Hubungan intertekstual novel Misteri cincin yang hilang karya S. Mara GD dan Novel Kubur berkubah karya Agatha Christie - USD Repository

  

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL NOVEL MISTERI CINCIN

YANG HILANG KARYA S. MARA GD DAN NOVEL KUBUR BERKUBAH

KARYA AGATHA CHRISTIE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Debby Agustini

  

NIM: 054114020

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

HUBUNGAN INTERTEKSTUAL NOVEL MISTERI CINCIN

YANG HILANG KARYA S. MARA GD DAN NOVEL KUBUR BERKUBAH

KARYA AGATHA CHRISTIE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Debby Agustini

  

NIM: 054114020

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

A Woman Prayer

I pray for a man That will be a part of my life A man that really loves You more than everything A man that will take me in the second place of his heart A man that lives not for his self but for You Face and physical attraction are not important The most important is I want a heart that really loves and thirsty of You And has desire to be like Jesus And he must know for whom and for what he lives So his life is not useless Someone that has a wise heart not only smart brain A man that not only loves me, but also respect me A man that not only can adore me, but can warn me when I am wrong A man that loves me not from my smooth levels but from my heart A man can be my best friend in any time and situation A man that makes me feel a women when I am beside him I am not asking for a perfect he But I ask for an important he So I can make he perfect in Your eyes A man that needs my support for the strength A man that needs my prayer for his life A man that needs my smile to cover his sadness A man that needs my love so he could feel love And I also ask

  Make me women that can made he proud Give me a heart that really love You So I could love him with Your love, not love him with my love Give me Your gentle spirit So my personality does not come from my outside, but came from You Give me Your hands that I always be able to pray for him Give me Your eyes so I could so many good things in him not the bad ones Give me Your mouth that is filled with Your words of wisdom and encourage So I could support him everyday Give me Your lips and I will smile at the every time And I want that when we finally meet both of us can say How great thou art Thank you give me someone that can make me like perfect I know that You want us to meet at the right time Amen

  Dedicated for: My lovely husband

  My parents My little brothers

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 12 Mei 2009 Penulis

  Debby Agustini

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Debby Agustini Nomor Mahasiswa : 054114020 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

”HUBUNGAN INTERTEKSTUAL NOVEL MISTERI CINCIN YANG

HILANG KARYA S. MARA GD DAN NOVEL KUBUR BERKUBAH

  KARYA AGATHA CHRISTIE”

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 5 Juni 2009

KATA PENGANTAR

  Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Mahaesa karena berkat kasih-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi dan melengkapi syarat guna mencapai gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Besarnya tantangan yang dihadapi menyebabkan penulis memohon bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala hormat, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat: 1.

  Ibu SE. Peni Adji, S.S, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang dengan kesabaran dan kesungguhan membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

  2. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum, selaku dosen penguji.

  4. Para dosen dan staf di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  5. Mama dan adik-adik yang menjadi motivasi penulis menyelesaikan skripsi.

  6. Un_tha, suami tercinta yang selalu memberikan seluruh waktu dan cintanya untuk mendampingi dan memberi semangat penulis.

  7. Pakdhe, Vika, dan Snoopy yang rela meminjamkan komputer dan printer.

  8. Seluruh mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2005.

  Akhirnya, dengan penuh kesadaran penulis menyadari segala kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Untuk itu, demi perbaikan skripsi ini, kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

  Penulis

  

ABSTRAK

Agustini, Debby. 2009. Hubungan Intertekstual Novel Misteri Cincin yang

Hilang Karya S. Mara Gd dan Novel Kubur Berkubah Karya Agatha Christie. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Prinsip intertekstual didasari asumsi bahwa setiap teks baru akan bermakna penuh jika dihubungkan dengan teks lain. Dalam hal ini, penulis menemukan keterkaitan antara novel Misteri Cincin yang Hilang (MCH) karya S. Mara Gd dan novel Kubur Berkubah (KB) karya Agatha Christie dalam tiga unsur intrinsiknya, yakni plot, tokoh dan penokohan, dan tema. Kajian ini bertujuan menganalisis ketiga unsur tersebut dalam kedua novel dan meneliti bentuk-bentuk hubungan intertekstualnya.

  Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan objektif dalam menganalisis struktur kedua novel tersebut dan pendekatan intertekstual untuk mengkaji hubungan di antara struktur kedua novel. Dalam menjalankan penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis untuk menguraikan objek penelitian dan metode deskriptif untuk menjelaskannya dan menyajikannya.

  Analisis struktural terhadap kedua novel tersebut menghasilkan pemahaman yang mendalam tentang struktur yang membangun cerita di dalamnya. Kajian intertekstual pada kedua novel tersebut menunjukkan adanya hubungan intertekstual pada unsur plot yang terdapat dalam lima motif, unsur tokoh dan penokohan yang terdapat dalam empat tokoh yang mempunyai peran yang sama, dan unsur tema dalam empat tema minor dan (satu) tema mayor. Novel MCH telah mentransformasikan novel KB yang menjadi hipogramnya. Dalam transformasi tersebut, terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan. Kesamaan yang ada merupakan wujud dari penerusan konvensi, yaitu pola pemplotan yang sama dengan memunculkan beberapa motif yang sama, adanya tokoh pemicu terbongkarnya kasus kejahatan, saksi yang terbunuh, tokoh pemecah masalah, dan pelaku utama kejahatan, serta kesamaan pada tema mayor. Perbedaan yang ada merupakan bentuk penyimpangan yang terkait dengan latar sosial-budaya yang berbeda dan menjadi wujud daya kreativitas dan konsep estetika yang tersendiri. Adapun perbedaan dan variasi itu tampak pada motif pembunuhan saksi-saksi, motif penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah, penokohan pelaku utama kejahatan, tokoh pemecah masalah, serta tema minor.

  

ABSTRACT

Agustini, Debby. 2009. Intertextual Relationship Between Novel Misteri

  Cincin yang Hilang By S. Mara Gd and Novel Kubur Berkubah By Agatha Christie. Thesis. Yogyakarta: Department of Indonesian Literature, Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

  Concept of intertextuality is build with an assumption that every text will get its significance in relation with other text. In this case, the writer found referentiality between Misteri Cincin yang Hilang (MCH) S. Mara Gd and Kubur

  

Berkubah (KB) Agatha Christie on its three instrinsical elements, which are plot,

  character and characterization, and theme. This study aims to analyze those three elements in both novels and study the referentiality.

  In this study, I use objective approach to analyze structural aspect of both novels and intertextual approach to study the relationship of the structure in both novels. To do this study, I use method of analyze to disentangle the object of the study and descriptive method to explain and deliver the result of analysis.

  Structural analysis toward both novels results on deep understanding about the structure constructing story in both novels. The study of intertextuality on both novels shows the intertextual relationship on plot element which is on five motives, character and characterization element on four character which have same function, and theme element which is on four minor themes and (a) major theme. MCH has already transformed KB as its hypogram. In this transformation, there are several similarities and differences. The similarities exist are form of convention continuity (affirmation), that are same plotting model in where several similar motives appear, existing of character of case disclosure’s triggerer, murdered witness, problem solver, and the main criminal, and the same major theme. The differences exist are form of deviation which has relation with different sociological-cultural background and become shape of creativity and apart esthetical concept. While the differences and variations appear on motif of witnesses murder, motif of accession toward unguilty person, characterization of main criminal, character of problem solver, and minor theme.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ......................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN........................... ........................................iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............ ............................................ v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……...……………… vi KATA PENGANTAR .................................................................................vii ABSTRAK…….. ..........................................................................................ix

  ABSTRACT …................................................................................................. x

  DAFTAR ISI.................................................................................................xi

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

  1.2 Rumusan Masalah .. ........................................................................4

  1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... ...... 4

  1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... ...... 4

  1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ..... ...................................... 5

  1.5.1 Tinjauan Pustaka ... ...................................................................... 5

  1.5.2 Landasan Teori ............................................................................ 8

  1.5.2.1 Analisis Struktural .................................................................... 8

  1.5.2.1.1 Plot ... ..................................................................................... 9

  1.5.2.1.2 Tokoh dan Penokohan ......................................................... 11

  1.5.2.1.3 Tema .................................................................................... 13

  1.5.2.2. Kajian Intertekstual .... ........................................................... 14

  1.6 Metode dan Teknik Penelitian ... .................................................. 16

  1.6.1 Metode Penelitian ... .................................................................. 16

  1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 17

  1.6.3 Sumber Data .............................................................................. 18

  BAB II ANALISIS STRUKTURAL NOVEL MISTERI CINCIN YANG HILANG KARYA S. MARA GD DAN NOVEL KUBUR BERKUBAH KARYA AGATHA CHRISTIE

  2.1 Pengantar ...................................................................................... 19

  2.2 Analisis Struktural Novel Kubur Berkubah.. ................................ 19

  2.2.1 Analisis Plot Novel Kubur Berkubah......................................... 20

  2.2.1.1 Tahap Penyituasian .. .............................................................. 20

  2.2.1.2 Tahap Pemunculan Konflik ... ................................................ 23

  2.2.1.3 Tahap Peningkatan Konflik.. .................................................. 27

  2.2.1.4 Tahap Klimaks... ..................................................................... 28

  2.2.1.5 Tahap Penyelesaian................................................................. 28

  2.2.1.6 Pembahasan Plot Novel Kubur Berkubah............................... 31

  2.2.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Kubur Berkubah ... ....... 32

  2.2.2.1 Tokoh Protagonis... ................................................................. 32

  2.2.2.2 Tokoh Antagonis..................................................................... 35

  2.2.2.3 Tokoh Bawahan... ................................................................... 36

  2.2.3 Analisis Tema Novel Kubur Berkubah... ................................... 41

  2.2.3.1 Tema Minor............................................................................. 41

  2.2.3.1.1 Keserakahan pada Harta Berakibat Buruk... ........................ 41

  2.2.3.1.2 Cinta Sejati Menuntut Kejujuran... ...................................... 42

  2.2.3.1.3 Bangunan Bersejarah Patut Dilestarikan.............................. 43

  2.2.3.1.4 Orangtua Seringkali Membela Anaknya Meski Bersalah.... 45

  2.2.3.2 Tema Mayor: Kejahatan Walau Ditutup-tutupi akan Terbongkar Juga......................................................................... 46

  2.2.4 Keterkaitan Antarunsur Intrinsik................................................ 48

  2.3 Analisis Struktural Novel Misteri Cincin yang Hilang................. 50

  2.3.1 Analisis Plot Novel Misteri Cincin yang Hilang ....................... 51

  2.3.1.1 Tahap Penyituasian .. .............................................................. 51

  2.3.1.2 Tahap Pemunculan Konflik ... ................................................ 52

  2.3.1.3 Tahap Peningkatan Konflik.. .................................................. 55

  2.3.1.5 Tahap Penyelesaian................................................................. 60

  2.3.1.6 Pembahasan Plot Novel Misteri Cincin yang Hilang.. ........... 61

  2.3.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Misteri Cincin yang

  Hilang ......................................................................................... 62

  2.3.2.1 Tokoh Protagonis... ................................................................. 62

  2.3.2.2 Tokoh Antagonis..................................................................... 65

  2.3.2.3 Tokoh Bawahan... ................................................................... 68

  2.3.3 Analisis Tema Novel Misteri Cincin yang Hilang..................... 72

  2.3.3.1 Tema Minor............................................................................. 72

  2.3.3.1.1 Keserakahan pada Harta Berakibat Buruk... ........................ 72

  2.3.3.1.2 Cinta Sejati Muncul dari Kejujuran... .................................. 73

  2.3.3.1.3 Hubungan Sesama Jenis Tidak Diterima oleh Masyarakat...76

  2.3.3.1.4 Orangtua Seringkali Membela Anaknya Meski Bersalah.... 77

  2.3.3.1.5 Bangunan Bersejarah Patut Dilestarikan.............................. 78

  2.3.3.2 Tema Mayor: Kejahatan Walau Ditutup-tutupi akan Terbongkar Juga...................................................................... 79

  2.3.4 Keterkaitan Antarunsur Intrinsik................................................ 81

  2.4 Rangkuman... ................................................................................ 83

  BAB III ANALISIS HUBUNGAN INTERTEKSTUAL NOVEL MISTERI CINCIN YANG HILANG KARYA S. MARA GD DAN NOVEL KUBUR BERKUBAH KARYA AGATHA CHRISTIE

  3.1 Pengantar ...................................................................................... 84

  3.2 Hubungan Intertekstual Unsur Plot .............................................. 85

  3.2.1 Motif Perkenalan Antartokoh .................................................... 86

  3.2.2 Motif Pembunuhan Saksi-saksi ................................................. 87

  3.2.3 Motif Penyelidikan Kasus .. ....................................................... 88

  3.2.4 Motif Penuduhan terhadap Orang yang Tidak Bersalah .. ......... 89

  3.2.5 Motif Pembongkaran Kasus ...................................................... 90

  3.3 Hubungan Intertekstual Unsur Tokoh dan Penokohan .. .............. 93

  3.3.1 Tokoh Pemecah Masalah .. ........................................................ 93

  3.3.2 Tokoh Pelaku Utama Kejahatan................................................. 96

  3.3.3 Tokoh Saksi yang Terbunuh.. .................................................... 97

  3.3.4 Tokoh Pemicu Terbongkarnya Kasus.. ...................................... 99

  3.3.5 Kesimpulan.. ............................................................................ 100

  3.4 Hubungan Intertekstual Unsur Tema.. ........................................ 102

  3.4.1 Tema: Orangtua Seringkali Membela Anaknya meski Anaknya Bersalah .................................................................... 103

  3.4.2 Tema: Keserakahan pada Harta Berakibat Buruk.................... 103

  3.4.3 Tema: Bangunan Bersejarah Patut Dilestarikan.. .................... 104

  3.4.4 Tema: Cinta Sejati Ada dalam Kejujuran.. .............................. 105

  3.4.5 Tema: Kejahatan Walau Ditutup-tutupi Akhirnya Terbongkar Juga .......................................................................................... 106

  3.4.6 Kesimpulan.. ............................................................................ 108

  3.5 Rangkuman: Kajian Hipogram.. ................................................. 109

  BAB IV PENUTUP

  4.1 Kesimpulan .... ............................................................................ 112

  4.2 Saran ........................................................................................... 114 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Penulisan sebuah karya sastra tidak lepas dari sejarah sastra pada masa itu karena tidak ada sebuah karya sastra yang lahir dalam kekosongan situasi (Teeuw, 1980:11). Hal inilah yang mendasari sebuah kajian intertekstual. Hubungan intertekstual dapat diartikan sebagai keterkaitan sejarah baik berupa pertentangan maupun persamaan antarsejumlah teks dengan asumsi sebuah teks merupakan transformasi teks lainnya (Pradopo, 1995: 167). Kajian intertekstual mempunyai arti penting dalam memberikan makna penuh kepada karya sastra dalam dimensi yang baru, lebih penuh dari makna yang dapat digali dari unsur-unsur intrinsik karya itu sendiri (Teeuw, 1983:69). Dengan demikian, kajian intertekstual dapat dipahami sebagai usaha menemukan makna baru dari karya sastra dengan membandingkan unsur-unsur yang ada di dalamnya dengan unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra lain yang menjadi latar belakang sejarahnya.

  Dalam hal ini, penulis menemukan keterkaitan antara novel Misteri Cincin

  

yang Hilang (MCH) karya S. Mara Gd dan novel Kubur Berkubah (KB) karya

  Agatha Christie dalam beberapa hal, di antaranya adalah unsur-unsur intrinsik berupa plot, tokoh dan penokohan, serta tema. Kedua novel tersebut mengandung tema yang sama, yakni kejahatan yang ditutup-tutupi akhirnya terbongkar juga. Di

  2 kesamaan peran dengan beberapa karakterisasi yang mirip. Plot cerita yang ada dalam kedua novel tersebut juga mengandung beberapa motif yang sama. Oleh karena itu, penulis akan menganalisis hubungan intertekstual kedua novel tersebut secara lebih mendalam.

  Penulis tertarik mengkaji kedua novel tersebut karena beberapa alasan. Pertama, penulis menemukan adanya hubungan pada struktur kedua novel tersebut. Kedua, sepanjang pengamatan penulis terhadap karya-karya ilmiah yang mengkaji novel Indonesia, penelitian terhadap novel populer, khususnya novel detektif Indonesia relatif minim. Hal itu bertolakbelakang dengan relatif banyaknya penelitian terhadap novel berbobot sastra. Ketiga, pengalaman S. Mara Gd menerjemahkan novel-novel kriminal-detektif karya Agatha Christie (Kurniawan, 2002) mendukung teori hubungan intertekstual yang mengatakan bahwa lahirnya sebuah karya sastra tidak lepas dari sejarah sastra dan situasi yang tidak kosong. Pengalaman S. Mara Gd tersebut mempunyai peran dalam hubungan intertekstual novelnya dengan novel karya Agatha Christie.

  Novel KB menceritakan tentang petualangan seorang detektif dalam sebuah undangan permainan pelacakan pembunuhan yang diadakan atas nama sepasang suami-istri di rumahnya. Pada waktu permainan berlangsung, sang pemeran korban pembunuhan ditemukan dalam keadaan benar-benar mati terbunuh.

  Beberapa hari kemudian, kakek sang korban pembunuhan juga tewas terbunuh. Setelah diselidiki, ternyata kedua korban pembunuhan tersebut merupakan saksi kunci suatu kasus pembunuhan yang terjadi beberapa tahun sebelumnya yang

  3 sebenarnya. Wanita yang berperan sebagai istri pemilik rumah sebenarnya bukanlah istri yang asli. Akhirnya terungkap bahwa sang suamilah yang membunuh istrinya yang kemudian dikubur di pekarangan rumah yang kini di atasnya dibangun sebuah bangunan semacam kuil kecil berpilar persegi empat.

  Novel MCH menceritakan petualangan seorang gadis yang ingin mengungkap kembali sejarah keluarga mendiang ayahnya yang sebelumnya tidak diketahui olehnya. Ia diundang oleh paman dan bibinya ke rumah mereka yang dulunya adalah rumah kakeknya. Tanpa diduga, sejarah keluarga dari ayahnya tersebut menyimpan sebuah kasus pembunuhan yang sudah lama terpendam dan belum terungkap hingga saat itu. Salah satu saudara ayahnya yang merupakan anak angkat kakeknya konon telah lama meninggalkan rumah kakeknya. Ternyata ada sebuah rahasia di balik cerita kaburnya saudara ayahnya tersebut. Gadis itu semakin tertarik menelusuri kasus tersebut sehingga mengusik ketenangan sang pelaku pembunuhan yang kemudian membunuh beberapa orang yang merupakan saksi dan terkait dengan kasus pembunuhan di masa lalu itu. Seorang polisi bersama sahabatnya membantu mengungkap kasus tersebut. Akhirnya terungkap bahwa cerita kaburnya saudara ayah gadis itu dari rumah kakeknya ternyata hanya kabar bohong. Saudara ayahnya telah lama dibunuh dan dikuburkan di kebun belakang rumah, tepatnya di dalam sebuah kandang kuda yang kemudian diplester semen. Kasus tersebut telah disembunyikan selama bertahun-tahun.

  Dari penjelasan singkat tersebut, dapat dilihat adanya beberapa kesamaan dalam beberapa unsur. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud mengkaji lebih

  4 “Hubungan Intertekstual Novel Misteri Cincin yang Hilang Karya S. Mara Gd dan Novel Kubur Berkubah Karya Agatha Christie”.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1.2.1 Bagaimana struktur novel Misteri Cincin yang Hilang karya S. Mara Gd dan novel Kubur Berkubah karya Agatha Christie?

  1.2.2 Bagaimana hubungan intertekstual novel Misteri Cincin yang Hilang karya S. Mara Gd dan novel Kubur Berkubah karya Agatha Christie?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1.3.1 Mendeskripsikan unsur-unsur struktural novel Misteri Cincin yang Hilang karya S. Mara Gd dan novel Kubur Berkubah karya Agatha Christie.

  1.3.2 Mendeskripsikan hubungan intertekstual novel Misteri Cincin yang Hilang karya S. Mara Gd dan novel Kubur Berkubah karya Agatha Christie.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoretis. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memperkaya wacana hubungan intertekstual novel serta mengembangkan apresiasi terhadap novel

  5 tentang analisis novel. Manfaat praktis yang diharapkan adalah agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dalam bidang kajian dan apresiasi novel terutama novel bergenre kriminal-detektif yang saat ini masih sangat minim.

1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

1.5.1 Tinjauan Pustaka

  Tidak banyak kajian yang mengulas tentang novel-novel bergenre kriminal- detektif di Indonesia. S. Mara Gd adalah satu di antara beberapa pengarang cerita detektif yang muncul pertama kali pada tahun 1985 dengan novelnya berjudul

  

Misteri Dian yang Padam . Novel tersebut merupakan novel pembuka dari

  serialnya yang menampilkan tokoh utama Kapten Polisi Kosasih dan sahabatnya Gozali yang pintar memecahkan kasus kriminal. Hingga kini telah terbit 30 judul dari serial tersebut. Menurut Kurniawan (2002), beberapa novel serial Kosasih- Gozali ini mirip dengan novel-novel serial detektif karya Agatha Christie, pengarang ternama dari Inggris.

  Djokosujatno (1997) pernah meneliti aspek genetik cerita detektif di Indonesia. Ia menyimpulkan, genre cerita detektif Indonesia, termasuk karya S.

  Mara Gd, merupakan hasil pengaruh kebudayaan Barat, atau tepatnya sastra Barat yang jelas terlihat dalam latar belakang para pengarangnya. Padahal, dalam beberapa aspek budaya Barat sangat berbeda dengan realitas sosial di Indonesia. Masyarakat Barat yang rasional dan pragmatis percaya bahwa hukum dan polisi melindungi mereka, sedangkan di Indonesia hal tersebut tidak sepenuhnya

  6 terwujud. Adaptasi juga bisa dilihat dari hubungan baik yang selalu terjalin antara detektif dengan polisi dalam cerita detektif Indonesia jenis manapun.

  Knepper (2005) dalam penelitiannya mengenai novel-novel detektif Agatha Christie menuturkan bahwa novel-novel detektif Agatha Christie memiliki ciri khas pemplotan yang terjalin secara kreatif sehingga mampu mengecoh pembaca mengenai siapa pelaku pembunuhan dalam novel tersebut. Agatha Christie juga mampu membuktikan kelihaiannya dalam mendobrak watak lama yang menjadi ciri novel detektif klasik. Dalam novel-novel terakhirnya, Agatha Christie memadukan gaya narasi yang berbeda dan aspek psikologi yang belum pernah ada pada novel-novel detektif sebelumnya.

  Penelitian mengenai hubungan intertekstual novel-novel Indonesia sudah banyak dilakukan. Indriati (1991) meneliti hubungan intertekstual novel Olenka dan Di Bawah Lindungan Ka’bah, Atheis, dan Gairah untuk Hidup dan untuk

  

Mati. Hubungan intertekstual yang ada dalam novel-novel tersebut merupakan

afirmasi, terutama unsur alur dan penokohannya.

  Suranto (1991) meneliti hubungan intertekstual roman Melati Van Agam dan

  

Dian yang Tak Kunjung Padam . Hubungan intertekstual yang ditemukan dalam

  novel-novel tersebut dijelaskan dalam beberapa poin sebagai berikut; (1) penyajian problematika kepangkatan dan pandangan matrealistik sebagai penghalang percintaan, (2) tema, yaitu kawin paksa berakibat tidak baik bagi sang tokoh, (3) tersusun atas motif-motif yang sama, yakni motif pertemuan awal, perkenalan, kawin lari, dan korespondensi.

  7 Ekasiswanto (1992) dalam penelitiannya mengenai hubungan intertekstual novel Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Bermandi Cahaya Bulan menemukan adanya kesamaan dalam unsur alur, penokohan, dan latar.

  Umi Mujawazah (1994) meneliti hubungan intertekstual novel Surat-Surat

  

Cinta dan Helai-Helai Sakura Gugur. Hubungan intertekstual ditemukan dalam

  beberapa poin; (1) motif protagonis sudah beristri, protagonis meninggalkan tempat, pertemuan awal dan perkenalan protagonis, ketidaksetiaan suami, kebebasan seksual, keterbukaan, sadar diri, dan surat menyurat, (2) unsur alur, penokohan, dan latar, dan (3) pusat pengisahan dan gaya surat.

  Hidayah (1999) meneliti hubungan intertekstual novel Gairah untuk Hidup

  dan untuk Mati dan Siti Nurjanah. Hubungan intertekstual ditemukan dalam unsur alur, penokohan, dan latar cerita.

  Rokhami (2003) meneliti hubungan intertekstual novel Tarian Bumi dan

  

Gadis Pantai . Hubungan intertekstual ditemukan dalam (1) unsur alur dan (2)

  motif kondisi kemiskinan, perjodohan, perkawinan dan kemunculan permasalahan, perbedaan status sosial dan sistem feodalisme, kesulitan beradaptasi, protagonis melahirkan bayi perempuan, protagonis kehilangan suami, dan keterasingan dari lingkungan asal.

  Sejauh ini, menurut pengamatan penulis belum ada kajian yang secara khusus mengulas tentang novel Misteri Cincin yang Hilang karya S. Mara Gd dan novel Kubur Berkubah karya Agatha Christie, begitu pula mengenai hubungan intertekstual kedua novel tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

  8 penelitian ini bukan merupakan pengulangan dari sebuah penelitian dan bisa dibuktikan keasliannya.

1.5.2 Landasan Teori

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua acuan teoretis, yakni analisis struktural dan kajian intertekstual.

1.5.2.1 Analisis Struktural

  Sebuah karya sastra tersusun atas unsur-unsur intrinsik yang menjadi pembangunnya. Untuk memahami struktur tersebut, dapat dilakukan analisis struktural. Analisis struktural merupakan analisis yang mengidentifikasi, mengkaji dan menggambarkan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik sebuah karya sastra sehingga membentuk sebuah pemaknaan yang utuh dan terpadu (Nurgiyantoro, 1995: 37). Analisis struktural merupakan usaha menemukan makna intrinsik yang terlepas dari berbagai unsur di luar teks itu sendiri. Selain itu, dibutuhkan pemaknaan yang utuh dan terpadu karena pada dasarnya di antara unsur-unsur pembangun (intrinsik) sebuah karya sastra terdapat hubungan timbal-balik dan saling terkait erat.

  Dalam usaha meneliti hubungan intertekstual novel MCH dan KB, peneliti akan melakukan analisis struktural terlebih dahulu. Dijelaskan oleh Teeuw (1983: 61), dalam menganalisis suatu karya sastra dari segi manapun, analisis struktural merupakan tugas prioritas yang oleh karenanya harus dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis lainnya. Dengan kata lain, prinsip intertekstual memerlukan pendekatan struktural.

  9 Unsur intrinsik sebuah fiksi meliputi tema, pemplotan, tokoh dan penokohan, pelataran dan penyudutpandangan. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada plot, tokoh dan penokohan, serta tema karena ketiga unsur tersebut merupakan unsur-unsur yang paling mendasar dalam pengkajian struktur sebuah novel. Di samping itu, hubungan intertekstual kedua novel itu tampak menonjol dalam tiga unsur tersebut. Berikut ini adalah penjelasan ketiga unsur itu.

1.5.2.1.1 Plot

  Pengertian plot atau alur menurut Foster (Sudjiman, 1992:30) merujuk pada deretan peristiwa dalam sebuah penceritaan yang mengandung hubungan kausalitas. Pengertian ini mengisyaratkan pentingnya aspek sebab-akibat dalam plot yang dibangun, yang menempatkan plot lebih dari sekadar urutan peristiwa.

  Dalam sebuah cerita yang tersusun rapi, hubungan sebab-akibat ini tidak selalu dapat dilihat secara jelas. Hubungan tersebut mungkin terdapat di dalam urutan waktu peristiwa yang meloncat-loncat, atau di dalam tindakan atau ucapan tokoh. Meski demikian, tiap-tiap peristiwa yang ditampilkan dalam sebuah cerita harus mempunyai arti di dalam hubungan keseluruhan plot.

  Rangkaian peristiwa yang ada dalam plot sebuah cerita berasal dari tindakan atau aksi para tokoh. Dalam melakukan tindakan atau aksi tersebut, para tokoh mempunyai karakter dan landasan motif yang kemudian mengakibatkan munculnya suatu peristiwa. Unsur terkecil dalam suatu cerita yang menggerakkan plot tersebut disebut motif (Pradopo, 1976: 26). Jadi, motif dapat dipahami sebagai unsur-unsur teks seperti perbuatan, pernyataan yang mengungkapkan

  10 penggerak dalam cerita ke arah peristiwa berikutnya. Kedudukan motif dalam struktur cerita akan memperlihatkan kausalitas kemunculan motif dan letaknya dalam kaitan temporal antarmotif yang terbentuk dalam setiap cerita. Dengan memperhatikan urutan kausal motif akan diketahui hubungan antarmotif yang menghasilkan pemahaman secara utuh mengenai cerita. Dalam konvensi sastra, motif berfungsi sebagai tanda pengenal yang tetap dan yang menggerakkan atau mendorong cerita untuk berkembang (Sulastin, 1983: 204).

  Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 1995:149) membagi tahapan plot menjadi lima bagian sebagai berikut. Tahap pertama, penyituasian yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita serta pemberian informasi awal yang menjadi landasan cerita. Tahap kedua, pemunculan konflik yang di dalamnya terdapat masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut konflik dan nantinya akan berkembang pada tahapan berikutnya. Tahap ketiga, peningkatan konflik yang di dalamnya konflik semakin berkembang dan menegangkan melalui peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita, dan di dalamnya mulai muncul akibat dari peristiwa-peristiwa yang terjalin. Tahap keempat, klimaks atau puncak permasalahan yang menjadi titik balik dalam sebuah cerita. Tahap kelima, penyelesaian yang di dalamnya ketegangan mengendur dan jika perlu diberi jalan keluar lalu cerita diakhiri. Penyelesaian ini dapat berupa akhir yang menyenangkan, menyedihkan, ataupun tetap menggantung tanpa pemecahan.

  Tahapan yang telah disebutkan di atas tidak harus berurutan. Berdasarkan

  11 progresif dan plot sorot-balik atau flash-back. Plot digolongkan sebagai plot lurus jika peristiwa pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa selanjutnya secara kronologis sesuai dengan tahapan plot. Plot digolongkan sebagai plot sorot-balik jika urutan peristiwa dalam cerita bersifat tidak kronologis, melainkan dari tahap tengah atau akhir cerita (Nurgiyantoro, 1995:153-154). Dalam sebuah cerita, terkadang seorang pengarang memasukkan kenangan pada masa lalu yang tidak dimaksudkan sebagai sorot-balik, melainkan teknik backtracking. Teknik ini merupakan salah satu teknik pengaluran dengan cara pelaku dalam cerita mengenangkan apa yang telah terjadi sebelumnya melalui dialog, mimpi, atau lamunan tokoh (Tasrif lewat Lubis, 1978:10).

1.5.2.1.2 Tokoh dan Penokohan

  Tokoh cerita dimaksudkan untuk individu rekaan yang mengalami peristiwa atau menjadi pelaku di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh merupakan salah satu unsur di dalam karya sastra yang memegang peranan penting. Tokoh melahirkan perilaku dan membawa ide-ide yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.

  Tokoh dalam sebuah cerita perlu digambarkan ciri-ciri, sifat, serta sikap batinnya agar wataknya dikenal oleh pembaca. Watak, dalam konteks ini, mencakup kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain. Usaha menggambarkan watak dan citra tokoh inilah yang disebut penokohan (Sudjiman, 1992:23). Nurgiyantoro (1995: 166) menjelaskan, pengertian penokohan meliputi masalah siapa tokoh cerita, perwatakan tokoh

  12 tersebut, penempatan dan penggambaran tokoh, serta pemunculan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

  Berdasarkan fungsi pemunculannya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan antagonis. Menurut Luxemburg dkk (Nurgiyantoro, 1995:180), tokoh dapat dikategorikan protagonis jika tokoh tersebut diberi lebih banyak kesempatan uantuk mengemukakan visi, sikap, atau pandangannya sehingga kemungkinan besar memperoleh simpati dan empati pembaca. Dengan kata lain, tokoh protagonis dapat membuat pembaca mengidentifikasikan diri dengannya dan melibatkan diri secara emosional terhadapnya. Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis sehingga memunculkan konflik.

  Menghadirkan dan menggambarkan tokoh dalam sebuah karya sastra tidak dapat dilakukan secara sembarangan dengan mengesampingkan tujuan artistik.

  Dibutuhkan sarana pelukisan yang tepat dan mampu menyatu dengan unsur-unsur lainnya agar tujuan tersebut tercapai (Nurgiyantoro, 1995:194). Sebuah tokoh dapat dilukiskan dengan menggunakan teknik ekspositori dan dramatik. Teknik ekspositori merujuk pada pelukisan secara langsung dengan memberikan deskripsi atau uraian tanpa berbelit-belit (Nurgiyantoro, 1995:195-196). Dengan teknik ini, pengarang dapat menjelaskan watak dan kedirian tokoh dengan sederhana dan ekonomis sehingga meminimalkan kesalahan dalam penafsiran. Teknik dramatik merupakan teknik pelukisan secara tidak langsung baik melalui tindakan, ucapan, pikiran, maupun kejadian (Nurgiyantoro, 1995:198). Teknik ini memungkinkan pembaca menggunakan imajinasinya dan menyelami karakter tokoh.

  13

1.5.2.1.3 Tema

  Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman, 1992:50). Tema merupakan ide-ide yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui cerita yang dibangun yang menjadi dasar pengembangan cerita itu sendiri. Dengan demikian, tema mengikat kehadiran berbagai peristiwa, konflik, serta pemilihan unsur-unsur yang lain seperti penokohan, latar, dan penyudutpandangan.

  Dalam sebuah cerita, tema dapat berjumlah lebih dari satu. Tema dapat dibagi menjadi dua, yakni tema mayor (tema utama) dan minor (tema tambahan) (Nurgiyantoro, 1995:82-83). Tema minor sebagai makna-makna tambahan yang ada dalam sebuah cerita bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak berkaitan dengan makna pokok. Makna-makna tambahan memiliki keterkaitan yang bersifat mendukung dan mempertegas keberadaan makna pokok. Artinya, tema mayor dapat dikatakan sebagai rangkuman dari tema-tema minor.

  Penentuan tema dapat dilakukan dengan memahami cerita secara keseluruhan terlebih dahulu, kemudian mencari kejelasan ide-ide perwatakan, peristiwa-peristiwa dan konflik, dan latar. Tema disaring dari motif-motif yang ada dalam cerita. Empat kriteria dalam usaha menemukan tema sebuah novel dikemukakan oleh Stanton (Nurgiyantoro, 1995:87). Pertama, dengan mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Kedua, tidak bertentangan dengan tiap detil cerita. Ketiga, tidak mendasarkan pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang

  14 perkiraan, imajinasi, atau informasi lain yang diragukan. Keempat, dengan mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita.

1.5.2.2 Kajian Intertekstual

  Analisis struktural sebagaimana dijelaskan di atas mempunyai dua kelemahan pokok, yakni melepaskan karya sastra dari rangka sejarah sastra dan mengasingkan karya sastra dari rangka sosial budaya (Teeuw, 1983:61). Oleh karena itu, setelah kajian struktural dilakukan, peneliti akan mengkaji hubungan intertekstual unsur-unsur intrinsik kedua novel tersebut. Prinsip intertekstualitas pertamakali dikembangkan oleh peneliti Prancis Julia Kristeva yang memandang setiap teks sebagai mosaik kutipan-kutipan yang diserap dan ditransformasikan dari teks-teks lain (Teeuw, 1984: 120). Kajian intertekstual menurut Nurgiyantoro (1995:50) merupakan sebuah analisis terhadap sejumlah teks kesastraan untuk menemukan adanya hubungan tertentu di antara teks-teks tersebut, misalnya hubungan dalam unsur-unsur seperti ide, plot, penokohan, latar, gaya bahasa, dan lain-lain. Kajian ini bertujuan menemukan makna lebih pada karya tersebut terkait dengan teks-teks terdahulu.

  Dalam penulisan sebuah karya sastra, biasanya terdapat karya lain yang telah muncul sebelumnya yang menjadi latar pewujudan karya tersebut baik dengan maksud meneruskan, menolak, maupun memutarbalikkan esensi karya sastra yang menjadi latar tersebut (Nurgiyantoro, 1995: 51). Perhatian utama kajian intertekstual tertumpu pada keberadaan karya-karya yang

  15 yang menjadi latar dari karya sastra yang muncul kemudian tersebut dinamakan hipogram (Riffaterre, 1984: 11).

  Hipogram, dalam penjelasan Teeuw, mencerminkan sebuah sistem konvensi atau kode sastra dan budayanya. Konvensi atau kode tersebut bukan merupakan sistem yang ketat. Inilah yang memungkinkan seorang pengarang dalam menerapkan sistem itu berhak menyesuaikan, menyimpangi, bahkan melanggarnya. Dengan demikian, sebuah karya sastra yang dilahirkan oleh seorang pengarang tetap mengandung dan mencerminkan pandangan dan kepribadian pengarang tersebut. Hal ini dikarenakan adanya unsur kreativitas dan konsep estetika yang dimiliki oleh pengarang yang digunakan olehnya dalam penulisan sebuah karya sastra (Teeuw, 1980:11).

  Intertekstualitas berpijak dari dua hal, yakni (1) kesadaran tentang arti penting teks yang terdahulu yang membuat karya sastra setelahnya mempunyai arti dan (2) teks terdahulu harus dipertimbangkan sebagai penyumbang kode yang memungkinkan lahirnya berbagai efek signifikansi (Culler, 1983: 103). Kajian intertekstual diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang tuntas dari sebuah karya sastra dalam kontrasnya dengan hipogramnya. Pengertian ini menolak pemahaman tradisional yang menjalankan prinsip intertekstualitas dengan melacak sumber-sumber dan pengaruh-pengaruh. Prinsip intertekstual yang dikemukakan Riffaterre (Pradopo, 1995: 167) mengatakan, sebuah karya sastra akan mendapat pemaknaan yang menyeluruh ketika dikaitkan dengan sejarah sastranya.

  16 Hubungan dalam kerangka intertekstual tidak melulu bermakna jiplakan ataupun pengaruh, tapi secara lebih luas dapat dimaknai sebagai pemahaman terhadap sebuah karya sastra secara utuh dalam kaitannya dengan karya lain. Intertekstualitas tidak berkaitan dengan masalah ada atau tidaknya niat eksplisit atau kesengajaan seorang pengarang, bahkan seringkali seorang pengarang tidak sadar akan hipogram yang menjadi latar karyanya. Riffaterre (Teeuw, 1983:70) menekankan, karya sastra tersusun atas teks, karenanya, data-data di luar teks umumnya tidak dapat membantu dalam usaha untuk memahami teks dengan latar intertekstualnya.

  Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan intertekstual dapat dipahami sebagai cara pandang seorang peneliti terhadap karya sastra yang mendasarkan pada pemahaman bahwa sebuah karya sastra memiliki keterkaitan dengan karya sastra lain yang merupakan hipogramnya yang ditandai dengan adanya transformasi baik dalam bentuk yang sama (meneruskan) maupun berbeda (menyimpang). Dalam konteks intertekstual ini, yang ditransformasikan adalah konvensi yang ada dalam karya hipogram. Dalam tradisi novel detektif-kriminal, konvensi yang umum contohnya adanya pembunuhan, tokoh detektif yang cerdas, dan pembongkaran kasus.

1.6 Metode dan Teknik Penelitian

1.6.1 Metode Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian pustaka. Data-data dikumpulkan dari