IMPLIKATUR DALAM KARTUN EDITORIAL OOM PASIKOM HARIAN KOMPAS TAHUN 2011

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

IMPLIKATUR DALAM KARTUN EDITORIAL
OOM PASIKOM HARIAN KOMPAS TAHUN 2011
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:
Galang Kurnia Ardi
081224059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

Belajar kepada siapapun
Belajar tentang apapun
Belajar dari apapun
Belajar sampai kapanpun

“Now I see the secret of the making of the best person.
It is grow in the open air and to eat and sleep with the earth”
(Walt Whitman)

iv

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk Bapak dan Ibu di rumah
Untuk adik perempuanku
Untuk calon pendamping hidupku di tempat yang jauh
Untuk banyak orang yang tak mampu menempuh pendidikan karena keterbatasan

Rinduku bersamamu

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK

Ardi, Galang Kurnia. 2014. Implikatur dalam Kartun Editorial Oom Pasikom

Harian KOMPAS Tahun 2011. Skripsi.Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP,
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan menjawab satu persoalan, yakni bagaimanakah
implikatur yang terdapat dalam kartun editorial Oom Pasikom di harian KOMPAS
tahun 2011? Data yang disajikan dalam penelitian ini berupa tuturan atau kalimat
kartun editorial Oom Pasikom yang muncul selama 49 hari terbit, sedangkan
sumber datanya adalah text yang terdapat dalam kartun editorial Oom Pasikom
harian KOMPAS yang terbit pada hari Sabtu tahun 2011.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi dengan teknik
simak sebagai teknik dasar kemudian teknik catat sebagai teknik lanjutan. Sesuai
dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, ada dua hal yang ditemukan dari
penelitian ini meskipun hanya dengan satu rumusan masalah. Pertama, berdasarkan
cara yang digunakan oleh karikaturis dalam menyampaikan kritik terdapat dua jenis
implikatur yang terdapat dalam kartun editorial Oom Pasikom harian KOMPAS
tahun 2011 yakni implikatur sindiran dan implikatur ejekan.
Kedua, ditemukan dua puluh cara yang digunakan karikaturis untuk
menyampaikan gagasan. Cara tersebut dikelompokan berdasarkan karakter masingmasing gambar yang berbeda satu sama lain. Kartun editorial terlebih dahulu
dikelompokan menjadi dua bagian, implikatur sindiran dan implikatur ejekan.
Keduapuluh cara dalam menyampaikan gagasan tersebut adalah menggunakan

implikatur sindiran ironi, implikatur sindiran putus asa, implikatur sindiran
merendahkan, implikatur sindiran meyakinkan, implikatur sindiran memaklumi,
implikaturs indiran pertanyaan kritis, implikatur sindiran meninggikan, implikatur
sindiran mencontohkan, implikatur sindiran pembenaran, implikatur sindiran
kekhawatiran, implikatur sindiran menindas, implikatur ejekan egois, implikatur
ejekan berbohong, implikatur ejekan merendahkan, implikatur ejekan perilaku tak
pantas, implikatur ejekan sifat binatang, implikatur ejekan pembenaran, implikatur
ejekan menolak kritik, implikatur ejekan gambaran binatang, dan implikatur ejekan
pemakluman. Cara ini digunakan karikaturis untuk menarik minat pembaca,
mengoptimalkan pemahaman pembaca terhadap maksud dari kartun editorial
sekaligus membuat kritik menjadi seefektif mungkin.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ABSTRACT

Ardi, Galang Kurnia. 2014. Implicature in OomPasikom Editorial Cartoon of
KOMPAS Newspaper in 2011. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP,
Sanata Dharma University.
The purpose of this research is to answer one problem, how are the
implicatures contained in editorial cartoon Oom Pasikom in KOMPAS newspapers
issued in 2011? The data presented in this research is the speeches and sentences of
editorial cartoon Oom Pasikom in 49 issuing days, while the data source is the text
contained in editorial cartoon OomPasikom in KOMPAS newspaper issued every
Saturday in 2011.
The type of this research is literature research. The method of data
collection in this research is observation with seeing technique as the basic
technique and writing technique as advanced technique. Based on the formulation
of the problem that has been decided, there are two things that are found in this
research even with only one formulation of problem. First, based on the way of the
caricaturist in expressing critiques, there are two kinds of implicatures found in
Oom Pasikom Editorial Cartoon of KOMPAS newspaper on 2011. They are
implicature of satire and implicature of mockery.

Secondly, it is found that there are twenty ways that the caricaturist used to
express the ideas. Those ways are grouped based on the character of each picture
that differ each other. The editorial cartoons firstly grouped into two major groups,
they are implicature of satire and implicature of mockery. Those twenty ways of
expressing ideas are using ironic satire implicature, desperate satire implicature,
humiliating satire implicature, ensuring satire implicature, understanding satire
implicature, critical question satire implicature, praising satire implicature,
example satire implicature, justification satire implicature, concern satire
implicature, oppressing satire implicature, selfish mockery implicature, lying
mockery implicature, humiliating mockery implicature, improper behavior mockery
implicature, animal nature mockery implicature, justification mockery implicature,
rejecting critiques implicature, animal image mockery implicature,
and
understanding mockery implicature. Those ways are used by the caricaturist to
attract the interests of readers, optimize the readers understanding against the
editorial cartoon purpose, and also to make the critiques become as effective as
possible.

ix


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Manusia sebagai makhuk paling sempurna pun kerap berbuat kesalahan.
Kesalahan kecil yang tidak dipedulikan khalayak sampai dengan kesalahan besar
yang menjadi perhatian masyarakat banyak. Kesalahan bukan sesuatu yang patut
dibiarkan karena akan menimbulkan kesalahan yang lebih besar, oleh karena itu
kritik muncul sebagai pembuka jalan untuk menunjukan kebenaran serta
menawarkan jalan keluar.
Tampil dalam berbagai bentuk, kritik tetap menjadi cara manusia
menyampaikan gagasan yang berisi kesalahan pihak lain kemudian menunjukan
bagaimana sebaiknya yang dilakukan, walaupun terkesan subjektif kritik selalu
muncul dalam komunikasi verbal maupun non verbal. Jika kritik verbal adalah
kritik yang diungkapkan dan dipahami oleh penerima melalui organ pendengaran,

kritik non verbal merupakan kritik yang diungkapkan dan dipahami oleh penerima
melalui organ penglihatan.
Kritik non verbal biasanya menggunakan media cetak dalam hal ini surat
kabar. Permasalahannya adalah ketika memahami kritik non verbal penerima kritik
harus mencermati apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan kritik. Media cetak
sebagai salah satu sarana penyaluran kritik mengambil kartun editorial sebagai
media penyampaian kritik. Untuk menghindari reaksi yang berlebihan namun pesan
kritik tetap tersampaikan maka kartun editorial menggunakan implikatur untuk
menyampaikan kritiknya. Implikatur merupakan ujaran yang menyiratkan sesuatu
yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sifat ini diharapkan menjadikan
kritik lebih lembut, tidak menimbulkan reaksi yang berlebihan namun juga
mengusahakan agar pesan utama dalam kritik tetap dapat tersampaikan. Oleh
karena itu tulisan ini berusaha menyajikan hasil analisis tentang implikatur dalam
kartun editorial.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Sebagai tulisan ilmiah, penulis tidak dapat menyusun dan menyelesaikan
tulisan ini tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis hendak
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Prodi PBSI;
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Prodi PBSI;
3. Prof. Dr, Pranowo, M.Pd., yang bersedia membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., yang dengan sabar membimbing dan
memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaikan skripsi ini;
5. Para dosen Prodi PBSI, yang membekali penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan;
6. Teman-teman, yang telah memberikan semangat, saran dan dukungan
dalam proses penulisan skripsi serta dalam kehidupan sehari-hari;
7. Orangtua, yang selalu menuntun untuk melakukan segala sesuatu dengan
segenap hati dan rendah hati;
8. Bernadeta Iska Dewi, yang telah mendukung dan mendampingi dalam
penyusunan skripsi ini hari lepas hari.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu segala bentuk kritik, saran, dan sumbangan ide yang membangun kiranya dapat
segera disampaikan kepada penulis demi penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata,
semoga tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat.

Yogyakarta, 16 Januari 2014
Penulis

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………... iii
HALAMAN MOTTO ………………………………………………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………... vi
HALAMAN PUBLIKASI …………………………………………… vii
ABSTRAK …………………………………………………………… viii
ABSTRACT …………………………………………………………………... ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………….. x
DAFTAR ISI …………………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ……………………………….... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………... 4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………. 4
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………... 5
1.5 Batasan Istilah …………………………………………….. 5
1.6 Sistematika Penulisan …………………………………….. 6
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………… 8
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ………………………. 8

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2 Kajian Teori ………………………………………………. 9
2.2.1 Pragmatik ……………………………………….. 9
2.2.2 Implikatur ………………………………………. 12
2.2.3 Kartun …………………………………………... 19
2.2.4 Editorial ………………………………………… 23
2.2.5 Kartun Editorial ………………………………… 27
2.2.6 Oom Pasikom ………………………………….... 29
2.3. Kerangka Berpikir ……………………………………….. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………….... 34
3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………. 34
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ………………………… 35
3.3 Instrumen Penelitian ………………………………………. 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………… 37
3.5 Teknik Analisis Data …………………………………….... 39
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….... 41
4.1 Deskripsi Data …………………………………………….. 41
4.2 Analisis Data …………………………………………….... 43
4.2.1. Implikatur Sindiran ……………………………… 44
4.2.1.1 Implikatur Sindiran Ironi ……………… 45
4.2.1.2 Implikatur Sindiran Putus Asa ………... 95
4.2.1.3 Implikatur Sindiran Merendahkan ……. 99
4.2.1.4 Implikatur Sindiran Meyakinkan.………. 115

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.2.1.5 Implikatur Sindiran Memaklumi ……........................................ 131
4.2.1.6 Implikatur Sindiran Pertanyaan Kritis …. 144
4.2.1.7 Implikatur Sindiran Meninggikan ……. 148
4.2.1.8 Implikatur Sindiran Mencontohkan …... 153
4.2.1.9 Implikatur Sindiran Pembenaran ……… 159
4.2.1.10 Implikatur Sindiran Kekhawatiran …... 163
4.2.1.11 Implikatur Sindiran Menindas ……….. 167
4.2.2 Implikatur Ejekan………………………………..... 180
4.2.2.1 Implikatur Ejekan Egois ………………. 181
4.2.2.2 Implikatur Ejekan Berbohong …………. 203
4.2.2.3 Implikatur Ejekan Merendahkan ………. 214
4.2.2.4 Implikatur Ejekan Perilaku Tak Pantas …. 218
4.2.2.5 Implikatur Ejekan Sifat Binatang ……… 223
4.2.2.6 Implikatur Ejekan Pembenaran ……….. 238
4.2.2.7 Implikatu rEjekan Menolak Kritik …….. 244
4.2.2.8 Implikatu rEjekan Gambaran Binatang ... 249
4.2.2.9 Implikatur Ejekan Pemakluman ……….. 253
4.3 Pembahasan ………………………………………… 258
BAB V PENUTUP………………………………………………………. 267
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 267
5.2 Saran .................................................................................... 268
5.3 Implikasi Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Bahasa Indonesia ……………………………………………. 269
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 272
LAMPIRAN ............................................................................................. 274

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Manusia adalah makhluk dengan berbagai kelebihan. Kelebihan itu seperti
pikiran, akal dan kemampuan untuk berinteraksi sosial di dalam lingkungan
masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan manusia lain untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tanpa manusia lain, seorang manusia
tidak akan mampu memenuhi kebutuhan jasmaninya, bahkan kebutuhan rohani.
Selain itu, manusia juga mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki oleh
makhluk lain, yaitu kemampuan spiritual.
Untuk menyelaraskan berbagai kepentingan dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidup diperlukan tindakan komunikasi antara satu individu dengan
individu lain.Hovland(melalui Effendy, 2007:10) mengatakan bahwakomunikasi
merupakan proses mengubah perilaku orang lain. Selain itu, Lasswell (melalui
Effendy, 2007:10) berkata bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.
Menurut Effendy (2007:11) proses komunikasi dibagi menjadi dua tahap,
yaitu secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah
proses penyampaian pikiran dan atau perasaan kepada oranglain dengan
menggunakan lambang (simbol) sebagai media, sedangkan proses komunikasi
secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

oranglain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama.
Penggunaan media cetak merupakan bagian dari proses komunikasi secara
sekunder. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:569) mengartikan media cetak
sebagai sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti
surat kabar dan majalah.
Sebagai salah satu bagian dari media cetak, surat kabar mempunyai
peranan penting. Pentingnya peran surat kabar dalam proses komunikasi
disebabkan oleh penyampaian pesan kepada komunikan yang efisien. Efisien
karena dapat mencapai jumlah komunikan begitu banyak dan efektif karena surat
kabar hanya memerlukan satu kali penyampaian pesan untuk mencapai jumlah
komunikan yang tidak terbatas.
Berbicara mengenai proses komunikasi sekunder tidak akan terlepas dari
disiplin ilmu pragmatik. Pragmatik mengambil sudut pandang berbeda dari
cabang ilmu lingustik lain. Wijaya (1996:1) menyebutkan, berbeda dengan
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang mempelajari struktur bahasa
secara internal, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur
bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
komunikasi. Pragmatik menekankan pada maksud yang dikomunikasikan oleh
penutur, sehingga lebih menekankan pada aspek di luar struktur bahasa.
Bahasa menjadikan pemahaman seseorang terhadap maksud dari ujaran
menjadi tergantung pada situasi dan kondisi tertentu. Hal ini menjadi pokok kajian
implikatur yang memang belum terlalu banyak diteliti. Nababan (1987:28)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

menjelaskan bahwa konsep yang paling penting dalam ilmu prakmatik dan yang
paling menonjolkan pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa ialah implikatur.
Selain itu, Nababan (1987:28) juga mengatakan bahwa konsep implikatur ini
dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering terdapat antara apa yang
diucapkan dengan apa yang diimplikasi (atau implicatum).
Implikatur merupakan ujaran atau pernyataan yang menyiratkan sesuatu
yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan oleh penutur.Salah satu produk
di dalam surat kabar yang mengandung implikatur adalah kartun editorial. Kartun
editorial merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penyajian surat
kabar. Kartun editorialmengulas suatu permasalahan atau peristiwa aktual, namun
juga mengandung guratan humor. Kartunis menggunakan kartun editorial untuk
menyampaikan kritik sosial kepada masyarakat dengan cara yang lembut dengan
tidak mengurangi kekuatan dari kritik tersebut.
Kartun editorial berusaha menyampaikan maksud kepada pembaca dengan
gaya bahasa yang halus namun kaya akan makna. Kartun editorial Oom Pasikom
misalnya. Kartun editorial yang terbit setiap Sabtu di harian KOMPAS ini
menggunakan bahasa non verbal, berupa sosok dan tuturan yang diucapkan oleh
Oom Pasikom. Oom Pasikom digambarkan sebagai sosok unik dan jenaka.
Kartun editorial Oom Pasikom sangat menarik untuk diteliti karena pola
komunikasi yang dipergunakan yaknituturan dengan diksi yang aktual, sesuai
dengan keadaan dan memuat pesan disampaikan secara implisit di dalam tuturan
tersebut. Peran kartun editorial menjadi penting ketika sampai pada titik yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

tidak ingin diuraikan secara gamblang, sehingga memerlukan sentuhan implikatur
yang mampu menyampaikan maksud secara tersembunyi namun tetap dapat
dipahami dengan baik oleh mitra tutur, yakni pembaca.Penggunaan teori
implikatur terdapat dalam fungsi kartun editorial yang hendak menyampaikan
kritik dengan elegan serta diharapkan dapat menggugah pembaca, terutama
sasaran kritik.
Penelitian ini menarik dan dirasa perlu dilakukan karena peneliti melihat
adanya kekompleksan dalam mendeskripsikan implikatur yang tersirat di dalam
tubuh kartun editorial. Oleh karena itu, penelitiberupaya menemukan berbagai
jenis implikatur yang terdapat dalamkartun editorial Oom Pasikom yang terbit di
harian KOMPAS pada tahun 2011.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,rumusan masalah
dalam penelitian berjudul Implikatur dalam Kartun Editorial Oom Pasikom
Harian KOMPAS tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah implikatur yang terdapat dalam kartun editorial Oom
Pasikom di harian KOMPAS pada tahun 2011?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

Mendeskripsikan bagaimana implikatur yang terdapat dalam kartun
editorial Oom Pasikom di harian KOMPAS pada tahun 2011?

1.4Manfaat Penelitian
Penelitian tentang implikatur.dalam kartun editorial Oom Pasikom di harian
KOMPAS pada tahun 2011 diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1.

Bagi Pengajaran Bahasa
a. Memberikan masukan pada kajian ilmu pragmatik khusunya mengenai
implikatur.
b. Memberikan tambahan wawasan mengenai kajian implikatur dalam
kaitannya dengan media massa.

2.

Bagi Penelitian Pragmatik
a. Memberikan sumbangan referensi yang memadai bagi peneliti lain
yang akan melalukan penelitian sejenis dalam bidang pragmatik.
b. Memberikan dorongan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
mengenai kajian pragmatik, khususnya implikatur yang dirasa masih
kurang.

1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah-istilah yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian
ini adalah sebagai berikut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.

6

Implikatur adalah apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur
sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harafiah. (Brown
dan Yule, dalam Abdul Rani, 2006:170)

2.

Kartun adalah sebuah gambar yang bersifat reprensentif atau simbolik,
mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya muncul
dalam publikasi secara periodik, dan paling sering menyoroti masalah
politik atau masalah publik. Namun masalah-masalah sosial kadang juga
menjadi target, misalnya dengan mengangkat kebiasaan hidup masyarakat,
peristiwa olahraga, atau mengenai kepribadian seseorang. (Setiawan,
2002:34)

3.

Editorial adalah artikel dalam surat kabar yang mengungkapkan pendirian
editor atau pimpinan surat kabar majalah tersebut mengenai beberapa pokok
masalah. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:218)

4.

Kartun editorial gambar dengan penampilan lucu yang membawa pesan
kritik sosial politik yang terbit di media massa dan biasanya digunakan
sebagai visualisasi tajuk rencana. (Sudarta, dalam Sobur, 2004:139)

1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, sistematika penulisannyaterdiri dari lima
bab. Bab I adalah pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penyajian. Bab II
adalah landasan teori, meliputi penelitian terdahulu, kajian pustaka dan kerangka
berpikir. Bab III adalah metodologi penelitian, meliputi jenis penelitian, subjek

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data dan
instrumen penelitian. Bab IV adalah hasil analisis data dan pembahasan. Bab V
adalah penutup meliputi kesimpulan dan saran.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti menyajikan beberapa teori yang akan dipergunakan
sebagai acuan dalam penelitian. Bab ini meliputi penelitian yang relevan dan
kajian teori.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Terdapat dua penelitian yang menurut peneliti masih relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan saat ini. Penelitian pertama adalah yang
Andreas (2011) dari Universitas Sanata Dharma yang berjudul “Implikatur
Percakapan Antartokoh dalam Novel Projo & Brojo Karya Arswendo
Atmowiloto”.Andreas berusaha mendeskripsikan tentang jenis implikatur dan
bagaimana fungsi implikatur percakapan yang terdapat dalam novel tersebut.
Menurutnya terdapat tiga jenis implikatur percakapan dalam novel tersebut, yaitu
implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum (IPU) dan
implikatur percakapan berskala (IPB). Ketiga jenis implikatur tersebut
mengandung nilai komunikatif deklaratif, interogatif dan imperatif. Selain itu,
Andreas (2011) berpendapat bahwa fungsi implikatur secara umum dalam novel
tersebut adalah menghaluskan proposisi yaitu sebagai penyampai pesan tak
langsung dari pengarang kepada pembaca melalui dialog antartokoh, disamping
itu implikatur juga sebagai pembangun cerita.

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Penelitian kedua yang juga mengenai implikatur adalah penelitian Yuliani
(2009) dari Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini berjudul “Implikatur dan
Penanda Lingual Kesantunan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Berbahasa
Indonesia di Media Luar Ruang (Outdoor Media).Dalam penelitiannya, Yuliani
menemukan empat jenis implikatur dan tujuh jenis penanda lingual kesantunan
dakam iklan layanan masyarakat tersebut.
Sejauh pengamatan peneliti, penelitian tentang pragmatik khususnya
implikatur belum terlalu banyak, sehingga pragmatik masih menjadi cabang ilmu
bahasa yang belum banyak dipahami oleh pengguna bahasa. Penelitian pragmatik
yang mengambil fokus tentang implikatur yang terdapat pada media massa
khususnya kartun editorial juga belum terlalu banyak dikerjakan.Selain itu belum
ada peneliti yang mengambil fokus penelitian pada implikatur kartun editorial
harian KOMPAS dan mengambil sample cukup banyak yakni selama satu tahun.
Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tentang implikatur dalam kartun
editorial Oom Pasikom pada harian KOMPAS tahun 2011.

2.2Kajian Teori
2.2.1 Pragmatik
Untuk mendapat pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana itu ilmu
pragmatik, ada baiknya peneliti sampaikan beberapa batasan dan pengertian
pragmatik dari berbagai sumber.
Pragmatik menurut Heatherington, (1980, dalam Tarigan: 1986:32)
menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka
konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi.
Pragmatik bukan saja meneliti pengaruh-pengaruh fonem suprasegmental, dialek,
dan register, tetapi justru performansi ujaran pertama-tama sebagai suatu kegiatan
sosial yang ditata oleh aneka ragam konvensi sosial. Menurut Heatherington, para
teoritikus telah mengidentifikasi adanya tiga prinsip kegiatan ujaran, yaitu
kekuatan ilokusi (illocutionary force), prinsip-prinsip percakapan (conversational
principles) dan presuposisi (presuppositions).
Dalam bukunya, Yule (2006:3) mengartikan pragmatik sebagai studi
tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh
pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan
dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya
daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam
tuturan itu sendiri. Dengan kata lain, Yule ingin menyampaikan bahwa pragmatik
adalah studi tentang maksud penutur.
Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang
merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata
lain: telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta
menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. (Levinson, 1980,
dalam Tarigan: 1986:33).
Dalam kalimat yang lebih sederhana adalah pendapat George (1964, dalam
Tarigan: 1986:32) pragmatik menelaah keseluruhan perlaku insan terutama sekali
dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang. Pragmatik

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku dalam keseluruhan situasi
pemberian tanda dan penerimaan tanda.
Menurut Purwo (1990:16) pragmatik menjelajahi empat hal yakni deiksis
praanggapan (presupposition), tindak ujar (speech acts) dan implikatur
percakapan (conversational implicature).
Pragmatik lebih berhubungan dengan “penggunaan bahasa” bukan “bahasa
sebagai suatu sistem” demikian disampaikan Nababan (1987:1). Senada dengan
pendapat Nababan sebelumnya, Chomsky (dalam Nababan: 1987:1) pragmatik
lebih dekat kepada “performance” daripada “competence”. Untuk Chomsky,
“competence” ialah perangkat aturan-aturan bahasa yang kalau dipunyai
menyanggupkan orang membuat kalimat-kalimat, “performance” ialah tindakan
berbahasa orang yang memang didasarkan atas “competence”, tetapi dipengaruhi
oleh factor-faktor lain seperti ingatan, keadaan dan sebagainya.
Menurut Leech (1993, dalam Andreas: 2011:11) sebuah tuturan dapat
merupakan contoh kalimat atau tanda kalimat, tetapi bukan sebuah kalimat.
Kalimat adalah maujud abstrak (entities) seperti yang didefinisikan di dalam teori
tata bahasa, dan tuturan adalah pengujaran kalimat pada konteks yang
sesungguhnya. Pendapat demikian juga diungkapkan Rahardi (2003:16) yang
menjelaskan bahwa ilmu pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di
dalam konteks situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu. Makna yang dikaji
dalam pragmatik bersifat terikat konteks (context dependent), sedangkan makna
yang dikaji dalam semantik bersifat bebas konteks (context independent). Dapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

dikatakan bahwa semantik menelaah makna yang bebas dari konteks, sedangkan
pragmatik menelaah makna yang terikat dengan konteks.
Selanjutnya menurut Tarigan (1986:26) pragmatik secara umum dapat
dibagi atas pragmalingustik dan sosioprakmatik. Pragmalingustik adalah telaah
mengenai

kondisi-kondisi

umum

penggunaan

komunikatif

bahasa.

Pragmalingustik dapat diterapkan pada telaah prakmatik yang tujuannya lebih
mengarah kepada tujuan lingustik dimana kita mempertimbangkan sumbersumber khusus yang disediakan oleh suatu bahasa tertentu untuk menyampaikan
ilokusi-ilokusi tertentu. Pragmalingustik ini mempunyai hubungan erat dengan
tata bahasa. Sosiopragmatik adalah telaah mengenai kondisi-kondisi „setempat‟
atau kondisi-kondisi „lokal‟ yang lebih khusus mengenai penggunaan bahasa.
Dalam masyarakat setempat yang lebih khusus ini jelas terlihat bahwa Prinsip
Koperatif atau Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopansantunan berlangsung
secara berubah-ubah dalam kebudayaan yang berbeda-beda atau aneka
masyarakat bahasa, dalam situasi-situasi sosial yang berbeda-beda, di antara
kelas-kelas sosial yang berbeda-beda, dan sebagainya. Dengan Kata lain
sosiopragmatik merupakan tapal batas sosiologis pragmatik. Oleh karena itu
betapa erat hubungan antara sosiopragmatik dengan sosiologis.

2.2.2Implikatur
Gazdar (1979:38) mengartikan implikatur dalam bahasa inggris sebagai
berikut: an implicature is a proposition that is implied by utterance of a sentence

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

in a context even though that proposition is not a part of nor an entailment of
what was actually said.
Menurut Nababan (1987:28) konsep paling penting dalam ilmu pragmatik
dan paling menonjolkan prakmatik sebagai suatu cabang ilmu ialah konsep
implikatur percakapan. Masih dalam Nababan (1987:28) implikatur percakapan
ini dimajukan oleh H. P. Grice dalam Ceramah Wiliam James untuk
menanggulangi persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori
semantik biasa. Senada dengan Nababan, Yule (2006:80) juga memberikan
gambaran bahwa implikatur adalah salah satu konsep utama dalam pragmatik.
Grice (dalam Rahardi, 2003) menjelaskan bahwa implikatur merupakan
ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya
diucapkan. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan atau
ungkapan-ungkapan yang tersembunyi. Senada dengan itu, Yule (2006:77) juga
menjelaskan bahwa implikatur merupakan bagian dari informasi yang
disampaikan dan tidak dikatakan, penutur selalu dapat memungkiri bahwa mereka
bermaksud

untuk

menyampaikan

maksud-maksud.

Dengan

kata

lain,

menggunakan implikatur ketika berkomunikasi berarti menyatakan sesuatu
kepada mitra tutur secara tidak langsung.
Grice (1975, dalam Rani, 2006:171) menyatakan bahwa implikatur berkait
erat dengan konvensi kebermaknaan yang terjadi di dalam proses komunikasi.
Dalam implikatur terdapat kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh penutur
dan mitra tutur harus saling terkait.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

Ada dua jenis implikatur menurut Grice (1975, dalam Rani 2006:171-182)
yaitu

implikatur

konvensional

dan

implikatur

percakapan.

Implikatur

konvensional merupakan implikatur yang ditentukan oleh arti konvensional katakata yang dipakai. Menurut Yule (2006:78) implikatur konvensional tidak
didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Tidak harus terjadi
dalam

percakapan

dan

tidak

bergantung

pada

konteks

khusus

untuk

menginterpretasikannya. Yule (2006:78) mengatakan bahwa seperti halnya
presupposisi leksikal implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata
khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata
itu digunakan. Lusia (2011:29) berkata bahwa implikatur konvensional memiliki
makna yang bersifat lebih tahan lama, tidak dengan implikatur percakapan yang
hanya memiliki makna yang temporer yaitu suatu makna yang hanya ada ketika
terjadi percakapan dengan konteks tertentu,
Implikatur konvensional dapat dilihat dalam kalimat berikut.

(1).“Saya mohon waktu untuk sejenak meletakan kepala”
(2). “Si Togar orang Medan, jadi raut mukanya terkesan galak”

Implikatur tuturan (1) adalah murni ingin menyampaikan keinginan untuk
tidur. Penggunaan frasa

meletakan

kepala

mempunyai

kekuatan lebih

mendramatisir keadaan. Ketika frasa tersebut dipakai membuat tuturan terasa
lebih halus dan terkesan lebih sopan. Pada tuturan (2) implikaturnya adalah bahwa
raut muka galak Togar merupakan konsekuensi karena ia orang Batak. Jika

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

Togarbukan orang Batak, tentu tuturan itu tidak berimplikatur bahwa raut muka
galak Togar karena ia orang Batak.
Implikatur percakapan merupakan bagian dari informasi yang disampaikan
penutur kepada mitra tutur namun tidak dikatakan secara langsung dalam proses
percakapan. Purwo (1990:20) menyatakan bahwa implikatur percakapan adalah
hubungan atau keterkaitan antar tuturan penutur dengan mitra tutur yang
maknanya tidak terungkap secara literal pada tuturan itu sendiri. Grice (1975,
dalam Rani 2006:171) menambahkan bahwa implikatur percakapan mengutip
prinsip kerjasama atau kesepakatan bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang
dibicarakan oleh partisipan harus saling terkait. Contoh implikatur percakapan
seperti dalam tuturan berikut.

(3). Andi : “Apakah kamu akan datang ke pesta pernikahan Sisca?”
Santi

: “Nenek tidak ada yang mengantar ke rumah sakit”

Pada tuturan di atas terjadi penafsiran beragam. Antara lain mempunyai
implikatur bahwa Santi ingin menyampaikan kepada Andi bahwa ia tidak dapat
berangkat ke pesta pernikahan Sisca. Implikatur yang lain adalah Santi ingin
memberitahu Andi bahwa nenek Santi sedang sakit. Dapat disimpulkan bahwa
implikatur percakapan adalah suatu bagian dari

kajian pragmatik yang lebih

mengkhususkan kajian pada suatu makna yang implisit atau tersirat dari suatu
percakapan yang berbeda dengan makna harafiah dari percakapan tersebut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

Berbicara mengenai implikatur percakapan tidak akan pernah terlepas dari
prinsip kerja sama. Grice (dalam Wijana, 2004:54) menambahkan wacana yang
wajar terbentuk karena kepatuhan terhadap prinsip kerjasama komunikasi
(cooperative principles). Grice (1975:45) dalam Cummings (2007:14-15)
mengemukakan definisinya tentang prinsip kerjasama dalam bentuk perintah yang
diarahkan kepada penutur, demikian, buatlah kontribusi percakapan anda sesuai
dengan yang diperlukan pada tahap terjadinya kontribusi itu, berdasarkan tujuan
atau arah yang diterima dalam pertukaran percakapan yang anda lakukan.
Grice mengasumsikan bahwa ketika terjadi komunikasi terdapatusaha
yang mengarah pada tujuan yang sama pada diri setiap penutur. Grice menuturkan
ada empat maksim yang harus dipatuhi sebagai berikut.
a. Maksim Kuantitas
Maksim ini mengharuskan penutur memberikan informasi seinformatif
mungkin sesuai dengan apa yang diminta, tapi jangan pula terlalu
berlebihan atau terlalu detail.
b. Maksim Kualitas
Maksim ini memerintahkan penutur untuk berbicara mengenai
hal yang telah diyakini kebenarannya. jangan berbicara tentang sesuatu
yang salah dan sesuatu yang tidak ada buktinya.
c. Maksim Relevansi
Maksim ini mewajibkan penutur untuk berbicara mengenai
materi yang relevan dengan yang sedang diperbincangkan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

d. Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan memerintahkan penutur untuk menghindari
ungkapanyang membingungkan. menghindari ungkapan yang bersifat
ambigu, mewajibkan penutur berbicara secara singkat dan berbicara
dengan teratur.

Implikatur percakapan masih dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu
implikatur percakapan khusus dan implikatur percakapan umum. Implikatur
percakapan khusus yaitu percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat
khusus dimana pembaca mengasumsikan informasi secara lokal, sedangkan
implikatur percakapan umum adalah implikatur yang memperhitungkan makna
tambahan, demikian dalam Yule (2006:70-75).
Implikatur percakapan khusus merupakan maksud yang diturunkan dari
percakapan dengan merujuk atau mengetahui konteks percakapan, hubungan
antarpembicara

serta

kesamaanpengetahuan.

Pengetahuan

khusus

itulah

maksudatau implikatur dapat diturunkan. Selain itu terdapat implikatur
percakapan umum. Implikatur percakapan umum merupakan maksud yang
diturunkan dari percakapan dengan tidak memerlukan pengetahuan khusus
tentang konteks percakapan dantidak memerlukan keseragaman pengetahuan.
Implikatur percakapan khusus muncul karena faktor khusus yang melekat
di dalam konteks tuturan dan bukan dibawa oleh kalimat yang dipakai. Sedangkan
implikatur percakapan umum muncul karena kata-kata tertentu dalam ujaran yang
membawa implikatur tertentu.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

(4).Anita : “Hari ini aku tidak ada jemputan”
Anton

: “Aku kuliah sampai sore”

(5).Sinta

: “Enaknya liburan ke Jakarta apa Bandung?”

Rudi

: “Menurutku Bandung”

Tuturan (4) merupakan contoh dariimplikatur percakapan khusus. Sekilas
kedua tuturan tersebut tidak berhubungan sama sekali, namun bagi kedua penutur
dan oranglain yang telah memahami latar belakang tuturan atau konteks tuturan
tersebut akan mampu menangkap maksudnya dengan baik. Implikatur dalam
tuturan itu adalah Anton tidak bisa menjemput Anita pada hari itu. Tuturan (5)
merupakan contoh dari implikatur percakapan umum yang tidak memerlukan
konteks khusus dalam memahami maksudnya. Implikasi dari jawaban Rudi adalah
ia memilih Bandung sebagai tempatnya berlibur.
Masih ada implikatur percakapan berskala yang sebenarnya masih menjadi
bagian dari implikatur percakapan umum. Implikatur percakapan berskala
memperhitungkan sebuah kata yang mengandung skala jumlah atau kuantitas,
karena penggunaanya akan mempengaruhi maksud yang diutarakan. Menurut
Yule (2006:71-72) informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah
kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak
jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, dimana istilah-istilah
itu di daftar dari skala nilai tertinggi ke nilai terendah.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

Skala nilai adalah tingkatan kuantitas yang dilambangkan oleh sebuah
kata, seperti semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit.Setiap kata
tersebut memiliki karakteristik kuantitas yang berbeda satu sama lain. Penutur
harus mampu memilih kata yang paling informatif dan benar (kualitas dan
kuantitas).

(6).Susi sedang menulis beberapa lembar tugas mata kuliah sastra.
(7).Ketika anak itu datang, sebagian besar siswa telah pulang.

Implikatur percakapan berskala dalam tuturan (6) ditandai dengan
penggunaan kata beberapayang berarti tugas mata kuliah yang sedang ditulis oleh
Susi tidak lebih banyak dari kata banyak dalam tataran skala jumlah.
Implikaturnya adalah tugas mata kuliah sastra yang ditulis oleh Susi tidaklah
banyak. Kemudian dalam tuturan (7) menggunakan kata sebagian besar, penutur
ingin mengatakan bahwa anak yang sudah pulang hampir semua, dengan kata lain
belum semua anak pulang. Sebagian besar memiliki tataran makna jumlah yang
cukup tinggi, namun tidak lebih besar dari kata semua. Implikatur yang
terkandung dalam tuturan diatas adalah masih ada sedikit siswa yang belum
pulang ketika si anak datang.

2.2.3 Kartun
Setiawan (2002:34) menilai kartun sebagai sebuah gambar yang bersifat
reprensentasi dan simbolik, mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik, dan paling sering
menyoroti masalah politik atau masalah publik, namun masalah-masalah sosial
kadang juga menjadi target, misalnya dengan mengangkat kebiasaan hidup
masyarakat, peristiwa olahraga, atau mengenai kepribadian seseorang.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:392) mendefinisikan kartun sebagai
gambar dengan penampilan yang lucu berkaitan dengan keadaan yang sedang
berlaku (terutama mengenai politik).
Kartun merupakan metafora visual hasil ekspresi dan interpretasi atas
lingkungan sosial politik yang tengah dihadapi oleh seniman pembuatnya. Pada
sebuah kartun terkandung banyak pesan yang tersirat di dalamnya. Kartun
memberikan kesempatan kepada pembaca untuk melihat kejadian yang sedang
terjadi dalam masyarakat menggunakan sudut pandang humor.
Aspek humor yang terdapat di dalam kartun memiliki peran sentral dalam
kehidupan manusia. Menjadi sarana hiburan, pendidikan, dan melepas ketegangan
hidup, selain itu bisa juga menjadi sarana pengutaraan maksud dengan cara yang
lembut.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan Danandjaja (1989: 498)
bahwa di dalam masyarakat, humor baik yang bersifat erotis dan protes sosial,
berfungsi sebagai penglipur lara. Hal ini disebabkan humor dapat menyalurkan
ketegangan batin yang menyangkut ketimpangan norma masyarakat yang
dikendurkan melalui tawa. Lebih jauh dikemukakan bahwa tawa akibat
mendengar humor dapat memelihara keseimbangan jiwa dan kesatuan sosial

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

21

dalam menghadapi keadaan yang tidak tersangka-sangka atau perpecahan
masyarakat.
Wilson (1973:3) mengemukakan bahwa humor tidak selamanya bersifat
agresif

dan

radikal

yang

memfrustasikan

sasaran

agresifnya

dan

memprovokasikan perubahan, serta mengecam sistem sosial masyarakatnya,
tetapi dapat pula bersifat konservatif yang memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan sistem sosial dan struktur kemasyarakatan yang telah ada.
Menurut Wijana (2003:8) secara sederhana kartun dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu kartun verbal dan kartun non verbal. Kartun verbal adalah
adalah kartun yang memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata-kata, frasa,
kalimat, wacana di samping gambar-gambar jenaka didalam memancing senyum
dan tawa para pembacanya. Kartun verbal selanjutnya dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu kartun verbal yang elemen verbalnya dominan dan kartun verbal yang
elemen verbalnya tidak dominan. Kartun verbal jenis pertama dapat
membangkitkan kelucuan tanpa dukungan gambar, sedangkan kartun verbal jenis
kedua tidak mampu membangkitkan kelucuan tanpa dukungan gambar.
Sementara itu kartun nonverbal, masih menurut Wijana (2003:9) adalah
kartun yang semata-mata memanfaatkan gambar-gambar atau visualisasi jenaka
untuk menjalankan tugas itu. Adapun gambar-gambar yang disajikan pada jenis
kartun yang kedua ini adalah gambar-gambar yang memutarbalikan logika.
Wijana (2003:11) menjelaskan beberapa jenis kartun verbal yang pada
umumnya terdapat di media cetak, sebagai berikut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

22

a. Kartun Editorial
Kartun editorial yang digunakan sebagai visualisasi tajuk rencana
surat kabar atau majalah. Kartun ini biasanya membicarakan masalah
politik atau peristiwa actual sehingga sering disebut kartun politik.
b. Kartun Murni
Kartun murni yang dimaksudkan sekedar gambar lucu atau olokolok tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa
aktual.
c. Kartun Komik
Kartun komik merupakan susunan gambar, biasanya terdiri dari
tiga sampai enam kotak. Isinya adalah komentar humoristis tentang
peristiwa atau masalah aktual.

Beberapa jenis kartun diatas sekilas tidak berbeda jauh satu sama lain,
namun jika dicermati lebih dalam maka akan terlihat karakteristik yang
membedakan satu dengan yang lain.Kartun murni adalah gambar yang berisi
cerita lucu yang dapat disertai dialog ataupun tanpa dialog. Materinya berisi
gambar jenaka yang bermaksud untuk menghibur, walaupun kadang dapat juga
diselipi olok-olok dan kritikan yang tidak terlalu menonjol. Tampilan kartun
murni hanya terdiri dari satu frame atau kotak saja kecuali pada kartun murni yang
sudah tampil di media televisi misalnya, kartun murni dapat bergerak dengan
teknik tertentu.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

23

Berbeda dengan kartun murni. Komik disusun dengan sistematis dan
memiliki alur yang jelas. Perbedaan lain yakni komik menggunakan gambargambar tidak bergerak yang disusundalam beberapa kotak sehingga membentuk
jalinan cerita yang dibubuhi dialog.
Saat dibandingkan dengan kartun editorial akan nampak jika kartun
editorial sangat kental dengan aroma kritik dan selalu muncul di media massa.
Dari segi materi, kartun editorial sangat berbeda dengan kartun murni dan komik.
Kartun editorial tidak hanya jenaka dan menghibur seperti kartun murni. Kartun
editorial juga tidak disusun menjadi beberapa panel yang seturut alur cerita dan
terdapat balon dialog seperti dalam komik. Kartun jenis ini lebih banyak
mengandung maksud yang terselubung.
Kartun editorial muncul di media cetak sebagai visualisasi tajuk rencana
dalam surat kabar atau majalah yang membahas masalah politik dan peristiwa
terkini. Berbeda dengan komik dan kartun murni yang tidak melulu terkait dengan
peristiwa actual.Scott McCloud (2002:21) berpendapat bahwa komik adalah
metode dalam seni gambar, sedangkan kartun adalah bentuk seni gambar yang
menggunakan metode komik dalam penyampaiannya.

2.2.4 Editorial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:218) editorial merupakan
artikel surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau
pemimpin

surat

kabar

(majalah)

tersebut

mengenai

beberapa

pokok

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

24

masalah.Selain itu Rolnicki (2008:133) juga mengatakan bahwa editorial sering
disebut dengan tajuk rencana.
Masih dalam Rolnicki (2008:133) editorial adalah suara koran secara
umum dan tidak disebutkan siapa penulisnya meski hanya ditulis oleh satu orang.
Penulis editorian menggunakan kata ganti jamak.
Menurut Tartono (2005) sederhananya, editorial itu merupakan kata
pengantar dari redaksi. Yang menulis tidak harus seorang editor, meskipun
namanya "editorial". Meski bisa disebut sebagai pengantar, editorial memang
memiliki karakter yang unik sehingga, sebagai pengantar, posisinya tidak selalu
berada di halaman utama. Sebab editorial bukan daftar isi yang menceritakan
secara gamblang sajian edisi yang diantarkannya.
Selain itu, Assegaff (1985:63) juga memberikan pendangannya mengenai
editorial, yaitu pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis dan
menarik ditinjau dari segi penulisan, dan bertujuan untuk mempengaruhi
pendapat, atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol
sedemikian rupa, sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar akan menyimak
pentingnya arti berita yang dijadikan tajuk tadi.
Editorial yang merupakan suara dari perwakilan media massa dalam
menyikapi kejadian tertentu ini memiliki enam tipe, dalam Rolnicki (2008:135)
antara lain.
a. Editorial Advokasi
Editorial advokasi adalah editorial yang menginterpretasikan,
menjelaskan,

membujuk

dan

mendukung

perubahan

biasanya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

25

dihubungkan dengan suatu berita penting yang ada di dalam koran
tersebut.
b. Editorial Pemecahan Masalah
Editorial pemecahan masalah digunakan ketika staf editorial ingin
menarik perhatian pada suatu problem atau ingin mengkritik tindakan
seseorang, dalam hal ini fakta harus disajikan untuk mendukung kritik
atau untuk menjelaskan sebab-sebab masalah dan solusi apa yang
harus ditawarkan.
c. Editorial Penghargaan
Editorial

penghargaan

dipergunakan

oleh

surat

kabar

memberitakan pujian kepada seseorang atau organisasi atas prestasi
tertentu. Surat kabar mempunyai kolom lain yang dapat dipergunakan
untuk memuji, namun jika dirasa sesuatu yang dihasilkan oleh
penerima memang luar biasa maka sangat pantas jika publikasi ini
dimasukan dalam bagian editorial.
d. Komentar Editorial Singkat
Komentar editorial singkat menggunakan keringkasan sebagai
manfaat tersendiri dan editorial satu atau dua paragraf bisa jadi efektif.
Bentuk ini berguna jika hanya satu poin atau sedikit bukti latar
belakang informasi yang perlu diberikan. Terkadang editorial jenis ini
memiliki judul kolom.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

26

e. Edito