S SOS 1105714 Chapter5

95

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1

Simpulan

5.1.1. Simpulan Umum
Masyarakat di jalan Stasiun Barat RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk,
Kecamatan Andir, Kota Bandung menyadari bahwa praktek prostitusi yang ada di
lingkungannya merupakan salah satu bentuk dari perilaku menyimpang. Sikap
yang diperlihatkan masyarakat jalan Stasiun Barat RW 02 terhadap keberadaan
praktek prostitusi adalah diam, cenderung serba membolehkan dan tidak peduli.
Hal tersebut terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal tentunya. Faktor
internal yang menyebabkan masyarakat permisif adalah bertahan pada zona
nyaman yang membiarkan sikap acuh hingga kontrol sosial yang lemah,
minimnya pendidikan mengenai hukum, serta adanya hubungan saling
menguntungkan antara PSK dan masyarakat. Sementara faktor eksternal yang
menyebabkan masyarakat permisif adalah tidak ada upaya pemberantasan yang
serius dari pemerintah dan kepolisian, adanya hubungan saling menguntungkan

antara PSK dan pihak kepolisian, serta ketidak percayaan masyarakat terhadap
kebijakan maupun aparat keamanan yang bertugas.
Keberadaan praktek prostitusi yang terus berlangsung hingga saat ini
memiliki dampak bagi masyarakat. Terlebih dampak tersebut didorong pula oleh
sikap permisif masyarakat yang membiarkan praktek prostitusi di lingkungannya
berlangsung. Dampak negatif yang dirasakan dari adanya praktek prostitusi dan
didorong sikap permisif masyarakat adalah image atau citra jalan Stasiun Barat
menjadi buruk, stereotipe negatif kepada masyarakat yang digeneralisasikan
seperti PSK (Pekerja Seks Komersial) maupun germo, psikologi anak terganggu,
terimbas dosa dari perzinahan secara agama. Selain dampak negatif tersebut,
terdapat pula dampak positif atau yang menguntungkan bagi masyarakat tertentu.
Dampak positif tersebut dirasakan dalam hal adanya keuntungan karena mendapat
penghasilan dari hasil membuka kios, biaya sewa kontrakan, upah ojeg bagi
sebagian yang berprofesi sebagai ojeg pelacur, dan biaya perizinan kepada pihak
keamanan.
Delilah Nurzaidah, 2015
PERMISIVISME MASYARAKAT TERHADAP PRAKTEK PROSTITUSI (Studi Kasus pada Masyarakat
jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu


96

Berdasarkan dampak yang dirasakan oleh adanya praktek prostitusi dan
sikap permisif masyarakat, dalam penelitian ini diungkap pula mengenai upaya
yang dilakukan masyarakat. Upaya untuk menanggulangi sikap permisif
masyarakat terhadap praktek prostitusi di jalan Stasiun Barat RW 02 dari pihak
masyarakat umum adalah memilih pada sikap awal untuk diam (bersikap
permisif), serta menyerahkan kasus penanggulangan prostitusi ke pihak yang lebih
berwajib seperti PT. KAI, Pemerintah Daerah Kota Bandung, dan aparat
Kepolisian. Serta terdapat pula upaya yang akan diberlangsungkan dari pihak RW
yakni dengan memberlakukan aturan pengecekan buku nikah bagi pendatang yang
menginap di lingkungan RW 02 sebagai jaminan atau izin.

5.1.2. Simpulan Khusus
Berdasarkan simpulan umum diatas, maka dapat diambil simpulan khusus
sebagai berikut:
1.

Seorang yang permisif akan mengambil sikap diam,


serba

membolehkan, dan tidak mempedulikan keadaan di lingkungan
sekitarnya sekalipun itu menyimpang.
2.

Sikap permisif terhadap praktek prostitusi berlangsung sehubungan
dengan melemahnya kontrol sosial dari para agen pengendali sosial,
simbiosis

mutualisme

antar

pelaku

permisif

dengan


pelaku

penyimpangan, serta minimnya pengetahuan masyarakat terhadap
hukum.
3.

Ketika sikap permisif terhadap praktek prostitusi terus dipertahankan,
maka image dan stereotipe buruk terhadap daerah serta masyarakatnya
akan menjadi dampak negatif yang dirasakan.

4.

Pembuatan aturan khusus yang terfokus pada upaya mengatasi praktek
prostitusi serta adanya pembenahan kontrol sosial pada agen-agen
pengendali sosial dapat dijadikan upaya dalam menanggulangi sikap
permisif.

Delilah Nurzaidah, 2015
PERMISIVISME MASYARAKAT TERHADAP PRAKTEK PROSTITUSI (Studi Kasus pada Masyarakat
jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

97

5.2. Implikasi
Sehubungan dengan faktor terjadinya sikap permisif masyarakat terhadap praktek
prostitusi di lingkungannya, maka implikasi yang mestinya dilakukan adalah
dengan adanya perubahan pada sistem pendidikan dan pembenahan kontrol sosial
bagi para pengendali sosial. Pendidikan yang dimaksud tentunya pada pendidikan
hukum, dimana masyarakat seharusnya memiliki pengetahuan terhadap hukum.
Hal tersebut ditujukan guna masyarakat mengetahui bahwa dalam kehidupan
terdapat aturan dan adanya hukuman bagi setiap yang melanggar aturan tersebut.
Masyarakat menjadikan aturan hukum sebagai dasar berperilaku khususnya dalam
menangani kasus praktek prostitusi. Masyrakat mestinya melakukan penolakan
terhadap praktek prostitusi yang aturannya tertulis secara jelas pada Peraturan
Daerah maupun Undang-undang KUHP mengenai pelanggaran praktek prostitusi.
Selain itu, bagi seluruh masyarakat sekaligus pihak-pihak yang memiliki
wewenang dalam menangani kasus praktek prostitusi, mesti melakukan evaluasi
pada tugas dan fungsinya di masyarakat. Dapat menjadi agen pengendali sosial
yang baik, demi terciptanya ketertiban bermasyarakat. Melakukan pembenahan

terhadap aturan dan kinerja dari peranan pihak-pihak berwenang serta masyarakat
terkait. Adanya upaya pemberantasan yang dilakukan secara bersama-sama agar
tujuan yang ingin dicapai dengan mudah dicapai. Berjalan beriringan dan saling
mengendalikan disaat terjadinya suatu penyimpangan.

5.3. Rekomendasi
Praktek prostitusi sebagai bentuk penyimpangan sosial yang terjadi di
masyarakat, mestinya mendapat penanganan yang serius. Upaya penanggulangan
tersebut mesti dilakukan oleh agen-agen pengendali sosial seperti dalam hal ini
adalah pemerintah, aparat keamanan atau kepolisian, tokoh masyarakat, maupun
seluruh masyarakat yang berada di sekeliling praktek prostitusi tersebut. Adanya
keselarasan dalam mewujudkan tujuan bermasyarakat yang sebagaimana diatur
dalam Peraturan Daerah Kota Bandung nomer 3 tahun 2005 tentang Ketertiban,
Kebersihan, dan Keindahan kota. Masyarakat dalam hal ini mestinya mampu
menciptakan kondisi yang taat kepada peraturan. Tidak hanya bagi pelaku
prostitusi, namun bagi masyarakat yang memiliki peran besar dalam menentukan
Delilah Nurzaidah, 2015
PERMISIVISME MASYARAKAT TERHADAP PRAKTEK PROSTITUSI (Studi Kasus pada Masyarakat
jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu


98

keberlangsungan praktek prostitusi di lingkungan itu sendiri. Melakukan peran
dan fungsi sebagai agen pengendali sosial bagi lingkungan tempat tinggalnya.
Guna tidak ada kontrol sosial yang melemah. Menjadikan hukum, agama, maupun
adat kebiasaan sebagai dasar terciptanya ketertiban dan menumbuhkan kepedulian
dalam bermasyarakat. Masyarakat mestinya mampu mengendalikan diri untuk
tidak bersifat permisif terhadap praktek prostitusi yang ada di lingkungannya.
Mampu berenantas suatu perilaku yang menyimpang karena tidak sesuai dengan
aturan hukum, agama maupun kebiasaan. Karena bagaimanapun, sikap
masyarakat terutama warga merupakan bagian dari penunjang keberlangsungan
praktek prostitusi selama ini. Mesti adanya pengendalian yang terfokus pada
pelaku maupun pemelihara dengan dasar pendidikan, agama, dan hukum.
Selain itu, pihak terkait yang berpengaruh terhadap keberlangsungan
praktek prostitusi lain seperti aparat pemerintah dan keamanan, dalam hal ini
mesti melakukan evaluasi terhadap kinerja dan penegakan hukum yang setegaktegaknya, merealisasikan setiap aturan yang diberlakukan secara maksimal tanpa
adanya pengecualian, guna dapat dijadikan panutan bagi masyarakat umum
lainnya.


Delilah Nurzaidah, 2015
PERMISIVISME MASYARAKAT TERHADAP PRAKTEK PROSTITUSI (Studi Kasus pada Masyarakat
jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu