Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta Struktur Baja II

(1)

TEORI BALOK-KOLOM BAJA

A. Profil Wide Flange

Profil Wide Flange adalah profil berpenampang H atau I yang dihasilkan dari proses canai panas (Hot rolling mill). Baja Profil WF-beam memiliki dimensi tinggi badan (H), lebar sayap (B), tebal badan (t1), tebal sayap (t2) merata dari ujung hingga pangkal radius (r) dengan penjelasan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Profil Baja Wide Flange.

B. Definisi Balok-Kolom

Suatu komponen struktur harus mampu memikul beban aksial (tarik/tekan) serta momen lentur. Apabila besarnya gaya aksial yang bekerja cukup kecil dibandingkan momen lentur yang bekerja, maka efek dari gaya aksial tersebut dapat diabaikan dan komponen struktur tersebut dapat didesain sebagai komponen balok lentur. Namun apabila komponen struktur memikul gaya aksial dan momen lentur yang tidak dapat diabaikan salah satunya, maka komponen struktur tersebut dinamakan balok-kolom (beam-column) (Agus Setiawan : 2008).


(2)

P1

P2

A B

C D

E F

Elemen balok-kolom umumnya dijumpai pada struktur-struktur statis tak tertentu. Misalkan pada struktur portal statis tak tertentu pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Portal Statis Tak Tentu.

Akibat kondisi pembebanan yang bekerja, maka batang AB tidak hanya memikul beban merata saja namun juga memikul beban lateral P1. Dalam hal ini efek lentur dan gaya tekan P1 yang bekerja pada batang AB harus dipertimbangkan dalam proses desain penampang batang AB, maka batang AB harus didesain sebagai suatu elemen balok-kolom. Selain, batang AB yang didesain sebagai elemen balok-kolom, batang AC, BD, CE, DF, juga didesain sebagai elemen balok kolom. Karena selain memikul gaya aksial akibat reaksi dari balok-balok AB dan CD, efek lentur dan efek gaya aksial yang bekerja tidak bisa diabaikan salah satunya. Berbeda dengan batang CD yang hanya didominasi oleh efek lentur, gaya lateral P2 telah dipikul oleh pengaku-pengaku (bracing) bentuk X. Sehingga batang CD dapat didesain sebagai suatu elemen balok tanpa pengaruh gaya aksial (Agus Setiawan : 2008).


(3)

C. Persamaan Interaksi Gaya Aksial dan Lentur

1. Perencanaan Batang Tekan

Batang tekan adalah suatu komponen struktur yang menahan gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor ( Nu ), harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Nu∅Nn

Dimana :

Nu = Gaya tekan terfaktor.

ø

= Faktor reduksi kekuatan, 0.85 (SNI Tabel 6.4-2). Nn = Kuat tekan nominal komponen struktur.

(SNI butir 7.6.2 dan (9.2). b. Perbandingan Kelangsingan

1) Kelangsingan elemen penampang λelemen < λr .

2) Kelangsingan komponen struktur tekan , λbatang = Lk r <

200 .

Dengan, λelemen = Kelangsingan elemen batas (SNI,Tabel 7.5-1). λr = Kelangsingan batas (kritis).

λbatang = Kelangsingan batang desak.

L = Panjang kritis/ Skematis batang.

Jika λelemen = b

t < λr (Kompak) maka berlaku :

Nn=Ag. fcr

¿Ag.

(

fy

ω

)

……..

( 2.1)

Nilai ω (koefisien tekuk) diambil sebesar 3 kemungkinan :

1) Untuk λc ≤ 0,25 maka ω = 1,0

2) Untuk 0,25 < λc < 1,2 maka ω = 1,61,430,67.λ

c

3) Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 . λc 2

λc

=

1 π

.

Lk

ry

.

(

fy E

)


(4)

Dimana,

Ag = Luas tampang bruto/gross,mm2.

fcr = Tegangan kritis tampang, Mpa.

fy = Tegangan leleh baja, Mpa.

ry = jari-jari girasi komponen struktur terhadap sumbu y-y, mm.

Lk = Panjang tekuk komponen struktur tersusun pada arah tegak lurus sumbu, mm.

c. Komponen struktur tekan yang elemen penampang mempunyai perbandingan lebar terhadap tebal lebih besar daripada nilai λr yang ditentukan dalam Tabel 1 (SNI, Tabel 7.5-1) harus direncanakan dengan analisis rasional yang dapat diterima.

Tabel 1. Perbandingan Maksimum Lebar Terhadap Tebal Untuk

Elemen Tertekan ( f y dinyatakan dalam Mpa)

Jenis Elemen

Perbandingan terhadap tebal

(λ)

Perbandingan maksimum lebar terhadap tebal λp (kompak) λr (kompak) E le m en ta np a P en ga ku

Pelat sayap balok-I

dan kanal dalam lentur b/t

170/

fy

[c]

370/

fyf y [c]

Pelat sayap balok-I hibrida

atau balok tersusun yang di las dalam lentur

b/t - 420

fxffr/kc

[

c

][

f

]

Pelat sayap dari komponen-komponen struktur tersusun dalam tekan

b/t - 290 /

fy/kc [f]

Sayap bebas dari profil siku kembar yang menyatu pada sayap lainnya, pelat sayap dari komponen struktur kanal dalam aksial tekan, profil siku dan plat yang menyatu dengan balok atau komponen struktur tekan

b/t - 250/

fy

Sayap dari profil siku tunggal pada penyokong,sayap dari


(5)

profil siku ganda dengan pelat kopel pada penyokong, elemen yang tidak diperkaku, yaitu, yang ditumpu pada salah satu sisinya

Pelat badan dari profil T b/t - 335/

fy

2. Perencanaan untuk Lentur

Suatu komponen yang mendukung beban transversal seperti beban mati dan beban hidup.

a. Hubungan Antara Pengaruh Beban Luar.

Untuk sumbu kuat (sb x) harus memenuhi Mux ≤ Ø Mnx .

Untuk sumbu lemah (sb y) harus memenuhi Muy ≤ Ø Mny .

Mux , Muy = Momen lentur terfaktor arah sumbu x dan

y menurut

butir 7.4, N.mm.

Mny = Kuat nominal dari momen lentur memotong arah y

menurut butir 7.4, N.mm.

Ø = Faktor reduksi (0,9).

Mnx = Kuat nominal dari momen lentur penampang. Mn

diambil nilai yang lebih kecil dari kuat nominal penampang, untuk momen lentur terhadap sumbu x yang ditentukan oleh butir 8.2, atau kuat nominal komponen struktur untuk momen lentur terhadap sumbu x yang ditentukan oleh 8.3 pada balok baja, atau butir 8.4 khusus untuk balok pelat berdinding penuh, N-mm.

b. Tegangan Lentur dan Momen Plastis.

Distribusi tegangan pada sebuah penampang akibat momen lentur, diperlihatkan dalam gambar 3. Pada daerah beban layan, penampang masih elastik (gambar 3.1), kondisi elastik berlangsung


(6)

p

M<Myx f<fy

p F=fy

M=Myx

p F=fy

Myx<M<Mp

p F=fy

M=Mp

hingga tegangan pada serat terluar mencapai kuat lelehnya ( fy ). Setelah mencapai tegangan leleh (εy), tegangan akan terus naik

tanpa diikuti kenaikan tegangan.

Ketika kuat leleh tercapai pada serat terluar (gambar 3.2), tahanan momen nominal sama dengan momen leleh Myx, dan

besarnya adalah :

Mny=Myx=Sx. fy ...( 2.2)

Dan pada saat kondisi pada gambar 3.4 tercapai, semua serat dalam penampang melampaui regangan lelehnya, dan dinamakan kondisi plastis. Tahanan momen nominal dalam kondisi ini dinamakan momen plastis Mp, dan besarnya :

Mp=fy. Z ...( 2.3)

(1)

(2)

(3)

(4)

Gambar 3. Mekanisme Struktur Baja Luluh.


(7)

Jika balok dapat dihitung pada keadaan stabil dalam kondisi plastis penuh maka kekuatan momen nominal dapat diambil sebagai kapasitas momen plastis.

Mn=Mp=atau Mn<Mp

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam stabilitas :

LTB = Lateral Torsional Buckling

FLB = Flange Local Buckling

WLB = Web Local Buckling

d. Kuat Nominal Lentur Penampang dengan Pengaruh Tekuk Lokal (FLB)

1) Batasan Momen

Momen leleh My adalah momen lentur yang

menyebabkan penampang mulai mengalami tegangan leleh yaitu diambil sama dengan fy.S dengan S adalah modulus

penampang elastisitas.

Kuat lentur plastis Mp adalah momen lentur yang

menyebabkan seluruh penampang mengalami tegangan leleh harus diambil yang lebih kecil dari fy.Z atau 1,5.My

dan Z adalah modulus penampang plastis.

Zx=A

2 . a ...( 2.4)

Dengan :

A = Luas penampang, cm2

a = Tinggi efektif, mm (a = H – (2 . Cx))


(8)

Cx

C y

Gambar 4. Pusat berat arah sumbu x (Cx) dan sumbu y (Cy).

2) Kelangsingan Penampang

Pengertian penampang kompak, tak kompak dan langsing suatu komponen struktur yang memikul lentur, ditentukan oleh kelangsingan elemen tekannya yang ditentukan pada tabel SNI 03-1729-2002 Tabel 7.5-1. a) Penampang Kompak

Untuk penampang-penampang yang memenuhi λ ≤ λp

maka kuat lentur nominal penampang adalah :

Mn=Mp ...( 2.5-1)

b) Penampang Tak Kompak

Untuk penampang yang memenuhi λp < λ ≤ λr maka

kuat lentur nominal penampang ditentukan sebagai berikut :

Mn=Mp

(

MpMr

)

. λλp

λrλp

...( 2.5-2) c) Penampang Langsing

Untuk pelat sayap yang memenuhi λr ≤ λ maka lentur

nominal penampang adalah :

Mn=Mr

(

λr λ

)

2

...( 2.5-3) e. Kuat Lentur Nominal dengan Pengaruh Tekuk Lateral (LTB)


(9)

Kuat momen pada tipe kompak merupakan fungsi panjang tanpa pertambatan, Lb . Yang didefinisikan sebagai jarak antara titik-titik pada dukung lateral atau pertambatan.

Gambar 5. Pertambatan Lateral.

Persamaan untuk teori elastis kuat tekuk lateral dapat diperoleh dalam teori stabilitas elastis.

Mn=Lπ b

.

E . Iy. G. J+

(

π . EL b

)

2

. Iy. Iw ...( 2.6)

Keterangan :

Lb = Panjang tanpa pertambatan.

G = Modulus geser baja, 80.000 Mpa.

J = Konstanta puntir (momen inersia puntir), mm4.

Iw = Konstanta warping atau puntir lengkung, mm6.

E = Modulus elastisitas, 200.000 Mpa.

Iy =Momen inersia pengaku terhadap muka pelat

badan,mm4.

Kuat momen nominal pada balok kompak untuk kondisi batas atas Mp untuk inelastik maka momen kritis untuk tekuk lateral (tabel

8.34) pada SNI 03-1729-2002. Profil I dan kanal ganda.

Mcr=Cb

L.

E . Iy.G . J+

(

π . E L

)

2

. Iy. Iw ... (2.7-1) Profil Kotak Pejal dan Berongga atau Masif.

Mcr=2. Cb. E .

J . A L ry

...( 2.7-2)

Cb=

12,5. Mmax

2,5. Mmax.+3MA+4MB+3MC

2,3 Dengan :

Lp=1,76. ry.

E fy


(10)

ry=

Iy

A fL=fyfr Lr=ry.

(

x1

fL

)

.

1+

1+x2. fl

2

x1=Sπ

x

.

E . G. J . A

2

x2=4.

(

Sx G . J

)

2

.Iw Iy J=2.

(

bf.t

3

3

)

Iw=Iy

2 .

h2

2 Keterangan :

Mmax = Momen maksimum pada bentang yang ditinjau.

MA = Momen pada ¼ bentang.

MB = Momen pada ½ bentang.

MC = Momen pada ¾ bentang.

Mcr = Momen kritis terhadap tekuk torsi lateral, N.mm.

Cb = Koefisien pengali momen tekuk torsi lateral.

L = Panjang bentang antara 2 pengekang yang berdekatan, mm.

ry = Jari-jari girasi terhadap sumbu tengah, mm.

A = Luas penampang, mm2.

Sx = Modulus penampang, mm3.

Untuk balok kompak

1) Untuk komponen struktur yang memenuhi L≤ Lp kuat

nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah

Mn=Mp ...( 2.8-1)

2) Untuk komponen struktur yang memenuhi Lp≤ L ≤ Lr kuat nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah

Mn=cb

[

Mr+

(

MpMr

)

(

LrL

)

(

LrLp

)

]

...( 2.8-2)

3) Untuk komponen struktur yang memenuhi Lr≤ L kuat nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah


(11)

f. Kuat Geser

Kuat geser pada badan pelat yang memikul gaya geser perlu ( Vu ) harus memenuhi Vu≤ Ø Vn

Dengan,

Vn = Kuat geser nominal pelat badan berdasarkan SNI Butir 8.8.2, N.

= faktor reduksi, (0,9).

Kuat geser nominal ( Vn ) pelat badan harus diambil seperti yang ditentukan dibawah ini :

1) Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel

h

tw memenuhi:

(

h

tw

)

1,10

knE

fy

kn=5+

5

(

a h

)

2

Maka kuat geser nominal pelat badan adalah :

Vn=0,6fyAw ...( 2.9-1) Dimana : Aw adalah luas kotor pelat badan

2) Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel

h

tw memenuhi:

1,10

knE

fy

(

h

tw

)

1,37

knE

fy

Maka kuat geser nominal pelat badan adalah: Vn=0,6fyAw

[

1,10

knE fy

]

1

(

h

tw

)


(12)

Atau,

Vn=0,6fyAw

[

Cv+

(

1−Cv

)

1,15

1+(a/h)2

]

...( 2.9-2b)

Dengan,

Cv=1,10

knE fy

(

h/tw

)

3) Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel

h

tw memenuhi:

1,37

knE

fy

(

h tw

)

Maka kuat geser nominal pelat badan adalah:

Vn=0,9AwknE

(

h/tw

)

2 ...( 2.9-3.a)

Atau,

Vn=0,6fyAw

[

Cv+

(

1−Cv

)

1,15

1+(a/h)2

]

...( 2.9-3.b)

Dengan

Cv=1,5knE

fy

1

(

h/tw

)

2

g. Lendutan

Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut. Batas lendutan maksimum(δ) diberikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Batas Lendutan Maksimum(δ)


(13)

Komponen struktur dengan beban tidak terfaktor

Beban tetap

Beban sementara Balok pemikul dinding atau finishing

yang getas

L/360

-Balok biasa L/240

-Kolom dengan analisis orde pertama saja

h/500 h/200

Kolom dengan analisis orde kedua h/300 h/200

Dengan syarat Δ < δ

Untuk beban terbagi rata : Δ= 5

384.

W L4

E I ...( 2.10.1)

Untuk beban terpusat ditengah bentang : Δ= 1

48.

P L4

E I ...

(2.10.2) Dimana,

W = DL + LL

P = Beban aksial terfaktor, N.

h. Interaksi Geser dan Lentur 1) Metode Distribusi

Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap dan momen lentur perlu :

Mu ≤ Ø Mf

Mf=Af. df. fy ...( 2.11)

Dengan,

Mf = Kuat lentur nominal dihitung hanya pelat sayap.

Af = Luas efektif pelat sayap, mm2.

df = Jarak antara titik berat sayap, mm. 2) Metode Interaksi Geser dan Lentur


(14)

Jika momen lentur dipikul oleh seluruh penampang. Harus memenuhi persyaratan SNI, butir 8.1.1.8 dan 8.8.1. Dan harus sesuai

Mu

ØMn+0,625

Vu

ØVn≤1,375 ...( 2.12)

i. Lentur Dua Arah (Lentur Biaksial)

Terjadi ketika beban yang bekerja mengakibatkan lentur kearah sumbu kuat dan sumbu lemah. Misalkan pada struktur gording. Lentur terhadap sumbu x (kuat)

Mux≤ Mnxatau Mux

Ø Mnx

1,0 Lentur terhadap sumbu y (lemah)

Muy

ØMny

1,0

Lentur biaksial (x dan y )

Mux Ø Mnx

+ Muy

Ø Mny

1,0 3. Balok Kolom

a. Interaksi Momen Aksial

Dalam perencanaan komponen struktur balok-kolom, diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 11.3 yang menyatakan bahwa suatu komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Untuk Nu

Ø Nn

<0,2 maka Nu 2Ø Nn+

(

Mux ØbMnx+

Muy

ØbMny

)

1,0

Untuk Nu

Ø Nn

0,2 maka Nu

Ø Nn+

8 9

(

Mux ØbMnx+

Muy

ØbMny

)

1,0

Dengan,

Nu = gaya tekan aksial terfaktor,N.

Ø Nn = kuat nominal penampang,N.

Ø = faktor reduksi tahanan tekan (0,85).

Mux, Muy = momen lentur terfaktor sumbu x, sumbu y.

Mnx, Mny = momen nominal untuk lentur sumbu x, sumbu y.

Øb = faktor reduksi tahanan lentur = 0,9.


(15)

Untuk suatu komponen struktur tak bergoyang, maka besarnya momen lentur terfaktor harus dihitung sebagai berikut :

Mu=δb. Mntu ...(persamaan 2.11)

δb= Cm

1−

(

Nu

Ncr

)

1,0

Ncr=π

2

E Ag

(

kL r

)

2

Dengan,

Mntu = momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban yang tidak menimbulkan goyangan. δb = faktor pembesaran momen untuk komponen struktur

tak bergoyang.

Nu = gaya tekan aksial terfaktor.

Ncr = gaya tekan menurut Euler dengan kL/r terhadap sumbu lentur dan k ≤ 1,0 (untuk komponen struktur tak

bergoyang).

Nilai Cm ditentukan sebagai berikut :

1) Untuk komponen struktur tak bergoyang dengan beban

tranversal di antara kedua tumpuannya, maka besar Cm

dapat ditentukan berdasarkan analisis rasional sebagai berikut :

Cm = 1,0, untuk komponen struktur dengan ujung

sederhana.

Cm = 0,85, untuk komponen struktur dengan ujung

kaku.

2) Sedangkan untuk komponen struktur tak bergoyang dengan

beban tranversal di antara kedua tumpuannya, namun mempunyai momen ujung M1 dan M2 ( M1<M2 )


(16)

maka Cm akan mengkonversikan momen lentur yang bervariasi secara linear menjadi momen lentur seragam

ME=Cm. M2

Cm=0,6−0,4

(

M1

M2

)

...(2.13)

Rasio M1

M2

bernilai negatif untuk kelengkungan tunggal dan bernilai positif ntuk kelengkungan ganda.

c. Pembesaran Momen untuk Komponen Struktur Bergoyang Untuk komponen struktur bergoyang, maka besarnya momen lentur terfaktor harus dihitung sebagai berikut :

Mu=δb. Mntu+δs. Mltu ...( 2.14)

δs= 1

1−∑ Nu

(

Δoh

H . L

)

Atau,

δs= 1

1−∑ Nu

∑ Ncr

Dengan,

Mltu = momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban yang dapat menimbulkan goyangan.

∑ Nu = jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi untuk seluruh kolom pada satu tingkat yang ditinjau.

Ncr = gaya tekan menurut Euler dengan kL/r terhadap

sumbu lentur dan k ≥ 1,0.

Δoh = simpangan antar lantai pada tingkat yang seang


(17)

H h

L = tinggi tingkat.

d. Tekuk Lokal Web Pada Komponen Struktur Balok-Kolom

Untuk menentukan tahanan lentur rencana dari suatu profil, maka terlebih dahulu harus diperiksa kekompakan dari penampang tersebut. Syarat kelangsingan badan atau kekompakan badan sebagai berikut : Nilai banding th

w , Akan lebih kritis jika h = H – (2.

Cx )

Gambar 6. Profil Wide Flange.

Kelangsingan dari web dapat dikategorikan menjadi tiga bagian :

1) Jika λ ≤ λp , maka penampang kompak

2) Jika λ<λ ≤ λr , maka penampang tak kompak 3) Jika λ>λr , maka penampang lansing

Table 7.5.1 SNI 03-1729-2002 memberikan batasan nilai untuk λp dan λr sebagai berikut :

Untuk Nu

Øb. Ny

<0,125 , λp=

1680

fy

[

1−

2,75.Nu Øb. Ny

]

Untuk Nu

Øb. Ny

>0,125 , λp=500

fy

[

2,33− Nu Øb. Ny

]

>

665

fy

Untuk semua nilai, λr=2550

f y

[

1−0,74.Nu


(18)

Dengan Ny=Ag. fy adalah gaya aksial yang diperlukan untuk mencapai kondisi batas leleh.


(1)

Komponen struktur dengan beban tidak terfaktor

Beban tetap

Beban sementara Balok pemikul dinding atau finishing

yang getas

L/360

-Balok biasa L/240

-Kolom dengan analisis orde pertama saja

h/500 h/200 Kolom dengan analisis orde kedua h/300 h/200 Dengan syarat Δ < δ

Untuk beban terbagi rata : Δ= 5

384. W L4

E I ...( 2.10.1) Untuk beban terpusat ditengah bentang : Δ= 1

48. P L4

E I ... (2.10.2)

Dimana,

W = DL + LL

P = Beban aksial terfaktor, N.

h. Interaksi Geser dan Lentur 1) Metode Distribusi

Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap dan momen lentur perlu :

Mu ≤ Ø Mf

Mf=Af. df. fy ...( 2.11) Dengan,

Mf = Kuat lentur nominal dihitung hanya pelat sayap.

Af = Luas efektif pelat sayap, mm2.

df = Jarak antara titik berat sayap, mm. 2) Metode Interaksi Geser dan Lentur


(2)

Jika momen lentur dipikul oleh seluruh penampang. Harus memenuhi persyaratan SNI, butir 8.1.1.8 dan 8.8.1. Dan harus sesuai

Mu

ØMn+0,625 Vu

ØVn≤1,375 ...( 2.12) i. Lentur Dua Arah (Lentur Biaksial)

Terjadi ketika beban yang bekerja mengakibatkan lentur kearah sumbu kuat dan sumbu lemah. Misalkan pada struktur gording. Lentur terhadap sumbu x (kuat)

Mux≤ Mnxatau Mux

Ø Mnx

1,0 Lentur terhadap sumbu y (lemah)

Muy ØMny

1,0

Lentur biaksial (x dan y ) Mux

Ø Mnx

+ Muy

Ø Mny

1,0 3. Balok Kolom

a. Interaksi Momen Aksial

Dalam perencanaan komponen struktur balok-kolom, diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 11.3 yang menyatakan bahwa suatu komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Untuk Nu Ø Nn

<0,2 maka Nu 2Ø Nn+

(

Mux ØbMnx+

Muy

ØbMny

)

1,0 Untuk Nu

Ø Nn

0,2 maka Nu Ø Nn+

8 9

(

Mux ØbMnx+

Muy

ØbMny

)

≤1,0 Dengan,

Nu = gaya tekan aksial terfaktor,N. Ø Nn = kuat nominal penampang,N.

Ø = faktor reduksi tahanan tekan (0,85). Mux, Muy = momen lentur terfaktor sumbu x, sumbu y. Mnx, Mny = momen nominal untuk lentur sumbu x, sumbu y. Øb = faktor reduksi tahanan lentur = 0,9.


(3)

Untuk suatu komponen struktur tak bergoyang, maka besarnya momen lentur terfaktor harus dihitung sebagai berikut :

Mu=δb. Mntu ...(persamaan 2.11) δb= Cm

1−

(

Nu

Ncr

)

1,0

Ncr=π 2

E Ag

(

kL r

)

2

Dengan,

Mntu = momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban yang tidak menimbulkan goyangan. δb = faktor pembesaran momen untuk komponen struktur

tak bergoyang.

Nu = gaya tekan aksial terfaktor.

Ncr = gaya tekan menurut Euler dengan kL/r terhadap sumbu lentur dan k ≤ 1,0 (untuk komponen struktur tak

bergoyang).

Nilai Cm ditentukan sebagai berikut :

1) Untuk komponen struktur tak bergoyang dengan beban tranversal di antara kedua tumpuannya, maka besar Cm dapat ditentukan berdasarkan analisis rasional sebagai berikut :

Cm = 1,0, untuk komponen struktur dengan ujung sederhana.

Cm = 0,85, untuk komponen struktur dengan ujung kaku.

2) Sedangkan untuk komponen struktur tak bergoyang dengan beban tranversal di antara kedua tumpuannya, namun mempunyai momen ujung M1 dan M2 ( M1<M2 )


(4)

maka Cm akan mengkonversikan momen lentur yang bervariasi secara linear menjadi momen lentur seragam

ME=Cm. M2

Cm=0,6−0,4

(

M1

M2

)

...(2.13) Rasio M1

M2

bernilai negatif untuk kelengkungan tunggal dan bernilai positif ntuk kelengkungan ganda.

c. Pembesaran Momen untuk Komponen Struktur Bergoyang Untuk komponen struktur bergoyang, maka besarnya momen lentur terfaktor harus dihitung sebagai berikut :

Mu=δb. Mntu+δs. Mltu ...( 2.14) δs= 1

1−∑ Nu

(

Δoh

H . L

)

Atau,

δs= 1

1−∑ Nu

∑ Ncr

Dengan,

Mltu = momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-beban yang dapat menimbulkan goyangan.

∑ Nu = jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi untuk seluruh kolom pada satu tingkat yang ditinjau.

Ncr = gaya tekan menurut Euler dengan kL/r terhadap sumbu lentur dan k ≥ 1,0.

Δoh = simpangan antar lantai pada tingkat yang seang ditinjau.


(5)

H h

L = tinggi tingkat.

d. Tekuk Lokal Web Pada Komponen Struktur Balok-Kolom

Untuk menentukan tahanan lentur rencana dari suatu profil, maka terlebih dahulu harus diperiksa kekompakan dari penampang tersebut. Syarat kelangsingan badan atau kekompakan badan sebagai berikut : Nilai banding th

w , Akan lebih kritis jika h = H – (2.

Cx )

Gambar 6. Profil Wide Flange.

Kelangsingan dari web dapat dikategorikan menjadi tiga bagian : 1) Jika λ ≤ λp , maka penampang kompak

2) Jika λ<λ ≤ λr , maka penampang tak kompak 3) Jika λ>λr , maka penampang lansing

Table 7.5.1 SNI 03-1729-2002 memberikan batasan nilai untuk λp dan λr sebagai berikut :

Untuk Nu Øb. Ny

<0,125 , λp=

1680

fy

[

1−

2,75.Nu Øb. Ny

]

Untuk Nu

Øb. Ny

>0,125 , λp=500

fy

[

2,33− Nu Øb. Ny

]

>

665

fy Untuk semua nilai, λr=2550

f y

[

1−0,74.Nu


(6)

Dengan Ny=Ag. fy adalah gaya aksial yang diperlukan untuk mencapai kondisi batas leleh.