) on
children suffering anemia and without anemia at SD Negeri Banyuanyar III,
Surak arta. This research is an observational with cross sectional design. The
subjects of research are 265 from mothers student of elementary school grade I,
II, III, IV, V and VI at SD Negeri Banyuanyar III, Surakarta. Data were collected
by interview and questionnaire to figure out the mothers’ knowledge about

nutrition. Mann Whitney, Chi square, and independent t-test was used to
analysed statistic. Result in this research are Statistical analysis shows that there
is no significant differences between educational background of mothers of
children with anemia and without anemia (p=0.654). There is addition is no
significant difference between occupation mothers of children with anemia and
without anemia (p=0.834). There is addition is no significant difference between
income of mothers of children with anemia and without (p=0.944). There is
addition is no significant difference between knowledge about nutrition of mothers
of children with anemia and without anemia (p=0.944). This research conclusion
are Overall, there are no differences between mother’s characteristics consisting
of educational background, occupation, income and knowldge about nutrition on
children with anemia and without anemia at SD Negeri Banyuanyar III, Surakarta.
Keywords: anemia, mother’s characteristics, elementary school students
PENDAHULUAN
oleh seluruh kelompok umur
mulai bayi, balita, anak usia sekolah,
remaja, dewasa, dan usia lanjut
(Notoatmodjo,
2003).
Riset

Kesehatan
Dasar
Kementerian
Kesehatan menunjukkan 40 % anak
Indonesia usia 1-14 tahun menderita
anemia (Riskesdas, 2007).
Penyebab atau faktor-faktor
utama
yang
mempengaruhi
terjadinya
anemia
diantaranya

Anemia merupakan salah satu
masalah gizi yang dapat diderita
adalah kebutuhan zat besi yang
meningkat, rendahnya asupan zat
besi, infeksi dan parasit. Faktorfaktor
lain

yang
dapat
mempengaruhi terjadinya anemia
antara lain faktor pend idikan,
ekonomi, dan status sosial pada
masyarakat merupakan penyebab
dasar terjadinya anemia (Arisman,
2009).

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

Faktor
yang
dapat
mempengaruhi terjadinya anemia
selain dari defisiensi zat besi dan
meningkatnya asupan zat besi juga
dapat dipengaruhi oleh faktor lain
seperti pendidikan ibu. Pendidikan

ibu merupakan salah satu penyebab
terjadinya
anemia,
karena
pendidikan ibu akan berpengaruh
terhadap
perilaku
ibu
dalam
pemilihan
ba han
makanan
(Madanijah, 2004). Semakin tinggi
pendidikan ibu maka semakin positif
sikap ibu dalam pemilihan bahan
makanan yang bergizi sehingga
dapat membuat konsumsi pangan
keluarganya
menjadi
ideal.

Pendidikan ibu merupakan modal
untuk meningkatkan perekonomian
dan
pengetahuan
ibu
dalam
menyusun menu makanan bergizi
sesuai kebutuhan tubuh (Farida,
2006). Hal ini sejalan dengan
penelitian Syukri (2004), yang
mengatakan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara status
anemia anak dengan pendidikan ibu.
Pendidikan
merupakan
suatu
kegiatan atau usaha menyampaikan
pesan, dengan harapan karena
adanya pesan tersebut dapat
memperoleh pengetahuan yang

baik.
Ibu mempunyai peran yang
sangat penting dalam penyediaan
makanan
bagi
keluarganya.
Pendidikan formal ibu yang tinggi
dapat mempengaruhi ibu untuk
mencari pekerjaan, karena ibu yang
bekerja
dapat
menunjang
perekonomian keluarga sehingga
dapat berperan dalam penyediaan
makanan pada keluarganya menjadi
baik sesuai dengan kualitas dan
keanekaragaman makanan yang
dikonsumsi oleh anaknya (Linda,
2003). Hal ini sejalan dengan
penelitian

Izah
(2011),
yang
menyatakan bahwa ada hubungan
pekerjaan ibu terhadap status

anemia defisiensi besi anak sekolah
dasar.
Tahun 2009 hasil pengukuran
status gizi menunjukkan bahwa
54,7% anak SD/MI di Kota Surakarta
menderita anemia (DKK Surakarta,
2009). Menurut data Pu skesmas
Banyuanyar (2012), pengukuran
kadar hemoglobin (Hb) di SD Negeri
Banyuanyar
III
didapatkan
siswa/siswi yang memiliki kadar
hemoglobin (Hb) rendah sebesar

20,7% dari seluruh siswa. Penyebab
atau faktor utama terjadinya anemia
karena
defisiensi
zat
besi,
meningkatnya asupan zat besi dan
infeksi, serta masih banyak faktor
tidak
langsung
yang
dapat
menyebabkan terjadinya anemia
seperti status sosial, ekonomi dan
faktor pendidikan yang terdapat
pada karakteristik ibu (Arisman,
2009).
Penelitian
tentang
karakteristik ibu terhadap kejadian

anemia pada anak belum pernah
diteliti sebelumnya, sehingga peneliti
ingin
mengetahui
perbedaan
karakteristik ibu yang meliputi
pendidikan, pekerjaan, pendapatan
orang tua, dan pegetahuan gizi pada
anak yang mengalami anemia dan
tidak anemia di SD Negeri
Banyuanyar III kota Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian observasional dengan
desain crossectional. Penelitian ini
dilaksanakan
di
SD
Negeri
Banyuanyar

III
Kelurahan
Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari,
Kota Surakarta selama bulan Maret
2012 sampai dengan Juni 2013.
Populasi dari penelitian ini
adalah ibu dari siswa kelas I, II, III,
IV, V, dan VI Sekolah Dasar Negeri
Banyuanyar III sebanyak 265 siswa
dengan sampel sebanyak 47 ibu dari
siswa yang mengalami anemia dan
47 ibu dari siswa yang tidak

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

mengalami anemia yang diambil
menggunakan Stratified Random
Sampling.
Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah
kuesioner
tentang
pengetahuan gizi ibu mengenai
anemia.
Kuesioner
tersebut
mengadopsi
dari
penelitian
Setyaningsih
(2008),
yang
digunakan untuk penelitian di kota
Pekalongan
dengan
meneliti
pengetahuan ibu dalam mencegah
terjdinya anemia gizi besi pada
balita .
Kuesioner
pengetahuan
tersebut diuji validitas dan reliabilitas
yang mendapatkan nilai alpha
cronbach’s sebesar 0.880 jadi 0.880
= 0,6 sehingga pertanyaan yang ada
didalam kuesioner ini reliabel.
Uji statistik untuk menguji
perbedaan
karakteristik
ibu
(pendidikan, pekerjaan, pendapatan
keluarga, dan pengetahuan gizi)
pada anak anemia dan tidak anemia.
Dilakukan
analisis
statistik
menggunakan komputer SPSS versi
17,0 untuk menguji perbedaan. Uji
statistik
untuk
mengetahui
normalitas data menggunakan uji
kolmogorov smirnov.
Hasil
uji
normalitas
menunjukkan bahwa karakteristik ibu
pada anak yang mengalami anemia
dan tidak anemia dilihat dari
pendidikan ibu berdistribusi tidak
normal sehingga menggunakan uji
statistik mann whitney. Karakteristik
ibu yang mengalami anemia dan
tidak anemia dilihat dari pekerjaan
ibu menggunakan uji statistik chi
square. Karakteristik ibu pada anak
yang mengalami anemia dan tidak
anemia dilihat dari pendapatan
orang tua berdistribusi tidak normal
sehingga menggunakan uji statistik
mann whitney. Karakteristik ibu pada
anak yang mengalami anemia dan
tidak
anemia
dilihat
dari
pengetahuan gizi ibu berdistribusi
normal sehingga menggunakan uji
statistik independent t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ibu Berdasarkan
Pendidikan,
Pekerjaan,
Pendapatan Orang Tua dan
Pengetahuan Gizi
Pendidikan ibu sebagian besar
berpendidikan lanjut yaitu sebesar
49 ibu (52.1%), sedangkan ibu yang
berpendidikan dasar sebesar 45 ibu
(47.9%). Pekerjaan ibu sebagian
besar tidak bekerja yaitu sebesar 59
ibu (62.8%), sedangkan ibu yang
bekerja sebesar 35 ibu (37.2%).
Pendapatan orang tua sebagian
besar lebih dari UMR yaitu sebesar
71 orang tua (75.5%), sedangkan
yang dibawah UMR sebesar 23
orang tua (24.5%). Pengetahuan
gizi ibu sebagian tidak baik yaitu
sebesar 58 ibu (61.7%), sedangkan
ibu yang pengetahuan gizinya baik
sebesar 36 ibu (3 8.3%). Karakterisitk
ibu berdasarkan pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, pendapatan orang tua
dan pengetahuan gizi ibu dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Ibu
Karakteristik
Frekuen
%
si
Pendidikan ibu
Dasar
45
47.9
Lanjut
49
52.1
Total
94
100
Pekerjaan ibu
Bekerja
35
37.2
Tidak bekerja
59
62.8
Total
94
100
Pendapatan
keluarga
= UMR
71
75.5
< UMR
23
24.5
Total
94
100
Pengetahuan gizi
ibu
Baik
36
38.3
Tidak baik
58
61.7
Total
94
100

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

Status Anemia Siswa
Anemia dapat terjadi karena
konsumsi zat besi (Fe) kurang dari
kebutuhan tubuh. Zat besi tersebut
merupakan elemen mikro yang
esensial bagi tubuh, yang berguna
untuk membantu pembentukan
darah pada tubuh yang disebut
hemoglobin (Notoatmodjo, 2003).
Tabel 2
Distribusi Status Anemia Anak
Status anemia
Frekuensi
%
Anemia
47
50
Tidak Anemia
47
50
Total
94
100

Berdasarkan Tabel 2 dapat
diketahui
bahwa
anak
yang
mengalami anemia dan tidak anemia
memiliki
jumlah
yang
sama
sebanyak 47 siswa (50%).
Perbedaan
Status
Anemia
Berdasarkan Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu pada anak
yang mengalami anemia dan tidak
anemia memiliki nilai yang samasama tinggi, sedangkan ibu yang
berpendidikan paling rendah dimiliki
pada ibu dari anak yang tidak
mengalami anemia dilihat dari Tabel
3.
Tabel 3
Status Anemia Berdasarkan
Pendidikan Ibu
Status Anemia
Pendidikan
p
Anemia
Tidak
Anemia
Min
6
4
Max
16
16
0.642
Rata-rata
10.13
10.43
SD
2.675
2.756
*Uji mann whitney

Hasil uji statistik menggunakan
uji mann whitney menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan
pendidikan ibu dengan status
anemia (p=0.642). Hal ini tidak
sesuai
dengan
teori
yang
menunjukan
semakin
tinggi

pendidikan ibu maka pemenuhan
makanan pada keluarga dapat
terpenuhi sehingga dapat terhindar
dari penyakit anemia. Pernyataan
tersebut membuktikan masih banyak
faktor-faktor lain yang berperan
untuk terjadinya anemia, walaupun
ibu
sangat
berperan
penting
terhadap status kesehatan anaknya.
Faktor lain tersebut salah
satunya konsumsi makan anak.
Konsumsi makanan berpengaruh
terhadap
terjadinya
anemia
seseorang. Pada
anak
yang
mendapatkan makanan tidak cukup
baik dapat menyebabkan daya tahan
tubuhnya melemah dan mudah
terserang penyakit yang dapat
mempengaruhi terjadinya anemia
pada anak (Waryana, 2010). Pola
makan pada anak sekolah yang
sering menjadi masalah adalah
kebiasaan makan di kantin atau
warung
di
sekitar
sekolah.
Kebiasaan makan tersebut belum
tentu aman dan kesehatan terjamin
(Judarwanto, 2006 ).
Perbedaan
Status
Anemia
Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Siswa
yang
mengalami
anemia memiliki ibu yang bekerja
sebesar
51.4%,
lebih
besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja sebesar 49.2%. Siswa yang
tidak mengalami anemia memiliki ibu
yang bekerja sebesar 48.6%, lebih
sedikit dibandingkan dengan ibu
yang tidak bekerja sebesar 51.8%.
Pekerjaan ibu dilihat dari Tabel 4.
Tabel 4
Status Anemia Berdasarkan
Pekerjaan Ibu
Status Anemia
Anemia
Tidak
Pekerjaan
Anemia
N
%
N
%
Bekerja
18 51.4 17 48.6
Tidak
29 49.2 30 51.8
bekerja

*Uji chi square

Total
N
35
59

p

%
100
100 0.831

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

Hasil analisis menggunakan uji
Chi Square menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan
pekerjaan ibu dengan status anemia
(p=0.831). Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan
bahwa Ibu yang bekerja merupakan
faktor yang mempengaruhi peran
mereka terhadap anaknya, karena
mereka sibuk mencari nafkah
sehingga
tidak
sempat
memperhatikan pola makan dan
makanan yang dikonsumsi oleh
anaknya. Tidak adanya perbedaan
ini dapat disebabkan oleh faktor lain
penyebab terjadinya anemia pada
anak
yaitu
oleh
pola
pengasuhan/pola
perawatan.
Pengasuhan memerlukan sejumlah
kemampuan
interpersonal
dan
mempunyai tuntutan emosional yang
besar, namun kurang dipengaruhi
pendidikan formal. Biasanya para
orang
tua
mengenal
dan
mempelajari pengasuhan/pola asuh
dari orang tua mereka masingmasing,
sehingga
dapat
memungkinkan
terjadinya
perubahan metode pengasuhan
yang diterapkan ayah/ibu kepada
anak-anak mereka (Santrock, 2007).
Pola pengasuhan merupakan
peran ibu yang sangat penting,
karena dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang anak menjadi lebih
baik.
Pola
pengasuhan
ibu
berhubungan langsung dengan
keadaan gizi anak dan usaha ibu
merangsang anak untuk makan dan
turut menentukan volume makan
pada anak (Jus'at, 2000).
Perbedaan
Status
Anemia
Berdasarkan Pendapatan Orang
Tua
Orangn tua yang yang memiliki
pendapatan paling rendah samasama terdapat pada orang tua dari
anak yang mengalami anemia dan
tidak anemia. Orang tua yang
berpendapatan paling tinggi dimiliki
pada orang tua dari anak yang

mengalami anemia . Ini dilihat dari
Tabel 5.
Tabel 5
Status Anemia Berdasarkan
Pendapatan Orang Tua
Pendapatan
Status Anemia
Orang Tua
p
Anemia
Tidak
Anemia
Min
500000
500000
Max
5000000
2500000
Rata-rata
1329787.23 1206382.98 0.948
SD
838843.638 450195.25
*Uji mann whitney

Hasil uji statistik menggunakan
uji mann whitney menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan
pendapatan orang tua dengan status
anemia (p=0.948). Hal ini tidak
sesuai
dengan
teori
yang
menyatakan bahwa pendapatan
keluarga yang meningkat menjadi
peluang
untuk
meningkatkan
pembelian pangan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Tidak adanya perbedaan ini
dapat terjadi oleh faktor lain,
diantaranya anemia dapat terjadi
pada waktu bayi lahir dengan berat
lahir < 2500 gram, selain itu anak
dengan status gizi buruk dan kurang
lebih
dari
sepertiganya
akan
mengalami anemia defisiensi besi.
Faktor
lain
yang
dapat
menyebabkan anemia yaitu gaya
hidup. Gaya hidup pada era
globalisasi yang dicirikan oleh
peserta
perdagangan
industri
pengolahan makanan, jasa, dan
informasi akan mengubah gaya
hidup dan pola konsumsi makan
anak.
Melalui
rekayasa
ilmu
pengetahuan dan teknologi maka
selera terhadap produk teknologi
pangan tidak lagi bersifat lokal,
tetapi menjadi global. Perubahan
makan ini cenderung menjauhi
kondisi
makanan
seimbang
sehingga
berdampak
negatif
terhadap kesehatan dan gizi
(Madanijah, 2004).

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

Perbedaan
Status
Anemia
Berdasarkan Pendapatan Orang
Tua
Pengetahuan gizi ibu yang
mendapatkan nilai paling tinggi
adalah ibu dari anak yang
mengalami anemia. Pengetahuan
gizi ibu yang mendapatkan nilai
rendah adalah ibu dari anak yang
tidak mengalami anemia, dilihat dari
Tabel 6.
Tabel 6
Status Anemia Berdasarkan
Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan
Status Anemia
Gizi
Anemia
Tidak
p
Anemia
Min
63
54
Max
96
92
0.945
Rata-rata
77.47
77.34
SD
8.508
9.3
*Uji independet t-test

Hasil uji statistik menggunakan
uji independent sample t-test
menunjukkan
tidak
adanya
perbedaan
yang
signifikan
pengetahuan gizi dengan status
anemia (p=0.945). Hal ini tidak
sesuai
dengan
teori
yang
menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan dasar bagi pembinaan
kebiasaan makan anak menjadi
lebih baik dari sebelummnya . Tidak
adanya perbedaan ini disebabkan
karena pengetahuan merupakan
penyebab tidak langsung penyebab
anemia pada anak, masih ada faktor
langsung seperti pola konsumsi, dan
penyakit infeksi misalnya seperti
kecacingan pada anak.
Ibrahim (2012) menyatakan
bahwa,
anak
usia
sekolah
merupakan usia dimana anak masih
suka bermain-main. Pada usia ini
anak
sering
lupa
menjaga
kebersihan baik dari kebersihan
lingkungan maupun kebersihan diri
sendiri, misalnya kebersihan tangan
dan kaki. Kejadian kecacingan
sering terjadi pada anak-anak,
karena biasanya anak-anak lupa
memperhatikan
pentingnya

kebersihan, misalnya pada saat
mengkonsumsi makanan anak lupa
mencuci tangan terlebih dahulu.
Mencuci tangan dapat menurunkan
risiko terjadinya kecacingan, dan
sebaliknya apabila tidak mencuci
tangan
dapat
menyebabkan
terjadinya kecacingan karena telur
cacing yang menempel pada tangan
akan masuk ke dalam tubuh
bersamaan dengan makanan yang
dapat
menyebabkan
anak
mengalami kecacingan.
Kecacingan merupakan faktor
yang dapat menyebabkan anemia.
Walaupun anak mengkonsumsi
makanan yang memiliki kandungan
gizi
yang
sudah
me menuhi
kebutuhan akan tetapi anak tersebut
sudah terinfeksi cacing , maka zat
gizi yang dikonsumsi tidak banyak
gunanya
bagi
tubuh
karena
terjadinya
kecacingan
dapat
menyebabkan
gangguan
penyerapan zat gizi ke dalam tubuh
dan zat gizi tersebut terbuang
dengan
percuma.
Mekanisme
terjadinya anemia pada penderita
yang terinfeksi cacing yaitu bahwa
cacing
hidup
dalam
saluran
pencernaan
dan
penyerapan
makanan dalam usus cacing ini
hidup dengan menghisap darah
penderita. Pengisapan darah ini
akan
mengakibatkan
terjadinya
pengurangan sejumlah zat besi
darah yang akan berdampak pada
kejadian anemia (Suhardjo,1995
dalam Ibrahim 2012).
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini
terdapat faktor karakteristik ibu yang
tidak
diteliti,
yang
dapat
mempengaruhi terjadin ya anemia
pada anak. Faktor karakteristik ibu
tersebut antara lain pola asuh ibu,
sikap dan perilaku ibu, serta
kebersihan
lingkungan
rumah.
Selain itu juga terdapat faktor lain
yang
dapat
mempengaruhi
terjadinya anemia pada anak yaitu
faktor tradisi, keadaan lingkungan,

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

penyakit
infeksi
(kecacingan),
menstruasi pada anak perempuan,
BBLR dan pola konsumsi anak yang
tidak diteliti sehingga tidak dapat
mengetahui tingkat konsumsi anak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pendidikan ibu sebagian lanjut
yaitu sebesar 49 ibu (52.1%),
sedangkan ibu yang pendidikan
dasar sebesar 45 ibu (47.9%)
2. Pekerjaan ibu sebagian besar
tidak bekerja yaitu sebesar 59 ibu
(62.8 %), sedangkan ibu yang
bekerja sebesar 35 ibu (37.2%).
3. Pendapatan orang tua sebagian
besar lebih dari sama dengan dari
UMR (Rp 864.000,-)
yaitu
sebesar 71 orang tua (75.5%),
sedangkan pendapatan keluarga
yang kurang dari UMR (Rp
864.000,-) sebesar 23 orang tua
(24.5%)
4. Pengetahuan gizi ibu sebagian
tidak baik yaitu sebesar 58 ibu
(61.7 %), sedangkan ibu yang
pengetahuan
gizinya
baik
sebesar 36 ibu (38.3%).
5. Anak yang mengalami anemia
dan tidak anemia memiliki jumlah
yang sama sebanyak 47 siswa
(50%).
6. Tidak ada perbedaan pendidikan
ibu dengan status anemia pada
anak yang mengalami anemia
dan tidak anemia di Sekolah SD
banyuanyar III Kota Surakarta
(p=0.642)
7. Tidak ada perbedaan pekerjaan
ibu dengan status anemia pada
anak yang mengalami anemia
dan tidak anemia di Sekolah SD
banyuanyar III Kota Surakarta
(p=0.831)
8. Tidak ada perbedaan pendapatan
orang tua dengan status anemia
pada anak yang mengalami
anemia dan tidak anemia di
Sekolah SD banyuanyar III Kota
Surakarta (p=0.948).

9. Tidak
ada
perbedaan
pengetahuan gizi ibu dengan
status anemia pada anak yang
mengalami anemia dan tidak
anemia
di
Sekolah
SD
banyuanyar III Kota Surakarta
(p=0.945).
Saran
Hasil kesimpulan penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan karakteristik ibu terhadap
anak yang mengalami anemia dan
tidak anemia, sehingga perlu
dilakukan penelitian yang lebih lanjut
mengenai faktor-faktor penyebab
terjadinya anemia pada anak, yaitu
mengenai terjadinya anemia dengan
pola konsumsi anak, penyakit infeksi
(kecacingan), menstruasi pada anak
perempuan, BBLR, pola asuh ibu,
sikap dan perilaku ibu, tradisi dan
keadaan lingkungan .
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, MB. 2009. Gizi dalam Daur
Kehidupan . Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Dinas Kesehatan kota Surakarta.
2009. PMT anak sekolah
kota
Surakarta
2010.
Diakses: 17 April 2012,
ditelusuri dalam
http://jatengprov.go.id/?docu
ment_srl=5030 .
Farida,

Ida. 2007. Determinan
Kejadian
Anemia
Pada
Remaja Putri Di Kecamatan
Gebog Kabupaten Kudus
Tahun 2006 . Tesis Program
Studi
Magister
Gizi
Masyarakat
Pascasarjana
UNDIP. Semarang.

Ibrahim, IA. 2012. Ascariasis Dan
Trichuriasis Sebagai Faktor
Penentu Kejadian Anemia
Gizi Besi Anak SD Di

PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI SD
NEGERI BANYUANYAR III KOTA SURAKARTA (Niken Dwi Astuti)

Pemukiman
Makassar.
Makassar.

Kumuh
FIK

Kota
UIN

Izah, SN. 2011. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status
Anemia Defisiensi Besi Anak
Sekolah Kelas V Dan VI Di
MI Negeri 02 Cempaka Putih
Ciputat Timur Tangerang
Selatan .
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Judarwanto, W. 2006. Antisipasi
Perilaku Anak Sekolah. Di
akses: 10 Oktober 2009. http//
www.gizi.net.
Jus’at, I., Abas, B. J., Endang, L.,
Heidi, S.A.P., dan Soekirman.
2000. Penyimpangan Positif
Masalah KEP Di Jakarta Utara
Dan Di Pedesaan Kabupaten
Bogor Jawa Barat. Prosiding
Widyakarya Nasional Pangan
Dan Gizi VII. LIPI.
Linda, Nofa . 2003. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Anemia Gizi Anak Pada Anak
SD/MI Kelas V Dan VI Di 7
Desa Miskin Kabupaten Bogor
Tahun 2002 . FKM UI. Jakarta
Madanijah, S. 2004. Pola Konsumsi
Pangan Pengantar Pangan
dan Gizi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Notoatmodjo , S. 2003. Prinsipprinsip
Dasar
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat.
Rineka Cipta. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
2007. Laporan Provinsi Jawa
Tengah Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia Desember 2008.

Santrock, J. W. 2007. Child
Development.
Eleventh
Edition (Terjemahan : Mila
Rahmawati
dan
Anna
Kuswanti). Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Setyaningsih, S. 2008. Pengaruh
Interaksi, Pengetahuan dan
Sikap terhadap Praktek Ibu
dalam Pencegahan Anemia
Gizi Besi Balita di Kota
Pekalongan. UNDIP diakses
tanggal 19 April 2012.
Syukri, S. 2004. Status Anemia dan
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan Pada Anak SD
Kelas 2 di Kecamatan Batu
Ceper dan Neglasari Kota
Tangerang . Tesis Universitas
Indonesia. Jakarta.
UPT Puskesmas Banyuanyar. 2011.
Pemantauan Status Gizi
Anak
SD.
Banyuanyar.
Surakarta.
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi.
Pustaka Riharna. Yogjakarta.
* Niken Dwi Astuti: Mahasiswa S1
Gizi Transfer FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura.
**Ir. Listyani Hidayati, M.Kes:
Dosen Gizi FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura.
***Fitriana Mustikaningrum, SGz.,
MSc.: Dosen Gizi FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Perbedaan Kebiasaan Makan Pagi Antara Anak Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Banjarsari Kota Surakarta.

0 1 17

PENDAHULUAN Perbedaan Kebiasaan Makan Pagi Antara Anak Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Banjarsari Kota Surakarta.

0 1 6

PERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI Perbedaan Kebiasaan Makan Pagi Antara Anak Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Banjarsari Kota Surakarta.

0 3 8

PENDAHULUAN Perbedaan Pengetahuan Tentang Anemia Dan Prestasi Belajar Antara Anak SD Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 3 5

SKRIPSI PERBEDAAN KARAKTERISTIK IBU PADA ANAK YANG MENGALAMI Perbedaan Karakteristik Ibu Pada Anak Yang Mengalami Anemia Dan Tidak Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta.

0 0 17

PENDAHULUAN Perbedaan Karakteristik Ibu Pada Anak Yang Mengalami Anemia Dan Tidak Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta.

0 2 5

PERBEDAAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III Perbedaan Kesegaran Jasmani Pada Anak Usia Sekolah Yang Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta.

0 1 18

PENDAHULUAN Perbedaan Kesegaran Jasmani Pada Anak Usia Sekolah Yang Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta.

0 1 5

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Kesegaran Jasmani Pada Anak Usia Sekolah Yang Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta.

0 1 4

PERBEDAAN KESEGARAAN JASMANI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SDN BANYUANYAR III Perbedaan Kesegaran Jasmani Pada Anak Usia Sekolah Yang Anemia Dan Non Anemia Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta.

0 1 12