S SOS 1105714 Chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Desain Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian ini peneliti akan meneliti masalah sikap permisif masyarakat terhadap perilaku menyimpang berupa praktik prostitusi, khususnya di Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh gambaran yang alamiah sesuai dengan kondisi dan keadaan yang ada pada objek dan lokasi penelitian. Sebagaimana yang diutarakan Sugiyono (2014, hlm. 14) “metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); ...” Penelitian kualitatif pun dilakukan pada objek yang alamiah pula, sebagaimana dijelaskan kembali Sugiyono (2014, hlm. 15) “objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika objek tersebut.” Dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti dapat melihat serta terlibat langsung dalam mengetahui latar belakang masyarakat bersifat permisif terhadap praktik prostitusi di lingkungannya. Mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi di Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir dengan alami tanpa adanya setting sebelumnya. Selain itu, pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami fenomena sosial mengenai sikap permisif masyarakat yang muncul karena gaya hidup modern melalui gambaran yang menyeluruh. Sehingga peneliti dapat memperoleh hasil mengenai sikap permisif masyarakat dari runtutan proses yang di dalamnya melibatkan peneliti untuk berinteraksi langsung dengan subjek serta stakeholder.

Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dianggap dapat memberikan kesempatan yang lebih untuk peneliti melakukan interaksi dan memahami lebih dalam mengenai masalah sosial tersebut. Memahami makna yang terdapat dalam masalah sosial atau masalah individu, sebagaimana penelitian kualitatif menurut Creswell (2012, hlm. 256) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah alat untuk memaparkan dan memahami makna yang berasal dari individu dan kelompok mengenai masalah sosial atau masalah individu. Proses penelitian melibatkan pertanyaan dan prosedur


(2)

yang sudah muncul, yakni dengan mengumpulkan data menurut setting partisipan; menganalisis data secara induktif, mengolah data dari yang spesifik menjadi tema umum, dan membuat penafsiran mengenai makna dibalik data. Report yang berhasil ditulis memiliki struktur penelitian yang fleksibel.

Berdasarkan metodologi penelitian kualitatif Moleong (2007, hlm.6) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sifat kualitatif yang ada dalam penelitian ini mengharuskan peneliti menjadi instrumen utamanya untuk terjun langsung ke lapangan dalam rangka mencari data atau informasi melalui observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menggunakan pendekatan hubungan akrab antar manusia. Hal ini berarti selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak mengadakan hubungan dengan orang-orang di tempat penelitian.

Peneliti dapat memaknai bahwa penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran dan mengambil makna dari suatu fenomena, masalah sosial, dan kondisi yang dialami oleh subjek penelitian baik individu maupun kelompok, dengan melibatkan peneliti sebagai instrumen penelitian, menggunakan berbagai metode yang alamiah serta hasilnya dituangkan dalam bentuk deskripsi. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasari dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu permisivisme masyarakat jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir terhadap praktik prostitusi memerlukan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan konseptual yang nantinya dapat di deskripsikan secara sistematis terhadap masalah yang sedang dikaji oleh peneliti, karena masalah tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung alamiah dan kondisi di masa sekarang tidak dapat diukur dengan perhitungan statistik, tetapi jauh dari itu setiap perilaku manusia tentunya memiliki makna dan faktor yang melatarbelakanginya. Selain itu asumsi yang menjadi landasan dalam kualitatif sebagaimana yang


(3)

dikatakan Merriam (Creswell, 1994, hlm. 145) pun menjadi alasan bagi peneliti. Asumsi-asumsi tersebut ialah sebagai berikut:

a. Penelitian kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses dari pada hasil atau produk;

b. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, yaitu bagaimana orang berusaha memahami kehidupan, pengalaman, dan struktur lingkungan mereka; c. Peneliti kualitatif merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan

analisis data. Data diperoleh melalui instrumen manusia daripada melalui inventarisasi (inventories), kuisioner, ataupun melalui mesin;

d. Penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan fieldwork. Artinya, peneliti secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar (setting), tempat, atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya; e. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada

proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar-gambar;

f. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dalam arti peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori.

Penelitian kualitatif pun memiliki karakteristik, seperti yang dijelasakan Bogdan dan Biklen (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 21) sebagai berikut:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekannkan pada angka. 3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk

atau outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.

Asumsi dan karakteristik penelitian kualitatif mengenai ketertarikan pada makna, peneliti sebagai instrumen penelitian, dilakukan pada kondisi alamiah, serta keterlibatan penulis secara langsung dalam memperoleh jawaban atas masalah yang peneliti angkat menjadikan peneliti semakin tertarik dalam menggunakan pendekatan kualitatif, dan di dukung oleh penuangan hasil penelitian yang dituangkan dalam bentuk deskriptif. Oleh karena itu, semakin menguatkan peneliti untuk menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian mengenai permisivisme masyarakat terhadap praktik prostitusi. Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh suatu data yang valid (sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan) berupa kata-kata dan gambar tentang suatu fenomena sosial di Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung, yang kemudian hasilnya dianalisis


(4)

sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan, selanjutnya dideskripsikan berupa kata-kata tertulis sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus. Hal tersebut dikarenakan, metode studi kasus merupakan metode yang meneliti suatu kasus yang terjadi serta akan memperoleh gambaran kasus secara detail. Kasus yang diangkat dalam penelitian ini mengenai sikap permisif masyarakat terhadap praktik prostitusi di jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir.

Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai pemisivisme masyarakat terhadap praktik prostitusi ini peneliti menggunakan metode studi kasus karena hal tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan di tempat lain. Selain itu, peneliti ingin memperoleh gambaran yang detail mengenai permisivisme masyarakat terhadap praktik prostitusi. Baik itu pandangan masyarakat terhadap keberadaan praktik prostitusi, faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat cenderung permisif, serta dampak yang terjadi karena sikap permisif masyarakat bagi praktik prostitusi maupun masyarakat sendiri.

Hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai keadaan masyarakat yang permisif terhadap keberadaan praktik prostitusi di lingkungannya, nantinya dituangkan dalam bentuk deskripsi yakni tertulis sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Menurut Lincoln dan Guba (1985, hlm. 201) penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memliki beberapa keuntungan, yaitu:

a. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti. b. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan

apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden.

d. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.

Berdasarkan uraian keuntungan yang dikemukakan tersebut, sudah barang tentu membuat peneliti semakin yakin untuk menggunakan studi kasus dalam melakukan penelitian di lapangan. Guna dapat memahami secara mendalam mengenai kasus yang ada di lapangan secara alamiah. Pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus cocok diterapkan dalam penelitian ini. Sebab peneliti ingin memahami secara mendalam mengenai sikap permisif masyarakat sebagai


(5)

suatu fenomena sosial. Banyak makna yang terkandung di dalam suatu fenomena sosial yang tidak bisa dipahami hanya dengan menghitung data secara statistik. Oleh karena itu peneliti harus terlibat langsung dalam mendengarkan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh subjek/informan penelitian secara intensif. Dengan demikian, peneliti akan dapat menemukan makna-makna dibalik sikap permisif masyarakat terhadap keberadaan praktik prostitusi di Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir. Yang kemudian peneliti analisis sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan, kemudian digambarkan berupa uraian deskriptif sesuai dengan kenyataan di lapangan secara merinci.

3.2. Informan, Sampel, dan Lokasi 3.2.1.Informan (Nara Sumber)

Amirin (2009), mengemukakan bahwa informan penelitian adalah “seseorang yang memiliki informasi mengenai objek yang sedang diteliti, dan dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut”. Di dalam penelitian ini terdapat dua jenis informan, yaitu informan kunci dan informan pendukung. Pihak yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu masyarakat Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung, yang diambil berdasarkan batas lokasi jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir. Informan ini, selain sebagai nara sumber, juga sebagai subjek penelitian. Masyarakat jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir tersebut cenderung tampak permisif dengan adanya praktik prostitusi di depan tempat tinggalnya. Kemudian pihak yang menjadi informan pendukung dalam penelitian ini yaitu pelaku prostitusi, masyarakat temporer dan tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh di lingkungannya. Informan pendukung ini adalah pihak yang sehari-harinya berinteraksi dengan subjek penelitian. Peneliti menetapkan mereka sebagai informan pendukung dengan alasan, peneliti ingin mengetahui pandangan-pandangan informan pendukung untuk memperoleh informasi lebih dalam yang peneliti butuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.


(6)

3.2.2.Sampel

Sampel dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling adalah teknik pengambilan data dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. “pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan…” (Sugiyono, 2014, hlm. 300). Dengan menggunakan teknik purposive sampling akan membatasi peneliti dalam memilih sample penelitian. Artinya, subjek penelitian relatif sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm. 53-54) bahwa:

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu itu misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.

Hal ini sepaham dengan yang dikemukakan oleh Lincoln & Guba (1985, hlm. 200) bahwa:

...pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan yang dikenali dari rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel secara berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.

Adapun teknik pengambilan subjek dengan teknik snowball sampling dilakukan karena informasi tidak cukup dari satu sumber saja, nantinya informan akan menunjuk sumber-sumber lain yang dapat memberikan informasi begitu pun seterusnya hingga informasi berada pada titik jenuh. Sesuai yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm. 54) yang menyatakan bahwa:

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.

Banyaknya subjek dalam penelitian ini ditentukan oleh adanya pertimbangan perolehan informasi. Penentuan subjek dianggap memadai apabila telah sampai pada titik jenuh yaitu data atau informasi yang diperoleh memiliki kesamaan


(7)

setelah dilakukan penelitian terhadap beberapa informan yang berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996, hlm. 32-33) bahwa, “untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.”

Berdasakan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Maka peneliti menetapkan 5 orang dari setiap perwakilan keluarga, 3 orang dari tokoh masyarakat yang termasuk dalam masyarakat Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir sebagai inforoman kunci. Dua orang dari masyarakat berjualan di sekitar jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir, dua orang pengguna jalan, ditetapkan sebagai informan pendukung.

3.2.3. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai permisivisme masyarakat terhadap praktik prostitusi ini dilakukan di jalan Stasiun Barat RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Dengan alasan, keberadaan praktik prostitusi yang berada di jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir tersebut tidak seperti tempat praktik prostitusi pada umumnya yang memang khusus di peruntukan atau dilokalisasi bagi Pekerja Seks Komersial (PSK) seperti di Dolly, Saritem, dan lain-lain. Keberadaan praktik prostitusi di jalan Stasiun barat RW 02 Kecamatan Andir tersebut justru berada di tengah-tengah permukiman warga, rumah sakit, stasiun, mall, rumah makan, dan lain-lain yang mengundang tanya bagi peneliti mengapa para warganya tampak permisif dengan keberadaan praktik prostitusi yang kini terus berlangsung. Sementara hal itu jelas bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 3 Tahun 2005.

3.3. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri yang menjadi instrumen atau alat penelitian. Menurut Sugiyono (2005, hlm. 59) menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian atau alat


(8)

penelitian adalah peneliti itu sendiri.” Dengan kata lain, peneliti sebagai alat utama yang dipergunakan untuk memperolah data dalam penelitian ini. Peneliti selain sebagai perencana juga pelaku atau yang mengeksekusi semua tindakan yang sudah direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh data yang akurat. Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 306) mengungkapkan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mencapai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepenjang penelitian itu.

Ada bebrapa ciri umum manusia sebagai instrument penelitian menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 307) yang peneliti sarikan sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat berekasi terhadap stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakana atau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interkasi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil keesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat.

7. Dengan manusia sebagai intrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahakan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti. Dari penjelasan di atas maka disimpulkan bahwa yang menjadi instrument penelitian atau alat pengumpul data adalah peneliti sendiri, setelah memperoleh fokus penelitian yang jelas, maka akan kembali ke instrumen penelitian sebagai


(9)

pelengkap data. Dengan demikian, peneliti harus mampu berkomunikasi secara baik dengan informan atau subjek penelitian dalam situasi apapun, guna mendapatkan data yang dibutuhkan secara mendalam untuk menjawab permasalahan penelitian.

3.4. Teknik Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan dan mengolah data. Dengan teknik pengumpulan data yang benar, maka peneliti akan mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Adapaun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi dan studi litelatur. Saat melakukan penelitian, peneliti nantinya akan dibantu oleh beberapa pedoman seperti pedoman wawancara dan pedoman observasi yang sebelumnya telah dibuat.

Menurut Sugiyono (2009, hlm.317) observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian. Dengan observasi, kita dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang sulit diperoleh dengan metode lainnya. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta mengenai keberadaan sikap permisif masyarakat terhadap keberadaan praktik prostitusi.

Adanya observasi pasrtisipatif akan membantu peneliti dalam memperoleh makna akan suatu masalah sosial yang terjadi. Creswell (2009, hlm.267) menyebut observasi partisipatif dengan sebutan observasi kualitatif, yaitu “observasi yang didalamnya peneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi penelitian”. Dengan demikian, peneliti akan ikut terlibat dalam kegiatan orang yang sedang diamati sebagai

sumber data penelitian. Peneliti dalam hal ini mesti merekam,

mendokumentasikan, atau mencatat baik dengan cara terstrukur atau pun tidak tentang segala aktifitas-aktifitas di lokasi penelitian yang berhubungan dengan


(10)

masalah penelitian. “Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang tampak” (Sugiyono, 2014, hlm. 308). Memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian terutama dalam memperoleh jawaban atas masalah yang di angkat.

Observasi yang dilakukan peneliti disini yaitu dengan datang langsung ke lokasi penelitian di jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung untuk mengamati perilaku masyarakat setempat dalam memandang dan menyikapi keberadaan praktik prostitusi di sekitar lingkungannya, menjadi bagian dari warga masyarakat setempat agar mempermudah peneliti memperoleh data. Melakukan observasi kepada masyarakat yang bertempat tinggal di jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung, tokoh masyarakat yang berpengaruh seperti pemuka agama, masyarakat yang kerap kali datang ke jalan Stasiun Barat (pengguna jasa praktik prostitusi), dan pelaku prostitusi untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi masyarakat menjadi permisif terhadap praktik prostitusi, dampak yang dihasilkan dari sikap permisif masyarakat terhadap masyarakat maupun praktik prostitusi, serta menanyakan upaya yang dilakukan masyarakat dalam menangani sikap permisif terhadap praktik prostitusi di lingkungannya. Demi mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti melakukan interaksi yang intensif dan menjalin silaturahmi berkelanjutan dengan masyarakat setempat dari jauh-jauh hari.

Selain itu peneliti pun mesti melakukan wawancara, menurut Bungin (2008, hlm. 108) wawancara adalah:

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Pedoman wawancara dan pedoman observasi bertujuan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Selain itu pedoman wawancara dan observasi dibuat untuk membantu dan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Karena terkadang saat peneliti berada di lokasi penelitian khususnya sedang melaksanakan wawancara, sering mengalami kesulitan dalam melontarkan


(11)

pertanyaan yang sistematis. Akan tetapi, setelah proses wawancara berlangsung peneliti akan menyesuaikan sendiri dan pertanyaan-pertanyaan yang diutarakanpun merupakan hasil pengembangan dari pedoman yang sudah dibuat.

Seperti yang dijelaskan oleh Lincoln & Guba (1985, hlm. 39) bahwa “peneliti berperan sebagai instrument (human instrument) yang utama” yang secara penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang dimasukinya. Human Instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian.

Peneliti akan melakukan wawancara mendalam mengenai pandangan dan sikap masyarakat terhadap praktik prostitusi beserta faktor, dampak dan upaya yang dilakukan untuk menanggulangi sikap permisif kepada masyarakat jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung, pelaku prostitusi, tokoh masyarakat yang berpengaruh, serta masyarakat yang datang ke jalan Stasiun Barat (pengguna jasa praktik prostitusi).

Agar memudahkan peneliti dalam memaknai kejadian yang ada di lapangan, peneliti pun di mudahkan dengan adanya bantuan studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik berupa buku, jurnal, maupun pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah yang di angkat dari berbagai media masa. Guna memperoleh data yang empiris dan relevan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti. Dengan menggunakan studi litelatur, peneliti dapat mempelajari informasi-informasi sebagai reverensi dalam mengembangkan hasil penelitian tentang sikap permisif masyarakat terhadap praktik prostitusi.

Agar lebih memudahkan peneliti dalam mencari data, maka peneliti menggunakan teknik berupa catatan (field note), peneliti akan membuat catatan singkat pengamatan tentang segala peristiwa yang dilihat, dirasakan dan didengar selama penelitian berlangsung sebelum dituangkan kembali ke dalam catatan yang lebih lengkap. Sebagaimana yang dikatakan Bogdan dan Biklen (Moleong, 2010, hlm. 299) field note adalah „catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,


(12)

dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan reduksi terhadap data dalam penelitian kualitatif‟. Peneliti akan mempersiapkan buku catatan untuk mencatat setiap kejadian dan peristiwa dalam memperoleh data di lapangan.

Selain itu untuk memperoleh data yang akurat, peneliti pun menggunakan studi dokumentasi yang merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (1998, hlm.236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.” Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi referensi bagi peneliti selain wawancara dan observasi. Seperti yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang sedang diangkat mengenai sikap permisif maupun praktiktik protistusi.

Penggunaan studi dokumentasi, studi litelatur, wawancara mendalam dan observasi partisipatif membuat peneliti menjadi penentu utama bagaimana penelitian dapat berlangsung. Memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dan memperoleh data yang akurat untuk di deskripsikan.

3.5. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, hal utama yang dilihat dari hasil data penelitian adalah valid. “valid merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti” (Sugiyono, 2014, hlm. 363). Artinya data hasil penelitian dianggap valid jika data temuan peneliti (sebagai instrument penelitian) di lapanagn sesuai dengan laporan penelitian. Menurut Gibbs (Creswell, 2012, hlm. 285) bahwa:

„validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu, sementara reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang berbeda.‟

Untuk melakukan validitas terhadap data yang diperoleh dari informan, maka peneliti melakukan cara-cara sebagai berikut:


(13)

Perpanjangan pengamatan artinya peneliti turun kembali kelapangan untuk melakukan observasi dan wawancara kembali dengan sumber data yang pernah ditemui. Dengan menggunakan perpanjangan pengamatan ini diharapkan hubungan peneliti dengan informan akan semakin dekat dan informan pun akan semakin terbuka, adanya rasa saling percaya antara peneliti dengan narasumber, ada hubungan yang baik di dalamnya. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi data yang disembunyikan informan. Bungin (2007, hlm. 262) mengungkapkan pendapatnya dengan perpanjangan ini “ peneliti dapat melakukan cek ulang setiap informasi yang didapatnya, sehingga kesalahan mendapat informasi, informan berdusta, bahkan kesanjangan informan untuk menipu akan dapat dihindari…” memperoleh data yang memang sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya, tanpa ada setting atau rekayasa.

2. Meningkatkan Ketekunan

Mingkatkan ketekunan berarti peneliti melakukan kembali pengamatan secara lebih cermat, teliti, dan terorganisi. Dengan Meningkatkan ketekunan, peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang terinci mengenai hasil pengamatan. “meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek pengerjaan soal-soal ujian, atau meneliti kembali tulisan dalam makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak” (Sugiyono, 2014, hlm. 368).

3. Triangulasi

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid maka peneliti akan melakukan triangulasi sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara maka peneliti akan menguji data tersebut dengan mengobservasi dan mendokumentasikan data di lapangan. Bila dengan teknik tersebut menghasilkan data yang sama berarti data valid. kemudian jika menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang dianggap benar.


(14)

Diskusi ini dilakuakan dengan teman yang memahami masalah penelitian. dengan demikian, peneliti akan mendapatkan informasi yang berarti. Cara ini akan dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil ahir untuk didiskusikan secara analisis. “diskusi secara analitis bertujuan untuk menyingkapkan kebenaran hasil penelitian serta mencari kekeliruan interpretasi dengan klarifikasi penafsiran dari pihak lain” (Bungin, 2010, hlm. 266).

5. Menggunakan Bahan Referensi

Menggunakan bahan referensi artinya adalah, adanya data pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Agar meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti akan merekam hasil wawancara dengan tidak mengganggu perhatian informan, kemudian peneliti juga akan mendokumentasikan foto-foto hasil wawancara dan temuan peneliti di lapangan. “alat-alat bantu perekam data seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti” (Sugiyono, 2014, hlm. 375).

6. Member Chek

Member chek adalah proses mengecek data yang didapatkan dari sumber data atau informan. Sugiyono (2014, hlm. 375) mengungkapkan:

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data, berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka perlu dilakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Demikian dapat dimaknai bahwa tujuan dari member chek adalah agar informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Salah satu hal yang paling penting dalam penelitian adalah mealukan member chek kepada informan di akhir wawancara. Ini dilakukan dengan cara menyebutkan garis besar hasil wawancara kepada informan dengan tujuan agar informan dapat memperbaiki jika terdapat kesalahan atau menambahkan data yang dianggap masih kurang.


(15)

Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah teknik analisa data model interaktif. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 337) mengungkapkan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.

Dalam penelitia ini, setelah pengumpulan data, akan dilakukan analisa dengan menggunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi). 1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti, dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk memperoleh pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2014, hlm. 337) bahwa:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan

gambaran yang jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses analisis atas hasil yang diperoleh, menggolongkan atau mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian berdasarkan aspek-aspek permasalahan. Agar dapat dipahami oleh peneliti dalam mengelola hasil penelitian, peneliti perlu menyaring atau memfilter hasil penelitian yang dianggap penting dan yang tidak.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data (data display) adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya. Sugiyono (2014, hlm. 341) mengungkapkan bahwa “dalam penelitian kualitatif,


(16)

penyajian data bisa digunakan dalam bentuk urain singkat, bagan, hubungan antara katagori, dan sejenisnya”.

Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan disajikan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Data yang diperoleh disaring dan dipilih lalu disajikan. Hasil yang dituangkan atau disajikan sesuai dengan rumusan masalah yang dipertanyakan serta disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari adanya penelitian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan(Verification)

Setelah penyajian, data maka tahap ketiga adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan upaya peneliti untuk mencari arti atau memaknai data-data yang telah di analisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Demikian prosedur analsis data yang akan dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatu penelitian yaitu data yang valid, kredibel, dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(1)

pertanyaan yang sistematis. Akan tetapi, setelah proses wawancara berlangsung peneliti akan menyesuaikan sendiri dan pertanyaan-pertanyaan yang diutarakanpun merupakan hasil pengembangan dari pedoman yang sudah dibuat.

Seperti yang dijelaskan oleh Lincoln & Guba (1985, hlm. 39) bahwa

“peneliti berperan sebagai instrument (human instrument) yang utama” yang

secara penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang dimasukinya. Human Instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian.

Peneliti akan melakukan wawancara mendalam mengenai pandangan dan sikap masyarakat terhadap praktik prostitusi beserta faktor, dampak dan upaya yang dilakukan untuk menanggulangi sikap permisif kepada masyarakat jalan Stasiun Barat RW 02 Kecamatan Andir Kota Bandung, pelaku prostitusi, tokoh masyarakat yang berpengaruh, serta masyarakat yang datang ke jalan Stasiun Barat (pengguna jasa praktik prostitusi).

Agar memudahkan peneliti dalam memaknai kejadian yang ada di lapangan, peneliti pun di mudahkan dengan adanya bantuan studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai literatur baik berupa buku, jurnal, maupun pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah yang di angkat dari berbagai media masa. Guna memperoleh data yang empiris dan relevan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti. Dengan menggunakan studi litelatur, peneliti dapat mempelajari informasi-informasi sebagai reverensi dalam mengembangkan hasil penelitian tentang sikap permisif masyarakat terhadap praktik prostitusi.

Agar lebih memudahkan peneliti dalam mencari data, maka peneliti menggunakan teknik berupa catatan (field note), peneliti akan membuat catatan singkat pengamatan tentang segala peristiwa yang dilihat, dirasakan dan didengar selama penelitian berlangsung sebelum dituangkan kembali ke dalam catatan yang lebih lengkap. Sebagaimana yang dikatakan Bogdan dan Biklen (Moleong, 2010, hlm. 299) field note adalah „catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,


(2)

dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan reduksi terhadap data dalam penelitian kualitatif‟. Peneliti akan mempersiapkan buku catatan untuk mencatat setiap kejadian dan peristiwa dalam memperoleh data di lapangan.

Selain itu untuk memperoleh data yang akurat, peneliti pun menggunakan studi dokumentasi yang merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (1998, hlm.236) mengatakan

bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai

hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.” Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi referensi bagi peneliti selain wawancara dan observasi. Seperti yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang sedang diangkat mengenai sikap permisif maupun praktiktik protistusi.

Penggunaan studi dokumentasi, studi litelatur, wawancara mendalam dan observasi partisipatif membuat peneliti menjadi penentu utama bagaimana penelitian dapat berlangsung. Memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dan memperoleh data yang akurat untuk di deskripsikan.

3.5. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, hal utama yang dilihat dari hasil data penelitian

adalah valid. “valid merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti” (Sugiyono,

2014, hlm. 363). Artinya data hasil penelitian dianggap valid jika data temuan peneliti (sebagai instrument penelitian) di lapanagn sesuai dengan laporan penelitian. Menurut Gibbs (Creswell, 2012, hlm. 285) bahwa:

„validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu, sementara reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang berbeda.‟

Untuk melakukan validitas terhadap data yang diperoleh dari informan, maka peneliti melakukan cara-cara sebagai berikut:


(3)

Perpanjangan pengamatan artinya peneliti turun kembali kelapangan untuk melakukan observasi dan wawancara kembali dengan sumber data yang pernah ditemui. Dengan menggunakan perpanjangan pengamatan ini diharapkan hubungan peneliti dengan informan akan semakin dekat dan informan pun akan semakin terbuka, adanya rasa saling percaya antara peneliti dengan narasumber, ada hubungan yang baik di dalamnya. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi data yang disembunyikan informan. Bungin (2007, hlm. 262)

mengungkapkan pendapatnya dengan perpanjangan ini “ peneliti dapat melakukan cek ulang setiap informasi yang didapatnya, sehingga kesalahan mendapat informasi, informan berdusta, bahkan kesanjangan informan untuk menipu akan

dapat dihindari…” memperoleh data yang memang sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya, tanpa ada setting atau rekayasa.

2. Meningkatkan Ketekunan

Mingkatkan ketekunan berarti peneliti melakukan kembali pengamatan secara lebih cermat, teliti, dan terorganisi. Dengan Meningkatkan ketekunan, peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang terinci mengenai hasil pengamatan. “meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek pengerjaan soal-soal ujian, atau meneliti kembali tulisan dalam makalah yang telah dikerjakan, ada

yang salah atau tidak” (Sugiyono, 2014, hlm. 368). 3. Triangulasi

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid maka peneliti akan melakukan triangulasi sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara maka peneliti akan menguji data tersebut dengan mengobservasi dan mendokumentasikan data di lapangan. Bila dengan teknik tersebut menghasilkan data yang sama berarti data valid. kemudian jika menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang dianggap benar.


(4)

Diskusi ini dilakuakan dengan teman yang memahami masalah penelitian. dengan demikian, peneliti akan mendapatkan informasi yang berarti. Cara ini akan dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil ahir untuk didiskusikan

secara analisis. “diskusi secara analitis bertujuan untuk menyingkapkan kebenaran hasil penelitian serta mencari kekeliruan interpretasi dengan klarifikasi penafsiran

dari pihak lain” (Bungin, 2010, hlm. 266). 5. Menggunakan Bahan Referensi

Menggunakan bahan referensi artinya adalah, adanya data pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Agar meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti akan merekam hasil wawancara dengan tidak mengganggu perhatian informan, kemudian peneliti juga akan mendokumentasikan foto-foto hasil wawancara dan temuan peneliti di lapangan.

“alat-alat bantu perekam data seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat

diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti”

(Sugiyono, 2014, hlm. 375).

6. Member Chek

Member chek adalah proses mengecek data yang didapatkan dari sumber data atau informan. Sugiyono (2014, hlm. 375) mengungkapkan:

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data, berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka perlu dilakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Demikian dapat dimaknai bahwa tujuan dari member chek adalah agar informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Salah satu hal yang paling penting dalam penelitian adalah mealukan member chek kepada informan di akhir wawancara. Ini dilakukan dengan cara menyebutkan garis besar hasil wawancara kepada informan dengan tujuan agar informan dapat memperbaiki jika terdapat kesalahan atau menambahkan data yang dianggap masih kurang.


(5)

Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah teknik analisa data model interaktif. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 337)

mengungkapkan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh”.

Dalam penelitia ini, setelah pengumpulan data, akan dilakukan analisa dengan menggunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti, dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk memperoleh pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2014, hlm. 337) bahwa:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses analisis atas hasil yang diperoleh, menggolongkan atau mengklasifikasikan hasil-hasil penelitian berdasarkan aspek-aspek permasalahan. Agar dapat dipahami oleh peneliti dalam mengelola hasil penelitian, peneliti perlu menyaring atau memfilter hasil penelitian yang dianggap penting dan yang tidak.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data (data display) adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya. Sugiyono (2014, hlm. 341) mengungkapkan bahwa “dalam penelitian kualitatif,


(6)

penyajian data bisa digunakan dalam bentuk urain singkat, bagan, hubungan antara katagori, dan sejenisnya”.

Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan disajikan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Data yang diperoleh disaring dan dipilih lalu disajikan. Hasil yang dituangkan atau disajikan sesuai dengan rumusan masalah yang dipertanyakan serta disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari adanya penelitian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan(Verification)

Setelah penyajian, data maka tahap ketiga adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan upaya peneliti untuk mencari arti atau memaknai data-data yang telah di analisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Demikian prosedur analsis data yang akan dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatu penelitian yaitu data yang valid, kredibel, dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.