Kecemasan tokoh Suyono dalam novel sedimen senja karya S.N. Ratmana pendekatan psikologi sastra - USD Repository

  KECEMASAN TOKOH SUYONO DALAM NOVEL SEDIMEN SENJA KARYA S. N. RATMANA PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Elisabeth Ratna Yuniastuti NIM: 034114022 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

KECEMASAN TOKOH SUYONO DALAM NOVEL SEDIMEN SENJA

KARYA S. N. RATMANA

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  Program Studi Sastra Indonesia Oleh

  Elisabeth Ratna Yuniastuti NIM: 034114022

  PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  S

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada: Bapa yang Bertahta di Kerajaan Surga dan Orang tuaku yang mendukung aku untuk lekas menyelesaikan skripsi ini, serta adikku yang menemani aku selalu

  

ABSTRAK

Yuniastuti, Elisabeth Ratna. 2008. Kecemasan Tokoh Suyono dalam Novel

Sedimen Senja Karya S. N. Ratmana Pendekatan Psikologi Sastra. Skripsi

Strata I (S-I). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra

Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini membahas kecemasan tokoh Suyono dalam novel Sedimen

  

Senja karya S.N. Ratmana dengan pendekatan psikologi sastra. Penulis memilih topik

  ini karena terdapat hal yang menarik dari diri tokoh-tokoh dalam novel Sedimen . Novel ini menceritakan bahwa terdapat persaingan antara dua orang duda

  Senja

  dalam memperebutkan cinta dari seorang perempuan yang telah meninggal sembilan tahun lamanya.

  Tujuan penelitian ini, yaitu,pertama, mendeskripsikan unsur alur, tokoh dan penokohan, serta latar tempat, latar waktu, dan latar sosial novel Sedimen Senja yang membentuk kecemasan tokoh Suyono. Kedua, menganalisis dan mendeskripsikan kecemasan-kecemasan tokoh Suyono dalam novel Sedimen Senja karya S. N. Ratmana dengan pendekatan psikologi sastra.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Pendekatan ini merupakan pendekatan psikologis yang dikaitkan dengan karya sastra. Teknik pene litian yang digunakan yaitu teknik catat. Teknik catat digunakan untuk mengambil sumber-sumber tertulis yang terdapat pada sumber data yang dianalisi secara deskriptif.

  Hasil penelitian novel Sedimen Senja ini analisis strukturalnya sebagai berikut. Alur yang terdapat dalam novel Sedimen Senja adalah alur campuran. Alur maju menceritakan bagaimana kehidupan para tokohnya dalam menjalani kehidupan masa kini dan alur mundur menceritakan kehidupan masa lalu para tokohnya. Tokoh utama protagonis novel ini adalah Suyono. Tokoh utama antagonis adalah Hermiati dan Rustamaji. Tokoh utama tambahan, yaitu Lastri. Latar yang terdapat dalam novel adalah latar tempat, yaitu SMA PGRI, latar waktu pada tahun 1960-an

  Sedimen Senja

  sampai dengan tiga puluh empat tahun setelahnya, dan latar sosial adalah kehidupan masyarakat menengahyang masih menganut budaya Timur.

  Analisis psikologi sastra novel Sedimen Senja, yaitu kecemasan yang dialami oleh tokoh Suyono. Kecemasan tersebut memiliki bentuk dan akibat. Bentuk kecemasan berupa rasa takut dan gusar. Akibat kecemasan, yaitu,1) tegangan, 2) tindakan protektif, 3) sistem diri, 4) pengalihan kegiatan, dan 5) adanya kekuatan edukatif.

  

ABSTRACT

Yuniastuti, Elisabeth Ratna. 2008. Kecemasan Tokoh Suyono dalam Novel

Sedimen Senja Karya S. N. Ratmana Pendekatan Psikologi Sastra. S-I Degree

(S-I). Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Faculty of Literature ,

Sanata Dharma University.

  This research discusses Suyono’s character anxiety in Ratmana’s Sedimen

  

Senja by using psychological approach of literature. The writer chooses this topic

  because there is an interesting matter form characters in the novel. The novel tells about competition of two widowers to fight for love of a woman who has already died for nine years.

  This research aims to describe plot, character and characterization, and setting of place, time, and social of Sedimen Senja. This research also aims to analyze and to describe Suyono’s anxieties in Ratmana’s Sedimen Senja through psychological approach of literature.

  The approach employed in this research was psychological approach of literature that was correlated with literature work. The research technique used was note down technique. The note down technique was used to take written sources of data were available in the descriptive analyses.

  The research studies Suyono’s character anxieties that are in the form of the anxieties and the effect of themselves. The form of the anxieties includes the feeling of scare and concern. The feeling of scare undergone by Suyono’s character is from the threat of his environment. The concern feeling constitutes what is felt and happen in Suyono’s inner self.

  The research finding structural analysist of Sedimen Senja novel is as follow: The plot in the Sedimen Senja is combination. Suyono is the main character of protagonist. The main characters of antagonist are Hermiati and Rustamaji. The additional antagonist character performed of antagonist character is Lastri. The setting of place used is SMA PGRI which classroom and teacher room. The setting of time is approximately in 1960s until thirty four years after it. The social setting available in this novel is middle class. Suyono has the position of supervisor but has pensioned. Hermiati hold the position of headmaster and Rustamaji also a pensioner of supervisor. Most of the character still hold the East traditional value. The psychological analyst of Sedimen Senja literature novel is anxiety that is experienced by Suyono has the form of scare and angry. The effect of anxiety experienced by Suyono are 1) tension 2) protective action 3) self protection system 4) activity diverting 5) the existence of educative power.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Elisabeth Ratna Yuniastuti Nomor Mahasiswa : 034114022

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

KECEMASAN TOKOH SUYONO DALAM NOVEL SEDIMEN SENJA

KARYA S. N. RATMANA

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 21 April 2009 Yang menyatakan

  (Elisabeth Ratna Yuniastuti)

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga atas rahmat dan berkat yang telah Dia berikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skruipsi yang berjudul “Kecemasan Tokoh Suyono dalam Novel

  

Sedimen Senja karya S.N. Ratmana: Pendekatan Psikologi Sastra”. Skripsi ini disusun

  untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

  Penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini apabila tidak ada dukungan dari orang-orang terbaik yang Tuhan perkenankan untuk mendampingi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dosen pembimbing I skripsi, Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum.

  2. Dosen pembimbing II skripsi, Ibu S.E. Peni Adji, S.S, M. Hum.

  3. Kedua orang tua penulis, Bapak Philipus Sukijo dan Ibu Valentina Sakem, dan juga adik Birgitta Fitri Kurniasari.

  4. Teman-teman penulis: Lia, Tutik, Rini, Jati, Agus, Aji, Riawan, Anton, dan semua angkatan 2003. Novi, Ika, Dyan, Lusi, Lina, Haryadi, Yani, Vendy, dan juga untuk Dhedi Riawan dan Dwi S. Putranto, serta teman-teman Mudika St. Didacus. Mas Tri, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada saya.

  5. Pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dan belum penulis sebutkan.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini tentu saja masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, mohon saran dan kritik yang membangun agar penelitian ini dapat lebih baik lagi.

  Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta,

  2 Februari 2009 Penulis

  Elisabeth Ratna Yuniastuti

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv ABSTRAK .......................................................................................................... v vi

  ABSTRACT .........................................................................................................

  KATA PENGANTAR....................................................................................... vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4

  1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 4

  1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 5

  1.5 Landasan teori ..................................................................................... 5

  1.5.1 Analisis Struktur Penceritaan ..................................................... 5

  1.5.2 Teori Psikologi Sastra ................................................................ 9

  1.5.3 Kecemasan ............................................................................... 11

  1.6 Metodologi Penelitian ....................................................................... 16

  1.6.1 Pendekatan Psikologi Sastra..................................................... 16

  1.6.2 Teknik Penelitian...................................................................... 16

  1.7 Data dan Sumber Data....................................................................... 16

  1.8 Sistematika Penyajian ....................................................................... 17

  BAB II ANALISIS STRUKTURAL: PLOT, TOKOH DAN PENOKOHAN, SERTA LATAR DALAM NOVEL SEDIMEN SENJA KARYA

  2.2 Tokoh dan Penokohan ....................................................................... 31

  2.2.1 Tokoh ....................................................................................... 31

  2.2.2 Penokohan ................................................................................ 39

  2.3 Latar .................................................................................................. 47

  2.3.1 Latar Tempat ............................................................................ 47

  2.3.2 Latar Waktu .............................................................................. 49

  2.3.3 Latar Sosial............................................................................... 50

  BAB III ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA: KECEMASAN TOKOH SUYONO DALAM NOVEL SEDIMEN SENJA KARYA S.N RATMANA .. 55

  3.1 Bentuk Kecemasan Tokoh Suyono ................................................... 55

  3.1.1 Rasa Takut ................................................................................ 55

  3.1.2 Gusar ........................................................................................ 61

  3.2 Akibat Kecemasan Tokoh Suyono .................................................... 61

  3.2.1 Tegangan .................................................................................. 57

  3.2.2 Tindakan Protektif .................................................................... 64

  3.2.3 Sistem Diri................................................................................ 65

  3.2.4 Pengalihan Kegiatan................................................................. 67

  3.2.5 Kekuatan Edukatif .................................................................... 69

  BAB IV KESIMPULAN ................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

  Psikologi sastra memiliki empat pengertian, pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, psikologi sastra sebagai studi kreatif. Ketiga, psikologi sastra sebagai studi tipe hukum- hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra. Sedangkan pengertian keempat, psikologi sastra mempelajari dampak sastra sebagai pembaca (psikologi pembaca). Pengertian yang sering digunakan adalah pengertian ketiga, yaitu psikologi sastra sebagai studi tipe hukum- hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra (Wellek, 1989: 90).

  Psikologi sastra memberikan perhatian pada pembicaraan yang ada kaitannya dengan unsur- unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya (Ratna, 2004: 343). Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Demikian juga, pembaca tidak akan lepas dari kejiwaan masing- masing ketika menanggapi sebuah karya sastra (Endraswara, 2003: 96). Psikologi sastra dianalisis dengan hal yang ada kaitannya dengan psikologi dan aspek-aspek kejiwaan pengarang yang berada pada situasi setengah sadar (subconscious), kemudian setelah sadar baru dituangkan dalam bentuk sadar (conscious). Kekuatan karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra (Endraswara, 2003: 96).

  Karya sastra memasukkan berbagai aspek kehidupan dalam penceritaannya, psikologi sastra, sebab dalam diri manusia itu sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan (Ratna, 2004: 343).

  Karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung, melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya. Misalnya, masyarakat dapat mengalami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya berkaitan dengan psike (Ratna, 2004: 342).

  Karya sastra dan psikologi sastra juga memiliki pertautan yang erat secara tidak langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung terjadi karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama, yaitu kehidupan manusia. Psikologi sastra memiliki hubungan fungsional karena keduanya mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaannya, yaitu psikologi bersifat riil sedangkan sastra bersifat imajinatif. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek- aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh, jika teks yang diteliti merupakan teks prosa dan teks drama (Endraswara, 2003: 97).

  Kajian psikologi sastra juga meneliti perwatakan tokoh secara psikologis dan aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut.

  Berdasarkan kajian ini, dapat dianalisis juga mengenai seberapa jauh pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh sehingga karya menjadi semakin hidup.

  Sentuhan-sentuhan dialog dan pemilihan kata merupakan gambaran kekalutan dan kejernihan batin pencipta. Kejujuran batin inilah yang akan menyebabkan orisinalitas karya (Endraswara, 2003: 96). pengarang. Bagi sejumlah pengarang, bagian ini merupakan tahap yang paling kreatif (Wellek, 1989: 97).

  Penelitian psikologi sastra hendaknya mampu menggali sistem berpikir, logika angan-angan, dan cita-cita hidup yang ekspresif dan tidak sekedar rasionalitas hidup. Perasaan takut, phobi, was-was, histeris, dan aman juga sebagai objek kajian psikologi sastra yang pelik (Endraswara, 2003: 98).

  Penelitian ini mengangkat novel Sedimen Senja karya S.N. Ratmana, yang menceritakan tentang perseteruan antara dua orang tokoh utama yang memperebutkan cinta dari seorang perempuan yang telah meninggal sembilan tahun lalu. Suyono yang menjadi suami sah dari perempuan yang bernama Hermiati tersebut merasa harga dirinya direndahkan oleh apa yang dilakukan oleh Rustamaji, saingannya. Rustamaji menulis sebuah buku yang menceritakan percintaan antara Rustamaji dan Hermiati yang masih tetap menjalin hubungan percintaan meskipun Rustamaji dan Hermiati sudah berkeluarga.

  Kecemasan Suyono akan kebenaran cerita itu membuat harga dirinya merasa terinjak- injak. Apabila kisah itu benar-benar terjadi, maka, istri yang selama dua puluh lima tahun mendampinginya, masih juga mencintai orang lain, yaitu Rustamaji. Hal yang membuat Suyono semakin kuat meyakini percintaan yang terjadi antara mereka, yaitu di dalam buku karangan Rustamaji terselip persembahan kepada Hermiati yang telah menyimpan pulpen kenangan mereka berdua selama hidupnya.

  Kecemasan-kecemasan Suyono inilah yang akan penulis ambil sebagai objek menganalisis kecemasan tokoh Suyo no dalam novel ini karena Suyono yang menjadi korban perselingkuhan antara Hermiati, istri Suyono dan Rustamaji. Penelitian tentang kecemasan-kecemasan yang ada pada diri Suyono penulis angkat dalam pembahasan ini dengan judul “Kecemasan Tokoh Suyono dalam Novel Sedimen

  Senja Karya S.N. Ratmana: Pendekatan Psikologi Sastra”.

  2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut.

  1. Bagaimana struktur penceritaan novel Sedimen Senja karya S.N. Ratmana

  • yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, serta latar - yang membentuk kecemasan tokoh Suyono? 2.

  Bagaimana kecemasan-kecemasan tokoh Suyono - yang meliputi bentuk kecemasan dan akibat kecemasan - yang terdapat dalam novel Sedimen

  

Senja karya S.N. Ratmana dengan pendekatan psikologi sastra?

  3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini sebagai berikut.

  1. Mendeskripsikan unsur alur, tokoh dan penokohan, serta latar novel

  Sedimen Senja karya S.N. Ratmana yang membentuk kecemasan tokoh Suyono.

  2. Menganalisis dan mendeskripsikan kecemasan-kecemasan tokoh Suyono dalam novel Sedimen Senja karya S.N. Ratmana dengan pendekatan

  4. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. memberikan sumbangan kepada pembacaanalisis sastra berdasarkan pendekatan psikologi sastra,

  2. menambah khasanah kritik sastra, 3. menambah kajian tentang kecemasan seorang yang meliputi bentuk kecemasan dan akibat kecemasan tokoh pada sebuah novel,

  4. menambah apresiasi Sastra Indonesia, khususnya dalam novel Sedimen Senja karya S.N. Ratmana.

  5. Landasan Teori

  Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (i) analisis struktur penceritaan (ii) psikologi sastra serta kecemasan tokoh yang berupa bentuk kecemasan dan akibat kecemasan, secara garis besar teori-teori tersebut terdapat dalam teori berikut ini.

5.1 Analisis Struktur Penceritaan

  Struktur penceritaan yang akan dianalisis dalam novel ini adalah alur, tokoh dan penokohan, serta latar. Teori yang akan digunakan dalam analisis ini sebagai berikut.

  5.1.1 Plot Menurut Forster, terdapat hubungan sebab akibat dari peristiwa(- peristiwa) sebelumnya dan akan memunculkan peristiwa(-peristiwa) perurutan saja karena hubungan antar keduanya bersifat saling mempersyarati. Plot atau alur adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logik dan kronologik saling berkaitan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku (Luxemburg, 1984: 149).

  Peristiwa-peristiwa tersebut dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh utama cerita. Peristiwa merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan oleh seorang tokoh. Peristiwa merupakan peralihan dari keadaan yang satu pada keadaan yang lain (Luxemburg, 1984: 150).

  Plot merupakan cerminan atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan (Nurgiyantoro, 2005: 114). Berdasarkan kriteria urutan waktu, plot dibedakan menjadi pertama, plot lurus atau plot maju, disebut juga plot progresif. Plot maju adalah peristiwa-peristiwa yang dikisahkan dalam plot bersifat kronologis. Peristiwa-peristiwa pertama diikuti (atau menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa kemudian. Secara runtut, cerita dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir (Nurgiyantoro, 2005: 153- 154).

  Kedua, plot mundur atau plot flash back, yang dinamakan juga plot

  

regresif. Plot ini berisi urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi

  dengan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan dari tahap tengah atau bahkan dari tahap akhir (Nurgiyantoro,

  Pada karya yang bersifat regresif, mungkin diawali dengan pertentangan yang sudah meninggi. Teknik pembalikan cerita atau penyorotbalikkan peristiwa-peristiwa ke tahap sebelumnya dapat dilakukan dengan pengarang “menyuruh” tokoh merenungi kembali masa lalunya, menuturkan pada tokoh lain baik secara lisan maupun tertulis, tokoh lain yang menceritakan masa lalu tokoh lain, atau pengarang sendiri yang menceritakannya (Nurgiyantoro, 2005: 155).

  5.1.2 Tokoh dan Penokohan

5.1.2.1 Tokoh

  Tokoh adalah pelaku cerita. Menurut Abrams, tokoh cerita adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2005: 165). Tokoh cerita “hanya” merupakan tokoh ciptaan pengarang tetapi dia harus mampu hidup secara wajar sebagaimana kehidupan manusia yang mempunyai darah dan daging (Nurgiyantoro, 2005: 167).

  Berdasarkan peran tokoh dalam pengembangan plot, tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang penting karena diceritakan terus menerus. Tokoh yang muncul sekali atau beberapa kali dalam penceritaan yang relatif pendek disebut tokoh

  Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh terdiri dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh yang dapat membuat pembaca sering mengidentifikasikan diri dengan tokoh (- tokoh) tertentu, memberikan simpati dan empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut, dinamakan sebagai tokoh protagonis. Tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis beroposisi dengan tokoh protagonis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tokoh antagonis dapat lebih dari satu orang tokoh (Nurgiyantoro, 2005: 179).

5.1.2.2 Penokohan

  Penokohan menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan berhubungan dengan penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak(-watak) tertentu dalam sebuah cerita. Jones mengatakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2005: 165). Penokohan berhubungan dengan siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2005: 166).

5.1.3 Latar

  Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas, untuk memberikan kesan realistis pada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah sungguh-sungguh terjadi (Nurgiyantoro, 2005: 217). Latar memiliki beberapa bagian. Latar waktu yang menunjukkan “kapan” terjadinya waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan sejarah (Nurgiyantoro, 2005: 230).

  Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat tertentu, tempat yang ada pada karya fiksi. Hal ini dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan cara bersikap. Status sosial tokoh juga ditentukan oleh latar ini, misalnya tokoh dari ekonomi kelas atas, ekonomi kelas menengah, dan ekonomi kelas bawah. Latar tempat adalah tempat peristiwa dalam novel tersebut terjadi. Latar ini disebut local colour ( Nurgiyantoro, 2005: 235).

5.2 Teori Psikologi Sastra

  Psikologi sastra dibangun atas dasar asumsi-asumsi genesis dalam kaitannya dengan asal- usul karya. Psikologi dianalisis dalam kaitannya dengan psike, dengan aspek-aspek kejiwaan pengarang. Psike adalah struktur tanda yang dihuni oleh alteritas yang radikal, yang secara total berasal dari sesuatu yang lain, yaitu struktur bawah sadar. Struktur bawah sadar inilah sebagai inspirasi dan ilham (Ratna, 2004: 348).

  Psikologi sastra memberikan perhatian pada pembicaraan yang ada kaitannya dengan unsur- unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya (Ratna, 2004: 343). Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Demikian juga, pembaca tidak akan lepas dari kejiwaan masing- masing ketika menanggapi sebuah karya sastra (Endraswara, 2003: 96). Psikologi sastra sadar baru dituangkan dalam bentuk sadar (conscious). Kekuatan karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra (Endraswara, 2003: 96).

  Karya sastra memasukkan berbagai aspek kehidupan dalam penceritaannya, khususnya manusia. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab dalam diri manusia itu sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan (Ratna, 2004: 343).

  Karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung, melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya. Misalnya, masyarakat dapat mengalami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya berkaitan dengan psike (Ratna, 2004: 342).

  Karya sastra dan psikologi sastra juga memiliki pertautan yang erat secara tidak langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung terjadi karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama, yaitu kehidupan manusia. Psikologi sastra memiliki hubungan fungsio nal karena keduanya mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaannya, yaitu psikologi bersifat riil sedangkan sastra bersifat imajinatif. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek- aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh, jika teks yang diteliti merupakan teks prosa dan teks drama (Endraswara, 2003: 97).

  Kajian psikologi sastra juga meneliti perwatakan tokoh secara psikologis dan aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Sentuhan-sentuhan dialog dan pemilihan kata merupakan gambaran kekalutan dan kejernihan batin pencipta. Kejujuran batin inilah yang akan menyebabkan orisinalitas karya (Endraswara, 2003: 96).

  Proses kreatif tersebut meliputi seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang. Bagi sejumlah pengarang, bagian ini merupakan tahap yang paling kreatif (Wellek, 1989: 97).

  Penelitian psikologi sastra hendaknya mampu menggali sistem berpikir, logika angan-angan, dan cita-cita hidup yang ekspresif dan tidak sekedar rasionalitas hidup. Perasaan takut, phobi, was-was, histeris, dan aman juga sebagai objek kajian psikologi sastra yang pelik (Endraswara, 2003: 98).

  Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Analisis psikologi sastra pada hakikatnya memberikan pemahaman kepada masyarakat secara tidak langsung terhadap suatu karya sastra. Pemahaman terhadap tokoh-tokoh tersebut dapat membuat masyarakat memahami perubahan-perubahan, kontradiksi-kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya yang berkaitan denga n psike (Ratna, 2004: 342-343).

5.3 Kecemasan

  Kecemasan memiliki dua bentuk, yaitu rasa takut dan gusar. Rasa takut merupakan suatu pertanda bahwa seseorang harus menghindari keadaan dari keadaan yang berbahaya secara psikologis, yaitu keadaan pada waktu kita tampak bodoh, ditolak, dan ragu-ragu, marah, atau terlihat tidak dapat menguasai diri (Albin, 1986: 49). Takut cenderung bersifat langsung, ditujukan atas benda ataupun peristiwa, spesifik, dan disadari. Apabila seseorang merasa gusar, biasanya hal tersebut tidak langsung, tanpa sumber yang jelas dan tanpa disadari (Fabella, 1993: 73).

  Ketika seseorang merasa gusar, hal tersebut tidak disadari dan berada dalam diri orang tersebut. Apabila seseorang membayangkan apa yang terjadi dalam pengalamannnya atau mengingat apa yabng telah dialami oleh orang lain, maka rasa itu akan bertambah (Fabella, 2005: 73).

  Kecemasan juga mengakibatkan tegangan dalam diri seseorang. Oleh karena itu, kecemasan merupakan penghayatan tegangan akibat adanya ancaman-ancaman nyata atau dibayangkan pada ancaman keamanan dari diri seseorang. Kecemasan yang hebat mengurangi efisiensi individu- individu dalam memuaskan kebutuhannya, mengganggu hubungan antar pribadi, dan mengacaukan pikiran. Oleh karena itu, fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya, jika tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat akan membuat seorang kalah. (Hall, 1993: 80).

  Kecemasan dapat dibedakan berdasarkan intensitas dari keseriusan ancaman yang dimiliki seseorang. Kecemasan yang berat dapat membuat orang tidak dapat merasakan informasi mengenai apa yang telah terjadi

  Akibat dari kecemasan, yaitu tegangan, tindakan protektif dan kontrol terhadap tingkah laku, adanya sistem diri, mengalihkan kegiatan yang tidak memancing kecemasan yang dialami, dan kekuatan edukatif (Hall, 1993: 274- 280).

  Cara menghindari kecemasan dengan memakai tindakan protektif dan kontrol pengawas terhadap tingkah laku. Misalnya, seseorang menghindari hukuman dengan memenuhi kemauan orang tuanya. Tindakan-tindakan keamanan ini membentuk sis tem diri yang menyetujui tingkah laku-tingkah laku tertentu dan melarang bentuk-bentuk tingkah laku yang lain (Hall, 1993: 281).

  Sistem diri merupakan penjaga keamanan seseorang. Sistem diri tidak akan membiarkan masuknya informasi yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan seseorang tersebut dalam hal ini dapat menyebabkan seseorang tidak dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah dialaminya. Sistem diri juga berakibat menghambat seseorang untuk hidup dengan orang lain, meskipun sistem ini dapat mengurangi kecemasan. Akan tetapi, rasa takut dan rasa cemas menghalangi langkah hidup kita karena kita tidak akan menyelesaikan masalah tetapi memperparah masalah (Albin, 1986: 50).

  Seseorang yang melindungi kecemasan akan menghargai dirinya dan melindungi diri dari kritik. Ketika sistem diri bertambah kompleks dan independen, ia mencegah orang lain untuk membuat penilaian-penilaian kontradiksi yang jelas antara bagaimana orang itu sebenarnya dan bagaimana orang itu menurut apa yang dikatakan oleh sistem dirinya (Hall, 1993: 276).

  Kecemasan juga dapat dialihkan dengan melakukan pekerjaan yang melibatkan otot-otot badan atau berupa kegiatan mental. Kegiatan mental ini berupa persepsi, misalnya apa yang akan terjadi jika seseorang melakukan suatu hal. Kegiatan mental yang kedua adalah ingatan, yaitu ketika seseorang mulai mengingat kembali apa yang terjadi dengan dirinya pada masa lalu. Kegiatan mental yang ketiga adalah berpikir. Seseorang memikirkan masalah yang dia hadapi dengan mencoba mengambil jalan yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi tegangan yang terdapat dalam diri orang yang mengalami kecemasan (Hall, 1993: 282).

  Kecemasan dapat memberikan sebuah kekuatan edukatif luar biasa dalam kehidupan manusia, seorang bayi dapat merasakan kecemasan ketika dia menyusu pada ibunya. Bayi dapat menangkap semua yang dialami oleh ibunya lewat tatapan mata, sentuhan, dan raut muka ibu. (Hall, 1993: 281).

  Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah satu kesatuan emosi yang menyeluruh, datang dari masalah yang berasal dari dalam diri seseorang yang berfungsi memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya yang jika tidak dilakukan dengan tindakan- tindakan tepat akan membuat seseorang merasa kalah. Kecemasan memiliki peristiwa spesifik dan disadari. Apa yang ditakutkan dalam diri seseorang tersebut tidak disadari dan berada dalam diri mereka. Gusar merupakan sebuah keadaan yang bersifat tidak langsung dan disadari. Gusar muncul pada diri seseorang karena terdapat peristiwa atau pemikiran yang dibayangkan pada diri orang tersebut.

  Kecemasan mengakibatkan tegangan dalam diri seseorang. Kecemasan merupakan penghayatan tegangan akibat adanya ancaman-ancaman nyata atau dibayangkan pada ancaman keamanan diri seseorang. Akibat kecemasan yang kedua adalah munculnya tindakan protektif yang membentuk sistem diri yang menyetujui tingkah laku-tingkah laku tertentu dan melarang tingkah laku yang lain. Sistem diri tidak akan membiarkan masuknya informasi yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan seseorang tersebut dalam hal ini dapat menyebabkan seseorang tidak dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah dialami. Sistem diri berfungsi untuk mengurangi kecemasan. Akibat yang keempat adalah adanya pengalihan kegiatan. Kecemasan dapat dialihkan dengan melakukan kegiatan yang melibatkan otot-otot badan atau berupa kegiatan mental, seperti, persepsi, ingatan, dan berpikir. Akibat yang kelima, yaitu, adanya kekuatan edukatif. Seseorang dapat belajar untuk tidak melakukan suatu hal yang membuatnya harus mengalami lagi kejadian yang sama di masa lalu.

  Bentuk dan akibat kecemasan ini selanjutnya akan digunakan untuk

6. Metodologi Penelitian

  Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian novel Sedimen Senja adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada yang kemudian disusul dengan analisis. Metode ini memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai suatu penelitian tertentu. (Ratna, 2004: 53).

  6.1 Pendekatan Psikologi Sastra

  Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra, yaitu model pendekatan psikologis yang dikaitkan dengan karya sastra. Karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas penulis yang sering dikaitkan dengan gejala- gejala kejiwaan, seperti obsesi, kontemplasi, kompensasi, sublimasi, bahkan neurosis. Oleh karena itu, karya sastra dianggap salah satu gejala (penyakit ) kejiwaan (Ratna, 2004: 62).

  6.2 Teknik Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, yaitu mengambil sumber-sumber tertulis yang ada pada sumber data dan dianalisis secara deskriptif. (Ratna, 2004: 53).

7. Data dan Sumber Data

  Judul : Sedimen Senja Pengarang : S.N. Ratmana

  Tebal Buku : viii + 192

8. Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian yang terdapat dalam penelitian ini adalah bab I, yaitu, Pendahuluan - meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metodologi penelitian, metode penelitian, teknik penelitian, data dan sumber data, dan sistematika penyajian -. Bab

  II, analisis struktural yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, serta latar novel

  

Sedimen Senja . Bab III merupakan analisis psikologi sastra mengenai kecemasan

  tokoh Suyono dalam novel Sedimen Senja. Bab IV merupakan kesimpulan dari penelitian ini.

BAB II ANALISIS STRUKTURAL: PLOT, TOKOH DAN PENOKOHAN, SERTA LATAR DALAM NOVEL SEDIMEN SENJA KARYA S.N. RATMANA Bab II penelitian ini akan mendeskripsikan struktur penceritaan yang terdapat

  dalam novel Sedimen Senja karya S.N. Ratmana. Struktur penceritaan yang akan diteliti adalah plot, tokoh dan penokohan, serta latar dari novel Sedimen Senja. Unsur- unsur tersebut diambil untuk karena berhubungan dengan kecemasan-kecemasan yang dialami oleh tokoh Suyono.

2.1 Plot

  Novel Sedimen Senja terdiri dari 14 sub judul, yang menceritakan masa lalu dan masa depan para tokohnya. Cerita-cerita masa lalu dikemas dalam kehidupan tokohnya dengan mengingat apa yang telah terjadi pada masa yang telah lewat. Masa yang paling dominan adalah sembilan tahun setelah Hermiati meninggal. Akan tetapi, konflik yang terjadi pada diri Suyono terjadi sejak dia masih muda.

  Kado Ulang Tahun merupakan klimaks dari novel ini. Suyono yang sudah berusia 70 tahun memperebutkan cinta dari istrinya, Hermiati, yang telah meninggal.

  Seterunya adalah Rustamaji, teman sesama pensiunan guru.

  Hal ini terjadi ketika Suyono membaca buku karangan Rustamaji atau Aji. Isi yang ada di dalam novel itu adalah penjelmaan dirinya, Hermiati- istrinya-, dan Aji. Anggapan ini bersumber dari ditemukannya nama seorang tokoh yang benar-benar dikenal oleh Suyono sebagai sahabat Aji dalam kehidupan nyata.

  Buku itu dipinjamnya dari Lita-anak perempuannya-dari perpustakaan sekolah. Setelah dia membaca buku itu, dia mengungkapkan kejengkelannya dengan menginjak-injak buku itu.

  

(1) Keesokan harinya begitu halaman terakhir selesai dibaca, maka dibantingnya buku

itu ke lantai. Tidak puas, masih diinjak pula. Namun ketika kemarahan menggelegak, punggungnya mulai membungkuk untuk memungut buku itu dan tangannya siap merobek-robek, tiba-tiba nalarnya membendung. Buku itu tidak berdosa sama sekali! Lebih-lebih merupakan barang pinjaman dari perpustakaan sekolah di mana Lita mengajar. Lagipula, begitu nalarnya berkembang lebih lanjut, satu dirobek-robek masih ada sekian ribu eksemplar lainnya yang tersebar di masyarakat. Lebih jauh lagi, kalau sampai buku itu rusak, persoalannya menjadi terbuka. Lita pasti bertanya apa sebabnya, lalu dia tahu. Anak-anaknya yang lain pun tahu dan mau tidak mau masyarakat juga tahu. Alangkah menggelikan dan memalukannya. Laki-laki 70 tahun dibakar api cemburu, memperebutkan cinta

wanita yang sudah sembilan tahun menghuni liang lahat. (Ratmana, 2006: 2)

  Menurut Suyono, buku karangan Rustamaji tersebut menjelek-jelekkan dirinya karena Suyono merasa bahwa tokoh Sarjono dalam novel tersebut merupakan penjelmaan dirinya. Sarjono digambarkan sebagai tokoh antagonis. Dia adalah seorang lelaki hidung belang yang hampir memperkosa Hermiati di sebuah rumah bordil.

  …

  (2)

  Dengan leluasa Rustamaji melukiskan dalam novelnya tokoh Sarjono sebagai laki- laki hidung belang yang hampir-hampir memperkosa Harni di sebuah rumah bordil. Memang Suyono bukan Sarjono, tetapi siapapun yang mengenal masa lalu Rustamaji pasti tahu bahwa laki-laki yang berhasil merebut Hermiati dari tangannya adalah Suyono. (Ratmana, 2006: 6) Satu hal yang membuat Suyono merasa istrinya mengelabuhinya selama ini, yaitu dalam buku karangan Rustamaji tersebut diceritakan bahwa Harni pernah bertemu dengan Raji secara sembunyi-sembunyi.

  Harni masih menyimpan pulpen yang mereka sebut pulpen kenangan yang disimpan Harni sampai akhir hayatnya. Semua orang juga pasti akan tahu hal itu karena tulisan tentang novel kenangan yang disimpan Hermiati itu dimuat dalam halaman awal. Cerita tentang pulpen ini merupakan peristiwa ketika Hermiati dan Aji ketika masih muda. Mereka bertukar pulpen dan masing- masing menyimpan pulpen tersebut.

  

(3) Akan tetapi ada bagian novel yang membuatnya panas dingin, penasaran dan

geregetan. Harni alias Hermiati alias Ny. Suyono, secara sembunyi-sembunyi, pernah menemui Raji. Dalam pertemuan empat mata itu, Harni berjanji untuk tetap menyimpan vulpen milik Raji sampai akhir hayat. Sedangkan vulpen itu adalah hasil “tukar vulpen” sekian puluh tahun yang lalu ketika keduanya berpacaran. ‘Jadi Hermiati masih menjalin hubungan dengan Aji sesudah jadi istriku?’ tanya laki-laki tua itu kepada dirinya sendiri. ‘Ataukah itu cuma romantisme sebagai penyedap novel ini?’ (Ratmana, 2006: 4)

  Curahan hati Aji ketika dia berhasil menyelesaikan novel yang diminta oleh Hermiati juga terdapat dalam cerita ini. Hermiati menginginkan Aji mengabadikan episode persahabatan mereka dalam sebuah novel. Novel itu adalah permintaan terakhir Hermiati sebelum dia meninggal.

  (4) ….

  Terus terang Her, andaikata tiga hari sebelum maut menjemput, kamu tidak datang ke kantorku untuk berbicara santai, mungkin hubungan batin antara diriku dan dirimu tidak sekuat sekarang. Kedatanganmu itu kuanggap sebagai peristiwa istimewa. Demikian juga permintaanmu agar aku mengabadikan episode-episeode persahabatan kita secara tertulis. ‘Untuk dokumen kita berdua’ katamu waktu itu. Aku sanggup memenuhi permintaanmu. Karena itu aku merasa punya utang Sebenarnya jawaban dari semua pertanyaan yang menyelimuti Suyono setelah membaca novel karangan Aji adalah pada bagian awal novel ini, yaitu pada bagian curahan hati Aji untuk Hermiati. Meskipun kisah yang ada dalam novel tersebut tidak sepenuhnya merupakan suatu kebenaran. Aji mengungkapkannya berikut ini:

  (5) NB: Menurut keyakinanku ruhmu di alam kubur tidak gentayangan dan juga tidak memerlukan sesaji, apalagi buku. Akan tetapi untuk menunjukkan bahwa novel ini ada sangkut pautnya dengan dirimu, maka pada halaman awal kutulis catatan: ‘Dalam mengenang almarhumah SH yang menyimpan vulpenku sampai akhir hayatnya’. Dengan demikian terpenuhilah permintaanmu dan lunaslah utangku.

  (Ratmana, 2006: 14) Alur dalam sub judul pertama ini menggunakan alur mundur. Cerita-cerita tersebut merupakan sorot balik dari masa lalu Suyono yang berupa ingatan- ingatan masa lalu Suyono dan apa yang dipikirkan oleh Suyono.

  Sub judul kedua Insiden Vulpen novel Sedimen Senja merupakan awal dari semua kisah kehidupan para tokoh yang terdapat dalam novel Sedimen Senja. Cerita dimulai dengan Hermiati yang pergi ke dukun untuk memisahkan Aji dengan Utari. Utari adalah murid Hermiati yang telah melecehkan Hermiati di depan kelas dengan meletakkan pulpen yang pada akhirnya disebut-sebut sebagai vulpen kenangan milik Hermiati dan Aji. Utari ingin menunjukkan bahwa orang yang memiliki vulpen itu sekarang ini adalah miliknya. Utari menginginkan agar Hermiati tidak boleh lagi mendekati Aji.

  Semua karena kecemburuan Hermiati. Dia ingin meyakinkan dirinya bahwa Waktu itu Hermiati mengatakan jika Aji tidak datang ke acara resepsi, maka, dia pun tidak akan datang ke pesta pernikahan itu.

  Keinginan Hermiati untuk memisahkan Utari dan Aji memang terlaksana karena Hermiati pergi ke dukun, dan Sang Dukun memberi syarat antara Hermiati dan Utari tidak akan ada yang memiliki Rustamaji agar adil. Hermiati tidak boleh mendekati Aji lagi. Hermiati menyanggupi syarat tersebut. Alur yang terdapat dalam cerita ini adalah alur maju.

  

(6) “Soal laku dan korban sesaji itu syarat kedua, yang pertama adalah

keadilan.” Hermiati merenung. Membayang kembali di matanya adegan di Kelas II Budaya beberapa hari lalu. “Bagaimana, Nak?” Merasa terdesak akhirnya Hermiati mengiyakan kemauan Sang Dukun. Yang penting, menurut pikirannya, adalah putusnya hubungan Aji-Utari, biar remaja itu tahu rasa. Soal konsekuensi dari kesediaannya melepas Aji itu urusan belakang. (Ratmana, 2006: 26)

  Surat merupakan sub judul yang ketiga, di dalam kisah memunculkan tokoh Suyono yang penuh konflik dengan dirinya, istrinya, dan masyarakat di sekitarnya.

  Pada bab ini juga diceritakan bahwa Suyono ingin mengenal Hermiati lebih dekat, maka, dia menulis surat kepada Hermiati. Surat yang ditulisnya panjang lebar menceritakan keadaan dirin Suyono selama hidup bersama Lastri.

  Alur mundur digunakan pengarang untuk menceritakan kehidupan Suyono sebelum beristrikan Lastri dan bagaimana kehidupannya setelah bersama Lastri serta saat-saat pertemuannya dengan Hermiati. Suyono menceritakan semua itu melalui surat untuk Hermiati.

  Sub judul keempat, Langkah yang Goyah menceritakan bagaimana Hermiati secara tersamar menyatakan isi hatinya pada Aji. Hermiati merasa tenteram kalau berdampingan dengan Aji. Akan tetapi, hal itu sudah terlambat. Aji telah bersama dengan Utari. Alur yang terdapat dalam bab ini adalah alur maju.