KARAKTERISTIK TOKOH DALAM CERITA RAKYAT JAMBI Oleh Siti Fathuriyah¹) Maizar²) Eddy²) Email: sitifathuriyah.01@gmail.com ABSTRAK - KARAKTERISTIK TOKOH DALAM CERITA RAKYAT JAMBI - Repository Unja

KARAKTERISTIK TOKOH DALAM CERITA RAKYAT JAMBI

  Oleh

  ) ) )

  Siti Fathuriyah¹ Maizar² Eddy² 1) Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Jambi

  2) Dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Jambi Email:

  

ABSTRAK

  Penelitian memilih cerita rakyat sebagai objek penelitian karena dalam cerita rakyat Jambi banyak terkandung nilai-nilai budi pekerti, suri teladan, serta petuah-petuah yang mampu membentuk karakter masyarakat Jambi menjadi lebih baik dan memiliki kualitas untuk kehidupan pribadi maupun sosial.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah kalimat atau paragraf yang berupa narasi atau dialog yang berisi karakteristik tokoh dalam 12 cerita rakyat Jambi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan struktural.

  Hasil penelitian ini menunjukan aspek psikologis yaitu aspek yang paling banyak memegang peranan dalam pemaparan tokoh. Aspek sosiologis, dimana unsur latar belakang tokoh adalah yang paling banyak ditemui. Selanjutnya keberadaan tokoh utama yang hampir semuanya adalah tokoh protagonis. Sementara untuk temuan pada tokoh antagonis yang sesuai dengan deskripsinya bahwa yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

  Kesimpulan yang didapat adalah Dari segi psikologi, setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda, tingkah laku yang berbeda dan cara pandang yang berbeda pula. Penulis memberikan saran agar hasil penelitian ini dijadikan bahan ajar disekolah agar murid-murid mengetahui apa itu cerita rakyat Jambi.

  Kata Kunci : karakterstik, tokoh utama dan cerita rakyat PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

  Cerita rakyat merupakan salah satu sumber kekayaan tradisi yang perlu digali, dilestarikan, dan dikembangkan sebagai sumber kekuatan budaya. Selain itu cerita rakyat yang baik dapat dijadikan materi alternatif dalam pembelajaran sastra di sekolah.

  Dalam cerita rakyat dapat diketahui sejarah, pengalaman, pandangan hidup, adat- istiadat, kepercayaan, politik, cita-cita, dan berbagai kegiatan lain yang terdapat di daerah tersebut. Hal ini menunjukan bahwa dalam cerita rakyat tersirat kenyataan yang menggambarkan keadaan masyarakat pada masa lalu.

  Kedudukan dan fungsi cerita rakyat dalam beberapa tahun terakhir tampaknya semakin tergeser akibat kemajuan teknologi. Berbagai bentuk tradisi kebudayaan lama termasuk cerita rakyat, bukan mustahil akan terabaikan, sehingga dikhawatirkan cerita rakyat yang penuh dengan nilai-nilai, norma-norma, dan adat-istiadat lama-kelamaan akan hilang tanpa bekas.

  Dengan demikian, penelitian cerita rakyat berarti melakukan penyelamatan cerita rakyat dari kepunahan yang dengan sendirinya merupakan usaha pewarisan nilai budaya, karena dalam cerita rakyat dapat ditemukan nilai moral, falsafah, ideologi, dan nilai budaya suatu suku atau bangsa yang bisa menjadi teladan bagi anak cucu kelak.

  Dari unsur intrinsik cerita rakyat terdapat salah satu unsur yang menarik untuk dianalisis, yaitu unsur perwatakan (karakteristik tokoh). Melalui karakteristik tokoh pengarang menyampaikan sifat atau sikap yang dimiliki oleh seorang pelaku dalam cerita. Penggambaran karakteristik tokoh dapat dijadikan sebagai teladan bagi masyarakat setempat yang memiliki cerita tersebut.

  Berdasarkan hal tersebut penulis memilih cerita rakyat sebagai objek penelitian karena dalam cerita rakyat Jambi banyak terkandung nilai-nilai budi pekerti, suri teladan serta petuah-petuah yang mampu membentuk karakter masyarakat Jambi menjadi lebih baik dan memiliki kualitas untuk kehidupan pribadi maupun sosial. Hal tersebut tergambar pada setiap tokoh yang ditampilkan dalam cerita rakyat Jambi. Selain itu, nilai-nilai tersebut disampaikan malalui ungkapan atau pepatah dari para tokohnya yang mengandung ajaran moral yang tinggi. Penelitian tentang cerita rakyat juga sudah pernah dilakukan namun belum terlalu banyak, khususnya yang memfokuskan pada karakteristik tokoh dalam cerita rakyat. Dengan alasan di atas, penulis mengangkat cerita rakyat masyarakat Melayu Jambi dengan judul “Karakteristik Tokoh dalam Cerita Rakyat Jambi”.

  KAJIAN PUSTAKA Cerita Rakyat

  Cerita rakyat pada dasarnya, merupakan cerita lisan yang telah lama hidup dalam tradisi masyarakat. Cerita rakyat adalah suatu bentuk karya sastra lisan yang lahir dan berkembang dari masyarakat tradisional yang disebarkan dalam bentuk relatif tetap di antara

  2007:3-4). Jadi, cerita rakyat Jambi adalah sastra lisan yang lahir dan berkembang dari masyarakat tradisional Jambi secara turun-temurun yang melukiskan proses terjadinya sebuah peristiwa di Jambi.

  Karakteristik Tokoh Secara etimologis, istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris

yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas. K arakteristik itu adalah suatu sifat

yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.

  Waluyo (2002:17-19) menyatakan bahwa watak para tokoh dalam fiksi digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu:

  a) Dimensi Fisiologis Yang termasuk dalam keadaan fisik tokoh adalah: umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, dan sebagainya. Jika kita telaah lebih lanjut, maka ciri fisik dapat dihubungkan dengan perwatakan berdasarkan teori Krechmer. Tokoh ini membagi watak manusia berdasarkan keadaan fisik tokoh.

  b) Dimensi Psikologis Keadaan psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, temperamen, ambisi, keadaan emosinya, dan sebagainya. Watak secara psikis ini harus mendapat perhatian seksama, karena tokoh tidak hanya memasuki dunia peran secara fisik, akan tetapi berlebih secara psikis.

  c) Dimensi Sosiologis Keadaan sosiologis tokoh meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi, dan sebagainya. Keadaan sosiologis seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

METODE PENELITIAN

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural ini memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Berkaitan dengan itu, Nurgiyantoro (2013:57) mengemukakan bahwa struktur karya sastra juga menunjuk pada pengertian adanya hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu masalah melalui kata-kata, kalimat yang berupa teks. Data dan

  Sumber Data

  Data penelitian ini adalah kalimat atau paragraf yang berupa narasi atau dialog dalam 12 cerita rakyat Jambi. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah buku Cerita

  Rakyat Daerah Jambi karya Lembaga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi.

  Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model analiss mengalir (flow model of analysis) yang dikemukakan oleh Miles and Huberman (2009:15-21) melalui langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Reduksi Data Pada tahap ini langkah yang dilakukan, yaitu mencatat data yang dipeoleh dalam bentuk uraian secara rinci. Data yang diambil berupa kata, kalimat, dan paragraf yang terdapat dalam cerita rakyat daerah Jambi

  2. Penyajian Data Pada tahap ini data yang telah terkumpul dikelompokkan dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahannya. Tujuan sajian data adalah untuk menemukan karakteristik tokoh yang terkandung dalam cerita rakyat Jambi

  3. Penarikan Simpulan Pada tahap ini peneliti telah memasuki tahap pembuatan simpulan dari data yang telah diperoleh sejak awal penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu data yang diperoleh disimpulkan sehingga ditemukan data mengenai karateristik tokoh dalam cerita rakyat Jambi. Apabila simpulan tersebut telah cukup memperlihatkan karakteristik tokoh dalam cerita rakyat Jambi sesuai dengan tujuan penelitian maka langkah selanjutnya adalah menyusun hasil akhir.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Cerita Puti Senang

A. Karakteristik Tokoh

  Dalam cerita Puti Senang terdiri dari tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama yaitu Puti Senang. Sedangkan tokoh sampingan adalah Ayah Kulut, Ibu Kulut, Nenek Rubiah, Bujang Tandang, Pemuda Bumi (kemenakan orang tua Puti Senang), Kulut, Kembang Inak, Kembang Manis, Ibu Bujang Tandang dan Perempuan Tua.

  a) Tokoh Utama Tokoh utama dalam cerita ini adalah Puti Senang. Secara psikologis karakter Puti senang adalah periang, suka membantu, ramah dan mudah bergaul terhadap sesama masyarakat di Desa tersebut. Ia juga rajin membantu orang tuanya.

  ...Siapa nama Puti Senang sebenarnya tidak diketahui. Hanya orang memanggilnya dengan nama tersebut, karena anak perempuan itu sangat periang dan suka bergurau, hingga orang-orang di desa itu

  baik tua maupun muda apalagi yang sebaya dengannya, suka pada puti tersebut dan senang bergaul dengannya. (hal 1)

  Sementara itu pada kutipan lain menyebutkan, Puti seorang anak yang sangat mudah menangis dan labil. Ia tidak bisa dimarah dan hatinya sangat rapuh. Selayaknya anak yang berumur 10 tahun ia sangat suka bermain dan terkadang suka lalai terhadap tugasnya.

  ...oleh karena terlalu asyik bermain, Puti senang lupa dengan suruhan ayahanya. “....Puti menangis sejadi-jadinya, karena air yang disiramkan itu terasa panas dan tepat pula kena matanya. ...tiba-tiba dia berlari keluar.” mau kemana kak? “tanya kulut”. “Belum tahu, kita bersembunyi saja dulu. Ayah marah kepada kita. Mungkin beliau membenci kita, baiklah kita lari saja dari rumah ini...”

  Kehidupan Puti sangat menyenangkan. Ia adalah anak sulung dari keluarga bahagia yang sederhana. Hubungan ia dengan kedua orang tuanya sangat baik. Sebagai makhluk sosial ia juga dikenal sangat ramah, rajin membantu dan senang bergaul. Kutipan untuk deskripsi ini terdapat pada dimensi psikologis di atas. Sebagai anak yang lahir pada zaman dahulu, Puti juga tidak sekolah.

  ....Keduanya tentu tidak sekolah, karena masa itu belum ada sekolah seperti sekarang ini. (hal 1) Pada awal cerita Puti adalah putri sulung yang berumur 10 tahun. Hingga di tengah cerita ia telah beranjak dewasa serta sudah cukup umur untuk menikah pada waktu itu.

  ...yang tua perempuan, orang memanggilnya Puti Senang. Puti senang baru berumur 10 tahun, sedangkan adiknya berumur delapan tahun. Keduanya tentu tidak sekolah, karena masa itu belum ada sekolah seperti sekarang ini. (hal 1) ...Peristiwa masa lalu itu telah mereka lupakan. Mak dan Pak Kulut merasa gembira melihat kedua anaknya sudah meningkat remaja. (hal 5)

  Dari penjelasan karakteristik Puti Senang di atas adalah karakter utama yang memiliki sifat sangat baik dan suka menolong, namun dibalik itu dia juga mudah patah hati dan pergi meninggalkan masalah yang dihadapinya. Ini bisa jadi dikarenakan dia masih kecil. Takut kepada kemarahan yang lebih besar jika dia tetap tinggal. Ia juga tidak egois sehingga mencoba memaksakan kehendaknya. Sebagai anak sulung dia sangat berbakti kepada orang tuanya.

A. Karakteristik Tokoh

  Dalam cerita Tupai Jenjang terdiri dari tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama yaitu, Tupai Jenjang. Sedangkan tokoh sampingan adalah Raja Tua, Ratu Lindung Bulan, Putri Ular, Perempuan Tua, Hulubalang, Bendahara, dan Raja Jerangkang.

a.) Tokoh Utama

  Tokoh utama dalam cerita ini adalah Tupai Jenjang. Karakter Tupai jenjang sewaktu masih menjadi anak tupai yang kecil digambarkan sebagai karakter anak hewan yang lincah dan sangat nakal. Dalam deskripsi tersebut dapat dikatakan Tupai Jenjang memiliki karakter hewani. Di bawah ini adalah kutipannya.

  Suatu pagi, Tupai Jenjang bangun tidur. Dilihatnya di atas meja telah tersedia makanan untuknya. Dia melompat ke atas meja, dimakannya makanan itu sampai habis, kemudia duduk di atas piring kosong dan berak disana. (hal 28)

  Pada beberapa kutipan lain ketika Tupai Jenjang telah beranjak sedikit besar dan dia terpaksa harus keluar istana dan mencari kelapa untuknya sendiri, terdapat perubahan karakter yang cukup signifikan. Di mana dari dialog yang diucapkannya kepada sesama hewan memperlihatkan jiwa kepemimpinanya.

  Tupai Jenjang telah dianggap sebagai raja oleh tupai-tupai tersebut. Oleh sebab itu kemana Rajanya pergi mereka mengikuti. (hal 32)

  Karakter Tupai Jenjang setelah berubah menjadi manusia adalah rendah hati. Ia meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah ia lakukan kepada kedua orang tuanya.

  Tiba-tiba tupai Jenjang berdiri dan mendekati ibunya serta langsung merangkulnya. “Ibu...aku Tupai Jenjang. Maafkan aku ibu, maaf aku telah meninggalkanmu.” (hal 36)

  Secara sosiologis Tupai Jenjang adalah putra dari sebuah kerajaan. Walaupun ia terlahir sebagai Tupai tetaplah ia putera mahkota yang pada akhirnya berubah menjadi manusia setelah ia menginjank dewasa.

  Penampilan Tupai Jenjang secara fisiologi pada awalnya adalah seekor tupai. Tentunya penulis mengharapkan bahwa tafsiran pembaca dan penulis sama tentang bentuk tupai pada umumnya. Kemudian setelah berubah menjadi manusia ia memiliki wajah yang tampan. Berikut kutipannya.

  Tupai Jenjang menjadi seorang laki-laki yang tampan, sedang putri ular menjelman jadi seorang gadis yang cantik jelita. Keduanya mendekap seolah-olah bertemu dengan teman lama. (hal 33)

  Dari karakteristik di atas, Tupai Jenjang adalah karakter yang kuat mandiri dan mampu mencari takdirnya sendiri. Berkat kepandaiannya ia berhasil menjadi manusia lagi. Meskipun sudah diusir oleh ayahnya sendiri, dia tetap kembali kepada keluarganya.

  Pembahasan

  Berdasarkan hasil penelitian karakteristik tokoh utama cerita rakyat Jambi, penulis mendapat beberapa temuan yang dipilah melalui beberapa aspek. Dari aspek psikologis yaitu aspek yang paling banyak memegang peranan dalam pemaparan tokoh. Watak secara psikis ini harus mendapat perhatian seksama, karena tokoh tidak hanya memasuki dunia peran secara fisik, akan tetapi berlebih secara psikis. Hal ini menjelaskan beberapa hal bahwa untuk bisa menganalisis seorang tokoh dalam cerita penulis harus betul-betul memahami psikologisnya. Dengan demikian akan sangat mudah menentukan pesan moral yang terkandung dan merangkum kompleksitas jalan cerita.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa tokoh utama dan sampingan dari segi psikologi, setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda, tingkah laku yang berbeda dan cara pandang yang berbeda pula. Hal ini dibuktikan dengan deskripsi beragam yang tergambar dari dialog para tokoh. Dari deskripsi tersebut, psikologis tokoh berdampak langsung pada plot. Hal tersebut terjadi karena adanya peristiwa sebab akibat yang juga secara langsung menciptakan amanat.

  Sama halnya dengan aspek sosiologis, ditemukan keberagaman latar belakang tokoh utama, juga suku, ras dan ideologi. Namun demikian, unsur daerah atau tempat dimana cerita itu berkembang tidak membuat perbedaan yang begitu signifikan. Penulis harus mencari unsur lain seperti usia, idelogi atau status dalam masyarakat. Unsur ini lebih gamblang dipaparkan penulis.

  Sedangkan fisiologis, penulis menemukan keberagaman jenis kelamin. Ada tokoh utama perempuan dan ada juga yang laki-laki. Secara fisik tentu setiap tokoh utama berbeda- beda.

  Saran

  Penulis memberikan saran agar hasil penelitian ini dijadikan bahan ajar disekolah- sekolah. Agar murid-murid dapat mengetahui cerita rakyat Jambi yang saat ini mulai ditinggalkan. Selain itu kepada pada pembaca atau peneliti yang tertarik untuk isi kajian ini. Penulis hanya melakukan analisis terhadap tokoh utama, namun kajian ini dapat dilanjutkan ke ranah berbeda dengan analisis yang sama.

DAFTAR RUJUKAN

  Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang: Asah Asih Asuh Danandjaja, James. 1986. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-Lain. Jakarta: Pustaka Grafitipers.

  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi. 2008. Cerita Rakyat Daerah Jambi. Jambi. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo Efrison, 2009, “Jati diri masyarakat Kerinci dalam sastra lisan Kerinci”, tesis, Universitas Sumatra Utara, Medan.

  Engri.1993. Tentang sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fanani, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Kosasih, E. .2008. Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Nobel Edumedia. Miles, M. B. Dan Huberman. 1993. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Naila Kamalia. Karakteristik Tokoh dan Penokohan dalam Cerpen Karya Buruh Migran

  

Indonesia Di Hong Kong. Jurnal. Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri

Malang.

  Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Cerita Fiksi. Cet. 2. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Wellek, R. dan Waren, A. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Yuliana .2016. Perwatakan Tokoh Utama Novel Cerita Hati Maharani Karya Cut Nursyidah Dewi. Skripsi tidak diterbitkan, Jambi: PBS FKIP Universitas Jambi.