PENGARUH PENERIMAAN DANA OTONOMI KHUSUS DAN TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MIGAS TERHADAP BELANJA MODAL SERTA DAMPAKNYA PADA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATENKOTA DI ACEH
Jurnal Magister Akuntansi
ISSN 2302-0164 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
12 Pages pp. 12- 23
PENGARUH PENERIMAAN DANA OTONOMI KHUSUS DAN TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MIGAS TERHADAP BELANJA MODAL SERTA DAMPAKNYA PADA
1) 2) 3)
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI ACEH
1)
Cut Sri Hartati , Dr. Syukri Abdullah, SE, M. Si, Ak, Dr. MuliaSaputra, SE. M. Si, Ak, CA
2,3)Magister AkuntansiPascasarjanaUniversyitasSyiah Kuala Banda Aceh Staff Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Ace h.
Abstract:Since it is designated as a special autonomy province, Aceh has received substantial funds
by the central government, either the special autonomy fund and Gas Share Additional Funding. The
local government can use these funds to develop infrastructure in various sectors in order to support
the welfare of the community, one of which can be measured by the HDI (Human Development Index).
The Regencies/Cities Authorities have budgeted a subtantial capital expenditure to the infrastructure
development. The special autonomy issue associated with the community welfare measured with the
HDI is, therefore, interesting to conduct a study. The purpose of this study was to examine and analyze
the effect of the receipt of special autonomy and Gas Share Additional Fundingfunds toward the
capital expenditures and their impact on Human Development Index in Districts/Municipalities in
Aceh Province.This study is a hypothesis testing research by using path analysis to figure out the
population data collected based on documents and reports that are made available from Bappeda (the
Provincial Development Planning Agency)of Aceh, Directorate-General of Regional Fiscal Balance of
the Ministry of Finance, and Central Bureau of Statistics of Aceh. The results of this study show that
the funds allocated for the Aceh Province from Speacial Autonomy and Gas Share Additional
Fundingschemes have positive effects both jointly and simultanously toward the capital expenditures
of Districts/Municipalities in Aceh. Furthermore, the results also prove that the fundings and capital
expenditures have positive effects either jointly or partially on the HDI of the Districts/Municipalities
in the Aceh Province. For direct and indirect influences, it shows that the capital expenditures do not
mediate the effect of special autonomy fund toward the HDI. Other results prove that the capital
expenditures mediate the effect of Gas Share Additional Fundingto HDI.Keywords: Special Autonomy Fund, Gas Share Additional Funding, Capital Expenditure,
Human Development Index (HDI), Community Welfare n
Abstrack:Sejak ditetapkan sebagai daerah otonomi khusus (otsus), Aceh memperoleh dana daerah
yang cukup besar, baik dari dana otsus maupun dari TDBH migas. Dengan dana yang besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur diberbagai sektor untuk dapat menunjang kesejahteraan masyarakat yang salah satunya dapat diukur dengan IPM. Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur tersebut, pemerintah Kabupaten/kota di Aceh telah menganggarkan belanja modal yang cukup besar. Oleh karena itu, isu otonomi khusus dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan IPM menjadi hal menarik untuk dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerimaan dana otonomi khusus dan TDBH Migas terhadap belanja modal serta dampaknya pada IPM kabupaten/kota di Aceh. Jenis penelitian ini merupakan hypothesis testing reasearch dengan menggunakan path analysis terhadap data populasi yang dikumpulkan berdasarkan dokumen dan laporan yang telah tersedia di Bappeda Aceh, DJPK Departemen Keuangan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh. Hasil penelitian membuktikan bahwa penerimaan dana otsus dan TDBH 2
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 12
Jurnal Mangister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
13 - Volume 5, No. 2, Mei 2016 kabupaten/kota di Aceh. Selanjutnya hasil penelitian juga membuktikan penerimaan dana otsus, TDBH Migas dan belanja modal berpengaruh positf baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh. Untuk pengaruh langsung dan tidak langsung membuktikan bahwa belanja modal tidak memediasi pengaruh dana otsus terhadap IPM. Hasil lainnya membuktikan belanja modal memediasi pengaruh TDBH Migas terhadap IPM.
Kata kunci: Dana Otsus, TDBH Migas, Belanja Modal, IPM, Kesejahteraan Masyaraka t.
PENDAHULUAN
Sejak pelaksanaan otonomi khusus (otsus), Aceh memperoleh dana daerah yang cukup besar, baik dari dana otsus maupun dari tambahan dana bagi hasil migas. Dalam melaksanakan pembangunan, pengelolaan dana otsus dan tambahan dana bagi hasilmigas disepakati bersama-sama antara pemerintah Aceh dengan pemerintah kabupaten/kota seperti yang diamanatkan dalam Qanun Aceh No.2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana bagi hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus.
Selanjutnya Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 79 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Dana Otonomi Khusus dijelaskan bahwa pemanfaatan dana otsus difokuskan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain pada pembangunan bidang infrastruktur, pendanaan pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Jumlah dana otsus dan TDBH Migas yang diterima oleh kabupaten/kota selama 7 (tujuh) 2008-2014 sebesar Rp.26.053.192.699.599 (Bappeda Aceh, 2015).Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa total dana otsus dan TDBH
Migasyang sudah diterima oleh kabupaten/kota di Aceh sangat besar. Besarnya penerimaan danadaerah tersebut akan berdampak pada peningkatan belanja infrastruktur atau belanja modal.
Peningkatan belanja modal pemerintahkabupaten/kota dalam rentang waktu selama 7 (tujuh) tahun melebihi 100 persen, dimana jumlah belanja modal pada tahun 2008 sebesar Rp.2.935.219.000.000,- dan pada tahun 2014 sudah mencapai Rp.5.224.358.000.000,-. (DJPK Departemen Keuangan, 2015)
Sehubungan dengan banyaknya dana yang terima oleh kabupaten/kota dan telah dianggarkan dalam belanja modal untuk pengadaan infrastruktur publik membuktikan bahwatheory of grants memberikan landasan bahwa bantuan pemerintah yang dalam praktiknya di Indonesia dapat berbentuk transfer dana menjadi stimulus bagi kemajuan ekonomi daerah dan menambah tingkat daya beli masyarakat. Tambahan kemampuan ini pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat salah satunya dapat diwujudkan melalui
- 2009 -
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diwujudkan melalui penyediaan sarana publik tersebut pada akhirnya akan meningkatkan IPM (Sumardjoko, 2014).
IPM periode 2009-2013 atau setelah adanya dana otonomi khusus adalah 0,34 poin. Jika dibandingkan rata-rata kenaikan IPM Aceh pada kedua periode tersebut terlihat bahwa rata- rata kenaikan IPM periode sebelum adanya dana otonomi khusus ternyata lebih tinggi. Seharusnya dengan jumlah anggaran yang diterima oleh kabupaten/kota di Aceh yang terus meningkat dari tahun ketahun terutama dari dana otonomi khusus dan TDBH migasdapatpula meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumardjoko (2014) yang menyimpulkan bahwa dana otonomi khusus berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia. Brata(2005) dalam kajiannya berpendapat bahwa pengaruh pengeluaran pemerintah daerah khususnya bidang pendidikan dan kesehatan terhadap IPM dalam konteks regional (antar provinsi) di Indonesia, memperlihatkan bahwa pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan memberikan pengaruh yang positif terhadap pembangunan manusia. Semakin besar alokasi pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan semakin baik pula IPM yang dicapai.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata kenaikan IPMAceh periode 2004-2008 atau sebelum adanya dana otonomi khusus adalah 0,41 poin. Sedangkan rata-rata kenaikan
Sumber: Badan Pusat Statistik Aceh(2015)
0.35 70,76 0.41 2013 73,05 0.54 Rata-rata kenaikan 0,41
0.46 70,35 0.94 72,51
68,70 71,31 69,05 0.35 71,70 0. 69,41 0.36 72,16
1. Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Aceh Periode 2004-2013
Secara umum, angka ratarataIPMkabupaten/kota di Aceh selama kurun waktu 2004-2013dapat dilihat pada Tabel 1.
Selanjutnya dapat dilihat dari penelitian Christy dan Adi (2009) di Jawa Tengah yang menemukan bahwa belanja modal berpengaruh terhadap IPM, ini menunjukkan besarnya belanja modal dari APBD suatu daerah akan menentukan pengalokasian dana bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari tingkat IPM.Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI) tahun 2004 dikatakan bahwa dalam jangka pendek, walaupun tidak ada pertumbuhan ekonomi yang memuaskan, sebuah negara dapat meningkatkan pembangunan manusia yang cukup signifikan melalui pengeluaran publik yang direalisasikan dengan baik. Untuk itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan realisasi belanja pembangunan terutama di sektor pendidikan dan sektor kesehatan akan memberi pengaruh yang positif bagi perkembangan pembangunan manusia.
08 34 ,
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
20
07 2012
20
06 2011
20
39
20 05 2010
4
200
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 14
di Aceh 2004- b/kota Pening Tahun 2008 Tahun di Aceh katan 20092013 Peni ngk atan
Jurnal Mangister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
penelitian ini adalah, hasil penelitian yang
IPM merupakan indeks komposit yang dilakukan oleh Majid (2013) angka rata-rata digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata
IPM kabupaten/kota di Aceh anjlok dari suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang peringkat 17 pada tahun 2009 ke peringkat 27 diukur dengan angka harapan ketika lahir, secara rata-rata nasional pada tahun 2010, pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk selanjutnya dalam laporan perkembangan usia 15 tahun ke atas dan standar hidup yang pembangunan provinsi Aceh Tahun 2014 yang diukur dengan konsumsi per kapita dikeluarkan oleh Bappeda Aceh memuat (Hidayat,2006). Menurut UNDP (2004) IPM merupakan suatu indikator untuk mengukur kondisi IPM beberapa kabupaten/kota di Aceh keberhasilan pembangunan suatu daerah yang diukur berdasarkan tiga acuan, yakni panjang yaitu, kabupaten Aceh Jaya, Pidie, Simeulu, umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari
Aceh Selatan, Aceh Besar, Aceh Singkil,Gayo usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa
Lues, Aceh Tenggara, Bireuen, dan kota dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, Subulussalam peningkatan IPM dibawah rata- lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya rata (less-pro. beli,pendapatan perkapita).
human development ), hal ini menjadi tantangan
Indeks ini memberikan sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan serta meninjau hubungan yang rumit antara mutu pelayanan publik terutama di bidang penghasilan dan kesejahteraan. Indikator IPM pendidikan dan kesehatan dan kondisi merupakan salah satu indikator untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk. masyarakat yang belum sejahtera juga dapat
Kualitas fisik, tercermin dari angka harapan dilihat dari data BPS tahun 2014 dengan jumlah hidup, sedangkan kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata pendudukan Aceh sebanyak 4,905 juta jiwa, penduduk bersekolah dan angka melek huruf, jumlah pendudukan miskin mencapai 18.05 dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai persen.
purcashing power parity index (Pambudi,2010).
Berdasarkan gambaran tersebut,
Belanja Modal
permasalahan tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan IPM dan dikaitkan dengan BerdasarkanPeraturanPemerintahNo.71Ta hun2010tentang Satandar akuntansi Pemerintah dana Otsus dan TDBH Migas menjadi hal (SAP) menarik untuk diteliti. Tujuan yang ingin BelanjaModaladalahpengeluarananggaranuntuk p dicapai dari penelitian ini adalah untuk menguji erolehanasettetapberwujudyangmemberimanfaa dan menganalisis pengaruh penerimaan dana t lebihdarisatuperiodeakuntansi.Nilaiasettetapdal
Otsus dan TDBH Migas terhadap belanja modal a serta bagaimana dampaknya pada IPM mbelanjamodalyaitusebesarhargabeliassetditam b Kabupaten/kota di Aceh. ahseluruhbelanjayangterkaitdenganpengadaan/p embangunanasetsampaiasettersebutsiapdigunak
15 - Volume 5, No. 2, Mei 2016 Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 16 belanja modal merupakan belanja pemerintah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja operasional. Selanjutnya menurut Abdullah (2006) Belanja modal merupakan pendanaan kebutuhan akan saranadan prasaranabaik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun fasilitaslayanan publik.
Dari beberapa uraian tentang belanja modal dapat disimpulkan bahwa belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang dapat digunakan untuk mendukung operasional pemerintah dalam rangka pelayan publik yang lebih baik.
Dana Otonomi Khusus Aceh
Berdasarkan Qanun Aceh No. 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana bagi hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus dijelaskan, Dana Otonomi Khusus adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN dan merupakan penerimaan Pemerintah Aceh.
Selanjutnya dalam Undang-undang No.11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh
pasal 183 ayat (1) disebutkan: Dana Otonomi Khusus merupakan penerimaan Pemerintah Aceh yang ditujukan untuk membiayai pembangunan terutama pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Angkat (2010) menjelaskan dana otonomi khusus pada dasarnya ditujukan bagi peningkatan pemberian pelayanan kepada masyarakat (public servise ). Pemberian pelayanan kepada masyarakat akan berjalan secara efektif dan efisien, apabila proses pelayanan tersebut didekatkan kepada masyarakat dan bukan dijauhkan.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa dana otonomi khusus merupakan transfer pemerintah pusat kepada pemerintah Aceh dalam rangka perwujudan pelaksanaan otonomi khusus serta sebagai salah satu cara pemerintah masyarakat guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Tambahan Dana Bagi Hasil (TDBH) Migas
PengertiandanabagihasilSumberDayaAla mMigassebagaidanabagihasilmigas yang berasaldaripenerimaannegara yang bersumberdarisumberdayaalampertambanganmi n yakdan gas bumidariwilayahkabupaten/kotamaupunwilayah p rovinsi yang bersangkutansetelahdikurangikomponenpajakda n pungutanlainnya, (DapartemenKeuanganRepublik Indonesia,2008:46), selanjutnyaSuhardjo (2009) menjelaskan
“dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralis asifiskal dan a bagihasil migas adalah satu istrumend anaperim bangan dalam rangka perimbangan keuan ganpusat dan daerah dapat menggunakannyabersam asama dengan dana perimbangan lainnya untuk mend anai sebagian kewenangan yang Dilimpah kanpemerintah pusat kepada pemerintah daerah (money follow
functions )”.
Sedangkan pengertian TDBH Migas menurut
Pasal 1 ayat (15) Qanun Aceh No. 2 Tahun 2008 yaitu tambahan dana bagihasil minyak dan gasbumi a dalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN y angmen jadi bagian dari penerimaan Pemerintah Aceh.
Berdasarkan pengertian tersebut diketahui bahwa tambahan dana bagi hasil migas merupakan salah satu penerimaan daerah yang di transfer oleh pemerintah pusat kepada daerah penghasil minyak dan gas bumi dalam rangka pelaksanaa otonomi daerah dan desentralisasi fiskal serta wujud dari perimbangan keuangan
Jurnal Mangister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian verifikatif
1 .653 a .426 .416 .343 ditunjukkan pada G ambar 2 .1.
2 Y Z
1
2 X
5 ρ
1 ρ
2 ρ
1 ε
3 ε
ρ
Estimate Data Sekunder diolah, 2015
(verificative research) atau pengujian hipotesis
17 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
TABEL 2.1 HASIL UJI DETERMINASI DAN KORELASI SUBSTRUKTUR 1Untuk menguji hipotesis pertama pengaruh dana Otsus dan TDBH Migas terhadap belanja modal Kabupaten/kota di Aceh dapat dilakukan dengan menghitung nilai koefisien jalur yang digunakan dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Kabupaten/Kota di Aceh (Sub struktur 1)
Variabel Independen terhadap Variabel Dependen, (Juliandi, et al. 2014:174). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh Dana Otonomi Khusus dan TDBH Migas terhadap Belanja Modal
Model rancangan pengujian hipotesis untuk analisis jalur sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan pada bab dua ρ 4 Gambar 2.1 Struktur Lengkap Pengaruh
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis). Model analisis jalur digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap variabel terikat dan untuk melihat pengaruh secara parsial dan simultan. Data yang sudah diperoleh dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution ).
IPMyang telah tersedia di Bappeda Aceh, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan serta Badan Pusat Statistik.
Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah diAceh yang berjumlah 23 (dua puluh tiga)kabupaten/kota. Penelitian ini memiliki periode waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 115(23 kabupaten/kotax 5 tahun). Untuk menganalisa dan menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang berupa data yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu dengan menganalisa dokumen penerimaan dana otsus dan tambahan dana bagi hasil migasdari Bappeda Aceh, dokumen realisasi belanja modal dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan dan IPM yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu penerimaan dana otsus dan tambahan dana bagi hasil migas, dokumen belanja modal,serta
(hypothesis testing), yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruhantara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Karena bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara variabel, maka peneliti ingin menguji pengaruh variabel independen yaitu penerimaan dana otonomi khusus (X1), tambahan dana bagi hasil migas(X2) terhadap belanjamodal (Y), serta dampaknya padaindeks pembangunan manusia(Z) kabupaten/kota di Aceh. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dariDirektorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan, Bappeda Aceh serta dari Badan Pusat Statistik.
Model R R Adjusted Std. Error Squar R Square of the e Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala koefisien korelasi (R) sebesar 0,653 dan 2 0,559X 2, sehingga dapat diinterprestasikan koefisien determinasi (R ) sebesar 0.426 yang sebagai berikut: dapat dijelaskan sebagai berikut:
Koefisien korelasi (R) sebesar 0,653 menunjukkan bahwa derajat hubungan
Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus
(korelasi) antara variabel independen dengan
dan TDBH Migas terhadap Belanja Modal variabel dependen adalah sebesar 65,3 persen. Kabupaten/Kota di Aceh (substruktur I)
Artinya penerimaan dana otonomi khusus dan TDBH Migas memiliki hubungan terhadap
Berdasarkan hasil pengujian diketahui belanja modal sebesar 65,3 persen. Koefisien 2 penerimaandanaotonomikhususdan TDBH determinasi (R ) diperoleh nilai sebesar 0,426
Migas secara bersama-sama berpengaruh artinya variabel belanja modal dipengaruhi oleh terhadap belanja modal. Pengujian dilakukan penerimaan dana otonomi khusus dan TDBH dengan melihat koefesien regresi semua
Migas sebesar 42,6 persen, sedangkan sisanya variabel independen, dengan kriteria apabila sebesar 57,4 persen dipengaruhi oleh variabel paling sedikit terdapat satu koefesien regresi lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
(ρ i ) lebih besar dari nol (ρ i >0) maka hipotesis diterima atau Ha diterima. Berdasarkan Tabel Selanjutnya pengujian
2.2 nilai 1,2 1 = 0,203, koefisien regresi (ρ ) adalah ρ hipotesis substruktur 1 baik secara dan ρ 2 = 0,559.
Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus
bersama-sama maupun secara parsial dapat
terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di
dilihat nilai koefisien regresi sebagaimana yang
Aceh
Berdasarkan hasil pengujian penerimaan ditunjukkan dalam Tabel 2.2. dana otonomi khusus berpengaruh terhadap belanja modal, hal ini dapat dilhat dari koefisen regresi (ρ 1 ) diperoleh sebesar 0,203 atau ρ 1 > 0.
2. TABEL 2.2
Artinya penerimaan dana otonomi khusus berpengaruh positif terhadap belanja modal.
3. KOEFISIEN SUBSTRUKTUR 1
atau dengan kata lain setiap terjadi kenaikan 1 persen perubahan dalam penerimaan dana
4.
otonomi khusus secara relatif akan menaikkan
PENGARUH X1 DAN X2 TERHADAP Y 0,203 persen belanja modal.
Pengaruh TDBH Migas terhadap Belanja
Model Unstandardiz Standardi
Modal Kabupaten/Kota di Aceh
ed zed Coefficients Coefficie
Hasil pengujian membuuktikan TDBH Migas nts berpengaruh terhadap belanja modal, hal ini
B Std. Beta dapat dilihat dari koefisien regresi (ρ 2 ) sebesar Error 2
0,559 atau ρ > 0. Artinya variabel TDBH Migas (X 2 ) mempunyai pengaruh yang positif atau
10.12 (Constant) dengan kata lain setiap terjadi penambahan 1
2,547 persen tambahan dana bagi hasil migas secara Dana
1 relatif akan menaikkan 0,559 persen belanja Otonomi .284 .106 .203 modal. Khusus
Hasil pengujian sub struktur 1 dapat TDBH
.341 .046 .559 Migas
Sumber: Data Sekunder Diolah (2015) Berdasarkan Tabel
2.2 Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 18
Jurnal Mangister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dilihat selengkanya dalam G ambar 2.2 .
89,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
= 0,574
Selanjutnya pengujian hipotesis sub
0,203
X 2
struktur 2 baik secara bersama-sama ataupun
Y
secara parsial dapat dilihat nilai koefisien jalur
0,559 sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel 2.4.
X 2 Gambar 2.2 Hasil PengujianSubstruktur 1.
6. TABEL 2.4 7. COEFFICIENTS SUB STRUKTUR 2 Hasil Pengujian Pengaruh Penerimaan Dana OtonomiKhusus, TDBH Migas danBelanja
8. 1 , X 2 DAN Y PENGARUH X modal terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh
TERHADAP Z (Sub struktur 2).
Model Unstandardized Standar Untuk menguji hipotesis sub struktur kedua dized pengaruh penerimaan dana otonomi khusus,
Coefficients Coeffici
TDBH Migas dan belanja modal terhadap IPM dapat dilakukan dengan menghitung nilai ents koefisien jalur masing-masing variabel. Untuk
B Std. Beta menjelaskan koefesien korelasi (R) dan 2 Error koefisien determinasi (R ) dapat dilihat dari Table 2.3.
19.40 (Constant) 22.813
7 5.
TABEL 2.3 DanaOtonomi 2.647 .780 .330
Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi
Khusus
Pengaruh X1, X2 dan Y Terhadap Z
TDBH Migas .501 .401 .144 Mode R R Squar Adjuste Std. l e d R Error of
Belanja 1.158 .674 .203 the Square modal
Estimat Sumber: Data Sekunder Diolah (2015) e
Berdasarkan Table
2.4 1 .337 .114 .009 2,449 1 = (0,330X 1
- diperoleh persamaan Z a
0,144X 2 ) + 0,203Y sehingga dapat Sumber: Data Sekunder diolah (2015). diinterprestasikan sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 2.3 diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,337 dan 2 koefisien determinasi (R ) sebesar 0,114 yang
Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus,
dapat dijelaskan, nilai koefisien korelasi (R)
TDBH Migas dan Belanja Modal terhadap
sebesar 0,337 menunjukkan bahwa derajat
IPM (substruktur II)
hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen adalah sebesar 33,7 Penerimaan dana otonomi khusus, TDBH persen, ini artinya penerimaan dana otonomi Migas dan belanja modal secara bersama-sama khusus, TDBH Migas dan belanja modal berpengaruh terhadap
IPM. Pengujian memiliki hubungan terhadap IPM sebesar 24 dilakukan dengan melihat koefesien regresi 2 persen, sedangkan koefisien determinasi (R ) semua variabel independen, dengan kriteria diperoleh nilai sebesar 0,114 artinya IPM i ) apabila paling sedikit satu koefesien regresi (ρ dipengaruhi oleh penerimaan dana otonomi lebih besar dari nol (ρ i >0) maka hipotesis khusus, TDBH Migas dana belanja modal diterima atau Ha diterima. Berdasarkan tabel
19 - Volume 5, No. 2, Mei 2016 Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 5 = -0,203.
dan belanja modal terhadap IPM dapat dilihat
dan ρ
selengkapnya dalam Gambar 2.3.
E 2 = 0,896 Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus
X 1 0,330 terhadap IPM Kabupaten/Kota di Aceh
Y
Z Penerimaan dana otonomi khusus
0,203
berpengaruh terhadap IPM, diuji dengan melihat 3 ) untuk variabel koefisien regresi (ρ
X 2 0,144
penerimaan dana otonomi khusus, dan 3 diperoleh nilai sebesar 0,330 atau ρ > 0, artinya penerimaan dana otonomi khusus berpengaruh
Gambar 2.3. Hasil Pengujian Pengaruh X1 ,
positif terhadap IPM atau dengan kata lain
X
2 dan Y terhadap Zsetiap terjadi kenaikan 1 persen penerimaan Untuk mengatahui pengaruh penerimaan dana otonomi khusus secara relatif akan dana otonomi khusus dan TDBH Migas baik menaikkan 0,330 persen IPM. secara langsung ataupun melalui belanja modal sebagai pemediasi dapat dilihat dari
Pengaruh TDBH Migas terhadap IPM Tabel 2.5. Kabupaten/Kota di Aceh 9.
TABEL 2.5
TDBH Migas berpengaruh terhadap 1 2 Pengaruh X , X terhadap Y dan
IPM, diuji dengan melihat koefisien regresi (ρ 4 )
dampaknya terhadap Z
untuk koefisien jalur TDBH Migas diperoleh
secara langsung dan tidak langsung
se 4 > 0. artinya TDBH Migas besar 0,144 atau ρ
Pengaruh Jumlah
berpengaruh positif terhadap IPM atau dengan
Variabel Koefisi Langsun Tidak
kata lain setiap terjadi kenaikan 1 persen
Total Keterang en
penerimaan dana otonomi khusus secara relatif
g langsu an akan menaikkan 0,144 persen IPM. jalur ng 2 X 1
0,330 (0.330) 0.109 Berpeng
Pengaruh Belanja Modal Terhadap IPM
terhadap aruh =
Z Positif
0.109
Kabupaten/Kota di Aceh 2 X 2
(0,144) Belanja modal berpengaruh terhadap
Berpeng 5 ) terhadap 0,144 = 0.021
IPM, diuji dengan melihat koefisien jalur (ρ aruh
0.021 untuk variabel belanja modal diperoleh sebesar Z 5 Positif
0,203 atau ρ > 0, artinya belanja modal Y Berpeng
(0,203) berpengaruh positif terhadap IPM atau dengan 2 terhadap aruh 0,203 = 0,041 kata lain setiap terjadi kenaikan 1 persen
Positif belanja modal secara relatif akan menaikkan 0.041 Z 0,203 persen IPM. 1 X 0.203x0
0,109+ Berpeng Hasil pengujian sub-struktur
2 terhadap .203 =
0,041= aruh pengaruh penerimaan dana otonomi khusus, Z melalui
0.041 0,150 Positif
TDBH Migas Y
X2 Berpeng terhadap 0.559x0 0.021+ aruh
.203= Z melalui
0,113 Positif Y
= 0,113 0,134
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 20
Jurnal Mangister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Hasil pengujian pengaruh langsung dan tidak langsung membuktikan bahwa belanja modal tidak memediasi pengaruh penerimaan dana otonomi khusus terhadap IPM, selanjutnya hasil pengujian juga membuktikanbelanja modal memediasi pengaruh TDBH Migas terhadap
: 17-32.
Jurnal Akuntansi Pemerintah, Volume 2, No. 2
PemeliharaanDan Sumber Pendapatan.
Abdullah, S. 2006. Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalamHubungannya dengan Belanja
Rancangan model penelitian dengan wawancara atau dengan mengubah metode kuantitatif ke metode kualitati.
Variabel lain seperti: Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU).
b.
Periode waktu pengamatan lebih dari 5 (lima) tahun.
Untuk menguatkan dan mendukung hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan pengujian kembali untuk melihat konsistensi penelitian ini dengan penelitian berikutnya dengan menambah: a.
Saran
IPM.
Penerimaan dana otonomi khusus, TDBH Migas dan belanja modal baik secara bersamasama maupun secara parsial berpengaruh terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh. Hal ini menunjukkan dengan penerimaan dana yang besar dari dana otonomi khusus dan TDBH Migas dan di alokasikan dalam belanja modal yang cukup, dapat meningkatkan IPM.
21 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang dirumuskan dalam hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel penerimaan dana otonomi khusus dan TDBH Migas berpengaruh positif baik secara bersamasama maupun secara parsial terhadap belanja modal kabupaten/kota di Aceh.
Kesimpulan
IPM, hal ini dapat diartikan bahwa belanja modal secara fully memediasi pengaruh TDBH Migas terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh.
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai pengaruh langsung dan tidak langsung yaitu (ρ 2 ) 2 x (ρ 5 ) 2 > ρ 4 (0,134 > 0.041), berdasarkan rancangan hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya diketahui apabila nilai perkalian (ρ 2 ) 2 dengan (ρ 5 ) 2 lebih besar dari ρ 4, makadapat disimpulkan bahwabelanja modal memediasi pengaruh TDBH Migas terhadap
Belanja modal secara partially atau fully memediasi pengaruh penerimaan dana Otsus terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh.
IPM Kabupaten/Kota di Aceh
Belanja Modal Secara Partially atau Fully Memediasi Pengaruh TDBH Migas terhadap
IPM kabupaten/kota di Aceh.
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai pengaruh langsung dan tidak langsung yaitu (ρ 1 ) 2 x (ρ 5 ) 2 < ρ 3 (0.041 < 0.109), berdasarkan rancangan hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya apabila nilai perkalian (ρ 1 ) 2 dengan (ρ 5 ) 2 lebih kecil dari ρ 3 makadapat disimpulkanbahwa belanja modal tidak memediasi pengaruh penerimaan dana otonomi khusus terhadap IPM, hal ini dapat diartikan bahwa belanja modal secara partially atau fully tidak memediasi pengaruh penerimaan dana Otsus terhadap
tidak memediasi pengaruh penerimaan dana Otsus terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh.
Belanja modal secara partially atau fully
Belanja Modal Secara Partially atau Fully Tidak Memediasi Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus terhadap IPM Kabupaten/Kota di Aceh.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Maiharyanti, Eva. 2011. Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Belanja Modal sebagai
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Handayani Kristina. 2008. Pengaruh Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah Bidang Pendidikan pada Kabupaten/Kota di Sulawesi .
Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Iryanti, S. Wiwie. 2014. Dampak Otonomi
Khusus terhadap Kesejateraan Masyarakat Asli Papua di Distrik Mimika Timur Kabupaten Mimika Propinsi Papua. Jurnal administrasi Publik . Volume 2, No.3.
107-119. Majid, M. Shabri Abd. 2014. Analisis Tingkat Pendidikan dan Kemiskinan di Aceh.
Majelis Pendidikan Daerah Aceh,
Volume 8, No.1:15-37
Variabel Intervening pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Aceh. Medan:.
Journal of Conceling Psycology Vol. 51. No.1:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Megister Akuntansi Universitas Sumatra Utara. Mirza, Denni Sulistio. 2012. Pengaruh
Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009. Economic
Development Analysis Journal. EDAJ
1 (1): 1-15.
Mustofa. 2010. Dana Bagi Hasil dan Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia Periode Desentralisasi. Jurnal
Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 2: 119- 134.
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik .
115134. Ghozali. 2011. Aplikasi analisis Multivariate
2004. Testing Mediator & Moderator Variabel in Conseling Phycology.
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 22 Andaiyani. 2013. Pengaruh Indeks
Manusia dan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.
Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Operasi Terhadap Jumlah
Alokasi Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimatan Barat.
Jurnal Ekonomi Daerah , 1(1).
Angkat, Nur Aulia. 2010. Analisis
Yuridis Pengelolaan Dana Otonomi Khusus di Provinsi Aceh Berdasarkan Undang-undang Nomor
11 tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh . Tesis-Abstrak.
Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. Azril. 2000. Pembangunan Sumber Daya
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia .Volume 15. No.1:1-14.
Edisi Sembilan. Jakarta: PT. Media Global Edukasi. Frazier, Patricia A & Baron, KE, P. Tix Andrew.
Brata, Aloysius Gunadi. 2005. Investasi Sektor
Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan
. Yogyakarta: Lembaga Penelitian –Universitas Atma Jaya.
BPS. 2015. Statistik Indeks Sosial. BPS Aceh.
Christy, Fhino Andrea dan Priyo Hari Adi. 2009.
Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia. The
3 rd National Conference UKWMS
Surabaya, October 10 th . Cooper, Donald R dan Pamela S. Schindler, 2006. Metode Riset Bisnis, Volume 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal Mangister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Perkumpulan Obstetrik dan Genekologi di/masalah-dana-otsus-aceh Indonesia (POGI). 2015. Angka
Kematian Ibu Melahirkan di Aceh Sekaran, Uma dan R.Bougie. 2010 Research Masih Diatas Methods for Business: A Skill
Persentase Nasional . Approach. Fifth Edition United
Kingdom: John Wirley & Son Ltd. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.Peraturan Gubernur Aceh Nomor. 79 Tahun Sumardjoko, Imam 2014. Pengaruh Penerimaan 2013 Tentang Petunjuk Dana Otonomi Khusus terhadap Indeks
Pembangunan Manusia Papua dan
Teknis Pengelolaan Tambahan
Papua Barat dengan Belanja Modal
Dana Bagi Hasil Minyak Dana Gas
sebagai Variabel Intervening. SNA 17 Bumi dan Dana Otonomi Khusus. Mataram Lombok. Universitas Mataram. 24-27. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintah
- , 2001.Indonesia Human Development Daerah.
Report 2001. Towards a New Consensus:
- , Undang-undang Nomor 11 Tahun
Democracy and Human Development 2006Tentang Pemerintah Aceh . in Indonesia. Jakarta:BPS-Statistics Indonesia, Bappenas dan UNDP.
- , Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor
13 Tahun 2006Tentang
- , 2004. Laporan Pembangunan Manusia
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Indonesia. Menuju Konsensus Baru Demokrasi dan pembangunan Manusia di Indonesia ,
- , Peraturan Menteri
Dalam NegeriNomor 59 Tahun 2007
Jakarta: Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bappenas, BPS, UNDP.
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.
Tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah.
- , Peraturan PemerintahNomor 71
Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
Sarjono, Haryadi & Julianita, Winda. 2001
SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset . Jakarta: Salemba empat Satrio. 2015. Masalah Dana Otsus Aceh.
Indonesia Revieu.Com. 23 - Volume 5, No. 2, Mei 2016