HARMFULL ALGAl BLOOM (HAB)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:09:22 2017 / +0000 GMT

HARMFULL ALGAl BLOOM (HAB)
LINK DOWNLOAD [118.10 KB]
HARMFULL ALGAl BLOOM (HAB)
Dalam lingkungan laut, terdapat organisme bersel tunggal, mikroskopis, seperti tanaman, secara alamiah terdapat di lapisan
permukaan yang terang dari setiap badan air. Organisme ini, disebut sebagai fitoplankton atau mikroalgayang membentuk dasar dari
jaring makanan di mana hampir semua organisme laut lainnya tergantung padanya. Dari 5000 spesies fitoplankton yang ada di
seluruh lautdi dunia, hanya sekitar 2% yang diketahui berbahaya atau beracun berbahaya yangdapat memiliki dampak besar dan
bervariasi pada ekosistem laut, tergantung pada spesies yang terlibat, lingkungan di mana mereka ditemukan, dan mekanisme yang
mereka mengerahkan efek negatif.
Ganggang yang berbahaya telah diamati dapat menyebabkan efek samping untuk berbagai spesies mamalia laut dan penyu laut,
dengan masing-masing yang spesifik menyajikan toksisitas diinduksi pengurangan perkembangan, imunologi, kapasitas neurologis,
dan reproduksi. Seperti kematian massal 107 lumba-lumba botol yang terjadi di sepanjang menjulur Florida pada musim semi 2004
karena mengonsumsi menhaden terkontaminasi dengan brevetoxin tingkat tinggi. Manatee mortalitas juga telah dikaitkan dengan
brevetoxin tapi tidak sepertilumba-lumba, vektor toksin utama spesies endemik lamun (Thalassia testudinum) di mana konsentrasi
tinggi brevetoxins terdeteksi dan kemudian ditemukan sebagai komponen utama dari isi perut manate.
Tambahan spesies mamalia laut, seperti Paus Atlantik Utara kanan sangat terancam, telah terkena neurotoksin dengan memangsa
zooplankton.Dengan habitat musim panas, spesies ini sangat tumpang tindih dan tercemar. Blooming musiman fundyense
Alexandrium dinoflagellata yang beracun, dan berikutnya penggembalaan copepod, paus mencari makan dan akan menelan

konsentrasi besar dari copepoda terkontaminasi. Menelan mangsa yang terkontaminasi tersebut dapat mempengaruhi kemampuan
pernafasan, perilaku makan, dan akhirnya kondisi reproduksi.
Spesies dari kelas Bacillariophyceae merupakan spesies yang umum ditemukan di perairan laut yaitu kelompok Bacillariophyceae
atau lebih dikenal diatom merupakan kelompok terbesar dari algae. Ledakan populasi dari diatom di suatu perairan umumnya
menandakan meningkatnya produktivitas perairan tersebut, namun blooming diatom kadang-kadang dapat menyebabkan
berkurangnya kandungan oksigen di dalam air laut. Dominansi Skeletonema costatum disebabkan oleh sifatnya yang euryhaline dan
eurythermal (mampu tumbuh pada kisaran suhu 3° - 30° C), sehingga lebih toleran terhadap perubahan kondisi lingkungan Salinitas
yang berbeda berpengaruh terhadap komposisi jenis fitoplankton yang ada di perairan. Salinitas pada lokasi pengambilan sampel
berkisar antara 5 ?? 30?. Dimana titik-1 merupakan estuarin bersalinitas 5?, sedangkan pada titik lain merupakan perairan laut
dengan salinitas ? 25?. Bacillariophyceae merupakan kelompok yang dominan dan selalu ada pada tiap titik pengambilan sampel,
hal ini menunjukkan bahwa Bacillariophyceae merupakan organism euryhaline, dimana Bacillariophyceae dapat hidup pada kisaran
salinitas 5?-30? Suhu pada masing-masing titik pengambilan sampel masih berada dalam kisaran yang memungkinkan untuk
kehidupan plankton, yaitu 27 ? 32.1°C.
Suhu optimum untuk kehidupan fitoplankton adalah 25-30°C. Suhu berpengaruh langsung terhadap laju fotosintesis tumbuhan
khususnya reaksi enzimatis. Perubahan temperatur merupakan indikator terjadinya proses perubahan kondisi kimia dan biologi
perairan. Faktor pembatas bagi kehidupan fitoplankton ialah nitrat dan fosfat. Pada pengamatan dari ke-12 titik didapatkan
kandungan nitrat dan fosfat berturut-turut berada pada kisaran 0.02-0.517 mg/L dan 0.04-0.224 mg/L. Pada semua titik nilai nitrat
dan fosfat melebihi dari ambang batas yang ditetapkan untuk baku mutu air laut untuk biota laut, berdasarkan KepMen LH no 51 thn
2004 lampiran III kadar nitrat sebesar 0,008 mg/l dan fosfat sebesar 0,015 mg/l. Titik 1 mempunyaikadar nitrat dan fosfat yang
paling tinggi, karena daerah muara merupakan perairan yang banyak mendapat masukan zat haradari daratan. Kadar nitrat yang lebih

dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi, selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae secara pesat (blooming).
Indeks keanekaragaman (H') berkisar antara 0,272-2,378 sehingga dapat diasumsikan bahwa struktur komunitas perairan antara tidak
stabil sampai lebih stabil, dengan struktur komunitas tidak stabil untuk titik-4 dan struktur komuntas lebih stabil pada titik-6.
Struktur komunitas dikatakan stabil jika tidak ada suatu spesies yang mendominasi di dalam komunitas tersebut. Sedangkan struktur
komunitas dianggap labil atau tidak stabil bisa jadi dikarenakan terjadi tekanan ekologis (stress lingkungan).
Lima spesies HAB yang paling banyak ditemukan berasal dari kelas Dinophyceae. Hal ini dikarenakan Dinophyceae dapat
membentuk sista (cyst) sebagai tahap istirahat, sista ini mengendap di dasar laut dan istirahat sampai kondisi lingkungan mendukung
kembali untuk tumbuh. Anggota dari kelompok ini diketahui paling banyak mempunyai jenis-jenis toksik.Nitzschia sp. merupakan
spesies penyebab Amnesic Shellfish Poisoning (ASP) yangmengeluarkan toksin asam domoic. Toksin yang diproduksi dapat
memasuki rantai makanan hingga ke tubuh manusia melalui perantara kerang. Kerang merupakan organisme bentik suspension
feeder yang menyaring plankton yang melimpah di kolom air. Ambang batas akumulasi asam domoic pada kerang ialah 20 ?g (asam

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:09:22 2017 / +0000 GMT

domoic)/ g (berat jaringan kerang). Menurut jenis kerang yang ditemukan di perairan Sidoarjo adalah kerang batik (Paphia undulata)

yang mencapai 70 % dari total tangkapan kerang di perairan, kerang darah (Anadara granosa) dan kerang bulu (Anadara antiqua),
dan ke-tiga jenis kerang tersebut merupakan kerang yang umum dikonsumsi dan berpotensi untuk diekspor.
Sedangkan menurut Dinas Kelautan dan Perikanan, standar untuk ekspor kerang ialah salah satunya dilihat dari adanya fitoplankton
berbahaya dengan kepadatan >5000 individu/liter. Dan dari hasil penelitian, kepadatan Nitzschia yang ditemukan kurang dari 5000
individu/liter. Chaetoceros sp., spesies HABs tertinggi kedua setelah Nitzschia sp. merupakan spesies fitoplankton yang tidak toksik
terhadap manusia tetapi secara fisik dapat mengganggu system pernafasan ikan dan avertebrata terutama apabila kepadatan
individunya relatif tinggi. Diatom jenis ini mempunyai morfologi khas yaitu duri. Duri-duri tersebut dapat merangsang pembentukan
lender pada insang biota laut, sehingga biota tersebut sukar bernafas. Duri-duri ini bahkan dapat menyebabkan pendarahan di insang.
Chaetoceros merupakan jenis fitoplankton yang diketahui mampu bertahan di perairan tercemar.
1.
Pengertian HAB
Harmful Algal Bloom (HAB) adalah suatu fenomena blooming fitoplankton toksik di suatu perairan yang dapat menyebabkan
kematian biota lain. Toksin yang dihasilkan HAB bahkan dapat mengkontaminasi manusia yaitu melalui perantara kerang dan ikan
yang kita konsumsi sehari-hari.
Fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air yang
digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus atau rantai makanan di laut. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran
menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebih (blooming). Tingginya populasi fitoplankton beracun di dalam suatu
perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, seperti berkurangnya oksigen di dalam air yang dapat
menyebabkan kematian berbagai makhluk air lainnya. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa beberapa jenis fitoplankton yang
potensial blooming adalah yang bersifat toksik, seperti dari beberapa kelompok Dinoflagellata, yaitu Alexandrium spp,

Gymnodinium spp, dan Dinophysis spp. Dari kelompok Diatom, yaitu Pseudonitszchia spp.
Ledakan populasi fitoplankton yang diikuti dengan keberadaan jenis fitoplankton beracun akan menimbulkan Ledakan Populasi
Alga Berbahaya (Harmful AlgalBloom-HAB). Faktor yang dapat memicu ledakan populasi fitoplankton berbahaya antara lain
karena adanya eutrofikasidan adanya upwelling yang mengangkat massa air kaya unsur-unsur hara, adanya hujan lebat dan
masuknya air ke laut dalam jumlah yang besar.
Untuk menyatakan ledakan populasi fitoplankton yang berbahaya karena spesies-spesies penyebab HAB menyebabkan racun atau
toksik. Spesies HAB sendiri dibagi ke dalam dua kelompok, yakni penghasil racun dan penghasil biomassa tinggi. Fenomena ini
sering terjadi begitu saja tanpa diketahui faktor-faktor yang menyebabkannya dan tanpa dapat diprediksi waktu terjadinya. Secara
umum, penyebab terjadinya HAB juga berasal dari aktivitas manusia sehingga dapat meningkatkan pemasukan bahan organik ke
perairan, transportasi dan pembuangan air ballast atau bekas pencucian kapal.
Harmful Algal Bloom (HAB) juga sering diartikan sebagaipeningkatan yang cepat atau akumulasi dalam populasi ganggang
(biasanya mikroskopis) dalam sebuah sistem perairan. Ganggang dapat ditemui di air tawar maupun lingkungan laut.
Biasanya, hanya satu atau sejumlah kecil fitoplankton spesies yang terlibat, dan beberapa blooming dapat ditandai dengan perubahan
warna air yang dihasilkan olehkepadatan tinggi sel-sel berpigmendari fitoplankton. Meskipun tidak ada ambang batas yang diakui
secara resmi, ganggang dapat dianggap blooming pada konsentrasi ratusan hingga ribuan sel per mililiter, tergantung pada
keparahan. Blooming alga dapat mencapai konsentrasi jutaan sel per mililiter. Ganggang biasanya berwarna hijau, tetapi mereka
juga dapat berwarna lain seperti kuning- coklat atau merah, tergantung pada spesies alga.
2.
PENYEBAB HAB
Belum diketahui secara pasti penyebab daripada HAB, menurur peristiwa yang terjadi di beberapa tempat,tampaknya penyebab

sepenuhnya adalah alam. Namun, ada berbagai spesies alga yang dapat hasil dari aktivitas manusia. membentuk HAB,
masing-masing dengan persyaratan lingkungan yang berbeda untuk pertumbuhan yang optimal. Frekuensi dan keparahan HAB di
beberapa bagian dunia telah dikaitkan dengan pemuatan nutrisi yang meningkat dari aktivitas manusia. Di daerah lainnya, HAB
adalah kejadian musiman yang diprediksikanakibat upwelling pesisir, hasil alami dari gerakan arus laut tertentu. Pertumbuhan
fitoplankton laut (baik non-toksik dan beracun) umumnya dibatasi oleh ketersediaan nitrat dan fosfat, yang dapat melimpah di zona
upwelling pesisir serta dalam pertanian. Jenis nitrat dan fosfat yang tersedia dalam sistem juga faktor, karena fitoplankton dapat
tumbuh pada tingkat yang berbeda tergantung pada kelimpahan relatif dari zat-zat (misalnya amonia, urea, ionnitrat). Berbagai
sumber nutrisi lain juga dapat memainkan peran penting dalam mempengaruhi pembentukan mekar alga, termasuk besi, silika atau
karbon. Polusi air di pesisir yang dihasilkan oleh manusia dan meningkatkan sistematis dalam suhu air laut juga telah diusulkan
sebagai faktor kontribusi yang memungkinkan. Faktor lain seperti kelimpahan besi juga memicu HAB. Bahkan debu dari daerah
gurun pasir yang luas seperti Sahara juga ditaksirkan memainkan peran untuk ganggang-ganggang di pantai menyebabkan.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:09:22 2017 / +0000 GMT

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan terdapat 11 spesies penyebab HAB, antara lain : Nitzschia sp., Chaetoceros sp.,

Chaetoceros diversus, Chaetoceros pseudocarvisetum dari kelas Bacillariophyceae, Ceratium sp.1, Ceratium sp.2, Ceratium sp.3,
Ceratium sp.4, Prorocentrum sp., Dinophysis homunculus dari kelas Dinoflagellata dan Anabaena sp. dari kelas Cyanophyceae.
3.
DAMPAK HAB
Dalam kondisi tertentu, beberapa spesies algaserta cyanobacteria mampu menyebabkan efek gangguan berbagai air tawar, seperti
akumulasi berlebihan dari busa, scums, dan perubahan warna air. Ketika jumlah ganggang di danau atau sungai mengalami
peningkatan eksplosif, maka blooming alg hasilnya.
Danau, kolam, dan sungai yang bergerak lambat yang paling rentan terhadap mekar. Mekar alga adalah kejadian alami, dan dapat
terjadi dengan keteraturan (misalnya, setiap musim panas), tergantung pada kondisi cuaca danair.
Kemungkinan blooming tergantung pada kondisi lokal dan karakteristik tubuh tertentu air. Blooming umumnya terjadi di mana ada
tingkat tinggi nutrisi ini, bersama-sama dengan terjadinya hangat, cerah, kondisi tenang. Namun, aktivitas manusia sering dapat
memicu atau mempercepat ganggang. Sumber alami nutrisi seperti senyawa fosfor atau nitrogen dapat dilengkapi oleh berbagai
kegiatan manusia. Sebagai contoh, di daerah pedesaan, limpasan dari bidang pertanian dapat mencuci pupuk ke dalam air. Di daerah
perkotaan, sumber nutrisidapat mencakup air limbah diolah dari sistem septik dan limbah tanaman pengobatan, dan limpasan
stormwater perkotaan yang membawa nonpoint-sumber polutan seperti pupuk rumput. Sebuah mekar alga menyumbang proses
alami "penuaan" dari danau, dan di beberapa danau dapat memberikan manfaat penting dengan meningkatkan produktivitas primer.
Namun dalam kasus lain, mekar berulang atau berat dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut sebagai sejumlah besar
pembusukan alga mati. Dalam danau yang sangat eutrophic (diperkaya), ganggang dapat menyebabkan anoksia dan ikan membunuh
selama musim panas.
Dalam hal nilai-nilai kemanusiaan, bau dan penampilan menarik ganggang dapat mengurangi dari nilai rekreasi waduk, danau, dan

sungai. Mekar berulang dapat menyebabkan nilai properti dari danau atau saluran sungai menurun.
Perairan laut yang terlihat segar berkerumun dengan kehidupan, banyak yang mikroskopis, yang sebagian besar tidak
berbahaya, bahkan kehidupan mikroskopik di mana semua kehidupan akuatik tergantung pada makanan. Sementara sebagian besar
spesies fitoplankton dan cyanobacteria tidak berbahaya, ada beberapa lusin yang menciptakan racun ampuh pada saat kondisi yang
tepat. Blooming alga berbahaya dapat menyebabkan kerusakan melalui produksi racun atau dengan akumulasi biomassa mereka,
yang dapat mempengaruhi organisme dan mengubah jaring makanan. Dampaknya termasuk penyakit manusia dan kematian setelah
dikonsumsi atau paparan tidak langsung untuk racun HAB, kerugian ekonomi yang besar bagi masyarakat pesisir dan perikanan
komersial, dan mortalitas terkait HAB-ikan, burung dan mamalia.
HAB dapat muncul dengan warna kehijauan, coklat, dan bahkan oranye ataukemerahan tergantung spesies alga, ekosistem perairan,
dan konsentrasi organisme.
Wabah ini biasanya disebut pasang merah, tetapi para ilmuwan lebih memilih "harmful algal bloom" istilahnya (atau HAB). Pasang
merah merupakanIstilah keliru karenamencakup banyak hal yang dapat menghitamkan air, tetapi tidak menyebabkan kerusakan, dan
juga tidak termasuk bloomingdari sel yang sangat beracun yang menyebabkan masalah dalam konsentrasi sel. Oleh karena itu,
harmful algal bloomadalah deskripsi yang lebih tepat.
Harmful algal bloom(HAB) adalah bloomingalga yang menyebabkan dampak negatif terhadap organisme lain melalui produksi
racun alam, kerusakan mekanis untuk organisme lain, dan lain-lain. HAB sering dikaitkan dengan peristiwa kematian berskala besar
di laut dan berbagai jenis keracunan kerang .
Dari catatan khusus harmful algal bloom (HAB), yang melibatkan peristiwa blooming alga fitoplankton beracun atau berbahaya
seperti dinoflagellata dari genus Alexandrium dan Karenia, atau diatom dari genus Pseudo-nitzschia.
Contoh efek berbahaya HABs umum meliputi:

1. Produksi neurotoksin yang menyebabkan mortalitas massal pada ikan, burung laut, penyu, dan mamalia laut.
2. Penyakit atau kematian manusia melalui konsumsi makanan laut yang terkontaminasi oleh alga beracun.
3. Kerusakan mekanik organisme lain, seperti gangguan jaringan epitel insang pada ikan, menyebabkan asfiksia.
4. penipisan oksigen kolom air (hipoksia atau anoksia ) dari respirasi selular dan degradasi bakteri
Dampak negatif terhadap ekonomi dan kesehatan adalah HABs terjadi di banyak daerah di dunia, dan di Amerika Serikat
berulang kali terjadi fenomena dalam beberapa wilayah geografis. Para Teluk Maine sering terjadi blooming dari dinoflagellata
fundyense Alexandrium, suatu organisme yang menghasilkan saxitoxin, yaitu racun syaraf yang berperan untuk keracunan kerang
paralitik. Terkenal juga "Florida pasang merah" yang terjadi di Teluk Meksiko adalah HAB disebabkan oleh Karenia brevis,
dinoflagellata lain yang menghasilkan brevetoxin, racun syaraf yang bertanggung jawab untuk keracunan kerang neurotoksik.
California perairan pantai juga mengalami mekar musiman dari Pseudo-nitzschia, sebuah diatom dikenal untuk menghasilkan asam

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:09:22 2017 / +0000 GMT

domoic, racun syaraf yang berperan untuk keracunan kerang amnesic. Lepas pantai barat Afrika Selatan, HABdisebabkan oleh
Alexandrium catanella terjadi setiap musim semi. Mekar ini organisme menyebabkan gangguan parah dalam perikanan perairan ini

sebagai racun dalam fitoplankton menyebabkan filter makan kerang di perairan terpengaruh untuk menjadi beracun untuk
dikonsumsi manusia.
Jika hasil proses HAB dalam konsentrasi ganggang cukup tinggi,air mungkin menjadi berubah warna atau keruh, yang bervariasi
dalam warna dari ungu ke hampir merah muda, biasanya menjadi merah atau hijau. Namu tidak semua ganggang yang cukup padat
menyebabkan perubahan warna air.
Pencegahan atau pengendalian Episode berulang dari ganggang bisa menjadi indikasi bahwa sebuah sungai atau danau
sedang terkontaminasi, atau bahwa aspek-aspek lain dari ekologi danau yang berada di luar keseimbangan. Sementara mekar
cyanobacterial menerima perhatian yang paling umum danilmiah, pertumbuhan berlebihan dari ganggang dan tumbuhan air lainnya
juga dapat menyebabkan degradasi yang signifikan dari sebuah danau atau kolam, terutama di perairan yang menerima limbah atau
limpasan pertanian. Ahli biologi air dan kualitas air lainnya seringdisebut spesialis untuk mengidentifikasi penyebab dan
merekomendasikan langkah-langkah manajemen untuk mengurangi atau
mengendalikan masalah. Namun, pencegahan masalah selalu lebih baik daripada mencoba untuk memperbaiki masalah setelah itu
terjadi.
Mengontrol limpasanpertanian, perkotaan, dan stormwater; benar menjaga sistem septik, dan benar mengelola aplikasi perumahan
pupuk mungkin langkah yangpaling efektif yang dapat diambil untuk membantu mencegah manusia yang disebabkan air tawar
ganggang.
4.
KEJADIAN TERKEMUKA
Pada tahun 1972 sebuah pasang merah ini disebabkan di New Inggris oleh sebuah tamarense dinoflagellata Alexandrium
beracun (Gonyaulax) Pada tahun 2005, HAB Kanada ditemukan telah datang jauh ke selatan daripada yang tahun-tahun sebelumnya

oleh sebuah kapal yang disebut Oceanus ini, penutupan tempat tidur kerang di Maine dan Massachusetts dan mengingatkan otoritas
sejauh selatan sebagai Montauk ( Long Island , NY) untuk memeriksa tempat tidur mereka. Para ahli yang menemukan kista
reproduksi di dasar laut memperingatkan kemungkinan menyebar ke Long Island di masa depan, menghentikan memancing daerah
dan industri kerang dan mengancam perdagangan wisata, yang merupakan sebagian besar perekonomian pulau itu. Brittany, di
Prancis, pada tahun 2009 mengalami booming alga berulang disebabkan oleh tingginya jumlah pemakaian pupuk di laut karena
peternakan babi intensif , menyebabkan emisi gas mematikan yang telah.
membunuh.
PASANG MERAH (Red Tide)
Red tides atau pasang merah adalah fenomena dimana pasang air laut di suatu tempat berwarna merah. Fenomena ini disebabkan
oleh makhluk hidup yang berasal dari kingdom protista yakni algae dan berjenis Dinoflagellata. Dan lebih jelasnya nama algae ini
adalah Gymnodinium dan Protogonyaulax. Organisme ini menghasilkan warna merah dalam tubuhnya karena menghasilkan
karotenoid yang warnanya merah racun saraf atau yang sering kita sebut neurotoksin.
Racun saraf ini berbahaya bagi makhluk hidup karena dapat merusak sel darah merah dalam tubuh makhluk hidup dan untuk lebih
jelasnya manusia. Fenomena ini memang disebabkan oleh Dinoflagellata yang mengalami blooming atau peningkatan jumlah
spesies hingga terlalu banyak. Jadi, semakin banyak Gymnodium dan Protogonyaulax, akan semakin banyak pula racun yang
dihasilkan. Dan semakin banyak racun yang dihasilkan, semakin banyka pula organisme laut yang mati. Kasus kematian jarang
sekali terjadi pada manusia yang terkena racun neurotoxic ini.
Pasang Merah adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan HAB disebut sebagai spesies wilayah pesisir laut,
Dinoflagellataterlibat dalam HAB karena sering berwarna merah atau coklat, dan warna air laut untuk warna kemerahan. Namun
istilah yang lebih benar dan lebih disukai yang digunakan adalah harmful algal bloom, karena:

1. Mekar ini tidak berhubungan dengan pasang surut.
2. Tidak semua ganggang menyebabkan perubahan warna kemerahan air.
3.Tidak semua ganggang berbahaya, bahkan melibatkan perubahan warna merah.
EUTRIFIKASI
Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air
tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air.
Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 ?g/L. Sejatinya, eutrofikasi
merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya
biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:09:22 2017 / +0000 GMT

aktivitas modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja.
Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat
fenomena algal bloom.
A. AKIBAT EUTRIFIKASI
Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro, untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat
(blooming) akibat ketersediaan fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang
menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang
bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya, kualitas air di banyak
ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk
hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan
baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem air.
B. PENANGANAN EUTRIFIKASI
Dewasa ini persoalan eutrofikasi tidak hanya dikaji secara lokal dan temporal,tetapi juga menjadi persoalan global yang
rumit untuk diatasi sehingga menuntut perhatian serius banyak pihak secara terus-menerus. Eutrofikasi merupakan contoh kasus dari
problem yang menuntut pendekatan lintas disiplin ilmu dan lintas sektoral.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penanggulangan terhadap problem inisulit membuahkan hasil yang memuaskan.
Faktor-faktor tersebut adalah aktivitas
peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat yang berlebihan, pertumbuhan
penduduk Bumi yang semakin cepat, urbanisasi yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah lama
terakumulasi dalam sedimen menuju badan air yang utama adalah Lalu apa solusi yang mungkin diambil? Menurut Forsberg
dibutuhkan kebijakan yang kuat untuk mengontrol pertumbuhan pendudu (birth control). Karena apa? Karena sejalan dengan
populasi warga Bumi yang terus meningkat, berarti akan meningkat pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke lingkungan air dari
sumber-sumber yang disebutkan di atas. Pemerintah juga harus mendorong para pengusaha agar produk detergen tidak lagi
mengandung fosfat. Begitu pula produk makanan dan minuman diusahakan juga tidak mengandung bahan aditif fosfat. Di samping
itu, dituntut pula peran pemerintah di sektor pertanian agar penggunaan pupuk fosfat tidak berlebihan, serta perannya dalam
pengelolaan sektor peternakan yang bisa mencegah lebih banyaknya lagi fosfat lepas ke lingkungan air. Bagi masyarakat dianjurkan
untuk tidak berlebihan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung aditiffosfat.
Di negara-negara maju
masyarakat yang sudah memiliki kesadaran lingkungan(green consumers) hanya membeli produk kebutuhan rumah sehari-hari yang
mencantumkan label "phosphate free" atau "environmentally friendly".
Negara-negara maju telah menjadikan problem eutrofikasi sebagai agendalingkungan hidup yang harus ditangani secara serius.
Sebagai contoh, Australia sudah mempunyai program yang disebut The National EutrophicationManagement Program, yang
didirikan untuk mengoordinasi, mendanai, dan menyosialisasi aktivitas riset mengenai masalah ini. AS memiliki organisasi seperti
North American Lake Management Society yang menaruh perhatianbesar terhadap kelestarian danau melalui aktivitas sains,
manajemen, edukasi, dan advokasi.
Selain itu, mereka masih mempunyai American Society of Limnology andOceanography yang menaruh bidang kajian pada aquatic
sciences dengan tujuan menerapkan hasil pengetahuan di bidang ini untuk mengidentifikasi danmencari solusi permasalahan yang
diakibatkan oleh hubungan antara manusiadengan lingkungan.
Negara-negara di kawasan Eropa juga memiliki komite khusus dengan namaScientific Committee on Phosphates in Europe yang
memberlakukan The Urban Waste Water Treatment Directive 91/271 yang berfungsi untuk menanganiproblem fosfat dari limbah
cair dan cara penanggulangannya. Mereka jugamemiliki jurnal ilmiah European Water Pollution Control, di sampingEnvironmental
Protection Agency (EPA) yang memberlakukan peraturan danpengawasan ketat terhadap pencemaran lingkungan.
REFERENSI
Nyabakken. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.
Jakarta
Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan Di Muka Bumi Tanpa Plankton. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta.
Anderson, D,M., J,M, Burkholder., W,P, Cochlan., P,M,
Gilbert., C,J, Gobler., C,A, Heil., R,M, Kudela., M,L, Parsons., J,E, Jack
Rensel., D,W,
Townsend., V,L, Trainer., G,A, Vargo. 2008, Harmfull Algae Blooms and
Eutrophication: Examining
Linkages from Selected Coastal

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:09:22 2017 / +0000 GMT

Region of the United Stated.
http://www.wikipedia.org

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/6 |