Identifikasi Parasit Ikan Kerapu (Ephinephelus sp.) Pasca Terjadinya Harmfull Algal Blooms (HABs) di Pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran

IDENTIFIKASI PARASIT IKAN KERAPU (Epinephelus sp) PASCA TERJADINYA
Harmfull Algal Blooms (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN
PESAWARAN
(Skripsi)

Oleh
AJENG ANGRUM NINGSIH

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

ABSTRACT
PARASITES IDENTIFICATION OF GROUPER (Epinephelus sp.) AFTER
HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) ON THE RINGGUNG BAY,
PESAWARAN

By
Ajeng Angrum Ningsih


Groupers was one of fish commodity that have high value economic with a good
opportunities for fish markets in Asia such as Hong Kong, China, Taiwan, Singapore
and Malaysia. Ringgung beach was one of the grouper aquacultur center in
Lampung. On October 2012 until March 2013 have been harmfull algal blooms
(HABs) in Lampung Bay that caused fish mass death. Among the fish death there was
grouper, size from seedlings until consumption size whose caused the financial loss.
The purpose of the research was to identify the parasite grouper post- harmfull algal
blooms (HABs) on the beach Ringgung Pesawaran District. Grouper samples (8-15
cm) were collected as much as 6 fish/weeks KJA in Ringgung Beach. The research
was done on two stations, station one used KJA with high density and station two
used KJA with low density. Investigation of parasite including outer part and inside
of fish salinitas, suhu, DO, pH, NO2, NO3, and NH3 was the observe parameter.
Based on the grouper were infected by three kinds of parasites
Pseudorhabdosynochus sp., Trichodina sp., and Haliotrema sp. The intensity of
parasites on farms included in the category often. The highest prevalence of parasites
from the location at weeks 4 and 6 was Pseudorhabdosynochus sp. (16.7%). This can
be influenced by a change in water quality and the presence of harmfull algal blooms
(HABs) that occurs in the week.
Keywords: Epinephelus sp., harmfull algal blooms (HABs), parasites, prevalence,
intensity


ABSTRAK
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA
TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI
RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN

Oleh
Ajeng Angrum Ningsih

Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi dengan peluang baik untuk pasar ikan hidup di Asia seperti Hong
Kong, Cina, Taiwan, Singapura dan Malaysia. Salah satu sentra budidaya ikan
kerapu di Lampung adalah Pantai Ringgung. Pada Oktober 2012 hingga Maret 2013
terjadi harmfull algal blooms (HABs) di Teluk Lampung yang menyebabkan
kematian massal ikan. Di antara jenis ikan yang mati tersebut adalah kerapu mulai
dari ukuran bibit hingga ukuran konsumsi sehingga mengakibatkan kerugian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasit ikan kerapu pasca harmfull
algal blooms (HABs) di Pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran. Sampel ikan yang
digunakan berukuran 8-15 cm sebanyak 6 ekor/minggu yang yang berasal dari KJA
di Pantai Ringgung. Penelitian dilakukan pada 2 stasiun yaitu stasiun 1 yaitu KJA

dengan kepadatan tinggi dan stasiun 2 yaitu KJA dengan kepadatan rendah.
Pemeriksaan parasit meliputi organ luar dan dalam ikan. Parameter yang diamati
yaitu salinitas, suhu, DO, pH, NO2, NO3 dan NH3. Hasil penelitian ditemukan tiga
jenis parasit yang menginfeksi ikan kerapu yaitu Pseudorhabdosynochus sp.,
Trichodina sp., dan Haliotrema sp. Intensitas parasit pada lokasi budidaya termasuk
dalam kategori often (sering). Sedangkan prevalensi parasit yang menginfeksi ikan
kerapu pasca harmfull algal blooms (HABs) tertinggi terjadi pada minggu ke 4 dan ke
6 yaitu Pseudorhabdosynochus sp. (16,7 %). Hal tersebut dapat dipengaruhi adanya
perubahan kualitas air dan adanya harmfull algal blooms (HABs) yang terjadi pada
minggu tersebut.

Kata kunci : Epinephelus sp., harmfull algal blooms (HABs), parasit, prevalensi,
intensitas

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 9 September
1990 sebagai puteri ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Sri
Wardoyo, S.Sos (Alm.) dan Ibu Diah Susilowati Ningsih, B.A.
Penulis telah menyelesaikan jenjang pendidikan di TK Pertiwi

tahun 1996, SDN 3 Taman Fajar tahun 2002, SMPN 1
Purbolinggo tahun 2005, dan SMAN 1 Purbolinggo tahun 2008.

Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) pada Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan tahun 2008.

Selama menempuh studi penulis telah mengikuti Praktek Umum (PU) di Balai
Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Ciherang, Jawa Barat dengan judul
“Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus)” pada tahun 2012. Penulis juga telah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kampung Pujodadi Kecamatan
Trimurjo Lampung Tengah dengan Tema “Pengembangan Bisnis Perikanan”.

Penulis pernah menjadi anggota Penelitian dan Pengembangan periode 2009/2010
dan sekertaris bidang kesekretariatan periode 2011/2012 di Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan Unila (HIDRILA).

Untuk menyelesaikan studi di Universitas Lampung, penulis melaksanakan penelitian
sebagai


tugas

akhir

dengan

judul

“Identifikasi

Parasit

Ikan

Kerapu

(Epinephelus Sp) Pasca Harmfull Alga Blooms (HABs) Di Pantai Ringgung
Kabupaten Pesawaran.

“Man Jadda Wa Jadda”

(Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan
mendapatkanya)

“ It Only Takes A Smile To Hide A Milion Tears “

Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
( Al Baqarah : 153)

I am thankfull to all those who said NO to me, it’s
because of them i did it myself (Einstein)

ALHAMDULILAH, dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,
kupersembahkan karya kecilku ini kepada

Ayahanda (Alm.)
yang selalu menjadi motivasi hidup ku, yang akan selalu kurindukan
(you’re my everything)

Ibunda

yang selalu mendoakan, yang selalu berusaha dan yang selalu memberi
semangat di setiap langkah hidupku

Mbakku, mamasku dan Oomku
yang senantiasa mendampingi, menyayangi dan mendoakanku

Teman hidupku yang akan mendampingiku nantinya

Almamater tercinta “Universitas Lampung”

teman teman seperjuangan dan satu angkatan
Yang selalu memberikan semangat, ceria dan,tawa.

SANWACANA

Alhamdulillaahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,
karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Identifikasi Parasit Ikan Kerapu (Epinephelus Sp) Pasca Terjadinya Harmfull
Algal Blooms (HABs) Di Pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran” dengan baik.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Perikanan pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

2.

Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan dan
Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan pemikiran,
dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

3.

Bapak Agus Setyawan, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing I atas bimbingan,
arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
proses penyelesaian skripsi


4.

Bapak Qadar Hasani, S. Pi., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan kritik demi perbaikan skripsi.

5.

Bapak Suparmono, S. Pi., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama menjalani studi di
Jurusan Budidaya Perairan

6.

Seluruh dosen dan staf administrasi Jurusan Budidaya Perairan atas ilmu
pengetahuan dan bimbingan yang telah diberikan

i

7.


Ibu Dini, Pak Aris, Ibu Sesil dan seluruh staf/karyawan Stasiun Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung
atas bimbingan dan bantuannya.

8.

Bapak (Alm.), ibu atas semua kasih sayang, motivasi dan tetes keringat yang
selalu menjadi semangat dalam langkah kaki ku serta do’anya demi
kelancaran, keselamatan dan kesuksesan penyusun,.

9.

Kedua kakakku tersayang : Thiara Arum Sakoro Ningsih, Amd. Kep. (mb
aya) dan Dimas Soko Wisnu, S.T (masnu) atas semua dukungan, motivasi,
nasehat, kasih sayang dan do’anya demi kelancaran, keselamatan dan
kesuksesan penyusun.

10. Pakde Budiono dan Bude Inung yang telah menjadi orang tua kedua
penyusun selama ini.

11. Om Sulaman, Om Juremi, dan oom yang lain yang tidak bisa disebutkan satu
persatu atas semua dukungan dan motivasi selama ini.
12. Pak Prayit selaku petani tambak Ringgung yang telah membantu selama
proses penelitian.
13. Teman penelitian Agus, Kak Ade dan Uus serta sahabatku Dinar, Nani, Susi,
Manja, Rini, Dahlia dan eva atas kebersamaan dan semangat yang diberikan.
14. Teman-teman asrama kurnia (nuyul, napoy, nala, nia, eva), asrama aditya (mb
titin, mb vera, dudu ) dan krew edelweis ( mb dewi, mb lilin, nurul, yulia)
atas kebersamaannya dan keceriaan yang diberikan.
15. Keluarga Besar Budidaya Perairan angkatan 2008 atas kebersamaanya.

Bandar Lampung, Desember 2014

Ajeng Angrum Ningsih

ii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..…... I
DAFTAR GAMBAR ………………………………………….............................. .ii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4
D. Perumusan Masalah ............................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Kerapu ........................................................................................................ 7
B. Potensi Ikan Kerapu…………….. .......................................................................8
C. Harmfull Algal Blooms (HABs)...........................................................................9
D. Lingkungan dan Parasit .....................................................................................10
E. Jenis-Jenis Parasit Pada Ikan Kerapu..................................................................12
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat .......................................................................................... 20
B. Alat dan Bahan ................................................................................................ 20
C. Prosedur Penelitian ......................................................................................... 20
D. Analisis Data ................................................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Parasit yang Ditemukan.......................................................................... 23
B. Prevalansi dan Intensitas Parasit...................................................................... 29
C. Hubungan unsur hara terhadap kelimpahan parasit………………………..... 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………….......................................................................... 38
B. Saran…………………………..........................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Hasil identifikasi parasit pada ikan kerapu……………………………..…….….. 23
2. Parameter Kualitas Air……………………………………………………….….. 32
3. Matrik korelasi antara prevalensi dengan parameter lingkungan……………..… 36

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran…………………………………..………….… 5
2. Morfologi Ikan Kerapu………………………………………………………...….. 8
3. Parasit Diplectanum………………………………………………….…………... 13
4. Dactylogyrus sp………………………………………………………………..… 14
5. Trichodina sp……………………………………………………….………….… 16
6. Argulus sp……………………………………………………………………..…. 17
7 . Parasit Pseudorhabdosynochus sp……………………………………….….…... 25
8. Trichodina Sp. ………………………………………………………………...… 27
9. Haliotrema sp…………………….…………………………………………...…. 28
11. Parameter kualitas air selama pengamatan……………………………………... 34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Parameter Kualitas Air di Pantai Ringgung…………………………………… ... 40
2. Perhitungan Regresi Pada Parasit Pseudorhabdosynochus sp….……………… 41
3. Perhitungan Regresi Pada Parasit Trichodina sp……………………………..…. 42
4. Perhitungan Regresi Pada Parasit Haliotrema sp……………….………….….... 43
5. Alat dan Bahan Selama Penelitian…………………………………………..….... 44

I.

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan kerapu (Groupers) merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai

ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi
tinggi dan telah dapat dibudidayakan secara komersial di beberapa negara tropis.
Rasa dagingnya yang lezat membuat ikan kerapu punya nilai tinggi di pasar dunia.
Tingginya harga komoditas juga karena ketersediaannya di alam mulai berkurang.
Negara tujuan ekspor kerapu adalah Hongkong, Taiwan, China, Jepang, Korea
Selatan, Vietnam, Thailand, Filipina, USA, Australia, Singapura, Malaysia dan
Perancis (Anonim, 2011).
Ikan kerapu sebagai komoditas unggulan ekspor perikanan budidaya,
mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Ikan
kerapu bebek ditingkat pembudidaya dipatok dengan harga Rp 350 ribu per
kilogram, sedangkan ditingkat eksportir mencapai Rp 500 ribu per kilogram.
Tingginya harga dan permintaan pasar yang banyak pada ikan kerapu mendorong
para pelaku usaha untuk membudidayakan ikan kerapu.
Pantai Ringgung merupakan salah satu sentra budidaya ikan kerapu di
Lampung. Pada Oktober 2012 hingga Maret 2013 terjadi fenomena harmfull algal
bloom (HABs) yang menyebabkan kematian masal ikan di Teluk Lampung.
Setelah dilakukan pendataan total hingga Maret 2013, ditemukan 376.000 ekor
berbagai jenis ikan mati. Di antara jenis ikan yang mati tersebut adalah ikan

2

kerapu, mulai dari ukuran benih hingga ukuran konsumsi atau hampir panen
(Anonim, 2013).
Total kerugian akibat kematian masal tersebut diperkirakan mencapai Rp 5
milyar lebih (Arrazie., 2012). Awal Oktober 2012 di Teluk Lampung terjadi
kematian massal ikan dengan gejala klinis yang muncul yaitu ikan tiba-tiba
melayang-layang lalu mati mengambang. Kejadian kematian massal tersebut
diduga disebabkan adanya harmfull algal blooms (HABs), yaitu fenomena
serangan "blooming" plankton (Anonim, 2013).
Harmfull algal blooms (HABs) dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi
dimana tanaman sel satu berukuran kecil yang hidup di laut yang tumbuh dengan
sangat cepat dan terakumulasi dalam suatu kumpulan di permukaan air laut.
Fenomena tersebut diikuti dengan perubahan warna air laut yang disebabkan oleh
ledakan fitoplankton yang tiba-tiba (blooming) dari salah satu jenis fitoplankton
bersel tunggal kelompok dinoflagellata.
Adapun penyebab terjadinya harmfull algal blooms (HABs) di perairan laut
diantaranya adalah adanya peningkatan nutrien atau unsur hara diperairan.
Penyumbang unsur hara atau nutrien diperairan berasal dari pemupukan, ekskresi
dari ikan (feses) dan masukan limbah rumah tangga dari aktifitas pembudidaya
yang menetap dilokasi KJA yang mengendap di dasar perairan. Peningkatan
nutrien tersebut dapat menyebabkan adanya harmfull algal blooms (HABs) di
permukaan air dan menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut serta
menghasilkan senyawa beracun yang selalu merugikan yang mengakibatkan
kematian massal ikan (Garno, 2000).

2

3

Adanya harmfull algal blooms (HABs) di perairan disebabkan oleh adanya
fitoplankton. Fitoplankton diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu : (1)
Fitoplankton

yang

mampu

mengeluarkan

zat

racun

spesifik

sehingga

mengakibatkan kematian ikan, meskipun densitas fitoplanktonnya rendah. (2)
Fitoplankton yang tidak mengeluarkan zat beracun, namun karena jumlahnya
(densitas) yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya dampak negatif
pada perairan, seperti penurunan kandungan oksigen terlarut karena proses
pembusukan (anoxius) (Pasaribu, 2004). Dekomposisi mengakibatkan kondisi
perairan yang cocok bagi kehidupan mikroba patogen yang terdiri dari bakteri,
virus, jamur dan parasit berkembang-biak, setiap saat dapat menginfeksi ikan
dan menjadi penyakit yang mematikan.
Parasit biasanya menginfeksi ikan pada permukaan tubuh atau kulit, ikan
yang terinfeksi parasit pada kulitnya akan

menggosok-gosokkan badan pada

benda di sekelilingnya dan menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi sekunder seperti infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit.
Adanya infeksi sekunder dapat menimbulkan kematian yang lebih parah pada
kerapu. Sehingga perlu

upaya untuk menanggulangi kematian ikan dengan

melakukan identifikasi parasit pada ikan kerapu yang dibudidayakan di pantai
Ringgung pasca harmfull algal blooms (HABs).

3

4

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan mengidentifikasi
parasit pada ikan kerapu pasca harmfull algal blooms (HABs) di Pantai Ringgung
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.

C.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pembudidaya dan

masyarakat umum tentang jenis parasit pada ikan kerapu pasca harmfull algal
blooms (HABs) sehingga bisa dilakukan upaya penanggulangan yang lebih efektif
dan efisien.

D.

Perumusan Masalah
Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai

nilai ekonomis tinggi. Ikan kerapu bernilai gizi tinggi dan telah dapat
dibudidayakan secara komersial di beberapa negara tropis. Rasa dagingnya yang
lezat membuat ikan ini punya nilai tinggi di pasar dunia. Tingginya harga
komoditas ini juga karena ketersediaannya di alam mulai berkurang. Negara
tujuan ekspor kerapu adalah Hongkong, Taiwan, China, Jepang, Korea Selatan,
Vietnam, Thailand, Filipina, USA, Australia, Singapura, Malaysia dan Perancis
(Anonim, 2011). Ikan kerapu bebek ditingkat

pembudidaya dipatok dengan

harga Rp 350 ribu per kilogram, sedangkan ditingkat eksportir mencapai Rp 500
ribu per kilogram. Sehingga mendorong

para pelaku

usaha untuk

membudidayakan ikan kerapu (Rimmer et al., 2004).

4

5

Salah satu sentra budidaya ikan kerapu di Lampung yaitu Pantai Ringgung.
Banyaknya tambak akan disertai banyaknya limbah organik dari hasil buangan
tambak, over feeding pakan ikan di keramba, ataupun pembuangan limbah yang
banyak mengandung unsur N. Pada Oktober 2012 hingga Maret 2013 terjadi
harmfull algal blooms (HABs) yang menyebabkan kematian massal ikan di Teluk
Lampung. Di antara jenis ikan yang mati tersebut adalah kerapu, mulai dari
ukuran bibit hingga ukuran konsumsi atau hampir panen sehingga mengakibatkan
kerugian.
Adanya harmfull algal blooms (HABs) di permukaan air mengakibatkan
kualitas air menjadi rendah yang diikuti rendahnya kosentrasi oksigen terlarut
bahkan sampai batas nol dan menghasilkan senyawa beracun yang dapat
mengakibatkan kematian fauna. Dekomposisi mengakibatkan kondisi perairan
yang cocok bagi kehidupan mikroba patogen yang terdiri dari bakteri, virus,
jamur dan parasit berkembang-biak, setiap saat dapat menginfeksi ikan dan
menjadi penyakit yang mematikan.
Dekomposisi akan menghasilkan kondisi perairan yang cocok bagi kehidupan
mikroba patogen yang terdiri dari bakteri, virus, jamur dan parasit yang dapat
menginfeksi dan menjadi penyakit mematikan bagi ikan.

Identifikasi parasit

merupakan upaya awal dalam menanggulangi penyakit parasit pada ikan kerapu.
Dengan dilakukan identifikasi parasit, diketahui pencegahan dan pengobatan.
Sehingga perlu upaya untuk menanggulangi kematian ikan dengan melakukan
identifikasi parasit pada ikan kerapu yang dibudidayakan di pantai ringgung pasca
harmfull algal blooms (HABs).

5

6

Limbah Organik

harmfull algal blooms (HABs)

Kematian Massal Ikan Kerapu

Agent Penyakit

Virus

Parasit

Bakteri

Jamur

Identifikasi Parasit pada Ikan Kerapu Pasca harmfull
algal blooms (HABs).

Informasi tentang Siklus Hidup Parasit

Upaya Penanggulangan

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran

6

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Kerapu
Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama “grouper” yang
mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Semua
spesies tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tujuh genus, meskipun demikian
hanya tiga genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis komersial yaitu
genus Chromileptes, Plectropomus dan Ephinephelus. Klasifikasi dari ikan kerapu
(Epinephelus sp.) menurut Saanin (1995) sebagai berikut:
Filum
Kelas
Ordo

: Chordata

: Pisces

: Perciformes

Familia : Serranidae
Genus

: Epinephelus
Ikan kerapu (Epinephelus sp.) tergolong dalam serranidae. Tubuhnya

tertutup oleh sisik-sisik kecil. Kebanyakan tinggal di terumbu karang dan
sekitarnya meskipun ada pula yang hidup di pantai sekitar muara sungai (Nontji,
2002). Ikan kerapu merupakan ikan air laut yang hidup di berbagai habitat
tergantung dari jenisnya. Ada yang hidup di daerah berkarang, daerah berlumpur,
daerah berpasir ataupun daerah yang dasar perairannya merupakan campuran
antara patahan karang dan pasir.

8

Gambar 2. Morfologi Ikan Kerapu

Ikan kerapu memiliki ciri-ciri yaitu berbadan kekar, berkepala besar dan
bermulut lebar. Seluruh tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik kecil, pada pinggiran
operculum bergerigi dan terdapat duri pada operculum tersebut.

Dua sirip

punggungnya yang pertama berbentuk duri-duri. Ikan kerapu dikenal sebagai
predator atau piscivorous yaitu pemangsa jenis ikan-ikan kecil, plankton hewani
(zooplankton), udang-udangan, invertebrata dan hewan-hewan kecil lainnya
(Kordi, 2001).

B. Potensi kerapu
Komoditas ikan laut jenis kerapu merupakan komoditas andalan. Permintaan
dari pasar eksport (Singapura dan Hongkong) dari tahun ke tahun terus
meningkat. Ikan kerapu sudah menjadi menu istimewa di hotel dan restoran
terkemuka, baik di Indonesia, Hongkong, Taiwan, Jepang maupun Singapura.
Permintaan kerapu baik ukuran kecil sebagai ikan hias maupun ukuran konsumsi
terus meningkat. Ikan kerapu sebagai komoditas unggulan ekspor perikanan
budidaya, mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar.

9

Ikan kerapu bebek ditingkat pembudidaya dipatok dengan harga Rp 350 ribu per
kilogram, sedangkan ditingkat eksportir mencapai Rp 500 ribu per kilogram.
Menurut Pongasapan, dkk (2001) menyatakan bahwa budidaya ikan dengan
sistem keramba jaring apung (KJA) mempunyai keunggulan diantaranya yaitu
hemat lahan, tingkat produktivitas tinggi yaitu 350 – 400 Kg/m3/musim tanam,
tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus sehingga dapat menekan input
biaya produksi, mudah dipantau, unit usaha dapat diatur sesuai kemampuan
modal, pemanenan mudah.

C. Harmfull Algal Blooms (HABs)
Pada umumnya fenomena ledakan plankton ditandai dengan berubahnya
warna air laut yang dikenal dengan sebutan red tide atau pasang merah. Namun
dalam perkembangannya ternyata tidak selamanya ledakan plankton berwarna
merah tetapi perairan berubah menjadi warna dari biru-hijau menjadi merah
kecoklatan, hijau, atau kuning-hijau, tergantung pada pada pigmen yang
dikandungnya (Nontji, 2006). Kasus ledakan plankton menjadi bencana bagi biota
laut.

Perairan

dikatakan

terjadi

ledakan

fitoplankton

jika

kelimpahan

fitoplanktonnya mencapai 5 x 106 sel/l. Akibatnya eutrofikasi menjadi masalah
bagi perairan yang dikenal dengan alga blooms.
Namun secara umum, kerugian secara ekonomi akibat dari harmfull algal
blooms (HABs) adalah tangkapan nelayan yang menurun drastis, gagal panen para
petambak, serta berkurangnya wisatawan karena pantai menjadi kotor dan bau
oleh bangkai ikan (Anonim, 2010). Adapun faktor-faktor pencetus terjadinya
blooming adalah:

10

1. Angin dan gelombang yang dapat mengangkat nutrient di dasar air naik ke
permukaan, sehingga merangsang percepatan reproduksi fitoplankton.
2. Upwelling pada perairan dalam yang mengangkat nutrient yang tersimpan di
dasar naik ke permukaan (yang kaya sinar matahari), sehingga memicu
pertumbuhan fitoplankton.
3. Hujan lebat dan banjir yang dapat membawa nutrient dari sekitar perairan,
masuk ke dalam badan perairan tertentu, karena pencucian permukaan tanah
yang subur atau akibat erosi.
4. Pemakaian pupuk, baik pemberian pupuk organik maupun anorganik yang
dimaksudkan untuk menyuburkan plankton dan pakan alami ikan kultur,
kadang-kadang justru memicu blooming plankton. Dernikian pula pemberian
pakan buatan yang berlebihan dan terakumulasi kemudian diurai oleh bakteri
menjadi nutient bagi plankton.
5. Spora diam atau kista yang awalnya berada dalam kondisi yang tidak
menguntungkan, kemudian karena perubahan kondisi yang mendukung dapat
berkembang dan memicu blooming.
6. Limbah domestik dan pertanian berbentuk organik yang diurai oleh bakteri
menjadi nutrient alga dapat mendorong pertumbuhan pesat bila didukung oleh
faktor-faktor lainnya, seperti sinar matahari yang cukup, suhu, dan kurangnya
predator.

D.

Lingkungan Parasit
Timbulnya suatu penyakit pada hewan-hewan air seperti ikan dapat

disebabkan oleh adanya interaksi antara mikroorganisme/patogen, induk semang

11

(inang/ikan) dan faktor-faktor lingkungan. Bermacam-macam faktor lingkungan
dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi/menurunkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit dan faktor-faktor tersebut adalah kualitas air.
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ikan
kerapu macan, karena kualitas air tempat pemeliharaan ikan akan sangat
mempengaruhi kerentanan ikan terinfeksi agen penyakit. Beberapa parameter
kualitas air yang berpengaruh terhadap keberadaan penyakit bakterial dan parasit
pada ikan kerapu macan antara lain:
1. Oksigen
Oksigen merupakan salah satu gas terlarut diperairan. Kadar oksigen yang
terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air
dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin
kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2000).
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung
pada percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan
limbah yang masuk ke badan air. Kadar oksigen air laut yang baik untuk
pembenihan ikan kerapu adalah >5 ppm. Rendahnya kadar oksigen di suatu
perairan dapat menyebabkan ikan menjadi stress sehingga sistem imun tubuh ikan
menurun. Pada kondisi yang demikian, ikan akan sangat mudah terinfeksi oleh
patogen, baik bakteri maupun parasit.

12

2. Salinitas.
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Boyd, 1988).
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat di
konversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan
semua bahan organik telah dioksidasi. Kisaran salinitas perairan laut antara 30-40
ppm. Tingkat salinitas yang terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat
mengakibatkan respon stres dari akut dan penyebab timbulnya serangan penyakit
hingga kronis pada ikan budidaya. Menurut Sugianti (2005) penyebab penyakit
ikan yaitu disebabkan oleh Protozoa, Helminthes (cacing), dan Crustacea (udangudangan).

E. Jenis-Jenis Parasit Pada Ikan Kerapu
1. Protozoa
Protozoa adalah organisme unisellular (bersel satu) mikroskopik yang sangat
kecil dan memiliki struktur yang kompleks yang digunakan untuk pergerakan,
pelekatan, dan perlindungan. Parasit ini memiliki beberapa kelompok yang parasit
pada ikan. Parasit ini dapat berkembang biak pada atau dalam tubuh inang.
Golongan protozoa setidaknya memiliki 7 phylum yang merupakan parasit pada
ikan, yaitu : Phylum Amoebozoa, Phylum Dinoflagellata, Phylum Parabasalia,
Phylum Euglenozoa, Phylum Ciliophora, Phylum Apicomplexa, Phylum
Microspora, Phylum Myxozoa (Gusrina, 2008).
Protozoa dapat hidup sebagai organisme bebas maupun parasitik. Protozoa
merupakan parasit ikan berbahaya bagi ikan yang disebabkan oleh kemampuan
multiplikasinya yang cepat dan menyerang ikan pada berbagai umur. Ikan-ikan

13

muda lebih rentan terhadap serangan protozoa dibanding ikan-ikan dewasa.
Protozoa pada ikan dapat ditemukan di sirip, kulit, insang, rongga mulut, hidung,
system saraf, system skeletal, saluran pencernaan dan urat daging.
2. Platyhelminthes
a. Diplectanum sp.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa parasit dari golongan Monogenea,
Famili Diplectanidae telah menyebabkan penyakit pada kerapu. Hartono dkk.,
(2005) dalam Bunga (2008) melaporkan hasil pemeriksaan terhadap 234 sampel
ikan groupers yang dibudidayakan pada keramba jaring apung di Lampung, 25 %
telah terinfeksi oleh parasit Diplectanum sp.

Gambar 3. Parasit Diplectanum (sumber :Noble et al. 1989)
Parasit Diplectanum sp. merupakan jenis parasit yang biasa menyerang di
lamella insang ikan laut. Ikan yang terserang akan mengalami gangguan dalam
proses pernafasan bisa menyebabkan kematian pada ikan yang cukup banyak.

14

b. Dactylogyrus sp.
Dactylogyrus sp. merupakan hewan parasit yang termasuk cacing tingkat
rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp. sering menyerang pada bagian insang ikan
air tawar, payau dan laut. Klasifikasi Dactylogyrus sp. adalah:
Phylum : Platyhelminthes
kelas : Trematoda
Ordo : Monogenea
Famili : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Species : Dactylogyrus sp.

Gambar 4. Dactylogyrus sp.

Pada bagian tubuh Dactylogyrus sp. terdapat posterior haptor. Haptornya
tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris
kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil.
Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang
kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala
memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Gejala

15

infeksi pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat, dan produksi lendir
berlebih (Gusrina, 2008). Parasit Dactylogyrus sp. mempunyai siklus hidup
langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada
insang ikan. Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputihputihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau
bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008).

c. Trichodina sp.
Trichodina sp. adalah parasit patogen dari golongan ciliata yang biasa
menyerang ikan air tawar

dan laut

Pada ikan- ikan air tawar, parasit ini

umumnya ditemukan di kulit, sedangkan pada ikan-ikan air laut di insang (Lom
1992). Serangan dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan hiperplasia
pada sisik dan kerusakan struktur insang, yang pada akhirnya akan menyebabkan
ikan mati.
Adapun klasifikasi dari parasit Trichodina sp. menurut Kabata (1985)
adalah sebagai berikut:
Filum
Subfilum
Class
Ordo
Famili
Genus

: Protozoa
: Ciliophora

: Ciliata
: Petrichida

: Trichodinidae
: Trichodina

Trichodina sp tubuhnya berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi
rambut getar (marginal dan lateral cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat

16

lingkaran tubuh bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk
melekatkan dirinya ketubuh ikan atau benda-benda lainnya,

Gambar 5. Trichodina sp.
Pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama, tetapi ia
menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain, misalnya karena
luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini
sebagai infeksi sekunder, ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda
antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang
terutama kepala dan punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus
dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat.

3.

Crustacea
Pada kelompok parasit dari subfilum Crustasea yang sering menyerang ikan

laut yaitu Argulus sp.

17

a. Argulus sp.
klasifikasi Argulus sp. menurut Poly (2008) adalah sebagai berikut:
Filum
Subfilum
kelas
Ordo
Famili
Genus

: Arthopoda

: Crutacea

: Maxillopoda

: Arguloida

: Argulidae

: Argulus sp.

Gambar 6. Argulus sp.

Argulus atau biasa disebut kutu ikan adalah kelompok parasit dari sub
filum krustasea dan masuk dalam kelas Maxillopoda. Parasit ini memiliki tubuh
rata oval mirip kuku, yang hampir seluruhnya ditutupi oleh karapas lebar, mata
majemuk menonjol, dan antenna yang termodifikasi membentuk mulut, memiliki
belalai berduri yang digunakan sebagai senjata untuk mengisap darah ikan
sehingga ikan akan menjadi kurus. Argulus sp. memiliki dua pasang toraks, yang
digunakan untuk berenang antara inang yang berbeda. Ciri utama yang menonjol
pada Argulus sp. adalah adanya sucker yang besar pada ventral. Sucker
merupakan modifikasi maxillae pertama dan berfungsi sebagai organ penempel

18

utama pada Argulus sp. selain itu terdapat preoral dan probosis untuk melukai
dan menghisap sari makanan dari inang. Argulus merupakan ancaman yang sangat
serius bagi kesehatan ikan, karena dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Ikan yang terinfeksi biasanya terdapat bercak perdarahan dan kulit
terjadi pembengkakan disekitar insang atau sirip.
Parasit ini menyebabkan penyakit Argulosis dan cenderung temporer yaitu
mencari inang secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan lain
atau bahkan meninggalkannya.

19

III.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2013, di Keramba Jaring
Apung Pantai Ringgung, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran,
Lampung. Pada 2 stasiun yaitu stasiun pertama di perairan dengan jumlah KJA
yang padat, stasiun kedua yaitu lokasi yang terdapat sedikit KJA. Kemudian
sampel ikan diidentifikasi di Laboratorium parasit di Stasiun Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu toples, peralatan aerasi,
tali, penggaris, timbangan, pH meter, DO meter, thermometer, refraktometer, 2
buah nampan, alat bedah 1 set, pipet tetes, mikroskop, gelas objek, gelas penutup,
jarum pentul, dan kamera.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ikan kerapu berbagai
ukuran yang berasal dari pembesaran di keramba jaring apung di Pantai
Ringgung, akuades, NaCl fisiologis.

20

C. Prosedur penelitian
1. Pengambilan sampel
Sampling dilakukan setiap minggu selama 6 minggu. Jumlah sampel
yng diambil per sampling sebanyak 8 ekor ikan kerapu. Pada 2 stasiun yaitu
stasiun 1 yaitu keramba jaring apung dengan kepadatan tinggi dan stasiun 2
yaitu keramba jaring apungdengan kepadatan rendah. Penentuan stasiun
penelitian berdasarkan kepadatan KJA yakni ditentukan 2 titik stasiun
penelitian.

Stasiun

pertama di perairan dengan jumlah KJA yang padat,

stasiun kedua adalah lokasi yang terdapat sedikit KJA. Sampel dimasukkan ke
dalam toples dan diberi aerasi lalu dibawa ke laboratorium parasit di Stasiun
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I
Lampung

2. Pemeriksaan Sampel dan Penghitungan Parasit

Prosedur pengamatan infeksi parasit dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Kulit dari bagian kepala sampai ekor dikerok menggunakan scalpel bersih
sehingga diperoleh campuran mucus, sel epidermis dan parasit-parasit
pada kulit. Material hasil kerokan kulit diusapkan di atas gelas objek.
Larutan fisiologis diteteskan di atas usapan dengan pipet tetes hingga
merata dan ditutup dengan gelas penutup. Usapan tidak boleh tebal untuk
memudahkan mengidentifikasi parasit.
b) Pemeriksaan insang ikan kerapu dilakukan dengan memotong lamela
insang lalu lamella insang diusapkan di atas gelas objek diteteskan larutan

21

fisiologis dan ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dengan
menggunakan mikroskop perbesaran 40x dan 100x.
c) Pemeriksaan endoparasit dilakukan dengan membedah ikan dari bagian
anus hingga ke bawah sirip dada. Selanjutnya usus dibuka dan isinya
dikeluarkan lalu isi serta dinding organ usus diamati di bawah mikroskop.
d) Untuk parasit yang telah ditemukan lalu diidentifikasi dan dihitung
jumlahnya. Identifikasi dilakukan dengan merujuk pada buku Kabata
(1970) dan Hoffman (1971).

D.

Analisis Data
Dari hasil pengamatan parasit meliputi jenis parasit, dan jumlah dari

masing-masing parasit yang ditenukan pada masing-masing ikan, kemudian
ditabulasi dan dihitung tingkat serangan ektoparasit (intensitas), dan prevalensi
nya. Menurut Fernando et al, (1972) intensitas dan prevalensi serangan parasit
terhadap ikan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah ikan yang terinfeksi
Prevalensi =

X 100%
Jumlah sampel ikan yang diambil

Sedangkan intensitas parasit dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Jumlah parasit yang ditemukan
Intensitas =

X 100 %
Jumlah ikan yang terinfeksi

Perolehan data hasil penelitian tersebut dianalisis secara deskriptif.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Parasit

yang

ditemukan

pada

ikan

kerapu

pasca

red

tide

yaitu

Pseudorhabdosynochus sp. , Trichodina sp., dan Haliotrema sp.
2. Dominasi parasit yang menginfeksi ikan kerapu pasca red tide yaitu
Pseudorhabdosynochus sp..
3. Prevalensi parasit tertinggi terjadi pada minggu ke 4 dan minggu ke 6.

B. Saran
Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang identifikasi parasit pada ikan kerapu
dengan analisis 185 rDNA untuk memastikan spesies parasite

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Fenomena Langka Red Tide Terjadi di Indonesia. Diakses dari
(http://bangka.tribunnews.com/2012/12/16/fenomena-langka-red-tide-terjadidi-indonesia). 27 Maret 2013.
Arrazie Nurochman, 2012. Puluhan Ribuan Ikan di Teluk Lampung Mati Mendadak.
Diakses darihttp://www.tempo.co/read/news/2012/12/21/058449595/PuluhanRibuan-Ikan-di-Teluk-Lampung-Mati-Mendadak. Tanggal 24 Februari 2013.
Baker, D. G. 2007. Flynn’s Parasites of Laboratory Animals. 2nd Edition. Blackweel
Publishing. USA. 844 hal. University of Malaysia. CABl Publishing. 365 hal.
Fernando, C. F. J.L Furtado, A. V Gussev, G. Honek and S.A. Kakonge. 1972.
Methods for the Study of Fresh Water Fish Parasites. University of Waterloo.
Biologi Series: 1-76
Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 70 hal.
Gusrina.
2008.
Budidaya
Ikan
Jilid
3.
Diakses
dari
http://ftp.lipi.go.id/pub/Buku_Sekolah_Elektronik/SMK/Kelas%20XII/Kelas
%20XII_smk_budidaya_ikan_gusrina.pdf.
Goldman CR. And Horne AJ.1983. Limnology. McGraw-Hill International Book
Company. Tokyo. 464p.
Hassan, M. 2008. Parasites of Native and Exotic Freshwater Fishes in the SouthWest of Western Australia. Thesis. Murdoch University. Perth, Western
Australia. 173 hal.
Isyagi, N. A., K. L. Veverica., R. Asiimwe, and W. H. Daniels. 2009. Manual for the
Commercial Pond Production of the African Catfish in Uganda, Feed and
Feeding the Fish. Department of Fisheries and Allied Aquacultures; Auburn
University Alabama, USA . 238 hal.

40

Kordi, G. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius. Yogyakarta.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and
Francis. London and Philadelphia. 303 p.
Lom, J. and I. Dykova. 1992. Protozoan Parasites of Fishes. Developments in
Aquaculture and Fisheries Science, 315 pp.
Makmur, Murdahayu. 2008. Pengaruh Upwelling Terhadap Ledakan Alga (Blooming
Algae) Di Lingkungan Perairan Laut. Prosiding. Pusat Teknologi Limbah
Radioaktif. BATAN
Martinez, V. M.V. and E. F. M. Franco. 1998. Pseudorhabdosynochus cappurroi sp.
n. (Monogenea: Diplectanidae) from the gills of Mycteroperca bonaci
(Pisces: Serranidae) of the Yucatan Peninsula, Mexico. Journal of Folia
Parasitologica, 45:221-224.
Pasaribu, A.P.H., 2004. Siaran Pers: "Red Tide" Sebabkan Ribuan Ikan Mati di Teluk
Jakarta, Departemen Kelautan dan Perikanan RI, http://www.dkp.go.id. Akses
tanggal 30 Juni 2014.
Prayitno, S. B Sarono. A, Widodo, Thalib. N. Hariyano. S, Noviani. W dan Wardani,
S. 1996. Deskripsi Hama dan Penyakit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan
Udang. Pusat Karantina Pertanian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Diponegoro.
Pongasapan,S.D. Rachmansyah dan Mangawe,G.A. 2001. Penelitian Budidaya
Bandeng Intensif dalam Keramba Jaring Apung di Laut. Departemen
Kelautan dan Perikanan
Poly, W.J. 2008. Global diversity of fishlike (crustacean: Branchiura: Argulidae) in
Fresh water. Hydribiologia 595(1): 209-212.
Rimmer M.A., McBride S. and Williams K.C. 2004. Advances in grouper
aquaculture. ACIAR Monograph No. 110. Australian Centre for International
Agricultural Research: Canberra.
Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan Di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (pusat penelitian oseanografi). Jakarta.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit djambatan. Jakarta
Saanin, H. 1995. Taksonomi dan kunci Identifikasi Ikan I dan II. Bina Cipta. Bogor

41

Smith, S. and M. Schwarz. 2009. Commercial Fish & Shellfish Technology Fact
Sheet Dealing with Trichodina and Trichodina-like species. College of
Agriculture and Life Sciences. Virginia Polytechnic Institute and State
University. 3 hal.
Sugiyono. 2005. Analisis Statistik Korelasi Linier Sederhana. Diakses dari
www.usu.id [29 Desember 2013]
Sugianti, B. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dalam Pengendalian
Penyakit Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian. Bogor.
Williams, H. and Jones, A. 1994. Parasitic Worms of Fish. Taylor and Francis Ltd,
London. 593 hlm.
Zafran, I. Koesharyani dan K. Yuasa. 1997. Parasit Pada Ikan Kerapu di Panti Benih
dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol.
III(4):16-23.