Memahami Identitas Kelompok Street Punk Melalui Fashion - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

MEMAHAMI IDENTITAS SUBKULTUR STREET PUNK
MELALUI FASHION

TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Strata II (S2) Magister Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Ilmu Komunikasi Strategis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Oleh:

DOMINIKUS ISAK PETRUS BEREK
NIM. 14030112410002

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO (UNDIP)
SEMARANG
2015

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS


Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan orang lain untuk memperoleh gelar tertentu di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka. Apabila di kemudian hari, terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi atau hukuman apapun sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Semarang, 28 Mei 2015

Yang Menyatakan

Dominikus Isak Petrus Berek
NIM. 14030112410002

HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Pasca Sarjana
Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
(UNDIP) Semarang pada Hari Kamis, 28 Mei 2015.
PENULIS

Nama

: Dominikus Isak Petrus Berek

NIM

: 14030112410002

Konsentrasi

: Komunikasi Strategis

Judul Tesis

: Memahami Identitas Subkultur Street Punk Melalui Fashion

DEWAN PENGUJI

Dr. Dwi Purbaningrum


(________________)
Ketua Sidang

Dr. Adi Nugroho

(________________)
Penguji

NIP. 196510171993111003

PEMBIMBING

Dr. Turnomo Rahardjo
NIP. 196010301987031001

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada Hari Kamis, 28 Mei 2015 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat dan ketentuan untuk disahkan sebagai persyaratan
penyelesaikan Pendidikan Strata II (S2) dengan gelar Magister Ilmu Komunikasi (M.I.Kom)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.
PENULIS
Nama
NIM
Konsentrasi
Judul

: Dominikus Isak Petrus Berek
: 14030112410002
: Komunikasi Strategis
: Memahami Identitas Subkultur Street Punk Melalui Fashion

DEWAN PENGUJI

Dr. Dwi Purbaningrum

(________________)
Ketua Sidang

Dr. Adi Nugroho


(________________)
Penguji

NIP. 196510171993111003

Dr. Turnomo Rahardjo

(________________)
Pembimbing

NIP. 196010301987031001

KETUA PROGRAM STUDI

Dr. Turnomo Rahardjo
NIP. 196010301987031001

MOTTO


Manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara.
Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil
penelitian

tersebut

secara

rasional

(sains).

Kedua,

mengatur

lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).

(Pavel Semenov)


ulang

PERSEMBAHAN

Ketulusan hati dan arahan ibu menghadirkan doa untukku,
petuah bapak menjadi tuntunan yang memberkahi jalanku. Setiap
bait doa yang kalian panjatkan kepada-Nya, telah merangkul
diriku menuju hari depan yang lebih cerah.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan dengan penuh kerendahan
hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Tuhan, kupersembahkan
karya ilmiah ini untuk yang termulia, kedua orang tuaku tercinta
(Miguel Suarez & Olguita Isaac).

KATA PENGANTAR
Meneliti tentang fashion, bagaikan berpapasan langsung dengan sesuatu yang sangat
erat dengan diri kita, fashion memang sudah menjadi bagian penting bagi penampilan
keseharian setiap orang. Lebih lanjut, sebagai kajian budaya dan komunikasi, fashion
sesungguhnya berucap banyak hal tentang identitas pemakainya. Orang sering membuat
kesimpulan tentang siapa dia sebagian juga lewat apa yang dia pakai. Apakah kesimpulan
tersebut akurat atau tidak, tak ayal ia akan mempengaruhi pemikiran orang terhadap

pemakainya. Demikian pula sebagai bentuk komunikasi, fashion menyampaikan pesan
artifaktual yang bersifat nonverbal.
Pentingnya fashion dalam proses komunikasi telah mendapatkan sorotan dari pelbagai
penulis, studi tentang fashion pun sudah banyak dilakukan dengan pelbagai perspektif, ada
yang menyoroti peran dan makna fashion dalam tindakan sosial. Misal, Nordholt (1997:1)
yang berasumsi bahwa pentingnya pakaian dalam konteks sosial menjadi jelas jika kita
mencoba membayangkan bagaimana sebuah jalan atau rumah akan terlihat bila orang-orang
di dalamnya tanpa busana, mereka akan kehilangan penampilan akrab mereka dan akibatnya
identitas mereka. Dengan kata lain, fashion bisa dimetaforakan sebagai “kulit sosial dan
budaya” (our social and cultural skin).
Sementara Wilson (1985:3) memandang fashion sebagai “perpanjangan tubuh” (an
extension of the body), walau bukan sungguh-sungguh bagiannya yang tidak hanya
menghubungkan tubuh dengan dunia sosial, tetapi juga memisahkan keduanya. Dalam karya
The Silent Language, Edward T. Hall (1990:57) juga menyinggung soal fashion sebagai
perpanjangan tubuh atau tepatnya bagian tertentu tubuh, meski pandangannya sedikit
instrumentalistik.
Malcolm Barnard yang juga adalah seorang dosen senior dalam bidang reproduksi
budaya, filsafat dan budaya visual di Universitas Derby. dimana dalam salah karyanya yang
berjudul ‘Fashion as Communication’ Barnard memberikan pernyataan bahwa,
“fashion adalah fenomena kultural, dalam artian fashion merupakan cara yang di

gunakan suatu kelompok atau individu untuk mengonstruksi dan mengkomunikasikan
identitasnya dan orang cenderung membuat penilaian berdasarkan atas apa yang
dipakai oleh orang lain”.
(Malcolm Barnard,1996:86)

Lebih lanjut, Barnard menambahkan bahwa fashion juga dapat disajikan sebagai
rangkaian sesuatu yang baru, akibatnya dengan gaya yang mengejutkan menjadi umum dan
dimungkinkan untuk dapat diterima. Sistem yang dianggap berlawanan, segera menguatkan
kembali dan bahkan bisa menjadi sebuah kejutan dengan memandang fashion Punk yang kini
dapat kita dijumpai dimana saja.
Fashion Punk mungkin bisa dipahami sebagai satu fenomena ideologis yang lebih
eksplisit, ini mungkin bisa dilihat dari kalung rantai, tas gombrang dan berbagai unsur-unsur
fashion Punk yang extreme dengan rancangan yang vulgar yang didokumentasikan oleh
Hebdige (1979:107) sebagai satu serangan ideologis terhadap nilai-nilai estetika kelas
dominan. Bila bukan serangan ideologis terhadap kelas dominan, apa mungkin rantai dan tas
gombrang dipakai oleh kelas dominan sebagai fashion, seperti kita ketahui bahwa kelas
dominan lebih cenderung mengenakan dekorasi dan perhiasan sebagai fashion.
Pakaian dan rancangan yang vulgar bagi kelas dominan guna mendefenisikan
serangkaian tampang Punk, menjadi jelas untuk melihat Punk sebagai kebalikan dari nilainilai estetika yang ada pada kelas dominan. Kendati demikian, dalam proses stagnasi budaya
Punk yang secara redefinisi juga dipahami sebagai gerakan counterculture telah mengalami

satu bentuk kamuflase nilai dan makna di dalam orientasinya melalaui fashion. Terdapat
kontradiksi

ketika counterculture ini

mengartikulasikan

perlawanannya

dalam

berpenampilan, ide tentang perlawanan terhadap tatanan atau sistem sosial dominan
(modernitas kapitalistik) menempuh cara yang sejalan dengan sistem itu sendiri. Punk
sebagai counterculture menjadi semakin conform dengan zamannya dan tidak lagi menjadi
ancaman terhadap sistem kapitalisme, justru sebaliknya mereka cenderung adalah oposisi
biner atas sistem itu sendiri.
Inilah yang menarik untuk diteliti, apakah karena pengaruh sistem kapitalisme atau
watak individu dalam kelompok yang bersifat pluralis dan prakmatis, ataukah suatu
kesadaran lain yang terjadi jauh di atas kesadaran individu dan kelompok. Hal tersebut hanya
dapat dijawab dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam, beserta data-data yang

akan dikumpulkan. Tipe-tipe identitas yang diamati dalam kehidupan sehari-hari dan untuk
suatu pernyataan tertentu mungkin bisa disangkal oleh orang biasa dengan akal sehat,
kemudian oleh peneliti dalam konteks penelitian ini tipe-tipe identitas itu bisa diamati dan di
verifikasi dalam pengalaman subyek secara ilmiah (scientifical).

Akhir kata, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan
judul “MEMAHAMI IDENTITAS SUBKULTUR STREET PUNK MELALUI FASHION”
Penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak. Untuk itu, penulis dengan segala kerendahan
hati dan tanpa menguramgi rasa hormat ingin mengucapkan limpah terimakasih kepada pihakpihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Semarang, 28 Mei 2015
Penulis

Dominikus Isak Petrus Berek

DAFTAR ISI
Halaman Judul (sampul luar.....………………………….………...……..………. i
Halaman Judul (sampul dalam).…..………………………………………..……. ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis…………....……………..………………… iii
Halaman Persetujuan……………………………………....……………………. iv
Halaman Pengesahan...………………………………………..…………………. v
Halaman Motto...………………………………………...……..…….…………. vi
Halaman Persembahan...………………………………………….…………….. vii
Halaman Kata Pengantar ...………………………………………………....…. viii
Halaman Daftar Isi....….………………………………………………………… xi
Halaman Daftar gambar…...………….………………………………............... xiv
Halaman Daftar Lampiran.…....………………………………………………... xv
Halaman Abstraksi...……………………………………………….…………... xvi
Halaman Abstrac………………………………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah …...…………………………………………...……1
1.2. Perumusan Masalah ....…….………………………………..……………... 12
1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………………....... 13
1.4. Kegunaan Penelitian………………………………………………….….... 14
1.4.1. Kegunaan Akademis…………………………………………………...… 14
1.4.2. Kegunaan Praktis……………………………………………..…………... 15
1.4.3. Kegunaan Sosial………………………………………………………….. 15
1.5. Kerangka Pemikiran Teoritis…………………………………………..…... 16
1.5.1. Penelitian Terdahulu (state of the art)……………………………………. 16
1.5.2. Benang Merah Penelitian…………………………………………………. 20
1.5.3. Paradigma Penelitian…………………………………………………...… 22
1.5.4. Dasar Pemikiran Teoritis …………...………………………………….… 22
1.5.4.1. Fashion..………………………………………..………………………24
1.5.4.2. Komodifikasi Eksistensi….…………………………………………… 24
1.5.4.3. Street Punk Sebagai Subkultur…………………...……….……………27
1.5.4.4. Fenomenologi Transendental …………………………….…………… 28
1.5.4.5. Identifikasi Identitas ……………………………………..…………..... 30
1.5.4.5.1. Representasi Pemikiran (Orientasi Pemikiran) ………….………....... 31
1.5.4.5.2. Motivasi Orientasi Pergerakan…………………………...…………. 32
1.5.4.5.3. Orientasi Perasaan ………………………...………………………… 33
1.5.5. Landasan Teoritis ……………………………………..…………………. 34
1.5.5.1. Fenomenologi (Edmund Husserl, 1859-1938) ……………….…...…...34
1.5.5.2. Fashion as Communication (Malcolm Barnard,1996) ……...……..…. 36
1.5.5.3. Identitas Budaya (Alo Liliweri,2002) ………………………….………37
1.6. Operasionalisasi Konsep…..……………………………………………….. 39
1.7. Metoda Penelitian ……….……………………………………………….... 44
1.7.1. Desain Penelitian ……….………………………………….............…… 44

1.7.2. Situs Penelitian ……….……………………………………...…………. 45
1.7.3. Subyek Penelitian …………………………………………...………..… 45
1.7.4. Teknik Penentuan Partisipan (Informan)……………………………….. 46
1.7.5. Jenis Data……………………………….…………………..………....... 48
1.7.6. Sumber Data……………………………………..………................…… 48
1.7.6.1. Data Primer …………………………………………………………… 48
1.7.6.2. Data Sekunder ………………………………………………………... 48
1.7.7. Teknik Pengumpulan Data….…...…………………….……………...… 48
1.7.7.1. Studi Pustaka.……………...….………………….…….………...…… 48
1.7.7.2. Studi Lapangan.……………….……………...…………………..…… 49
1.7.7.2.1. Pengamatan (observation)…...………………...….………………..... 49
1.7.7.2.2. Wawancara Mendalam (indepth interview)…...…………………….. 49
1.7.7.2.3. Dokumentasi.………………………….……………………………...51
1.7.7.2.4. Internet...……………………….……………… …………….……. 51
1.7.8. Analisis dan Interprestasi Data.……...………………………………...…52
1.7.8.1. Listing and Preliminary Grouping.………………………….……...….52
1.7.8.2. Reduction and Elimination.………………………………………….…52
1.7.8.3. Clustering and Thematizing the Invariant Constituents.……………… 52
1.7.8.4. Final Identification of the Invariant Constituen.……………………… 53
1.7.8.5. Individual Textural Description.…………………………………….… 54
1.7.8.6. Individual Structural Description.…………………………….………. 54
1.7.8.7. Textural-Structural Description.………………………………….…… 54
1.7.9. Kualitas Data (goodness criteria).…..………………….……………..… 54
BAB II DESKRIPSI SUBYEK/OBYEK PENELITIAN
2.1. Sejarah Subkultur Punk .………………………………………………...…. 57
2.1.1. Komunitas Street Punk .………………………………………................. 58
2.1.2. Fashion Street Punk ...………………………………………………….... 59
BAB III TEMUAN PENELITIAN
3.1. Deskripsi Tekstural Individu (Individual Textural Description).….….…… 69
3.1.1.Representasi Pemikiran Pelaku/Aktor Street Punk Melalui
…………………………………………………………………...……… 69
3.1.1.1. Partisipan I..……………………………………………...…………….. 69
3.1.1.2. Partisipan II.………….…………………………………….…………... 70
3.1.1.3. Partisipan III....…………………………………………………………. 72
3.1.2.Motivasi Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui
……………………………………………………………….………….... 73
3.1.2.1. Partisipan I ………………………………………………..………….... 73
3.1.2.2. Partisipan II …………………………………………………….….….. 74
3.1.2.3. Partisipan III ……………………………………………...…….……... 76
3.1.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion...….……...77
3.1.3.1. Partisipan I ...…………………………………………….………...…....77
3.1.3.2. Partisipan II ……………………………………………………………. 77

Fashion

Fashion

3.1.3.3. Partisipan III …………………………………………………………….78
3.2. Deskripsi Struktural Individu (Individual Structural Description) …...…… 78
3.2.1. Representasi Pemikiran Pelaku/Aktor Street Punk Melalui
…………...……………………………………….…………….………… 79
3.2.1.1. Partisipan I ………………………………………..………………...… 79
3.2.1.2. Partisipan II ………………………………...……………………...….. 79
3.2.1.3. Partisipan III …………………………………………………………... 80
3.2.2. Motivasi Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui
…………………………………………………………………….....…… 80
3.2.2.1. Partisipan I……..……………………………………………...……….. 81
3.2.2.2. Partisipan II.……………………………………………………..……... 81
3.2.2.3. Partisipan III …………………………………………………………... 82
3.2.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion ……….... 83
3.2.3.1. Partisipan I ……………………………………………………….….… 83
3.2.3.2. Partisipan II ………………………………………………………….… 84
3.2.3.3. Partisipan III …………………………………………………………... 84
3.3. Deskripsi Tekstural-Struktural (Textural-Structural Description) ………... 85
3.3.1.Representasi Pemikiran Pelaku Aktor Street Punk Melalui
……………………………….……………………………………………...…... 85
3.3.1.1. Sintesis Makna ……………………………………………………...…. 85
3.3.2. Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Malalui
…..………………………………………………………………………….…… 85
3.3.2.1. Sintesis Makna ………………………………………………...………. 86
3.3.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Malalui Fashion.……….... 86
3.3.3.1. Sintesis Makna ……………………………………………………...…. 87
BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
4.1. Representasi Pemikiran Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion ……... 88
4.1.1. Komodifikasi (Commodification) …………………………………..…… 88
4.1.2. Eksistensi (Existence) ………………………………………….………… 92
4.2. Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Malalui Fashion …………94
4.2.1. Gaya Berpenampilan (Stylish) …………………………………………… 94
4.2.2. Tampil Beda (Different) ………………………………………………..... 95
4.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Malalui Fashion …………... 97
4.3.1. Kesenangan (Pleasure) : Emosional (Emotional) ……………………….. 97
4.4. Identifikasi Identitas Melalui Sintesis Makna …………………………..… 98
4.4.1. Konformitas : Internalisasi ………………………………………………. 99
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan …………...………………………………………………….. 102
5.1.1. Rinkasan …………..……….……………………………….…………... 102
5.1.2. Hasil ……………..………………………………………........................ 104
5.1.2.1. Representasi Pemikiran Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion 104

Fashion

Fashion

Fashion

Fashion

5.1.2.2. Orientasi Pergerakan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion …..106
5.1.2.3. Orientasi Perasaan Pelaku/Aktor Street Punk Melalui Fashion …..… 107
5.1.3. Implikasi …………………………………………....………………..…. 108
5.1.3.1. Teoritis ……………..………………………………………………... 109
5.1.3.2. Praktis …………...…………………………………….………...….. 110
5.1.3.3. Sosial ……….……………………………………………………….. 111
5.2. Saran …………………………………………...…................................... 112
5.2.1. Bagi Komunitas Street Punk ………………………………………….…112
5.2.2. Bagi Masyarakat ………...…………………………………………….... 113
5.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya …………………………………………….. 114
LAMPIRAN
1. Panduan Observasi (observation guide)
2. Panduan Wawancara (interview guide)
a. Panduan Pertanyaan Wawancara
b. Panduan Komunikasi
c. Format Pertanyaan
3. Transkrip Wawancara (verbatim)
a. Partisipan I
b. Partisipan II
c. Partisipan III
4. Hasil Observasi (observation result)
5. Analisis Data
a. Deskripsi Tekstural Individual
b. Deskripsi Struktural Individual
c. Komposit Deskripsi Tekstural-Struktural Individual
6. Dokumentasi
7. Bukti Riset
a. Surat Permohonan Menjadi Partisipan (informan)
b. Surat Persetujuan Menjadi Partisipan (informan)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Pemahaman Dasar (metaphysics) inquiri paradigma.………..…… 23
Gambar 1.2. Kerangka Pemikiran Teoritis...……………….………………...… 24
Gambar 1.3. Kerangka Konseptual.…………………….………………………. 40
Gambar 2.1. Sepatu Boot Street Punk.………………………………………..… 61
Gambar 2.2. Pakaian Street Punk.……………………...……………………..… 62
Gambar 2.3. Aksesoris dan Rajah (body tattoo).……………...……………...… 63
Gambar 2.4. Rambut Mohawk....……………………………………………….. 65
Gambar 4.1. Identitas Subkultur Street Puk Semarang.……...…...……….……. 99

ABSTRAK
Nama : Dominikus Isak Petrus Berek
NIM : 14030112410002
Judul : Memahami Identitas Kelompok Street Punk Melalui Fashion
Di tengah perang isu negatif tentang periodisasi keberadaan budaya Punk di Semarang,
banyak sekali ditemukan simpul-simpul diskursus yang bermain di dalamnya. Subkultur
Punk saat ini tidak hanya dihadapkan pada kuasa kultur dominan yang tak henti-henti
mencoba untuk melemahkan mereka dengan berbagai konvensi (norma maupun pasar) yang
telah digariskan oleh masyarakat kontemporer, akan tetapi subkultur Punk dalam dirinya
sendiri juga mengalami pelemahan dan fragmentasi. Struktur ini diimprovisasi sebagai
tanggapan afektasi atas tujuan tertentu (hidden goal) terhadap suatu claim image sebagai
identitas yang mewakili orientasinya melalui fashion.
Tujuan utama yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah peneliti berupaya
memahami identitas kelompok Street Punk Semarang melalui fashion. Dalam penelitian
komunikasi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini, peneliti menggunakan paradigma
interpretif (constructivis) dengan didasarkan pada kajian fenomenologi klasik (classical
phenomenology) yang juga dikenal dengan istilah fenomenologi transendental
(transcendental phenomenology) dicetuskan oleh Edmun Husserl (1859-1938). Metode yang
dipakai adalah metode kualitatif dengan tipe desain deskriptif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang meliputi, studi pustaka dan studi lapangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa minimnya pemahaman memberikan dampak
yang besar dalam proses representatif, pada kasus ini ada pelbagai macam hal yang mereka
(Street Punk) selaku the role models of fashion Punk sendiri bahkan tidak tau atau benarbenar memahami dengan jelas apa yang ada dalam pikiran mereka saat mereka mengenakan
fashion. Akibatnya, fashion sebagai simbol identitas subkultur ini pun mengalami degradasi
nilai dari nilai guna menjadi hanya sebagai nilai tanda. Nilai tanda inipun senantiasa
menempatkan makna fashion Street Punk dalam orientasinya sebagai bentuk komoditas dan
eksistensi. Pertama, sebagai bentuk komoditas fashion pada situasi ini oleh Street Punk
sebagai subbkultur yang berorientasi pada counterculture telah bertransformasa dari simbol
identitas budaya yang awalnya terbebas dari hal-hal yang sifatnya diperdagangkan tereduksi
sebagai hal yang sifatnya komersil. Kedua, sebagai bentuk eksistensi fashion pada kondisi ini
dijadikan acuan pembuktian diri bahwa praktik yang diakukan dapat menghasilkan klaim
image sebagai identitas yang mewakilinya. Struktur ini diimprovisasikan atau dibuat-buat
sebagai tanggapan afektasi (affectation) semata terhadap konsepsi ‘tampil beda’ dan ‘stylish’
yang terakomodir sedemikian rupa hanya demi kepuasan emosional (perasaan senang).
Dengan demikian, terdapat kontradiksi ketika Street Punk mengartikulasikan
perlawanannya melalui fashion. Ide tentang perlawanan terhadap tatanan atau sistem sosial
dominan (modernitas kapitalistik) menempuh cara yang sejalan dengan sistem itu
sendiri. Street Punk sebagai subkultur menjadi semakin conform dengan zamannya dan tidak
lagi menjadi ancaman terhadap sistem dominan, justru mereka adalah bagian dari sistem itu
sendiri. Hasil terpenting dari rekonstruksi inipun cenderung menempatkan struktur identitas
komunitas Street Punk sebagai ‘konformitas: internalisasi’. Kesimpulan ini dilakukan dengan
menimbang bahwa, dalam sebuah proses pembentukan identitas dapat diperoleh melalui
internalisasi yang membentuk konformitas. Sehingga, proses internalisasi ini dapat berfungsi
untuk menyamakan identitas yang dimiliki oleh komunitas Street Punk dengan masyarakat
dominan. Dengan kata lain, internalisasi ini dapat membuat identitas yang dimiliki oleh
subkultur Street Punk berasimilasi kedalam kultur dominan.

Kata Kunci: Subkultur, Fashion, Identitas.

ABSTRACT
Name : Dominikus Isak Petrus Berek
ID
: 14030112410002
Title : Understanding Identity Through group Street Punk Fashion
In the midst of war negative issues about periodization existence Punk culture in
Semarang, many once discovered nodes discourse play in it. Punk subculture today are not
only faced with the power of the dominant culture is endlessly trying to weaken them with
various conventions (norms or market) that have been outlined by contemporary society, but
Punk subculture in itself is also experiencing weakness and fragmentation. This structure
affectation improvised response on a specific purpose (hidden goal) against a claim of
identity that represents the image as orientation through fashion.
The main objectives to be answered through this research is researcher seeks to
understand the identity of the group Street Punk Semarang through fashion. In qualitative
communication research with phenomenological approach, the researchers used an
interpretive paradigm (constructivis) to be based on the study of classical phenomenology
which is also known as transcendental phenomenology coined by Edmund Husserl (18591938). The method used is qualitative method with descriptive design types using data
collection techniques include, library research and field study.
Results from this study showed that the lack of understanding of a large impact in the
representative process, in this case there are various kinds of things that they (Street Punk) as
the role models of fashion Punk themselves do not even know or truly understand clearly
what is in their minds when they wore fashion. As a result, fashion subculture as a symbol of
identity is also degraded the value of the value to be just as the value of the sign. Even this
mark value always put fashion Street Punk meaning in its orientation as a form of commodity
and existence. First, as a form of fashion commodities in this situation by Street Punk as
subbkultur oriented counterculture has bertransformasa of symbols of cultural identity which
was originally free from the things that are traded reduced as a matter of commercial nature.
Secondly, as a form of existence of fashion in this condition as reference proving themselves
that transactions are carried out practices that can lead to claims image as a representative
identity. This structure of improvised or made-up in response affectation solely to the
conception of 'different' and 'stylish' in such a way that accommodated just for the satisfaction
of emotional (feelings of pleasure).
Thus, there is a contradiction when Street Punk articulate resistance through fashion.
The idea of resistance to the dominant order or social system (capitalist modernity) take a
way that is consistent with the system itself. Street Punk as a subculture becomes increasingly
conform with his time and no longer a threat to the dominant system, instead they are part of
the system itself. The most important result of reconstruction even this tends to put the
community's identity structure Street Punk as 'conformity:internalisation'. This conclusion
was made by considering that, in a process of identity formation can be obtained through the
internalisation of the form of conformity. Thus, this internalization process can serve to
equalize the identity of the community Street Punk with the dominant society. In other words,

this internalization can make the identity of the subculture Street Punk assimilated into the
dominant culture.
Keywords: Subculture, Fashion, Identity.