PENGEMBANGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SEBAGAI COLLATERAL (AGUNAN) UNTUK MENDAPATKAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

  568 COLLAT ERAL PENGEMBANGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SEBAGAI

  

(AGUNAN) UNTUK MENDAPATKAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

Sri Mulyani

  Fakult as Hukum UNTAG Semarang, E-mail:

  

Abst ract

Int el l ect ual Pr oper t y Ri ght s i s gr ant ed t he excl usi ve r i ght s t o cr eat or s, i nvent or s or desi gner s f or t he

cr eat ion or i nvent i on t hat has commer ci al val ue, ei t her dir ect l y or t hr ough t he aut omat i c

r egi st r at i on of t he r el evant agencies as awar ds, r ecognit ion shoul d be gi ven t he pr ot ect ion of t he

r i ght s of t he communit y devel opment l aw. Gl obal l y, t he IPR wi l l be used as col l at er al t o obt ai n a

bank l oan int er nasional . In t hi s l aw i s necessar y t o r eal i ze t he concept of l egi sl at ion i n each count r y

who ar e wi l l i ng t o appl y t hat r egul at e subst ance l oadi ng, bi ndi ng, and r egi st r at i on of i nt el l ect ual

pr oper t y as col l at er al . Key wor ds: devel opment of int el l ect ual pr oper t y r i ght s, col l at er al , bank cr edit in Indonesi a

  

Abst rak

  Hak Kekayaan Int elekt ual merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada para kreat or, invent or at au pendesain at as hasil kreasi at au t emuannya yang mempunyai nilai komersial, baik langsung secara ot omat is at au melalui pendaf t aran pada inst ansi t erkait sebagai penghargaan, pengakuan hak yang pat ut diberikan perlindungan hukum. Perkembangan masyarakat global, HKI akan dij adikan col l at er al (agunan) unt uk mendapat kan kredit perbankan secara int ernasional. Unt uk mewuj udkan konsep hukum ini diperlukan perat uran perundang-undangan di masing-masing negara yang bersedia menerapkannya yang mengat ur subst ansi pembebanan, pengikat an, dan pendaf t aran HKI sebagai col l at er al .

  Kat a kunci: Pengembangan HKI, collat eral, kredit perbankan di Indonesia

  

Pendahuluan oleh hukum negara-negara lain. Hal ini t idak bi-

  Sej ak awal abad 18 bangsa Eropa sudah sa dinaf ikan, karena bagaimanapun j uga sist em mulai memikirkan soal Hak Kekayaan Int elek- hukum int ernasional yang mengat ur me-ngenai t ual (HKI). Hal ini t ercermin pada pameran in- hak kekayaan int elekt ual lebih duluan lahir dan t ernasional at as penemuan-penemuan baru di berkembang secara dinamis dan progresif di-

  2 Vienna pada t ahun 1873. Beberapa negara ke- bandingkan dengan hukum nasional.

  mudian enggan mengikut i pameran-pameran Ada dua lembaga mult ilat eral yang ber- sepert i it u, karena t akut ide-ide baru t ersebut hubungan dengan HKI adalah WIPO dan TRIP’ s dicuri dan diekploit asi secara komersial di ne- ( Tr ade Rel at ed Int el l ect ual Pr oper t y Ri ght s). an perlindungan secara int ernasional at as karya hir dalam Put aran Uruguay diakomodasi oleh

  1

  int elekt ual. WTO. Pembent ukan WTO (Wor l d Tr ade Or gani - Sist em hukum yang berkembang di ma- zat ion) merupakan salah sat u wuj ud lembaga sing-masing negara, t ermasuk di Indonesia, da- ekonomi yang dibent uk unt uk menangani eko- lam bidang hak kekayaan int elekt ual, sangat 1 dipengaruhi oleh hukum int ernasional dan j uga 2 Venant i a Hadi ari ant i, “ Konsep Dasar Pember ian Hak Syaf r inal di , “ Sist em Hukum Hak Kekayaan Int el ekt ual ” ,

  dan Perl indungan Hukum HKI” , Jur nal Gl or i a Jur i s, Vol . Jur nal Hukum Respubl i ka, Vol . 4, No. 1, Tahun 2004,

  Pengembangan Hak Kekayaan Int el ekt ual sebagai Col l at er al (Agunan) unt uk… 569

  nomi global yang sarat dengan st andar-st andar regional dan int ernasional.

3 TRIP’ S ( Tr ade Rel at ed Aspecs Int el ect ual

  nasional yang paling komprehensif di bidang HKI. Perj anj ian Trip’ s adalah suat u perpaduan yang unik dari prinsip-prinsip dasar Gener al Ag-

  Konsekuensi keikut sert aan Indonesia se- bagai anggot a WTO ( Wor l d Tr ade Or gani zat i -

  Uni t ed Nat i ons Commi ssi on on Int er nat i onal Tr ade Law (UNCITRAL) Working Group VI on Secur i t y Int er est s di New York, membahas mat eri secur i t y r i ght s i n i nt el ect ual pr oper t y (hak j ami nan dal am kekayaan int el ekt ual ) akan dij adikan sebagai col l at er al (agunan) unt uk mendapat kan kredit perbankan secar a int ernasional . Lihat j uga dal am Cakraw al a Hukum Si dang UNCITRAL Working Group VI on Secur it y Int erest , New York, 19-23 Mei 2008 dal am Bul et i n Hukum Per bankan dan Kebansent r al an, Vol . 6, No. 2, Agust us 2008, hl m. 39, 6 Commi ssi on adal ah Uni t ed Nat i ons, Commssi on on

  copyr i ght , pat ent , dan t r ademar k) t elah men- 4 Worl d Int el ect ual Propert y Organizat ion, Int el ect ual Propert y Reading Mat er ial , WIPO Publ i ct ion No. 476 (E), 5 Bisnis Indonesia, Senin, 23 Agust us 2010, hl m. 1. pada t anggal 19-23 Mei 2008 t el ah dil aksanakan sidang ke-13

  da- lam pert emuannya pada sesi ke-39 t ahun 2006, mencat at bahwa kekayaan int elekt ual (sepert i

  6

  5 Commi ssion

  Perkembangan masyarakat global, HKI di- j adikan akses unt uk mendapat kan kredit per- bankan secara int ernasional.

  4 Ver y br oadl y, i nt elect ual Pr oper t y means t he l egal r ight s whi ch r esul t f r om i nt el l ect ual act i vi t y in t he indust r i al , sci ent i f i c, l i t er ar y and ar t i st i c f i l eds” ,

  (WIPO) sebagai badan khusus PBB yang memiliki ot orit as di bidang Int elect ual Pr oper t y Ri ght s (IPR), memberikan def inisi HKI sebagai beri- kut :

  Wor l d Int el ect ual Pr oper t y Or gani z-at ion

  masuk menyelaraskan perangkat perat uran per- undang-undangan di bidang HKI dengan ket en- 3 Haedah Far adz, “ Perl indungan Hak At as Merek” , Jur nal t uan-ket ent uan dalam Perj anj ian TRIP’ s, se- hingga pada t ahun 1997 Pemerint ah Indonesia mengadakan revisi beberapa perangkat perat u- ran perundang-undangan di bidang HKI, yait u UU Hak Cipt a 1987 j o UU No. 6 Tahun 1982, UU Pat en 1989 dan UU Merek 1992. Pada t ahun 2000 disahkan t iga UU baru di bidang HKI yait u UU No. 30 Tahun 2000 t ent ang Rahasia Dagang, UU No. 31 Tahun 2000 t ent ang Desain Indust ri, dan UU No. 32 Tahun 2000 t ent ang Desain Tat a Let ak Sirkuit Terpadu. Dalam upaya unt uk me- nyelaraskan semua perat uran perundang-un- dangan di bidang HKI dengan perj anj ian TRIP’ s, pada t ahun 2001 pemerint ah Indonesia menge- sahkan UU Nomor 14 Tahun 2001 t ent ang Pat en dan UU No. 15 Tahun 2001 t ent ang Merek. Ke- dua UU ini menggant ikan UU yang lama. Pada pert engahan t ahun 2002 di-sahkan UU No. 19 Tahun 2002 t ent ang Hak Cipt a yang menggant i- kan UU yang lama.

  on), mengambil langkah-langkah pent ing t er-

  t ual Pr oper t y Or ganizat ion) (Keppres No. 19 Tahun 1997).

  r eement on Tar if f s and Tr ade (GATT). TRIP’ s

  1997); dan keenam, Organisasi Int ernasional

  Pr oper t y Ri ght s), merupakan kesepakaan int er-

  pres No 16 Tahun 1997); keempat , Tr ademar k

  t i on Tr eat y) and Regul at ion Under t he PCT (Ke-

  15 Tahun 1997); ket i ga, PCT (Pat ent Co-oper a-

  No. 7 Tahun 1994); kedua, Paris Convent i on f or Pr ot ect ion of Indust r i al Pr oper t y (Keppres No.

  per t ama, TRIP’ s (Tr ade Rel at ed Aspect s Int e- l ect ual Pr oper t y Ri ght s) (dirat if ikasi dengan UU

  I nt el l ect ual Pr oper t y Or gani zat ion; merat if i- kasi hasil-hasil keput usan Uruguay Round de- ngan Undang-undang No. 7 Tahun 1994 t ent ang Rat if ikasi WTO. Beberapa konvensi int ernasio- nal yang t elah dirat if ikasi Indonesia adalah:

  vent ion f or t he Pr ot ect i on of Indust r i al Pr o- per t y and Convent i on Est abl i shi ng t he Wor l d

  Indonesia t ermasuk anggot a kedua orga- nisasi t ersebut dengan merat if ikasi Par i s Con-

  pr oper t y adalah Par i s Convent ion f or t he Pr o- t ect i on of Indust r i al Pr oper t y (Par i s Conven- t i on), sedangkan unt uk bidang copyr i ght adalah Ber ne Convent ion f or t he Pr ot ect ion of Lit e- r ar y and Ar t i st i c Wor ks (Ber ne Convent ion).

  bukanlah t it ik awal t umbuhnya konsep hak ke- kayaan int elekt ual. Berbagai konvensi int erna- sional t elah lama dilahirkan, dan t elah bebe- rapa kali diubah, namun yang signif ikan dan menj adi dasar ut ama bagi konsep i ndust r i al

  Law Tr eat y (Keppres No. 16 Tahun 1997). kel i - ma, Ber ne Convent ion f or t he Pr ot ect i on of Li - t er ar y and Ar t ist i c Wor ks (Keppres No. 18 Tahun

  570 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012 j adi sumber pembiayaan perbankan.

7 Bahkan

  masuknya HKI sebagai col l at er al , di samping menj amin keamanan bagi kredit ur dengan me- ngambil alih semua aset perusahaan t erkenal, j uga menambah garis sumber keuangan unt uk pemulihan ut ang.

  ngat pent ing bagi pert umbuhan negara maj u dan negara-negara berkembang di masa depan. Ada korelasi langsung ant ara perlindungan Hak Kekayaan Int elekt ual suat u negara at as hak pa- t en, hak cipt a, hak merek dagang dan pert um- buhan sert a perkembangan ekonomi negara t ersebut .

8 Fenomena ini t ent unya sangat berart i ba-

  ci al capi t al (modal sosial): nilai-nilai keluarga,

  masyarakat , berbagai organisasi yang dibent uk masyarakat .

  Human capi t al (modal insani) merupakan

  salah sat u modal yang berpengaruh t erhadap kesej aht eraan suat u bangsa, dalam karakt er modal ini hak kekayaan int elekt ual merupakan

  i nt angi bl e asset . Hak kekayaan int elekt ual dili-

  dan sebagainya; kedua, physi cal capi t al (modal f isik ): mesin, mesin, bangunan, f asilit as publik lainnya; ket i ga, human capi t al (modal insani): nilai produkt if Sumber Daya manusia, Hak Kekayaan Int elekt ual (HKI); dan keempat , so-

  sebagai col l at er al unt uk mendapat kan kredit dar i perbankan. Dengan perkat aan l ai n, col l at er al menj adi dasar bagi per-bankan unt uk menyal urkan pembi ayaan bagi nasabahnya baik sebagai owner , maupun l i censee 8 Andr ea Tosat o, “ Securi t y int erest over int el l ect ual propert y” , Jour nal of Int el l ect ual Pr oper t y Law &

  Pr act i ce, Vol . 6 No. 2, hl m. 2 9 Kot l er dkk, The Mar ket i ng of Nat i ons, A St r at egi c Appr oach t o Bui l di ng Nat i onal Weal t h, The Free Press New Yor k, 1997, dal am Bunga Rampai Hak At as Kekayaan Int el ekt ual , t ul i san Nashir l , IPS (Indonesian Int el l ect ual Propert y Societ y), 2001, hl m. 137 dal am Budi Sant oso, Per geser an Pandangan Ter adap Hak Ci pt a St udi per geser an pandangan t ent ang Hak Ci pt a di Amer i ka Ser i kat dan di Int donesi a, Pidat o Pengukuhan di sampaikan pada Upacara Peneri maan Jabat an Gur u Besar dal am Il mu Hukum pada Fakul t as Hukum

  9 per t ama, nat ur al ca- pi t al (modal Alami): t anah, air, kayu, mineral,

  10 Hak Kekayaan Int elekt ual sangat

  lekat dengan pert umbuhan perekonomian suat u negara. Penghargaan dan perlindungan t erha- dap karya-karya int elekt ual akan mencipt akan iklim yang kondusif bagi kreat ivit as dan daya inovasi masyarakat . Sement ara it u, pert umbuh- an perekonomian suat u negara t ergant ung pada invest asi asing.

  11 Di Indonesia, bent uk-bent uk agunan kre-

  dit yang diakui berdasarkan Perat uran Bank In- donesia at au PBI Nomor 9/ 6/ PBI/ 2007 t ent ang Perubahan Kedua at as PBI Nomor 7/ 2/ PBI/ 2005 t ent ang Penilaian Kualit as Akt iva Bank Umum, Pasal 46, meliput i: per t ama, surat berharga dan saham yang akt if diperdagangkan di bursa ef ek di Indonesia at au memiliki peringkat inves- t asi dan diikat secara gadai; kedua, t anah, ge- dung, dan rumah t inggal yang diikat dengan Hak Tanggungan; ket i ga, mesin yang merupa- kan sat u kesat uan dengan t anah dan diikat de- ngan Hak Tanggungan; keempat , pesawat uda- ra at au kapal laut dengan ukuran di at as 20 me- t er kubik yang diikat dengan hipot ek; kel i ma, kendaraan bermot or dan persediaan yang diikat secara f idusia; dan at au keenam, resi gudang yang diikat dengan Hak Jaminan at as Resi Gu- dang (UU No. 9 Tahun 2006 t ent ang Sist em Resi Gudang), khusus diperunt ukkan bagi obj ek agu- nan berupa hasil pert anian, perkebunan dan perikanan. Pengikat an Hipot ik diat ur berdasar- kan UU No. 17 Tahun 2008 t ent ang Pelayaran dan UU No. 1 Tahun 2009 t ent ang Penerbangan, berupa kapal laut dan at au pesawat udara de- ngan ukuran di at as 20 met er kubik. Hak ke- kayaan int elekt ual berdasarkan perat uran Bank 10 Ibi d, hl m. 24, 11 Mar yat i Bacht i ar, “ Pel aksanaan Hukum Terhadap Merek

  Terkenal (Wel l Known Merk) Dal am WTO-TRIPS dikait - kan Dengan Pengat uran dan Prakt iknya di Indonesi a” , Jur nal Hukum Respubl i ca, Vol . 6 No. 2, t ahun 2007,

  gi pelaku bisnis yang mempunyai produk yang dilindungi hukum HKI unt uk dapat mengakses kredit perbankan dalam rangka mengembang- kan usahanya yang membut uhkan modal. Modal merupakan salah sat u f akt or penent u berkem- bangnya suat u usaha. Kot ler menyebut kan bah- wa t erdapat beberapa f akt or yang berpenga- ruh t erhadap kesej aht eraan suat u bangsa, yait u modal, yang t erdiri dari:

  hat dari perspekt if ekonomi mampu memberi- kan kont ribusi pert umbuhan ekonomi suat u bangsa, sebagaimana dinyat akan oleh St uart E. Eizenst at bahwa perlindungan at as inovasi sa- 7 Dal am hal ini hak kekayaan int el ekt ual dij adikan

  Pengembangan Hak Kekayaan Int el ekt ual sebagai Col l at er al (Agunan) unt uk… 571

  Secara hist oris konsep HKI sebagai obj ek j aminan lahir dan berkembang di negara barat yang sudah berj alan kepast ian perlindungan HKInya . Pent ingnya hak kekayaan int elekt ual dapat dij adikan obj ek j aminan (col l at er al ) me- ngingat perkembangan dunia usaha di mana pe- milik produk sekaligus sebagai pemilik HKI pada produk yang dihasilkannya sangat membut uh- kan modal dengan mengadakan perj anj ian kre- dit dengan HKI sebagai obj ek j aminan.

  Col l at eral Under U. C. C. Revised Ar t i cl e 9” , Emor y

  Navi gat i ng Unchar t ed wat er s t aki ng secur i t y i nt er est i n Uni t ed St at e Tr ademar ks, net / knowl edge/ t ransact ions/ wat ers. asp, akses t gl 23 sept 2011 14 Lars S. Smit h, “ General Int angi bl e or Comercial Tort : Moral Right s and St at e-Based Int el l ect ual Propert y as

  diri dari benda adalah sub sist em dari sist em hukum benda yang mengandung sej umlah asas hukum kebendaan. Ist ilah benda sering diart i- kan hart a kekayaan, dalam prakt ik bisnis lazim disebut “ pr oper t y” at au komodit i” . Ist ilah ben- da merupakan t erj emahan dari kat a zaak (Be- landa). Beberapa ahli hukum memberikan pe- suat u yang dapat dimiliki dengan hak milik at au segala sesuat u yang dapat menj adi obj ek 13 Debor ah Ruf f Schavey, Mayer , Brown, Pl at t , 1999,

  14 Sist em hukum j aminan yang obj eknya t er-

  akui dengan baik sering lebih menarik daripada j enis lain j aminan, karena biasanya ada risiko kredit yang lebih rendah, yang menghasilkan biaya yang lebih rendah pembiayaan, dan se- ring kali perj anj ian j aminan merek dagang akan memungkinkan peminj am unt uk mengamankan pembiayaan t anpa perlu unt uk mengubah st ruk- t ur modalnya. Dalam Inst it ut Hukum Amerika dan Konf erensi Nasional Komisaris pada Uni- f orm Negara Hukum yang diadopsi revisi Pasal 9 dari Unif orm Comercial Code t ahun 1998, Ame- rika menambahkan j enis baru dari j aminan yang dapat digunakan benda t idak berwuj ud ( i nt a- ngi bl e) sebagai agunan (col l at er al ).

  13 Merek dagang bagian dari HKI yang di-

  Menurut Deborah Schavey Ruf f , Mayer, Brown & Plat t (1999) penggunaan merek dagang sebagai j aminan at as pembiayaan yang aman t elah menj adi pilihan yang menarik bagi pemin- j am.

  Konsep HKI dalam Perspektif Collat eral

  Indonesia mengenai bent uk-bent uk agunan kre- dit sebagaimana t ersebut di at as, belum diat ur.

  Pembahasan 12 Kement eri an Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deput i Bi dang Pengembangan dan Rest rukt ur isasi Usa- ha, Fungsi Ser t i -f i kasi HaKI Sebagai Agunan Bel um Ber - j al an, t orihaki/ 301 Jumat , 22 Ja-nuari 2010, akses, 1 Desem-

  nesia?

  l at er al dalam sist em j aminan f idusia di Indo-

  Berdasarkan lat ar belakang di at as, maka permasalahan yang akan dibahas dalam art ikel ini adalah sebagai berikut . Per t ama, bagaimana konsep HKI dalam perspekt if col l at er al (agun-

  dari perj anj ian kredit ant ara debit ur dan kredi- t ur. Dengan disepakat inya perj anj ian kredit an- t ara pengusaha (debit ur) dan Bank selaku kre- dit ur, maka t erj adi hubungan hukum di mana sebenarnya t elah t erj adi dua kepent ingan yang saling bert ent angan ( conf l i ct of i nt er est ), yait u di sat u pihak debit ur membut uhkan kredit de- ngan mudah dan cepat , di lain pihak kredit ur (bank) memerlukan kepast ian dan pengamanan t erhadap pengembalian pelunasan ut ang mela- lui kredit dalam wakt u yang t epat dengan obj ek kebendaan sebagai j aminan yang mudah diekse- kusi, sedangkan hak kekayaan int elekt ual (HKI) merupakan kebendaan yang t idak berwuj ud se- bagai aset perusahaan ( i nt angi bl e asset ) di ma- na eksist ensi hak kekayaan int elekt ual belum ada pengat uran hukumnya sebagai obj ek j ami- nan. Di samping it u j uga kesulit an di dalam memprediksi nilai HKI pada wakt u pemberian kredit maupun eksekusi HKI, apabila debit ur wanprest asi.

  Pat en Of f ice, bahwa sert if ikat HaKI di luar ne- geri, sebagai agunan ke bank sudah berj alan.

  Al umni Associ at ion bekerj a sama dengan Japan

  Prakt ik perbankan Indonesia belum dapat menerima hak kekayaan int elekt ual (HKI) seba- gai obj ek j aminan f idusia. Sebagaimana di- nyat akan oleh Dirj en Hak Kekayaan Int elekt ual Depart emen Hukum dan HAM, Andy N Sommeng dalam acara pembukaan seminar yang diseleng- garakan oleh Indonesi an Int el l ect ual Pr oper t y

12 Perj anj ian j aminan merupakan accesoir

  572 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  kredit bank adalah sebagai salah sat u sarana perlindungan hukum bagi keamanan bank dalam mengat asi risiko, agar t erdapat suat u kepast ian hukum nasabah debit ur akan melunasi pinj am- annya. Konsep hukum j aminan adalah adanya hubungan hukum ant ara debit ur dan kredit ur dalam perj anj ian pinj am meminj am seagai per- j anj ian pokok dan adanya obj ek j aminan seba- gai perj anj ian acessoi r (perj anj ian t ambahan). Dalam perat uran perundang-undangan, kat a- kat a j aminan t erdapat dalam Pasal 1131 KUH- Perdat a dan Pasal 1132 KUHPerdat a, dan dalam penj elasan Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 Ta- hun 1992 dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.

  Pasal 499 KUHPerdat a adalah t iap-t iap benda dan hak yang dapat menj adi obj ek dari hak milik. Benda dalam art i ilmu penget ahuan hu- kum adalah segala sesuat u yang dapat menj adi obj ek hukum. Sebagai salah sat u hak kebenda- an, dalam hak kekayaan int elekt ual t erkandung dua hak, selain hak ekonomi yang bisa membe- rikan keunt ungan dalam bent uk royalt i, j uga t erkandung hak moral ( mor al r i ght s) yang sela- lu melekat pada pemiliknya. Hak ekonomi ( eco-

  nomi c r ight s) sif at nya bisa dialihkan at au dipin-

  dahkan pada orang lain ( t r ansf er abl e), sehingga orang lain sebagai penerima peralihan hak j uga mendapat kan keunt ungan ekonomi.

15 Ist ilah hukum j aminan merupakan t erj e-

  mahan dari ist ilah secur it y of l aw, zeker hei d-

  st el l l i ng at au zeker hei dsr echt en. Dalam prakt ik

  perbankan ist ilah j aminan dan agunan dibeda- kan. Ist ilah j aminan mengandung art i sebagai kepercayaan/ keyakinan dari bank at as kemam- puan at au kesanggupan debit ur unt uk melaksa- nakan kewaj ibannya, sedangkan agunan diart i- kan sebagai barang at au benda yang dij adikan j aminan unt uk melunasi ut ang nasabah debit ur. Jaminan dalam perspekt if Undang-undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 diart ikan sebagai “ kayakinan at as it ikad dan kemampuan sert a keanggupan nasabah debit ur unt uk melu- nasi ut angnya at au mengembalikan pembiayaan di-maksud sesuai yang diperj anj ikan.

  Secara t eorit is, HKI dapat dij adikan j ami- nan ut ang, karena HKI merupakan hak kebenda- an yang bernilai ekonomi. Di dalam

  hak milik. Konsep benda yang t erdapat dalam

  nasabah debit ur kepada bank dalam rangka pemberian f asilit as kredit at au pembiayaan berd-asarkan Prinsip Syariah. Hukum j aminan kebendaan adalah sub sist em dari hukum benda yang mengandung sej umlah asas hak kebendaan ( r eal r i ght ), sedangkan hukum j aminan per- orangan merupakan sub sist em dari hukum per- j anj ian yang mengandung asas pribadi ( per sonal

  r i ght ). Jaminan bersif at perorangan, at au j ami-

  nan pihak ket iga dalam bent uk penanggungan ( bor gt ocht ). Bor gt ocht diat ur dalam B. W. buku III Bab XVII pasal 1820 s/ d 1850.

  17 Pent ingnya j aminan dalam perj anj ian

16 Penger-

  Jur nal Mi mbar Hukum, Vol . 22 No. 2, 2010, Fakul t as Hukum UGM, hl m. 257, 16 Penj el asan Pasal 8 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1992 se- bagaimana t el ah diubah dengan Undang-undang Nomor

  ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2001 t ent ang Me- rek, Pasal 3 (ayat 2) UU Hak cipt a, Pasal 66 ayat (1) UU Pat en, Pasal 5 ayat (1) UU Rahasia 17 Jaminan penanggungan hut ang ( Bor gt ocht ) adal ah

  j aminan yang bersif at perorangan yang menimbul kan hubungan l angsung dengan orang t ert ent u. Jaminan yang bersif at peror angan ini hanya dapat dipert ahankan t er-hadap debit or t ert ent u t erhadap hart a kekayaan Pihak Ket iga (penanggung) dapat dil akukan dengan se- penget ahuan si Debit or at au bahkan t anpa sepenget a- huannya. Perj anj i an j ami nan Bor gt ocht ber sif at acces- soi r ar t inya keber adaan j aminan ini t ergant ung pada perj anj i an pokoknya yait u perj anj ian Kredit . Perj anj ian j aminan Bor gt ocht hapus apabil a perj anj i an pokoknya hapus. Mengingat j aminan Bor gt ocht ini ber sif at acces- soi r dan sebagai cadangan saj a, maka seorang penang- gung ( Bor g) diber ikan hak i st i mewa yait u hak yang di mil iki seorang Penanggung unt uk menunt ut agar hart a kekayaan mil ik si berut ang (Debit or) t erl ebih dahul u di- sit a dan di j ual at au dil el ang. Jika hasil penj ual an hart a kekayaan debit or t i dak cukup unt uk mel unasi hut ang-

  t ian j aminan t erdapat dalam SK Direksi Bank Indonesia Nomor 23/ 69/ KEP/ DIR t anggal 28 Februari 1991, yait u suat u keyakinan kredit ur, bank at as kesanggupan debit ur unt uk melunasi kredit sesuai dengan yang diperj anj ikan. Se- dangkan pengert ian agunan diat ur dalam Pasal 1998 adalah j aminan t ambahan yang diserahkan 15 Agung Suj at miko, “ Perj anj i an Lisensi Merek Terkenal ” ,

  10 Tahun 1998: Mengingat bahwa agunan sebagai sal ah sat u unsur pemberi an kredit , maka apabil a berdasarkan unsur-unsur l ain t el ah diperol eh keyakinan, agunan ha- nya dapat berupa barang, proyek, at au hak t agih yang

  Pengembangan Hak Kekayaan Int el ekt ual sebagai Col l at er al (Agunan) unt uk… 573

  bah- wa asset s secur it i zat ion i s t he par t i al or com-

  Securi t izat ion and Asymmet ri c Inf ormat ion” , Jour nal of Legal St udi es, Vol . 34 No. 1, Januari 2005, by Uni versit y of Chicago Press, hl m. 161, 20 Zul iyat i, Ngur ah Arya, “ Int el l ect ual Capit al dan Ki nerj a Keuangan Per usahaan” , Jur nal Di nami ka Keuangan dan

  PSAK (Pernyat aan St andar Akunt ansi) No. 19 (revisi 2000) t ent ang Akt iva Tidak Berwuj ud. Konsep akt iva sesuai dengan paragraf 08 Per- nyat aan St andart Akunt asi Keuangan (PSAK) No. 19 t ahun 2000 adalah sumber daya yang diken- dalikan oleh perusahaan sebagai akibat perist i- wa masa lampau dan bagi perusahaan diharap- kan akan menghasilkan manf aat ekonomis pada masa yang akan dat ang. Menurut Pernyat aan St andart Akunt asi Keuangan (PSAK) No. 19 (re- visi 2000) akt iva t idak berwuj ud adalah akt iva dak mempunyai wuj ud f isik sert a dimiliki unt uk digunakan dalam menghasilkan at au menyerah- 19 Edward M. Iacobucci dan Ral ph A. Wi nt er, “ Asset

  20 Hak Kekayaan Int elekt ual merupakan i n- t angi bl e asset suat u perusahaan, diat ur dalam

  rikan kont ribusi t erhadap kinerj a keuangan pe- rusahaan.

  advant ages, maka i nt el l ect ual capi t al membe-

  yang t erukur unt uk peningkat an compet it ive

  i nt el l ect ual capi t al lebih besar. Selain it u, j ika i nt el l ect ual capi t al merupakan sumber daya

  Pendapat lain, dalam prakt ik akunt ansi konservat isma menekankan bahwa invest asi pe- rusahaan dalam Int el l ect ual Capi t al yang disaj i- kan dalam laporan keuangan perusahaan, diha- silkan dari peningkat an selisih ant ar nilai pasar dan nilai buku. Jadi, j ika misalnya pasarnya ef isien, maka invest or akan memberikan nilai yang t inggi t erhadap perusahaan yang me-miliki

  pl et e segr egat ion of a specif i c set of cash f l ows f r om a cor por at ion's ot her asset and t he issua- ce of secur i t ies based on t hese cash f lows.

  19

  Dagang, Pasal 31 ayat (1) UU Desain Indust ri,

  memperkirakan nilai asset t idak berwuj ud (HKI) berdasarkan kapit alisasi pendapat an ekonomi at au nilai sekarang dan nilai masa depan de- ngan melihat pada laporan keuangan suat u pe- rusahaan di mana HKI masuk dalam akt iva t idak berwuj ud. Hal ini sej alan dengan pendapat Ed- ward M. Iacobucci dan Ralph A. Wint er

  Busi ness The Anal ysi s and Appr ai sal of Cl osel y Hel d Compani es, New York: Thir d Edit ion, Shannon Prat t Val uat ion, Inc, Copyright by The Mc-Graw Hil l

  Mendasarkan konsep penilaian di at as, t erkait dengan penilaian HKI sebagai obj ek j a- minan lebih mengarah pada pendekat an pen- dapat an, karena dengan met ode pendapat an 18 Shannon P. Pr at t , Al ina V. Nacul it a, 2008, Val ui ng a

  kan kerangka kerj a sist emat is unt uk memper- kirakan nilai aset t idak berwuj ud berdasarkan kapit alisasi pendapat an ekonomi at au nilai se- karang dan nilai masa depan. Nilai "pendapat an ekonomi" akan berasal dari penggunaan, lisensi, at au penyewaan at as merk t ersebut . Ket i ga, pendekat an biaya ( cost appr oach). Pendekat an biaya menyediakan kerangka kerj a sist emat is unt uk memperkirakan nilai aset t idak berwuj ud berdasarkan prinsip ekonomi subst it usi yang se- padan dengan biaya yang akan dikeluarkan se- f ungsi ut ilit as.

  appr oach). Pendekat an pendapat an menyedia-

  memberikan t iga ukuran da- lam menilai HKI. Per t ama, pendekat an pasar ( mar ket appr oach). Dalam pikiran Shannon P. Prat t , Alina V. Naculit pendekat an pasar menye- diakan kerangka kerj a sist emat is unt uk mem- perkirakan nilai aset t idak berwuj ud berdasar- kan analisis penj ualan akt ual dan/ at au t ransak- si lisensi berwuj ud yang sebanding dengan ob- j ek. Kedua, Pendekat an pendapat an (i ncome

  18

  Ada beberapa pendekat an unt uk menilai HKI sebagai obj ek j aminan. Shannon P. Prat t , Alina V. Naculit ,

  Konsep Penilaian HKI sebagai Collat eral

  Pasal 23 ayat (1) UU Desain Tat a Let ak Ter- padu, merupakan ket ent uan yang mengat ur mengenai pengalihan hak yait u dapat beralih at au dialihkan, karena pewarisan, hibah, wasi- at , perj anj ian t ert ulis, sebab lain yang dibenar- kan perat uran perundang-undangan. HKI t erma- suk benda bergerak yang t idak berwuj ud (Pasal 499 KUHPerdat a) dapat beralih at au dialihkan karena perj anj ian t ert ulis. Perj anj ian t ert ulis yang dimaksud adalah dapat dit af sirkan (diin- t erpret asikan) sebagai perj anj ian j aminan de- ngan obj ek HKI.

  Per bankan, Vol . 3 No. 1, Nopember 2011, hl m. 116,

  574 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  cont r ol ” , yakni mengukuhkan perkembangan

  Masyar akat , Vol . 7 No. 2, Apr il 2010 Fakul t as Hukum UNTAG Semarang, hl m. 1 23 Mul adi , Pent i ngnya Lembaga Jami nan Fi dusi a Dal am meni ngkat kan Pembangunan Ekonomi Nasi onal , Seminar Nasional “ Probl emat ika Dal am Pel aksanaan Jaminan Fi dusia Di Indonesi a: Upaya Menuj u Kepast ian Hukum)” , Fakul t as Hukum USM, 16 Desember 2009, hl m. 3, 24

  Unt uk keperluan penj aminan kredit , ben- t uk pengalihan yang bisa digunakan dengan ob- j ek hak kekayaan int elekt ual adalah melalui perj anj ian j aminan. Adapun bent uk penj aminan yang paling t epat digunakan dalam hal ini ada- lah dengan menggunakan j aminan f idusia. Jaminan f idusia sebagai j aminan diberikan da- lam bent uk perj anj ian memberikan pinj aman uang, kredit ur mencant umkan dalam perj anj ian it u bahwa debit ur harus menyerahkan barang- barang t ert ent u sebagai j aminan pelunasan hu- kum ant ara pemegang dan pemberi j aminan adalah hubungan perikat an, di mana pemegang j aminan (kredit ur) berhak unt uk menunt ut pe-

  24 Pr oper t y Ri ght s; Ju- di ci al Independence; Bur den of Gover nment r egul at i ons; Cor por at e Et hi cs; Fi nanci al Mar ket Sophi st i cat ion; Ease of Access t o Loans; Ef f i - ci ency i n Legal Fr amewor k.

  pa paramet ernya berkait an dengan persoalan- persoalan hukum sepert i:

  Wor l d Economi c For um), yang di ant ara bebera-

  j elas mengenai f idusia t et ap relevan, karena ant ara lain akan ber-kait an dengan Indeks Daya Saing Global ( Wor l d Compet i t i veness Index,

  23 Sampai saat ini pengat uran hukum yang

  hukum di dalam masyarakat yang sudah diprak- t ikkan dalam j urisprudensi, t et api di lain pihak j uga berusaha unt uk mendorong masyarakat khususnya pihak-pihak yang berkepent ingan (melakukan social engi neer i ng) unt uk menj un- j ung t inggi kej uj uran melalui kepast ian hukum ant ara lain melalui prosedur Pendaf t aran Jami- nan Fidusia, t idak hanya mengut amakan t ran- saksi pinj am-meminj am dengan proses yang di anggap sederhana, mudah dan cepat .

  Melihat dari sisi f ungsi hukum adalah bah- wa perundang-undangan t ent ang Fidusia di at as memiliki f ungsi ganda ( dual f unct ion). Di sat u pihak perundang-undangan t ersebut berusaha unt uk memerankan diri sebagai sarana “ soci al

  kan barang dan j asa, disewakan kepada pihak lainnya, at au unt uk t uj uan administ rat if . Akt iva t idak berwuj ud ant ara lain ilmu penget ahuan dan t eknologi, desain dan implement asi sist em at au proses baru, lisensi, hak kekayaan int e- lekt ual, penget ahuan mengenai pasar dan me- rek dagang (t ermasuk merek produk/ br and na-

  Dal am Pembaharuan Si st em Hukum Jami nan Fi dusi a

  22 21 Scot t J. Lebson, “ Trade secret s as col l at eral : a US perspect ive” , Jour nal of Int el l ect ual Pr oper t y Law & Pr act i ce, Vol . 2 No. 11, 2007, hl m . 726, 22 Sri Mul yani, “ Rekonst ruksi Pemikir an Yuri di s Int egr al

  Memahami makna kemanf aat an hukum dan f ungsi hukum pada dasarnya merupakan rat uran hukum. Konsep hukum yang modern memiliki f ungsi unt uk memberikan kepast ian hukum dan perlindungan hukum akan berlaku- nya suat u perat uran hukum.

  Konsep HKI sebagai Obj ek Jaminan dalam Sis- t em Jaminan Fidusia

  akan dij adikan col l at er al , harus di budayakan dalam laporan keuangan perusahaan yang ma- suk dalam akt iva t idak berwuj ud, sebagai sara- na unt uk menget ahui nilai asset perusahaan khususnya nilai hak kekayaan int elekt ual. Di samping it u dengan pemanf aat an dan pengelo- laan Int el l ect ual Capi t al yang baik oleh perusa- haan dapat membant u meningkat kan kinerj a perusahaan, yang berakibat nilai pasar perusa- haan akan meningkat ( mar ket abl e), sehingga menj adi nilai t ambah bagi perusahaan unt uk mendapat kan akses kredit perbankan.

  ngi bl e asset dalam sebuah perusahaan, apabila

  Hak Kekayaan Int elekt ual yang merupakan i nt a-

  mes). Menurut Scot t J. Lebson, t he col l at er a- l i zat ion of Int el l ect ual Pr oper t y r i ght s has emer ged f r om t he f r i nges of i nt el l ect ual asset management and i s now a maj or dr iver of com- mer ci al deci sions as t o how an IP por t f ol i o shoul d be cul t i vat ed. On account of t heir f i xed and pr edi ct abl e f or mat , st at ut or y r i ght s such as pat ent s, t r ade mar ks, and copyr i ght s have at t r act ed most of t he at t ent ion as means by whi ch secur it y is r ai sed f or a loan—but col l a- t er al i zat i on is not l i mit ed t o such r i ght s.

21 Mendasarkan pemikiran di at as, bahwa

  Pengembangan Hak Kekayaan Int el ekt ual sebagai Col l at er al (Agunan) unt uk… 575

  nyerahan barang j aminan dari debit ur (pemberi j aminan).

  rupakan j aminan yang bersif at kebendaan, se- t elah benda yang dibebani f idusia didaf t arkan di Kant or Pendaf t aran Fidusia. Jadi apabila benda yang dibebani f idusia t idak didaf t arkan, maka hak penerima f idusia yang t imbul dari adanya perj anj ian pembebanan f idusia, bukan merupakan hak kebendaan, t et api merupakan hak perorangan.

  pedoman dalam t ulisan ini adalah perj anj ian pengalihan hak kepemilikan suat u benda at as dasar kepercayaan dengan ket ent uan hak ke- pemilikan at as benda yang dialihkan it u t et ap berada dalam penguasaan si pemilik benda. Fidusia sebagai salah sat u j aminan merupakan unsur pengaman kredit bank, yang dilahirkan dengan didahului oleh perj anj ian kredit bank. Konst ruksi ini menunj ukkan bahwa perj anj ian j aminan f idusia memiliki karakt er accessoir , yang diat ur dalam Undang-undang Jaminan Fi- dusia ( UU Nomor 42 Tahun 1999).

  Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia, menent ukan bahwa yang dimaksudkan dengan f idusia ialah pengalihan hak kepemilik- an suat u benda at as dasar kepercayaan dengan ket ent uan bagi benda yang hak kepemilikannya dialihkan t ersebut t et ap dalam penguasaan pe- milik benda. Jaminan Fidusia merupakan hak j aminan at as benda bergerak baik yang ber- wuj ud maupun yang t idak berwuj ud dan benda t idak bergerak khususnya bangunan yang t idak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan seba- gaimana diat ur dalam UU Nomor 4 t ahun 1996 yang t et ap berada dalam penguasaan pemberi f idusia sebagai agunan bagi pelunasan ut ang t ert ent u yang memberika kedudukan yang di- kredit or lainnya (Pasal 1 ayat 2 UU Nomor 42 Tahun 1999 t ent ang Jaminan Fidusia). 25 Ahmad Zaini , “ Dinamika Perkembangan Lembaga Jami-

  nan Fi dusia di Indonesia” , Jur nal Al Qal am, Vol . 24, No. 3, Sept ember-Desember 2007, hl m. 407, 26 Bet t y Dina Lambok, “ Akibat Hukum Per set uj uan Tert ul i s dar i Peneri ma Fidusi a kepada Pemberi Fi dusi a unt uk Me-nyewakan Obj ek Jaminan Fidusia Kepada Pihak Ket iga” , Jur nal Hukum Pr o Just i t i a, Vol . 26 No. 3, Jul i

  Jaminan Fidusia dilihat dari aspek hukum memberikan pref erensi (hak didahulukan pelu- nasannya) dari kredit ur lain (konkuren) sebagai berikut .

25 Secara konsept ual j aminan f idusia me-

  27 Per t ama, pemegang f idusia memiliki

  hak yang didahulukan t erhadap kredit or lain- nya; kedua, pemegang f idusia mempunyai hak didahulukan dalam hal unt uk mengambil pelu- nasan piut angya at as hasil eksekusi benda yang menj adi obj ek j aminan f idusia; dan ket i ga, pe- megang f idusia mempunyai hak yang didahulu- kan dengan t idak hapus karena adanya kepailit - an dan at au likuidasi.

26 Teori f idusia yang menj adi

  Berlakunya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 membawa perubahan bagi pengi- kat an j aminan f idusia yang t elah ada sebelum- nya yait u diperolehnya kepast ian hukum, baik bagi pihak kredit ur maupun debit ur, yang di- t anggapi oleh Bank dengan menerbit kan Surat Edaran No. 00/ HK/ 003 t anggal 23 Pebruari 2000 perihal Pembuat an Akt a Jaminan Fidusia dibuat t erpisah oleh Not aris, yang sebelumnya pem- bebanan j aminan f idusia dilakukan secara di- bawah t angan dan menj adi sat u dalam Formulir Aplikasi Kredit at au dalam Perj anj ian Kredit pada bagian agunan.

  28 Kemaj uan t eknologi t elah mendorong la-

  hirnya hak-hak kekayaan int elekt ual (HKI) se- bagai agunan, yait u hak-hak at as kekayaan in- t elekt ual yang t imbul dan lahir karena kemam- puan sumber daya manusia. Hak Kekayaan Int e- lekt ual dapat berupa karya-karya di bidang ilmu penget ahuan, seni sast ra dan t eknologi yang di- lahirkan dengan adanya daya kreat ivit as sese- orang menj adikan karya it u bernilai. Secara umum Hak Kekayaan Int elekt ual dapat digo- longkan ke dalam: per t ama, hak cipt a dan hak yang berkait an dengan hak cipt a; kedua: Pat en dan pat en sederhana; ket i ga: merek dagang, indikasi geograf is; keempat : rahasia dagang;

  kel i ma: desain indust ri; dan keenam: (desain at as) t at a let ak sirkuit t erpadu. 27 Lihat Pasal 27 Undang-undang Jami nan Fi dusi a, 28 Markus Sur yout omo, Ef ekt i vi t as Pel aksanaan Undang- undang Nomor 42 Tahun 1999 t ent ang Jami nan Fi dusi a Se-bagai Agunan Kr edi t Bank, Jurnal Il mi ah Hukum dan Dinamika Masyarakat , Fakul t as Hukum UNTAG Sema-

  576 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 3 Sept ember 2012

  Penaf siran menurut analogi dalam hukum perdat a, sering digunakan berhubung sif at nya yang pada umumnya hanya mengat ur saj a dan t idak memaksa.

  lekt ual sebagai obj ek j aminan f idusia, karena hak kekayaan int elekt ual t ermasuk benda ber- gerak yang t idak berwuj ud (immat eriil). Oleh karena it u berdasarkan penaf siran secara ana- logi, hal t ersebut dimungkinkan mengingat hak kekayaan int elekt ual sebagai bagian dari hukum benda yait u benda bergerak yang t idak berwu- j ud mempunyai nilai ( val ue) yang dapat beralih at au dialihkan karena perj anj ian. Hak kekayaan int elekt ual masuk dalam ranah hukum benda. Hukum benda merupakan bagian dari Hukum Perdat a, asas-asasnya adalah absolut (mut lak), dapat dipert ahankan t erhadap siapapun j uga,

  dr oit de sui t e (selalu mengikut i dimana pun

  benda berada), dr oi t de pr ef er ence (hak di da- hulukan pelunasannya daripada kredit ur lain), dapat dialihkan. Hak Kekayaan Int elekt ual t er- masuk benda bergerak yang t idak bert ubuh (abst rak), mempunyai nilai ( val ue) yang pat ut diperhit ungkan dalam lalu lint as perdagangan global hal ini dimungkinkan sebagai obj ek j a- minan f idusia.

  Bank waj ib mempunyai keyakinan berda- sarkan analisis yang mendalam at as it ikad baik dan kemampuan sert a kesanggupan nasabah de- bit ur unt uk melunasi ut angnya at au mengemba- likan pembiayaan dimaksud sesuai yang diper- j anj ikan, sehingga bagi bank yang konservat if dapat menaf sirkan bahwa kepast ian pengemba- lian kredit disert ai dengan j aminan.

  ban mengikat benda sebagai agunan unt uk f asi- lit as kredit dengan prinsip kehat i-hat ian yang diat ur dalam berbagai perat uran Bank Indonesia yang bersumber pada Pasal 29 Undang-undang t ingnya lembaga j aminan dalam pemberian kre- dit perbankan. 29 Heru Hudaya, Penaf asi r an Dal am Hukum, Univer sit as Borobudur, Jakart a,

  php/ Search. ht ml ?act =t ampil & id=14972&i dc=21, hl m. 62, akses t anggal 16 Jul i 2012. 30 Heru Soepr apt omo, “ Masal ah Eksekusi Jaminan Fi dusi a dan Impl ikasi Lembaga Fi dusia Dal am Prakt ik Per bank-

  Fungsi pendaf t aran HKI menj adi pent ing dan disyarat kan oleh undang-undang HKI, selain berguna sebagai alat bukt i yang sah at as HKI yang t erdaf t ar, pendaf t aran HKI j uga berguna sebagai dasar penolakan t erhadap HKI yang sa- ma keseluruhannya at au sama pada pokoknya yang dimohonkan oleh orang lain unt uk barang at au j asa sej enis. Perlindungan hukum t erha- dap HKI diberikan melalui proses pendaf t aran HKI.

29 Penaf siran hak kekayaan int e-

  Sist em hukum j aminan f idusia dalam t u- lisan ini t erkait dengan subst ansi hukum j ami- nan f idusia dan st rukt ur hukumnya memungkin- kan pemanf aat an HKI unt uk mengakses kredit perbankan. Per t ama, konsep j aminan f idusia.

  Pasal 1 angka 1 UUJF: f idusia adalah pengalih- an hak kepemilikan suat u benda at as dasar ke- percayaan dengan ket ent uan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan t et ap dalam pe- nguasaan pemilik benda; Pasal 1 angka 2 UUJF: j aminan f idusia adalah hak j aminan at as benda bergerak baik berwuj ud maupun t idak berwu- j ud yang t et ap dal penguasaan pemberi f idusia, sebagai agunan bagi pelunasan ut ang t ert ent u, yang memberikan kedudukan yang di-ut amakan kepada penerima f idusia t erhadap kredit or lain- nya; Pasal 1 angka 4 UU JF: benda adalah sega- la sesuat u yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik berwuj ud maupun t idak berwuj ud, yang t erdaf t ar maupun yang t idak t erdaf t ar, yang bergerak maupun yang t idak dapat dibebani hak t anggungan at au hipot ik.

  Kedua, pengikat an pembebanan. Pasal 4