20061207 Putusan MK UU 27 2004
RI N GKASAN PUTUSAN M AH KAM AH KON STI TUSI N OM OR 0 0 6 / PUUI V/ 2 0 0 6 TEN TAN G UN D AN G- UN D AN G N OM OR 2 7 TAH UN 2 0 0 4
TEN TAN G KOM I SI KEBEN ARAN DAN REKON SI LI ASI
TAN GGAL 7 D ESEM BER 2 0 0 6
1. Mat er i m uatan ayat, Pasal dan/ at au bagian yang diuj ikan :
Pasal 1 ayat ( 9) ,Pasal 27, dan Pasal 44 Undang- Undang Nom or 27 Tahun
2004 t ent ang Kom isi Kebenar an dan Rekonsiliasi.
2. Am ar put usan :
a . M e n ga bu lk a n Pe rm ohona n pa r a Pe m ohon ;
b. M e nya t a k an Un dan g- Un da n g Re pu blik I n don e sia N om or 2 7
Ta h u n
2004
be r t en t an ga n
Ten t an g
den ga n
Kom isi
Ke be na r a n
Un da n g- Un da n g
dan
Re kon silia si
D a sa r
Re pu blik
I n done sia Ta h un 1 9 4 5 .
c.
M e nya t a k an Un dan g- Un da n g Re pu blik I n don e sia N om or 2 7
Ta h u n 2 0 0 4 t e n t a n g Kom isi Ke ben a ran da n Re kon silia si t ida k
m em pu n ya i k ek u a t a n h u ku m m e n gik a t .
d. M em e rin t a h ka n pe m ua t an pu t u sa n ini da lam Be r it a N e ga ra
Re pu blik I n done sia se ba ga im an a m e st in ya .
3. Per t im bangan Mahkam ah Konst it usi:
a.
Menim bang bahw a sebelum m em asuki
secar a
m endasar
m enent ukan
keput usan
kebij akan
subst ansi per kar a, m aka
pem buat
r ekonsiliasi
undang- undang
sebagai
sat u
yang
penyelesaian
t er hadap pelanggaran HAM berat yang t er j adi sebelum UU Pengadilan
HAM, bukan hanya sebagai keput usan polit ik m elainkan sebagai
sebuah m ekanism e hukum yang dit uangkan dalam sat u UU KKR. Hal
t er sebut m enyebabkan penilaian t er hadapnya dilakukan t er utam a
adalah dar i pr insip- pr insip hukum dan konst it usi, yang m em uat
falsafah dan pandangan hidup bangsa yang m er upakan r uh at au
spir it UUD 1945. Di sam ping it u, diadopsinya Bab XA sebagai bagian
dar i UUD 1945 dengan per ubahan kedua UUD 1945 pada t ahun 2000,
yang
m engandung
j am inan
dan
per lindungan
HAM,
j uga
www.djpp.depkumham.go.id
m enyebabkan uj i konst it usionalit as UU KKR t er sebut akan didasar kan
pada j am inan dan per lindungan HAM yang dianut UUD 1945, dengan
m ana akan diper t im bangkan konsist ensinya
dengan j am inan dan
per lindungan HAM yang m enj adi bagian UUD 1945 t er sebut .
b.
Menim bang bahwa
sebagai sat u bangsa yang m enyat akan falsafah
dan pandangan hidup berbangsa dan ber negar a didasar kan pada
Pancasila
sebagai
cit a- hukum
( r echt sidee)
dan
cit a- negar a
( st aat sidee) , m aka ket er bukaan pikir an dan hat i unt uk m elihat nya
har uslah dalam kepent ingan Negar a Kesat uan Republik I ndonesia
yang
lebih
luas,
dengan
m aksud
unt uk
m enelusur i
k em bali
pelanggar an HAM yang ber at t er sebut unt uk m engungkap kebenaran,
m enegakkan keadilan dan m em bent uk budaya m enghargai hak asasi
m anusia
sehingga dapat
diw uj udkan
r ekonsiliasi dan
per sat uan
nasional. Hal dem ikian har us dilakukan dengan pendekat an yang
t epat , dengan lebih
obj ekt if
dahulu m em aham i konflik yang t er j adi secar a
m eskipun har us m enem puh kem ungkinan r isiko yang t idak
kecil, agar dapat dicapai sat u keadaan yang am an dan dam ai yang
m em ungkinkan dilaksanakan pem bangunan ekonom i, sosial, dan
polit ik secar a opt im al, dengan harapan m am pu m elindungi segenap
bangsa I ndonesia
dan t um pah darah I ndonesia. Di pihak lain,
sebagai anggot a PBB yang t elah m ener im a pr insip- pr insip HAM PBB
yang sesungguhnya t elah t er m uat dalam UUD 1945, m aka dalam
m enafsir kan UUD 1945, dokum en- dokum en PBB t ent ang HAM j uga
t ur ut diper t im bangkan oleh Mahkam ah;
c.
Mahkam ah akan m em ber i pendapat t er hadap per m ohonan Pem ohon
sebagai ber ikut ;
1) Pasal 27 UU KKR
a) Pasal
27
t er sebut
m enent ukan
bahwa
kom pensasi
dan
r ehabilit asi sebagaim ana dit ent ukan oleh Pasal 19, yait u
pem ber ian
kom pensasi,
r est it usi
dan/ at au
r ehabilit asi,
diber ikan apabila per m ohonan am nest i dikabulkan. Penj elasan
pasal t er sebut m enent ukan bahw a, apabila pelaku m engakui
kesalahan,
m engakui
kebenar an
fakt a- fakt a,
m enyat akan
penyesalan atas per buat annya, dan ber sedia m em int a m aaf
kepada korban atau keluarga korban sebagai ahli w ar isnya,
2
www.djpp.depkumham.go.id
pelaku
pelanggaran
HAM
ber at
dapat
m engaj ukan
per m ohonan am nest i kepada Pr esiden. Apabila perm ohonan
ber alasan, Pr esiden dapat m ener im a perm ohonan t ersebut ,
dan
korban
diber ikan
kom pensasi
dan/ at au
r ehabilit asi.
Sedangkan apabila per m ohonan am nest i dit olak, kom pensasi
dan
r ehabilit asi
t idak
diber ikan
negar a,
dan
per kar anya
dit indak lanj ut i unt uk diselesaikan ber dasar kan ket ent uan UU
Pengadilan HAM.
b) Pengat uran ini m engandung kont radiksi ant ar a sat u bagian
dengan bagian yang lain, t er utam a sekali ant ara bagian yang
m engat ur:
( 1) Pelaku t elah m engakui kesalahan, kebenar an fakt a dan
m enyat akan penyesalan ser t a kesediaan m int a m aaf
kepada kor ban.
( 2) Pelaku dapat m engaj ukan Am nest i kepada Pr esiden.
( 3) Per m ohonan dapat dit er im a at au dapat dit olak.
( 4) Kom pensasi dan at au r ehabilit asi hanya diber ikan j ika
am nest i dikabulkan Pr esiden.
( 5) Jika am nest i dit olak, per kar a diaj ukan ke Pengadilan
HAM Ad Hoc.
c)
Pencam pur adukan dan kontr adiksi yang t erdapat dalam Pasal
27 UU KKR adalah m enyangkut t ekanan yang m elihat pada
pelaku
secar a
per or angan
dalam
individual
cr im inal
r esponsibilit y, padahal per ist iw a pelanggar an HAM sebelum
ber lakunya UU Pengadilan HAM, baik pelaku m aupun korban
ser t a
saksi- saksi
lainnya
sungguh- sungguh
sudah
t idak
m udah dit em ukan lagi. Rekonsiliasi ant ara pelaku dan korban
yang dim aksud dalam undang- undang a quo m enj adi ham pir
m ust ahil
diw uj udkan,
j ika
dilakukan
dengan
pendekat an
individual cr im inal r esponsibilit y. Mest inya dengan pendekatan
dem ikian,
yang
digant ungkan
pada
am nest i
hanyalah
r est it usi, yang m er upakan gant i r ugi yang diber ikan oleh
pelaku at au pihak ket iga. Di pihak lain, j ika t uj uannya adalah
r ekonsiliasi,
dengan
pendekatan
yang
t idak
ber sifat
individual, m aka yang m enj adi t it ik t olak adalah adanya
3
www.djpp.depkumham.go.id
pelanggar an HAM ber at dan adanya korban yang m enj adi
ukur an unt uk r ekonsiliasi dengan m em ber ikan kom pensasi
dan r ehabilit asi. Kedua pendekatan t ersebut , dalam hubungan
dengan r est it usi, kom pensasi, dan r ehabilit asi t idak dapat
digant ungkan
pada
sat u
pokok
m asalah
yang
t idak
m em punyai ket er kait an. Kar ena, am nesti m er upakan hak
pr er ogat if Pr esiden,
yang pengabulan at au penolakannya
t er gant ung
Pr esiden.
kepada
pelanggar an
HAM ber at ,
Fakt a
yang
bahw a
t elah
sesungguhnya
t er j adi
m er upakan
kew aj iban negara unt uk m enghindar i at au m encegahnya, dan
t im bulnya
kor ban
yang
sehar usnya
HAM- nya
dilindungi
negara, t elah cukup unt uk m elahir kan kewaj iban hukum baik
pada pihak
negara m aupun individu pelaku yang dapat
diident ifikasi unt uk m em ber ikan r est it usi, kom pensasi, ser ta
r ehabilit asi kepada korban, tanpa per syar atan lain. Penent uan
adanya
am nest i
sebagai
syarat ,
m er upakan
hal
yang
m engesam pingkan per lindungan hukum dan keadilan yang
dij am in oleh UUD 1945. Hal dem ikian j uga m er upakan pr akt ik
dan kebiasaan secar a univer sal sebagaim ana t elah dim uat
dalam Basic Pr inciples and Guidelines on t he Right t o A
Rem edy and Repar at ion for Vict im s of Gr oss Violat ions of
I nt er nat ional Hum an Right s Law And Ser ious Violat ions of
I nt er nat ional Hum anit ar ian Law , yang m enet apkan adanya
adequat e, effect ive and pr om pt r eparat ion for harm suffer r ed,
yang
dim aksudkan
unt uk
m em aj ukan
keadilan
dalam
penanganan pelanggaran HAM ber at, dengan m em ber ikan
r epar at ion
pelanggar an
yang
dan
pr opor sional
ker ugian
yang
sesuai
dialam i.
dengan
Hal
bobot
dem ikian
m er upakan tafsir an yang digunakan unt uk m elihat Pasal 28A,
Pasal 28D Ayat ( 1) , dan Pasal 28I Ayat ( 1) , Ayat ( 4) , dan Ayat
( 5) , sehingga dengan alasan t er sebut perm ohonan Pem ohon
m engenai Pasal 27 UU KKR cukup ber alasan.
4
www.djpp.depkumham.go.id
2) Pasal 44 UU KKR
Pasal 44 UU KKR ber bunyi, ” Pelanggar an hak asasi m anusia yang
ber at yang t elah diungkapkan dan diselesaikan oleh Kom isi,
per karanya t idak dapat diaj ukan lagi kepada Pengadilan Hak Asasi
Manusia
Ad
Hoc.”
disim pulkan
bahwa
kebenar an ser t a
Dar i
Penj elasan
t ugas
KKR
Um um
adalah
UU
unt uk
KKR dapat
m engungkap
m enegakkan keadilan dan unt uk m em bent uk
budaya m enghar gai HAM guna m ew uj udkan r ekonsiliasi unt uk
m encapai per sat uan nasional, kar ena adanya pelanggaran HAM
ber at
sebelum
ber lakunya
UU
Pengadilan
HAM.
KKR t idak
m enyangkut pr oses penunt utan hukum , tet api m engat ur pr oses
pengungkapan
kebenaran,
pem ber ian
r est it usi,
dan/ at au
r ehabilit asi ser t a m em ber i per t im bangan am nest i. Yang m enj adi
per t anyaan
adalah,
apakah
KKR m er upakan
subst it usi at au
penggant i pengadilan atau t idak. Penj elasan um um j uga secara
t egas m enent ukan bahw a apabila pelanggar an HAM berat t elah
diput us oleh
KKR,
m aka Pengadilan HAM
Ad Hoc t idak
ber w enang m em ut uskan, kecuali apabila per m ohonan am nest i
dit olak oleh Pr esiden. Dem ikian j uga sebaliknya j ika Pengadilan
HAM Ad Hoc t elah m em ut us, KKR t idak ber w enang m em ut us.
Meskipun dikat akan bahw a KKR hanya m er upakan alt er nat if
t er hadap
Pengadilan
penegakan
m ekanism e
hukum ,
HAM
dan
bukan
m er upakan
badan
m aka j elas bahwa dia m er upakan
alt er nat ive
disput e
r esolut ion,
m enyelesaikan sat u per selisihan HAM secara
yang
sat u
akan
am icable
dan
apabila ber hasil akan m enut up m ekanism e penyelesaian secar a
hukum . Walaupun dalil- dalil Pem ohon m engut ip ar gum en dan
pr insip HAM int er nasional yang m enent ang im punit as, akan t et api
penyelesaian pelanggaran HAM secara dem ikian t elah dit er im a
dalam pr akt ik int er nasional, m isalnya di Afr ika Selat an, dan t elah
dikenal pula dalam hukum adat. Ket er t ut upan proses hukum
m elalui Pengadilan HAM Ad Hoc apabila m em per oleh penyelesaian
di KKR adalah akibat yang logis dar i sat u m ekanism e alt er nat ive
disput e
r esolut ion
sehingga
t idak
per lu
dilihat
sebagai
pem benar an im punit as. Kar ena, pada um um nya, penyelesaian
5
www.djpp.depkumham.go.id
dengan m ekanism e hukum t er hadap pelanggaran HAM berat
sebelum
ber lakunya
UU
Pengadilan
HAM,
t elah
m engalam i
kesukar an dengan ber lalunya j angka w akt u yang lam a yang
m enyebabkan hilangnya alat- alat bukt i unt uk dij adikan dasar
pem bukt ian dalam pendekat an
individual cr im inal r esponsibilit y.
KKR j uga dengan pengat ur an dalam UU KKR, ber t uj uan unt uk
m enegakkan
keadilan
sej auh
m asih
m ekanism e
penyelesaian
secar a
Mahkam ah
ber pendapat
t idak
konst it usional yang
cukup
dim ungkinkan
alt er nat if.
t er lihat
unt uk
Oleh
dasar
dalam
kar enanya,
dan
m engabulkannya,
alasan
t er utam a
kar ena ket ent uan t er sebut hanya ber laku unt uk pelanggar an HAM
ber at yang t er j adi sebelum UU Pengadilan HAM;
3) Pasal 1 Angka 9 UU KKR
Pasal 1 Angka 9 UU KKR m enet apkan bahw a ” Am nest i adalah
pengam punan
yang
diber ikan
pelanggar an
hak
asasi
m em per hat ikan
oleh
Pr esiden
m anusia
per t im bangan
yang
Dewan
kepada
pelaku
berat
dengan
Per wakilan
Rakyat ” .
Penger t ian pelanggaran HAM berat dit ent ukan dalam Pasal 1
Angka 4 UU KKR sebagai “ pelanggaran hak asasi m anusia
sebagaim ana dit ent ukan UU Pengadilan HAM, yang dalam Pasal 7
m enyat akan
bahwa
Kej ahatan genosida,
Pengadilan
pelanggar an
it u
m eliput i a.
b. Kej ahat an t er hadap kem anusiaan.” UU
HAM yang
I nt er nat ional
HAM ber at
Cr im inal
m er uj uk
Cour t
pada
St at ut e
of
m engkualifikasikan
Rom e
On
kej ahat an
genosida dan kej ahatan t er hadap kem anusiaan sebagai kej ahat an
yang
paling
ser ius
dalam
kom unit as
int er nasional
secar a
keselur uhan. Pr akt ik int er nasional m aupun Gener al Com m ent
Kom isi HAM PBB um um nya ber pendapat bahwa am nest i t idak
diper kenankan dalam pelanggaran HAM ber at . Dikat akan bahw a
m eskipun KKR dim aksudkan unt uk m encipt akan kondisi yang
kondusif bagi keber adaan per dam aian dan
r ekonsiliasi nasional,
t api per lu upaya yang m enent ukan batasan t er hadap am nest i,
yait u pelaku t idak boleh diunt ungkan oleh am nest i t er sebut .
Am nest i seyogianya t idak m em punyai akibat hukum sepanj ang
6
www.djpp.depkumham.go.id
m enyangkut
hak
korban
unt uk
m em per oleh
pem ulihan
( r epar at ion) , dan lagi pula am nest i t idak boleh diber ikan k epada
m er eka yang m elakukan pelanggaran hak asasi dan hukum
hum anit er int er nasional yang m er upakan kej ahat an, yang t idak
m eper bolehkan am nest i dan kekebalan bent uk lainnya. Meskipun
Gener al Com m ent dan Lapor an Sekj en PBB t er sebut belum
dit er im a sebagai hukum yang m engikat , t am paknya penger t ian
dem ikian m er upakan m uat an UUD 1945 yang m engat ur t ent ang
pr insip- pr insip per lindungan hak- hak asasi m anusia yang dim uat
dalam Pasal 28G Ayat ( 2) UUD 1945 yait u hak unt uk bebas dar i
penyiksaan, Pasal 28I Ayat ( 1) UUD 1945 yait u hak unt uk hidup
dan hak unt uk t idak disiksa, Pasal 28 Ayat ( 4) dan Ayat ( 5) UUD
1945 yait u per lindungan, pem aj uan dan pem enuhan hak asasi
m anusia yang m enj adi tanggung j awab negar a. Akan t et api Pasal
1 Angka 9 t er sebut hanya m er upakan penger t ian at au definisi
yang t er m uat dalam ket ent uan um um , dan bukan m er upakan
nor m a yang ber sifat m engat ur dan ber kait dengan pasal- pasal
yang lain, sehingga perm ohonan Pem ohon ber kenaan dengan
ket ent uan t er sebut dikesam pingkan dan akan diper t im bangkan
lebih lanj ut ber sam aan dengan pasal- pasal yang t er kait dengan
am nest i, sebagaim ana akan diur aikan di baw ah;
4. Menim bang bahwa sem ua fakta dan keadaan ini m enyebabkan t idak
adanya kepast ian hukum ,
baik
dalam
r um usan norm anya m aupun
kem ungkinan pelaksanaan norm anya di lapangan unt uk m encapai t uj uan
r ekonsiliasi yang diharapkan. Dengan m em per hat ikan per t im bangan yang
t elah diur aikan di at as, Mahkam ah berpendapat bahwa asas dan t uj uan
KKR,sebagaim ana t erm akt ub dalam Pasal 2 dan Pasal 3 undang- undang
a quo, t idak m ungkin dapat diw uj udkan kar ena t idak adanya j am inan
kepast ian
hukum
( r echt sonzeker heid) .
Oleh
kar ena
it u,
Mahkam ah
m enilai undang- undang a quo se ca ra k e selu r uh an be r t e n t an gan
de n gan
UUD
1945
kekuat an hukum
sehingga
har us dinyat akan
t idak
m em punyai
m engikat . Dengan dinyat akannya UU KKR
t idak
m em punyai kekuat an hukum m engikat secar a keselur uhan, t idak ber ar t i
Mahkam ah m enut up upaya penyelesaian pelanggaran HAM ber at di m asa
7
www.djpp.depkumham.go.id
lalu m elalui upaya r ekonsiliasi. Banyak cara yang dapat dit em puh unt uk
it u, ant ara lain dengan m ew uj udkan r ekonsiliasi dalam bent uk kebij akan
hukum ( undang- undang) yang serasi dengan UUD 1945 dan inst r um en
HAM yang ber laku secara univer sal, at au dengan m elakukan r ekonsiliasi
m elalui kebij akan polit ik dalam r angka r ehabilit asi dan am nest i secar a
um um .
8
www.djpp.depkumham.go.id
TEN TAN G KOM I SI KEBEN ARAN DAN REKON SI LI ASI
TAN GGAL 7 D ESEM BER 2 0 0 6
1. Mat er i m uatan ayat, Pasal dan/ at au bagian yang diuj ikan :
Pasal 1 ayat ( 9) ,Pasal 27, dan Pasal 44 Undang- Undang Nom or 27 Tahun
2004 t ent ang Kom isi Kebenar an dan Rekonsiliasi.
2. Am ar put usan :
a . M e n ga bu lk a n Pe rm ohona n pa r a Pe m ohon ;
b. M e nya t a k an Un dan g- Un da n g Re pu blik I n don e sia N om or 2 7
Ta h u n
2004
be r t en t an ga n
Ten t an g
den ga n
Kom isi
Ke be na r a n
Un da n g- Un da n g
dan
Re kon silia si
D a sa r
Re pu blik
I n done sia Ta h un 1 9 4 5 .
c.
M e nya t a k an Un dan g- Un da n g Re pu blik I n don e sia N om or 2 7
Ta h u n 2 0 0 4 t e n t a n g Kom isi Ke ben a ran da n Re kon silia si t ida k
m em pu n ya i k ek u a t a n h u ku m m e n gik a t .
d. M em e rin t a h ka n pe m ua t an pu t u sa n ini da lam Be r it a N e ga ra
Re pu blik I n done sia se ba ga im an a m e st in ya .
3. Per t im bangan Mahkam ah Konst it usi:
a.
Menim bang bahw a sebelum m em asuki
secar a
m endasar
m enent ukan
keput usan
kebij akan
subst ansi per kar a, m aka
pem buat
r ekonsiliasi
undang- undang
sebagai
sat u
yang
penyelesaian
t er hadap pelanggaran HAM berat yang t er j adi sebelum UU Pengadilan
HAM, bukan hanya sebagai keput usan polit ik m elainkan sebagai
sebuah m ekanism e hukum yang dit uangkan dalam sat u UU KKR. Hal
t er sebut m enyebabkan penilaian t er hadapnya dilakukan t er utam a
adalah dar i pr insip- pr insip hukum dan konst it usi, yang m em uat
falsafah dan pandangan hidup bangsa yang m er upakan r uh at au
spir it UUD 1945. Di sam ping it u, diadopsinya Bab XA sebagai bagian
dar i UUD 1945 dengan per ubahan kedua UUD 1945 pada t ahun 2000,
yang
m engandung
j am inan
dan
per lindungan
HAM,
j uga
www.djpp.depkumham.go.id
m enyebabkan uj i konst it usionalit as UU KKR t er sebut akan didasar kan
pada j am inan dan per lindungan HAM yang dianut UUD 1945, dengan
m ana akan diper t im bangkan konsist ensinya
dengan j am inan dan
per lindungan HAM yang m enj adi bagian UUD 1945 t er sebut .
b.
Menim bang bahwa
sebagai sat u bangsa yang m enyat akan falsafah
dan pandangan hidup berbangsa dan ber negar a didasar kan pada
Pancasila
sebagai
cit a- hukum
( r echt sidee)
dan
cit a- negar a
( st aat sidee) , m aka ket er bukaan pikir an dan hat i unt uk m elihat nya
har uslah dalam kepent ingan Negar a Kesat uan Republik I ndonesia
yang
lebih
luas,
dengan
m aksud
unt uk
m enelusur i
k em bali
pelanggar an HAM yang ber at t er sebut unt uk m engungkap kebenaran,
m enegakkan keadilan dan m em bent uk budaya m enghargai hak asasi
m anusia
sehingga dapat
diw uj udkan
r ekonsiliasi dan
per sat uan
nasional. Hal dem ikian har us dilakukan dengan pendekat an yang
t epat , dengan lebih
obj ekt if
dahulu m em aham i konflik yang t er j adi secar a
m eskipun har us m enem puh kem ungkinan r isiko yang t idak
kecil, agar dapat dicapai sat u keadaan yang am an dan dam ai yang
m em ungkinkan dilaksanakan pem bangunan ekonom i, sosial, dan
polit ik secar a opt im al, dengan harapan m am pu m elindungi segenap
bangsa I ndonesia
dan t um pah darah I ndonesia. Di pihak lain,
sebagai anggot a PBB yang t elah m ener im a pr insip- pr insip HAM PBB
yang sesungguhnya t elah t er m uat dalam UUD 1945, m aka dalam
m enafsir kan UUD 1945, dokum en- dokum en PBB t ent ang HAM j uga
t ur ut diper t im bangkan oleh Mahkam ah;
c.
Mahkam ah akan m em ber i pendapat t er hadap per m ohonan Pem ohon
sebagai ber ikut ;
1) Pasal 27 UU KKR
a) Pasal
27
t er sebut
m enent ukan
bahwa
kom pensasi
dan
r ehabilit asi sebagaim ana dit ent ukan oleh Pasal 19, yait u
pem ber ian
kom pensasi,
r est it usi
dan/ at au
r ehabilit asi,
diber ikan apabila per m ohonan am nest i dikabulkan. Penj elasan
pasal t er sebut m enent ukan bahw a, apabila pelaku m engakui
kesalahan,
m engakui
kebenar an
fakt a- fakt a,
m enyat akan
penyesalan atas per buat annya, dan ber sedia m em int a m aaf
kepada korban atau keluarga korban sebagai ahli w ar isnya,
2
www.djpp.depkumham.go.id
pelaku
pelanggaran
HAM
ber at
dapat
m engaj ukan
per m ohonan am nest i kepada Pr esiden. Apabila perm ohonan
ber alasan, Pr esiden dapat m ener im a perm ohonan t ersebut ,
dan
korban
diber ikan
kom pensasi
dan/ at au
r ehabilit asi.
Sedangkan apabila per m ohonan am nest i dit olak, kom pensasi
dan
r ehabilit asi
t idak
diber ikan
negar a,
dan
per kar anya
dit indak lanj ut i unt uk diselesaikan ber dasar kan ket ent uan UU
Pengadilan HAM.
b) Pengat uran ini m engandung kont radiksi ant ar a sat u bagian
dengan bagian yang lain, t er utam a sekali ant ara bagian yang
m engat ur:
( 1) Pelaku t elah m engakui kesalahan, kebenar an fakt a dan
m enyat akan penyesalan ser t a kesediaan m int a m aaf
kepada kor ban.
( 2) Pelaku dapat m engaj ukan Am nest i kepada Pr esiden.
( 3) Per m ohonan dapat dit er im a at au dapat dit olak.
( 4) Kom pensasi dan at au r ehabilit asi hanya diber ikan j ika
am nest i dikabulkan Pr esiden.
( 5) Jika am nest i dit olak, per kar a diaj ukan ke Pengadilan
HAM Ad Hoc.
c)
Pencam pur adukan dan kontr adiksi yang t erdapat dalam Pasal
27 UU KKR adalah m enyangkut t ekanan yang m elihat pada
pelaku
secar a
per or angan
dalam
individual
cr im inal
r esponsibilit y, padahal per ist iw a pelanggar an HAM sebelum
ber lakunya UU Pengadilan HAM, baik pelaku m aupun korban
ser t a
saksi- saksi
lainnya
sungguh- sungguh
sudah
t idak
m udah dit em ukan lagi. Rekonsiliasi ant ara pelaku dan korban
yang dim aksud dalam undang- undang a quo m enj adi ham pir
m ust ahil
diw uj udkan,
j ika
dilakukan
dengan
pendekat an
individual cr im inal r esponsibilit y. Mest inya dengan pendekatan
dem ikian,
yang
digant ungkan
pada
am nest i
hanyalah
r est it usi, yang m er upakan gant i r ugi yang diber ikan oleh
pelaku at au pihak ket iga. Di pihak lain, j ika t uj uannya adalah
r ekonsiliasi,
dengan
pendekatan
yang
t idak
ber sifat
individual, m aka yang m enj adi t it ik t olak adalah adanya
3
www.djpp.depkumham.go.id
pelanggar an HAM ber at dan adanya korban yang m enj adi
ukur an unt uk r ekonsiliasi dengan m em ber ikan kom pensasi
dan r ehabilit asi. Kedua pendekatan t ersebut , dalam hubungan
dengan r est it usi, kom pensasi, dan r ehabilit asi t idak dapat
digant ungkan
pada
sat u
pokok
m asalah
yang
t idak
m em punyai ket er kait an. Kar ena, am nesti m er upakan hak
pr er ogat if Pr esiden,
yang pengabulan at au penolakannya
t er gant ung
Pr esiden.
kepada
pelanggar an
HAM ber at ,
Fakt a
yang
bahw a
t elah
sesungguhnya
t er j adi
m er upakan
kew aj iban negara unt uk m enghindar i at au m encegahnya, dan
t im bulnya
kor ban
yang
sehar usnya
HAM- nya
dilindungi
negara, t elah cukup unt uk m elahir kan kewaj iban hukum baik
pada pihak
negara m aupun individu pelaku yang dapat
diident ifikasi unt uk m em ber ikan r est it usi, kom pensasi, ser ta
r ehabilit asi kepada korban, tanpa per syar atan lain. Penent uan
adanya
am nest i
sebagai
syarat ,
m er upakan
hal
yang
m engesam pingkan per lindungan hukum dan keadilan yang
dij am in oleh UUD 1945. Hal dem ikian j uga m er upakan pr akt ik
dan kebiasaan secar a univer sal sebagaim ana t elah dim uat
dalam Basic Pr inciples and Guidelines on t he Right t o A
Rem edy and Repar at ion for Vict im s of Gr oss Violat ions of
I nt er nat ional Hum an Right s Law And Ser ious Violat ions of
I nt er nat ional Hum anit ar ian Law , yang m enet apkan adanya
adequat e, effect ive and pr om pt r eparat ion for harm suffer r ed,
yang
dim aksudkan
unt uk
m em aj ukan
keadilan
dalam
penanganan pelanggaran HAM ber at, dengan m em ber ikan
r epar at ion
pelanggar an
yang
dan
pr opor sional
ker ugian
yang
sesuai
dialam i.
dengan
Hal
bobot
dem ikian
m er upakan tafsir an yang digunakan unt uk m elihat Pasal 28A,
Pasal 28D Ayat ( 1) , dan Pasal 28I Ayat ( 1) , Ayat ( 4) , dan Ayat
( 5) , sehingga dengan alasan t er sebut perm ohonan Pem ohon
m engenai Pasal 27 UU KKR cukup ber alasan.
4
www.djpp.depkumham.go.id
2) Pasal 44 UU KKR
Pasal 44 UU KKR ber bunyi, ” Pelanggar an hak asasi m anusia yang
ber at yang t elah diungkapkan dan diselesaikan oleh Kom isi,
per karanya t idak dapat diaj ukan lagi kepada Pengadilan Hak Asasi
Manusia
Ad
Hoc.”
disim pulkan
bahwa
kebenar an ser t a
Dar i
Penj elasan
t ugas
KKR
Um um
adalah
UU
unt uk
KKR dapat
m engungkap
m enegakkan keadilan dan unt uk m em bent uk
budaya m enghar gai HAM guna m ew uj udkan r ekonsiliasi unt uk
m encapai per sat uan nasional, kar ena adanya pelanggaran HAM
ber at
sebelum
ber lakunya
UU
Pengadilan
HAM.
KKR t idak
m enyangkut pr oses penunt utan hukum , tet api m engat ur pr oses
pengungkapan
kebenaran,
pem ber ian
r est it usi,
dan/ at au
r ehabilit asi ser t a m em ber i per t im bangan am nest i. Yang m enj adi
per t anyaan
adalah,
apakah
KKR m er upakan
subst it usi at au
penggant i pengadilan atau t idak. Penj elasan um um j uga secara
t egas m enent ukan bahw a apabila pelanggar an HAM berat t elah
diput us oleh
KKR,
m aka Pengadilan HAM
Ad Hoc t idak
ber w enang m em ut uskan, kecuali apabila per m ohonan am nest i
dit olak oleh Pr esiden. Dem ikian j uga sebaliknya j ika Pengadilan
HAM Ad Hoc t elah m em ut us, KKR t idak ber w enang m em ut us.
Meskipun dikat akan bahw a KKR hanya m er upakan alt er nat if
t er hadap
Pengadilan
penegakan
m ekanism e
hukum ,
HAM
dan
bukan
m er upakan
badan
m aka j elas bahwa dia m er upakan
alt er nat ive
disput e
r esolut ion,
m enyelesaikan sat u per selisihan HAM secara
yang
sat u
akan
am icable
dan
apabila ber hasil akan m enut up m ekanism e penyelesaian secar a
hukum . Walaupun dalil- dalil Pem ohon m engut ip ar gum en dan
pr insip HAM int er nasional yang m enent ang im punit as, akan t et api
penyelesaian pelanggaran HAM secara dem ikian t elah dit er im a
dalam pr akt ik int er nasional, m isalnya di Afr ika Selat an, dan t elah
dikenal pula dalam hukum adat. Ket er t ut upan proses hukum
m elalui Pengadilan HAM Ad Hoc apabila m em per oleh penyelesaian
di KKR adalah akibat yang logis dar i sat u m ekanism e alt er nat ive
disput e
r esolut ion
sehingga
t idak
per lu
dilihat
sebagai
pem benar an im punit as. Kar ena, pada um um nya, penyelesaian
5
www.djpp.depkumham.go.id
dengan m ekanism e hukum t er hadap pelanggaran HAM berat
sebelum
ber lakunya
UU
Pengadilan
HAM,
t elah
m engalam i
kesukar an dengan ber lalunya j angka w akt u yang lam a yang
m enyebabkan hilangnya alat- alat bukt i unt uk dij adikan dasar
pem bukt ian dalam pendekat an
individual cr im inal r esponsibilit y.
KKR j uga dengan pengat ur an dalam UU KKR, ber t uj uan unt uk
m enegakkan
keadilan
sej auh
m asih
m ekanism e
penyelesaian
secar a
Mahkam ah
ber pendapat
t idak
konst it usional yang
cukup
dim ungkinkan
alt er nat if.
t er lihat
unt uk
Oleh
dasar
dalam
kar enanya,
dan
m engabulkannya,
alasan
t er utam a
kar ena ket ent uan t er sebut hanya ber laku unt uk pelanggar an HAM
ber at yang t er j adi sebelum UU Pengadilan HAM;
3) Pasal 1 Angka 9 UU KKR
Pasal 1 Angka 9 UU KKR m enet apkan bahw a ” Am nest i adalah
pengam punan
yang
diber ikan
pelanggar an
hak
asasi
m em per hat ikan
oleh
Pr esiden
m anusia
per t im bangan
yang
Dewan
kepada
pelaku
berat
dengan
Per wakilan
Rakyat ” .
Penger t ian pelanggaran HAM berat dit ent ukan dalam Pasal 1
Angka 4 UU KKR sebagai “ pelanggaran hak asasi m anusia
sebagaim ana dit ent ukan UU Pengadilan HAM, yang dalam Pasal 7
m enyat akan
bahwa
Kej ahatan genosida,
Pengadilan
pelanggar an
it u
m eliput i a.
b. Kej ahat an t er hadap kem anusiaan.” UU
HAM yang
I nt er nat ional
HAM ber at
Cr im inal
m er uj uk
Cour t
pada
St at ut e
of
m engkualifikasikan
Rom e
On
kej ahat an
genosida dan kej ahatan t er hadap kem anusiaan sebagai kej ahat an
yang
paling
ser ius
dalam
kom unit as
int er nasional
secar a
keselur uhan. Pr akt ik int er nasional m aupun Gener al Com m ent
Kom isi HAM PBB um um nya ber pendapat bahwa am nest i t idak
diper kenankan dalam pelanggaran HAM ber at . Dikat akan bahw a
m eskipun KKR dim aksudkan unt uk m encipt akan kondisi yang
kondusif bagi keber adaan per dam aian dan
r ekonsiliasi nasional,
t api per lu upaya yang m enent ukan batasan t er hadap am nest i,
yait u pelaku t idak boleh diunt ungkan oleh am nest i t er sebut .
Am nest i seyogianya t idak m em punyai akibat hukum sepanj ang
6
www.djpp.depkumham.go.id
m enyangkut
hak
korban
unt uk
m em per oleh
pem ulihan
( r epar at ion) , dan lagi pula am nest i t idak boleh diber ikan k epada
m er eka yang m elakukan pelanggaran hak asasi dan hukum
hum anit er int er nasional yang m er upakan kej ahat an, yang t idak
m eper bolehkan am nest i dan kekebalan bent uk lainnya. Meskipun
Gener al Com m ent dan Lapor an Sekj en PBB t er sebut belum
dit er im a sebagai hukum yang m engikat , t am paknya penger t ian
dem ikian m er upakan m uat an UUD 1945 yang m engat ur t ent ang
pr insip- pr insip per lindungan hak- hak asasi m anusia yang dim uat
dalam Pasal 28G Ayat ( 2) UUD 1945 yait u hak unt uk bebas dar i
penyiksaan, Pasal 28I Ayat ( 1) UUD 1945 yait u hak unt uk hidup
dan hak unt uk t idak disiksa, Pasal 28 Ayat ( 4) dan Ayat ( 5) UUD
1945 yait u per lindungan, pem aj uan dan pem enuhan hak asasi
m anusia yang m enj adi tanggung j awab negar a. Akan t et api Pasal
1 Angka 9 t er sebut hanya m er upakan penger t ian at au definisi
yang t er m uat dalam ket ent uan um um , dan bukan m er upakan
nor m a yang ber sifat m engat ur dan ber kait dengan pasal- pasal
yang lain, sehingga perm ohonan Pem ohon ber kenaan dengan
ket ent uan t er sebut dikesam pingkan dan akan diper t im bangkan
lebih lanj ut ber sam aan dengan pasal- pasal yang t er kait dengan
am nest i, sebagaim ana akan diur aikan di baw ah;
4. Menim bang bahwa sem ua fakta dan keadaan ini m enyebabkan t idak
adanya kepast ian hukum ,
baik
dalam
r um usan norm anya m aupun
kem ungkinan pelaksanaan norm anya di lapangan unt uk m encapai t uj uan
r ekonsiliasi yang diharapkan. Dengan m em per hat ikan per t im bangan yang
t elah diur aikan di at as, Mahkam ah berpendapat bahwa asas dan t uj uan
KKR,sebagaim ana t erm akt ub dalam Pasal 2 dan Pasal 3 undang- undang
a quo, t idak m ungkin dapat diw uj udkan kar ena t idak adanya j am inan
kepast ian
hukum
( r echt sonzeker heid) .
Oleh
kar ena
it u,
Mahkam ah
m enilai undang- undang a quo se ca ra k e selu r uh an be r t e n t an gan
de n gan
UUD
1945
kekuat an hukum
sehingga
har us dinyat akan
t idak
m em punyai
m engikat . Dengan dinyat akannya UU KKR
t idak
m em punyai kekuat an hukum m engikat secar a keselur uhan, t idak ber ar t i
Mahkam ah m enut up upaya penyelesaian pelanggaran HAM ber at di m asa
7
www.djpp.depkumham.go.id
lalu m elalui upaya r ekonsiliasi. Banyak cara yang dapat dit em puh unt uk
it u, ant ara lain dengan m ew uj udkan r ekonsiliasi dalam bent uk kebij akan
hukum ( undang- undang) yang serasi dengan UUD 1945 dan inst r um en
HAM yang ber laku secara univer sal, at au dengan m elakukan r ekonsiliasi
m elalui kebij akan polit ik dalam r angka r ehabilit asi dan am nest i secar a
um um .
8
www.djpp.depkumham.go.id