Hubungan Antara Pola Makan, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Denga Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di SD Negeri Mongisdi III Makassar Tahun 2015 - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN, PENGETAHUAN, SIKAP DAN

TINDAKAN DENGAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI

SD NEGERI MONGISDI III MAKASSAR TAHUN 2015

  

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat (Gizi) pada Fakultas Ilmu Kesehatan

  UIN Alauddin Makassar

  

Oleh:

TIA MONICA

NIM. 70200109084

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tia Monica NIM : 70200109084 Tempat/Tgl. Lahir : Makassar, 23 April 1991 Jur/Prodi/Konsentrasi : Kesehatan Masyarakat/Gizi Alamat : Jln. Paccerakkang No. 157 E Judul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD Monginsidi 3 Makassar

  Tahun 2015.

  Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperolehnya batal demi hukum.

  Makassar, 13 Desember 2015 Penyusun Tia Monica

  NIM:70200109084

  

KATA PENGANTAR

Assalamu „alaikum Wr. Wb.

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas rahmat dan taufik-Nyalah sehingga kita masih bisa menikmati karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KariesGigi pada Anak Usia Sekolah di

  SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu sekaligus menjadi syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  Salam dan shalawat atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi dan Rasul yang telah membawa suri tauladannya sebagai uswatun hasanah dan telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang, beserta . keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa turut akan akhlak perbuatannya. Dalam skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, semangat, doa, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.

  Kedua orang tua penulis, 2. Bapak Prof.

  3. Bapak Prof.

  4. Bapak

  

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

ABSTRAK ........................................................................................................ xi

  

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4 C. Hipotesis ................................................................................................. 5 D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................ 6 E. Kajian Pustaka ........................................................................................ 8 F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 10

BAB II TINJAUAN TEORETIS .................................................................... 13

A. Tinjauan Umum tentang Anak Usia Sekolah ......................................... 13 B. Tinjauan Umum tentang Pola Makan ..................................................... 15 C. Tinjauan Umum tentang Perilaku ........................................................... 21 D. Tinjauan Umum tentang Karies Gigi ..................................................... 24 E. Tinjauan Islam Tentang Kebersihan Gigi .............................................. 28 F. Kerangka Pikir ......................................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 34

A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................................... 34 B. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 34 C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 34 D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 36 E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 36

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 40

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 40 B. Pembahasan ........................................................................................... 49

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 65

A. Kesimpulan ............................................................................................. 65 B. Implikasi Penelitian ................................................................................. 65

KEPUSTAKAAN ............................................................................................. 65

LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di SD Monginsidi 3 Makassar

  Tahun 2015 .........................................................................

  40 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015 .........................................................................

  40 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Makann Responden Berdasarkan Jenis Makanan dan Frekunsi Makan di SD Monginsidi 3 Makassar

  Tahun 2015 .........................................................................

  41 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kebersihan Gigi di SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015 .........................................................................

  42 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Kebersihan Gigi di SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015 .........................................................................

  42 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden di SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015 .........................................................................

  43 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Karies Gigi Responden di SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015 .........................................................................

  43

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

  Pola Makan dengan Karies Gigi Responden di SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015 .........................................................................

  44 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan dengan Karies Gigi Responden di SD Monginsidi 3 Makassar

  Tahun 2015 .........................................................................

  45 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap dengan Karies Gigi Responden di di SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015 ....................

  46 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan dengan Karies Gigi Responden di di SD Monginsidi 3 Makassar Tahun 2015 ....................

  47

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Dokumentasi Penelitian 2. Kuesioner Penelitian 3. Master Tabel 4. Output Frekuensi 5. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Kampus 6. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Gubernur 7. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Walikota 8. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Makassar 9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SD Monginsidi 3

  Makassar 10. Riwayat Hidup Penulis

  

ABSTRAK

  TIA MONICA. 2015. “Hubungan Antara Pola Makan, Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di SD Negeri Mongisidi

  III Makassar Tahun 2015 ”. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Alauddin Makassar.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan, pengetahuan, sikap dan tindakan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar.

  Populasi pada penelitian ini adalah ini adalah seluruh murid di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015 dengan jumlah 369 murid. Sedangkan sampelnya adalah sebanyak 190 responden yang diperoleh dari teknik mengukur sampel menurut rumus slovin.

  Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan cross sectional study dan sampel yang diambil berjumlah 190 responden dengan teknik mengukur sampel menurut rumus slovin. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square. Hasil penelitian dikatakan berhubungan apabila hasil uji statistik p value < 0,05.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki pola makan yang kurang baik sebanyak 58,4%, pengetahuan yang kurang baik tentang kebersihan gigi dan mulut sebanyak 53,2%, sikap responden yang kurang baik sebanyak 52,6%, tindakan responden yang kurang baik sebanyak 50,5% dan rata- rata responden mengalami karies gigi sebanyak 70,5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel antara pengetahuan dengan karies gigi, sikap dengan karies gigi dan tindakan dengan karies gigi mempunyai hubungan yang bermakna. Sedangkan pada pola makan dengan karies gigi tidak mempunyai hubungan yang bermakna.

  Disarankan kepada sekolah perlunya petugas kesehatan memberikan penyuluhan dan konseling pada anak-anak SD tentang pentingnya menggosok gigi, cara membersihkan gigi yang baik dan benar, serta frekuensi dalam membersihkan gigi yang erat kaitannya dengan kejadian karies gigi.

  Kata Kunci : Karies gigi, pola makan, pengetahuan, sikap, dan tindakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan

  dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak adalah karies gigi. Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua penduduk Indonesia adalah karies gigi. Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) Tahun 2007 menyebutkan bahwa prevalensi karies aktif di Indonesia sebesar 46,5%. Menurut data RisKesDas tahun 2007, Provinsi Sulawesi Utara memiliki indeks DMF-T 5.01 (Riskesdas, 2007:176).

  Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang terdapat pada golongan Streptococcus mulut yang secara kolektif disebut Streptococcus mutans (Sutrisno, 2012:11).

  Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko karies yang tinggi, karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya. Pemilihan anak-anak kelas VI rata-rata berusia 10-11 tahun. Anak-anak pada usia ini rentan terhadap pertumbuhan dan perkembangan karies gigi karena memiliki kebiasaan jajan makanan dan minuman baik di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian pada anak-anak sekolah dasar kelas VI, usia 10-11 tahun didukung juga karena sekolah-sekolah dasar di desa Kiawa berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti sebelumnya tidak memiliki Usaha Kesehatan Gigi (UKGS). Sekolah-sekolah dasar di desa Kiawa ini juga belum pernah dilakukan penelitian mengenai karies gigi dan penyuluhan kesehatan Gigi dan Mulut (Ami, 2005:33).

  Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun usia dewasa. Sebagian besar masalah kesehatan gigi dan mulut seharusnya dapat dicegah (Putri, dkk., 2011). Kesehatan gigi pada anak tunarungu usia sekolah memang lebih tinggi dibanding dengan anak normal usia sekolah namun tidak ada perbedaan statistik yang bermakna (Siagian, 2005). Masalah ini harus mendapat perhatian dan diselesaikan dengan program pelayanan kesehatan gigi yang meliputi promosi kesehatan gigi dan program pencegahan dan menyediakan pelayanan kesehatan gigi.

  Pada anak sekolah , karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak hanya menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi kehadiran anak sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik. Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko karies gigi yang tinggi karena pada anak sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya.

  Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensif karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Pada usia 12 tahun semua gigi primer telah tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh. Anak-anak yang memasuki usia sekolah mempunyai risiko mengalami karies gigi yang makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan di sekolah sama sekali (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013: 65) .

  Menurut WHO (2003), bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies gigi. Menurut penelitian Negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak dibawah umur 18 tahun terserang karies gigi (Yohandri, 2012:14)

  Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80-90%, dimana diantaranya adalah golongan anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2013 sebesar 30% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur 10-12 tahun yang menderita karies gigi sebesar 66,8

  • –69,5%, umur 45 tahun keatas 53,3%, dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif (Kartikasari, Nuryanto, 2014: 415).
Makassar (ANTARA News) Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Prof Mansjur Nasir, drg PhD mengatakan, prevalensi karies gigi atau gigi berlubang di Sulawesi Selatan pada tahun 2013 masih tinggi sebesar 60%. Jadi, dari sekitar delapan juta jiwa penduduk di Sulawesi Selatan, masih terdapat sekitar 60% yang mengalami karies gigi (Mansjur dalam Alim Fatimah, 2014: 132).

  Data anak penderita karies gigi pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Maradekaya tahun 2015 dalam pemeriksaan yang dilakukan dua kali setahun yaitu pada periode Maret dan September sebanyak 61 anak yang menderita karies gigi berumur 6-8 tahun.

  Mengacu pada hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan antara pola makan, pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri

  Mongisidi III Makassar tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan dalam masalah penelitian ini adalah hubungan pola makan, pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan karies gigi pada anak usia sekolah dasar di SD Negeri Mongisidi

  III Makassar?

C. Hipotesis 1. Hipotesis Nol (Ho) a.

  Tidak ada hubungan antara pola makan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

  b.

  Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

  c.

  Tidak ada hubungan antara sikap dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

  d.

  Tidak ada hubungan antara tindakan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

2. Hipotesis Alternatif a.

  Ada hubungan antara pola makan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

  b.

  Ada hubungan antara pengetahuan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

  c.

  Ada hubungan antara sikap dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

  d.

  Ada hubungan antara tindakan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Karies gigi

  Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum sehingga mengakibatkan kerusakan struktur gigi.

  Kriteria Objektif

  Karies gigi : Apabila dalam pemeriksaan terlihat adanya lubang pada permukaan gigi.

  Tidak karies gigi : Apabila dalam pemeriksaan tidak terlihat adanya lubang pada permukaan gigi.

2. Pola Makan

  Pola makan merupakan susunan makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh baik kualitas maupun kuantitas.

  a.

  Frekunsi Makan Food frekuensi dinilai dengan skor yang dikemukakan oleh De Wijn

  (1978) sebagai berikut : 1.

  Skor 50 untuk konsumsi > 2 kali sehari 2. Skor 25 untuk konsumsi 1 kali sehari 3. Skor 15 konsumsi ≥ 3 kali seminggu 4. Skor 10 untuk konsumsi < 3 kali seminggu 5. Skor 1 untuk konsumsi jarang 6. Skor 0 untuk makanan / minuman yang tidak pernah dikonsumsi

  Kriteria Objektif

  Baik : Bila hasil perhitungan skor food frekuensi sampel > skor rata-rata seluruh sampel

  Kurang Baik : Bila hasil perhitungan skor food frekuensi sampel < skor rata-rata seluruh sampel.

  b. Jenis makanan adalah keragaman makanan yang dikonsumsi oleh remaja setiap hari dalam hal ini mencakup jenis makanan dan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

  Kriteria Objektif

  Baik : Bila makanan yang dikonsumsi beragam jenis mencakup makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur-sayuran dan buah-buahan. Kurang Baik : Bila makanan yang dikonsumsi tidak beragam jenis artinya ada salah satu jenis makanan yang tidak dikonsumsi.

3. Pengetahuan

  Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apa yang diketahui responden mengenai karies gigi.

  Kriteria Objektif

  Kurang :Apabila skor responden < 50% Baik :

  Apabila skor responden ≥ 50% 4.

   Sikap

  Sikap yang dimaksud dalam pengertian ini adalah tanggapan (setuju/tidaksetuju) responden terhadap karies gigi.

  Kriteria Objektif

  Kurang : Apabila skor responden < 50%

5. Tindakan

  Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penanganan yang dilakukan responden terhadap karies gigi.

  Kriteria Objektif

  Kurang : Apabila skor responden < 50% Baik : Apabila skor responden ≥ 50%.

E. Kajian Pustaka

  Kesehatan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia, begitu juga dengan kesehatan gigi dan mulut.

  Kesehatan gigi dan mulut secara tidak langsung menjadi bagian penting dan tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum. Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemukan di masyarakat luas yaitu karies gigi, karies tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada anak-anak.

  Menurut WHO diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies gigi.

  Menurut penelitian di Negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak dibawah umur 12 tahun terserang karies gigi.

  Angka kerusakan gigi di Indonesia berdasarkan survey kesehatan yang dilakukan Departemen Kesehatan RI pada tahun 2001 menemukan sekitar 70% penduduk Indonesia berusia 10 tahun ke atas mengalami kerusakan gigi. Pada usia 12 tahun, jumlah kerusakan gigi mencapai 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18 tahun 51,1%, usia 35-44 mencapai 80,1%, dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7 % (Ghofur, 2012:115).

  Dalam hasil penelitian pola makan dan kebiasaan menggosok gigi pada anak SDN 427 Malewong Kabupaten Luwu tahun 2014 menunjukkan hubungan pola makan dengan karies gigi dari 53 responden, bahwa 24 responden yang memiliki pola makan kurang baik, terdapat 20 responden (37,7%) yang berisiko terkena karies gigi dan 4 responden (7,5%) yang tidak berisiko terkena karies gigi, sedangkan dari 29 responden yang memiliki pola makan baik, terdapat 14 responden (26,4%) yang berisiko terkena karies gigi, dan 15 responden (28,3%) yang tidak berisiko terkena karies gigi.

  Hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan karies gigi pada 53 responden, bahwa dari 27 responden yang memiliki kebiasaan menggosok gigi kurang baik, terdapat 22 responden (41,5%) yang berisiko terkena karies gigi dan 5 responden (9,4%) yang tidak berisiko terkena karies gigi, sedangkan dari 26 responden yang memiliki kebiasaan menggosok gigi yang baik, terdapat 12 responden (22,6%) yang berisiko terkena karies gigi, dan 14 responden (26,4%) yang tidak berisiko terkenan karies gigi (Alim, 2014:134).

  Pada hasil penelitian tentang hubungan perilaku membersihkan gigi dengan kejadian karies pada murid SD 204 Amassangang Kabupaten Pinrang dari hasil penelitian yang didapatkan dari 54 murid yang diteliti didapatkan 19 orang (35,2%) terkena karies gigi dan berperilaku negatif dalam membersihkan gigi.

  Sedangkan 20 orang (37,0%) dengan perilaku positif tidak terkena karies gigi. perilaku pemeliharaan kesehatan membersihkan gigi maka semakin rendah tingkat kejadian karies gigi pada murid (Wahyuni, 2013:45).

  Dapat disimpulkan bahwa karies gigi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama pada anak-anak dan ternyata banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi seperti kurangnya kepedulian terhadap kebersihan gigi, sosial ekonomi, bakteri, kurangnya asupan zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan gigi.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui hubungan antara pola makan, pengetahuan, sikap dan tindakan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

b. Tujuan Khusus

  1) Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

  2) Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun

  2015. 3)

  Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri Mongisidi III Makassar tahun 2015.

  4) Untuk mengetahui hubungan antara tindakan dengan karies gigi pada

2. Kegunaan Penelitian

  Bagi tempat penelitian, penelitian ini dapat memberikan informasi bagi murid-murid dari sekolah tersebut tentang karies gigi sehingga dapat mengambil langkah kedepannya untuk lebih menjaga kesehatan gigi dan mulut.

  Bagi peneliti, peneliti akan memperoleh tambahan pengetahuan, pengalaman menerapkan ilmu metode penelitian, dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti-peneliti selanjutnya tentang karies gigi pada anak usia sekolah.

  Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Anak Usia Sekolah 1. Definisi Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization)

  yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun.

2. Karekteristik Anak Usia Sekolah

  Anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik yang mulai mencoba untuk mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan norma. Di sinilah variasi individu mulai lebih dikenali seperti pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian, serta asupan makanan (Yatim, 2005: 15). Ada beberapa karateristik lain anak usia ini adalah sebagai berikut: a.

  Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah b.

  Aktivitas fisik anak semakin meningkat c. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya

  Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam. Aktivitas fisik anak semakin meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan teman, akan meningkatkan kebutuhan energi.

  Apabila anak tidak memperoleh energi sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi,

  Pada usia sekolah dasar anak akan mencari jati dirinya dan akan sangat mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya, terutama teman sebaya yang pengaruhnya sangat kuat seperti anak akan merubah perilaku dan kebiasaan temannya, termasuk perubahan kebiasaan makan. Peranan orangtua sangat penting dalam mengatur aktivitas anaknya sehari misalnya pola makan, waktu tidur, dan aktivitas bermain anak (Moehyi 1996:89).

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

  Pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan bertambahnya banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersal pada jaringan tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan sebagainya.

  Pada masa anak-anak banyak mengalami perubahan-perubahan di dalam tubuh yang meliputi meningkatnya tinggi dan berat badan. Menurut Toho Cholik Mutohir dan Gusril secara umum pertumbuhan tinggi badan pada masa anak-anak akan mengalami kenaikan pertahun 5-7cm, untuk anak perempuan umur 11 tahun rata-rata mempunyai tinggi badan 147,3cm sedangkan anak laki-laki 146cm. Berat badan mengalami kenaikan yang lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi badan, berkisar antara sampai 1,5-2,5kg pertahun. Anak perempuan umur 11 tahun, rata-rata mempunyai

  Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan bertambahnya pandainya keterampilan dan perilaku.

  Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi bersama-sama secara utuh, karena seorang anak tidak mungkin tumbuh kembang sempurna bila hanya bertambah besarnya saja tanpa disertai bertambahnya kepandaian dan keterampilan. Sebaliknya kepandaian dan keterampilan seorang anak tidak mungkin tercapai tanpa disertai oleh bertambah besarnya organ atau alat sampai optimal (Devi, 2012: 47).

B. Tinjauan Umum Tentang PolaMakan 1. Definisi Pola Makan

  Menurut Hong dalam Kardjati (1985) mengemukakan bahwa, pola makan adalah berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan memberikan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

  Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu (Sri Karjati dalam Sulistyaningsih, 2011: 52).

  Menurut Suhardjo pola makan diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

  Berkenaan dengan pola makan, kita tidak boleh berlebih-lebihan, ini sejalan dengan HR. Ibnu Majah/3003:

   اَهَّ نَأ اَهّْمُأ ْنَع يّْمُأ يِنْتَ ثَّدَح ٍبْرَح ُنْب ُدَّمَحُم اَنَ ثَّدَح ُّيِصْمِحْلا ِكِلَمْلا ِدْبَع ُنْب ُماَشِه اَنَ ثَّدَح

اَم ُلوُقَ ي َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا َلوُسَر ُتْعِمَس ُلوُقَ ي َبِرَكي ِدْعَم َنْب َماَدْقِمْلا ْتَعِمَس

ٍنْطَب ْنِم اِّرَش ًءاَعِو ّّيِمَدآ ََلََم ُهُسْفَ ن َّيِمَد ْلْا ْتَبَلَغ ْنِإَف ُهَبْلُص َنْمِقُي ٌتاَمْيَقُل ّْيِمَد ْلْا ُبْسَح سَفَّ نلِل ٌثُلُ ثَو ِباَرَّشلِل ٌثُلُ ثَو ِماَعَّطلِل ٌثُلُ ثَ ف

  Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abdul Malik Al Himshi telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb telah menceritakan kepadaku Ibuku dari Ibunya bahwa dia berkata; saya mendengar Al Miqdam bin Ma'dikarib berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah anak Adam memenuhi tempat yang lebih buruk daripada perutnya, ukuran bagi (perut) anak Adam adalah beberapa suapan yang hanya dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika jiwanya menguasai dirinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga

  :109).

  untuk bernafas." (HR. Ibnu Majah)(Ibnu Majah

  Hadits di atas mengisyaratkan agar manusia mengkonsumsi makanan dalam jumlah porsi yang sesuai dengan kebutuhan. Allah swt menganjurkan kita agar makan tidak melampaui batas-batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan agar makanan yang dikonsumsi tidak membawa kemudaratan.

  Pola makan anak dipengaruhi oleh media massa dan lingkungan. Pengaruh teman sebaya juga sangat berpengaruh besar karena anak usia sekolah lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dibandingkan dengan keluarganya. Peningkatan pengaruh teman sebaya berdampak pada perilaku perihal pola dan jenis makanan yang baru atau menolak makanan pilihan mereka terdahulu, akibat rekomendasi dari teman- teman sebayanya. Pengaruh guru juga besar terhadap sikap seseorang anak terhadap jenis dan pola makan. Apa yang dipelajari didalam kelas tentang kesehatan dan makanan bergizi harus ditunjang dengan makanan yang tersedia di kantin sekolah (Sulistyaningsih, 2011:187).

  Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau kondisi setempat: a.

  Faktor yang berhubungan dengan persediaan bahan makanan yang termasuk faktor geografis, kesuburan tanah berkaitan dengan produksi bahan makanan, daya perairan, kemajuan teknologi, transportasi, distribusi, dan persediaan suatu daerah.

  b.

  Faktor sosio-ekonomi dan kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen yang memegang peranan penting dalam pola konsumsi penduduk.

  c.

  Bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tertentu.

2. Jenis Makanan Penyebab Karies Gigi Anak Usia Sekolah Dasar Pola makan dan minum yaitu kebiasaan makan dan minum anak.

  Adapun jenis makanan yang biasa dikonsumsi yang dapat menyebabkan karies a.

  Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi meliputi makanan yang manis (kariogenik) dan mudah terselip disela gigi seperti permen, cokelat, kue manis, snack, keripik manis, daging, dan sejenisnya (Ramadhan, 2010:35).

  Sedangkan jenis makanan karbohidrat non kariogenik seperti nasi, jagung, mie instan, kentang, ubi jalar, singkong, sayuran, kacang- kacangan, dan buah-buahan.

  Jenis minuman yaitu minuman murni (non kemesan) dan minuman kemesan. Minuman murni seperti susu murni, teh murni, kopi murni, sirup murni, jus buah murni yaitu minuman yang dibuat secara sederhana dalam skala rumah tangga. Minuman kemasan seperti susu kemasan, teh kemasan, kopi kemasan, sirup kemasan, dan jus buah kemasan yaitu minuman yang dikemas, dapat diminum secara langsung tanpa melalui proses pembuatan terlebih dahulu (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013: 61).

  b.

  Penyebab Karies Gigi Konsumsi makanan manis pada waktu senggang di luar jam makan. Tidak terpikirkan untuk membersihkan gigi dan mulut setelah makan, sehingga makanan lebih berbahaya dari pada saat dimakan bersama makanan utama seperti makanan pagi dan makan siang. Frekuensi makan lebih dari 3 kali perhari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan permukaan gigi karena tidak menggosok gigi setelah makan sehingga akan membentuk plak yang kemudian diubah menjadi asam. Upayakan selalu membersihkan mulut dengan minum air putih setelah makanan manis masuk ke dalam mulut (Ramadhan, 2010: 37).

  c.

  Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis makanan Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis makanan anak meliputi: 1)

  Teman Sebaya Minat, perilaku, dan rutinitas makan anak berubah saat jumlah makanan yang dimakan di luar semakin banyak, hal ini berubah karena pergaulan dengan teman sebaya dan rasa ikut-ikutan atau ingin merasakan apa yang sedang dimakan temannya.

  2) Media elektronik

  Iklan di televisi mengenai makanan menonjolkan karakteristik makanan meliputi rasa renyah, manis, dan coklat sehingga anak ingin mencoba. Anak tertarik makanan yang manis dengan warna dan sejenis makanan lainnya.

  3) Keberadaan tempat jajan

  Di lingkungan tempat tinggal dan sekolah anak, banyak terdapat pedagang yang menjual berbagai macam makanan, sehingga menimbulkan keinginan anak untuk membeli makanan tersebut. Kebersihan gigi dan mulut yang baik adalah keadaan dimana rongga mulut yang bebas dari suatu akumulasi debris, plak, materia alba, dan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor lokal yang pengaruhnya sangat dominan dan dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit gigi. Adapun ayat

  • –ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut, yaitu Qs. Asy- Syu’araa/26:80:

  ِنيِفْشَي َوُهَف ُتْضِرَم اَذِإ َو Terjemahnya: “Dan bila aku sakit, Dia pula yang menyembuhkan” (QS. Asy

  Syu’araa’ : 80).

  Ayat ini menerangkan bahwa hanya pada Allah kita memohon kesehatan dan kesembuhan, dan hanya Allah yang dapat menyembuhkan segala penyakit, termasuk penyakit gigi dan mulut.

C. Tinjauan Umum Tentang Perilaku 1. Pengertian Perilaku

  Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan mahkluk hidup yang bersangkutan. Perilaku adalah aktivitas semua kegiatan baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003: 114). Menurut Lewit perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan atau pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan didalam diri seseorang (Maulana,2009: 185). Sedangkan menurut Skinner mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara stimulus dan respon (Notoatmodjo,2003: 118).

  Dilihat dari respon terhadap stimulus, menurut Notoatmodjo (2003:115) perilaku dapat dibedakan menjadi dua: a.

  Perilaku tertutup (cover vehavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Misalnya: seorang ibu hamil tau pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tau bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

  b.

  Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi

2. Domain Perilaku

  Benyamin Bloom membagi perilaku manusia kedalam tiga ranah atau domain yaitu kognitif (congnitive), efektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan kedalam cipta (kognitif), rasa (efektif), dan karsa (psikomotor)

  Dalam perkembangan selanjutnya, teori Bloom ini dimodifakasikan untuk hasil pengukuran pendidikan kesehatan yakni menjadi tiga tingkat ranah perilaku sebagai berikut: a.

  Pengetahuan Menurut Engel, Blackell, dan Mianiard (1995) pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku seseorang. Sedangkan pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Selanjutnya menurut Winkel (1984) mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya.

  Tingkat pengetahuan akan berpengary terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu . Menurut Notoatmodjo pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan di dalam domain yang kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: tau, memahami, aplikasi, sintesis, dan evaluasi.

  b.

  Sikap Menurut Campbell sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sedangkan menurut Notoatmodjo, sikap adalah respon terttutup seseorang terhadap stimulus atau objek bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap itu melibatkan pikiran perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2005:52). Menurut Mar’at sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi berupa predisposisi tingkah laku. Predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu mencakup komponen kognisi, efeksi, dan konasi. Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan tentang apa yang dirasakan, senang atau tidak senang terhadap suatu objek. Komponen konasi akan menjawab pertanyaan bagaimana atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

3. Penilaian Perilaku

  Menurut Guilbert (2000), pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan metode observasi (direct observation) melalui uji praktek, sedangkan pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan (questionnaires).

  Cara mengukur indicator perilaku untuk pengetahuan, sikap dan cukup dilakukan wawancara, baik wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam. Sedangkan untuk memperoleh data perilaku dan praktek yang paling akurat adalah melalui observasi atau pengamatan. (Notoatmodjo, 2003:65).

D. Tinjauan Umum Tentang Karies Gigi 1. Definisi Karies Gigi Karies gigi disebut juga dengan gigi berlubang (Pratiwi, 2007:23).

  Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan pulpa yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatmya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan (Edwina dkk, 1992:1).

  2. Gejala Karies Gigi

  Gejala karies gigi pada umumnya adalah: a.

  Sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau minum manis, asam, panas, atau dingin.

  b.

  Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi c. Bau mulut atau halitosis (Pratiwi, 2007:23).

  3. Tanda Awal Karies Gigi a.

  Munculnya spot putih seperti kapur pada permukaan gigi. Ini menunujukkan area demineralisasi akibat asam.

  b.

  Proses selanjutnya, warnanya akan berubah menjadi cokelat, kemudian mulai membentuk lubang. Jika spot kecokelatan ini tampak mengkiplap, maka proses demineralisasi telah berhenti yaitu jika kebersihan mulut membaik. Spot ini disebut stain dan dapat dibersihkan. Sebaliknya, spot kecoklatan yang buram menunjukkan proses demineralisasi yang sedang aktif karena itu diperlukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini timbulnya lubang.

  c.

  Jika kerusakan telah mencapai dentin, biasanya mengeluh sakit atau timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas, atau dingin.

  Apabila dokter gigi melakukan pemeriksaan, rasa ngilu terkadang dirasakan saat karies ditelusuri dengan alat sonde.

  d.

  Apabila seseorang pasien mengeluh rasa sakit bukan hanya setelah makan saja, berarti kerusakan gigi sudah mulai mencapai pulpa. Kerusakan pulpa yang akut akan terjadi apabila keluhan sakit terjadi terus-menerus yang akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari (Pratiwi, 2007:23).

4. Penyebab Karies Gigi

  Menurur statistic, karies gigi adalah penyakit yang paling sering terjadi pada manusia, setelah demam flu. Karies dapat terjadi pada siapa saja, walaupun umumnya sering muncul pada usia anak atau dewasa muda. Karies inilah yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda.

  Penyebab karies adanya bakteri Streptococcus Mutans Lactobacilli. Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan.

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Kebiasaan Mengkonsumsi Jajanan Dengan Pengalaman Karies Pada Gigi Susu Anak Usia 4-6 Tahun Di TK Medan

13 91 62

Hubungan Antara Program Adiwiyata dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa di SMP Negeri 2 Barombong Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 104

Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Belajar Peserta Didik SMA Negeri 11 Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 82

Analisis Bakteri Caliform pada Jajanan Anak Sekolah SD Inpres Bontomanai Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89

Hubungan Waktu Tidur dengan Status Gizi pada Anak Remaja di SMA Negeri 5 Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 85

Hubungan Hygiene Perorangan dengan Kejadian Infeksi Kecacingan pada Pemulung Anak Usia Sekolah Dasar di TPA Antang Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 95

Gambaran Pola Makan, Aktifitas Fisik, dan Status Gizi Manula di Desa Pationgi Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone Tahun 2010 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 85

Pengelolaan Sampah di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Tahun 2017 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 173

Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Pola Asuh dalam Perspektif Islam terhadap Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Wihdatul Ummah Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 140

Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status Gizi dan Kadar Kolesterol pada Anak SD Negeri IKIP I Makassar Tahun 2014 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 130