DEFORMASI FLORA DAN FAUNA DALAM MOTIF BATIK PADA PEMBELAJARAN SENI BUDAYA KELAS VIIIC SMPN 1 TURI.

DEFORMASI FLORA DAN FAUNA DALAM MOTIF BATIK
PADA PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
KELAS VIIIC SMPN 1 TURI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Zuliva Dwi Azizah
NIM 11206241014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MEI 2015

PERSETT}JUAI\I


Slaipsi yang horjudul"Defurma*i Flora dan Faarw dalmt Mottf Baik
pada P'emibeWwan &ni Bt@a
Kelas I4II SMP Negert I Tari"' iai telah disetujui
oleh pwlbtmbing untuk diujikan.

Yograkartu 30 April 2015

Dr. I{ajar Pamadhi M.A (Hons}.
NIP 19540722 198103 1003

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama

: Zuliva Dwi Azizah

NIM


: 11206241014

Progam Studi

: Pendidikan Seni Rupa

Fakultas

: Bahasa dan Seni

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Yogyakarta

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah pekerjaan saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis
orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan
mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lain.
Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya.


Yogyakarta, 30 April 2015
Penulis

Zuliva Dwi Azizah

iv

MOTO
Jadilah seperti lilin putih yang rela membakar dirinya untuk menyinari kegelapan
yang ada di sekitarnya
Ibunda (Srinatun)
Bacalah ayat-ayat Allah karena di dalamnya mengandung banyak ilmu
(KH. Anwar Zahid).
Kunci untuk mencapai impian, adalah harapan positif yang selalu ditanamkan
(Tangguh Okta W).

v

PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang melimpah kepada saya kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Ibunda Srinatun dan kakakku Nike Nur Fitriana yang tercinta. Terima
kasih atas doa restu yang tiada ujung yang selalu mengiringi langkahku. Terima
kasih atas perjuangan Ibunda, dan aku yakin perjuangan Ibunda yang paling besar
dalam proses belajarku, engkaulah semangat belajarku.

vi

KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah daripada ungkapan rasa syukur kepada Allah
SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Deformasi Flora Dan Fauna dalam Motif Batik pada
Pembelajaran Seni Budaya Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Turi” untuk memenuhi
sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana. Tanpa pertolongan Ya
Rosyiid yang telah menganugerahkan kecerdasan berpikir kepada hamba-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Tidak lupa sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan nabi agung
Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari berbagai pihak.

Saya menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Ibu selaku orang tua yang
telah membimbing dengan penuh kasih sayang. Ibu yang selalu bangun lebih awal
dan tidur paling akhir untuk membahagiakan anak-anaknya. Ibu dan Kakakku
yang senantiasa selalu mendukung saya dalam berjibaku mengarungi samudra
ilmu.
Rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya saya sampaikan
kepada bapak Dr. Hajar Pamadhi, M.A (Hons), selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan selama penyusunan skripsi.
Dosen pembimbing akademik, Bapak Drs. Mardiyatmo, M.Pd., yang selama saya
menempuh kuliah selalu memberikan pengarahan dan nasihat kepada saya. Bapak
dan Ibu dosen di Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS UNY yang telah
memberikan banyak pengetahuan dan ilmu sebagai bekal kehidupan. Saya
ucapkan terimakasih juga kepada jajaran birokrat kampus, Bapak Rektor UNY,
Dekan FBS, dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa yang telah memberikan
berbagai kesempatan dan kemudahan bagi saya.
Terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada Kepala SMPN 1 Turi,
yang telah memberikan izin penelitian. Bapak Riyanto, S,Pd. selaku guru Seni
Budaya di SMP Negeri 1 Turi yang telah memberikan arahan, kritik dan saran
serta kerja sama dengan sangat baik selama penelitian skripsi berlangsung. Peserta
vii


didik SMP Negeri 1 Turi khususnya kelas VIIIC yang telah bekerja sama dalam
penelitian ini. Guru-guru saya di TK Kusuma Mulia Glatik-Cerme, SDN Cerme
01, SMPN 2 Grogol, SMAN 1 Grogol -Kediri, terima kasih atas limpahan ilmu
yang telah engkau berikan, hanya Allah SWT yang sanggup membalasnya.
Terima kasih pula untuk keluarga baru saya di perantauan, kos Samirono Ct VI
yang telah memberikan dukungan selama saya menyusun skripsi. Teman-teman
seperjuangan PSR 2011 khususnya kelas A 2011. Kelas yang sangat
membanggakan. Sahabatku di Komunitas Belajar Bersama, berkat kalianlah
mimpi-mimpi dan semangat ini tumbuh, terimakasih sebentar lagi sebagian mimpi
kita dulu akan terwujud. Serta kepada semua Dewan Penguji dan semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir Skripsi, yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i dengan
kebaikan. Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada para pembaca
yang sudah berkenan membaca skripsi ini. Kritik dan saran saya tunggu demi
sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
generasi penerus bangsa semuanya.


Yogyakarta, 30 April 2015
Penulis,

Zuliva Dwi Azizah

viii

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ........................................................................................

i

PERSETUJUAN ...........................................................................................

ii

PENGESAHAN ............................................................................................

iii


PERNYATAAN .............................................................................................

iv

MOTO ............................................................................................................

v

PERSEMBAHAN .........................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................

vii

DAFTAR ISI .................................................................................................

ix


DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xii

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xvi

ABSTRAK .....................................................................................................

xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................


1

B. Fokus Masalah .............................................................................

5

D. Tujuan Penelitian..........................................................................

6

E. Manfaat Penelitian .......................................................................

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deformasi .....................................................................................

8

B. Tahap-tahap Pembelajaran dengan Teknik Deformasi ................


9

C. Bentuk dan Gaya ..........................................................................

12

1. Naturalis....................................... ...........................................

12

2. Stasis ........................................................................................

12

3. Distorsi ....................................................................................

12

4. Dinamis....................................................................................

13

5. Dekoratif .................................................................................

13

6. Stilasi .......................................................................................

14

ix

Halaman
D. Motif Batik ....................................................................................

15

1. Arah Pola .................................................................................

17

2. Pola ..........................................................................................

17

a. Unsur-unsur Pola Batik........................................................

17

1. Motif Utama ..................................................................

17

2. Motif Pengisi ..................................................................

18

3. Isen-isen .........................................................................

18

4. Motif Pinggiran ..............................................................

19

3. Desain ......................................................................................

20

a. Ornamen ..................................................................................

20

E. Flora dan Fauna ............................................................................

21

F. Menggambar ................................................................................

21

G. Menggambar Motif Batik .............................................................

23

H. Kerangka Berfikir .........................................................................

23

BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................

24

B. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................

25

C. Subjek dan Objek Penelitian ...........................................................

25

D. Data dan Sumber Data ...................................................................

25

E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................

26

1. Observasi ....................................................................................

26

2. Wawancara .................................................................................

26

3. Dokumentasi ...............................................................................

27

F. Instrumen ........................................................................................

28

G. Teknik Analisis Data .......................................................................

29

1.Seleksi..........................................................................................

29

2. Klasifikas ....................................................................................

30

3. Verifikas .....................................................................................

30

4. Kesimpulan .................................................................................

30

x

Halaman
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................

30

I. Analisis Data ...................................................................................

31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pembelajaran Menggambar Motif Batik
Sebelum Menggunakan Teknik Deformasi…………………….

34

B. Aktifitas Pembelajaran Menggambar dengan Teknik Flora
dan Fauna dalam Menggambar Motif Batik pada Kelas ...............

37

C. Seleksi Karya dan Pengelompokan Hasil Karya Siswa Kelas
VIII SMPN 1 Turi Berdasarkan Warna dan Bentuk.......................

41

D. Deskrisi dan Pembahasan Gambar Motif Batik Siswa Kelas
VIII SMPN 1 Turi ...........................................................................

57

E. Pengaruh Teknik Deformasi Bentuk Terhadap Hasil
Menggambar Motif Batik Siswa .....................................................

92

F. Keunggualan dan Kelemahan Teknik Deformasi Bentuk Flora
dan Fauna pada Pembelajaran Menggambar Motif Batik ..............

93

1. Keunggulan ........................................................................

93

2. Kelemahan ..........................................................................

94

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................

95

B. Implikasi ........................................................................................

95

C.

Saran ..............................................................................................

95

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

97

LAMPIRAN ..................................................................................................

99

xi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1

: Proses Deformasi Ikan dalam Motif Batik....................

11

Gambar 2

: Contoh Gambar Stilasi Motif Ikan ...............................

15

Gambar 3

: Proses dan Analisis Data Menggunakan Model
Michel Huberman Skema Triangunal Data…............

32

Gambar 4

: Skema Triangunal Data……………………………….

33

Gambar 5

: Kondisi Awal KBM Menggambar Motif Batik………

35

Gambar 6

: Hasil Gambar Motif Batik Kelas VIIIC pada
Kondisi Awal Pembelajaran…………………............

Gambar 7

: Kondisi KBM Menggambar Motif Batik dengan
Teknik Deformasi…………………………………..

Gambar 8

36

38

: Proses Kegiatan Diskusi dan Kegiatan Berimajinasi
Kelompok 5…………………………………………...

40

Gambar 9

: Karya 1………………………………………………..

57

Gambar 10

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 1………

58

Gambar 11

: Simbol Motif Deformasi Bunga Teratai dan Sulur
dalam Karya 1…………………………………….......

59

Gambar 12

: Simbol Motif Deformasi Fauna dalam Karya 1………

60

Gambar 13

: Karya 2………………………………………………

61

Gambar 14

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi 2.......................

62

Gambar 15

: Simbol Motif Deformasi Flora dalam Karya 2……….

62

Gambar 16

: Simbol Motif Deformasi Fauna dalam Karya 2………

63

Gambar 17

: Karya 3………………………………………………..

64

Gambar 18

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 3………

65

Gambar 19

: Simbol MotiBatik Flora yang dideformasi sebagai
Motif Tambahan dalam Karya 3…………………......

Gambar 20

: Simbol MotifBatik Fauna yang dideformasi sebagai
Motif Utama dalam Karya 3………………………….

Gambar 21

65

: Karya 4………………………………………………

xii

66
67

Halaman
Gambar 22

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 4………

Gambar 23

: Simbol Motif Batik Flora yang Dideformasi sebagai
Motif Tambahan dalam Karya 4……………………

Gambar 24

68

69

: Simbol Motif Batik Fauna yang Dideformasi sebagai
Motif Utama dari Karya 4…………………………….

69

Gambar 25

: Karya 5………………………………………………..

70

Gambar 26

: Simbol Motif Batik yang dideformasi Karya 5……….

71

Gambar 27 : Simbol Motif Batik Flora yang Dideformasi sebagai
Motif Tambahan dari dalam Karya 5…………………
Gambar 28

71

: Simbol Motif Batik Fauna yang Dideformasi sebagai
Motif Utama dari Karya 5…………….........................

72

Gambar 29

: Karya 6………………………………………………

73

Gambar 30

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 6…....

74

Gambar 31

: Simbol Motif Batik Flora yang Dideformasi sebagai
Motif Tambahan dalam Karya 6………………….......

Gambar 32

74

: Simbol Motif Batik Fauna yang Dideformasi sebagai
Motif Utama dari Karya 6………………….................

75

Gambar 33

: Karya 7………………………………………………..

75

Gambar 34

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 7………

76

Gambar 35

: Simbol Motif Batik Fauna yang Dideformasi sebagai
Motif Utama, dan Isen-Isen dari Karya 7……………..

77

Gambar 36

: Karya 8………………………………………………..

78

Gambar 37

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 8…........

79

Gambar 38

: Simbol Motif Batik Flora yang Dideformasi sebagai
Motif Tambahan dalam Karya 8………………….......

Gambar 39

79

: Simbol Motif Batik Fauna yang Dideformasi sebagai
Motif Utama dari Karya 8………………………….....

80

Gambar 40

: Karya 9………………………………………………..

81

Gambar 41

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 9…........

82

xiii

Halaman
Gambar 43

: Simbol Motif Batik Fauna dan Isen-Isen

yang

dideformasi sebagai Motif Tambahan dalam
Karya 9………………………………………..............

82

Gambar 44

: Karya 10…………………………………………….

84

Gambar 45

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 10…..

85

Gambar 46

: Simbol Motif Batik Flora yang Dideformasi sebagai
Motif Tambahan dalam Karya 10…………………….

Gambar 47

85

: Simbol Motif Batik Fauna yang Dideformasi sebagai
Motif Utama, dan Isen-Isen dari Karya 10…………....

86

Gambar 48

: Karya 11………………………………………………

86

Gambar 49

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 11……..

87

Gambar 50

: Simbol Motif Batik Flora dan Isen-Isen yang
Dideformasi sebagai Motif Tambahan dalam
Karya 11………………………………………………

Gambar 51

88

: Simbol Motif Batik Fauna yang Dideformasi sebagai
Motif Utama, dan Isen-Isen dari Karya 11……………

88

Gambar 52

: Karya 12………………………………………............

89

Gambar 53

: Simbol Motif Batik yang Dideformasi Karya 12……..

90

Gambar 54

: Simbol Motif Batik Flora dan Isen-Isen yang
Dideformasi sebagai Motif Tambahan dalam
Karya 12………………………………………………

Gambar 55

91

: Simbol Motif Batik Fauna yang Dideformasi sebagai
Motif Utama, dan Isen-Isen dari Karya 12……………

xiv

91

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Pedoman Wawancara dengan Guru ................................................

27

Tabel 2: Pedoman Wawancara dengan Siswa ...............................................

27

Tabel 3: Instrumen Penelitian .......................................................................

29

Tabel 4: Seleksi Hasil Karya Siswa ..............................................................

41

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Profil SMP Negeri 1 Turi. ........................................................

99

Lampiran 2: SK-KD ......................................................................................

102

Lampiran 3: Silabus ......................................................................................

104

Lampiran 4: RPP ...........................................................................................

110

Lampiran 5: Hasil Wawancara Penelitian .....................................................

119

Lampiran 6: Dokumentasi Penelitian ...........................................................

128

Lampiran 7: Hasil Karya Siswa ....................................................................

131

Lampiran 8: Surat Ijin Penelitian ..................................................................

137

xvi

DEFORMASI FLORA DAN FAUNA DALAM MOTIF BATIK
PADA PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
KELAS VIIIC SMPN 1 TURI
Oleh Zuliva Dwi Azizah
NIM 11206241014

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk, (1) Mendeskripsikan penerapan teknik
deformasi motif batik dalam pembelajaran menggambar pada siswa kelas VIIIC
SMP Negeri 1 Turi; (2) Mendiskripsikan pemahaman pengembangan
menggambar motif batik dengan menggunakan teknik deformasi pada pelajaran
seni budaya di kelas VIIIC SMP Negeri 1 Turi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC SMPN 1 Turi. Sementara objek penelitian
adalah pemahaman pengembangan menggambar motif batik dengan
menggunakan teknik deformasi pada pelajaran Seni Budaya di kelas VIIIC SMP
Negeri 1 Turi. Penelitian difokuskan pada 12 karya siswa yang dipilih dari hasil
penyeleksian karya yang sesuai dengan teknik deformasi bentuk flora dan fauna
dalam gambar siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Turi. Data dianalisis secara
deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan dan membahas motif bentuk dan
warna melalui teknik deformasi dalam gambar siswa kelas VIIIC SMPN 1 Turi,
lalu dibandingkan hasil wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan siswa.
Keabsahan data diperoleh melalui wawancara triangulasi partisipan aktif dengan
guru kelas VIIIC SMPN 1 Turi.
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa: motif bentuk
yang digambarkan oleh siswa dalam gambar batik melalui teknik deformasi
mewakili objek tertentu dalam lingkungan sesuai dengan pengamatan siswa,
sehingga mampu menciptakan gambar motif batik yang kreatif sesuai dengan
pengembangan sumber ide yang dimiliki. Penerapan teknik deformasi flora dan
fauna dalam motif batik siswa dapat memahami pengembangan menggambar
motif batik. Hal tersebut dibuktikan dengan karya siswa yang dapat mendeformasi
bentuk realis menjadi bentuk dekoratif. Teknik deformasi membuat siswa mampu
menggembangkan motif batik. Hal tersebut ditunjukkan siswa mampu mengubah
bentuk flora dan fauna menjadi motif batik.
.
Kata Kunci: Deformasi, Batik, Deskriptif Kualitatif

xvii

BAB I
PENDAHULUAN

a.

Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (SNP). Peraturan pemerintah tersebut
mengamanatkan bahwa muatan seni budaya dan keterampilan tidak hanya
terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek
kehidupan. Mata pelajaran Seni Budaya aspek budaya tidak dibahas secara
tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya
pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.
Yogyakarta merupakan salah satu daerah perbatikan yang cukup penting di
Indonesia. Kegiatan membatik sudah sejak dahulu dikenal di daerah ini, dan
dalam perkembangannya akhir-akhir ini batik menunjukkan gejala dan kemajuan
yang cukup menggembirakan, terlebih lagi setelah batik diakui sebagai salah satu
World Heritage oleh UNESCO pada tahun 2009. Diakuinya batik Indonesia oleh
badan internasional, maka konsekuensinya bagi kita adalah turut menjaga,
melestarikan, dan mengembangkannya. Batik selalu mengalami perkembangan,
namun dirasa belum maksimal. Pelaku industri batik dalam memproduksi batik
masih menggunakan desain yang belum kompetitif. Desain yang diproduksi
cenderung monoton dan masih banyak yang mengacu pada motif-motif klasik.
Langkah paling strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi agar produk batik
tetap diminati pasar dan dapat bersaing di era global adalah dengan menciptakan

1

2

motif batik baru yang unik, kreatif, dan inovatif berbasis seni budaya lokal yang
dimiliki daerah Yogyakarta sendiri.
Menggambar motif batik merupakan langkah awal dalam membatik,
termasuk katagori seni rupa dua dimensional yang tidak lepas dari karakteristik
bentuk, meliputi: ornamen motif (ornamen utama dan ornamen pengisi), isen
motif (berupa titik, garis, gabungan titik dan garis), dan warna. Menggambar
motif batik harus memperhatikan unsur -unsur pokok seni rupa yaitu garis, warna,
dan bidang (space). Unsur-unsur seni rupa tersebut harus disusun secara
harmonis, agar menghasilkan gambar motif batik yang indah dan kreatif. Sewan
Susanto (1981:4) mengatakan bahwa ”Sebagai ciri umum keindahan adalah jika
suatu karya seni diamati secara utuh terjadi kelancaran pandangan, tidak terdapat
suatu ganjalan atau sesuatu yang keluar dari keseimbangan maupun ritme”.
Menggambar motif batik merupakan salah satu materi yang diajarkan pada
mata pelajaran Seni Budaya di kelas VIIIC SMP Negeri 1 Turi. SMP Negeri 1
Turi yang beralamat Desa Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta merupakan
Sekolah Standar Nasional. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal
dengan bapak Riyanto, S.Pd., selaku guru Seni Budaya di SMP Negeri 1 Turi
diperoleh data bahwa kelas VIIIC terdiri 4 kelas, setiap kelas 32 siswa. Sedangkan
mengenai nilai pelajaran batik, masih banyak nilai siswa yang belum memenuhi
standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Seni Budaya.Data
yang ada dilihat dari nilai rata-rata kelas menggambar motif batik siswa kelas
VIIIC tahun pelajaran 2014/2015yaitu 68 padahal standar KKM 76. Dilihat dari

3

nilai setiap siswa yang sudah memenuhi KKM sebanyak 9 siswa atau 25% dari
jumlah siswa.
Berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap hasil gambar motif batik
yang dihasilkan siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Turi kebanyakan masih belum
menerapkan unsur-unsur seni rupa (titik, warna, bidang, garis) dengan maksimal.
Siswa menggunakan warna terkesan asal-asalan sesuai selera masing-masing
tanpa mempertimbangkan motif batik yang digambar. Padahal warna merupakan
unsur seni rupa yang sangat dominan karena lebih cepat tertangkap oleh mata.
Siswa masih belum bisa memanfaatkan bidang, banyak bidang yang dibiarkan
kosong yang seharusnya bisa digambar dengan isen motif. Sesungguhnya,
semakin padat motif dalam menggambar batik maka semakin indah gambar yang
dihasilkan dengan memperhatikan ritme, variasi, titik pusat perhatian, dan
dominasi sehingga gambar yang dihasilkan menarik dan tidak membosankan
pandangan. Siswa menggunaan garis hanya sebagai batas bidang motif. Siswa
belum memanfaatkan garis sebagai isian pada sela-sela blok. Penggunaan garis
secara proporsional akan menghasilkan motif yang indah, sehingga menentukan
karakter motif secara keseluruhan. Selain itu, hasil gambar motif batik siswa
kurang kreatif, siswa hanya mencontoh gambar yang diberikan guru.
Pemahaman merupakan kemampuan seseorang dalam mengembangkan
potensi dirinya untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun
karya nyata, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada
yang berguna serta memberikan inspirasi untuk dikembangkan selanjutnya. Masih
banyak siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Turi yang masih kurang paham dan

4

kurang tertarik belajar mengajar menggambar motif batik. Salah satu
penyebabnya adalah dari (1) siswa; pola pikir siswa kurang kreatif dalam
menggambar motif batik, menggambar hanya memenuhi tugas, kurang percaya
diri, kurang motivasi baik motivasi dari dalam maupun dari luar, kurang referensi,
keterbatasan siswa dalam mengekspresikan idenya (2) Guru; menggunakan
metode ceramah dengan waktu penyampaian lama dan selama menyampaikan
materi guru berdiri di depan kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas yang
mana metode ini kurang menarik siswa, memberikan contoh motif batik dengan
cara langsung mengggambar di papan tulis tanpa memberi rangsangan kepada
siswa untuk berpendapat. Hasil dari metode yang dipakai guru, ada beberapa
siswa yang sudah paham akan pengembangan dalam menggambar motif yang di
stilasi, yaitu stilasi daun dan stilasi bunga. Gambar stilasi dibuat dengan cara
mengubah gambar yaitu dengan langkah menyederhanakan bentuk aslinya
menjadi bentuk gambar lain yang dikehendaki.
Berdasarkan Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggambar motif
batik, guru mencoba membangkitkan pemahaman siswa dalam pengembangan
menggambar motif batik dengan memberikan pendekatan secara langsung yaitu
memotivasi, menegur siswa yang tidak mau memperhatikan pelajaran, memberi
kesempatan untuk berkonsultasi, dan memberikan contoh gambar motif batik
dengan cara menggambar langsung di papan tulis sebagai bahan referensi siswa.
Guru belum menggunakan teknik ataupun metode yang dapat menoptimalkan
potensi siswa, untuk mengoptimalkan pemahaman siswa dalam menggambar
motif batik diperlukan teknik menggambar yang berpusat pada siswa. Teknik

5

yang lebih menekankan pada aktifitas belajar dan pemahaman untuk
menggembangkan motif batik, serta pengembangam daya imajinasi siswa untuk
berpikir lebih aktif dan kreatif. Salah satu teknik yang dapat digunakan guru
adalah dengan menerapkan teknik deformasi. Teknik deformasi mendorong siswa
dapat berpikir kreatif, imajinatif, reflektif tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasan pada saat yang tepat. Mencoba gagasan baru dan mendorong
siswa untuk memperoleh kepercayaan diri.
Teknik deformasi memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari
kesan selalu ada satu jawaban yang benar. Hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa konsep teknik deformasi menggambar merupakan cara pembentukan
pengetahuan yang tidak diterima secara pasif tetapi secara aktif dibangun dengan
daya nalar subyektif. Kelebihan pembelajaan teknik deformasi bentuk yaitu: (1)
mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2)
mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman
sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman
http://www.journalpranata.net, (diakses tanggal 28 Februari 2015). Menggunakan
teknik deformasi flora dan fauna dalam motif batik diharapkan agar siswa dapat
menumbuh kembangkan pemahaman siswa untuk menggembangkan motif batik
dan mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, muncul beberapa permasalahan yang
harus diselesaikan.Agar penelitian ini lebih fokus dan mendalam kajiannya.

6

Masalah dalam penelitian ini difokuskan pada pengenalan teknik deformasi dan
pemahaman penggembangan motif batik dengan menggunakan teknik deformasi
pada pembelajaran seni budaya di kelas VIIIC SMP Negeri 1 Turi.
C. Tujuan Penelitan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a.

Mendeskripsikan penerapan teknik deformasi motif batik dalam pembelajaran
menggambar pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Turi.

b. Mendiskripsikan pemahaman pengembangan menggambar motif batik dengan
menggunakan teknik deformasi pada pelajaran Seni Budaya di kelas VIIIC
SMP Negeri 1 Turi.
D. Manfaat Penelitian
1.

Secara Teoritis

a.

Penelitian ini dapat memberi informasi terhadap perkembangan pendidikan
khususnya dalam bidang perkembangan seni di SMP Negeri 1 Turi.

b.

Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru SMP Negeri 1 Turi untuk
meningkatkan proses pemahaman pembelajaran melalui teknik deformasi.

c.

Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS UNY, penelitian ini
dapat dijadikan sumber pengetahuan atau sebagai referensi pembelajaran
menggambar melalui teknik deformasi.

2.

Secara Praktis

a.

Bagi guru Seni Budaya di SMP Negeri 1 Turi, teknik deformasi menjadi
alternatif metode pembelajaran menggambar.

7

b.

Bagi siswa SMP Negeri 1 Turi, teknik deformasi ini merupakan cara yang
menarik dapat melatih aspek imajinasi, kognitif, dan kreativitas sehingga
pembelajaran menggambar motif batik dapat dilaksanakan dengan baik.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deformasi
Deformasi berasal dari bahasa Inggris de’form yang berarti mengubah
bentuk sehingga menjadi buruk. Form artinya bentuk, ujud (Sewan Susanto, 1980:
45). Istilah deformasi telah lazim di pakai oleh kalangan senirupawan yang kreatif
untuk tujuan seni. Namun hasil seni yang dekoratifisme bentuk dan motifnya
belum tentu buruk. Bahkan beberapa senirupawan mengatakan bahwa mengubah
bentuk itu untuk tujuan keindahan. Sebelum memahami tentang deformasi
haruslah dipahami terlebih dulu tentang bentuk. Bentuk adalah rupa, gambaran,
wujud atau yang bersifat indrawi yang kasat mata dan kasat rungu (Soedarso
2006: 129). Bentuk juga tidak bisa dilepaskan dengan gaya, keduanya merupakan
unsur yang saling berkaitan dalam dunia seni. Gaya atau sering disebut juga style
merupakan hal yang berhubungan dengan bentuk luar/fisik suatu karya seni
(Soedarso 2006: 129).

Dalam seni rupa juga terdapat elemen-elemen visual

seperti garis, bidang, bentuk, warna, gelap-terang, tekstur, yang merupakan katakata dalam bahasa visual seniman dan bersama teori penyusunan atau
pengorganisasiannya yaitu kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan irama
(rhythm) jadilah bahasa ekspresi untuk mengatakan isi hatinya (Soedarso. 2006:
128).
Deformasi juga merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada
mengubah bentuk objek dengan cara menggambarkan objek tersebut dengan
hanya sebagian yang dianggap mewakili, atau pengambilan unsur tertentu yang

8

9

mewakili karakter hasil interpretasi yang sifatnya sangat hakiki. Perubahan bentuk
semacam ini banyak dijumpai pada seni lukis moderen. Unsur-unsur yang
dihadirkan merupakan komposisi yang setiap komponennya menimbulkan getaran
karakter dari wujud ekspresi simbolis.
Mikke Susanto (2012: 98) menyatakan bahwa deformasi merupakan
perubahan bentuk yang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan seni, yang
sering terkesan sangat kuat/besar sehingga kadang-kadang tidak lagi berwujud
figure semula atau yang sebenarnya. Sehingga hal ini dapat memunculkan
figure/karakter baru yang lain dari sebelumnya. Adapun cara: simplifikasi
(penyederhanaan),

distorsi

(pembiasan),

distruksi

(perusakan),

stilisasi

(penggayaan), atau kombinasi di antara semua susunan bentuk (mix).

B. Tahap-Tahap Pembelajaran dengan Tenik Deformasi
Tahap yang digunakan dalam pembelajaran menggambar motif batik
dengan penerapan tenik deformasi meliputi empat tahapan yaitu:
1. Apersepsi: menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaanpertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.
2. Eksplorasi: Mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang
dipalajari, menggali menyelidiki dan menemukan konsep dapat melalui
manipulasi benda langsung.
3. Diskusi dan Penjelasan Konsep: Mengomunikasikan hasil penyelidikan dan
tamuannya, guru memfasilitasi dan memotivasi kelas.

10

4. Pengembangan dan Aplikasi: Pemberikan penekanan terhadap konsep-konsep
esensial, merumuskan kesimpulan dan menerapkan pemahaman konseptual
melalui pengerjaan tugas atau proyek.
Adapun menurut pendapat (Tritjahjo Danny Soesilo, 2014: 19) langkahlangkah pembelajaran menggambar motif batik dengan teknik deformasi untuk
merangsang pola pikir siswa sebagai upaya pemahaman pengembangan motif
batik adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan topik yaitu guru menerangkan bagian-bagian motif batik (ornamen
pokok, ornamen pengisi, dan isen-isen), merangsang siswa untuk ikut serta
dalam pembelajaran dengan memberi pertanyaan dan diminta untuk
berpendapat.
2. Pembagian kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai empat siswa.
3. Setiap kelompok kecil berdiskusi mengidentifikasi objek gambar untuk
menemukan ide-ide kreatif dengan alternatif kegiatan pemberikan contoh
gambar motif batik, kegiatan imajinasi, dan kegiatan berdiskusi.
4. Masing-masing siswa mengembangkan sumber ide untuk menghasilkan
gambar motif batik yang diinginkan.
5. Masing-masing siswa menggambar motif batik sesuai dengan pengembangan
sumber ide.

11

Berikut adalah proses menggambar dengan teknik deformasi fauna:

Contoh objek

Proses penyerhanaan dan pembiasaan bentuk

Proses penggayaan bentuk dan perusakan (stilasi, dan distruksi)

Proses kombinasi antara semua susunan bentuk (mix) menjadi motif batik
Gambar 1: Proses Deformasi Ikan dalam Motif Batik
Sumber: http://sen1budaya.blogspot.com

12

C. Gaya dan Bentuk
Gaya maupun style secara teoritis menurut Mikke Susanto (2012: 30)
adalah cara yang melahirkan sesuatu yang khas bagi penciptanya sebagaimana
dikemukakan rasa penciptaan. Kata bentuk dalam seni rupa diartikan sebagai
wujud atau gambaran yang terdapat di alam dan yang tampak nyata. Sebagai
unsur seni, bentuk hadir sebagai manifestasi fisik dari objek yang dijiwai yang
disebut juga sebagai sosok (dalam bahasa Inggris disebut form).

1. Naturalis
Naturalis adalah untuk ornamen yang berusaha mendekati atau mengikuti
bentuk-bentuk secara alami tanpa melalui suatu gubahan, bentuk-bentuk alami
yang dimaksud berupa binatang, tumbuhan, manusia dan benda-benda alam
Mikke Susanto (2012: 107).

2. Statis
Statis artinya diam, tenang, tidak bergerak. Suatu ornamen yang
menggunakan komposisi statis berarti iramanya memiliki kesan diam, tenang
tidak bergerak. Ornamen yang suasananya statis memakai komposisi simetris,
sehingga dapat menggambarkan sifat-sifat ketenangan dan keseimbangan yang
mantap Mikke Susanto (2012: 107).

3. Distorsi
Distrorsi merupakan perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang di
belokkan, dalam fotografi disebut penipuan. Distorsi dibutuhkan dalam berkarya

13

seni karena merupakan salah satu caea untuk mencoba menggali kemungkinan
lain pada suatu bentuk/figur, Mikke Susanto (2012: 107).
Distorsi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian
karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek
yang digambar.

4. Dinamis
Dinamis artinya gerak, goyah, dan hidup, menunjukan sesuatu yang
bergerak. Gerak dapat berwujudkan gerak nyata dan dapat pula berwujud maya.
Seniman mewujudkan gerak melalui karya yang diam. Diam kelincahan
menyusun garis, bidang, warna, dan lainnya dapat menggambarkan keseimbangan
yang goyah. Dalam menggambar gerak selalu berusaha menghilangkan sifat-sifat
dan komposisi simetris, sehingga dapat menggambarkan suasana yang dinamis.

5. Dekoratif
Dekoratif berasal dari bahasa Inggris derorate yang artinya hiasan.
Dekoratif adalah kata sifat maka berati pula menghias atau sesuatu yang dijadikan
hiasan. Dekoratif erat hubungannya dengan ruang, baik tertutup maupun terbuka.
Desain dekoratif merupakan pola rancangan yang memperhitungkan segi-segi
keindahan penampilan benda pakai ( Atisah Sipahelut, 1991: 4).
Dekoratif adalah berupa gambar hiasan yang dalam perwujudannya
tampak rata, tidak ada kesan ruang jarak jauh dekat atau gelap terang tidak terlalu
ditonjolkan. Untuk memperoleh objek gambar dekoratif, perlu dilakukan
deformasi atau penstiliran alami. Bentuk- bentuk objek di alam disederhanakan

14

dan digayakan tanpa meninggalkan bentuk aslinya. Misalnya bunga, hewan,
tumbuhan yang digayakan. Kesan tentang bunga, hewan, tumbuhan harus masih
ada pada motif itu, dan masih banyak motif-motif hias lain.

6. Stilasi
Murtihadi dalam buku Dasar-Dasar Desain

(1992: 54), mengatakan

bentuk stilasi ialah hasil gubahan dari bentuk alami sehingga tinggal sarinya
(esensinya) saja, yang menjadi bentuk baru yang kadang-kadang hampir
kehilangan ciri-ciri alaminya sama sekali. Ragam hias tradisional adalah ragam
hias yang terdapat motif sulur-suluran, motif ini merupakan hasil slilasi dari unsur
alam yang berupa relung-relung tanaman seperti pakis atau paku-pakuan.
Stiliran sering diartikan penggayaan. Penggayaan suatu motif dalam
ornamen artinya juga menggubah bentuk. Tetapi yang dimaksud dengan stiliran
dalam ornamen adalah menggubah bentuk hingga menjadi luwes, umumnya
menggunakan garis-garis lengkung hasil gubahan dari kehidupan yang ada pada
alam ditransfer diatas kertas sebagai manifestasi ideal yang di ekspresikan dengan
media titik, garis, bidang, warna, dan tekstur dalam bentuk stiliran.
Desain stilasi dibuat dengan mengubah atau menyederhanakan bentuk
aslinya menjadi bentuk yang mengikuti imajinasi. Meskipun demikian, desain ini
tidak menghilangkan bentuk dasar secara keseluruhan (Suhersono, 2006: 51).
Penggayaan bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk
ornamental disebut stilasi, sedangkan gambarnya disebut gambar stilasi yang
dapat diartikan sebagai bangun hias yang menggambarkan sesuatu dan akan
disusun pada bidang hias. Bentuk sumber penggambaran disebut motif.

15

Menstilasikan bentuk berarti menggambarkannya dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Memberikan bentuk yang tegas
b. Memiliki kesan datar
c. Bentuk oranamental yang indah
d. Tidak meninggalkan ciri-ciri yang mendukung karakter motif atau bentuk
sumbernya.
Ada dua permasalahan yang perlu diperhatikan dalam membuat stilasi,
yaitu bangun luar dan isen. Bangun luar sebagai bangun utama atau bentuk luar
gambar stilasi, sedangkan isen sebagai kelengkapan dari bentuk keseluruhan dan
ciri serta sifat khasnya sekaligus untuk menambah nilai variasi dan daya tarik.

Gambar 2: Contoh Gambar Stilisasi Motif Ikan
http://sen1budaya.blogspot.com
D. Motif Batik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 930), kata motif
mempunyai arti pola, yaitu pola corak hiasan yang indah pada kain, suatu gagasan
yang dominan di dalam suatu karya. Sedangkan corak itu sendiri mempunyai arti

16

suatu gambar baik berupa bunga, hewan, pohon, pada kain batik dan tenun serta
benda lain.
Motif merupakan desain atau rancangan yang dibuat dari bagian-bagian
bentuk, berbagai macam garis yang dipengaruhi dalam bentuk stilasi atau
penggayaan, dan memiliki ciri tersendiri. Setiap motif dibuat dengan berbagai
bentuk dasar atau berbagai macam garis, misalnya berbagai bentuk segitiga, segi
empat, segi lima, garis ikal atau spiral, melingkar, berbelok-belok (Suherso, 2006:
10).
Menurut Sewan Susanto (1980: 212) motif batik adalah kerangka gambar
yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Nama sehelai batik pada umumnya
diambil dari motifnya. Motif merupakan keutuhan dari subjek gambar yang
menghiasi kain batik tersebut. Biasanya motif batik ini di ulang-ulang untuk
memenuhi seluruh bidang kain. Kenneth F. Bates dalam katalog Batik Indonesia,
mengungkapkan bahwa yang membentuk motif batik secara fisik adalah unsur
spot („„berupa goresan, warna, testur‟‟) line (garis) dan massa (massa atau berupa
gambar) dalam sebuah kesatuan. Kemudian motif tersebut diduplikasikan atau di
beri variasi dengan perulangan untuk membentuk pola atau field.
Maka yang dimaksud dengan motif batik adalah pangkal atau pokok dari
suatu pola batik yang mengalami proses penyusunan dan di tebarkan secara
berulang-ulang. Dari proses itu akan di peroleh suatu hasil berupa pola batik yang
dapat diterapkan pada suatu benda sehingga menjadi suatu ornamen.

17

1. Arah Motif
Batik mempunyai istilah “arah motif”. Arah adalah (1) maksud, (2)
condong, (3) tujuan (www.bahasa.cs.ui.ac.id). Tujuan yang dimaksud adalah
rangkaian motif-motif yang disusun suatu titik menuju titik yang lain, susunan
motif dapat berkelok, lurus, miring atau melingkar membentuk satu lingkaran dan
bentuk-bentuk lain sesuai yang diinginkan. Tidak semua motif batik memiliki
arah motif, hanya beberapa motif saja yang mempunyai arah seperti motif parang
dengan arah miring, atau motif tirta teja dengan arah zig-zag.

2. Pola
Pola menurut Guntur (2004: 124) adalah suatu desain yang berdiri dari
satu atau lebih motif dimultiplikasikan (dilipat gandakan), dan ditata dalam
rangkaian yang teratur. Sebuah motih tunggal adalah suatu unit yang digunakan
desainer untuk menyusun suatu pola melalui pengulangan interval atau selingan
teratur pada suatu permukaan. Menurut Soedarso (2006: 11) Pola adalah
penyebaran garis dan warna suatu bentuk ulang tertentu atau dengan kata lain
motif merupakan pangkal pola. Sedangkan menurut Kusimiati (2004: 83) Pola
merupakan pengulangan motif yang membentuk susunan indah.
a.

Unsur-unsur pola batik
Pola batik menurut Sewan Susanto (1990: 212) dapat diuraikan menjadi

unsur-unsur pola yaitu:
1) Motif utama
Motif utama suatu ragam hias yang menentukan dari pada suatu motif
batik, dan pada umumnya motif itu masing-masing mempunyai arti, sehingga

18

susunan motif-motif itu dalam suatu pola membuat jiwa atau arti pada motif batik
itu sendiri.
Satu motif batik, dapat mempunyai lebih dari satu motif utama. Seperti
dijelaskan Sewan Susanto (1990: 212) “Pada suatu motif batik yang digolongkan
motif semen dimana dalam motif tersebut terdapat motif utama berupa meru,
pohon, burung, ular, dan api”.
2) Motif pengisi
Motif pengisi ialah motif-motif yang berfungsi sebagai pengisi bidang
untuk memperindah motif batik secara keseluruhan. Sewan Susanto (1990: 212)
berpendapat motif pengisi bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana sedangkan
yang digambarkan dapat berbagai macam bentuk burung, bentuk binatang,
sederhana atau bentuk tumbuhan, seperti kuncup, daun, bunga, ilalang. Satu motif
batik dapat hanya satu macam motif pengisi atau bisa juga diisi beberapa macam
motif pengisian.
Ornamen pengisi adalah hiasan yang ditempatkan pada latar motif sebagai
penyeimbang bidang agar motif secara keseluruhan tampak serasi. Ornamen
berfungsi sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan.
Ornamen bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana daripada ornamen utama.
Ornamennya dapat berbagai macam bentuk ragam hias atau bisa juga satu macam
ragam hias.
3) Isen-isen
Isen-isen berupa titik, garis-garis, gabungan titik dan garis yang berfungsi
untuk mengisi motif atau pengisi bidang diantara motif-motif. Sedangkan menurut

19

pendapat Soedewi (2007: 57) isen motif batik adalah gambaran berupa titik dan
garis berbentuk tertentu, berfungsi untuk mengisi sebagian variasi motif batik, dan
bidang diantaranya motif-motif sehingga membuat motif batik terlihat indah.
Menurut pendapat Sewan Susanto (1980: 213) isen-isen adalah ornamen
yang berfungsi sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara
keseluruhan. Isen-isen merupakan corak tambahan yang terletak dalam ornamen
pengisi. Bentuk isen-isen lebih kecil dan rumit, jumlahnya relative banyak.
Macam-macam isen-isen antara lain cecek (cecek pitu, cecek sawut, cecek sawut
daun), sisik, melik, herangan, gringsing, sawut, golaran, rambutan, atau rawan,
sirapan, dan cacah gori.
4) Motif pinggiran
Sewan Susanto (1980: 213) menjelaskan golongan motif pinggiran adalah
motif-motif yang khusus di pakai hiasan pinggir kain atau motif untuk batas
antara bidang yang berpola dan bidang yang kosong tidak berpola. Tidak semua
motif batik memiliki motif pinggiran. Penambahan motif pinggiran dilakukan
berdasarkan tujuan pembuatan motif. Motif-motif khusus pada pinggiran kain
terdapat pada ujung kain panjang, tepi kain selendang, tepi kain ikat kepala,
misalnya terdapat pada tepi blumbangan dari kain selendang dan ikat kepala,
sedangkan pada kain panjang terdapat pada batik pesisir. Motif pinggiran terdapat
pula pada kain sarung yang berfungsi sebagai hiasan pinggir kain atau sebagai
batas antara bidang yang perpola dan tidak berpola.

20

3. Desain
Secara etimologis desain berasal dari kata desgno (Itali) yang berarti
gambar (Sachari, 2002: 2). Kata ini diberi makna baru dalam bahasa Inggris pada
abad ke-17, yang dipergunakan untuk membentuk school of design tahun 1836.
Makna baru tersebut dalam praktik kerapkali semakna dengan kata craft,
kemudian atas jasa Ruskin dan Marris (dua tokoh gerakan anti Industri di Inggris
pada abad ke-19), kata “desain‟‟ diberi bobot sebagai art and craft yaitu paduan
antara seni dan ketrampilan. Menurut Murtihadi dalam buku Dasar-Dasar Desain
(1982: 19) “desain ialah suatu konsep pemikiran untuk menciptakan sesuatu,
melalui perencanaan sampai terwujudnya barang jadi”. Terciptanya sebuah karya
seni rupa tidak akan terlepas pula dari unsur/elemen pendukungnya.
4. Ornamen
Ornamen berasal dari kata Yunani yaitu dari kata ornare yang berarti
hiasan atau perhiasan. Ornamen itu sendiri terdidri berbagai jenis motif dan motifmotif itulah yang digunakan sebagai penghias suatu yang ingin kita hias
(Soepratno, 2000: 11). Menurut Guntur (2004: 3) ornamen dijelaskan sebagai
hiasan berharga geometrik atau yang lain: ornamen dibuat pada suatu bentuk dasar
dari hasil seni kerajinan tangan (perabot, pakaian, dan arsitektur).
Gustami (2008: 9) menyatakan secara umum, seni ornamen dapat pula
diartikan sebagai “desain” atau “pola” dari pernyataan tersebut dapat ditarik
kesimpulan, menyusun sebuah ornamen sama halnya menyusun sebuah pola.

21

E. Flora dan Fauna
Flora adalah segala tumbuhan yang ada dipermukaan bumi. Bentuk dan
namanya bermacam-macam, serta tidak pernah sama bentuk dari satu flora ke
flora yang lain. Flora merupakan salah satu objek gambar yang menarik. Baik
sebagian maupun keseluruhan bentuk tumbuhan dapat dituangkan menjadi
gambar, motif, atau bentuk yang menarik. Objek yang biasa digunakan hampir
tidak terbatas, mulai dari pohon secara utuh, ranting, daun-daun, bunga, buah,
akar, dari sisi keindahan, keunikan, kelangkaannya dan sebagainya.
Sebagaimana halnya objek tumbuhan, orang juga sering menggunakan
hewan (fauna) sebagai objek gambar. Banyak ragam hewan yang dapat diangkat
sebagai motif batik, mulai dari hewan peliharaan, hewan ternak, unggas, binatang
liar, perilaku binatang, pertarungan binatang buas, dan sebagainya. Tidak jarang
objek-objek motif batik tersebut dijadikan simbol bagi kelompok orang atau suku
tertentu.

F. Menggambar
Menggambar merupakan induk dari segala ilmu seni rupa, baik seni rupa
murni maupun seni rupa terapan. Menggambar adalah sebuah proses kreasi yang
harus dilakukan secara intensif dan terus menerus. Apriyatno (2004: 1)
berpendapat, menggambar merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya
penggalian gagasan dan pemahaman untuk menggembangkan gagasan, bahkan
bisa menjadi sebuah ekspresi dan aktualisasi diri. Menggambar biasanya
digunakan untuk mengungkapkan suatu ide.

22

Pada intinya, menggambar adalah perpaduan keterampilan, kepekaan rasa,
kreativitas, ide, pengetahuan, dan wawasan. Menggambar termasuk dalam cabang
seni rupa dua dimensional. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan
RI (2004: 4) menggambar harus memperhatikan unsur-unsur seni rupa dua
dimensional yaitu titik, garis, warna, dan bidang. Titik dan garis sangat
mempengaruhi bidang dan memiliki sifat keindahan sendiri. Garis dapat berupa
bersitan kecil tajam, berombak lemah gemulai, zig-zag yang beringas, perspektif
yang berkesan tak kunjung habis, dan lengkung-lengkung gotik yang anggun.
Garis dapat mengungkapkan ekspresi tertentu temasuk keindahan. Penggunaan
garis secara proporsional akan menghasilkan sensansi yang luar biasa, sehingga
sangat menentukan karakter gambar. Warna merupakan unsur atau elemen seni
rupa yang sangat dominan, karena lebih cepat tertangkap oleh mata. Warna
mewakili keindahan dan dapat dijadikan sebagai simbol serta dapat menampilkan
ekspresi dan sifat-sifat seseorang. Ada tiga dimensi warna yang perlu diketahui
yaitu hue (panas-dinginnya warna), value (gelap-terang), dan intensity (c