http://www.coremap.or.id/s/RA BudiDayaPerikananBATAM.

(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Penyusunan Laporan Akhir ini merupakan rent et an pekerj aan yang harus diselesaikan sehubungan dengan adanya kerj asama Pusat Penelit ian Oceanograf i (Program Rehabilit asi dan Pengelolaan Terumbu Karang/ COREMAP II) LIPI dengan Badan Penelit ian dan Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Perairan dan Lingkungan (BPP-PSPL) Universit as Riau. Kont rak penelit ian t ersebut dengan j udul “St udi Pot ensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap II Kot a Bat am”.

Penelit ian ini bert uj uan unt uk menget ahui kondisi umum wilayah penelit ian; menget ahui lokasi yang pot ensial unt uk mengembangkan usaha budidaya perikanan; menget ahui kelayakan ekonomis dan f inansial budidaya laut ; dan mendapat kan t eknik budidaya yang cocok, skala dan pola pengembangan usaha budidaya bedasarkan kaj ian kel ayakan usaha.

Selanj ut nya kami mengucapkan t erimakasih kepada Pusat Penelit ian Oceanograf i (Program Rehabilit asi dan Pengelolaan Terumbu Karang/ COREMAP II) LIPI yang t elah memberikan kepercayaan kepada kami unt uk melaksanakan pekerj aan ini. Hal yang sama disampaikan kepada semua pihak yang t elah banyak memberikan bant uan sehingga t ersusunnya laporan ini. Krit ik dan saran sangat kami harapkan unt uk kesempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, November 2009

Tim

Peneliti


(3)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR . . . i

DAFTAR ISI . . . ii

DAFTAR TABEL . . . v

DAFTAR GAMBAR . . . ix BAB I. PENDAHULUAN . . . 1-1 1. 1. Lat ar Belakang . . . 1-1

1. 2. Tuj uan . . . 1-3 1. 3. Luaran . . . 1-3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . . . 2-1

2. 1. Budidaya Laut (Marine Cult ure) . . . 2-1 2. 2. Budidaya Rumput Laut . . . 2-2 2. 2. 1. Biologi Rumput Laut . . . 2-2 2. 2. 2. Kondisi Fisika, Biologi dan Kimia Lingkungan . . . 2-3 2. 2. 3. Met ode Budidaya . . . 2-5 2. 2. 4. Pert umbuhan . . . 2-6 2. 3. Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung . . . 2-9 2. 3. 1. Pemilihan Lokasi . . . 2-10 2. 3. 2. Persiapan Sarana Budidaya . . . 2-12 2. 3. 3. Pengelolaan Sarana dan Ikan Peliharaan . . . 2-13

2. 4. Budi daya Ter i pang . . . 2-14 2. 4. 1. Pemilihan Lokasi . . . 2-15

2. 4. 2. Met ode Budidaya . . . 2-16 BAB III. METODOLOGI . . . 3-1 3. 1. Wakt u dan Tempat . . . 3-1 3. 2. Bahan dan Alat . . . 3-3 3. 3. Pengumpul an Dat a . . . 3-3 3. 4. Analisis Dat a . . . 3-4 3. 4. 1. Kondisi Umum Wilayah . . . 3-4 3. 4. 2. Kesesuaian Perairan unt uk Budidaya Laut . . . 3-4 3. 4. 3. Kelayakan Ekonomi . . . 3-9 3. 4. 4. Kelayakan Finansial . . . 3-10

3. 4. 5. Penentuan Teknologi, Skala dan Pola Pengembangan

Usaha . . . 3-10 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH KOTA BATAM . . . 4-1 4. 1. Administ rasi . . . 4-1 4. 2. Geologi . . . 4-2


(4)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam iii 4. 3. Iklim . . . 4-2 4. 4. Kependudukan . . . 4-2 4. 4. 1. Jumlah Penduduk . . . 4-2 4. 4. 2. Penduduk Menurut Kelompok Umur . . . 4-3 4. 4. 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan . . . 4-4 4. 4. 4. Tenaga Kerj a . . . 4-5 4. 5. Perikanan . . . 4-7 BAB V. KONDISI UMUM KAWASAN COREMAP II KOTA BATAM . . . 5-1 5. 1. Kelurahan Galang Baru . . . 5-1 5. 1. 1. Kondisi Geograf is . . . 5-1 5. 1. 2. Administ rasi Pemerint ahan . . . 5-3 5. 1. 3. Kependudukan . . . 5-4 5. 1. 4. St rukt ur Ekonomi dan Kult ur Sosial Masyarakat . . . 5-5 5. 1. 5. Kondisi Sumberdaya dan Lingkungan Kawasan

Pulau Nguan dan Pulau Sembur . . . 5-7 5. 1. 6. Pemanf aat an Sumberdaya Perikanan . . . 5-12 5. 2. Kelurahan Karas . . . 5-18 5. 2. 1. Kondisi Geograf is . . . 5-18 5. 2. 2. Administ rasi Pemerint ahan . . . 5-19 5. 2. 3. Kependudukan . . . 5-20 5. 2. 4. St rukt ur Ekonomi dan Kult ur Sosial Masyarakat . . . 5-22 5. 2. 5. Kondisi Sumberdaya dan Lingkungan . . . 5-23 5. 2. 6. Pemanf aat an Sumberdaya Perikanan . . . 5-28 5. 2. 7. Armada Penangkapan . . . 5-29 5. 2. 8. Alat dan Musim Tangkap . . . 5-29 5. 2. 9. Daerah Penangkapan . . . 5-30 5.2.10. Hasil Tangkapan dan Pendapat an . . . 5-31 5.2.11. Kegiat an Budidaya Perikanan . . . 5-31 5. 3. Kelurahan Pulau Abang . . . 5-32 5. 3. 1. Gambaran Umum . . . 5-32 5. 3. 2. Kependudukan . . . 5-33 5. 3. 3. Kondisi Terumbu Karang . . . 5-35 5. 3. 4. Pemanf aat an Sumberdaya Perikanan . . . 5-36 5. 3. 5. Musim Penangkapan . . . 5-37 5. 3. 6. Hasil Tangkapan . . . 5-37 5. 3. 7. Daerah Penangkapan . . . 5-38 5. 3. 8. Kegiat an Budidaya Perikanan . . . 5-38 5. 3. 9. Pemasaran dan Pasca Panen . . . 5-38 BAB VI. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DI

LOKASI STUDI . . . 6-1 6. 1. Pendidikan Responden . . . 6-1 6. 2. Jumlah Tanggungan . . . 6-1 6. 3. Mat apencaharian Tambahan . . . 6-1 6. 4. Pendapat an . . . 6-2 6. 5. Kepemilikan Aset Produksi . . . 6-2 6. 5. 1. Armada Penangkapan . . . 6-2 6. 5. 2. Alat Tangkap . . . 6-2 6. 6. Persepsi t erhadap Budidaya Laut . . . 6-2


(5)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam iv BAB VII. POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN . . . 7-1 7. 1. Kesesuaian Perairan . . . 7-1 7. 1. 1. Pulau Abang . . . 7-1 7. 1. 2. Air Saga . . . 7-7 7. 1. 3. Pulau Pet ong . . . 7-12 7. 1. 4. Pulau Nguan . . . 7-17 7. 1. 5. Pulau Sembur . . . 7-22 7. 1. 6. Pulau Karas . . . 7-27 7. 1. 7. Pulau Mubut . . . 7-32 7. 2. Pot ensi Lahan Pengembangan Budidaya Perikanan . . . 7-37 7. 3. Kelayakan Ekonomi . . . 7-37 7. 3. 1. Budidaya Rumput Laut . . . 7-37 7. 3. 2. Budi daya Ikan dal am Ker amba Jar i ng Apung . . . 7-38 7. 3. 3. Budidaya Ikan dalam Keramba Tancap . . . 7-39 7. 3. 4. Budidaya Teripang . . . 7-40 7. 4. Kelayakan Finansial . . . 7-41 7. 4. 1. Budidaya Rumput Laut . . . 7-41 7. 4. 2. Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) . . 7-43 7. 4. 3. Budidaya Ikan dalam Keramba Tancap . . . 7-46 7. 4. 4. Budidaya Teripang . . . 7-50 7. 5. Teknik Budidaya . . . 7-52 7. 5. 1. Rumput Laut . . . 7-52 7. 5. 2. Keramba Jaring Apung (KJA) . . . 7-54 7. 5. 3. Keramba Tancap . . . 7-56 7. 5. 4. Budidaya Teripang . . . 7-57 7. 6. Skala Usaha dan Pola Pengembangan . . . 7-59 7. 6. 1. Skala Usaha . . . 7-59 7. 6. 2. Pola Pengembangan . . . 7-60

7. 7. Kelemahan dan Upaya Yang Harus Dilakukan Unt uk Pengembangan Usaha Budidaya Laut di Masing-Masing

Desa . . . 7-62 7. 8. Priorit as Pengembangan Budidaya Perikanan di

Masing-Masing Desa . . . 7-62 BAB VIII. REKOMENDASI . . . 8-1 DAFTAR PUSTAKA


(6)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam v

DAFTAR TABEL

Tabel Hal aman 3. 1. Jeni s dan Met oda Pengumpul an Dat a . . . 3-3 3. 2. Kesesuaian Lahan unt uk Budidaya Rumput Laut . . . 3-6 3. 3. Kesesuaian Perairan unt uk Budidaya Ikan Laut dalam Keramba . . . 3-7 3. 4. Kesesuaian Perairan unt uk Budidaya Teripang . . . 3-7 4. 1. Banyaknya Penduduk Kot a Bat am Menur ut Jeni s Kel ami n dar i

1994 – Agust us 2007 . . . 4-3 4. 2. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Kel ompok Umur dan St at us

Perkawinan Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2000 . . . 4-4 4. 3. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Pendidikan

Tert inggi yang Dit amat kan di Kot a Bat am Hasil Sensus Penduduk

2000 . . . 4-5 4. 4. Banyaknya Pencari Kerj a yang Terdaf t ar pada Dinas Tenaga Kerj a

Kot a Bat am Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2004 – Agust us 2007 ... 4-5 4. 5. Banyaknya Pencar i Ker j a yang Ter daf t ar pada Di nas Tenaga

Ker j a Kot a Bat am Per Jeni s Kel ami n dan Kel ompok Umur Tahun

1996 – Agust us 2007 . . . 4-6 4. 6. Banyaknya Pencari Kerj a yang Terdaf t ar pada Dinas Tenaga Kerj a

Kot a Bat am Per Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan sampai

dengan Agust us 2007 . . . 4-7 4. 7. Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Menurut Kecamat an dan

Jenis Kegiat an Agust us 2007 . . . 4-7 4. 8. Jumlah Armada Tangkap Berdasarkan Gross Tonase Tahun 2008 . . 4-8 4. 9. Produksi Perikanan Menurut Kecamat an Agust us 2007 . . . 4-8 4. 10. Ni l ai Pr oduksi Per i kanan Menur ut Kecamat an dan Jeni snya

Tahun 2006 . . . 4-9 5. 1. Mat apencaharian Penduduk Kelurahan Galang Baru . . . 5-4 5. 2. Jumlah Penduduk Kel urahan Gal ang Baru Menurut Usia . . . 5-5 5. 3. Subst rat Rat aan Terumbu di Pulau Nguan dan Pulau Sembur . . . 5-8 5. 4. Kelimpahan dan Keragaman Ikan Karang . . . 5-9 5. 5. Jenis Ikan-ikan Karang Ekonomis . . . 5-9 5. 6. Persent ase Tut upan dan Keragaman Jenis Padang Lamun . . . 5-11 5. 7. Kerapat an dan Keragaman Pohon . . . 5-11 5. 8. Jenis Veget asi Mangrove . . . 5-11


(7)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam vi 5. 9. Jenis Sat wa yang Dilindungi di Kawasan Pulau Nguan dan Pulau

Sembur . . . 5-12 5. 10. Jenis Alat Tangkap dan Jenis Ikan Tangkapan . . . 5-13 5. 11. Jenis Alat Tangkap Berdasarkan Musim di Pulau Sembur dan Pulau

Nguan . . . 5-16 5. 12. Mat apencaharian Penduduk Kelurahan Karas . . . 5-21 5. 13. Jumlah Penduduk Kel urahan Karas Menurut Usia . . . 5-21 5. 14. Subst rat Rat aan Terumbu di Pulau Karas dan Sekit arnya . . . 5-24 5. 15. Kelimpahan dan Keragaman Ikan Karang . . . 5-25 5. 16. Jenis Ikan-ikan Karang Ekonomis . . . 5-25 5. 17. Persent ase Tut upan dan Keragaman Jenis Padang Lamun . . . 5-26 5. 18. Kerapat an dan Keragaman Pohon . . . 5-26 5. 19. Jenis Sat wa yang Dilindungi di Kawasan Pulau Karas . . . 5-27 5. 20. Tingkat Keut uhan Ekosist em . . . 5-27 5. 21. Jenis Alat Tangkap dan Jenis Ikan Tangkapan . . . 5-28 5. 22. Jenis Alat Tangkap Berdasarkan Musim . . . 5-30 5. 23. Jenis Mat apencaharian dan Persent ase di Kelurahan Pulau Abang . . . . 5-34 5. 24. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Pulau Abang . . . 5-34 5. 25. Kondisi Terumbu Karang di Kelurahan Pulau Abang . . . 5-35 5. 26. Jenis Alat Tangkap Berdasarkan Musim . . . 5-37 6.1. Tingkat Pendidikan Responden di Lokasi Coremap II Kot a Bat am .. 6-1 6. 2. Jumlah Tanggungan Responden di Lokasi Coremap II Kot a Bat am . . . 6-2 6. 3. Mat a Pencaharian Tambahan Responden di Lokasi Coremap II

Kot a Bat am . . . 6-2 6. 4. Pendapat an Responden di Lokasi Coremap II Kot a Bat am . . . 6-3 6. 5. Jenis Armada Penangkapan yang Digunakan Responden . . . 6-3 6. 6. Jenis Alat Tangkap yang Digunakan Responden di Lokasi Coremap II

Kot a Bat am . . . 6-4 6. 7. Kepemilikan Kebun Oleh Responden di Lokasi Coremap II Kot a

Bat am . . . 6-5 6. 8. Frekuensi Terserang Penyakit , Jenis Penyakit dan Tempat Berobat

Responden . . . 6-6 6. 9. Bahan Perumahan, Jenis At ap Rumah dan Alat Penerangan yang

Digunakan Responden di Lokasi Coremap II . . . 6-7 6. 10. Persepsi dan Sikap Terhadap Responden Terhadap

Pengembangan Budidaya Laut di Lokasi Coremap II Kot a Bat am . . . 6-6 7. 1. Hasil Pengukuran Kualit as Air dan Pengamat an Lingkungan

Perairan Pulau Abang . . . 7-1 7. 2. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-2


(8)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam vii 7. 3. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-3 7. 4. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-4 7. 5. Hasil Pengukuran Kualit as Air dan Pengamat an Lingkungan

Perairan Air Saga . . . 7-7 7. 6. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-7 7. 7. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-8 7. 8. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-9 7. 9. Hasil Pengukuran Kualit as Air dan Pengamat an Lingkungan

Perairan Pulau Pet ong . . . 7-12 7. 10. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-12 7. 11. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-13 7. 12. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-14 7. 13. Hasil Pengukuran Kualit as Air dan Pengamat an Lingkungan

Perairan Nguan . . . 7-17 7. 14. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-17 7. 15. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-18 7. 16. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-19 7. 17. Hasil Pengukuran Kualit as Air dan Pengamat an Lingkungan

Perairan Sembur . . . 7-22 7. 18. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-22 7. 19. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-23 7. 20. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-24 7. 21. Hasil Pengukuran Kualit as Air dan Pengamat an Lingkungan

Perairan Karas . . . 7-27 7. 22. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-27 7. 23. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-28 7. 24. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-29 7. 25. Hasil Pengukuran Kualit as Air dan Pengamat an Lingkungan

Perairan Mubut . . . 7-32 7. 26. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-32 7. 27. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-33 7. 28. Nilai Skor dan Hasil Perkalian Nilai Skor dan Bobot . . . 7-34 7. 29. Pot ensi Lahan yang Sesuai dan yang Dapat Dimanf aat kan unt uk

Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap II Kot a

Bat am . . . 7-37 7. 30. Hasil Perhit ungan Tent ang Kel ayakan Ekonomi Pengembangan

Budidaya Rumput Laut di Sel uruh Lokasi . . . 7-38 7. 31. Hasil Perhit ungan Tent ang Kel ayakan Ekonomi Pengembangan


(9)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam viii 7. 32. Hasil Perhit ungan Tent ang Kel ayakan Ekonomi Pengembangan

Budidaya Ikan dal am Keramba Tancap di Sel uruh Lokasi . . . 7-40 7. 33. Hasil Perhit ungan Tent ang Kel ayakan Ekonomi Pengembangan

Budidaya Teripang di Sel uruh Lokasi . . . 7-40 7. 34. Kelemahan dan Upaya yang Harus Dilakukan Jika Akan

Mengembangkan Budidaya perikanan di Set iap Desa . . . 7-63 7. 35. Priorit as Pengembangan Budidaya Perikanan di Masing-Masing Desa . . 7-68


(10)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal aman 3. 1. Pet a Lokasi St udi . . . 3-2 5. 1. Pet a Wilayah Pulau Nguan Kel urahan Galang Baru . . . 5-2 5. 2. Pet a Wilayah Pulau Sembur Kel urahan Gal ang Baru . . . 5-3 5. 3. Pet a Wilayah Pulau Karas dan Pulau Mubut . . . 5-19 5. 4. Pet a Kelurahan Pulau Abang Kot a Bat am . . . 5-32 7. 1. Pet a Kawasan Budidaya Laut di Pulau Abang . . . 7-6 7. 2. Pet a Kawasan Budidaya Laut di Air Saga . . . 7-11 7. 3. Pet a Kawasan Budidaya Laut di Pulau Pet ong . . . 7-16 7. 4. Pet a Kawasan Budidaya Laut di Pulau Nguan . . . 7-21 7. 5. Pet a Kawasan Budidaya Laut di Pulau Sembur . . . 7-26 7. 6. Pet a Kawasan Budidaya Laut di Pulau Karas . . . 7-31 7. 7. Pet a Kawasan Budidaya Laut di Pulau Mubut . . . 7-36 7. 8. Rumput Laut Jenis Eucheuma cot t oni i . . . 7-52 7. 9. Met ode Rakit Apung . . . 7-54 7. 10. Keramba Jaring Apung . . . 7-55 7. 11. Keramba Tancap . . . 7-57


(11)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 1-1

Bab

1

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Kecamat an Galang yang merupakan salah sat u wilayah Kot a Bat am t elah dit et apkan sebagai lokasi Program Coremap II. Tepat nya lokasi program t ersebut di Kelurahan Pulau Abang, Kelurahan Galang Baru dan Kelurahan Karas. Pada set iap kelurahan t ersebut t erdapat pula lokasi dampingan program Rehabilit asi dan Pengelolaan Terumbu Karang (Coral Reef Rehabilit at ion and Management Program). Kelurahan Pulau Abang memiliki lokasi dampingan di Air Saga, Pulau Abang Besar dan Pulau Pet ong, Kelurahan Galang Baru memiliki lokasi dampingan di Pulau Nguan dan Pulau Sembur sedangkan Pulau Karas dan Pulau Mubut merupakan lokasi dampingan yang dimiliki oleh Kelurahan Karas.

Pada t ahun 2006 Kot a Bat am t elah melakukan st udi penyiapan

Marine

Management Area

. Dalam proses penet apannya, Pemerint ah Kot a Bat am t idak menggunakan ist ilah Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD), akan t et api memakai ist ilah

Marine Management Area

. Pada bulan Juni 2007,

Marine

Management Area

Coremap II Kot a Bat am yang meliput i perairan P. Galang t elah dikukuhkan dengan SK Walikot a Bat am. Lokasi kawasan t ersebut t ersebar di wilayah Kelurahan Pulau Abang, Galang Baru dan Karas. Pada t ahun 2007 j uga, penet apan

Marine Management Area

t ersebut t elah dit indaklanj ut i dengan kegiat an Penyusunan Rencana Zonasi. Dengan demikian, MMA yang t elah dit et apkan t elah memiliki alokasi ruang unt uk berbagai kegiat an sesuai dengan pot ensi yang dimiliki oleh masing-masing kawasan. Alokasi t ersebut secara garis besar sebagai zona int i, zona perikanan berkelanj ut an, dan zona pemanf aat an dan zona lainnya.

Zona perikanan berkelanj ut an merupakan zona yang memiliki nilai konservasi, akan t et api dapat dimanf aat kan oleh pengguna (nelayan dan


(12)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 1-2 pembudidaya) sert a berpot ensi unt uk pemanf at an lain yang ramah lingkungan. Keberadaan zona ini disesuaikan dengan kegiat an yang sesuai dengan t uj uan MMA unt uk menj amin pemanf aat an perikanan berkelanj ut an. Perunt ukannya dapat diarahkan menj adi : 1). Perlindungan habit at dan populasi sumberdaya ikan, 2). Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan, 3). Budidaya yang ramah lingkungan, 4). Pariwisat a dan rekreasi, 5). Penelit ian dan pengembangan dan 6). Pendidikan.

Pemanf aat an zona perikanan berkelanj ut an unt uk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun budidaya perlu mendapat perhat ian. Hal ini berkait an dengan kebiasaan masyarakat yang selama ini kehidupannya sangat t ergant ung dari kegiat an perikanan t erut ama perikanan t angkap. Sebagai gambaran j enis mat a pencaharian penduduk di kawasan MMA didominasi oleh nelayan.

Masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai banyak wakt u luang yang dapat dimanf aat kan selain usaha penangkapan ikan. Akt ivit as penangkapan ikan yang mereka lakukan sangat t ergant ung pada musim angin. Secara perhit ungan sederhana, diperkirakan rat a-rat a wakt u produkt if nelayan dalam usaha penangkapan ikan adalah dalam sat u t ahun, hanyalah sekit ar 9 bulan dan dalam sat u bulan hanya sekit ar 20 hari.

Dengan kondisi yang demikian maka perlu dilakukan upaya unt uk mengembangkan usaha lain selain usaha penangkapan ikan dalam rangka meningkat kan pendapat an nelayan dari sat u sisi. Usaha t ersebut dapat dimulai dengan memanf aat kan wakt u luang nelayan dan keluarganya sampai menj adikan usaha t ersebut sebagai mat a pencaharian pokok oleh sebahagian dari keluarga nelayan. Salah sat u usaha t ersebut adalah budidaya laut (rumput laut dan ikan).

Pengembangan budidaya laut merupakan salah sat u peluang usaha alt ernat if yang dapat diimplement asikan di wilayah Coremap II Kot a Bat am. Hal ini didasarkan beberapa pert imbangan diant aranya perairan laut yang sangat luas, banyaknya t empat -t empat t erlindung oleh pulau-pulau kecil dan pot ensi pasar yang cukup besar karena berdekat an dengan negara t et angga sepert i Singapura dan Malaysia.


(13)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 1-3 Berkembangnya usaha budidaya l aut dil okasi Coremap II Kabupat en Bint an akan berimpl ikasi kepada beberapa hal : 1). Adanya sumber usaha ekonomi baru sebagai disversif ikasi usaha dal am meningkat kan pendapat an masyarakat pesisir, 2). Mengurangi secara bert ahap ket ergant ungan t erhadap kegiat an penangkapan ikan yang akhir-akhir ini hasil t angkapan ikan cendrung semakin menurun dan 3). Mengurangi t ekanan t erhadap ekosist em t erumbu karang.

Unt uk mewuj udkan pengembangan kegiat an perikanan di lokasi Coremap II Kot a Bat am, sebagai langkah awal perlu dilakukan st udi yang berhubungan dengan penent uan lokasi, kelayakan ekonomi dan f inansial, skala usaha dan pola pengembangannya.

1. 2. Tuj uan

Tuj uan dari kegiat an St udi Pot ensi Pengembangan Perikanan di Lokasi Coremap II Kot a Bat am adalah:

1. Menget ahui kondisi umum wilayah penelit ian

2. Menget ahui lokasi yang pot ensial unt uk mengembangkan usaha budidaya laut

3. Menget ahui kelayakan ekonomis dan f inansial budidaya laut

4. Mendapat kan t eknik budidaya yang cocok, skala dan pola pengembangan usaha budidaya bedasarkan kaj ian kelayakan usaha

1. 3. Luaran

Luaran dari kegiat an St udi Pot ensi Pengembangan Perikanan di Lokasi Coremap II Kot a Bat am adalah:

1. Tersedianya pet a lokasi pengembangan budidaya laut di wilayah Coremap II Kecamat an Galang Kot a Bat am.

2. Diket ahui layak t idaknya usaha budidaya laut dilihat dari aspek ekonomi dan f inansial.

3. Diket ahuinya skala dan pola pengembangan usaha bedasarkan kaj ian kelayakan usaha.


(14)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-1

Bab

2

TINJAUAN

PUSTAKA

2. 1. Budidaya Laut (Marine Culture)

Secar a geogr af i s Indonesi a dengan j uml ah pul au l ebi h dar i 17. 000 dan panj ang gar i s pant ai seki t ar 81. 000 km menj adi sal ah sat u negar a penghasi l pr oduk per i kanan t er besar di duni a. Namun pr oduk per i kanan i t u di hasi l kan kur ang l ebi h 77 % dar i hasi l t angkapan. Dengan adanya kecendr ungan semaki n meni pi snya sumber daya per i kanan l aut di sel ur uh duni a, ser t a semaki n menguat nya l obi par a penci nt a l i ngkungan dan bi nat ang t ampaknya pr oduksi per i kanan har us ber al i h kepada kegi at an yang ber si f at hemat sumber daya al am. Dengan mengacu kepada kai dah yang t el ah di t et apkan dal am Code of Conduct f or Responsible Fisheries, akuakul t ur ; ut amanya mar i ne cul t ur dapat menj adi t umpuan pr oduksi per i kanan di masa dat ang (Nur j ana, 2001).

Sel anj ut nya di j el askan bahwa sel ai n sebagai pemasok pent i ng dal am pr oduksi per i kanan, mencegah kepunahan spesi es t er t ent u dan mengendal i kan over f i shi ng, mar i ne cul t ur e di masa yang akan dat ang mempunyai per an l ai n yang st r at egi s di nat ar anya : 1). Pemanf aat an dan per l i ndungan sumber daya al am, 2). Penyedi aan l apangan usaha bar u, penyer apan t enaga ker j a dan pengent asan kemi ski nan, 3). Peni ngkat an devi sa negar a. Beber apa j eni s komodi t i yang mempunyai har apan unt uk di budi dayakan di ant ar anya adal ah r umput l aut , i kan ker apu, t er i pang, kepi t i ng bakau, udang wi ndu, udang put i h, t i r am, bandeng, bar onang, kakap, abal on dan ker ang hi j au.

Menurut Widodo, 2001 menj elaskan bahwa pemilihan t erhadap spesies yang akan dibudidayakan minimal mempunyai karakt erist ik ; 1). Laj u pert umbuhan dan produksi dibawah kondisi budidaya, 2). Spesies dapat


(15)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-2 dipij ahkan sehingga mudah mendapat kan benih, 3). Mau menerima pakan buat an sehingga t idak sulit unt uk mendapat kan makanan dan 4). Dit erima konsumen dan t ersedianya pasar.

2. 2. Budidaya Rumput Laut

Pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia dirint is sej ak t ahun 1980-an dalam upaya merubah kebiasaan penduduk pesisir dari pengambilan sumberdaya alam ke arah budidaya rumput laut yang ramah lingkungan dan usaha budidaya ini dapat meningkat kan pendapat an masyarakat pembudidaya j uga dapat digunakan unt uk mempert ahankan kelest arian lingkungan perairan pant ai (Dit j enkan Budidaya, 2004).

Pengembangan budidaya rumput laut merupakan salah sat u alt ernat if pemberdayaan masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan dalam hal : (1) produk yang dihasilkan mempunyai kegunaan yang beragam, (2) t ersedianya lahan unt uk budidaya yang cukup luas sert a (3) mudahnya t eknologi budidaya yang diperlukan (Depart emen Kelaut an dan Perikanan, 2001).

2. 2. 1. Biologi Rumput Laut

Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di l aut dan t ergolong dalam divisio t hal l ophyt a. Keseluruhan dari t anaman ini merupakan bat ang yang dikenal dengan sebut an t hal l us, bent uk t hal l us rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat sepert i t abung, pipih, gepeng, bulat sepert i kant ong, rambut dan lain sebagainya. Thal l us ini ada yang t ersusun hanya oleh sat u sel (uniseluler) at au banyak sel (mult iseluler). Percabangan t hal l us

ada yang t hal l us di chot omus (duadua t erus menerus), pi nat e (dua-dua berlawanan sepanj ang t hall us ut ama), pect i nat e (berderet searah pada sat u sisi t hallus ut ama) dan ada j uga yang sederhana t idak bercabang. Sif at subst ansi t hal l us j uga beraneka ragam ada yang lunak sepert i gel at in

(gel at inous), keras diliput i at au mengandung zat kapur (cal car eous}, lunak bagaikan t ulang rawan (car t il agenous), berserabut (spongeous) dan sebagainya (Soegiart o et al , 1978).


(16)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-3 Sej ak t ahun 1986 sampai sekar ang j eni s r umput l aut yang banyak di budi dayakan di Kepual auan Ser i bu adal ah j eni s Eucheuma cot t oni i .

Rumput l aut j eni s Eucheuma cot t oni i i ni j uga di kenal dengan nama

Kappaphycus al var ezi i . Menur ut Dawes dal am Kadi dan At madj a (1988) bahwa secar a t aksonomi r umput l aut j eni s Eucheuma dapat di kl asi f i kasi kan sebagai ber i kut :

Divisio : Rhodophyt a

Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigart inales

Famili : Solieriaceae Genus : Eucheuma Spesies : Eucheuma cot t oni i

Genus Eucheuma merupakan ist ilah popular dibidang niaga unt uk j enis rumput laut penghasil karaginan. Nama ist il ah ini resmi bagi spesies Eucheuma

yang dit ent ukan berdasarkan kaj ian f ilogenet is dan t ipe karaginan yang t erkandung di dal amnya. Jenis Eucheuma ini j uga dikenal dengan Kappaphycus

(Dot y, 1987 dal am Yusron, 2005).

Ciri-ciri Eucheuma cot t oni i adalah t hal l us dan cabang-cabangnya berbent uk silindris at au pipih, percabangannya t idak t erat ur dan kasar (sehingga merupakan lingkaran) karena dit umbuhi ol eh nodul l a at au spine

unt uk melindungi gamet an. Uj ungnya runcing at au t umpul berwarna coklat ungu at au hij au kuning. Spina Eucheuma cot t oni i t idak t erat ur menut upi

t hal l us dan cabang-cabangnya. Permukaan licin, car t i l agi nous, warna hij au, hij au kuning, abau-abu at au merah. Penampakan t hal l us bervariasi dari bent uk sederhana sampai kompleks (Dit j enkan Budidaya, 2004).

2. 2. 2. Kondisi Fisika, Biologi dan Kimia Lingkungan

Lokasi dan lahan budidaya unt uk pert umbuhan rumput laut j enis

Eucheuma di wilayah pesisir dipengaruhi oleh berbagai f akt or ekol ogi oseanograf is yang meliput i paramet er lingkungan f isik, biol ogi dan kimiawi perairan (Puslit bangkan, 1991)


(17)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-4 Kondisi Lingkungan Fisika

Unt uk menghindari kerusakan f isik sarana budidaya maupun rumput laut dari pengaruh angin t opan dan ombak yang kuat , maka diperlukan lokasi yang t erlindung dari hempasan ombak sehingga diperairan t eluk at au t erbuka t et ap t erlindung oleh karang penghalang at au pulau di depannya unt uk budidaya rumput laut (Puslit bangkan, 1991).

Dasar perairan yang paling baik unt uk pert umbuhan Eucheuma cot t oni i

adalah yang st abil t erdiri dari pat ahan karang mat i (pecahan karang) dan pasir kasar sert a bebas dari lumpur, dengan gerakan air (arus) yang cukup 20-40 cm/ det ik (Dit j enkan Budidaya, 2005).

Kedalaman air yang baik unt uk pert umbuhan Eucheuma cot t oni i adalah ant ara 2-15 m pada saat surut t erendah unt uk met ode apung. Hal ini akan menghindari rumput laut mengalami kekeringan karena t erkena sinar mat ahari secara langsung pada wakt u surut t erendah dan memperoleh (mengopt imalkan) penet rasi sinar mat ahari secara langsung pada wakt u air pasang (Dit j enkan Budidaya, 2005).

Kenaikan t emperat ur yang t inggi mengakibat kan t hal l us rumput laut menj adi pucat kekuning-kuningan yang menj adikan rumput laut t idak dapat t umbuh dengan baik. Oleh karena it u suhu perairan yang baik unt uk budidaya rumput laut adalah 20-28° C dengan f lukt uasi harian maksimum 4° C (Puslit bangkan, 1991)

Ti ngkat kecer ahan yang t i nggi di per l ukan dal am budi daya r umput l aut . Hal i ni di maksudkan agar cahaya penet r asi mat ahar i dapat masuk kedal am ai r . Int ensi t as si nar yang di t er i ma secar a sempur na ol eh

t hal l us mer upakan f akt or ut ama dal am pr oses f ot osi nt esi s. Kondi si ai r yang j er ni h dengan t i ngkat t r anspar ansi t i dak kur ang dar i 5 met er cukup bai k unt uk per t umbuhan r umput l aut (Pusl i t bangkan, 1991). Kondisi Lingkungan Kimia

Rumput laut t umbuh pada salinit as yang t inggi. Penurunan salinit as akibat air t awar yang masuk akan menyebabkan pert umbuhan rumput laut menj adi t idak normal. Salinit as yang dianj urkan unt uk budidaya rumput laut sebaiknya j auh dari mulut muara sungai. Salinit as yang dianj urkan unt uk budidaya rumput laut Eucheuma cot t onii adalah 28-35 ppt (Dit j enkan Budidaya, 2005).


(18)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-5

Mengandung cukup makanan ber upa makr o dan mi kr o nut r i en. Menur ut

Joshi mur a dal am War doyo (1978) bahwa kandungan f osf at sangat bai k bi l a ber ada pada ki sar an 0, 10-0, 20 mg/ L sedangkan ni t r at dal am kondi si ber kecukupan bi asanya ber ada pada ki sar an ant ar a 0, 01-0, 7 mg/ L. Dengan demi ki an dapat di kat akan per ai r an t er sebut mempunyai t i ngkat kesubur an yang bai k dan dapat di gunakan unt uk kegi at an budi daya l aut . Kondisi Lingkungan Biologi

Sebaiknya unt uk perairan budidaya Eucheuma dipilih perairan yang secara alami dit umbuhi oleh komonit as dari berbagai makro algae sepert i Ul ve, Caul er pa, Padi na, Hypnea dan l ain-lain, dimana hal ini merupakan salah sat u indikat or bahwa perairan t ersebut cocok unt uk budidaya Eucheuma.

Kemudian sebaiknya bebas dari hewan air lainnya yang bersif at herbivora t erut ama ikan baronang/ lingkis (Si ganus. spp), penyu laut (Chel oni a midos) dan bulu babi yang dapat memakan t anaman budidaya (Puslit bangkan, 1991).

2. 2. 3. Metode Budidaya

Secara umum di Indonesia, budidaya rumput laut dil akukan dal am t iga met ode penanaman berdasarkan posisi t anaman t erhadap dasar perairan (Dirj en Perikanan Budidaya Direkt oral Pembudidayaan, 2004). Ket iga budidaya t ersebut dij elaskan sebagai berikut :

1. Met ode Dasar (bot t om met hod)

Penanaman dengan met hode ini dilakukan dengan mengikat bibit t anaman yang t elah dipot ong pada karang at au balok semen kemudian disebar pada dasar perairan. Met ode dasar merupakan met ode pembudidayaan rumput laut dengan menggunakan bibit dengan berat t ert ent u.

2. Met ode Lepas Dasar (of f -bot t om met hod)

Met ode ini dapat dil akukan pada dasar perairan yang t erdiri dari pasir, sehingga mudah unt uk menancapkan pat ok/ pancang. Met ode ini sul it dilakukan pada dasar perairan yang berkarang. Bibit diikat dengan t al i raf ia yang kemudian diikat kan pada t ali plast ik yang dirent angkan pada


(19)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-6 pokok kayu at au bambu. Jarak ant ara dasar perairan dengan bibit yang akan dilakukan berkisar ant ara 20-30 cm. Bibit yang akan dit anam berukuran 100-150 gram, dengan j arak t anam 20-25 cm. Penanaman dapat pula dilakukan dengan j aring yang berukuran yang berukuran 2, 5x5 m2 dengan lebar mat a 25-30 cm dan dirent angkan pada pat ok kemudian bibit rumput laut diikat kan pada simpul-simpul nya.

3. Met ode Apung (f l oat i ng met hod)/Longline

Met ode ini cocok unt uk perairan dengan dasar perairan yang berkarang dan pergerakan airnya di dominasi oleh ombak. Penanaman menggunakan rakit -rakit dari bambu sedang dengan ukuran t iap rakit bervariasi t ergant ung dari ket ersediaan mat erial, t et api umumnya 2, 5x5 m2 unt uk memudahkan pemeliharaan.

Pada dasarnya met ode ini sama dengan met ode lepas dasar hanya posisi t anaman t erapung dipermukaan mengikut i gerakan pasang surut . Unt uk mempert ahankan agar rakit t idak hanyut digunakan pemberat dari bat u at au j angkar. Unt uk menghemat area, beberapa rakit dapat dij adikan menj adi sat u dan t iap rakit diberi j arak 1 met er unt uk memudahkan dalam pemeliharaan. Bibit diikat kan pada t ali plast ik dan at au pada masing-masing simpul j aring yang t elah dirent angkan pada rakit t ersebut dengan ukuran berkisar ant ara 100-150 gram.

2. 2. 4. Pertumbuhan

Pert umbuhan adalah perubahan ukuran suat u organisme yang dapat berupa berat at au panj ang dalam wakt u t ert ent u. Pert umbuhan rumput l aut sangat dipengaruhi ol eh dua f akt or yait u f akt or int ernal dan f akt or ekst ernal. Fakt or int ernal yang berpengaruh ant ara lain j enis, galur, bagian t halus dan umur. Sedangkan f akt or ekst ernal yang berpengaruh ant ara lain keadaan f isik dan kimiawi perairan. Namun demikian selain f akt or-f akt or t ersebut ada f akt or lain yang sangat menent ukan keberhasilan pert umbuhan dari rumput laut yait u pengel olaan yang dilakukan oleh manusia. Fakt or pengelolaan yang harus diperhat ikan sepert i subst rat perairan dan j uga j arak t anam bibit dal am sat u rakit apung (Syaput ra, 2005).


(20)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-7 Pert umbuhan j uga merupakan salah sat u aspek biologi yang harus diperhat ikan. Ukuran bibit rumput laut yang dit anam sangat berpengaruh t erhadap l aj u pert umbuhan dan bibit t hal l us yang berasal dari bagian uj ung akan memberikan laj u pert umbuhan lebih t inggi dibandingkan dengan bibit t hallus dari bagian pangkal. Menurut Puslit bangkan (1991), laj u pert umbuhan rumput laut yang dianggap cukup mengunt ungkan adalah diat as 3% pert ambahan berat perhari.

Rumput laut merupakan organisme laut yang memiliki syarat -syarat lingkungan t ert ent u agar dapat hidup dan t umbuh dengan baik. Semakin sesuai kondisi lingkungan perairan dengan areal yang akan dibudidayakan akan semakin baik pert umbuhannya dan j uga hasil yang diperoleh (Syaput ra, 2005).

Soegiart o et al, (1978), menyat akan bahwa laj u pert umbuhan rumput laut berkisar ant ara 2-3 % per hari. Pada percobaan penanaman dengan menggunakan rak t erapung pada t iga lapisan kedalaman t ampak bahwa yang lebih dekat dengan permukaan (30 cm) t umbuh lebih baik dari lapisan kedalaman dibawahnya karena cahaya mat ahari merupakan f akt or pent ing unt uk pert umbuhan rumput laut . Pada kedalaman t idak t erj angkau cahaya mat ahari, maka rumput laut t idak dapat t umbuh. Demikian pula iklim, let ak geograf is dan f akt or oceanograf i sangat menent ukan pert umbuhan rumput laut .

Pert umbuhan rumput laut dikat egorikan dalam pert umbuhan somat ik dan pert umbuhan f isiologis. Pert umbuhan somat ik merupakan pert umbuhan yang diukur berdasarkan pert ambahan berat , panj ang t hallus sedangkan pert umbuhan f isiologis dilihat berdasarkan reproduksi dan kandungan koloidnya.

Ukuran rakit berpengaruh t erhadap laj u pert umbuhan dan produkt ivit as rumput laut . Laj u pert umbuhan t ert inggi mencapai 4, 31% dan produkt ivit as mencapai 7, 33 kg/ m2. Ukuran rakit yang opt imal di Serewe adalah 10m x 10m, sedangkan di Teluk Ekas 5m x 10m dan 5m x 5m (Nazam, et al, 1998). Pert umbuhan rumput laut memerlukan gerakan/ goyangan yang dit imbulkan oleh ombak agar pert ukaran air dapat merat a ke seluruh permukaan rakit dan mengenai set iap rumpun t anaman. Ol eh karena it u ukuran rakit perlu disesuaikan dengan besarnya ombak, agar gerakan/ goyangan rakit opt imal.


(21)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-8 Gerakan/ goyangan rakit yang t erlalu keras akan menyebabkan keront okan rumput laut . Met ode rakit apung sangat cocok dikembangkan pada perairan yang dasarnya t erdiri dari karang dan pergerakannya didominasi oleh ombak. Kelebihan dari met ode rakit apung dibandingkan dengan met ode lain adal ah pert umbuhan t anaman lebih baik karena pergerakan air dan int ensit as cahaya yang dit erima oleh t anaman cukup baik. Selain it u t anaman lebih aman dari gangguan bulu babi dan pemeliharaan t anaman lebih mudah dilakukan.

Wakt u t anam berpengaruh pada pert umbuhan rumput laut dan yang opt imal adalah April s/ d Sept ember (Prisdiminggo et al, 1998). Wakt u t anam berkait an erat dengan perubahan iklim dan kondisi perairan. Suhu air yang t inggi dan keadaan ombak yang t enang menyebabkan laj u pert umbuhan t erhambat . Perubahan lingkungan j uga biasanya diikut i oleh serangan penyakit ice-ice, sehingga pert umbuhan t idak normal, warna pucat dan permukaan t anaman dit ut upi oleh debu air (salt) sehingga t allus mudah pat ah/ ront ok. Saat t erj adinya serangan ice-ice berbeda ant ar daerah. Serangan ice-ice di t eluk Serewe dan Ekas t erj adi pada bulan Sept ember – akhir Januari. Pada musim penghuj an sering t erj adi blooming lumut yang menut upi permukaan t anaman sehingga mengurangi penet rasi cahaya dan pesaing dalam mendapat kan zat makanan sehingga t anaman berwarna pucat , pert umbuhan t erhent i dan akhirnya ront ok.

Lembaga Penelit ian Perikanan Laut Indonesia (1975) dalam Sugiart o, et al

(1983), menemukan bahwa t erdapat suat u variasi musim pert umbuhan

E. spinosum yang dibudidayakan di Pulau Samaringa, Sulawesi Tengah. Variasi pert umbuhan t ersebut erat hubungannya dengan keadaan ombak at au pergerakan air. Makin besar pergerakan air makin cepat perkembangan pert umbuhannya. Hal ini t erj adi pada bulan Desember dan Januari. Keadaan laut yang t enang bervariasi dari sat u t empat ke t empat lain. Mubarak, (1991), mengamat i bahwa di Pulau Seribu air laut sangat t enang t erj adi ant ara bulan Maret -Juni, sedangkan di Bali air laut sangat t enang t erj adi pada bulan April-Agust us. Selanj ut nya Ismail (1992) mengemukakan bahwa produksi yang dihasilkan dari budidaya rumput laut salah sat unya dit ent ukan oleh laj u/ t ingkat pert umbuhan (growt h rat e).


(22)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-9 Laj u pert umbuhan per hari sangat dit ent ukan oleh sesuai at au t idaknya perairan t ersebut bagi kehidupan t anaman. Salah sat u f akt or t erpent ing adalah cukup kuat t idaknya gerakan ai r/ arus yang berf ungsi sebagai pembawa makanan/ zat hara t anaman. Kondisi perairan yang opt imum unt uk budidaya

E. spi nosum adalah kecepat an air sekit ar 20-40 cm per det ik, dasar perairan cukup keras t idak berlumpur, kisaran salinit as 28-34 ppt (opt imum 33 ppt ), suhu air berkisar 20-28oC dengan f lukt uasi harian maksimal 4oC, kecerahan t idak kurang dari 5 m, pH ant ara 7, 3 - 8, 2 (Foscarini, et al, 1990; Cholik, 1991; Ismail, 1992).

Pengelolaan budidaya dengan menyediakan bibit yang dihasilkan sendiri memberikan beberapa keunt ungan ant ara lain dapat diperoleh bibit yang berkualit as sehingga produkt ivit as meningkat dan t ingkat ket ergant ungan dengan nel ayan lain dapat dikurangi dan menekan biaya usahat ani khususnya biaya bibit yang t inggi (Nazam et al, 1998). Rakit bibit harus t erpisah dari rakit budidaya. Umur bibit yang baik 25-30 hari. Sedangkan panen unt uk dikeringkan pada umur 45-50 hari. Perlu diat ur wakt u penanaman unt uk rakit bibit dan rakit usaha sedemikian rupa, sehingga bibit selalu t ersedia pada saat panen rakit usaha. Unt uk it u penanaman unt uk bibit dilakukan 10-15 hari sesudah penanaman rakit usaha. Perbandingan rakit bibit dan rakit usaha yang opt imal adalah 1: 3 (Nazam et al, 1998).

2. 3. Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung

Budidaya l aut merupakan salah sat u usaha perikanan dengan cara pengembangan sumber-dayanya dalam area t erbat as baik dialam t erbuka maupun t ert ut up (BARDACH et al. 1972 ). Namun pert ama-t ama sangat diperlukan adalah kualit as air yang cocok bagi kehidupan normal yang dibudidaya. HICKLING ( 1962 ) menyebut kan misalnya bahwa Air laut normal selalu bersif at basa dan kondisi demikian diperlukan bagi kehidupan biot a laut . Fakt or-f akt or l ain yang mensif at i kualit as air laut ant aranya adalah salinit as, suhu dan kandungan oksigen. Dari keadaan di at as maka persyarat an kualit as air unt uk budidaya laut yang dimasa silam t idak melibat kan banyak paramet er, sekarang harus dimasukkan pul a berbagai j enis bahan pencemar sebagai pert imbangan.


(23)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-10 Dalam kegiat an usaha budidaya ikan di perairan laut harus mempert imbangkan beberapa f akt or resiko. Fakt or kemudahan lokasi budidaya dan t ermasuk paramet er f isika, kimia dan biologi perairan. Adapun f akt or resiko yang meliput i ket erlindungan, pencemaran, manusia, perbedaan kepent ingan. Fakt or kemudahan meliput i ant ara lain yait u dekat dengan t empat t inggal, list rik, penyedia barang, pasar dan lain-lain. Sedangkan unt uk spesif ikasi lokasi meliput i kondisi pasang surut , arus, kedalaman air, oksigen t erlarut , salinit as, pH, suhu, kekeruhan dan sif at biologi perairan lainnya (Rahardj o & Winant o, 1997).

2. 3. 1. Pemilihan Lokasi

Ada beberapa pert imbangan dal am menent ukan l okasi unt uk kegiat an keramba j aring apung. Adapun hal yang menj adi pert imbangan dalam penent uan lokasi unt uk kegiat an budidaya laut menurut (Kordi, 2005) adalah sebagai berikut :

Arus berguna dalam kegiat an budidaya perairan. Arus berguna unt uk menambah kembali oksigen t erlarut di dalam t empat pemeliharaan (kurungan j aring apung), arus maksimum yang ideal unt uk lokasi budiday ikan di laut dalah 50 cm/ det ik. Sedangkan kecepat an arus ant ara 20-40 cm/ det ik merupakan kisaran yang baik unt uk kegiat an budidaya ikan di kurungan j aring apung.

Kedal aman ai r yang bai k mi ni mum 5 m at au ber j ar ak 2 m dar i dasar j ar i ng, hal i ni akan member i kan kesempat an t er j adi nya per gant i an masa ai r ut amanya di bagi an dasar j ar i ng yang di gunakan, ser t a menghi ndar i adanya gesekan dengan dasar per ai r an, sel ai n i t u, kedal aman per ai r an j uga ber manf aat unt uk menghi ndar i t er j adi nya penumpukkan pakan, gangguan or gani sme dasar , kot or an i kan, dan kot or an l ai nnya di dal am dasar j ar i ng.

Pada pemasangan keramba j aring apung j uga mempert imbangkan keamanan lokasi dari gelombang dan arus. Lokasi perairan harus t erlindung dari badan dan gel ombang. Sebaiknya lokasi yang dipilih dekat dengan pulau-pulau kecil agar t erlindung dari ancaman gelombang dan arus laut .


(24)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-11

Lokasi yang dipilih j uga t idak t ercemar oleh limbah indust ri, limbah rumah

t angga, limbah pert anian dan lain-lainnya. Unt uk mempert imbangkan lokasi bebas dari pencemaran adalah dengan mempert imbangkan BOD5 harus besar dari 5 mg/ l, kadar amonia maksimal 0, 1 ppm dan t ot al bakt eri t idak boleh melampui 3. 000 sel/ m3.

Unt uk pemilihan lokasi sebaiknya mempert imbangkan lalu lint as perahu at au kapal, sehingga t idak menganggu ket enangan ikan yang dibudidayakan di keramba j aring apung, maka l okasi budidaya sebaiknya dipilih di t eluk, selat di ant ara pulau-pulau yang berdekat an at au perairan t erbuka dengan t erumbu karang penghalang yang cukup panj ang.

Selain it u dapat mempert imbangkan ancaman predat or. Beberapa hewan laut yang sering mengganggu keramba, ant ara lain adalah ikan bunt al dan ikan-ikan besar yang ganas, misalnya hiu. Hewan yang merusak keramba dan mengancam ket enangan ikan, sehingga produksi dapat berkurang at au bahkan hil ang sama sekali.

Oksigen t erlarut adalah sat u j enis gas t erlarut dalam air dengan j umlah yang sangat banyak. Oksigen diperlukan ikan unt uk pernapasannya dalam air. Unt uk pert umbuhan ikan-ikan laut , kandungan oksigen t erlarut dalam air minimal 4 ppm, sedangkan kandungan opt imum adalah ant ara 5 – 6 ppm.

pH air mempengaruhi t ingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi

kehidupan j asad renik. Perairan asam akan kurang produkt if dan dapat membunuh ikan. Unt uk usaha budidaya ikan agar berhasil dengan baik pH air sebaiknya berkisar ant ara 6, 5 – 9, 0 dan pert umbuhan opt imal ikan t erj adi pada pH 7- 8.

Suhu mempengaruhi akt ivit as met abolisme organisme, karena penyebaran organisme baik di l aut an maupun diperairan t awar dibat asi oleh suhu perairan t ersebut . Suhu sangat berpengaruh t erhadap kehidupan dan pert umbuhan ikan. Suhu j uga mempengaruhi selera makan ikan, ikan akan lahap makan pada pagi dan sore hari sewakt u suhu air berkisar 27 – 28 oC. Adapuan suhu opt imal bagi kehidupan ikan adalah ant ara 24 – 32 oC.

Salinit as adalah konsent rasi rat a-rat a seluruh larut an garam yang t erdapat di dalam air laut . Unt uk keperluan budidaya ikan laut , maka salinit as disesuaikan


(25)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-12 dengan j enis ikan yang akan dibudidayakan. Ikan kerapu karang dan kerapu bebek salinit as berkisar 33 – 35 ppt , kerapu lumpur ant ara 15 – 35 ppt , Beronang pada salinit as ant ara 15 – 35 ppt , Kakap ant ara salinit as 30 – 35 ppt sedangkan kakap put ih pada salinit as ant ara 10 – 35 ppt .

2. 3. 2. Persiapan Sarana Budidaya

Unt uk pemeliharaan ikan dalam keramba j aring apung memerlukan sarana dan prasaran budidaya. Adapun sarana dan prasarana t ersebut secara umum (Riskt ek, 2001; Akbar dan Sudaryant o, 2001; Tang, Alawi dan Kusai, 2002; Ghuf ron, 2005, ) adalah sebagai berikut

a. Kerangka/ rakit

Kerangka berf ungsi sebagai t empat pelet akan kurungan, t erbuat dari bahan bambu, kayu, besi bercat ant i karat at au paralon. Bahan yang dianj urkan adalah bahan yang relat if murah dan mudah didapat i di lokasi budidaya. Bent uk dan ukuran rakit bervariasi t ergant ung dari ukuran yang digunakan. Set iap unit kerangka biasanya t erdiri at as 4 (empat ) buah kurungan.

b. Pelampung

Pelampung berf ungsi unt uk melampungkan seluruh sarana budidaya t ermasuk rumah j aga dan benda at au barang lain yang diperl ukan unt uk kepent ingan pengel olaan. Bahan pelampung dapat berupa drum plast ik/ besi at au st yrof oam (pelampung st rof oam). Ukuran dan j umlah pelampung yang digunakan disesuaikan dengan besarnya beban. Sebagai cont oh unt uk menahan sat u unit kerangka yang t erdiri dari empat buah kurungan yang masing-masing berukuran (3x3x3) m³ diperlukan pelampung drum plast ik/ drum besi volume 200 lit er sebanyak 9 buah, at au 11 buah dengan perhit ungan 2 buah, unt uk menahan beban lain (10/ 4x9) buah dit ambah 2 buah unt uk menahan beban t ambahan. Pelampung diikat dengan t ali polyet hyline (PE) yang bergaris t engah 0, 8-1, 0 cm.

c. Kurungan

Kurungan at au wadah unt uk memelihara ikan, disarankan t erbuat dari bahan polyet hline (PE) karena bahan ini disamping t ahan t erhadap pengaruh lingkungan j uga harganya relat if murah j ika dibandingkan dengan bahan-bahan


(26)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-13 lainnya. Bent uk kurungan buj ur sangkar dengan ukuran (3x3x3) m³ . Ukuran mat a j aring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dibudidayakan. Unt uk ukuran ikan dengan panj ang kurang dari 10 cm lebar mat a yang digunakan adalah 8 mm (5/ 16 inchi). Jika panj ang ikan berkisar ant ara 10-15 cm lebar mat a j aring digunakan adalah 25 mm (1 inchi), sedangkan unt uk ikan dengan ukuran panj ang 15-40 cm at au lebih digunakan lebar mat a j aring ukuran 25-50 mm (1-2 inchi). Pemasangan kurungan pada kerangka dilakukan dengan cara mengikat uj ung t ali ris at as pada sudut rakit . Agar kurungan membent uk kubus/ kot ak digunakan pemberat yang diikat kan pada keempat sudut t ali ris bawah. Selanj ut nya pemberat diikat kan ke kerangka unt uk mempermudah pekerj aan pengangkat an/ penggant ian kurungan unt uk mencegah kemungkinan lolosnya ikan at au mencegah serangan hewan pemangsa, pada bagian at as kurungan sebaiknya diberi t ut up dari bahan j aring.

d. Jangkar

Agar seluruh sarana budidaya t idak bergeser dari t empat nya akibat pengaruh arus angin maupun gelombang, digunakan j angkar. Jangkar dapat t erbuat dari bet on at au besi. Set iap unit kurungan j aring apung menggunakan 4 buah j angkar dengan berat ant ara 25-50 kg. Panj ang t ali j angkar biasanya 1, 5 kali kedalaman perairan pada wakt u pasang t inggi. 2. 3. 3. Pengelolaan Sarana dan Ikan Peliharaan

Agar sarana budidaya keramba j aring apung ini dapat dimanf aat kan secara maksimal diperlukan pengelolaan yang baik, secara umum ada dua cara pengelolaan dalam budidaya ikan dalam keramba j aring apung. Pengelolaan t ersebut berupa pengelolaan sarana budidaya dan pengelolaan ikan peliharaan. Adapun pengelolaan sarana dan ikan peliharaan (Riskt ek, 2001; Akbar dan Sudaryant o, 2001; Tang, Alawi dan Kusai, 2002; Ghuf ron, 2005) sebagai berikut :

Pengelolaan Sarana

Sarana budidaya berupa kerangka/ rakit , kurungan apung, pelampung dan lain-lain harus mendapat perawat an secara berkala. Kendala yang biasa t erj adi pada budidaya j aring apung ini adalah pengot oran/ penempelan oleh organisme penempel ini sepert i t erit ip, algae, kerang-kerangan dan lain-lain


(27)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-14 dapat t erj adi pada semua sarana budidaya yang t erendam dalam air. Penempelan organisme sangat menggangu pert ukaran air dan menyebabkan kurungan bert ambah berat . Unt uk menanggulangi organisme penempel ini, dilakukan pembersihan j aring secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali at au t ergant ung pada banyak sedikit nya organisme yang menempel. Penempelan oleh algae dapat dit anggulangi dengan memasukkan beberapa ekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan algae t ersebut . Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara menyikat at au menyemprot dengan air bert ekanan t inggi.

Pengelolaan Ikan

Kegiat an pengelolaan ikan yang dipelihara dikurungan adalah mengont rol dan mengawasi ikan peliharaan secara berkala, guna unt uk menghindari t erj adinya pert umbuhan yang t idak seragam karena adanya persaingan dalam mendapat kan makanan. Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengont rolan it u t erlihat ukuran ikan yang t idak seragam. Dalam melakukan pengont rolan, perlu diperhat ikan dan diusahakan j angan sampai t erj adi st ress (ket eganan) dan kerusakan f isik pada ikan.

2 . 4 . Budidaya Teripang

Ket imun laut at au t eripang at au t repang adalah ist ilah yang diberikan unt uk hewan invert ebrat a t imun laut (Hol ot hur oi dea) yang dapat dimakan. Ia t ersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mul ai dari zona pasang surut sampai laut dalam t erut ama di Samudra Hindia dan Samudra Pasif ik Barat (id. wikipedia. org, 2009). Di beri nama “ Sea Cucumber” karena bent uknya sepert i ket imun. Kelompok hewan ini adal ah sea cucumbers at au hol ot hurians (disebut holot hurians karena hewan ini dimasukkan dalam kelas Holot huroidea). Kelompok t imun laut yang ada di dunia ini lebih dari 1200 j enis, dan sekit ar 30 j enis di ant aranya adalah kelompok t eripang (id. wikipedia. org)

Teripang adalah hewan yang bergerak lambat , hidup pada dasar subst rat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan t erumbu. Teripang merupakan


(28)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-15 komponen pent ing dalam rant ai makanan di t erumbu karang dan ekosist em asosiasinya pada berbagai t ingkat st rukt ur pakan (t rophic levels). Teripang berperan pent ing sebagai pemakan deposit (deposit f eeder) dan pemakan suspensi (suspensi f eeder). Di wilayah Indo-Pasif ik, pada daerah t erumbu yang t idak mengalami t ekanan eksploit asi, kepadat an t eripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana set iap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen set iap harinya (Purwat i, 2005; Darsono, 2005; id. wikipedia. org, 2009).

Beberapa spesies t eripang yang mempunyai nilai ekonomis pent ing diant aranya: t eripang put ih (Hol ot hur ia scabr a), t eripang koro (Micr ot hel e nobel is), t eripang pandan (Theenot a ananas), t eripang dongnga (St i chopu ssp) dan beberapa j enis t eripang lainnya (Depart emen Kelaut an dan Perikanan, 2005).

2. 4. 1. Pemilihan Lokasi

Unt uk mendapat kan lokasi budidaya t eripang yang baik diperlukan pemilihan lokasi budidaya. Kegiat an t ersebut merupakan salah sat u syarat yang cukup menent ukan unt uk mencapai keberhasilan suat u usaha budidaya t eripang. Hal ini disebabkah lokasi at au t empat pemeliharaan t eripang adalah t empat yang secara langsung mempengaruhi kehidupannya. Adapun krit eria pemilihan lokasi budidaya t eripang (Depart emen Kelaut an dan Perikanan, 2005; Rust am, 2006) adalah sebagai berikut :

a. Tempat t erlindung

Bagi budidaya t eripang diperlukan t empat yang cukup t erlindung dari guncangan angin dan ombak.

b. Kondisi dasar perairan

Dasar perairan hendaknya berpasir, at au pasir berlumpur bercampur dengan pecahan-pecahan karang dan banyak t erdapat t anaman air semacam rumput laut at au alang-alang l aut .

c. Salinit as

Dengan kemampuan yang t erbat as dalam pengat uran esmat ik, t eripang t idak dapat bert ahan t erhadap perubahah drast is at as salinit as (kadar garam). Sal init as yang cocok adal ah ant ara 30 – 33 ppt .


(29)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-16 d. Kedalaman air

Di alam bebas t eripang hidup pada kedalaman yang berbeda-beda menurut besarnya. Teripang muda t ersebar di daerah pasang surut , set el ah t ambah besar pindah ke perairan yang dalam. Lokasi yang cocok bagi budidaya sebaliknya pada kedalaman air laut 0, 40 sampai 1, 50 m pada air surut t erendah.

e. Ket ersediaan benih

Lokasi budidaya sebaiknya t idak j auh dari t empat hidup benih secara alamiah. Terdapat nya benih alamiah adal ah indikat or yang baik bagi lokasi budidaya t eripang;

f . Kondisi lingkungan

Perairan sebaiknya harus memenuhi st andard kualit as air laut yang baik bagi kehidupan t eripang sepert i :

pH 6, 5 – 8, 5

Kecerahan air laut 50 cm

Kadar oksigen t erlarut 4 – 8 ppm

Suhu air laut 20 – 25° celcius

Disamping it u, lokasi harus bebas dari pencemaran sepert i bahan organik, l ogam, minyak dan bahan-bahan beracun lainnya

2. 4. 2. Metode Budidaya

Met ode yang digunakan unt uk membudidayakan t eripang (ket imun laut ) yait u dengan menggunakan met ode pencult ure. Met ode pencult ure adalah suat u usaha memelihara j enis hewan laut yang bersif at melat a dengan cara memagari suat u areal perairan pant ai seluas kemampuan at au seluas yang diinginkan sehingga seolah-ol ah t erisol asi dari wilayah pant ai lainnya (Depart emen Kelaut an dan Perikanan, 2005).

Bahan yang digunakan ialah j aring (super-net ) dengan mat a j aring sebesar 0, 5 – 1 inci at au dapat j uga dengan bahan bambu (kisi-kisi). Dengan met ode ini maka lokasi/ areal yang dipagari t ersebut akan t erhindar dari hewan-hewan pemangsa (predat or) dan sebaliknya hewan laut yang dipelihara t idak dapat keluar dari areal yang t elah dipagari t ersebut (Rust am, 2006).


(30)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-17 Pemasangan pagar unt uk memel ihara t eripang, baik pagar bambu (kisi-kisi) at aupun j aring super net cukup set inggi 50 cm sampai 100 cm dari dasar perairan. Luas lokasi yang ideal pencult ure ini ant ara 500 – 1. 000 m2 (Depart emen Kelaut an dan Perikanan, 2005).

Selanj ut nya dij elaskan bahwa t eripang yang dij adikan induk ialah yang sudah dewasa at au diperkirakan sudah dapat melakukan reproduksi dengan ukuran berkisar ant ara 20 – 25 cm. Sedangkan benih t eripang al am yang baik unt uk dibudidayakan dengan met oda pencult ure adal ah yang memiliki berat ant ara 30 sampai 50 gram per ekor at au kira-kira memiliki panj ang badan 5 cm sampai 7 cm. Pada ukuran t ersebut benih t eripang diperkirakan sudah lebih t ahan melakukan adapt asi t erhadap lingkungan yang baru.

Fakt or makanan dalam pemeliharaan (budidaya t eripang t idak menj adi masalah sebagaimana halnya hewan-hewan laut lainnya. Teripang dapat memperoleh makanannya dari alam, berupa plankt on dan sisa-sisa endapan karang yang berada di dasar laut . Namun demikian unt uk lebih mempercepat pert umbuhan t eripang dapat diberikan makanan t ambahan berupa campuran dedak dan pupuk kandang (kot oran ayam).

Teripang dapat hidup bergerombol dit empat yang t erbat as. Oleh karena it u dalam usaha budidayanya dapat diperlakukan dengan padat penebaran yang t inggi. Unt uk ukuran benih t eripang sebesar 20 – 30 gram per ekor, padat penebaran berkisar ant ara 15 – 20 ekor per met er persegi, sedangkan unt uk benih t eripang sebesar 40 – 50 gram per ekor, padat penebarannya berkisar ant ara 10 – 15 ekor per met er persegi.

Pemberian makanan t ambahan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Hal ini disesuaikan dengan sif at hidup at au kebiasaan hidup dari t eripang. Pada wakt u siang hari t eripang t idak begit u akt if bila dibandingkan dengan pada malam hari, karena pada wakt u siang hari ia akan membenamkan dirinya dibawah dasar pasir/ karang pasir unt uk berist irahat dan unt uk menghindari/ melindungi dirinya dari pemangsa/ predat or, sedangkan pada wakt u malam hari ia akan lebih akt if mencari makanan, baik berupa plankt on maupun sisa-sisa endapan karang yang berada didasar perairan t empat hidupnya.


(31)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 2-18 Wakt u yang t epat unt uk memulai usaha budidaya t eripang disuat u lokasi t ert ent u ialah 2-3 bulan set elah wakt u pemij ahan t eripang di alam (apabil a menggunakan benih dari alam). Benih alam yang berumur 2 sampai 3 bulan diperkirakan sudah mencapai berat 20 – 50 gram per ekor.

Pemungut an hasil panen dapat dilakukan set elah ukuran t eripang berkisar ant ara 4 sampai 6 ekor per kg (market size). Unt uk mendapat kan ukuran ini biasanya t eripang dipelihara selama 6 – 7 bulan, dengan survival yang dicapai kurang lebih 80% dari t ot al penebaran awal. Panen dilakukan pada pagi hari sewakt u air sedang surut dan sebelum t eripang membenamkan diri. Panen dapat dil akukan secara bert ahap yait u dengan memilih t eripang yang berukuran besar at au j uga dapat dilakukan secara t ot al, kemudian dilakukan seleksi menurut golongan ukuran.


(32)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-1

Bab

3

METODOLOGI

3. 1. Waktu dan Tempat

Wakt u pelaksanaan penelit ian dimulai dari bulan Mei sampai November 2009. Tempat penelit ian dilakukan diseluruh desa yang dij adikan Lokasi Coremap II Kot a Bat am yait u Kelurahan Galang Baru (Pulau Nguan dan Sembur), Kelurahan Karas (Pulau Karas dan Mubut ) dan Kelurahan Pulau Abang (Pulau Abang Besar, Air Saga dan Pulau Pet ong). Gambar Lokasi dapat dil ihat pada Gambar 3. 1.


(33)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3- 2 Gambar 3. 1. Pet a Lokasi St udi


(34)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-3

3. 2. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelit ian ini adalah pet a dasar, t ali bersekala dan berpemberat , GPS, curren met er, ref rakt omet er, pinggan sechi, seperangkat komput er, panduan wawancara dan alat t ulis.

3. 3. Pengumpulan Data

Secara umum met oda penelit ian yang digunakan adalah met oda survei. Jenis dat a yang dibut uhkan adalah dat a primer dan sekunder. Dat a primer diperoleh dari hasil pengukuran lapangan, analisa laborat orium, observasi lapangan dan wawancara dengan responden. Sedangkan dat a sekunder diperoleh dari inst ansi t erkait sepert i BPS, Bappeda, Dinas Kelaut an, Perikanan, Pert anian dan Kehut anan, Kant or Camat , Kant or Lurah dan LSM. Jenis dan mot oda pengumpulan dat a dapat dilihat pada Tabel 3. 1.

Tabel 3. 1. Jeni s dan Met oda Pengumpul an Dat a

No Komponen Var i abel Jeni s Dat a Met oda/ Al at 1. Kondi si

umum wi l ayah

Geograf is, administ rasi,

t opograf i, iklim, kependudukan,

mat apencaharian, pendidikan/ ket erampi lan dan perikanan

Dat a

sekunder/ pri-mer

Pencat at an BPS, Bappeda, Dinas Kelaut an, Perikanan,

Pert anian dan kehut anan, Kant or Camat , Lurah dan LSM.. 0bservasi dan wawancara

2. Kondi si a. Kecepat an arus Dat a pr i mer Current met er

Per ai r an b. Kedalaman Dat a pr i mer Tali bersekala dan berpemberat

c. Ket inggian pasang Dat a sekunder Daf t ar Pasang Surut

d. Salinit as Dat a pr i mer Ref rakt omet er

e. Kecerahan Dat a pr i mer Pinggan Shecci

f . Dasar perairan Dat a pr i mer Observasi

g. Pencemaran Dat a pr i mer Observasi dan

wawancara

h. Ket erlindungan Dat a pr i mer Observasi dan

wawancara

i. Keamanan Dat a pr i mer Observasi dan

wawancara

j . Konf lik kepent ingan Dat a pr i mer Observasi dan wawancara


(35)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-4 No Komponen Var i abel Jeni s Dat a Met oda/ Al at

k. Kemudahan Dat a pr i mer Observasi dan

wawancara

l. Hama/ hewan

herbivora

Dat a pr i mer Observasi dan wawancara

3. Kel ayakan ekonomi

Ket ersediaan bahan baku/ bibit , t enaga kerj a, pasar dan minat masyarakat

Dat a pr i mer Observasi dan wawancara

4. Kel ayakan f i nansi al

Harga bahan dan peralat an budidaya laut

Dat a pr i mer Observasi dan wawancara

3. 4. Analisis Data

3. 4. 1. Kondisi Umum Wilayah

Dat a yang diperoleh baik berupa dat a primer maupun dat a sekunder dari kondisi umum wilayah akan dit abulasi yang selanj ut nya dianalisis secara deskript if .

3. 4. 2. Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Laut

Pemilihan l okasi dilakukan menggunakan proses pengambilan keput usan secara akademis yait u menggunakan perencanaan t erpilih berdasarkan pert imbangan menyeluruh (Mi xed Scanni ng Pl anni ng Apr oach), pendekat an ini merupakan kombinasi Pendekat an Perencanaan Rasional Menyeluruh (Rat i onal Compr ehensi ves Apr oach) dan Pendekat an Perencanaan Terpilih (Di sj oi nt ed Incr ement al Pl anni ng Apr oach), at as pert imbangan 1). Wilayah t ersebut memiliki karakt erist ik alami dengan habit at pesisir cukup lengkap dan t erdiri dari sist em sumberdaya pesisir dan laut an yang produkt if dalam menunj ang perekonomian masyarakat set empat , 2). Dit et apkan sebagai kawasan pengel olaan t erumbu karang dan 3). Memiliki berbagai keunggulan unt uk pengembangan budidaya laut .

Penent uan lokasi unt uk budidaya laut menunt ut penerapan beberapa krit eria. Penerapan krit eria sangat membant u dalam mengident if ikasi dan memilih lokasi budidaya secara obyekt if , dimana secara mendasar t erdiri dari at as kelompok krit eria kesesuaian ekol ogis dan sosial. Met ode ini sering digunakan didalam proses perencanaan yang umumnya selalu berhadapan dengan variable/ paramet er yang berdimensi kualit at if .


(36)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-5 Prosedur penilaian t ingkat kesesuaian perairan unt uk budidaya laut pada penelit ian ini meliput i 2 met ode yait u : (1) Mat rik Kesesuaian dan (2) Pembobot an.

1. Mat rik Kesesuaian

Met ode ini mengadopsi t eknik analisis kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh FAO dal am Anonymous 1990. Pada met ode ini set iap variabel/ krit eria penet apan kesesuaian ruang diberi nilai yang dibagi dalam 3 kelas, yang didef inisikan sebagai berikut :

SS : Sangat Sesuai (Hi gl y Sui t abl e)

Daerah ini t idak mempunyai pembat as yang berat unt uk suat u penggunaan t ert ent u secara lest ari, at au hanya mempunyai pembat as yang kurang berart i dan t idak berpengaruh secara nyat a t erhadap produksi/ masukan t ingkat perlakuan yang diberikan. S : Sesuai (Sui t abl e)

Daerah ini mempunyai pembat as yang agak berat unt uk penggunaan t ert ent u secara lest ari. Pembat as t ersebut akan meningkat kan masukan/ t ingkat an perlakuan yang diberikan. TS : Tidak Sesuai (Not Sui t abl e)

Daerah ini mempunyai pembat as dengan t ingkat sangat serius, sehingga t idak mungkin unt uk diperbaiki, dengan kat a lain t idak mungkin unt uk dipergunakan t erhadap sesuat u penggunaan t ert ent u secara lest ari.

2. Pembobot an dan Pengharkat an (Scooring)

Pada met ode ini umumnya selalu berhadapan dengan variabel-variabel yang bersif at kualit at if . Set iap variabel kesesuaian diberi bobot yang besarnya dit ent ukan oleh kont ribusi at au peranan yang diberikan oleh paramet er t ersebut . Sampai berapa j auh suat u kawasan mampu memenuhi krit eria/ sub-krit eria yang dit et apkan unt uk suat u variabel kesesuaian, menent ukan j umlah skor yang diperoleh.


(37)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-6 Met ode scoring dengan menggunakan pembobot an unt uk set iap paramet er dikarenakan set iap paramet er memiliki andil yang berbeda dalam menunj ang kehidupan komodit as. Paramet er yang memiliki peran yang besar akan mendapat kan nilai lebih besar dari paramet er yang t idak memiliki dampak yang besar. Unt uk komodit as yang berbeda, pembobot an pada set iap paramet er j uga berbeda. Jumlah t ot al dari semua bobot paramet er adalah 100.

Khusus unt uk paramet er kesesuaian perairan unt uk budidaya rumput laut menggunakan krit eria yang t elah dit et apkan oleh Direkt orat Pembudidayaan, Direkt orat Jenderal Perikanan Budidaya Depart emen Kelaut an dan Perikanan (2004) sepert i dilihat pada Tabel 3. 2.

Tabel 3. 2. Kesesuaian Lahan unt uk Budidaya Rumput Laut

Paramet er Bobot SS S TS

Skor (3 ) Skor ( 2) Skor (1)

Ket erlindungan 10 Terlindung Kurang

t erlindung

Terbuka Kedalaman Perairan (m) 5 >4 - 6 1 - 4 <1 - >6 Oksigen t erl arut (mg/ I) 5 >6 4 - 6 <4 Salinit as (ppt ) 10 28 - 36 18 - 28 <18

Suhu (0C) 5 26 - 32 20 - 26 <26 - >32

Kecerahan (%) 10 >75 50 - 75 <25

pH 5 7 – 8, 5 8. 5 – 8. 7 <7

Kecepat an Arus m/ det 5 0, 6 - 0. 7 0. 5 – 0. 6 <0. 5 Dasar Perairan/ subst rat 5 Karang/ Keras Pasir/ Lumpur Lumpur

Tingkat pencemaran 10 Nol Rendah Tinggi

Hama/ Hewan Herbivora 10 Tidak ada Tergant ung musim

Sepanj ang musim Konf lik kepent ingan 10 Sesuai

dengan RTRW

Kurang Sesuai dengan RTRW

Tidak sesuai dengan RTRW

Akses 5 Mudah Sulit Sangat sul it

Keamanan 5 Aman Kurang aman Tidak aman

Sedangkan kesesuaian perairan unt uk budidaya ikan laut khususnya dalam keramba j aring apung mengacu kepada krit eria yang dikemukakan oleh Hanny Handayani dan Sri Dewi Hast ut i (2002) dan M. Ghuf ran (2005) sepert i pada Tabel 3. 3.


(38)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-7 Tabel 3. 3. Kesesuaian Perairan unt uk Budidaya Ikan Laut dalam Keramba

Paramet er Bobot SS S TS

Skor (3 ) Skor ( 2) Skor (1)

Ket erlindungan 10 Terlindung Kurang

t erlindung

Terbuka Ket inggian Pasang (m) 10 > 1, 0 0, 5 – 1, 0 < 0, 5 Kedalaman Perairan (m) 10 > 10 4 – 10 < 4 Oksigen t erl arut (mg/ I) 5 > 5 3 - 5 < 3 Salinit as (ppt ) 5 > 30 20 - 30 < 20 Suhu (0C) 5 27 - 32 20 - 26 < 27 - >32

pH 5 7 - 8 8 - 9 < 7

Kecepat an Arus m/ det 10 0, 2 – 0, 4 0, 05 – 0, 2 >0, 4 – 0, 5

Tingkat pencemaran 10 Nol Rendah Tinggi

Predat or 5 Tidak ada Sedikit Banyak

Dasar Perairan 5 Pasir Pasir

berlumpur

Lumpur Konf lik kepent ingan 10 Sesuai

dengan RTRW Kurang Sesuai dengan RTRW Tidak sesuai dengan RTRW

Akses 5 Mudah Sulit Sangat sul it

Keamanan 5 Aman Kurang aman Tidak aman

Sement ara it u kesesuaian perairan unt uk budidaya t eripang mengacu kepada krit eria yang dikemukakan oleh Mart oyo, Nugroho dan Winant o, 2007 sepert i pada Tabel 3. 4.

Tabel 3. 4. Kesesuaian Perairan unt uk Budidaya Teripang

Paramet er Bobot SS S TS

Skor (3 ) Skor ( 2) Skor (1)

Ket erlindungan 10 Terlindung Kurang

t erlindung

Terbuka Kedalaman Perairan (m) 10 0, 5 - 1 > 1 – 1, 5 > 1, 5 Dasar Perairan 10 Landai, pasir

dan pecahan karang dan berlumpur Agak landai, pasir dan pecahan karang dan berlumpur

Terj al , pasir dan pecahan karang dan berlumpur Kecerahan (cm) 5 50 - 100 101 - 150 > 150 Oksigen t erl arut (mg/ I) 5 4 - 6 7 - 8 > 8 Salinit as (ppt ) 5 28 - 32 30 - 33 > 33


(39)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-8

Paramet er Bobot SS S TS

Skor (3 ) Skor ( 2) Skor (1)

pH 5 6, 5 – 7, 0 7, 1 – 8, 5 > 8, 5

Kecepat an Arus m/ det 10 0, 3 – 0, 5 0, 05 – 0, 2 > 0, 5 Tingkat pencemaran 10 Nol Sedikit Banyak Keberadaan seagress 10 Banyak Sedikit Tidak ada Konf lik kepent ingan 10 Sesuai

dengan RTRW

Kurang Sesuai dengan RTRW

Tidak sesuai dengan RTRW

Akses 5 Mudah Sulit Sangat sul it

Penghit ungan kesesuaian dilakukan dengan mengalikan bobot dengan skor sert a menj umlahkan hasil perkalian t ersebut unt uk variabel kesesuaian. Jika hasil yang diperoleh mencapai at au melebihi suat u nilai t ert ent u maka kegiat an pemanf aat an yang dit inj au dapat dinyat akan layak/ sesuai. Kisaran dari set iap paramet er dit ent ukan unt uk menunj ukkan nilai yang digunakan unt uk kesesuaian. Ada t iga kelas kesesuaian yait u:

1. SS : sangat sesuai (skor 3) 2. S : sesuai (skor 2) 3. ST : t idak sesuai (skor 1)

Hasil perkalian bobot dan skor t ert inggi adalah 300, sedangkan nilai perkalian bobot dan skor t erendah adalah 100. Unt uk mengelompokkan kesesuaian perairan kedalam 3 kat agori yait u Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S) dan Tidak Sesuai (TS) dapat dilihat dari hasil perkalian nilai bobot dengan skor. Unt uk perkalian bobot dengan skor berkisar ant ara > 200 - 300 t ermasuk kat agori Sangat Sesuai (SS), sedangkan perkalian bobot dengan skor berkisar ant ara >100 - 200 t ermasuk kat agori Sesuai (S). Sement ara it u perkalian bobot dengan skor yang memiliki nilai 100 t ermasuk kat agori Tidak Sesuai (TS).

Set elah menent ukan nilai bobot dan skor t ahap selanj ut nya adalah t ahapan t umpang susun. Tahap t umpang susun ini berdasarkan pada t ingkat kepent ingan paramet er (layer) t erhadap penent uan kesesuaian kawasan. Tumpang susun/ penampalan adalah suat u proses unt uk menyat ukan dat a spasial (pet a) dan merupakan salah sat u f ungsi ef ekt if dal am SIG yang digunakan dalam analisa keruangan. Sedangkan met ode yang digunakan


(40)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-9 adalah indeks overlay model (Bonham-Cart er dalam Subandar, 1999 dalam Ferry Eldwin, 2007). Dalam t umpang susun ini krit eria-krit eria f isik perlu dirumuskan t erlebih dahul u, kemudian set iap krit eria dinilai t ingkat pengaruhnya t erhadap penent uan wilayah.

Set elah proses t umpang susun ini selesai, t erbent uk pet a kesesuaian kawasan budidaya yang t erdiri dari polygon-polygon area kesesuaian. Dalam model ini, set iap coverage memiliki urut an kepent ingan, coverage yang memiliki pengaruh yang paling besar diberikan nilai lebih t inggi dari yang lainnya. Adapun model mat emat isnya sebagaimana berikut :

Dimana :

Sx = Indeks t erbobot poligon t erpilih Sij = Score kelas ke-j dalam pet a ke-i Wi = Bobot pet a ke-i

3. 4. 3. Kelayakan Ekonomi

Penent uan kelayakan budidaya laut yang akan dikembangkan didasarkan pada pert imbangan empat variabel sebagai “ Const r ai n” yakni: ket ersediaan bahan baku/ sumberdaya alam, ket ersediaan t enaga kerj a, peluang pasar dan minat masyarakat . Penilaian variabel t ersebut dilakukan dengan sist em “Rat i ng Scal e” , yakni dengan memberi bobot penilaian (Skor) pada set iap variabel t ersebut dilakukan sebagai berikut :

 Ket ersediaan bahan baku (bahan, alat , bibit dan pakan) diberi skor 4 j ika seluruhnya t ersedia dilokasi, skor 3 j ika sebahagian kecil bahan baku didat angkan dari luar, skor 2 j ika sebahagian besar bahan baku dari luar dan skor 1 j ika seluruh bahan baku didat angkan dari luar daerah.

 Ket ersediaan t enaga kerj a diberi skor 4 (sangat banyak), 3 (banyak), 2 (kurang), 1 (t idak t ersedia)

S

ij

x W

i

S

x

=


(41)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 3-10

 Pel uang pasar diberi skor 4 (sangat t ersedia), 3 (t ersedia), 2 (kurang t ersedia ), 1 (bel um t ersedia).

 Unt uk minat diberi skor 4 (sangat t inggi), 3 (t inggi), 2 (rendah) dan 1 (sangat rendah).

Ranking dari set iap j enis usaha yang akan dikembangkan sangat dit ent ukan ol eh skor t ot al dan nil ai rat a-rat a skor. Ambang bat as usaha yang l ayak unt uk dikembangkan adal ah: t ot al skor minimal 10 dan skor rat a-rat a minimal 2, 5 (Hidayat , 2001).

3. 4. 4. Kelayakan Finansial

Penent uan f inansial budidaya laut digunakan rumus-rumus (Choliq, Wirasasmit a dan Hasan, 1999) sebagai berikut :

1. Modal Usaha (Tot al i nvest asi) = Modal Tet ap + Modal Kerj a

2. Tot al biaya (Tot al Cost) = Biaya Tet ap (Fi xed Cost ) + Biaya Variabel (Var i abl e Cost)

3. Penerimaan (Gr oss Income) = Jumlah Produksi (Q) x Harga (P) 4. Keunt ungan (Net Income) = Penerimaan – Tot al Biaya

5. Krit eria Invest asi:

a. Benef i t Cost of Rat i o (BCR) = Penerimaan/ Tot al Biaya Krit eria: BCR > 1, usaha layak dikembangkan

b. Ef isiensi penggunaan modal diukur dengan ROI (Ret ur n Of Invesment) ROI = Keunt ungan/ Modal Usaha x 100%

Krit eria, makin besar ROI, makin ef isien penggunaan modal

c. Lama pengembalian modal, diukur dengan Payback Period of Capit al (PPC) PPC = Modal Usaha/ Keunt ungan x periode produksi (bulan/ t ahun) Krit eria: Makin kecil nilai PPC, semakin baik

3. 4. 5. Penentuan Teknologi, Skala dan Pola Pengembangan Usaha

Penent uan t eknologi, skala dan pola pengembangan usaha akan dilakukan dengan cara mempelaj ari ref erensi dan pengalaman dit empat lain dengan memperhit ungkan kondisi lapangan yang ada.


(42)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 4-1

Bab

4

KONDISI

UMUM

WILAYAH

KOTA

BATAM

4. 1. Administrasi

Kot a Bat am secara geograf is mempunyai let ak yang sangat st rat egis, yait u di j alur pelayaran dunia int ernasional. Kot a Bat am berdasarkan Perat uran Daerah Nomor 2 Tahun 2004 t ent ang Rencana Tat a Ruang Wilayah Kot a Bat am Tahun 2004 – 2014, t erlet ak ant ara: 0025’ 29” – 1015’ 00” Lint ang Ut ara dan 103034’ 35” – 104026’ 04” Buj ur Timur.

Kot a Bat am berbat asan dengan:

o

Sebelah Ut ara : Selat Singapura

o

Sebelah Selat an : Kecamat an Senayang

o

Sebelah Barat : Kecamat an Karimun dan Moro Kabupat en Karimun

o

Sebelah Timur : Kecamat an Bint an Ut ara

Kot a Bat am t erdiri 12 kecamat an, yait u Kecamat an Bel akang Padang, Bul ang, Gal ang, Sei Beduk, Nongsa, Sekupang, Lubuk Baj a, Bat u Ampar, Bengkong, Bat am Kot a, Sagul ung dan Kecamat an Bat u Aj i. Masing-masing kecamat an memil iki j uml ah kel urahan/ desa yang berbeda-beda. Kecamat an Nongsa adal ah kecamat an yang memil iki wil ayah yang pal ing l uas diant ara kecamat an l ainnya, yait u sebesar 2. 018. 494 km2 dengan j uml ah kel urahan sebanyak 8 kel urahan. Kecamat an yang memil iki wil ayah pal ing kecil yait u Kecamat an Bengkong dengan l uas hanya sebesar 19. 272 km dan t erdiri dari 4 kel urahan, yait u Kel urahan Bengkong Laut , Bengkong Indah, Sadai dan Tanj ung Bunt ung.


(43)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 4-2

4. 2. Geologi

Wilayah Kot a Bat am sepert i halnya kecamat an-kecamat an di daerah lainnya di Provinsi Kepulauan Riau, j uga merupakan dari paparan cont inent al. Pulau-pulau yang t ersebar di daerah ini merupakan sisa-sisa erosi at au penyusut an dari darat an pra t ersier yang membent ang dari semenanj ung Malaysia/ Pulau Singapura di bagian ut ara sampai dengan pul au-pul au Moro dan Kundur set a Karimun di bagian selat an. Kot a Tanj ungpinang yang merupakan pusat pemerint ahan Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupat en Bint an t erlet ak di sebelah t imur dan memiliki ket erkait an emosional dan kult ural dengan Kot a Bat am.

4. 3. Iklim

Beberapa paramet er yang mempengaruhi iklim diant aranya adalah Temperat ur udara dan curah huj an. Pada t ahun 2007 t emperat ur udara di Kot a Bat am berkisar ant ara 25, 6 0C sampai dengan 27, 8 0C. Suhu minimum t erj adi pada bulan Januari dan Februari, yait u 22, 0 0C dan suhu maksimum t erj adi pada bulan Januari yait u 34, 1 0C. Sedangkan j umlah hari huj an sebanyak 208 hari dengan banyaknya curah huj an 2. 964, 7 mm

4. 4. Kependudukan

4. 4. 1. Jumlah Penduduk

Sej ak t ahun 1994 sampai bul an Agust us 2007, j uml ah penduduk t er keci l t er j adi pada t ahun 1994 yai t u 163. 902 j i wa, dengan j uml ah l aki -l aki sebanyak 89. 565 j i wa dan per empuan sebanyak 74. 337 j i wa. Sex r at i o pada t ahun 1994 adal ah 120, 49. Sedangkan unt uk j uml ah penduduk t er banyak t er j adi pada t ahun 2007 yai t u 727. 878 j i wa, dengan j uml ah l aki -l aki sebanyak 354. 609 j i wa dan per empuan sebanyak 373. 269 j i wa. Sex r at i o pada t ahun t er sebut adal ah 95, 00. Tabel 4. 1. i ni akan menunj ukkan banyaknya penduduk Kot a Bat am menur ut j eni s kel ami n dari t ahun 1994 sampai bul an Agust us 2007.


(1)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 8-3

8. Di Mubut l uas l ahan yang dapat dimanf aat kan unt uk budi daya rumput l aut 105, 48 ha dengan j uml ah uni t usaha sebanyak 4. 219 uni t (1 uni t 20 raki t ukur an 5 x 2, 5 m). Lahan t er sebut dapat j uga dimanf aat kan unt uk KJA sel uas 79, 11 ha dengan j uml ah KJA yang dapat ber oper asi sebanyak 49. 444 uni t (ukuran 4 x 4 m). Unt uk KJT yang dapat dimanf aat kan 17, 59 ha dengan j uml ah KJT yang ber oper asi sebanyak 11. 728 uni t (ukur an 3 x 5 m). Sedangkan unt uk t eri pang, l ahan yang dapat di manf aat kan sel uas 25, 05 ha dengan j uml ah uni t usaha sebanyak 501 unit (1 uni t sel uas 500 m2).

9. Mel i hat dar i kel emahan-kel emahan t ekni s yang ada di set i ap l okasi, maka pengembangan budi daya l aut di sel ur uh l okasi yang menj adi pri ori t as ut ama adal ah ker amba t ancap (KJT) dengan komodi t i yang di pel i hara yait u ikan kerapu sunu dan ker apu macan.

10. Unt uk pengembangan budi daya i kan t erut ama kerapu macan dal am KJT

di but uhkan beni h yang berukuran panj ang 12 cm sehi ngga t i ngkat kemat i annya beni h dapat dit ekan. Unt uk it u beni h yang ukur annya keci l dar i ukur an t er sebut har us di dederkan t erl ebi h dahul u di t empat penderan sebel um di di st ri busi kan kepada pembudi daya i kan.

11. Unt uk pengembangan budi daya ikan dal am KJT di perl ukan upaya

menghi l angkan ket ergant ungan t erhadap pakan i kan segar (rucah) kerena semaki n sul i t unt uk mendapat kannya. Ol eh kar ena it u perl u dil akukan penyul uhan, sosi al i sasi , dan uj i coba t erhadap penggunaan pakan buat an (pel et ) sehi ngga pembudi daya i kan t er bi asa menggunakan pakan t er sebut .

12. Hasil analisis kelayakan secara ekonomi t erhadap pengembangan

budidaya ikan dan t eripang diseluruh lokasi didasarkan pada pert imbangan empat variabel sebagai “ Const rain” yakni: ket ersediaan bahan baku/ sumberdaya alam (bibit ), ket ersediaan t enaga kerj a, peluang pasar dan minat masyarakat ; t ergolong layak unt uk diusahakan.

13. Unt uk budidaya rumput laut berdasarkan pert imbangan ekonomi,


(2)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam 8-4

karena it u j ika akan mengembangkan budidaya rumput laut , maka t erlebih dahulu perlu dicarikan peluang pasar yang past i; karena wakt u pemeliharaan yang singkat , yait u hanya kurang lebih 45 hari rumput laut sudah dipanen. Disamping it u pembudidaya rumput laut perlu diberikan pelat ihan pasca panen sehingga mereka mempunyai ket erampilan yang memadai unt uk menj adikan rumput laut mempunyai masa simpan yang cukup lama.

14. Hasi l anal i sis f i nansial yang di l i hat dar i BCR, ROI dan PPC menunj ukkan pengembangan usaha budi daya l aut (ikan, r umput l aut dan t er i pang) di l okasi st udi l ayak unt uk dil akukan.

15. Teknik budidaya rumput laut yang cocok adalah dengan menggunakan

met oda rakit apung, t eknik budidaya ikan kerapu sunu dan macan yang cocok adalah menggunakan keramba t ancap (KJT) dan keramba j aring apung (KJA), budidaya t eripang menggunakan penkult ur.

16. Skal a usaha budidaya budidaya rumput l aut yang mengunt ungkan secara

f inansial dengan menggunakan rakit berukuran 2, 5 X 5 m sebanyak 20 unit . Unt uk budidaya Ikan Kerapu Sunu dan Kerapu Macan sudah

mengunt ungkan dengan menggunakan 1 unit keramba t ancap ukuran 3 x 5 m, keramba j aring apung (KJA) 1 unit ukuran 4 x 4 m. Khusus unt uk

budidaya t eripang sudah mengunt ungkan dengan menggunakan penkul t ur dengan ukuran l uas 500 m2.

17. Pola pengembangan budidaya laut dapat dilakukan dengan Pola Kemit raan ant ara Pengusaha (Tauke) dengan pembudidaya yang dif asilit asi oleh Dinas Kelaut an dan Perikanan.


(3)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam DP-1

DAFTAR

PUSTAKA

COREMAP II Kot a Bat am, 2007. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) Kelurahan Pulau Abang. COREMAP II Kot a Bat am

---. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) Kel urahan Karas. COREMAP II Kot a Bat am

---. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) Kel urahan Gal ang Baru. COREMAP II Kot a Bat am

Darmawan. A, Suraj i, B. Wiryawan, W. Koswara dan W. Mart osudarmo, 2007. Panduan Penyusunan Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah. Coremap II Depart emen Kelaut an dan perikanan.

Depart emen Pert anian, 1990. Pet unj uk Teknis Budidaya Rumput Laut . Pusat Penelit ian Pengembangan Perikanan.

Depart emen Kelaut an dan Perikanan, 2001. Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia. Depart emen Kelaut an dan Perikanan.

Dinas Perikanan dan Kelaut an Kot a Bat am. 2007. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelaut an Kot a Bat am. Dinas Perikanan dan Kelaut an Kot a Bat am

Direkt orat Pembudidayaan, Direkt orat Jenderal Perikanan Budidaya Depart emen Kelaut an dan Perikanan (2004). Pet unj uk Teknis Budidaya Rumput Laut . Direkt orat Pembudidayaan, Direkt orat Jenderal Perikanan Budidaya Depart emen Kelaut an dan Perikanan

Ghuf ran, M, 2004. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung, Rineka Cipt a, Jakart a.

Handaj ani, H. Hast ut i, S. D. 2002. Budidaya Perairan, Bayu Media, Malang.


(4)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam DP-2

Lembaga Pengelolaan Terumbu Karang (LP-STK) Kelurahan Galang Baru, 2007. Recana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK). Lembaga Pengelolaan Terumbu Karang (LP-STK) Kel urahan Gaalang Baru

Lembaga Pengelola Terumbu Karang (LP-STK) Kelurahan Pulau Abang, 2007. Recana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK). Lembaga Pengelolaan Terumbu Karang (LP-STK) Kel urahan Pulau Abang

Lembaga Pengelolaan Terumbu Karang (LP-STK) Kelurahan Karas, 2007. Recana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK). Lembaga Pengelolaan Terumbu Karang (LP-STK) Kel urahan Karas.

Mart oyo, J. Nugroho Aj i dan T. Winant o. 2007. Seri Agribisnis; Budidaya Teripang. Penebar Swadaya Jakart a.

PIU Coremap II Dinas Perikanan dan Kelaut an Kot a Bat am. 2006. St udi Pengelolaan Terumbu Karang dan Marine Management Area (MMA). PIU Coremap II Dinas Perikanan dan Kelaut an Kot a Bat am.

PIU Coremap II Dinas Perikanan dan Kelaut an Kot a Bat am. 2007. Rencana Zonasi Kawasan MMA Kot a Bat am. PIU Coremap II Dinas Perikanan dan Kelaut an Kot a Bat am.

Soegiart o. A, Sulist ij o, WS. At madj a dan H. Mubarok. 1978. Rumput Laut , Manf aat , Pot ensi dan Usaha Budidayanya. LON-LIPI SDE 45, 1978.

Wi dodo, J. 2001. Pr i nsi p Dasar Pengembangan Akuakul t ur di Indonesi a. Dal am Buku Teknol ogi Budi daya Laut dan Pengembangan Sea Far mi ng di Indonesi a. Depar t emen Kel aut an dan Per i kanan Republ i k Indonesi a Ker j asama dengan Japan Int er nat i onal Cooper at i on Agency. Hal aman 10 -20.

Wiryawan. B, A. Darmawan dan W. Koswara. 2007. Penyusunan Rencana Zonasi dan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah di Wilayah Coremap II Indonesia Bahagian Barat . Coral Reef Rehabilit at ion and Management Program Coremap II.

WS. At maj a, A. Kadi, Sulist ij o dan Rahmaniar, 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslit bang Oseanologi LIPI.


(5)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam L-1


(6)

Laporan Akhir, Studi Potensi Pengembangan Budidaya Perikanan di Lokasi Coremap I I Kota Batam L-2

Lampiran Dokumentasi Lapangan