POLA PENGASUHAN ORANGTUA MENURUT SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

POLA PENGASUHAN ORANGTUA

MENURUT SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007-2008

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Oleh :

BERNADINA HESTI WIJAYANTI

NIM : 021114040

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  ( Penulis)

“The grand essentials of happiness are : something to do, something to

love, and something to hope for.”

( Penulis )

  

“Jika doamu tulus, engkau harus yakin bahwa hidup yang engkau jalani

saat ini adalah yang terbaik yang Tuhan rencanakan bagimu” ( Renungan )

“ Sepahit apapun hidup, jalani saja Tuhan tak akan diam ”

  Karya sederhana ini ku persembahkan untuk: Keluargaku tercinta : Bapak, Ibu, Adek

  • adekku (Panji,Valentino,Yudha) dan aku berbahagia dengan kehadirannya.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 13 Desember 2007 Penulis Bernadina Hesti Wijayanti

  

ABSTRAK

POLA PENGASUHAN ORANGTUA

MENURUT SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007-2008

  

Bernadina Hesti Wijayanti

Universitas Sanata Dharma, 2007

Pola pengasuhan adalah bentuk-bentuk perlakuan orangtua dalam

mengasuh dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak. Pola pengasuhan orangtua

dalam mendidik anaknya dapat bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Dalam

penelitian ini pola pengasuhan mengacu pada pendapat Hurlock (1999:93) yang

menyatakan bahwa pola pengasuhan terdiri dari tiga macam, yaitu: otoriter,

permisif dan demokratik. Untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pola

pengasuhan orangtua, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur

1 Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008.

  Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I

Yogyakarta, sebanyak 81 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah

kuesioner yang terdiri dari 69 item pernyataan, terbagi menjadi tiga aspek pola

pengasuhan, yaitu demokratik, otoriter dan permisif. Teknik analisis data yang

digunakan adalah membuat tabulasi data, menghitung frekuensi, persentase, dan

menentukan kategori berdasarkan Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II dengan

5 kategori pilihan, yaitu “sangat tinggi”, “tinggi”, “,sedang”, rendah” dan

“sangat rendah” .

  Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pola pengasuhan menurut

siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

Hasil ini tampak dalam persentase berdasarkan Penilaian Acuan Mutlak (PAM)

Tipe II, bahwa pola pengasuhan demokratik berada pada kategori tinggi (74,37%),

  64,19%), dan

pola pengasuhan otoriter berada pada kategori sedang ( pola

pengasuhan permisif berada pada kategori tinggi (68,59%). Menurut siswa kelas

  

VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 pola

pengasuhan demokratik lebih baik dibandingkan dengan pola pengasuhan lainnya.

  

ABSTRACT

THE PATTERN OF THE PERSONS UPBRINGING ACCORDING TO

THE VIII GRADE STUDENTS IN PANGUDI LUHUR I JUNIOR HIGH

SCHOOL YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2007-2008

  

Bernadina Hesti Wijayanti

Sanata Dharma University, 2007

The pattern of upbringing was the kinds forms of the treatment parents did

in taking care of and satisfying childs needs. The pattern of parents upbringing in

educating his child could be various between one and the other. In this research

the pattern of upbringing was referred in the Hurlock opinion (1999:93) that the

pattern of upbringing consisted of three sorts, that is: authoritarian, permissive,

and democratic. To know the perception of the student against the pattern of

parents upbringing, then this research aimed at receiving the picture about the

pattern of the persons upbringing according to the VIII students in PANGUDI

LUHUR I Junior High School Yogyakarta academic year of 2007-2008.

  This study’s samples were the VIII grade students in PANGUDI LUHUR

  

I Junior High School Yogyakarta academic year of 2007-2008, 81 students. The

instrument employed consisted of 69 questions which were divided into three

aspects of the pattern of upbringing: democratic, authoritharian, and permissive.

The data analysis implemented here was tabulating data, calculating frequency

and percentage and categorizing in accordance with PAM type II in 5 categories:

“highest”, “high”, “medium”, “low” and “lowness”.

  The result showed that the pattern of the persons upbringing of the VIII

grade students in PANGUDI LUHUR I Junior High School Yogyakarta academic

year of 2007-2008 was different. Its was shown by the percentage and

categorizing in accordance with PAM type II, that the pattern of democratic

upbringing was in the high category (74,37%), the pattern of authoritharian

upbringing the medium category was (64,19%), and the pattern of permissive

upbringing the high category (68,59%). According to the VIII grade students in

PANGUDI LUHUR I Junior High School Yogyakarta academic year of 2007-

2008 the pattern of democratic upbringing better was compared the pattern of

other upbringing.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Baik dan

Murah Hati atas karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Di dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini,

penuilis selalu diberi kekuatan, pendampingan dan bimbingan-Nya. Skripsi

disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling.

  Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang

memberikan bantuan, perhatian, serta dukungan hingga terselesaikannya skripsi

ini. Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada :

  

1. Bapak Drs. A. Samana, M.Pd., Dosen pembimbing I yang telah memberikan

dukungan, saran, motivasi, bimbingan dan dorongan yang berguna bagi penulis hingga tersusun skripsi ini.

  

2. Bapak Y.B. Adimassana, M.A., Dosen pembimbing II yang telah memberikan

masukan-masukan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

  

3. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi ini.

  

4. Br. Heribertus Triyanto, FIC, Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta, yang telah memberikan ijin uji coba dan penelitian skripsi ini.

  

5. Ibu V. Indriastuti, S.Pd. dan Ibu Natalia Tatik, S.Pd., Koordinator Bimbingan

dan Konseling SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta yang telah memberikan

waktu kepada penulis untuk melakukan ujicoba dan penelitian skripsi ini.

  

6. Bapak dan Ibu (Bapak Iswanjono dan Ibu Bernadeta Reni Semestiani) yang

telah membimbing, membesarkan, dengan penuh cinta yang tulus. Tak terhingga cinta yang kalian berikan, menjadikan aku dapat menyelesaikan studi. Terimakasih atas doa dan cinta yang Bapak dan Ibu berikan. Semoga aku dapat membahagiakan kalian.

  

7. Adhek-adhekku, Panji, Valentino, dan Yudha yang selalu membuat kakaknya

tertawa dan marah karena kelucuan dan kenakalannya.

  

8. Kekasihku Roy Sherlendra Putra yang telah menberi cinta dan sayangnya

kepada penulis…I LOVE U HONEY….

  

9. Eyang-eyang ku tercinta yang telah menghadap Bapa di surga (Eyang Kakung

& Bunda). Terima kasih karena selalu datang menemui aku di saat aku sedih dan putus harapan.

  

10. Kamarku, yang memberi kenyamanan selama ini sebagai tempat berdoa,

tempat belajar, tempat merenung dan termenung, tempat istirahat, tempat menangis di saat sedih dan putus harapan, serta tempat tertawa di saat bahagia. Terimakasih telah menemaniku.

  

11. Buku Diary ku, tempat aku menulis kejadian yang aku alami sehari-hari,

tentang Cintaku, kegiatanku, teman-temanku, dan tempat ku curahkan segala macam uneg-uneg dan perasaanku selama ini.

  

12. Keluarga besar Prodjo Sastrowiranto, yang telah memberikan dukungan.

  Terima kasih semua.

  

13. Temen-temen seperjuangan angkatan ’02 yang selalu memberikan masukan

yang berharga kepada penulis : Esti, Ina, Tuti, Nena, Sisca, Sari…..makasih jeng….!

  

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut serta

dalam membantu meyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan selalu memberkati.

  Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

sempurna. Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Terma kasih.

  Yogyakarta, 13 Desember 2007 Bernadina Hesti Wijayanti

  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

  

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah.............................................................

  1 B. Rumusan Masalah ......................................................................

  4 C. Tujuan Penelitian .......................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian .....................................................................

  5 E. Definisi Operasional...................................................................

  5 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................

  6 A. Pendapat ....................................................................................

  6 1. Pengertian Pendapat .............................................................

  6

  B. Pola Pengasuhan Orangtua.........................................................

  9 1. Pengertian Pola Pengasuhan Orangtua.................................

  9 2. Macam-macam Pola Pengasuhan Orangtua .........................

  12 C. Posisi serta Peran Orangtua dan Sekolah terhadap Perkembangan Anak ...........................................................................................

  17 BAB III METODE PENELTIIAN .................................................................

  26 A. Jenis Penelitian...........................................................................

  26 B. Populasi Penelitian .....................................................................

  26 C. Alat Pengumpulan Data .............................................................

  28 D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian ............................

  34 1. Validitas ................................................................................

  35 2. Reliabilitas ............................................................................

  37 E. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................

  39 F. Teknik Analisis Data..................................................................

  39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................

  41 A. Hasil Penelitian ..........................................................................

  41 1. Pola Pengasuhan Orangtua Demokratik menurut Siswa ......

  42 2. Pola Pengasuhan Orangtua Otoriter menurut Siswa .............

  43 3. Pola Pengasuhan Orangtua Permisif menurut Siswa ............

  44 B. Pembahasan................................................................................

  45 1. Pola Pengasuhan Orangtua Demokratik menurut Siswa ......

  45

  3. Pola Pengasuhan Orangtua Permisif menurut Siswa ............

  51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

  58 A. Kesimpulan ...............................................................................

  58 B. Saran...........................................................................................

  61 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

  64 LAMPIRAN ....................................................................................................

  66

  

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Data Populasi Penelitian .....................................................................

  28 Tabel 2. Sebaran Item dalam Uji Coba Alat Penelitian ....................................

  33 Tabel 3. Sebaran Item Penelitian ......................................................................

  35 Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Korelasi ............................................................

  39 Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...........................................................

  40 Tabel 6. Hasil Penelitian ...................................................................................

  42 Tabel 7. Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II .............................................

  43

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ..............................................

  67 Lampiran 2. Kuesioner Penelitian .....................................................................

  71 Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ................................................

  76 Lampiran 4. Deskripsi Data Hasil Penelitian....................................................

  84 Lampiran 5. Deskripsi Frekuensi Data Hasil Penelitian ...................................

  87 Lampiran 6. Surat Keterangan Ijin Penelitian .................................................. 102

BAB I PENDAHULUAN Kajian pendahuluan merupakan pengantar yang memuat latar belakang

  

pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

  Daniel Goleman, penulis buku laris Kecerdasan Emosional yang telah di terjemahkan kembali oleh T. Hermaya (1996:268) menulis bahwa keluargalah tempat pertama kali seseorang belajar untuk mengenal bentuk fisik, kepribadian, pemikiran, dan perasaan orang lain. Keluarga pula tempat pertama kali seseorang belajar bagaimana dia dikenal orang lain. Di dalam proses mengenal dan dikenal di lingkungan keluarga ini, seringkali terjadi benturan yang melibatkan emosi pelakunya. Cara-cara mengatasi benturan- benturan yang terjadi di lingkungan keluarga inilah, yang menjadi dasar pembelajaran untuk mengatasi masalah di lingkungan yang lebih besar. Di dalam sebuah keluarga ada dua generasi, yaitu orangtua dan anak, yang saling mempengaruhi. Dua generasi ini harus bekerja sama agar bisa mencapai tujuan yang tertinggi, yaitu kebahagiaan. Pengertian kebahagiaan sangat beragam dan subjektif. Konsep bahagia menurut orangtua boleh jadi berbeda dengan konsep bahagia menurut anak. Dalam hal ini, orangtua mempunyai

  

Anak-anak pun mencapai kebahagiaan, juga dengan cara mereka sendiri. Di

sinilah sering terjadi konflik antara orangtua dan anak, karena baik anak

maupun orangtua mempunyai cara dan standar sendiri untuk mencapai tujuan,

yang secara umum (global) disebut kebahagiaan.

  Pada dasarnya, tak ada orang tua di dunia ini yang menginginkan

anaknya tidak bahagia dan tidak ada seorang anak pun di dunia yang ingin

menyakiti atau menyengsarakan orangtua. Tetapi, jalan yang ditempuh baik

oleh anak maupun orangtua kadang berbeda. Perbedaan akan tampak semakin

mencolok ketika anak-anak mencapai tahap kehidupan remaja. Di masa

remaja sedang mencari jati diri agar eksistensi mereka diakui, sementara di

saat yang sama mereka sedang mengalami kebingungan menghadapi

perubahan fisik dan emosional dari masa anak ke masa dewasa. Cara-cara

mencari jati diri yang disertai kebingungan menempatkan diri inilah yang

sering bertentangan dengan standar atau norma yang dianut oleh orangtua.

  Media massa menyoroti bagaimana remaja berperilaku dan melakukan

sesuatu yang tidak disetujui orangtuanya dan oleh masyarakat sekitarnya,

seperi tawuran, narkoba, mencuri bahkan sampai membunuh. Semua tindakan

tersebut dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja. Salah satu penyebab

kenakalan remaja adalah hubungan antara orangtua dan anak yang tidak

selaras/kurang harmonik. Kebutuhan dan harapan-harapan remaja masa kini

sering tidak sesuai dengan harapan orangtua, remaja masa kini menghadapi

resiko dan godaan lebih berat dibanding remaja masa lampau.

  Pada hakikatnya orangtua mempunyai harapan agar anak-anak mereka

tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tidak mudah terjerumus

dalam perilaku yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain yang ada

di sekitarnya. Menyadari akan banyaknya tuntutan dan harapan dari orangtua,

Gunarsa (2004:130) mengemukakan bahwa remaja memerlukan pengertian

dari orang lain yang ada di sekitarnya terutama orangtuanya. Melalui

pandangan humanistik, orangtua belajar untuk berempati terhadap anak

mereka, belajar merasakan apa yang dirasakan oleh anak ketika membutuhkan

perhatian dan merasa kekurangan kasih sayang, sehingga orangtua dapat lebih

menyadari dan bersedia untuk memenuhi kebutuhan anak mereka.

  Orangtua menempati posisi penting dalam pembentukan pola sikap

dan perilaku anak. Orangtua sebagai pendamping perkembangan anak

memiliki peranan dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian anak. Sikap,

perilaku, dan kebiasaan yang ditunjukkan orangtua akan dijadikan pola yang

dtiru oleh anak. Anak akan cenderung mengadopsi apa yang ia lihat pada

perilaku orangtuanya sehari-hari. Pola perilaku orangtua dijadikan model oleh

anak-anaknya dalam proses belajarnya. Perilaku anak yang diulang secara

terus menerus akan menjadi suatu kebiasaan dan pada akhirnya menjadi suatu

karakter dalam kepribadian anak.

  Oleh karena itu, untuk mengarahkan kelakuan anak, yang pertama kali

dipikirkan adalah evaluasi tingkah laku orangtuanya (ibu-bapaknya). Sehingga

dalam mendidik anak harus diawali oleh orangtua dengan mendidik diri sepenuhnya dalam kegagalan mengasuh anak-anaknya. Alangkah lebih baik jika orangtua mampu mencegah hal-hal yang tidak diinginkannya sehubungan dengan perkembangan anaknya, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

  Penelitian ini tentang bagaimana pola pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua menurut siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa cara orangtua mengasuh anak menjadi dasar yang kuat terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu masalah penelitian tentang: Pola Pengasuhan Orangtua Menurut Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.

  B. Rumusan Masalah Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I

  Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008?

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I

  Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008.

  D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru pembimbing untuk mengembangkan program bimbingan baik bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier untuk siswa-siswi.

  E. Definisi Operasional Pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta adalah tanggapan atas rangsang-rangsang yang diterima atau tanggapan hasil pengamatan terhadap bentuk-bentuk perlakuan orangtua

(ayah dan ibu) dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini, peneliti menyajikan analisis teoritik yang dapat

  

memperjelas pemahaman mengenai topik penelitian. Kajian pustaka yang

dimaksud meliputi: A. Pendapat

  B. Pola Pengasuhan Orangtua

  C. Posisi serta Peran Orangtua dan Sekolah terhadap Perkembangan Anak

  A. Pendapat Pengertian tentang pendapat dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapat merupakan hal yang penting. Pemahaman tersebut menjadi dasar yang kuat bagi individu untuk mempersiapkan sesuatu dalam berbagai kegiatannya.

1. Pengertian Pendapat

  Pendapat adalah pengertian terhadap penafsiran rangsang yang bersumber pada benda, kejadian, tingkah laku manusia dan hal-hal yang ditemuinya dalam hidup sehari-hari (Mulyono, 1978:22). Ada tiga tahapan dalam membentuk pendapat, yaitu: (1) seleksi, (2) interpretasi, dan (3) tanggapan. Seleksi dilakukan terhadap rangsang yang masuk dari luar melalui penginderaan. Penafsiran dibuat dengan mengorganisasikan bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari interpretasi (Mulyono, 1978:53-54).

  Hal yang sama tentang pendapat ditegaskan oleh Kartini Kartono (1994:57) bahwa proses pendapat itu terjadi karena adanya rangsang dari luar diri individu, berupa kenyataan sosial dan lingkungan. Rangsang itu diterima melalui alat indera, kemudian ditafsirkan, sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Adanya rangsang dari luar diri individu itu mengakibatkan suatu proses pemahaman dalam dirinya, yang pada akhirnya akan memberi tanggapan terhadap rangsang tersebut.

  Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa pendapat adalah tanggapan hasil pengamatan atau tanggapan atas rangsang-rangsang yang diterima.

2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pendapat Siswa

  Menurut Bimo Walgito (1994:56) pendapat individu terhadap dunia nyata merupakan olahan semua rangsang (stimuli) yang diterima oleh indera-indera yang dipengaruhi oleh kondisi psikik dan pengalaman seseorang. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Perhatian yang selektif individu.

  Perhatian merupakan persiapan dalam proses pembentukan pendapat. Ada tidaknya rangsang ditentukan oleh ada tidaknya perhatian individu terhadap rangsang itu. Rangsang yang mendapat dengan cepat. Sedangkan rangsang yang kurang mendapat perhatian akan kurang disadari dan kurang ditanggapi. Perhatian dan kesadaran individu berkorelasi positif dalam pembentukan pendapat. Semakin besar perhatian individu, semakin besar kesadarannya akan rangsang itu, dan semakin besar pula kemungkinan individu menanggapinya. Semakin kecil perhatian individu, semakin kecil kesadarannya akan rangsang itu dan semakin kecil pula kemungkinan individu menaggapinya.

  b. Sifat-sifat rangsang.

  Berkaitan dengan perhatian, individu lebih tertarik pada rangsang yang memiliki intensitas kuat karena dianggap dapat menarik perhatian. Rangsang dengan warna, lebih menarik perhatian dan lebih mudah diterima oleh individu. Rangsang dengan perubahan dari keadaan statik ke dinamik akan lebih mudah diterima oleh individu. Rangsang dengan ukuran besar dan diterima secara berulang-ulang memudahkan individu untuk menerimanya.

  c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu.

  Perhatian terhadap rangsang juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai bagi individu dan sesuai dengan kebutuhannya.

  Individu akan menaruh perhatian kepada rangsang yang bernilai baginya daripada rangsang yang kurang bernilai. Individu juga akan menaruh perhatian kepada rangsang yang sesuai dengan kebutuhannya karena itu, perhatian individu terhadap rangsang bersifat subjektif, berbeda antara individu yang satu dan yang lainnya.

d. Pengalaman terdahulu individu.

  Perhatian individu terhadap rangsang ditentukan juga oleh pengalaman yang berhubungan dengan penafsiran rangsang sejenis yang dimiliki individu sebelumnya. Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana individu mempendapat dunianya.

B. Pola Pengasuhan Orangtua

1. Pengertian Pola Pengasuhan Orangtua

  Keluarga merupakan tempat pertama dan utama di mana anak lahir, dibesarkan, berkembang, dan mengalami “proses menjadi” pribadi yang lebih dewasa. Selama masa bayi dan kanak-kanak, fungsi dan tanggung jawab orangtua adalah mengasuh, memelihara, melindungi dan melatih anak untuk bersosialisasi. Seiring dengan terjadinya perubahan pada anak menuju remaja, maka bergeser pula fungsi-fungsi keluarga sebagai dampak penyesuaian dengan perkembangan dan kebutuhan- kebutuhan anak. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1992:131) bahwa dengan lebih mandirinya anak, orangtua menganggap bahwa anaknya tidak lagi memerlukan perawatan dan pelatihan sebesar sebagaimana ia masih bayi.

  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan

orangtua adalah suatu relasi/interaksi yang terjalin secara mendalam antara

anak dengan orangtuanya. Relasi/interaksi tersebut bukan hanya dalam

pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, dan kesehatan) dan

kebutuhan psikik (seperti kasih sayang, rasa aman, dan penerimaan

penghargaan), tetapi juga bagaimana orangtua memberi contoh dan

mengajarkan tentang peraturan-peraturan/norma-norma yang berlaku di

dalam masyarakat sehingga anak juga memiliki ketrampilan sosial dalam

hubungannya dengan masyarakat.

  Ada empat unsur penting dalam pola pengasuhan orangtua (Hurlock, 1999:85-92), yaitu:

a. Peraturan.

  Peraturan adalah pola pengendalian tingkah laku yang ditetapkan oleh orangtua dengan tujuan untuk membekali anak dalam berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Contohnya, anak tidak boleh mengambil mainan milik saudaranya tanpa izin si pemilik. Anak akan dihukum/dimarahi bila melakukan tindakan terlarang ini. Agar peraturan itu diterima, diingat, dan dimengerti maka peraturan diberikan dalam rumusan yang dimengerti oleh anak sehingga peraturan itu berharga sebagai pedoman perilaku dan mengekang perilaku yang tidak diinginkan. b. Hukuman.

  Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran. Hukuman yang diberikan harus konsisten sehingga anak itu mengetahui bahwa kapan saja suatu peraturan dilanggar, hukuman itu tidak dapat dihindarinya. Apapun bentuk hukuman yang diberikan, perlu diberikan penjelasan mengenai alasan secara adil dan benar sehingga anak tidak akan menginterpretasikannya sebagi “kejahatan” si pemberi hukuman.

  c. Penghargaan.

  Penghargaan berarti bentuk pengakuan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata- kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan mempunyai nilai edukatif yang penting. Penghargaan berdampak pada terbentuknya motivasi yang kuat bagi anak untuk melanjutkan usahanya dan berperilaku sesuai dengan harapan. Jenis penghargaan dapat berupa: pujian, senyuman, pelukan, hadiah dan perlakuan istimewa.

  d. Konsistensi.

  Konsistensi berarti tingkat keajegan atau stabilitas. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku. Anak yang menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti perilaku yang disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang dilarang, akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk disetujui oleh lingkungannya. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada waktu tertentu, harus pula dilarang, apabila dilakukan kembali pada waktu yang lain. Harus ada konsistensi dalam hal-hal apa yang mendatangkan pujian atau hukuman pada anak.

  Antara ayah dan ibu harus ada kesesuaian dalam melarang atau memperbolehkan tingkah laku tertentu, tentang apa yang baik

dilakukan atau yang tidak baik untuk dilakukan oleh anaknya.

2. Macam-macam Pola Pengasuhan Orangtua

  Pola pengasuhan orangtua dalam mendidik anaknya dapat bervariasi, setiap ahli memiliki cara yang berbeda-beda dalam melihat pola pengasuhan orangtua. Dalam penelitian ini, peneliti berpedoman pada tiga tipe pola pengasuhan orangtua menurut Hurlock (1999:93) yaitu: otoriter, permisif dan demokratik.

  Ketiga tipe pola pengasuhan orangtua tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Pola pengasuhan demokratik.

  Menurut Hurlock (1999:93-94) pola pengasuhan demokratik menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Pola ini lebih menekankan aspek edukatif daripada aspek hukumannya. Pola pengasuhan demokratik menggunakan hukuman dan penghargaan

  

(2004:280) menambahkan bahwa orangtua dengan pola pengasuhan

demokratik selalu melibatkan anak dalam segala hal yang berkenaan

dengan diri anak tersebut. Orangtua mempercayai pertimbangan dan

penilaian dari anak serta mau berdiskusi dalam mengambil keputusan

yang berkaitan dengan kebutuhan anak. Anak pun belajar untuk

membuat keputusan bagi dirinya sendiri, belajar mendengarkan dan

berdiskusi dengan orangtua. Dari sikap orangtua tersebut di atas maka

harga diri dan kepercayaan diri anak berkembang karena anak

dihargai, anak tidak akan takut untuk melakukan sesuatu karena anak

dilatih mengambil keputusan, anak memiliki keyakinan diri yang

mantap karena terbiasa dilatih untuk bertanggung jawab dan orangtua

menerima apa adanya diri anak. Gunarsa (2004:281) juga berpendapat

bahwa anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan demokratik akan

merasakan suasana rumah yang penuh rasa saling menghormati, penuh

kehangatan dan penerimaan. Dengan demikian, anak akan lebih mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Gunarsa dan Gunarsa (1986:84)

menambahkan bahwa dengan cara demokratik ini, rasa tanggung jawab

pada anak akan berkembang sehubungan dengan tingkah lakunya dan

selanjutnya dapat memupuk rasa percaya dirinya. Selain itu anak

cenderung lebih mandiri, tegas, ramah, mudah bekerjasama dengan

orang lain, mudah bergaul, dapat mengendalikan diri dan berkembang

secara optimal, hal ini dikarenakan kepercayaan dan sikap yang terbuka dari orangtua ke anak dalam aktualisasi dirinya. Hal ini menjadi dasar untuk hidup yang produktif.

b. Pola pengasuhan otoriter.

  Pola pengasuhan otoriter ditandai dengan peraturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan oleh orangtua terhadap anak. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan kurangnya persetujuan, pujian atau penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan orangtua. Pola pengasuhan otoriter selalu berarti mengendalikan tingkah laku anak dengan kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman terutama hukuman badan. Bahkan setelah anak bertambah besar, orangtua yang menggunakan pola otoriter yang kaku jarang mengendurkan pengendaliannya terhadap tingkah laku anaknya.

  Orangtua tidak mendorong anak untuk dengan mandiri mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka.

  Orangtua hanya mengatakan apa yang harus dilakukan dan tidak menjelaskan mengapa hal itu harus dilakukan. Jadi, anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri. Dalam keluarga otoriter anak tetap dibatasi dalam tindakan mereka, dan keputusan-keputusan tentang permasalahan mereka diambil oleh orangtua (Hurlock, 1999:93).

  Gunarsa (2004:280) menambahkan bahwa orangtua otoriter

  

yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu dari orangtua ke

anak. Kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak menyebabkan

ketrampilan berkomunikasi anak menjadi kurang.

  Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1986:82) pada cara otoriter ini

orangtua menentukan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati

oleh anak Kalau anak tidak memenuhi tuntutan orangtua, anak akan

diancam dan dihukum. Dengan cara otoriter, akan menjadikan anak

“patuh” di hadapan orangtuanya, tetapi di luar pengawasan orangtua,

anak dapat memperlihatkan reaksi-reaksi menentang atau melawannya

karena anak merasa “dipaksa” dalam perkembangannya.

  Gunarsa (2004:280) berpendapat bahwa pola pengasuhan

otoriter ini sering kali membuat anak memberontak. Anak akan

bersikap bermusuhan kepada orangtua serta sering kali meyimpan

perasaan tidak puas terhadap dominasi orangtua bila orangtuanya

keras, tidak adil, dan tidak menunjukkan afeksi. Selain itu anak

mungkin menjadi kurang yakin akan kemampuan dirinya, kurang

matang dan menjadi agresif bila orangtua juga menerapkan hukuman

fisik kepada anak. Kartono (1985:97-99) menambahkan bahwa dengan

cara otoriter ini, anak berkembang menjadi anak yang canggung dalam

pergaulan karena anak merasa tidak dapat mengimbangi teman-

temannya dalam banyak hal, sehingga anak menjadi pasif dalam

pergaulan, lama kelamaan anak akan mempunyai perasaan rendah diri diri, selalu tegang, khawatir, bimbang, labil dan anak tampak penurut tetapi perasaannya sering diliputi oleh kegelisahan dan potensinya tidak dapat berkembang secara maksimal.

c. Pola pengasuhan permisif.

  Dalam pola pengasuhan permisif biasanya orangtua tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui oleh masyarakat dan tidak menggunakan hukuman. Orangtua menganggap kebebasan sama dengan membiarkan anak-anak meraba-raba dalam situasi yang sulit untuk dijalani oleh anak sendiri. Anak sering tidak diberi batas-batas atau aturan-aturan yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri (Hurlock, 1999:93).

  Orangtua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Hanya pada hal-hal yang dianggapnya sudah keterlaluan oleh Orangtua, barulah orangtua bertindak mengendalikannya. Dalam pola permisif ini pengawasan menjadi longgar. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya, keadaan seperti ini terdapat pada keluarga-keluarga yang kedua orangtuanya bekerja, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam arti yang sebaik-baiknya. Karena harus menentukan sendiri, maka perkembangan kepribadian yang terlalu kuat dan kaku menhadapi larangan-larangan yang ada

dalam lingkungan sosialnya (Gunarsa dan Gunarsa, 1986:83).

  Dari penjelasan di atas, dalam pola pengasuhan permisif orangtua cenderung bersikap kurang tegas. Di sini anak diberi kebebasan untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Semua keputusan diberikan kepada anak, tanpa pertimbangan dari orangtua, sehingga sering anak tidak tahu apakah perilakunya itu benar atau salah. Pola pengasuhan permisif menempatkan orangtua pada posisi pasif dalam arti orangtua cenderung membiarkan anak bersikap tanpa batasan, aturan, dan larangan yang jelas. Sehingga anak dalam keluarga permisif tampak kurang matang secara sosial, mementingkan diri sendiri dan kurang percaya diri, ada juga yang agresif, terutama anak yang tidak pernah ditegur atau dilarang ketika anak bergaul dengan teman sebaya. Gunarsa (2004:281) menambahkan bahwa cara permisif ini ternyata menyebabkan anak tidak memiliki kontrol diri yang baik, anak menjadi egois, selalu memaksakan kehendaknya sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain.

C. Posisi serta Peran Orangtua dan Sekolah terhadap Perkembangan Anak

  Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan satu tugas mulia dari orangtua yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan.

  Telah banyak usaha yang dilakukan orangtua atau tenaga pendidik (sekolah)

  

berkaitan dengan perkembangan anak. Gunarsa dan Gunarsa (1986:5-6)

berpendapat bahwa perkembangan anak terjadi karena faktor kematangan dan

belajar. Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (bawaan)

dan faktor luar (lingkungan, pengalaman, pengasuhan).

  Keluarga tempat anak berasal mempengaruhi kemungkinan anak

menjadi orang yang bertanggung jawab atau tidak. Keluarga yang memiliki

hubungan antar anggota kurang dekat dan hubungan yang tidak harmonis

dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan anak menjadi tidak

optimal. Lingkungan atau komunitas tempat anak berada juga dapat

mempengaruhi anak tersebut, termasuk nilai-nilai yang dihayati oleh

komunitas tersebut. Apakah komunitas tersebut menekankan pada nilai

hedonisme sehingga anak akan melakukan apa pun untuk memuaskan dirinya

ataukah komunitas tersebut menekankan pada nilai moral seperti kejujuran

dan kerja keras, tentu semua ini akan mempengaruhi anak dalam mengambil

tindakan. Terutama, bila di dalam komunitas tersebut banyak model yang

melakukan tindakan negatif, maka remaja akan lebih berani mengikuti contoh

negatif tersebut. Di lain pihak, bila dalam lingkungan atau komunitas tersebut

nilai positif dijunjung tinggi maka remaja akan berpikir dua kali sebelum

melakukan tindakan negatif.

  Sekolah juga salah satu faktor penting dalam perkembangan anak.

Kurangnya keberhasilan akademik seperti nilai akademik yang rendah,

ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau bergaul yang baik dengan guru

  

menjadi penyebab munculnya tingkah laku yang tidak bertanggung jawab

pada anak. Sekolah merupakan suatu hal yang penting bagi anak, karena di

sekolah anak bertemu dengan teman-teman sebaya yang sedang berada pada

tahap perkembangan yang sama dengan diri anak tersebut. Sekolah juga dapat

membentuk perkembangan kepribadian dan sosial anak. Sekolah yang terlalu

menuntut anak untuk menjadi seperti apa yang diharapkan sekolah tanpa

memperhatikan kemampuan anak akan membuat anak merasa tertekan. Begitu

pula bila guru di sekolah bersikap tidak adil serta tidak mau memahami siswa.

  

Seseorang yang merasa tertekan tentu akan berusaha keluar dari tekanan

tersebut dengan berbagai cara. Bagi anak yang merasa tidak dapat

meyesuaikan diri di sekolah dan dengan gurunya, mungkin anak akan menjadi

lebih sering membolos sekolah, membuat ribut di kelas dan tindakan negatif

yang lain (Gunarsa, 2004:273-274).

  Pendidik pertama dan utama adalah orangtua, orangtualah yang

membimbing anak untuk bertingkah laku normatif serta berpengalaman dalam

pergaulan dan kewajiban bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang

lain. Namun tugas orangtua mendidik anak membutuhkan bantuan dari

sekolah. Sekolah mengambil bagian dalam usaha meraih tujuan hidup sebagai

mahkluk berbudaya dan bermasyarakat. Sekolah berperan membantu orangtua

pada bidang yang tak dapat ditangani oleh orangtua yaitu pengajaran. Sekolah

memberikan pengajaran tentang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

serta ketrampilan kerja sehingga anak siap memasuki lingkungan masyarakat

  

jawab tersebut berfungsi sebagai lembaga pengajaran. Sekolah bukan sebagai

pengganti orangtua melainkan membantu orangtua. Ini berarti bahwa sekolah