Sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap perilaku seksual homoseks - USD Repository

SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL HOMOSEKS

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Disusun Oleh : Paulina Alfania Kartikasari

  NIM: 019114017 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2007 S K R I P S I

SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL HOMOSEKS

  Oleh : Paulina Alfania Kartikasari

  NIM: 019114017 Telah disetujui oleh :

  Pembimbing, Drs. H. Wahyudi, M.Si. Tanggal 10 Oktober 2007

  S K R I P S I

SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARAM YOGYAKARTA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL HOMOSEKS

  Yang dipersiapkan dan ditulis oleh Paulina Alfania Kartikasari

  NIM: 019114017 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 12 November 2007 dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda tangan

  Penguji 1 : Drs. H. Wahyudi, M.Si. ……………… Penguji 2 : Sylvia Carolina M.Y.M., S. Psi, M.Si. ……………… Penguji 3 :

  A. Tanti Arini, S.Psi, M.Si. ……………… Yogyakarta, November 2007

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,

  ( P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. )

  

Ada Sesuatu Yang Indah

Saat kuberdiam....

  

Kurasa kedamaian

Kurasa sukacita

Kurasakan sesuatu yang tak bisa diungkapkan

Saat ku bernyanyi....

  

Ketenangan kudapatkan

Kekuatan baru kudapatkan

Kekuatan baru ku terima

Semangat ku mulai berapi-api

Saat kumendengarkan....

Ada kedasyatan yang luar biasa

Ada kemenangan yang luar biasa

  

Ada Keindahan yang kuraih

Saat ku membaca....

  

Hadirat-Nya kurasakan

Kuasa-Nya begitu nyata

Ingin rasanya mengenalkan pada mereka

Saat kumerenungkan....

  

Ada suatu kreatifitas yang keluar

Ada jalan keluar

Ada penyelesaian sesuatu yang tak terpikirkan

Saat kumembagikan....

  

Sukacita itu keluar

Ketenangan itu ada

Kelegaan dapat dirasakan

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis,

  

ABSTRAK

  Paulina Alfania Kartika Sari (2007). Sikap Mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta terhadap perilaku seksual homoseks. Yogyakarta : Fakultas Psikologi. Universitas Sanata Dharma.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Sikap Mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta terhadap perilaku seksual homoseksual. Sikap mahasiswa Sanata Darma terhadap perilaku seksual homoseks sebagai variabel penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah 102 Mahasiswa Sanata

  Darma Yogyakarta, yang diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan satu macam skala yaitu skala sikap. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, mean empirik, mean teoritik, dan standar deviasi.

  Hasil analisis data menunjukkan bahwa Mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta memiliki sikap yang negatif (tidak setuju) terhadap perilaku seksual homoseks. Hal ini ditunjukkan dari dari hasil perbandingan yang menyatakan mean empirik lebih kecil dari mean teoritis (114,74 < 135).

  

ABSTRACT

  Paulina Alfania Kartika Sari (2007). Sanata Dharma University Students attitude to homosexual behavior. Faculty Psychology Sanata Dharma University.

  The target of this research is to examine the attitude of Sanata Dharma University Students to homosexual behavior. The research variable of this research is Sanata Dharma University Students. The subject of this research is 102 Students of Sanata Dharma University that is obtained by using purposive sampling technique. The data collected in this research uses attitude scale. The analyzing method data that used in this reseach is descriptive statistical methods covering data by the presentation of calculation table asses maximum, minimum value, mean empiric, mean teoritic, and standard deviation.

  The result of data analysis indicates that Sanata Dharma Students have negative attitude (adverse opinion) to homosexual behavior. This matter is shown by the comparison result expressing the mean empiric which is smaller than the theoretical mean (114,74 < 135).

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah memberikan berkat dan kekuatan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Sylvia Carolina M.Y.M M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

  4. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  5. Segenap staff Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Pak Gie, Mbak Nanik, Mas Muji dan Mas Doni, atas segala bantuan yang diberikan untuk kelancaran studi penulis di Fakultas Psikologi.

  6. Untuk Orangtuaku yang telah mendidik, membimbing, memberi dukungan dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

  7. Adik-adikku tercinta, Betha dan Gamma yang telah membantuku dalam menyelesaikan skripsi.

  8. Keponakan-keponakanku tersayang, Geonk, Deron dan Titan yang lucu-lucu dan menyenangkan, makasi ya dah menghiburku.

  9. Sodara-sodaraku semuanya, mba Nina, mas Roni, dik Fika, Balita, Atin, Putri, Brili, Tika, Lintang, Bulan dan Ajeng, makasi atas segala dukungan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  10. My Lovely Dhany Apriyanto, yang selalu menemani dan selalu ada bersamaku, makasi baget ya atas cinta, perhatian, kesabaran, dukungan dan bantuannya selama ini. Kamu sangat berarti untukku.

  11. My best friends, The Lonchiez (Ita, Tyas, Vera, Anita, Mami, Cynthia, dan Yayack) makasi ya...kalian sudah menjadi teman yang baik untukku, mau mendengarkan curhatku, berbagi suka dan duka. Mizz u prend. mengerjakan skripsi.

  13. Untuk anjing kesayanganku, almarhum Poci (ciwawa) dan si nakal Kresi. (Golden, Chow-chow dan Herder). Makasi ya, kalian dah mau maen bareng ma aku. Luv u so.

  14. Untuk adik angkatku Helga, makasi ya dah mau berbagi kesedihan dan kebahagiaan bersamaku.

  15. Untuk adik-adik angkatan Psikologi Sanata Dharma, makasi dah mau membantuku dalam mengerjakan skripsi.

  16. Teman-teman kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, terima kasih atas canda dan tawanya selama ini.

  17. Untuk masa laluku, makasi ya karena kalian aku jadi tau apa arti hidup yang harus bertahan dengan sekuat hati.

  18. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah ikut membantu baik langsung maupun tidak langsung, tanpa bantuan kalian skripsi ini tidak akan terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

  Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

  Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. v ABSTRAK ........................................................................................................... vi ABSTRACT ......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR TABEL ………………………………………………….................. xiv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….................. xv

  BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………. .................. 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………..................... 1 B. Rumusan Masalah …………………………………….... .................. 6 C. Tujuan Penelitian ………………………………………. .................. 6 D. Manfaat Penelitian ……………………………………... .................. 6 BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................ 7 A. Sikap ................................................................................................... 7

  1. Definisi Sikap ............................................................................ 7

  2. Komponen sikap dan interaksinya ............................................ 8

  a. Komponen kognitif ............................................................. 8

  1. Pengertian Perilaku seksual ....................................................... 12

  E. Sikap Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Terhadap Perilaku Seksual Homoseks ................................................29

  D. Mahasiswa .......................................................................................... 26

  3. Perbedaan Waria dan Homoseksual ......................................... 25

  2. Klasifikasi Homoseksual ........................................................... 20

  1. Pengertian Homoseksual .......................................................... 17

  C. Homoseksual ...................................................................................... 17

  2. Tahap-tahap perilaku seksual .................................................... 15

  B. Perilaku Seksual ................................................................................. 12

  b. Komponen afektif ............................................................... 9

  f. Pengaruh faktor emosional ................................................. 12

  e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama .......................... 11

  d. Media massa ........................................................................ 11

  c. Pengaruh kebudayaan .......................................................... 11

  b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting ....................... 10

  a. Pengalaman pribadi ............................................................. 10

  c. Komponen konatif ............................................................... 9

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 31 A. Jenis Penelitian ................................................................................... 31 B. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................... 31

  C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... 32

  1. Sikap ............................................................................................. 32

  2. Perilaku Seksual ........................................................................... 32

  4. Mahasiswa Universitas Sanata Dharma....................................... 32

  D. Subjek Penelitian ................................................................................ 33

  E. Prosedur ……………………………………………………………. 33

  F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 34

  G. Estimasi Validitas dan Reliabilitas .................................................... 37

  1. Validitas ............................................................................... 37

  2. Reliabilitas ............................................................................... 37

  H. Analisis Data ..................................................................................... 39

  BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN .................................. 41 A. Persiapan Penelitian ........................................................................... 41

  1. Uji coba (try-out) alat ukur ………………………………………41

  2. Analisis item …………………………………………………… 42

  B. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 42

  C. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................... 43

  D. Hasil Penelitian …………………………………………………….. 43

  E. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 45

  BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 49 A. Kesimpulan ........................................................................................ 49 B. Saran ................................................................................................... 50

  DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52 LAMPIRAN ......................................................................................................... 55 \

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Spesifikasi Skala Sikap Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyarta Terhadap Perilaku Seksual Homoseks....................................

  Tabel II. Distribusi Item Sebelum Uji coba (try-out) ........................................... Tabel III. Blue Print Setelah Uji Coba .................................................................. Tabel IV. Blue Print Penelitian ............................................................................. Tabel V. Gambara Subjek Penelitian ................................................................... Tabel VI. Analisis Data Penelitian ....................................................................... Tabel VII. Hasil Analisis Umum dan Analisis Khusus ........................................ Tabel VIII. Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Aspek Sikap (Kognitif)............ Tabel IX. Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Aspek Sikap (Afektif) ................ Tabel X. Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Aspek Sikap (Konatif) ................ Tabel XI. Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Tahapan Perilaku Seksual (Bergandengan) ..........................................

  Tabel XII. Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Tahapan Perilaku Seksual (Berpelukan) ..............................................

  Tabel XIII. Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Tahapan Perilaku Seksual (Berciuman) .............................................

  Tabel XIV. Hasil Analisis Teoritik dan Empirik Tahapan Perilaku Seksual (Meraba) ..................................................

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran A. Try-out

  1. Reliabilitas

  2. Skala Ujicoba (try-out) Lampiran B. Penelitian

  1. Reliabilitas

  2. Skala penelitian

  3. Data Penelitian Lampiran C. Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini masalah seksualitas dapat lebih terbuka untuk

  dibicarakan. Banyak sekali literatur-literatur yang yang membahas tentang seksualitas, bahkan informasi-informasi tentang seksualitas dapat diperoleh dengan bebas dan cepat. Ini berarti masalah seksualitas cukup menarik untuk dikaji bagi masyarakat luas. Terlebih lagi jika hal itu terjadi pada individu yang berbeda dari individu lainnya, misalnya saja yang terjadi pada homoseksual. Homoseks merupakan sesuatu yang unik sehingga biasanya menarik untuk dibicarakan.

  Homoseks menurut Kartini Kartono (1989) adalah ketertarikan seksual kepada orang lain yang berjenis kelamin sama dengan dirinya sendiri daripada kepada jenis kelamin yang berlawanan. Bagi perempuan disebut

  lesbian dan bagi laki-laki disebut gay. Namun di Indonesia kata homoseks

  oleh awam hanya dipakai untuk mengacu pada laki-laki homoseks. Antara kaum homoseksual dan kaum waria memiliki suatu persamaan yaitu dalam hal orientasi seksualnya. Mereka merupakan orang-orang yang tertarik secara emosional maupun seksual kepada orang yang berjenis kelamin sama. Namun dunia waria memiliki ciri khas yang membedakannya, dimana secara fisik jenis kelamin mereka normal (dalam hal ini laki-laki), namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan jenis (perempuan). Dengan sendirinya gejala ini menjadi sangat berbeda dengan homoseksualitas yang semata-mata merujuk pada perilaku relasi seseorang (Manshur, dalam Wahyuningtyas, 2003). Dari segi jumlah homoseks antara laki-laki dan perempuan, kaum gay lebih banyak ditemui daripada kaum

  

lesbian . Hal ini mungkin berkaitan dengan beberapa hal, misalnya

  perempuan kurang ekspresif dalam seks dan cenderung tertutup, sementara laki-laki dianggap lebih terbuka dan bebas (www.geocities.com).

  Pandangan sosial budaya di Yogyakarta dan masyarakat Indonesia umumnya masih menganggap perilaku homoseksual sebagai pola hidup dari Negara Barat yang berusaha ditiru sekelompok kecil masyarakat (www.kompas.com). Dalam seminar “Pemberdayaan Hak-hak Sosial Politik bagi Masyarakat Homoseksual di Indonesia“, terungkap bahwa upaya mengaktualisasikan kehidupan lesbian, gay, biseksual dan transjender (LGBT) di Yogyakarta jauh lebih memprihatinkan ketimbang daerah lain, menyusul peristiwa penyerbuan kegiatan mereka di kawasan wisata Kaliurang Yogyakarta, 11 November silam (www.kompas.com).

  Tindak kekerasan yang dilakukan sekelompok pria di Kaliurang tersebut makin menguatkan stigma bahwa kalangan homoseksual tidak pantas diberi ruang di tengah masyarakat. Hilarus Mero dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (www.kompas.com) mengatakan, kondisi traumatis yang dihadapi homoseksual di Yogya merupakan ekses dari minimnya perhatian Negara terhadap hak warga untuk hidup berbeda. Belum ada satupun produk hukum yang secara gamblang mengakui hak warga Negara untuk memilih homoseksual sebagai pilihan hidup. Selain itu mahasiswa di Yogyakarta yang mengatakan bahwa eksistensi mereka sebagai kaum gay masih sering mendapat stigma dan perlakuan negatif dari masyarakat, termasuk aparat hukum. Mereka makin bertambah was-was seiring dengan masuknya ketentuan dalam RUU KUHP yang mengkriminalisasi pelaku hidup bersama tanpa terikat perkawinan (www.hukumonline.com).

  Masyarakat Yogyakarta menganggap bahwa keberadaan orang-orang yang memiliki orientasi homoseks merupakan kaum minoritas yang sering kali diabaikan, dianggap tidak normal. Hilarus Mero juga mengatakan bahwa semua kaum minoritas selalu sulit mendapatkan ruang gerak, termasuk kaum homoseksual. Homoseks dianggap menyimpang dari norma masyarakat, karena itu sangat sulit untuk mengakui orientasi yang dimiliki (www.kompas.com). Berbagai pandangan dari masyarakat ini berkaitan erat dengan bagaimana sikap mereka terhadap homoseksual. Seperti yang dikemukakan oleh Thurstone dan Charles Osgood (dalam Azwar 1988) yaitu bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) ataupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) objek tersebut (Azwar, 1988). Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang. Dalam bukunya (Azwar,1995) merumuskan komponen tersebut sebagai komponen kognitif (kepercayaan), komponen afektif (perasaan, emosional) dan komponen konatif (perilaku).

  Keberadaan kaum homoseksual saat ini tentu saja tidak lepas dari bagaimana sikap masyarakat terhadap mereka. Dengan adanya sikap yang negatif (tidak mendukung/tidak setuju) terhadap keberadaan kaum homoseksual dari masyarakat, maka dapat dimungkinkan bahwa masyarakat juga tidak setuju terhadap perilaku seksual homoseks. Hal ini dapat berpengaruh terhadap sikap mahasiswa terhadap perilaku seksual homoseks, karena hampir 20 % penduduk produktifnya adalah pelajar dan terdapat 137 perguruan tinggi, maka Yogyakarta merupakan kota yang diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia (www.wikipedia.org).

  Azwar (1998) mengatakan bahwa perilaku merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana/kompleks. Masters dkk (1982:1986) melihat seksualitas dari berbagai dimensi diantaranya dimensi biologis, dimensi psikososial dan dimensi perilaku. Dimensi biologis memandang dari fungsi seksualitas sebagai cara mendapatkan keturunan, hasrat seksual dan kepuasan seksual. Dimensi psikososial menyatakan bahwa seksualitas melibatkan faktor psikososial yaitu adanya emosi, pikiran dan kepribadian yang terlibat.

  Seksualitas dari dimensi perilaku atau disebut perilaku seksual adalah hasil dari perpaduan dimensi biologis dan psikososial.

  Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana sikap mahasiswa Yogyakarta terhadap perilaku seksual homoseks, dimana masyarakat Yogyakarta belum bisa menerima kaum homoseksual. Padahal Misalnya di Sulawesi Selatan, kaum homoseks (orang Bugis biasa menyebutnya bissu/calabay) mendapat posisi sebagai penasihat raja dan sangat berkuasa dalam mengurusi banda pusaka (Oetomo, 2001).

  Sebagaimana kita tahu bahwa mahasiswa adalah golongan pemuda (18- 30 tahun) yang secara resmi terdaftar pada salah satu Perguruan Tinggi dan aktif dalam Perguruan Tinggi yang bersangkutan (Sarlito, dkk 1979), sehingga berdasarkan usia, mereka dapat digolongkan pada usia dewasa awal. Pada usia dewasa awal, seseorang sudah harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru, mampu mencari jalannya sendiri, tidak dikuasai oleh orang tua, mampu mengungkapkan perasaan-perasaannya dan mampu menemukan kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 1999). Dengan demikian, mereka diharapkan dapat mengungkapkan sikap mereka sendiri terhadap perilaku seksual homoseks, yang mungkin saja berbeda dari sikap masyarakatnya.

  Peneliti juga hanya membatasi pada kaum gay saja karena ditemukannya perilaku yang berbeda-beda pada masing-masing orang dalam merespon sesuatu termasuk didalamnya merespon terhadap stimulus yang sifatnya erotik (Masters dkk, 1986), yang berarti bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai respon yang berbeda terhadap suatu stimulus, termasuk juga stimulus yang bersifat erotik. Dalam hal ini berarti bahwa kaum gay lebih dapat terbuka dalam mengungkapkan orientasi seksualnya daripada kaum lesbian sehingga perilaku seksualnya akan lebih mudah daripada kaum lesbian.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimana sikap mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta terhadap perilaku seksual homoseks?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta terhadap perilaku seksual homoseks.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi ilmu psikologi khususnya psikologi sosial.

  2. Manfaat praktis:

  a. Bagi mahasiswa dan masyarakat luas: dapat mengetahui sikap mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta (penerimaan/penolakan) terhadap perilaku seksual homoseksual.

  b. Bagi homoseksual: dengan mengetahui adanya sikap (menolak/menerima) dari mahasiswa, sehingga diharapkan kaum homoseksual dapat menempatkan diri ketika akan melakukan perilaku seksual di tempat-tempat umum.

BAB II LANDASAN TEORI A. SIKAP

1. Definisi Sikap

  Sikap memiliki beberapa definisi yang berbeda-beda. Sikap merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk berperilaku atau melakukan tindakan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan orang tersebut terhadap sesuatu hal tertentu. Individu tersebut akan bertindak sesuai dengan apa yang diyakininya. Menurut Secord dan Backman (dalam Azwar, 1988), sikap adalah keteraturan dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Menurut Louis Thurstone dan Charles Osgood (dalam Azwar, 1988), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung objek tersebut (Azwar, 1988).

  Menurut Allport, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu objek dengan cara-cara tertentu (dalam Azwar, 1988). Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek tertentu (Mar’at, 1981). Sikap terutama digambarkan sebagai kesiapan untuk selalu menanggapi dengan cara tertentu. Sikap sebagai “organisasi yang bersifat menetap dan proses motivasional, emosional, perceptual dan kognitif (Sears, 1994). Sikap negatif adalah kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek, menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu (Rukminto, 1994).

  Sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan (Winkel, 1991). Sikap juga relatif stabil, kecenderungan menetap untuk berpikir, merasakan dan bertindak dengan jalan yang konsisten mengenai objek tertentu, peristiwa, orang-orang, situasi atau konsep-konsep (Chaplin, 1985).

  Dari definisi-definisi diatas, peneliti mengambil arti sikap yang merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung dari objek tersebut.

2. Komponen Sikap Dan Interaksinya

  Dalam bukunya, Azwar (1995) menjelaskan bahwa ada tiga komponen sikap, yaitu: a. Komponen Kognitif

  Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dan apa yang dilihat atau apa yang telah diketahui sebelumnya. Berdasarkan apa yang telah dilihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat dan karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan ini terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi seseorang, apa yang diceritakan orang lain mengenai objek sikap, dan kebutuhan emosional dirinya sendiri. Mann (dalam Azwar, 1995) menyebutkan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

  b. Komponen Afektif Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif atau perasaan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek sikap. Mar’at

  (1981) menambahkan bahwa dalam komponen afektif terdapat evaluasi negatif atau positif, berupa perasaan suka-tidak suka terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif ini berpengaruh besar dalam pembentukan dan penghayatan sikap (Azwar, 1995).

  c. Komponen Konatif atau Perilaku Komponen mi menunjukkan perilaku atau kecenderungan berperilaku dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Sikap ini akan tercermin dalam bentuk tendensi perilaku dengan cara tertentu terhadap objek.

  Interaksi yang terjadi antara ketiga komponen mi bersifat selaras sama, ketiga komponen itu harus menuju kearah sikap yang sama. Jika ada salah satu di antara ketiga komponen sikap yang inkonsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang akan menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali (Azwar, 1995). Sebagai contoh, ketika A mempunyai anggapan bahwa B adalah orang yang jahat (komponen kognitif), ia menjadi tidak menyukai B (komponen afektif) sehingga A selalu menghindari pembicaraan dengan B (komponen konatif). Dalam hal ini A mempunyai sikap negatif terhadap B. Tetapi ketika suatu saat B menolong A di saat A benar-benar membutuhkan pertolongan, A merasa senang dengan perlakuan B. Pada saat itulah terjadi inkonsistensi pada komponen afektif. Maka secara alami akan terjadi perubahan sikap untuk menyeimbangkan kembali inkonsistensi tersebut. Pada akhimya A yang semula mempunyai sikap negatif terhadap B bisa berubah menjadi positif.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

  Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Menurut Azwar (1995) ada enam faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap: a. Pengalaman Pribadi Pengalaman seseorang yang berkaitan dengan objek psikologis akan membentuk suatu respon atau tanggapan. Tanggapan ini menjadi mengemukakan bahwa jika tidak ada pengalaman pribadi sama sekali dengan suatu objek psikologis, sikap yang terbentuk akan cenderung negatif terhadap objek tersebut.

  b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Seseorang yang berarti khusus bagi individu, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi tingkah laku dan pendapat individu, atau seseorang yang tidak ingin dikecewakan, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap individu tersebut terhadap sesuatu.

  Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri, atau suami, dan lain-lain.

  Pada umumnya, individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

  Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

  c. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan di mana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar dalarn pembentukan sikap individu tersebut. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah. Kebudayaan membentuk pengalaman individu yang mengikutinya.

  Sebagai sarana penyampaian informasi, media massa seringkali membawa pesan-pesan yang mengandung sugesti. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

  e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dan ajaran-ajaran agama yang dianut.

  f. Pengaruh Faktor Emosional Kadang-kadang suatu sikap merupakan pemyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustrasi dan pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Hal ini bisa bersifat sementara maupun menetap. Sikap yang dipengaruhi faktor emosional biasanya berbentuk prasangka.

B. PERILAKU SEKSUAL

1. Pengertian Perilaku seksual

  Perilaku merupakan reaksi yang dilakukan individu terhadap stimulus yang diterimanya. Chaplin (1989) membagi perilaku menjadi 2 yaitu perilaku yang langsung dapat diamati/overt behavior dan perilaku sebagai proses mental yang tidak langsung dapat diamati/covert

  behavior. Perilaku yang dapat diamati, dicatat dan diukur secara langsung meliputi apa yang dilakukan, dikatakan dan ditulisnya.

  Perilaku yang tidak dapat diamati, dicatat dan diukur secara langsung meliputi proses mental seperti perasaan, harapan, sikap, pikiran, ingatan, motivasi, persepsi, kepercayaan, tanggapan yang ada diotak, dan proses mental lainnya.

  Morgan (1987), mengartikan perilaku seksual sebagai segala sesuatu yang dapat dilakukan individu dan yang dapat diobservasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Morgan (1987), juga menjelaskan bahwa perilaku itu dapat diukur dengan melihat apa yang dilakukan seorang individu dan mendengarkan apa yang dikatakannya, sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan mengenai perasaan, sikap, pemikiran dan proses mental yang melatarbelakangi dan yang sedang terjadi.

  Perilaku merupakan reaksi yang dilakukan individu terhadap stimulus yang diterima. Azwar (1998), menyatakan bahwa perilaku merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana dan kompleks. Artinya stimulus yang sama belum tentu menimbulkan reaksi yang sama dan sebaliknya reaksi yang sama belum tentu karena stimulus yang sama.

  Sementara itu menurut Masters dkk (1986), seksualitas berasal dari dimensi pribadi yang menunjukkan bagaimana seseorang merespon sesuatu yang sifatnya erotis. Seksualitas adalah hal yang sangat unik karena proses ini bersifat sangat pribadi. Masalah seksualitas selalu menarik bagi manusia dari waktu ke waktu, terlihat dari tema seksualitas yang selalu ada dalam sejarah dan literatur. Nilai-nilai dalam seksualitas dipengaruhi oleh agama, filosofi, sistem sosial, dan pola hidup manusia yang sangat kompleks.

  Menurut Martono (dalam Hanani,1995), seksualitas merupakan energi psikis atau kekuatan yang mendorong organisme untuk melakukan sesuatu yang sifatnya seksual, baik untuk tujuan reproduksi maupun tujuan lain. Sarwono (1994), menyatakan bahwa pengertian seksualitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pengertian dalam arti sempit ialah bahwa seksualitas berarti kelamin yang terdiri dari alat kelamin, anggota- anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah yang membedakan laki-laki dan perempuan, kelenjar dan hormon kelamin, hubungan seksual, serta pemakaian alat kontrasepsi. Pengertian dalam arti luas adalah bahwa seksualitas itu merupakan segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin, seperti perbedaan tingkah laku, atribut, peran atau pekerjaan, dan hubungan laki-laki dan perempuan.

  Master dkk (1982;1986), melihat seksualitas dari berbagai dimensi perilaku. Dimensi biologis memandang dari fungsi seksualitas sebagai cara mendapatkan keturunan, hasrat seksual dan kepuasan seksual. Dimensi psikososial menyatakan bahwa seksualitas melibatkan faktor psikososial yaitu adanya emosi, pikiran, dan kepribadian yang terlibat.

  Seksualitas dari dimensi perilaku atau disebut perilaku seksual adalah hasil dari perpaduan dimensi biologis dan psikososial.

  Kallen, dkk (1984), menyatakan bahwa perilaku seksual merupakan salah satu perilaku sosial yang diatur melalui norma-norma dan dipelajari melalui proses sosialisasi. Perilaku seksual dapat ditujukan pada lawan atau sesama jenis dan bertujuan untuk memperoleh kepuasan serta dipengaruhi oleh pola-pola belajar yang diperoleh individu melalui proses belajar (Isriati, 1999). Lebih lanjut dijelaskan oleh Faturochman (1990), bahwa perilaku seksual sebenarnya perilaku yang wajar dalam arti sebagian besar manusia pada akhirnya mengalami hal itu. Perilaku seksual melibatkan orang lain berarti perilaku seksual merupakan perilaku sosial. Seperti perilaku sosial yang lain, maka perilaku seks dalam kehidupan sosial diatur sesuai norma yang berlaku. Salah satu norma yang mengatur perilaku seksual menyatakan bahwa hubungan seksual hanya bisa dilakukan dalam lembaga perkawinan.

  Sementara itu Sarwono (1994), menyatakan bahwa bentuk ekspresi seksual. Sedangkan Master dkk (1982), berpendapat bahwa perilaku seksual tidak hanya aktivitas seks saja seperti masturbasi, berciuman, sampai bersenggama. Namun menyangkut berkencan, bercumbu dan membaca bacaan porno. Objek seksual dalam hal ini bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2002). Stimulus- stimulus erotis tersebut muncul akibat dari dorongan seksual pada masa remaja (Jersild, 1963).

  Masters dkk (dalam Naryanti, 2001), secara garis besar melihat perilaku seksual dalam dua bentuk, yaitu noncoital sex play (perilaku seksual tanpa coitus/sanggama) dan coital sex play ( perilaku seksual dengan coitus/sanggama). Banyak yang mendiskripsikan semua aktivitas seksual sebelum melakukan intercouse disebut foreplay yang artinya permulaan untuk melakukan intercouse. Terkadang aktivitas yang menyerupai foreplay dilakukan sesudah melakukan intercouse yang disebut afierplay. Bila hanya melakukan foreplay tanpa dilanjutkan dengan intercouse maka disebut noncoital seks play.

  Dari definisi-definisi yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang bersifat erotis yang melibatkan dimensi biologis (sebagai hasrat seksual, kepuasan sosial) dan dimensi psikososial (melibatkan emosi, pikiran dan kepribadian).

  Master dkk (dalam Naryanti, 2001), membuat pengertian tahap-tahap perilaku seksual sebagai berikut: a. Memegang dan bergandengan tangan

  Memegang dan bergandengan tangan adalah salah satu bentuk dari sentuhan. Sentuhan adalah salah satu bentuk perilaku dan dapat berarti beberapa hal. Menyentuh sebagai salah satu bentuk komunikasi, contohnya memberi selamat, mengucapkan salam, dan lain-lain. Sentuhan dapat berarti pula untuk mendapatkan kesenangan seksual. Tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu untuk memberikan rasa nyaman dan kepercayaan.

  b. Berpelukan Berpelukan adalah salah satu satu bentuk sentuhan fisik dimana dua orang saling merapatkan tubuh yang dapat berarti simbol afeksi dan dapat bersifat sangat sensual.

  c. Berciuman Berciuman adalah salah satu bentuk sentuhan yang dapat berarti simbol afeksi dan dapat bersifat sangat sensual. Ciuman dapat berupa ciuman ringan seperti cium kening, cium pipi, dan dapat berupa ciuman yang bersifat sensual seperti ciuman bibir dan ciuman di leher (necking). d. Menyentuh dengan memberi stimulasi untuk kesenangan seksual pada bagian tubuh yang peka, contohnya menyentuh payudara. Biasanya dilakukan pria kepada wanita.

  Memberi stimulasi pada alat vital akan memberi kesenangan secara seksual, sebab daerah genital adalah tempat yang sangat sensitif untuk disentuh. Bila pasangan saling memegang alat kelamin kemudian memberi stimulasi secara kontinyu, sering disebut saling memasturbasi.

  f. Petting

  Petting adalah kontak fisik antara pria dan wanita dalam usaha

  menghasilkan kesenangan seksual tanpa coitus (tanpa masuknya penis ke vagina). Ada pendapat bahwa petting dilakukan untuk membantu mempersiapkan organ genital sebelum seseorang siap untuk melakukan penetrasi (memasukkan penis ke vagina). Petting sering disebut hampir melakukan hubungan seksual. Terdapat pendapat bahwa petting dilakukan untuk mengekspresikan perilaku seksual, namun tetap menjaga keperawanan.

  g. Oral genital seksual

  Oral genital seksual adalah perilaku seksual yang menekankan

  pemberian stimulus genital oleh mulut. Pemberian stimulus genital oleh mulut juga sering dilakukan sebelum orang melakukan coital seksual. Oral

  

genital seksual yaitu memberi stimulasi pada alat kelamin laki-laki dengan

  mulut dan lidah yang disebut fellatio, sedangkan memberi stimulasi pada alat kelamin wanita dengan mulut dan lidah disebut cunnilingus. Oral genital seksual dapat berupa jilatan, hisapan, ciuman, dan gigitan.

  h. Anal seksual penis pria atau dengan benda lain. Pasangan dengan orientasi homoseksual sering menggunakan metode ini untuk aktivitas seksualnya. Saat ini terdapat pasangan heteroseksual yang mencoba anal seksual, tapi cara ini tidak dianjurkan sebab rektum (anus) dapat menjadi luka.

  Perilaku seksual homoseksual yang dimaksud disini adalah perilaku yang langsung dapat diamati /overt behavior yaitu perilaku bergandengan tangan, berpelukan, berciuman dan meraba organ seks.

C. HOMOSEKSUAL

1. Pengertian Homoseksual

  Homoseks berasal dari bahasa Yunani "homo" yang berarti manusia sejenis, bukan berasal dari bahasa bahasa latin "homo" yang berarti lelaki. Batasan ini jelas menekankan pada kesamaan jenis dua manusia yang terlibat dalam hubungan seksual (Hawkins, dalam Thadeus, 2003).

  Menurut Chaplin (1999), homoseksualitas ini bisa mencakup segenap jajaran tingkah laku, dari seksualitas yang tampak jelas yaitu masturbasi timbal balik, menjilat kemaluan wanita (cunniliction) memasukkan penis dalam mulut orang lain lalu menggesek- gesekkannya dengan bibir serta lidah untuk membangkitkan orgasme (fellatio), atau persenggaman dubur (anal intercourse) sampai pada hasrat terhadap lawan jenis kelamin yang ditekan kuat-kuat. orientasi atau pilihan seks pokok atau dasarnya, entah diwujudkan atau dilakukan ataupun tidak, diarahkan kepada sesama jenis kelaminnya.

  Oetomo mengungkapkan bahwa seksualitas homoseksual adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan seks dalam diri seorang homoseksual yang terdiri atas 3 aspek, yaitu:

  1. Orientasi (arah atau sasaran) seksual: Orientasi seksual disini menunjukkan arah atau sasaran ketertarikan fisik dan emosi pada orang lain, apakah itu pada sesama jenis kelamin atau lawan jenisnya atau kedua-duanya. Orientasi seks merupakan bagian yang manunggal (integral) dan tidak dapat diubah dari dalam diri. Oleh karena masyarakat cenderung menekankan heteroseksualitas sebagai norma, maka banyak orang berorientasi homoseks menolak, menyembunyikan atau menekan orientasi seksualnya.

  2. Identitas (jati diri atau konsep diri) seksual: Identitas seksual berkaitan dengan bagaimana individu mmandang dirinya dan menghadirkan dirinya pada orang lain.

  Masyarakat menganggap semua orang berorientasi heteroseks.

  Bagi orang yang beridentitas homoseks, hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan kecemasan pada individu homoseksual. Untuk itulah, seorang homoseksual diminta untuk berani coming out atau keluar dari identitas palsu atau semu.

  3. Perilaku (perbuatan atau kegiatan) seksual: Perilaku seksual adalah cara-cara untuk menyatakan atau mengekspresikan diri secara seksual atau perbuatan dan kegiatan seksual yang dilakukan. Menurut Sukadana (dalam Oetomo, 2001), terdapat 2 hubungan homo seksual, yang diwujudkan antar laki-laki yaitu:

  1. Hubungan yang non-genital (tidak melibatkan alat kelamin).

  Contoh: mengagumi orang sesama jenis, merasa dekat dengan orang sesama jenis sehingga menggandeng tangan, memeluk, mencium atau membelai-belai bagian-bagian tubuh yang bukan alat kelamin.

  2. Hubungan yang genital (melibatkan alat kelamin).

  a. Hubungan tanpa kontak langsung, seperti masturbasi dual.

  b. Hubungan dengan kontak langsung, seperti masturbasi mutual, koitus interfemoral (sela paha), dan koitus oral atau anal. Berdasarkan definisi-definisi diatas, homoseks dapat diartikan sebagai seseorang yang merasa tertarik secara seksual terhadap orang lain yang berjenis kelamin sama, yang diwujudkan dalam bentuk

2. Klasifikasi Homoseksual

  Ada beberapa klasifikasi homoseksual yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya oleh Tripp. Tripp (dalam Mayasari, 2001) menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

  a. Homoseksual Eksklusif Homoseksual eksklusif yaitu ketertarikan erotis seseorang hanya pada sesama jenis, daya tarik lawan jenis tidak dapat memunculkan minat seksual orang tersebut. Mereka biasanya baik secara terbuka maupun tertutup mcngakui identitas seksual mereka adalah homoseksual.

  b. Homoseksual Fakultif Homoseksual fakultatif yaitu pada situasi-situasi yang tertentu perilaku homoseksual dilakukan untuk menyalurkan dorongan seksualnva karena tidak adanya pasangan lawan jenis. Identitas seksual yang diakui dari orang-orang yang terrnasuk dalam kelompok ini biasanya adalah heteroseksual.

  c. Biseksual.

  Biseksual yaitu orang yang dapat memperoleh kepuasan erotis baik: dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Identitas seksual yang diakui biasanya antara biseksual atau heteroseksual.

Dokumen yang terkait

Hubungan antara media elektronik terhadap perilaku seksual remaja di kecamatan Sumbersari kabupaten Jember

0 3 97

Pengaruh agama terhadap perilaku berbusan muslimah studi kasus: mahasiswa UIN syarih Hidayatullah

1 8 99

Hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1 7 88

Hubungan pengetahuan, sikap, persepsi, dan keterampilan mengendara mahasiswa terhadap perilaku keselamatan mengendara (safety riding) di Universitas Gunadarma Bekasi tahun 2009

13 74 98

Pengaruh pengetahuan keuangan dan materialisme terhadap perilaku menabung pada mahasiswa Dengan impulsive consumption Sebagai variabel mediasi - Perbanas Institutional Repository

0 5 18

Pengaruh pengetahuan keuangan dan materialisme terhadap perilaku menabung pada mahasiswa Dengan impulsive consumption Sebagai variabel mediasi - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

Pengaruh peer group dan pendidikan keuangan Keluarga terhadap perilaku Menabung mahasiswa - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

Pengaruh peer group dan pendidikan keuangan Keluarga terhadap perilaku Menabung mahasiswa - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

Pengaruh peer group dan pendidikan keuangan Keluarga terhadap perilaku Menabung mahasiswa - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

Pengaruh pengetahuan keuangan dan sikap terhadap uang pada perilaku menabung mahasiswa yang Dimediasi oleh locus of control - Perbanas Institutional Repository

0 0 17