ANALISIS FRAUD YANG TERJADI PADA KASUS ALIRAN DANA DI SKK MIGAS (SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI) - Unika Repository

  LAMPIRAN

  6

  2

  7

  1

  3

  8

  4

  9

  5 1.

  Rudi Rubiandini (Kepala SKK Migas)

  » Tersangka » Peran: Diduga memberikan uang ke DPR dan Waryono Karno 2. Karen Agustiawan (Direktur PT. Pertamina)

  » Saksi » Peran: Diduga menyetorkan uang suap

  (Karen) “Pertamina sudah memberikan ke mereka langsung” (Rudi) “Kalau tak mau ngasih, saya laporkan ke Pak Menteri” 3. Gerhard Maarten Rumeser (Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK

  Migas) » Saksi » Peran: Diduga memberikan uang suap

  (Gerhard) “Dicicil tiga kali saja” (Rudi) “Pak Jhonny sudah menagih” 4.

Deviardi (Pelatih golf)

  » Tersangka » Peran: Perantara suap dari perusahaan ke Rudi

  » Saksi » Peran: Diduga menerima gratifikasi/suap dan mengawal tender di SKK

  Migas » Harta: Rp. 2.465.719.252 dan US$ 15,000 (30 November 2009)

  Kasus Lain:

  » Diduga terlibat korupsi pembangkit listrik solar home system di Kementrian ESDM

  » Menghubungkan M. Nazzaruddin, berkas Bendahara Umum Partai Demokrat, dengan direksi PT. PLN dalam Proyek pengadaan baru bara untuk PLN.

  (Sutan) “Sudah injury time .. Kita di sini pening” 6. Tri Yulianto (Anggota Komisi Energi DPR)

  » Saksi » Peran: Diduga menjadi perantara dan penerima gratifikasi/ suap

  (Tri Yulianto) “Lewat saya saja, nanti saya sampaikan” (Rudi) “Ada dana THR yang diminta Pak Sutan untuk Komisi VII” 7. Jhonny Allen Marbun (Anggota Komisi Energi DPR)

  » Belum diperiksa » Peran: Diduga meminta uang kepada Rudi

  “Pembayaran bisa kapan saja, yang penting janji bayar” 8. Zainudin Amali (Wakil Ketua Komisi Energi DPR)

  » Saksi » Peran: Diduga menerima dana dari Waryono Karyo 9. Waryono Karyo (Sekretaris Jenderal Kementrian Energi dan Sumber Daya

  Mineral) » Tersangka » Peran: Diduga menjadi pengepul uang untuk Kementrian dan DPR.

  (Waryono) “SKK Migas buka kendang, Pertamina tutup kendang”

  

http://www.tempo.co/read/flashgrafis/2014/02/12/593/Ujung-Pipa-Dana-Pelicin

  

2

  1

  3

  4

  5

  6 Akibat Jurus Kickback

  Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto mengatakan dugaan pemerasan yang dilakukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik terjadi sejak 2011. “Latar belakangnya ialah, JW memerlukan dana operasional yang lebih besar dari bias anya,” kata Bambang. Dia menyebut aksi Jero ini sebagai kickback atau pemerasan.

  ⇙ 13 Agustus 2013 Kepala Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, Rudi Rubiandini, ditangkap KPK di rumahnya dengan barang bukti US$ 490 ribu dan Sin$ 127 ribu ⇙ 16 Januari 2014 Sekretaris Jenderal Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Waryono Karno menjadi tersangka. Waryono diduga terlibat korupsi di Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)

  ⇙3 Juli 2014 Istri Jero Wacik, Triesnawati, diperiksa KPK. Seusai pemeriksaan, Triesnawati bungkam.

  ⇙16 Juli 2014 Menteri Jero Wacik diperiksa penyidik KPK selama 6 jam. Jero mengaku ditanya soal dugaan penyimpangan anggaran dana di kementriannya. Sebelumnya, KPK mengatakan menemukan ada perintah Jero kepada Waryono saat masih menjabat Sekjend Kementrian Energi untuk memainkan anggaran di Kementrian.

  ⇙3 September 2014 KPK menetapkan Jero Wacik sebagai tersangka kasus pemerasan.

Modus:  Melakukan kegiatan perdata, tapi dibungkus keperdataan administrasi

   Menggelar rapat-rapat fiktif.  Pengumpulan dana dari rekanan kementrian  Pengumpulan dana dari feedback suatu kegiatan

  Kerugian Negara :

  9,9 Miliar

  Pasal yang dilanggar:

  Pasal 12e juncto Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 421 KUHP. Ancaman Hukuman: 20 tahun penjara dan denda 1 Miliar

  Simon Gunawan (Vonis 3 tahun) Komisaris PT. Kernel Oil Private Limited US$ 700,000 (sekitar Rp 8,1 Miliar) 3. Gerhard Rumeser (Saksi) Deputi Dukungan Pengendalian Bisnis SKK

  Kementrian Energi

  Peruntukan: Urunan “uang semir” ke DPR untuk memuluskan anggaran APBN-P 2013 Kementrian Energi. Permintaan ini, kata Sekjend Kementrian Energi Waryono Karno seperti dikutip Rudi, atas “arahan Pak Menteri”.

  4. Iryanto Muchi (Saksi) Staf Sutan Bhatoegana – via Didi Dwi Sutrisnohadi (Kepala Biro Keuangan Kementrian Energi)

   Pimpinan Komisi Energi (4 orang) : US$ 30,000  Anggota Komisi (43 orang) : US$ 107,500  Sekretariat Komisi : US$ 2,500

  DPR

  Peruntukan: Tunjangan Hari Raya DPR US$ 200,000 (sekitar Rp 2,34 Miliar) 5.

  Sutan Bhatoegana (Tersangka) Ketua Komisi Energi DPR – via Tri Yulianto (Anggota Fraksi Demokrat)

Utang “Warisan”

  Peruntukan: Pelunasan “utang” Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas – nama lama SKK Migas – sebesar US$ 1 juta kepada anggota DPR.

  6. Jhonny Allen Marbun (Anggota Badan Anggaran DPR) – via Gerhard Rumeser. US$ 200ribu (sekitar Rp 2,34 Miliar)

  www.tempo.co/read/flashgrafis/2014/09/623/Jero-Wacik-Terseret

Ada Tersangka Baru di SKK Migas?

  Minggu, 4 Mei 2014 — 20:54 WIB

  JAKARTA (Pos Kota)

  • – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberi sinyal akan ada penyidikan baru terkait kasus dugaan suap di lingkungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Menurut Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, tindak lanjut kasus itu bergantung dari kesimpulan tim jaksa penuntut umum (JPU) KPK yang menangani kasus suap mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini. “Kami sedang menunggu ekspose dari teman-teman penuntut untuk kemudian dijadikan dasar bagi pimpinan KPK apakah perlu ditindaklanjuti. Kalau ditindaklanjuti yang mana yan g perlu ditindaklanjuti,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini. Pernyataan itu sekaligus menjawab bagaimana upaya KPK dalam menelusuri keterlibatan pemberi suap kepada Rudi Rubiandini. Terlebih, dalam vonis majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, ada pihak-pihak yang disebut diduga menyuap Rudi. “Sebenarnya yang paling menarik itu hampir semua rumusan dakwaan yang dirumuskan lagi dalam tuntutan itu, pertimbangan hukumnya, diambil oleh hakim dan dijadikan dasar untuk membuat putusan. Di situ kan yang menarik ada cukup banyak saksi yang mengonfirmasi dan mengklarifikasi ada pihak lain yang terlibat disitu. Nah itu lah mungkin bisa dijadikan dasar,” paparnya. Sebelumnya, dalam sidang di Pengadilan Tipikor, berdasarkan keterangan

  sejumlah saksi, majelis hakim membeberkan sejumlah orang yang diduga menerima aliran dana dari Rudi.

  Di antaranya, Komisaris Utama Kernel Oil Singapura, Widodo Ratanachaitong, Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri, Artha Meris Simbolon, Wakil Kepala SKK Migas saat itu, Yohanes Widjonarko, Deputi Pengendalian Bisnis SKK Migas, Gerhard Marteen Rumeser, Kepala Penunjang Operasi SKK Migas, Iwan Ratman, dan anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Demokrat, Sutan Bhatoegana.

  Saat disinggung mengenai nasib Sutan yang disebut-sebut kecipratan uang 200 ribu dolar AS dari Rudi, Bambang menjawab tegas. “Siapapun yang ada dalam situ pokoknya,” timpal dia.

  Rudi Rubiandini telah divonis 7 tahun penjara dan denda Rp200 juta subsider 3 bulan kurungan. Rudi dinilai terbukti menerima duit dari sejumlah pihak dan melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu dinilai menerima duit 200 ribu dolar Singapura dan 900 ribu dolar AS dari pemilik PT Kernel Oil Pte Ltd, Widodo Ratanachaitong. Duit itu diberikan Widodo melalui Deviardi, pelatih golf Rudi, supaya Rudi menyetujui perusahan Widodo, Fossus Energy Ltd, menjadi pemenang di beberapa tender di SKK Migas. Rudi juga menginginkan agar beberapa tender di SKK Migas digabung dan ditunda.

  Rudi juga terbukti menerima 522.500 dolar AS dari Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri, Artha Meris Simbolon.

  Menurut Jaksa Riyono, Artha Meris memberikan uang itu supaya Rudi menyetujui permohonan penurunan formula harga gas untuk perusahaannya buat disampaikan kepada Menteri ESDM, Jero Wacik. Terkait dakwaan gratifikasi, menurut Jaksa Andi Suharlis, Rudi juga dianggap terbukti menerima uang dari sejumlah pejabat SKK Migas. Yakni 600 ribu dolar

  Singapura dari Wakil Kepala SKK Migas (kini Pelaksana Tugas Kepala SKK Migas) Yohanes Widjonarko, 150 ribu dolar AS dan 200 ribu dolar AS dari Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas, Gerhard Maarten Rumesser, serta 50 ribu dolar AS dari Kepala Divisi Penunjang Operasi SKK Migas, Iwan Ratman.

  Tak hanya itu, majelis hakim juga memperkuat dugaan pemberian uang 200 ribu dolar AS kepada Politikus Demokrat, Sutan Bhatoegana, oleh Rudi Rubiandini saat masih menjabat Kepala SKK Migas. Hakim anggota Purwono Edi Santosa saat membacakan fakta hukum dalam analisa yuridis putusan Rudi Rubiandini menerangkan uang diterima melalui pelatih golf Rudi, Deviardi dan selanjutnya diserahkan ke Rudi di kantornya Gedung Plaza Mandiri, Jl Gatot Subroto, Jaksel.

  Uang tersebut diserahkan ke Sutan merupakan bagian uang yang diterima Rudi dari bos Kernel Oil Singapura, Widodo Ratanachaitong yakni 300 ribu dolar AS. “Dan keesokan harinya tanggal 26 Juli 2013 uang tersebut diserahkan oleh Deviardi kepada terdakwa di kantornya, dan oleh terdakwa diserahkan ke Sutan Bhatoegana 200 ribu dolar AS dan sisanya disimpan di safe deposit box,” kata hakim anggota Purwono Edi Santosa. (yulian/d)

Ada Titipan Uang 'Terima Kasih' ke Rudi Rubiandini

  Thursday, 28 November 2013, 20:33 WIB REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini mengaku mendengar ada beberapa orang yang ingin memberikan dana sebagai ucapan terima kasih. Ia mendengar itu dari pelatih golfnya, Deviardi.

  Rudi menjabat sebagai Kepala SKK Migas sejak Januari lalu. Selama kurun Januari-Mei, ia mengatakan, Deviardi sempat menyebut ada yang menitipkan uang. "Pertama cukup besar dan saya tolak. Deviardi entah disimpan di mana.

  Cukup besar, ratusan ribu (dolar)," kata dia, saat menjadi saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (28/11).

  Menurut Rudi, Deviardi menyampaikan ada titipan dari Widjonarko, Wakil Kepala SKK Migas. Uang itu, menurut dia, sempat ditunjukkan di dalam mobil. Namun, Rudi mengaku menolaknya. Di kesempatan lain, Deviardi juga menyebut ada titipan dari pegawai SKK Migas lain. "Titipan dari Gerhard (Rumeser). Salah satu Deputi SKK Migas," kata dia. Mengenai uang titipan dari Gerhard, menurut Rudi, Deviardi hanya mengatakannya tanpa menunjukkan uang. Ia juga mengaku menolak uang tersebut. Kemudian, menurut Rudi, Deviardi juga sempat membawa uang 10 ribu dolar Amerika Serikat ke rumahnya. "Itu bulan Mei," ujar dia.

  Rudi mengaku sudah mengingatkan Deviardi akan uang-uang titipan itu. Namun, Deviardi memberikan penjelasan lain. "Deviardi jawab, Pak ini clean and clear. Hanya ada orang-orang yang mau berterima kasih atas kinerja bapak. Oleh karena itu terima saja," kata Rudi, menirukan ucapan Deviardi.

  Hanya saja, Rudi mengaku tidak menerima uang-uang yang disebutkan tadi. Ia tidak mengetahui di mana Deviardi menyimpan uang-uang itu. Namun, Rudi mengaku pernah menerima 300 ribu dolar AS dari Deviardi. Ia menyimpan 100 ribu dolar AS dan sisanya, 200 ribu dolar AS diberikan sebagai THR komisi VII DPR RI. Deviardi, yang juga menjadi saksi, membenarkan ada titipan uang. Ia mengatakan pernah menerima uang dari Widjonarko sebesar 600 ribu dolar AS. Ia mengatakan, Rudi yang memintanya untuk bertemu dengan Widjonarko. Setelah itu, Deviardi melapor ke Rudi. "Tolong simpankan," kata Deviardi.

  http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/28/mwz6zu-ada-titipan-uang- terima-kasih-ke-rudi-rubiandini

Akui Beri THR ke Komisi VII, Ini Nama Anggota DPR yang Disebut Rudi

  Thursday, 28 November 2013, 20:40 WIB REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini menyebut pernah memberikan uang 200 ribu dolar Amerika Serikat (AS) untuk THR Komisi VII DPR RI.

  Keterangan itu terungkap ketika Rudi menjadi saksi dalam kasus dugaan korupsi terkait kegiatan di lingkungan SKK Migas dengan terdakwa Simon Gunawan Tanjaya. Rudi semula ditanya mengenai uang-uang yang disebut oleh pelatih golfnya, Deviardi. Ia mengatakan, sempat menerima uang senilai 300 ribu dolar AS. Menurut dia, uang itu ada yang dipergunakan untuk pemberian THR. "Saya sampaikan THR itu 200 ribu (dolar AS), kepada, sesuai dengaan permintaan, hanya untuk ke satu tempat, yaitu ke Komisi VII DPR RI," kata dia, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (28/11). Menurut Rudi, saat itu dia berada dalam posisi tertekan karena muncul permintaan THR. Di sisi lain, ia mengatakan, ada yang menawarkan diri untuk memberikan bantuan untuk persoalan itu.

  Setelah mendapat uang dari Deviardi, ia pun memberikan uang THR. "Waktu itu saya serahkan, kalau tidak salah namanya, Tri Yulianto. Anggota DPR (Komisi

  VII)," kata dia.

  

BPK Akan Audit Investigatif Kasus SKK Migas

  Rabu, 4 September 2013 21:08 WIB

ANGKAPOS.COM, JAKARTA - segera

  menggelar audit investigatif, terkait kasus dugaan suap di lingkungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas

  "Lagi kami proses," kata Ketua BPK Hadi Poernomo, usai menyerahkan hasil laporan penghitungan kerugian negara proyek Hambalang di Kantor KPK, Rabu (4/9/2013). Hadi mengungkapkan, saat ini pihaknya tengah membuat audit program, untuk langkah-langkah yang akan diambil.

  "Tapi, data-data sudah kami kumpulkan. Tunggu (saja)," ujar mantan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.

  Pada kasus dugaan suap ini, KPK telah menjerat mantan Kepanon aktif Rudi Rubiandini, petinggi PT Kernell Oil Simon G Tanjaya, dan seorang diduga kurir bernama Deviardi alias Ardi. Sejumlah saksi penting juga akan digarap KPK. Antara lain, Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik dan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Waryono Karno.

  

http://belitung.tribunnews.com/2013/09/04/bpk-akan-audit-investigatif-kasus-skk-migas

Divonis 7 Tahun Penjara, Rudi Menitikkan Air Mata

  Selasa, 29 April 2014 | 14:34 WIB JAKARTA, KOMPAS.com

  — Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), Rudi Rubiandini, tak kuasa menahan air matanya seusai majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta menjatuhkan vonis 7 tahun penjara kepadanya. Mata Rudi tampak berkaca-kaca. Ia pun mengucap kalimat dengan terbata-bata ketika diminta Ketua Majelis Hakim Amin Ismanto menanggapi vonisnya.

  "Bismillahirrahmanirrahim, dengan mengucap inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, saya terima putusan ini dengan tegar dan ikhlas," ucap Rudi dengan nada lirih di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa (29/4/2014). Rudi kemudian mengusap air mata di balik kacamatanya. Setelah itu, Rudi bangkit dari kursi terdakwa dan menyalami kelima majelis hakim tipikor dan jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain dihukum 7 tahun penjara, Rudi juga dikenakan membayar denda Rp 200 juta subsider 3 bulan kurungan. Majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta menilai, Rudi terbukti menerima suap terkait pelaksanaan proyek di lingkungan SKK Migas. Menurut hakim, Rudi terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan kesatu, kedua, dan ketiga.

  Dalam pertimbangannya, Rudi dianggap tidak mendukung program pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi. Adapun hal yang meringankan ialah Rudi berlaku sopan selama sidang, belum pernah dihukum, dan menyesali perbuatannya.

  Hakim menjelaskan, sebagaimana dakwaan kesatu, Rudi menerima uang dari bos

  (KOPL) Indonesia sebesar 900.000 dollar AS dan 200.000 dollar Singapura. Menurut hakim, sudah terbukti, uang yang diterima Rudi terkait pelaksanaan lelang terbatas minyak mentah dan kondensat bagian negara di SKK Migas.

  Selain itu, Rudi juga menerima uang dari Presiden PT Kaltim Parna Industri, Artha Meris Simbolon, sebesar 522.500 dollar AS. Uang ini agar Rudi memberikan rekomendasi atau persetujuan menurunkan formula harga gas untuk PT Kaltim Parna Industri (PT KPI). Sejumlah uang ini diterima Rudi melalui pelatih golfnya, Deviardi alias Ardi.

  Rudi juga dinilai terbukti menerima uang dari sejumlah pejabat SKK Migas sebagaimana dakwaan kedua. Uang itu diterima Rudi dari Wakil Kepala SKK Migas Johanes Widjonarko yang saat ini menjabat Kepala SKK Migas, Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas, Gerhard Rumesser, dan Kepala Divisi Penunjang Operasi SKK Migas Iwan Ratman. Uang ini juga diterima Rudi melalui Deviardi. Rudi juga terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang sebagaimana dakwaan ketiga.

  

KPK yakini penerima suap bukan hanya Rudi

  Kamis, 29 Agustus 2013 17:29 WIB Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas meyakini mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini, bukan satu-satunya penerima suap dalam kasus suap di lingkup kegiatan SKK Migas.

  "Kalau melihat praktik korupsi itu sistemik. Tidak mungkin hanya satu orang yang menerima itu. Tapi, semua kan yang berbicara bukti," kata Busyro selepas diskusi terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak Sektor Mineral dan Batu Bara dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Gedung KPK Jakarta, Kamis. KPK, lanjut Busyro, terus mengembangkan penyidikan kasus suap terhadap Rudi Rubiandini sesuai bukti-bukti yang dikumpulkan Tim Penyidik KPK.

  "Yang namanya korupsi itu struktural, sistemik, masif, dan sinergis dalam kemaksiatan-kemaksiatan politik. Kemaksiatan politik itu dilakukan oleh pelaku- pelaku yang dia sesungguhnya pengkhianat di birokrasi," kata Busyro. Busyro mengatakan salah satu pengembangan kasus suap terhadap Rudi yaitu dari penemuan uang 60 ribu dolar Singapura, dua ribu dolar AS di kantor SKK Migas dan uang 200 ribu dolar AS di ruang Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Sekjen ESDM).

  "Justru itu yang menarik, salah satu pertimbangannya uang dolar berseri itu. Tapi tanpa itu pun ditemukan duit dalam jumlah dan jenis yang di kantor itu kan menjadi hal yang patut dikembangkan. Kalau sebelumnya dikatakan Pak Jero, ini biaya operasional. Itu kan justru semakin menarik," kata Busyro.

  Meskipun akan mengembangan penyidikan dari barang bukti uang-uang dolar hasil penggeledahan, Busyro mengatakan KPK akan mempertimbangkan untuk meminta keterangan dari Menteri ESDM Jero Wacik, setelah memeriksa Sekretaris Jenderal ESDM, Waryono Karno.

  "Pada saatnya kami akan periksa supaya tahu `jeroannya`," kata Busyro. Wakil Menteri ESDM Susilo Siswo Utomo meyakini Sekjen ESDM akan memberikan klarifikasi terkait penemuan uang dolar oleh Tim Penyidik KPK.

  Pada Rabu (21/8), KPK meyakini uang suap untuk mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini yang ditemukan pada penggeledahan di sejumlah tempat bukan berasal dari Simon Gunawan Tanjaya. "Dari uang-uang inilah, KPK menduga tersangka RR (Rudi Rubiandini) ini juga menerima pemberian dari pihak lain. Tapi kesimpulan siapa pemberi itu belum ada dan sekarang masih didalami," kata Juru Bicara KPK Johan Budi KPK telah menetapkan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini dan Devi Ardi dari swasta sebagai tersangka penerima suap terkait lingkup kewenangan SKK Migas. Sedangkan Simon Tanjaya dari perusahaan Kernel Oil Pte Ltd ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap. Rudi Rubiandini dan pelaku swasta Devi Ardi sebagai penerima suap dituduh melanggar pasal 12 huruf a dan b atau pasal 5 ayat 2 atau pasal 11 UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No.

  20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Sementara itu, pelaku pemberi suap Simon Tanjaya, dari perusahaan Kernel Oil, diduga melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a dan b atau pasal 13 UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

PPATK serahkan laporan kasus Rudi ke KPK

  Jumat, 30 Agustus 2013 19:13 WIB Jakarta (ANTARA News) - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyerahkan laporan analisis transaksi kasus-kasus yang tengah ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), termasuk kasus suap terhadap mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini. "Yang sedang kalian beritakan, ya semuanya. Semua sudah kami kerjakan," kata Wakil Ketua PPATK, Agus Santoso, kepada wartawan di Gedung KPK Jakarta, Jumat, tentang laporan-laporan transaksi keuangan mencurigakan kasus suap Rudi.

  PPATK, lanjut Agus, fokus pada transaksi-transaksi keuangan yang dibutuhkan KPK dan mendalaminya agar penyelesaian kasus di KPK berjalan lebih cepat.

  "Kami koordinasi rutin, PPATK dengan KPK, supaya lebih efektif. Terutama untuk penelusuran aliran dana keterkaitan transaksi satu dengan transaksi yang lain," kata Agus. Namun, Agus enggan memberikan keterangan detail terkait laporan apa saja yang disampaikan ke KPK.

  "Kalau substansi, tanyakan KPK. Namanya koordinasi ya pasti sudah tukar informasi," kata Agus.

  Pada Jumat (16/8), Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, mengatakan Tim Penyidik KPK sedang mendalami indikasi tindak pidana pencucian uang (TPPU) pada kasus suap Rudi.

  "Kami mempelajari apakah ada indikasi TPPU selain tindak pidana korupsinya, jika nanti ditemukan barang-barang bukti lain yang itu sesuai dengan profil aset dan kekayaannya," kata Bambang. Sementara, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Busyro Muqoddas, meyakini mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini, bukan satu- satunya penerima suap terkait kasus suap di lingkup kegiatan di SKK Migas.

  "Kalau melihat praktik korupsi itu sistemik. Tidak mungkin hanya satu orang yang menerima itu. Tapi, semuakan yang berbicara bukti," kata Busyro.

  KPK telah menetapkan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini dan Devi Ardi dari swasta sebagai tersangka penerima suap terkait lingkup kewenangan SKK Migas. Sedangkan Simon Tanjaya dari perusahaan Kernel Oil Pte Ltd ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap.

  Rudi Rubiandini dan pelaku swasta Devi Ardi sebagai penerima suap dituduh melanggar pasal 12 huruf a dan b atau pasal 5 ayat 2 atau pasal 11 UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

  Sementara, pelaku pemberi suap Simon Tanjaya, dari perusahaan Kernel Oil, diduga melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a dan b atau pasal 13 UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

  

Rudi Akui Tertekan Harus Berikan THR ke Komisi VII Thursday, 28 November 2013, 20:56 WIB

  REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih golf Rudi Rubiandini, Deviardi, disebut sebagai pihak yang memberikan uang kepada mantan kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tersebut. Rudi mengatakan, pernah berbincang kepada Deviardi mengenai masalah yang tengah dihadapinya. "Saya sekarang lagi banyak tekanan. Ada ini ada itu, dan salah satunya adalah THR," ujar mantan wakil menteri ESDM itu. Mantan wakil menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu mengaku, THR diberikan untuk komisi VII DPR RI. Menurut Rudi, Deviardi kemudian menawarkan untuk membantu mencarikan dana. Sekitar pertengahan puasa tahun ini, ia mengatakan, Deviardi membawa uang 300 ribu dolar AS.

  Menurut dia, Deviardi tidak mengatakan asal usul uang. "Seperti biasa, Deviardi ketika awal-awal saya tolak uang tersebut, mengatakan ini CNC, clean and clear. Ada orang yang memberikan terima kasih," kata dia.

  

PPATK Dalami Rekening Pejabat SKK Migas

  Kamis, 28 November 2013, 07:07 WIB REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Muhammad Yusuf mengatakan sedang mendalami seluruh transaksi menyangkut orang di SKK Migas yang diindikasikan terkait tindak pidana pencucian uang yang dilakukan Rudi Rubiandini. "Perlu dicari tahu, betul gak dia minta sebesar itu. Karena kalau kami lihat duit tidak masuk rekening dia. Sepertinya diperuntukkan untuk pihak-pihak tertentu, misalnya kepentingan internal dia, seperti THR untuk pegawai atau pihak ketiga," kata Yusuf, di Bogor, Rabu (27/11) malam.

  Awalnya, kata dia, rekening Rudi tak ada masalah. Sebagai akademisi, transaksi yang dilakukan Rudi masih termasuk wajar. "Kalau dilihat dari salah satu rekening dia, kelihatannya wajar. Setelah masuk SKK Migas, di situ dia tergoda untuk melakukan tindakan menerima pemberian," katanya.

  Rudi bersama pelatih golfnya, Devi Ardi ditangkap KPK atas tuduhan menerima uang 900 ribu dollar AS dan 200 dollar Singapura dari Direktur PT Kernel Oil Pte Ltd Singapura, Widodo Ratanachaitong melalui Komisaris PT Kernel Oil Indonesia, Simon Gunawan Tanjaya, atas pemenangan lelang Fossus Energy Ltd di SKK Migas.

  Uang itu diserahkan Simon kepada Rudi Rubiandini melalui Devi Ardi. Rudi dan Devi Ardi juga dikenakan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) karena diduga turut menyamarkan uang hasil dari lelang dan tender di SKK Migas.

  

Rudi Rubiandini: Innalillahi, Saya Terima Vonis 7 Tahun

  Apr 29, 2014 at 14:37 WIB

  

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana

  Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini menerima vonis 7 tahun penjara yang dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta, pada dirinya. Rudi tak akan mengajukan banding atas putusan itu. "Bismilah, dengan mengucap innalillahi wainnailaihi rojiun, saya terima putusan ini," kata Rudi di akhir sidang PN Tipikor, Jakarta, Selasa (29/4/2014). Majelis Hakim PN Tipikor menjatuhkan vonis 7 tahun penjara pada Rudi Rubiandini. Majelis juga menghukum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) itu dengan denda Rp 200 juta subsider kurungan 3 bulan kurungan.

  Majelis menilai, Rudi terbukti menerima hadiah dan janji berupa uang 200 ribu dolar Singapura dan US$ 900 ribu dari perwakilan PT Kernel Oil Singapura dan Fossus Energy, Widodo Ratanachaitong melalui Direktur Operasional PT Kernel Oil Pte Ltd Indonesia Simon Gunawan Tanjaya. Selain itu, Majelis juga menyatakan Rudi terbukti menerima US$ 522.500 dari Dirut PT Kaltim Parna Industri Artha Meris Simbolon dari Widodo Ratanachaitong selaku perwakilan PT Kernel Oil Singapura dan Fossus Energy melalui Simon Gunawan. "Menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut," kata Majelis H akim Ketua, Amin Ismanto saat membacakan vonis. Dalam kasus dugaan suap di lingkungan SKK Migas, Rudi dinilai terbukti bersalah melanggar

  Pasal 12 huruf a juncto Pasal 11 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 jo Pasal 3 UU Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 65 ayat 1 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana. (Yus Ariyanto)

  

Rudi Rubiandini Kirim THR ke Komisi VII 200 Ribu Dolar AS

  Thursday, 28 November 2013, 19:58 WIB REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini menyebut pernah memberikan uang 200 ribu dolar Amerika Serikat (AS) untuk THR Komisi VII DPR RI. Keterangan itu terungkap ketika Rudi menjadi saksi dalam kasus dugaan korupsi terkait kegiatan di lingkungan SKK Migas dengan terdakwa Simon Gunawan Tanjaya. Rudi semula ditanya mengenai uang-uang yang disebut oleh pelatih golfnya, Deviardi. Ia mengatakan, sempat menerima uang senilai 300 ribu dolar AS. Menurut dia, uang itu ada yang dipergunakan untuk pemberian THR. "Saya sampaikan THR itu 200 ribu (dolar AS), kepada, sesuai dengaan permintaan, hanya untuk ke satu tempat, yaitu ke Komisi VII DPR RI," kata dia di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (28/11). Menurut Rudi, saat itu dia berada dalam posisi tertekan karena muncul permintaan THR. Di sisi lain, ia mengatakan, ada yang menawarkan diri untuk memberikan bantuan untuk persoalan itu. Setelah mendapat uang dari Deviardi, ia pun memberikan uang THR. "Waktu itu saya serahkan, kalau tidak salah namanya, Tri Yulianto. Anggota DPR (Komisi VII)," ujar dia.

  Rudi menceritakan awal mula Deviardi memberikan uang. Ia mengatakan, pernah berbincang kepada Deviardi mengenai masalah yang tengah dihadapinya. "Saya sekarang lagi banyak tekanan. Ada ini ada itu, dan salah satunya adalah THR," ucap mantan Wakil Menteri ESDM itu. Menurut Rudi, Deviardi kemudian menawarkan untuk membantu mencarikan dana. Sekitar pertengahan puasa tahun ini, ia mengatakan, Deviardi membawa uang 300 ribu dolar AS. Menurut dia, Deviardi tidak mengatakan asal usul uang tersebut. "Seperti biasa, Deviardi ketika awal-awal saya tolak uang tersebut, mengatakan ini CNC, clean and clear. Ada orang yang memberikan terima kasih," kata dia.

  http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/28/mwz5d2-rudi-rubiandini- kirim-thr-ke-komisi-vii-200-ribu-dolar-as

Majelis Hakim Beda Pandangan Soal Vonis Deviardi

  Selasa, 29 April 2014 | 16:25 WIB

  

INILAHCOM, Jakarta - Terdakwa kasus dugaan suap di lingkungan SKK

Migas, Deviardi divonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp 50 juta subsider

satu bulan kurungan. Dia dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan

menjadi perantara suap Rudi Rubiandini serta membantu melakukan tindak

pidana pencucian uang (TPPU).

  Sebelum memutuskan hukuman kepada Deviardi alias Ardi yang juga pelatih golf Rudi Rubiandini, Majelis Hakim Ketua Matheus Samiaji berpendapat berbeda (Disentting Opinion) dengan empat hakim lain. Menurutnya, Deviardi tidak terbukti melanggar pasal 11 Undang-Undaang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHP sebagaimana dalam dakwaan kedua.

  "Untuk itu terdakwa dapat dibebaskan atas dakwaan kedua itu," kata Matheus dalam persidangan Ardi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa (29/4/2014). Bukan hanya dalam sidang Ardi, Matheus juga punya pandangan yang berbeda dalam persidangan Rudi Rubiandini. Menurut Matheus, Ardi atau Rudi tidak terbuti melanggar unsur pasal 11. Namun, lantaran ke empat menilai pasal itu terbukti, maka putusannyaa tetap menggunakan pasal 11 UU Tipikor.

  Matheus menyatakan para peserta lelang memberikan hadiah atau janji kepada Rudi karena sudah memenangi lelang tender minyak mentah kondesat di bagian negara. Hadiah atau janji itu dinilai tidak terkait dengan kewenangan jabatan Rudi selaku Kepala SKK Migas.

  Sebagai ilustrasi, Matheus menyatakan ada pemilik toko kain yang memberi hadiah atau janji kepada Kepala SKK Migas. Pemberian ini tidak ada kepentingan yang berhubugan dengan jabatan atau kewenangannya sebagai Kepala SKK Migas.

  "Sehingga Kepala SKK Migas yang menerima hadiah atau janji itu dari pemilik toko kain tersebut tidak bisa dikenai Pasal 11 UU Tipikor, tetapi bisa dikenakan pasal lain dari UU Tipikor," demikian Matheus. Seperti diketahui, Rudi divonis dengan hukuman pidana penjara selama tujuh tahun. Selain itu, ia juga dikenai pidana denda sebesar Rp 200 juta. Apabila tidak dibayar maka dia harus menjalani pidana kurungan selama tiga bulan. Sedangkan Ardi divonis 4,5 tahun penjara dan denda Rp 50 juta.

  Rudi dan Ardi terbukti melanggar Pasal 12 huruf a jo Pasal 11 Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 3 UU Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.

  

  

Deviardi Paparkan jadi Perantara Artha Meris

  9/10/14, 17:34 WIB

  JAKARTA

  • – Sidang kasus suap SKK Migas yang melibatkan Dirut PT Kaltim Parna Industri Artha Meris Simbolon dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi. Pelatih golf Rudi Rubiandini, Deviardi memberikan kesaksian terkait uang yang diberikan Artha Meris. Saat ditanya hakim, Deviardi mengaku dikenalkan Artha Meris oleh Rudi Rubiandini di lapangan golf, Gunung Geulis, Bogor. Ketika itu Rudi masih menjabat sebagai Kepala SKK Migas. “Sekitar Februari 2013. Dalam perkenalan itu, Pak Rudi bilang kalau ada apa-apa diminta berhubungan dengan saya,” kata Deviardi. Setelah dari pertemuan di lapangan golf tersebut, Deviardi pernah bersua di hotel dengan Artha Meris. “Saat itu, terdakwa (Artha Meris) menyerahkan titipan untuk disampaikan ke Pak Rudi,” ucapnya. Saat menerima titipan itu, Deviardi melapor ke Rudi dan diminta untuk menyimpannya. Titipan itu ternyata berupa uang. “Uang itu saya simpan ke safe deposit box di CIMB, Yang Mulia,” ujarnya. Pertemuan penyerahan uang itu tak hanya sekali. Deviardi juga pernah diajak Artha Meris ketemuan di Plaza Indonesia, Plaza Senayan dan sebuah restoran fast food di Kemang. “Semua pertemuan itu ada penyerahan uang dan dokumen ,” cetusnya. Terkait penjelasan Deviardi, Artha Meris tetap menyangkal. Dia mengaku akan menjelaskan hal tersebut saat tahap pemeriksaan terdakwa. “Saya tidak ingat, kalau berkenan saya akan utarakan keberatan saya saat pemeriksaan terdakwa,” elak Artha Meris saat didesak hakim agar dia menyampaikan tanggapan jika keterangan Deviardi tidak sesuai. Artha Meris selama ini memang selalu membantah keterangan sejumlah saksi. Bahkan sadapan telepon antara dirinya dengan Deviardi terkait penyerahan uang pun dibantahnya. Dia mengaku rekaman sadapan itu bukan suaranya. Selama ini, ahli digital forensik menyatakan suara itu identik dengan Artha.(gun/dio).

  

  

Ngaku Salah, Deviardi Menangis di Pengadilan

  Selasa, 01 April 2014 | 18:12 WIB

  

TEMPO.CO, Jakarta - Deviardi, terdakwa yang menjadi kurir suap untuk bekas

  Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi Rudi Rubiandini, mengakui kesalahannya di depan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Pelatih golf Rudi itu menangis sesenggukan ketika mengakui kesalahannya dan meminta hukuman seringan-ringannya.

  "Saya mengaku bersalah. Ternyata apa yang diperintahkan Pak Rudi kepada saya, salah. Dan saya mau dihukum yang seringan-ringannya. Saya sangat menyesal dan mengakui kesalahan," kata Deviardi sebelum dimulai pemeriksaan dia sebagai terdakwa di Pengadilan Tipikor, Selasa, 1 April 2014.

  Deviardi mengaku sebagai tulang punggung utama keluarga. Sedangkan istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga. "Anak saya masih kecil-kecil yang mulia," ujarnya. Ketua majelis hakim Matheus Samiaji menanyakan berapa usia anak Deviardi. "Anak saya yang pertama umur 10 tahun, paling kecil 5 tahun--masih TK yang mulia," ujar Deviardi.

  Deviardi juga memohon kepada majelis hakim untuk tidak didenda dalam vonisnya nanti. Ia mengaku tidak mempunyai duit sepeserpun jika dikenai denda. "Untuk mengembalikan uang ke KPK saja kemarin saya menjual semua harta benda saya yang mulia," katanya. Deviardi pun berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Deviardi bersama Rudi didakwa menerima suap dari bos Kernel Oil Widodo Ratanachaitong sebesar US$ 900 ribu dan Sin$ 200 ribu. Keduanya juga didakwa

  US$ 522 ribu dan dari beberapa pegawai SKK Migas, seperti Wakil Kepala SKK Migas saat itu Johanes Widjonarko US$ 600 ribu, Deputi Pengendalian Bisnis SKK Migas Gerhard Marteen Rumeser US$ 150 ribu, dan Kepala Divisi Penunjang Operasi Iwan Ratman US$ 50 ribu.

  

  

Devi Ardi Sering Mengaku Sekretaris Rudi

  Rabu, 21 Agustus 2013 | 18:11 WIB

  

TEMPO.CO, Jakarta - Junimart Girsang, pengacara petinggi Kernel Oil Pte Ltd

  Simon Gunawan, mengatakan ada sesuatu yang tak beres pada Devi Ardi, yang diketahui merupakan pelatih golf Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini. Gara-gara ulah Devi Ardi, Simon ditetapkan jadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. "Deviardi ini ada yang tak beres. Kepada klien saya, dia sempat mengaku sebagai Sekretaris SKK Migas," kata Junimart di gedung KPK, Rabu, 21 Agustus 2013.

  Devi Ardi, disebut Junimart, juga beberapa kali bertemu dengan petinggi Kernel Singapura, Widodo. Tapi, dia tak tahu tujuan pertemuan tersebut. Simon diketahui memberikan uang US$ 700 ribu kepada Devi Ardi. Diduga, uang tersebut adalah pelicin untuk memenangkan tender minyak di SKK Migas. Tapi, menurut Junimart, uang itu hanyalah uang Devi Ardi yang dititipkan. Peran Simon, kata dia, hanyalah sebagai orang yang membawa uang titipan.

  "Devi Ardi tak bisa membawa masuk uang itu dari Singapura ke Indonesia sehingga butuh bantuan Widodo yang kemudian menghubungi Simon," kata Junimart. KPK kemudian mencokok Simon, karena uang dari Devi Ardi itu diduga digunakan untuk menyuap Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini.

  Kasus dugaan suap SKK Migas ini menjerat tiga orang sebagai tersangka. Ketiganya adalah Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini, petinggi Kernel Oil Indonesia Simon Gunawan, dan Devi Ardi yang diketahui sebagai pelatih golf Rudi.

  2013. Hasil operasi ini bahkan menjadi hasil terbesar sepanjang sejarah KPK. Hasil tangkapan adalah uang US$ 400 ribu, US$ 90 ribu, dan 127 ribu Dolar Singapura, sekaligus sebuah sepeda motor mewah bermerk BMW hitam berplatnomor B-3946-FT.

  Diduga, duit itu digunakan untuk 'menanam jasa' trading atau tender di bidang migas yang belum berlangsung, supaya Kernel Oil memenangi tender itu.

  

  Kasus SKK Migas, Komisaris Kernel Oil Divonis 3 Tahun Penjara

  Kamis, 19 Desember 2013 | 15:17 WIB JAKARTA, KOMPAS.com

  — Manajer Operasional dan Komisaris PT Kernel Oil Private Limited (KOPL) Simon Gunawan Tanjaya divonis 3 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 3 bulan kurungan. Simon terbukti menyuap mantan Kepala Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini sebesar 700.000 dollar AS atas perintah Widodo Ratanachaitong.

  "Mengadili, menyatakan Simon terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama. Menjatuhkan hukuman pidana 3 tahun dan denda 200 juta dengan ketentuan apabila tidak dibayar dapat diganti 3 bulan kurungan," kata Ketua Majelis Taty Hardianty di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (19/12/2013). Hakim menilai Simon terbukti melanggar Pasal 5 Ayat (1) huruf a Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto

  Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Hukuman ini lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelumnya, Simon dituntut 4 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 4 bulan kurungan. Pada putusan ini, Hakim menjelaskan, uang itu diberikan melalui pelatih golf Rudi bernama Deviardi alias Ardi. Pertama, pada 26 Juli 2013 uang sebesar 300.000 dollar AS diambil Simon dari rekening PT KOPL atas perintah Widodo. Simon kemudian menelepon Ardi dan menyampaikan bahwa uang telah disiapkan.

  Setelah itu, Deviardi mendatangi Gedung Equity Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, untuk mengambil uang tersebut. Penyerahan kedua pada 13 Agustus 2013 sebesar 400.000 dollar AS yang diambil langsung oleh Deviardi di Gedung Equity Tower. Setelah mengambil uang itu, Deviardi langsung mengantarkannya ke rumah Rudi. Sebelumnya, Widodo sudah lebih dulu bertemu Rudi di Cafe Pandor, Jakarta Selatan, April 2013.

  Saat itu Widodo memperkenalkan diri sebagai trader minyak yang mengikuti lelang di SKK Migas. Rudi kemudian mengenalkan Widodo dengan Deviardi. Selanjutnya Widodo dan Deviardi bertemu di Singapura. Di sana, Widodo memberikan uang tunai 200.000 dollar Singapura kepada Deviardi agar diserahkan kepada Rudi. Kemudian pada 26 Juni 2013, Widodo menyerahkan langsung ke Rudi uang 200.000 dollar AS di kantor Rudi.

  Total suap yang diberikan kepada Rudi yaitu 900.000 dollar AS dan 200.000 dollar Singapura. Pemberian uang itu dilakukan agar Rudi menggunakan jabatannya untuk melakukan perbuatan terkait pelaksanaan lelang terbatas minyak mentah dan Kondensat Bagian Negara di SKK Migas.

  Di antaranya agar menyetujui Fossus Energy Ltd sebagai pemenang lelang terbatas Kondensat Senipah Bagian Negara pada 7 Juni 2013 untuk periode bulan berikutnya, kemudian menyetujui kargo pengganti minyak mentah Grissik Mix Bagian Negara untuk Fossus Energy Ltd periode Februari-Juli 2013, menggabungkan lelang terbatas Minyak Mentah Minas/SLC Bagian Negara dan Kondensat Senipah periode Agustus 2013. Selain itu, agar Rudi kembali menyetujui Fossus Energy Ltd sebagai pemenang lelang terbatas Minyak Mentah Minas dengan Kondensat Senipah.

  

Penyuap Mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini Divonis 3 Tahun

  Byec 19, 2013 at 14:24 WIB Komisaris PT Kernel Oil Private Limited Simon Gunawan Tanjaya divonis 3 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta. Simon dinyatakan terbukti menyuap mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini. "Menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Simon Gunawan Tanjaya dengan pidana penjara selama 3 tahun dikurangi masa tahanan," ujar Ketua Majelis Hakim Taty Hadianty saat membacakan amar putusan di Pengadilan Tipikor Jakarta, kamis (19/12/2013).

  Selain hukuman penjara, Simon juga diwajibkan membayar denda sebesar Rp 200 juta subsider 3 bulan kurungan. Simon dinyatakan bersalah karena menyuap Rudi dengan uang sebesar USD 700 ribu agar memenangkan Fossus Energy Pte. Ltd., dalam proses lelang di SKK Migas. Simon dinyatakan terbukti melanggar dakwaan alternatif pertama. Yakni Pasal 5 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor

  31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto pasal 55 ayat 1 ke1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Hakim menyatakan perbuatan Simon tidak mendukung upaya pemerintah dalam memberantas korupsi. Itu menjadi pertimbangan yang memberatkan. "Sementara hal meringankan, terdakwa bersikap sopan selama masa persidangan, dan memiliki tanggungan keluarga," ujar Taty. Putusan ini lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu. Sebelumnya JPU menuntut Simon dengan pidana penjara selama 4 tahun dan denda Rp 200 juta. (Eks/Sss)

  

KPK akui tak berdaya jerat Widodo Ratanachaitong

  Kamis, 26 Juni 2014 20:29

  

Merdeka.com - Proses penyidikan kasus suap kepada mantan Kepala Satuan

  Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Rudi Rubiandini, nampaknya tak selalu mulus. Meski dalam proses pengembangan perkara itu Komisi Pemberantasamenetapkan tersangka baru, tapi ada satu hal mengganjal.