PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PROSES PEMBENTUKAN DAN NILAI RASA KATA TIDAK BAKU
DALAM BAHASA INDONESIA

Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Denty Setya Putri
NIM: 074114016

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
JULI 2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PROSES PEMBENTUKAN DAN NILAI RASA KATA TIDAK BAKU
DALAM BAHASA INDONESIA

Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Denty Setya Putri
NIM: 074114016

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
JULI 2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

PAPI dan (ALM) MAMIKU

yang tersayang,
terima kasih atas kasih sayang dan doa restu
yang kalian berikan padaku…

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Putri, Denty Setya. 2014. “Proses Pembentukan dan Nilai Rasa Kata Tidak Baku
dalam Bahasa Indonesia”. Skripsi Strata 1 (S-1). Program Studi Sastra
Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Universitas
Sanata Dharma.

Penelitian tentang pembentukan kata dan nilai rasa kata tidak baku dalam
bahasa Indonesia memiliki dua tujuan sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan
proses terjadinya pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Kedua,
mendeskripsikan nilai rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa
Indonesia.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu tahap
pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian analisis data. Data
diperoleh dari media massa cetak, sedangkan sampelnya adalah proses
pembentukan kata dan nilai rasa kata tidak baku dalam media massa cetak
tersebut. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak,
yaitu penyimakan terhadap pembentukan kata tidak baku dan nilai rasa pada kata

tidak baku. Teknik lanjutan dari metode simak dalam penelitian ini yaitu teknik
simak bebas libat cakap, yaitu penulis berperan sebagai pemerhati terhadap calon
data. Teknik simak bebas libat cakap ini dilaksanakan teknik catat yaitu mencatat
data yang diperoleh dengan kartu data. Analisis data dilakukan dengan metode
agih, sedangkan teknik lanjutan yang digunakan yaitu teknik ganti. Teknik ganti
ini digunakan untuk membandingkan kata-kata bahasa baku dan tidak baku dalam
media massa cetak. Data yang sudah dianalisis disajikan dengan metode informal,
yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa yang
apabila dibaca dapat langsung dipahami.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembentukan kata dan nilai rasa
kata tidak baku dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Pertama, proses pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia
diklasifikasikan berdasarkan 7 bagian, meliputi (1) pembentukan berupa
pemendekan, (2) pembentukan berupa penggunaan dalam serapan bahasa asing,
(3) pembentukan berupa penggunaan istilah lain, (4) pembentukan berupa
pengaruh bahasa lisan, (5) pembentukan berupa penghilangan bunyi, (6)
pembentukan berupa penggantian diftong „au‟ dengan „o‟ dan „ai‟ dengan „e‟, dan
(7) pembentukan berupa baster.
Kedua, nilai rasa kata tidak baku dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan
berdasarkan 2 bagian, meliputi (1) nilai rasa berupa perasaan dan (2) nilai rasa

berupa penilaian. Nilai rasa berupa penilaian dibagi menjadi penilaian nilai rasa
berupa kata ganti orang pertama tunggal, penilaian nilai rasa berupa kata kerja,
penilaian nilai rasa berupa kata sifat atau keadaan

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Putri, Denty Setya. 2014. “The Forming Process and Connotation of NonStandard Words in Bahasa Indonesia ”. An Undergraduate Thesis.
Indonesian Letters Study Program, Department of Indonesian Letters,
Faculty of Letters. Sanata Dharma University.
This research on the word forming and connotation of non-standard words
in Bahasa Indonesia has two aims as follows. First is describing the process of
non-standard word forming in Bahasa Indonesia. Second is describing the

connotation of non-standard words in Bahasa Indonesia.
This research is conducted in three strategic phases: data gathering phase,
data analysis phase, and data analysis presentation phase. The data are gathered
from printed mass media. The sample which is used is the word forming process
and the connotation of non-standard words taken from it. This research
uses simak method which is scrutinizing the non-standard word forming and the
connotation of it. The advanced technique of this method is simak bebas libat
cakap technique in which the writer has a role as an observer towards the data
candidate. This technique is implemented by note-taking technique which is
taking note of the data by using data card. The data analysis is implemented by
distribution method. Meanwhile, the advanced technique which is used is
substitution technique. It is used to compare standard words and non-standard
words on printed mass media. Analyzed data are presented by informal method. It
is a data analysis presentation by using common words that are directly
understood when being read.
The result of the word forming process and connotation of non-standard
words in Bahasa Indonesia is as follows.
First, non-standard word forming process in Bahasa Indonesia is classified into 7
parts: (1) word forming through abridgement, (2) word forming through foreign
language translation, (3) word forming by using other terms, (4) word forming

through spoken language influence, (5) word forming through sound elimination,
(6) word forming through diphthong substitution of „au‟ to „o‟ and „ai‟ to „e‟, and
(7) word forming through baster.
Second, the connotation of non-standard words in Bahasa Indonesia is
classified into 2 parts: (1) the connotation of feeling and (2) the connotation of
estimations. The connotation of estimations is divided into estimating the
connotation of first person singular, estimating the connotation of verbs,
estimating the connotation of adjectives or conditions, and estimating the
connotation of prestige.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR


Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain terima kasih dan puji syukur
yang teramat besar pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Selain dukungan yang istimewa dari Yang Maha Esa, tugas akhir ini tidak
akan selesai tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak yang dengan setia dan
penuh doa menyemangati penulis. Oleh karena itu, banyak terima kasih penulis
ucapkan kepada:
1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi., M. Hum. selaku pembimbing I yang
dengan sabar menerima keluh kesah penulis dan menjadi pemberi solusi
yang baik bagi penulis selama penulisan tugas akhir,
2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing II yang dengan sabar
memberi masukan dan motivasi bagi penulis,
3. Bapak dan Ibu dosen Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., S.E.
Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. F.X.
Santosa, M.S., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., dan Dr. Yoseph Yapi Taum,
M.Hum., terima kasih atas kesempatan berbagi ilmu dan pengalaman
selama penulis menjalani studi di Program Studi Sastra Indonesia,
4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu penulis dalam kelancaran
mencari informasi akademik selama penulis kuliah,
5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, tempat menemukan referensi

tambahan yang mendukung penulisan tugas akhir,

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Keluarga tercinta, Bapak Fabianus Sutikno, (Alm) Ibu Emeliana Sri
Sudarni, serta adik Stefanus Albert Setyawan yang dengan penuh cinta
menghadapi penulis dalam suka maupun duka.
7. Sahabat-sahabat di Jakarta, teman-teman kos Legi 1, teman-teman Sastra
Indonesia angkatan 2007 yang telah rela menemani, menyemangati, sabar,
dan tetap mendukung penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa meski diselesaikan dengan usaha terbaik dari
penulis,

tugas

akhir

ini

masih

belum

sempurna.

Segala

kekurangan,

ketidaktelitian, dan kekekeliruan dalam tugas akhir ini menjadi tanggung jawab
penulis sepenuhnya. Dengan rendah hati, penulis menerima saran dan kritik.

Yogyakarta, 14 Juli 2014

Penulis

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………………….

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA....................................................................

iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................................

v

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................

vi

ABSTRAK.................................................................................................................

vii

ABSTRACT………………………………………………………………………..

viii

KATA PENGANTAR...............................................................................................

ix

DAFTAR ISI..............................................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

1

1.1 Latar Belakang............................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................

4

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................

4

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................

4

1.5 Tinjauan Pustaka.........................................................................................

5

1.6 Landasan Teori...........................................................................................

6

1.6.1 Perbedaan Ragam Baku dan Nonbaku...........................................

6

1.6.2 Semantik Sebuah Studi tentang Makna…......................................

6

1.6.3 Kepekaan Remaja terhadap Ragam Bahasa……...........................

7

1.6.4 Perubahan Makna………………………………...........................

7

1.6.5 Proses Morfologis………………………………………………..

10

1.6.6 Perincian Nilai Rasa……………………………………………...

11

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.6.7 Abreviasi…………………………………………………………

11

1.7 Metode Penelitian.......................................................................................

24

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data..............................................................

24

1.7.2 Tahap Analisis Data.......................................................................

25

1.7.3 Tahap Penyajian Analisis Data......................................................

25

1.8 Sistematika Penyajian................................................................................

25

BAB II PEMBENTUKAN KATA TIDAK BAKU DALAM BAHASA
INDONESIA……………………………….......................................

27

2.1 Pengantar............................................................................................

27

2.2 Proses Pembentukan Kata Tidak Baku..............................................

27

2.2.1 Pembentukan Berupa Pemendekan.................................................

27

2.2.1.1 Akronim………………………………………………….

27

2.2.1.1.1

Akronim

yang

Berupa

Penggalan……………………………………………….

28

2.2.1.1.2 Akronim yang Berupa Pengekalan Suku
Pertama dari Tiap Komponen…………………………

28

2.2.1.1.3 Akronim yang Berupa Pengekalan Tiga Huruf
Pertama Komponen Pertama dan Dua Huruf Pertama
Komponen Kedua………………………………………..

30

2.2.1.1.4 Akronim yang Berupa Pengekalan Satu Huruf
Pertama Komponen Pertama dan Satu Huruf Pertama
Komponen Kedua………………………………………..

xii

30

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2.1.1.5 Akronim yang Berupa Pengekalan Dua Huruf
Pertama Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama
Komponen Kedua………………………………………

31

2.2.1.1.6 Akronim yang Berupa Pengekalan Tiga Huruf
Pertama Komponen Pertama dan Tiga Huruf Pertama
Komponen Kedua………………………………………..

32

2.2.1.2 Penyingkatan……………………………………………..

32

2.2.2 Pembentukan berupa Penggunaan dalam Serapan Bahasa Asing...

34

2.2.2.1 Penggunaan Serapan dari Bahasa Inggris……………......

34

2.2.2.2 Penggunaan Serapan dari Bahasa Daerah………………..

36

2.2.3 Pembentukan Berupa Penggunaan Istilah Lain..............................

38

2.2.4 Pembentukan Berupa Pengaruh Bahasa Lisan................................

41

2.2.5 Pembentukan Berupa Penghilangan Bunyi.....................................

43

2.2.6 Pembentukan Berupa Penggantian Diftong ‘au’ dengan ‘o’ dan

BAB

‘ai’ dengan ‘e’…………………………………………………………..

44

2.2.7 Pembentukan Berupa Baster……………………………………...

44

III

NILAI RASA

KATA

TIDAK

BAKU

DALAM

BAHASA

INDONESIA.............................................................................................

46

3.1 Pengantar....................................................................................................

46

3.2 Nilai Rasa Berupa Perasaan........................................................................

46

3.3 Nilai Rasa Berupa Penilaian.......................................................................

47

3.3.1 Penilaian Nilai Rasa Berupa Kata Ganti Orang Pertama
Tunggal......................................................................................................

xiii

47

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.3.2 Penilaian Rasa Berupa Kata Kerja....................................................

49

3.3.3 Penilaian Nilai Rasa Berupa Kata Sifat atau Keadaan.....................

51

3.3.4 Penilaian Nilai Rasa Berupa Prestise………………………………

53

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................

55

4.1 Kesimpulan.................................................................................................

55

4.2 Saran...........................................................................................................

56

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

57

LAMPIRAN I……………………………………………………………………

59

LAMPIRAN II……………………………………………………………………

60

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia telah dan akan terus
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan masyarakat pemakainya.
Indonesia memiliki masyarakat yang beragam berdasarkan latar belakang budaya,
sosial, pendidikan, agama, mata pencaharian, sistem religi, dan organisasi
kemasyarakatan. Berdasarkan latar belakang masyarakat tersebut, bahasa yang
digunakan pun berbeda tergantung situasi dan pemakainya.
Salah satu kelompok masyarakat yang ada di Indonesia adalah remaja.
Remaja mempunyai kecenderungan, salah satunya menciptakan hal-hal baru
dalam dunia pergaulan mereka, salah satunya dalam lingkup bahasa sebagai
sarana komunikasi yang utama. Hal-hal baru tersebut contohnya penggunaan
kalimat yang praktis, bahasa yang tidak baku, dan adanya prinsip „pokoknya easy
learning dan mudah diingat‟. Ini terbukti dalam tayangan Liputan 6 SCTV (19
Oktober 2010: 12.00 PM) dikatakan bahwa bagi kaum muda, bahasa gaul tidak
hanya digunakan untuk alat komunikasi, tetapi juga berfungsi sebagai media
berekspresi.
Jika dicermati secara mendalam para remaja cenderung memilih ragam
bahasa yang santai dan tidak baku. Penggunaan ragam tidak baku tersebut dapat
tercermin dari cara pembentukan kata seperti pada contoh berikut.
(1) Malam itu ia masih curhat sama aku.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

(2) Kamu masih saja ikut mood yang jelek.
Kata curhat pada contoh (1) merupakan pembentukan kata berdasarkan
akronim dari frasa curahan hati yang dapat diartikan sebagai mencurahkan isi
hati kepada orang lain. Akronim ini sering digunakan karena para remaja ingin
menggampangkan dengan cara menyingkat kata atau frasa. Kata mood pada
contoh (2) merupakan serapan dari bahasa Inggris. Berdasarkan kamus InggrisIndonesia (2008: 385) mood berarti „keadaan jiwa, suasana hati‟. Kata mood ini
digunakan para remaja karena mereka ingin terlihat bergaya menggunakan bahasa
Inggris dan juga mereka menyukai sesuatu yang mudah diingat.
Selain itu juga ditemukan ragam tidak baku yang terjadi berdasarkan nilai
rasa seperti pada contoh berikut.
(3) Aku deg-degan sekali menghadapinya. (Gadis,edisi 18, hal 84)
Aku berdebar-debar sekali menghadapinya.
Antara kata deg-degan dan berdebar-debar pada contoh (3) terdapat
perbedaan nilai rasa. Mendengar kata deg-degan pada umumnya nuansa yang
muncul adalah rasa ketika jantung sedang berdetak kencang dan bahkan
menimbulkan rasa khawatir yang berlebihan, sedangkan kata berdebar-debar
merupakan kata baku yang memiliki nilai rasa yang nuansanya lebih formal
daripada kata deg-degan. Dalam konteks majalah remaja, kata deg-degan lebih
sering digunakan agar terlihat santai.
(4) Aku sering hunting baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang
harganya murah. (Cosmogirl, edisi Maret)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

Aku sering berburu baju di sini, soalnya banyak baju lucu yang
harganya murah.
Kata hunting pada contoh (4) memiliki nilai rasa yang berbeda dengan
berburu. Pada intinya hunting dan mencari mempunyai pengertian yang sama.
Kata hunting dahulu dipakai untuk mengejar hewan untuk ditangkap, tetapi saat
ini penggunaan kata hunting sudah berkembang maknanya menjadi „mencari
berbagai macam hal dalam berbagai bidang‟. Kata berburu memiliki makna yang
langsung menuju pada makna „tindakan menangkap hewan buruan‟.
Bentuk contoh-contoh di atas banyak ditemui dalam majalah remaja
GADIS, Cosmogirl, dan informan. Penggunaan informan dalam penelitian ini
bertujuan untuk memperkaya data yang diperoleh dari majalah sehingga ada data
yang berbentuk ragam lisan yang secara nyata digunakan dalam komunikasi
remaja. Dengan beberapa majalah dan informan ini, maka akan kelihatan bahasa
khas anak remaja yang juga memasukkan beberapa kata-kata asing dalam
tuturannya. Tujuan yang ingin dicapai adalah terciptanya suasana yang
komunikatif karena penggunaan bahasa yang komunikatif tuturan akan terasa
tidak kaku dan menarik.
Alasan-alasan di atas mendorong penulis mengadakan penelitian lebih
mendalam. Penulis merasa tertarik tentang fenomena penggunaan ragam tidak
baku dan juga fenomena nuansa makna yang terjadi dalam komunikasi para
remaja. Fenomena ini terjadi pada remaja karena mereka ingin sesuatu yang
mudah, lebih mengikuti perkembangan pergaulan saat ini, dan terlihat lebih santai.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
pokok masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana proses pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia ?
1.2.2 Bagaimana nilai rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa
Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini dapat
dirinci sebagai berikut :
1.3.1 Mendeskripsikan proses pembentukan kata tidak baku dalam bahasa
Indonesia.
1.3.2 Mendeskripsikan nilai rasa pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat terhadap bagi linguistik, yaitu
dalam bidang morfologi dan semantik. Dalam bidang morfologi, memberikan
manfaat bagaimana proses pembentukan kata tidak baku itu sendiri. Dalam bidang
semantik, masyarakat diharapkan dari proses pembentukan kata itu dapat
mengambil suatu nilai rasa yang ada dalam kata tidak baku tersebut. Selain itu
secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat memahami
bahwa ragam bahasa tidak baku tidak hanya semata digunakan demi alasan
komunikatif dan keakraban, melainkan juga memahami bahwa ragam bahasa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

tidak baku mengandung suatu nilai rasa yang berbeda-beda sesuai dengan situasi
penggunaannya.

1.5 Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini akan dibahas proses pembentukan dan nilai rasa pada
kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Permasalahan yang diangkat adalah
proses terjadinya pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia dan nilai
rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia.
Menurut Indari Mastuti (2008: 37), ragam bahasa yang digunakan di
kalangan anak remaja saat ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Bedanya dapat terlihat dengan yang satu bisa disebut bahasa baku
karena sudah mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku. Yang lainnya adalah
bahasa yang tidak mengikuti kaidah dan aturan atau bisa disebut dengan bahasa
gaul. Salah satu syarat bahasa baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang
mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku atau pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakai bahasa.
Azwida (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Pemakaian Bahasa Gaul
pada Iklan Produk Komersial Televisi” menulis bahwa bahasa bersifat dinamis,
begitu juga pembentukan dan pemakaian bahasa gaul yang terdapat di dalam iklan
produk komersial terus mengalami perkembangan. Bahasa gaul yang terdapat di
dalam iklan produk komersial kini terus memunculkan kosakata bahasa gaul yang
baru yang merupakan kreasi dan kreativitas pengiklan khususnya penulis naskah iklan
dalam segi pemakaian bahasa di dalam iklan dengan tujuan membuat iklan menjadi
unik dan menarik.. Permasalahan yang dibahas dalam skripsinya, yakni (1) proses

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

pembentukan bahasa gaul yang terdapat pada iklan produk komersial televisi, (2)
pesan atau makna yang ingin disampaikan pengiklan khususnya penulis naskah
iklan (copy writer) di dalam iklan produk komersial televisi yang menggunakan
bahasa gaul, dan (3) pengaruh dari pemakaina bahasa gaul pada iklan produk
komersial televisi terhadap konsumen sebagai pemakai bahasa Indonesia.

1.6 Landasan Teori
Landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1.6.1

Perbedaan Ragam Baku dan Nonbaku
Secara keseluruhan ragam baku hanya ada satu dalam sebuah bahasa.

Dengan kata lain, ragam-ragam selebihnya, termasuk dialek adalah ragam
nonbaku. Dari sudut kebahasaan, perbedaan antara baku dan nonbaku tentu ada
dan menyangkut semua komponen bahasa, yaitu tata bunyi, tata bentukan, kosa
kata, dan tata kalimat. Dalam hal ini tata bunyi sudah jelas, ragam baku
mempunyai aturan ejaan. Dalam bahasa Indonesia, ejaan baku adalah EYD,
sehingga penulisan yang melanggar EYD adalah ejaan nonbaku dan karena itu
ragam tulisnya adalah nonbaku juga. Tentu saja ada kemungkinan ada hal-hal
yang belum diatur oleh EYD. Dalam hal demikian akan terjadi kebebasan dan
persaingan antara dua bentuk (Sumarsono, 2002: 33).

1.6.2

Semantik Sebuah Studi tentang Makna
Semantik merupakan studi tentang makna. Makna merupakan pokok dari

sebuah komunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

organisasi sosial. Oleh karena itu teori semantik banyak digunakan oleh
masyarakat. Semantik juga merupakan sebuah pusat studi tentang pikiran
manusia, yakni proses berpikir, kognisi, konseptualisasi. Semua ini saling berkait
dengan cara mengklasifikasikan dan mengemukakan tentang dunia nyata lewat
sebuah bahasa (Leech 2003: 01).

1.6.3

Kepekaan Remaja terhadap Ragam Bahasa
Menurut Owen (dalam Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata

yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metaphora, ironi, dan
bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang
mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku.

1.6.4

Perubahan Makna
Abdul Chaer (1994: 135) dalam bukunya yang berjudul Pengantar

Semantik Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan perubahan makna sebuah kata meliputi :
1.6.4.1 Perkembangan dalam Ilmu dan Teknologi
Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi
dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini sebuah kata
yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap
digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat
dari pandangan baru, atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat
dalam perkembangan teknologi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

1.6.4.2 Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan
terjadiny aperubahan makna. Di sini sama dengan yang terjadi sebagai akibat
perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata yang pada mulanya
bermakna “A”, lalu berubah menjadi bermakna “B”, atau “C”. Jadi bentuk
katanya tetap sama tetapi konsep makna yang dikandungnya sudah berubah.
1.6.4.3 Perbedaan Bidang Pemakaian
Setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang
hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut. Katakata yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan
dan pemakaian sehari-hari dapat terbantu dari bidangnya dan digunakan dalam
bidang lain atau menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut
menjadi memiliki makna baru atau makna lain di samping makna aslinya (makna
yang berlaku dalam bidangnya).
1.6.4.4 Adanya Asosiasi
Abdul Chaer (1994: 140) mengatakan asosiasi ini agak berbeda dengan
perubahan makna yang terjadi akibat penggunaan dalam bidang lain, di sini
makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang
berkenaan dengan kata tersebut.

1.6.4.5 Pertukaran Tanggapan Indera
Di dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan
antara indera yang satu dengan indera yang lain. Pertukaran alat indera penanggap

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

biasa disebut dengan istilah sinestesia.
1.6.4.6 Perbedaan Tanggapan
Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah
mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan
ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat, maka banyak kata yang
menjadi memiliki nilairasa yang “rendah”, atau kurang menyenangkan. Di
samping itu ada juga yang memiliki nilai rasa yang “tinggi”, atau yang
mengenakkan. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini lazim disebut
peyoratif, sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut amelioratif. Nilai
rasa itu kemungkinan besar cums bersifat sinkronis. Secara diakronis ada
kemungkinan bisa berubah. Perkembangan pandangan hidup yang bisanya sejalan
dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan
terjadinya perubahan nilai rasa peyoratif atau amelioratifnya sebuah kata.
1.6.4.7 Adanya Penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata ayau ngkapan yang karena
sering digunakan, maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara
keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu, maka kemudian
orang lebih banyak menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan
bentuk utuhnya.

1.6.4.8 Proses Gramatikal
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi
(penggabungan kata) akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna, sebab bentuk kata
itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal. Jadi, tidaklah dapat dikatakan
kalau dalam hal ini telah terjadi perubahan makna, sebab yang terjadi adalah
proses gramatikal dan proses gramatikal itu telah “melahirkan” makna-makna
gramatikal.
1.6.4.9 Pengembangan Istilah
Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru
adalah dengan memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan
memberi makna baru dengan menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan,
maupun memberi arti baru sama sekali.

1.6.5

Proses Morfologis
M. Ramlan menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat empat

proses morfologis (1980: 28) yaitu :
1.6.5.1 Proses Pembubuhan Afiks
Proses pembubuhan afiks atau afiksasi merupakan proses pembentukan
kata dengan membubuhkan bubuhan, dan kata yang dibentuk dengan proses ini
disebut kata berafiks.
1.6.5.2 Proses Pengulangan
Proses pengulangan atau reduplikasi merupakan proses pembentukan kata
dengan pengulangan, dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata ulang.
1.6.5.3 Proses Pemajemukan
Proses pemajemukan merupakan proses pembentukan kata dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

penggabungan, dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata majemuk.
1.6.5.4 Proses Perubahan Zero
Proses perubahan zero hanya meliputi sejumlah kata yang amat terbatas
jumlahnya, semuanya termasuk golongan kata kerja bentuk aktif.

1.6.6 Perincian Nilai Rasa
Menurut Slametmuljana (1964: 41), nilai rasa sebagai anasir subjektif
pemakai bahasa membayangkan.
1.6.6.1 Perasaan
Yang dimaksud dengan perasaan disini ialah gerak hati pemakai bahasa
yang menyertai kata yang digunakan.Dalam bidang ini termasuk rasa marah, belas
kasihan, takut, puas, gembira, dan sebagainya.
1.6.6.2 Penilaian
Perasaan simpati dan atipati pada hakekatnya adalah penilaian pemakai bahasa
terhadap barang sesuatu. Jika kita mendengar kata jagoan, kita menilai
keberanian; peristiwa ini diterima baik oleh yang menilai. Berbeda dengan kata
pengecut, kata ini membangkitkan rasa antipati.

1.6.7

Abreviasi
Dalam buku Kridalaksana (1989: 159), abreviasi adalah proses

penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga
jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain abreviasi ialah pemendekan,
sedang hasil prosesnya disebut kependekan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

1.6.7.1 Klasifikasi Bentuk Kependekan
1.6.7.1.1 Pemakaian Bentuk Kependekan
Pemakai bahasa Indonesia menyimpan beratus-ratus bentuk kependekan
dalam

pembendaharaan

katanya

tanpa

memperhatikan

sistematik

pembentukannya maupun melihat hubungan antara bentuk kependekan dan
kepanjangannya. Bentuk kependekan sering berasosiasi dengan kata atau frase
penuh lain karena pemakai bahasa ingin membentuk kependekan yang mirip
sekurang-kurangnya dalam bunyi dengan bentuk lain supaya maknanya mirip.

1.6.7.1.2 Jenis-jenis Kependekan
1.6.7.1.2.1 Singkatan
Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf
atau gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf, seperti :
FSUI : Fakultas Sastra Universitas Indonesia
DKI

: Daerah Khusus Ibukota

KKN : Kuliah Kerja nyata
Maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti :
Dll

: dan lain-lain

Dng

: dengan

Dst

: dan seterusnya

1.6.7.1.2.2 Penggalan
Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian
dari leksem, seperti :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

Prof

: Profesor

Bu

: Ibu

Pak

: Bapak

1.6.7.1.2.3 Akronim
Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku
kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit
banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti :
FKIP : /efkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
ABRI : /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
AMPI : /ampi/ dan bukan /a/, /em/, /pe/, /i

1.6.7.1.2.4 Kontraksi
Kotraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau
gabungan leksem, seperti :
Tak

dari tidak

Takkan

dari tidak akan

Sendratari

dari seni drama dan tari

Berdikari

dari berdiri diatas kaki sendiri

Rudal

dari peluru Kendal

1.6.7.1.2.5 Lambang huruf
Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf
atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, atau unsur seperti

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

g

gram

cm

sentimeter

Au

Aurum

Bentuk ini disebut lambang karena dalam perkembangannya tidak dirasakan lagi
asosiasi linguistik antara bentuk itu dengan kepanjangannya.

1.6.7.2 Klasifikasi bentuk-bentuk kependekan
1.6.7.2.1 Singkatan
Bentuk singkatan terjadi karena proses-proses berikut :
1.6.7.2.1.1 Pengekalan huruf pertama tiap komponen
A

= agama

AA

= Asia, Afrika, Ayah Angkat

GWR = Gerakan Wisata Remaja

1.6.7.2.1.2 Pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi,
reduplikasi dan preposisi, artikulasi dan kata
ABKJ

= Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang

BASUKI

= Badan Asuhan Sekolah dan Usaha Kebudayaan Indonesia

RTF

= Radio, televise, dan Film

1.6.7.2.1.3 Pengekalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang
D3

= Dinas Dermawan Darah

BBN-A3

= Bea Balik Nama Alat Angkutan Air

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

FP4MI

= Front Permusyawaratan Perjuangan Pemuda Pelajar Mahasiswa
Islam

1.6.7.2.1.4 Pengekalan dua huruf pertama dari kata
Aj

= ajudan

Ka

= karet, Kalimantan

Ny

= nyonya

1.6.7.2.1.5 Pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata
Acc

= accord

Ins

= instruksi, insurance, inspektur

Okt

= Oktober

1.6.7.2.1.6 Pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata
Purn

= purnawiraman

Sekt

= sekretaris

Sept

= September

1.6.7.2.1.7 Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir kata
BA

= bintara

Fa

= firma

jo

= juncto

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

1.6.7.2.1.8 Pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga
Bb

= bijblad

Gn

= gunung

1.6.7.2.1.9 Pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama
dan huruf pertama dari suku kata kedua
Kpt

= kapten

Red

= redaksi

Top

= topografi

1.6.7.2.1.10 Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata
kedua dari gabungan kata
a.d.

= antedium

VW

= Volkswagen

1.6.7.2.1.11 Pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata
Sei

= sungai

1.6.7.2.1.12 Pengekalan dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf
pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata
Swt

= swatantra

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

1.6.7.2.1.13 Pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf
pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata
Bdg

= Bandung

Tgl

= tanggal

Ttg

= tentang

1.6.7.2.1.14 Pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata
Hlm

= halaman

Ttg

= tertanggal

1.6.7.2.1.15 Pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata
DO

= depot

1.6.7.2.1.16 Pengekalan huruf yang tidak beraturan
Mgr

= monseigneur

KMD

= komandan

Jar

= kepenjaraan

Hat

= kejahatan

1.6.7.2.2 Akronim dan Kontraksi
Sub klasifikasi kontraksi lebih sukar ditentukan daripada sub klasifikasi
singkatan, penggalan, atau lambang huruf karena kaedahnya sukar diramalkan.
Dengan akronim juga sulit dibedakan. Sebagai pegangan dapat ditentukan bahwa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

bila seluruh kependekan itu dilafalkan sebagai wajar, kependekan itu merupakan
akronim. Disinilah letak tumpang tindih kontraksi dan akronim. Sebagai garis
besar kontraksi mempunyai sub klasifikasi sebagai berikut :
1.6.7.2.2.1 Pengekalan suku pertama dari tiap komponen
Nalo

= Naional Lotere

Penjas

= pendidikan jasmani

Komdis

= Komando Distrik

1.6.7.2.2.2 Pengekalan suku pertama komponen pertama dan pengekalan
kata seutuhnya
Banstir

= banting stir

Angair

= angkutan air

1.6.7.2.2.3 Pengekalan suku kata tereakhir dari tiap komponen
Lisin

= ahli mesin

Menwa

= resimen mahasiswa

Rogasar

= Biro Harga Pasar

1.6.7.2.2.4 Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua
serta huruf pertama dari komponen selanjutnya
Gapani

= Gabungan Pengusaha Apotik Nasional Indonesia

Himpa

= Himpunan Peternak Ayam

Markoak

= Markas Komando Angkatan Kepolisian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

1.6.7.2.2.5 Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua
serta huruf pertama dari komponen selanjutnya
Anpuda

= Andalan Pusat dan Daerah

1.6.7.2.2.6 Pengekalan huruf pertama tiap komponen
KONI

= Komite Olahraga Nasional Indonesia

LEN

= Lembaga Elektronika Nasional

LIK

= Lembaga Inventarisasi Kehutanan

Catatan: bertumpang tindih dengan singkatan

1.6.7.2.2.7 Pengekalan huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan
dua huruf pertama komponen terakhir
Aika

= Arsitek Insinyur Karya

Aipda

= Ajun Inspektur Polisi Dua

1.6.7.2.2.8 Pengekalan dua huruf pertama tiap komponen
Unud

= Universitas Udayana

Bapefi

= Badan Penyalur Film

1.6.7.2.2.9 Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen
Komrad

= komunikasi radio

Komwil

= komando wilayah

Puslat

= pusat latihan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

Banser

= bantuan serbaguna

1.6.7.2.2.10 Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga
huruf pertama komponen kedua disertai pelesapan konjungsi
Abnon

= abang dan none (Jkt)

1.6.7.2.2.11 Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga
serta pengekalan tiga huruf pertama komponen kedua
Nekolim

= Neokolonialis, Kolonialis, Imperialis

Odmilti

= Oditur Militer Tinggi

1.6.7.2.2.12 Pengekalan tiga huruf pertama komponnen pertama dan ketiga
serta pengekalan huruf pertama komponen kedua
Nasakom

= Nasionalis, Agama, Komunis

Nasasos

= Nasionalisme, Agama, Sosialisme

1.6.7.2.2.13 Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen serta pelesapan
konjungsi
Falsos

= Falsafal dan Sosial

1.6.7.2.2.14 Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga
huruf pertama komponen kedua
Fahuk

= fakultas hukum

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

Jabar

= Jawa Barat

Aftim

= Afrika Timur

1.6.7.2.2.15 Pengekalan empat huruf pertama tiap komponen disertai
pelesapan konjungsi
Agitprop

= agitasi dan propaganda

1.6.7.2.2.16 Pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang sukar
dirumuskan
Akaba

= Akademi Perbankan

Agipoleksos

= Agama, Ideologi, Politik, Ekonomi, dan Sosial

Urildiadj

= Urusan Moril Direktorat Ajudan Jedral

1.6.7.2.3 Penggalan
Penggalan mempunyai beberapa sub klasifikasi sebagai berikut:
1.6.7.2.3.1 Penggalan suku kata pertama dari suatu kata
Dok

= dokter

Sus

= suster (aslinya: Zuster)

1.6.7.2.3.2 Pengekalan suku terakhir suatu kata
Pak

= Bapak (kata sapaan)

Ti

= Tuti (nama diri)

Yah

= wilayah

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

1.6.7.2.3.3 Pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata
Bag

= bagian

Dir

= direktur

Fak

= fakultas

1.6.7.2.3.4 Pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata
Brig

= brigade

Sept

= September

Viet

= Vietnam

1.6.7.2.3.5 Pengekalan kata terakhir dari suatu frase
Ekspres

kereta api ekspres

Harian

surat kabar harian

Kawat

surat kawat

1,6.7.2.3.6 Pelesapan sebagian kata
Apabila

pabila

Kena apa

kenapa

Tidak akan

takkan

1.6.7.3 Penggabungan atas kependekan
Proses penggabungan bentuk-bentuk kependekan dapat terjadi antara dua
bentuk kependekan atau lebih, bahkan sebuah kalimat pun dapat terjadi dari

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

kependekan-kependekan
a. singkatan

+

singkatan

: RT RW

b. singkatan

+

akronim

: HUT RI

c. penggalan

+

penggalan

: Kabag Kalab

d. akronim

+

akronim

: BAPEPDA JABAR

penggalan

+

e. singkatan

+

akronim

-

kalimat:

RUU Ormas lih. hlm.

1.6.7.4 Pelesapan atas kependekan\
Proses pelesapan yang dapat terjadi pada kependekan ialah :
a. Pelesapan huruf
Lurgi

= luar negeri

Klompen

= kelompok pendengar

Ifgaba

= infanteri gaya baru

b. Pelesapan suku kata
Gatra

= gabungan tentara

Gestok

= Gerakan satu Oktober

c. Pelesapan kata
Gabis

= Gabungan Pengusaha Bioskop

Gakass

= Gsbungsn Pertanian Ksret Sumatra Selatan

d. Pelesapan afiks
KOTI

= Komando Operasi Tertinggi

e. Pelesapan konjungsi, preposisi, partikel atau reduplikasi

Ttg.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

Porakh

= Pekan Olahraga Kesenian dan Hiburan

DGI

= Dewan Gereja-gereja di Indonesia

MAWI

= Majelis Agung para Wali Gereja Indonesia

1.6.7.5 Penyingkatan atas kependekan
Proses penyingkatan dapat terjadi dalam kependekan, sehingga ada
penyingkatan dalam singkstsn. Contoh :
AMD

= ABRI masuk desa

1.7 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tiga tahap strategis, yaitu: tahap
pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.
Berikut diuraikan masing-masing tahap penelitian tersebut.
1.7.1 Tahap Pengumpulan Data
Data diperoleh dari media massa cetak yaitu majalah GADIS edisi 16-18.
Cosmogirl edisi Januari-Maret, dan informan. Dalam penelitian ini akan
digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2005:
90). Dalam penelitian ini dilakukan penyimakan terhadap pembentukan kata tidak
baku dan nilai rasa pada kata tidak baku. Teknik lanjutan dari metode simak
dalam penelitian ini yaitu teknik simak bebas libat cakap karena penulis hanya
berkedudukan sebagai pemerhati terhadap calon data. Dalam teknik simak bebas
libat cakap digunakan teknik catat yaitu mencatat data yang diperoleh dengan alat
tulis atau kartu data. (Kesuma, 2007: 45)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

1.7.2 Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data ini, perbandingan antara bentuk bahasa baku
dengan bentuk bahasa tidak baku menggunakan metode agih. Metode agih
merupakan metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan
bagian dari bahasa yang diteliti (Kesuma, 2007: 54). Teknik lanjutan yang
digunakan yaitu teknik ganti. Teknik ganti biasa disebut dengan istilah (teknik)
distribusi adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaan
tertentu di dalam suatu kontruksi dengan kesatuan kebahasaan yang lain di luar
kontruksi bersangkutan (Verhaar 1981: 108). Dalam penelitian ini, teknik ganti
digunakan untuk membandingkan kata-kata bahasa baku dan tidak baku dalam
media massa cetak yaitu majalah GADIS dan Cosmogirl.

1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dan dianalisis, disajikan dengan metode
informal. Hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data
dengan menggunakan kata-kata biasa sehingga apabila dibaca langsung dapat
dipahami (Kesuma, 2007: 71)

1.8

Sistematika Penyajian
Laporan hasil penelitian ini terdiri dari empat bab,yaitu:
Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan perihal latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

Bab II berisi uraian mengenai pembentukan kata tidak baku dalam bahasa
Indonesia.
Bab III memaparkan nilai rasa yang terjadi pada kata tidak baku dalam
bahasa Indonesia.
Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah
kesimpulan tentang proses pembentukan kata tidak baku dan nilai rasa yang
terjadi pada kata tidak baku dalam bahasa Indonesia . Saran yang dimaksud adalah
agar penelitian dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan juga untuk para
peneliti yang akan meneliti mengenai kata tidak baku dapat dikaji dari konteks
yang berbeda.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PEMBENTUKAN KATA TIDAK BAKU
DALAM BAHASA INDONESIA

2.1 Pengantar
Pada masa sekarang ini, masyarakat banyak menggunakan bahasa tidak
baku untuk berkomunikasi. Bahasa tidak baku sebenarnya sudah banyak
digunakan pada zaman dahulu. Masyarakat menggunakan bahasa tidak baku
karena bahasa tidak baku mudah untuk berkomunikasi. Kemudahan dalam
pemakaian bahasa tidak baku ini juga karena dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Pembentukan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia dapat berupa pemendekan,
singkatan, penggunaan dari serapan bahasa asing, penggunaan istilah lain,
pengaruh bahasa lisan, penghilangan bunyi, penggantian diftong „au‟ dengan „o‟
dan „ai‟ dengan „e‟, dan pembentukan berupa baster.

2.2 Proses Pembentukan Kata Tidak Baku
2.2.1 Pemendekan
Berikut proses pembentukan kata tidak baku yang penulis dapatkan yaitu
berupa pemendekan yang terdiri dari akronim dan singkatan.
2.2.1.1 Akronim
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 21), akronim
mempunyai arti „kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar‟. Pembentukan
kata tidak baku berupa akronim terdapat beberapa macam.
2.2.1.1.1

Akronim yang Berupa Penggalan

(5) Baca juga pengalaman liburan para seleb dalam dan luar negeri yang
membagi cerita serunya buat kamu.
(Gadis, edisi 16, hal 10)
(6) Takutnya aku nggak konsen belajar gara-gara baca majalah. (Gadis,
edisi 16, hal 12)
Kata seleb dan konsen mengalami pemenggalan. Kata seleb pada contoh
(5) sering digunakan karena orang sudah terbiasa menyingkat kata selebriti
menjadi seleb agar terlihat lebih santai dan juga agar terlihat tidak begitu „wah‟.
Selain itu kata konsen pada contoh (6) mengalami penghilangan bunyi sebagian
dikarenakan kata konsen akan terlihat tidak kaku jika dikatakan, sedangkan jika
menggunakan kata konsentrasi terlihat kaku dalam konteks contoh (6) sehingga
menjadi kurang enak didengarnya.

2.2.1.1.2 Akronim yang Berupa Pengekalan Suku Pertama dari Tiap
Komponen
(7) Di Rubrik, eh tau nggak bahas tentang ciri-ciri anak alay dong.
(Gadis, edisi 16, hal 12)
(8) Gadis buat NonBar (Nonton Bareng) di Medan dong.
(Gadis, edisi 16, hal 12)
(9) Tidak ada si mbak yang bersedia menyiapkan segala sesuatu atau ortu
yang memanjakanmu.
(CosmoGirl, edisi Januari)
(10) Cowok adalah tempat curhat yang aman karena mereka tidak suka
gosip.
(CosmoGirl, edisi Februari)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

Kata alay pada contoh (7) merupakan pemendekan yang diambil dari
kata anak dan layangan. Alay sendiri diambil dari huruf pertama kata anak dan
bunyi kata pertama dari layangan. Alay kependekan dari anak layangan yang
berarti dapat diibaratkan seperti anak layangan yang suka berlari-lari mengejar
atau menaikkan layangan di bawah terik matahari dan biasanya rambut akan
menjadi merah kecoklatan. Akibat rambut yang merah kecoklatan itulah orang
yang melihat menjadi aneh sekali. Di masa sekarang ini alay sendiri agak sedikit
bergeser karena orang yang dikatakan alay tidak hanya orang yang rambutnya
merah kecoklatan tetapi orang yang suka melakukan tindakan yang berlebihan
juga disebut alay. Kata alay muncul bermula dari anak remaja lalu merambah di
kalangan orang dewasa.
Kata nonbar pada contoh (8) mengalami pemendekan dari tiga huruf
pertama dari suku kata pertama yaitu „nonton‟ dan tiga huruf pertama dari suku
kata kedua yaitu „bareng‟. Nonbar jika digunakan lebih praktis dibanding harus
mengatakan nonton bareng. Kata ortu pada contoh (9) mengalami pemendekan
dari dua huruf pertama dari suku kata pertama „orang‟ dan dua huruf pertama dari
suku kata kedua „tua‟.
Pada contoh (10) kata curhat merupakan pemendekan yang diambil dari
tiga huruf pertama dari suku kata pertama „curahan‟ dan tiga huruf pertama dari
suku kata kedua „hati‟. Kata curhat dapat diartikan sebagai bercerita segala isi
hati kepada teman atau saudara agar beban yang ditanggung dapat dibagikan
kepada orang lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

2.2.1.1.3

Akronim

yang

Berupa

Pengekalan

Tiga

Huruf

Pertama

Komponen Pertama dan Dua Huruf Pertama Komponen Kedua
(11) Akhirnya, BB jadi lemot dan cepat rusak.
(CosmoGirl, edisi Januari)

Kata lemot pada contoh (11)