20061207 Putusan MK UU 27 2004

RI N GKASAN PUTUSAN M AH KAM AH KON STI TUSI N OM OR 0 0 6 / PUUI V/ 2 0 0 6 TEN TAN G UN D AN G- UN D AN G N OM OR 2 7 TAH UN 2 0 0 4
TEN TAN G KOM I SI KEBEN ARAN DAN REKON SI LI ASI
TAN GGAL 7 D ESEM BER 2 0 0 6

1. Mat er i m uatan ayat, Pasal dan/ at au bagian yang diuj ikan :
Pasal 1 ayat ( 9) ,Pasal 27, dan Pasal 44 Undang- Undang Nom or 27 Tahun
2004 t ent ang Kom isi Kebenar an dan Rekonsiliasi.
2. Am ar put usan :
a . M e n ga bu lk a n Pe rm ohona n pa r a Pe m ohon ;
b. M e nya t a k an Un dan g- Un da n g Re pu blik I n don e sia N om or 2 7
Ta h u n

2004

be r t en t an ga n

Ten t an g
den ga n

Kom isi


Ke be na r a n

Un da n g- Un da n g

dan

Re kon silia si

D a sa r

Re pu blik

I n done sia Ta h un 1 9 4 5 .
c.

M e nya t a k an Un dan g- Un da n g Re pu blik I n don e sia N om or 2 7
Ta h u n 2 0 0 4 t e n t a n g Kom isi Ke ben a ran da n Re kon silia si t ida k
m em pu n ya i k ek u a t a n h u ku m m e n gik a t .

d. M em e rin t a h ka n pe m ua t an pu t u sa n ini da lam Be r it a N e ga ra

Re pu blik I n done sia se ba ga im an a m e st in ya .
3. Per t im bangan Mahkam ah Konst it usi:
a.

Menim bang bahw a sebelum m em asuki
secar a

m endasar

m enent ukan

keput usan

kebij akan

subst ansi per kar a, m aka

pem buat

r ekonsiliasi


undang- undang

sebagai

sat u

yang

penyelesaian

t er hadap pelanggaran HAM berat yang t er j adi sebelum UU Pengadilan
HAM, bukan hanya sebagai keput usan polit ik m elainkan sebagai
sebuah m ekanism e hukum yang dit uangkan dalam sat u UU KKR. Hal
t er sebut m enyebabkan penilaian t er hadapnya dilakukan t er utam a
adalah dar i pr insip- pr insip hukum dan konst it usi, yang m em uat
falsafah dan pandangan hidup bangsa yang m er upakan r uh at au
spir it UUD 1945. Di sam ping it u, diadopsinya Bab XA sebagai bagian
dar i UUD 1945 dengan per ubahan kedua UUD 1945 pada t ahun 2000,
yang


m engandung

j am inan

dan

per lindungan

HAM,

j uga

www.djpp.depkumham.go.id

m enyebabkan uj i konst it usionalit as UU KKR t er sebut akan didasar kan
pada j am inan dan per lindungan HAM yang dianut UUD 1945, dengan
m ana akan diper t im bangkan konsist ensinya

dengan j am inan dan


per lindungan HAM yang m enj adi bagian UUD 1945 t er sebut .
b.

Menim bang bahwa

sebagai sat u bangsa yang m enyat akan falsafah

dan pandangan hidup berbangsa dan ber negar a didasar kan pada
Pancasila

sebagai

cit a- hukum

( r echt sidee)

dan

cit a- negar a


( st aat sidee) , m aka ket er bukaan pikir an dan hat i unt uk m elihat nya
har uslah dalam kepent ingan Negar a Kesat uan Republik I ndonesia
yang

lebih

luas,

dengan

m aksud

unt uk

m enelusur i

k em bali

pelanggar an HAM yang ber at t er sebut unt uk m engungkap kebenaran,

m enegakkan keadilan dan m em bent uk budaya m enghargai hak asasi
m anusia

sehingga dapat

diw uj udkan

r ekonsiliasi dan

per sat uan

nasional. Hal dem ikian har us dilakukan dengan pendekat an yang
t epat , dengan lebih
obj ekt if

dahulu m em aham i konflik yang t er j adi secar a

m eskipun har us m enem puh kem ungkinan r isiko yang t idak

kecil, agar dapat dicapai sat u keadaan yang am an dan dam ai yang

m em ungkinkan dilaksanakan pem bangunan ekonom i, sosial, dan
polit ik secar a opt im al, dengan harapan m am pu m elindungi segenap
bangsa I ndonesia

dan t um pah darah I ndonesia. Di pihak lain,

sebagai anggot a PBB yang t elah m ener im a pr insip- pr insip HAM PBB
yang sesungguhnya t elah t er m uat dalam UUD 1945, m aka dalam
m enafsir kan UUD 1945, dokum en- dokum en PBB t ent ang HAM j uga
t ur ut diper t im bangkan oleh Mahkam ah;
c.

Mahkam ah akan m em ber i pendapat t er hadap per m ohonan Pem ohon
sebagai ber ikut ;
1) Pasal 27 UU KKR
a) Pasal

27

t er sebut


m enent ukan

bahwa

kom pensasi

dan

r ehabilit asi sebagaim ana dit ent ukan oleh Pasal 19, yait u
pem ber ian

kom pensasi,

r est it usi

dan/ at au

r ehabilit asi,


diber ikan apabila per m ohonan am nest i dikabulkan. Penj elasan
pasal t er sebut m enent ukan bahw a, apabila pelaku m engakui
kesalahan,

m engakui

kebenar an

fakt a- fakt a,

m enyat akan

penyesalan atas per buat annya, dan ber sedia m em int a m aaf
kepada korban atau keluarga korban sebagai ahli w ar isnya,

2
www.djpp.depkumham.go.id

pelaku


pelanggaran

HAM

ber at

dapat

m engaj ukan

per m ohonan am nest i kepada Pr esiden. Apabila perm ohonan
ber alasan, Pr esiden dapat m ener im a perm ohonan t ersebut ,
dan

korban

diber ikan

kom pensasi

dan/ at au

r ehabilit asi.

Sedangkan apabila per m ohonan am nest i dit olak, kom pensasi
dan

r ehabilit asi

t idak

diber ikan

negar a,

dan

per kar anya

dit indak lanj ut i unt uk diselesaikan ber dasar kan ket ent uan UU
Pengadilan HAM.
b) Pengat uran ini m engandung kont radiksi ant ar a sat u bagian
dengan bagian yang lain, t er utam a sekali ant ara bagian yang
m engat ur:
( 1) Pelaku t elah m engakui kesalahan, kebenar an fakt a dan
m enyat akan penyesalan ser t a kesediaan m int a m aaf
kepada kor ban.
( 2) Pelaku dapat m engaj ukan Am nest i kepada Pr esiden.
( 3) Per m ohonan dapat dit er im a at au dapat dit olak.
( 4) Kom pensasi dan at au r ehabilit asi hanya diber ikan j ika
am nest i dikabulkan Pr esiden.
( 5) Jika am nest i dit olak, per kar a diaj ukan ke Pengadilan
HAM Ad Hoc.
c)

Pencam pur adukan dan kontr adiksi yang t erdapat dalam Pasal
27 UU KKR adalah m enyangkut t ekanan yang m elihat pada
pelaku

secar a

per or angan

dalam

individual

cr im inal

r esponsibilit y, padahal per ist iw a pelanggar an HAM sebelum
ber lakunya UU Pengadilan HAM, baik pelaku m aupun korban
ser t a

saksi- saksi

lainnya

sungguh- sungguh

sudah

t idak

m udah dit em ukan lagi. Rekonsiliasi ant ara pelaku dan korban
yang dim aksud dalam undang- undang a quo m enj adi ham pir
m ust ahil

diw uj udkan,

j ika

dilakukan

dengan

pendekat an

individual cr im inal r esponsibilit y. Mest inya dengan pendekatan
dem ikian,

yang

digant ungkan

pada

am nest i

hanyalah

r est it usi, yang m er upakan gant i r ugi yang diber ikan oleh
pelaku at au pihak ket iga. Di pihak lain, j ika t uj uannya adalah
r ekonsiliasi,

dengan

pendekatan

yang

t idak

ber sifat

individual, m aka yang m enj adi t it ik t olak adalah adanya

3
www.djpp.depkumham.go.id

pelanggar an HAM ber at dan adanya korban yang m enj adi
ukur an unt uk r ekonsiliasi dengan m em ber ikan kom pensasi
dan r ehabilit asi. Kedua pendekatan t ersebut , dalam hubungan
dengan r est it usi, kom pensasi, dan r ehabilit asi t idak dapat
digant ungkan

pada

sat u

pokok

m asalah

yang

t idak

m em punyai ket er kait an. Kar ena, am nesti m er upakan hak
pr er ogat if Pr esiden,

yang pengabulan at au penolakannya

t er gant ung

Pr esiden.

kepada

pelanggar an

HAM ber at ,

Fakt a

yang

bahw a

t elah

sesungguhnya

t er j adi

m er upakan

kew aj iban negara unt uk m enghindar i at au m encegahnya, dan
t im bulnya

kor ban

yang

sehar usnya

HAM- nya

dilindungi

negara, t elah cukup unt uk m elahir kan kewaj iban hukum baik
pada pihak

negara m aupun individu pelaku yang dapat

diident ifikasi unt uk m em ber ikan r est it usi, kom pensasi, ser ta
r ehabilit asi kepada korban, tanpa per syar atan lain. Penent uan
adanya

am nest i

sebagai

syarat ,

m er upakan

hal

yang

m engesam pingkan per lindungan hukum dan keadilan yang
dij am in oleh UUD 1945. Hal dem ikian j uga m er upakan pr akt ik
dan kebiasaan secar a univer sal sebagaim ana t elah dim uat
dalam Basic Pr inciples and Guidelines on t he Right t o A
Rem edy and Repar at ion for Vict im s of Gr oss Violat ions of
I nt er nat ional Hum an Right s Law And Ser ious Violat ions of
I nt er nat ional Hum anit ar ian Law , yang m enet apkan adanya
adequat e, effect ive and pr om pt r eparat ion for harm suffer r ed,
yang

dim aksudkan

unt uk

m em aj ukan

keadilan

dalam

penanganan pelanggaran HAM ber at, dengan m em ber ikan
r epar at ion
pelanggar an

yang
dan

pr opor sional
ker ugian

yang

sesuai
dialam i.

dengan
Hal

bobot

dem ikian

m er upakan tafsir an yang digunakan unt uk m elihat Pasal 28A,
Pasal 28D Ayat ( 1) , dan Pasal 28I Ayat ( 1) , Ayat ( 4) , dan Ayat
( 5) , sehingga dengan alasan t er sebut perm ohonan Pem ohon
m engenai Pasal 27 UU KKR cukup ber alasan.

4
www.djpp.depkumham.go.id

2) Pasal 44 UU KKR
Pasal 44 UU KKR ber bunyi, ” Pelanggar an hak asasi m anusia yang
ber at yang t elah diungkapkan dan diselesaikan oleh Kom isi,
per karanya t idak dapat diaj ukan lagi kepada Pengadilan Hak Asasi
Manusia

Ad

Hoc.”

disim pulkan

bahwa

kebenar an ser t a

Dar i

Penj elasan

t ugas

KKR

Um um

adalah

UU

unt uk

KKR dapat
m engungkap

m enegakkan keadilan dan unt uk m em bent uk

budaya m enghar gai HAM guna m ew uj udkan r ekonsiliasi unt uk
m encapai per sat uan nasional, kar ena adanya pelanggaran HAM
ber at

sebelum

ber lakunya

UU

Pengadilan

HAM.

KKR t idak

m enyangkut pr oses penunt utan hukum , tet api m engat ur pr oses
pengungkapan

kebenaran,

pem ber ian

r est it usi,

dan/ at au

r ehabilit asi ser t a m em ber i per t im bangan am nest i. Yang m enj adi
per t anyaan

adalah,

apakah

KKR m er upakan

subst it usi at au

penggant i pengadilan atau t idak. Penj elasan um um j uga secara
t egas m enent ukan bahw a apabila pelanggar an HAM berat t elah
diput us oleh

KKR,

m aka Pengadilan HAM

Ad Hoc t idak

ber w enang m em ut uskan, kecuali apabila per m ohonan am nest i
dit olak oleh Pr esiden. Dem ikian j uga sebaliknya j ika Pengadilan
HAM Ad Hoc t elah m em ut us, KKR t idak ber w enang m em ut us.
Meskipun dikat akan bahw a KKR hanya m er upakan alt er nat if
t er hadap

Pengadilan

penegakan
m ekanism e

hukum ,

HAM

dan

bukan

m er upakan

badan

m aka j elas bahwa dia m er upakan

alt er nat ive

disput e

r esolut ion,

m enyelesaikan sat u per selisihan HAM secara

yang

sat u
akan

am icable

dan

apabila ber hasil akan m enut up m ekanism e penyelesaian secar a
hukum . Walaupun dalil- dalil Pem ohon m engut ip ar gum en dan
pr insip HAM int er nasional yang m enent ang im punit as, akan t et api
penyelesaian pelanggaran HAM secara dem ikian t elah dit er im a
dalam pr akt ik int er nasional, m isalnya di Afr ika Selat an, dan t elah
dikenal pula dalam hukum adat. Ket er t ut upan proses hukum
m elalui Pengadilan HAM Ad Hoc apabila m em per oleh penyelesaian
di KKR adalah akibat yang logis dar i sat u m ekanism e alt er nat ive
disput e

r esolut ion

sehingga

t idak

per lu

dilihat

sebagai

pem benar an im punit as. Kar ena, pada um um nya, penyelesaian

5
www.djpp.depkumham.go.id

dengan m ekanism e hukum t er hadap pelanggaran HAM berat
sebelum

ber lakunya

UU

Pengadilan

HAM,

t elah

m engalam i

kesukar an dengan ber lalunya j angka w akt u yang lam a yang
m enyebabkan hilangnya alat- alat bukt i unt uk dij adikan dasar
pem bukt ian dalam pendekat an

individual cr im inal r esponsibilit y.

KKR j uga dengan pengat ur an dalam UU KKR, ber t uj uan unt uk
m enegakkan

keadilan

sej auh

m asih

m ekanism e

penyelesaian

secar a

Mahkam ah

ber pendapat

t idak

konst it usional yang

cukup

dim ungkinkan

alt er nat if.
t er lihat

unt uk

Oleh

dasar

dalam

kar enanya,
dan

m engabulkannya,

alasan

t er utam a

kar ena ket ent uan t er sebut hanya ber laku unt uk pelanggar an HAM
ber at yang t er j adi sebelum UU Pengadilan HAM;
3) Pasal 1 Angka 9 UU KKR
Pasal 1 Angka 9 UU KKR m enet apkan bahw a ” Am nest i adalah
pengam punan

yang

diber ikan

pelanggar an

hak

asasi

m em per hat ikan

oleh

Pr esiden

m anusia

per t im bangan

yang

Dewan

kepada

pelaku

berat

dengan

Per wakilan

Rakyat ” .

Penger t ian pelanggaran HAM berat dit ent ukan dalam Pasal 1
Angka 4 UU KKR sebagai “ pelanggaran hak asasi m anusia
sebagaim ana dit ent ukan UU Pengadilan HAM, yang dalam Pasal 7
m enyat akan

bahwa

Kej ahatan genosida,
Pengadilan

pelanggar an

it u

m eliput i a.

b. Kej ahat an t er hadap kem anusiaan.” UU

HAM yang

I nt er nat ional

HAM ber at

Cr im inal

m er uj uk
Cour t

pada

St at ut e

of

m engkualifikasikan

Rom e

On

kej ahat an

genosida dan kej ahatan t er hadap kem anusiaan sebagai kej ahat an
yang

paling

ser ius

dalam

kom unit as

int er nasional

secar a

keselur uhan. Pr akt ik int er nasional m aupun Gener al Com m ent
Kom isi HAM PBB um um nya ber pendapat bahwa am nest i t idak
diper kenankan dalam pelanggaran HAM ber at . Dikat akan bahw a
m eskipun KKR dim aksudkan unt uk m encipt akan kondisi yang
kondusif bagi keber adaan per dam aian dan

r ekonsiliasi nasional,

t api per lu upaya yang m enent ukan batasan t er hadap am nest i,
yait u pelaku t idak boleh diunt ungkan oleh am nest i t er sebut .
Am nest i seyogianya t idak m em punyai akibat hukum sepanj ang

6
www.djpp.depkumham.go.id

m enyangkut

hak

korban

unt uk

m em per oleh

pem ulihan

( r epar at ion) , dan lagi pula am nest i t idak boleh diber ikan k epada
m er eka yang m elakukan pelanggaran hak asasi dan hukum
hum anit er int er nasional yang m er upakan kej ahat an, yang t idak
m eper bolehkan am nest i dan kekebalan bent uk lainnya. Meskipun
Gener al Com m ent dan Lapor an Sekj en PBB t er sebut belum
dit er im a sebagai hukum yang m engikat , t am paknya penger t ian
dem ikian m er upakan m uat an UUD 1945 yang m engat ur t ent ang
pr insip- pr insip per lindungan hak- hak asasi m anusia yang dim uat
dalam Pasal 28G Ayat ( 2) UUD 1945 yait u hak unt uk bebas dar i
penyiksaan, Pasal 28I Ayat ( 1) UUD 1945 yait u hak unt uk hidup
dan hak unt uk t idak disiksa, Pasal 28 Ayat ( 4) dan Ayat ( 5) UUD
1945 yait u per lindungan, pem aj uan dan pem enuhan hak asasi
m anusia yang m enj adi tanggung j awab negar a. Akan t et api Pasal
1 Angka 9 t er sebut hanya m er upakan penger t ian at au definisi
yang t er m uat dalam ket ent uan um um , dan bukan m er upakan
nor m a yang ber sifat m engat ur dan ber kait dengan pasal- pasal
yang lain, sehingga perm ohonan Pem ohon ber kenaan dengan
ket ent uan t er sebut dikesam pingkan dan akan diper t im bangkan
lebih lanj ut ber sam aan dengan pasal- pasal yang t er kait dengan
am nest i, sebagaim ana akan diur aikan di baw ah;
4. Menim bang bahwa sem ua fakta dan keadaan ini m enyebabkan t idak
adanya kepast ian hukum ,

baik

dalam

r um usan norm anya m aupun

kem ungkinan pelaksanaan norm anya di lapangan unt uk m encapai t uj uan
r ekonsiliasi yang diharapkan. Dengan m em per hat ikan per t im bangan yang
t elah diur aikan di at as, Mahkam ah berpendapat bahwa asas dan t uj uan
KKR,sebagaim ana t erm akt ub dalam Pasal 2 dan Pasal 3 undang- undang
a quo, t idak m ungkin dapat diw uj udkan kar ena t idak adanya j am inan
kepast ian

hukum

( r echt sonzeker heid) .

Oleh

kar ena

it u,

Mahkam ah

m enilai undang- undang a quo se ca ra k e selu r uh an be r t e n t an gan
de n gan

UUD

1945

kekuat an hukum

sehingga

har us dinyat akan

t idak

m em punyai

m engikat . Dengan dinyat akannya UU KKR

t idak

m em punyai kekuat an hukum m engikat secar a keselur uhan, t idak ber ar t i
Mahkam ah m enut up upaya penyelesaian pelanggaran HAM ber at di m asa

7
www.djpp.depkumham.go.id

lalu m elalui upaya r ekonsiliasi. Banyak cara yang dapat dit em puh unt uk
it u, ant ara lain dengan m ew uj udkan r ekonsiliasi dalam bent uk kebij akan
hukum ( undang- undang) yang serasi dengan UUD 1945 dan inst r um en
HAM yang ber laku secara univer sal, at au dengan m elakukan r ekonsiliasi
m elalui kebij akan polit ik dalam r angka r ehabilit asi dan am nest i secar a
um um .

8
www.djpp.depkumham.go.id