FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERENCANAAN WAJIB PAJAK DI SURABAYA | Herlina | Tax & Accounting Review 3063 5748 1 SM

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERENCANAAN
WAJIB PAJAK DI SURABAYA

Herlina dan Agus Arianto Toly
Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra
Email: herlina2392@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan tarif pajak, loopholes, sanksi
administrasi, persepsi wajib pajak, dan moral wajib pajak terhadap perencanaan pajak wajib pajak badan
di Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 21. Teknik penelitian yang
digunakan adalah analisa regresi linier berganda. Teknik pengumpulan data primer yang digunakan
adalah dengan penyebaran kuesioner di mana skala pengukuran pada tiap pertanyaan menggunakan
skala Likert.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tarif pajak, loopholes, sanksi administrasi,
persepsi wajib pajak, dan moral wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap perencanaan pajak wajib
pajak badan di Surabaya. Determinan indikator menunjukan bahwa R2 adalah 74,4% yang artinya
kelima variabel mampu menjelaskan variasi variabel perencanaan pajak adalah sebesar 74,4% dan
sisanya sebesar 25,6% dijelaskan oleh variabel lain.

Kata Kunci: Perencanaan Pajak, Perbedaan Tarif Pajak, Loopholes, Sanksi Administrasi, Persepsi
Wajib Pajak, Moral Wajib Pajak.

ABSTRACT
This study was conducted to know the affect of the differences in tax rates, loopholes, administrative
sanctions, the perception of the taxpayer, and the taxpayer’s morale on tax planning of corporate taxpayer in
Surabaya. This study was performed by using SPSS version 21. The technique used in this study was multiple
linear regression analysis. Primary data collection technique used was questionnaire where the measurement
scale for each question used Likert scale.
The results of the research showed that the differences in tax rates, loopholes, administrative
sanctions, the perception of the taxpayer, and the taxpayer’s morale had significant effect on tax planning of
corporate taxpayer in Surabaya. According to the indicator determinant showed the R 2 was 74.4%, which
means the five variables explained the variation in tax planning variable equal to 74.4% and the remaining
25.6% was explained by other variables.
Keyword: Tax Planning, Differences in Tax Rates, Loopholes, Administrative Sanctions, The Perception of
The Taxpayer, The Taxpayer’s Morale.

1

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

legal. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian

PENDAHULUAN
mempunyai

tersebut dapat menghindari pengenaan pajak yang

kesejahteraan

lebih besar atau sama sekali tidak dikenai pajak

pemegang saham dengan memaksimalkan nilai

melalui apa yang disebut sebagai penghindaran

perusahaan.

Untuk

menciptakan


pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan

kesejahteraan

pemegang

perusahaan

pajak (tax evasion). Dari pengertian perencanaan

dituntut agar memanfaatkan sumber daya yang

pajak tersebut, dapat kita pahami bahwa syarat

terbatas dan beroperasi pada tingkat produktivitas

utama perencanaan pajak adalah tidak melanggar

yang optimal (Suandy, 2008). Produktivitas yang


ketentuan perpajakan sehingga perencanaan pajak

optimal dapat ditandai dengan laba yang maksimal

menjadi tindakan yang legal bagi setiap wajib pajak

dan biaya yang minimal sesuai dengan harapan

(WP).

Perusahaan
tujuan

pada

untuk

umumnya


memaksimalkan

dapat
saham,

Berdasarkan hasil penelitian Rachmawati

pemegang saham.
pengusaha

(2003), perusahaan-perusahaan di wilayah Jakarta

mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban

dan Bekasi sebagai WP badan telah mengenal dan

sehingga akan berusaha meminimalkan beban

melakukan praktik perencanaan pajak dengan


pajak

laba.

cukup efektif. Namun pihak Direktorat Jenderal

kewajiban pajak tersebut sering

Pajak sendiri kurang menyukai praktek-praktek

diasosiasikan dengan suatu elemen dalam suatu

pengecilan pajak terbukti dengan adanya berita

perusahaan yang disebut dengan manajemen pajak

bahwa

(Suandy,


(1996)

menyesuaikan kekayaan para nasabah bank dengan

menyebutkan manajemen pajak sebagai suatu

pajak yang dibayarkan untuk memastikan kejujuran

strategi penghematan pajak. Salah satu strategi

dari pelaporan WP (Detik Finance, 25/2/2014).

penghematan pajak adalah perencanaan pajak di

Selain di Indonesia, banyak negara juga sangat

mana perencanaan pajak merupakan rekayasa pajak

berhati-hati dalam memantau wajib pajaknya agar


yang

perpajakan.

tidak terjadi penghindaran pajak. Salah satu cara

Penghematan pajak yang melanggar peraturan

yang banyak dilakukan di beberapa negara adalah

perpajakan tidak bisa disebut perencanaan pajak

dengan

melainkan penyelundupan pajak (tax evasion).

penghindaran pajak yang bersifat umum (General

Dalam


praktek

tersebut

Pengelolaan

tidak

bisnis,

guna

2008).

mengoptimalkan

Lumbantoruan

melanggar


aturan

Direktorat

menerbitkan

Jenderal

Pajak

ketentuan

ingin

pencegahan

Menurut Rahayu (2010), dalam perspektif

Anti Avoidance Rule/GAAR). Tujuannya adalah


administrasi perpajakan, penghindaran pajak (tax

untuk langkah antisipasi praktik penghindaran

avoidance) adalah upaya memanfaatkan peluang

pajak yang belum diatur dalam ketentuan yang

loopholes dalam aturan pajak sehingga dianggap

bersifat khusus atau untuk melawan tindakan tax

tidak melawan hukum. Sedangkan penggelapan

avoidance yang pada saat dibuatnya peraturan

pajak (tax evasion) cenderung menutupi fakta

belum dikenal (Rahayu, 2010).

material pajak yang semestinya dibayar, dengan

Menurut Suandy (2008), motivasi yang

demikian dianggap melawan hukum. Sedangkan

mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak

menurut Zain (2003) pengertian perencanaan pajak

umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan

adalah proses pengendalian tindakan agar terhindar

yaitu :

dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak

1.

Kebijakan perpajakan (tax policy)

dikehendaki, dan merupakan suatu tindakan yang

2.

Undang-undang perpajakan (tax law)

2

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
3.

Administrasi perpajakan (tax administration)

tindak

pidana

(Arnold

&

McIntyre,

2002).

Ketiga unsur tersebut terjadi menurut proses

Pengertian penghindaran pajak dan perencanaan

sesuai dengan urutan waktu penyusunan sistem

pajak ini berbeda dengan penyelundupan pajak

perpajakan.

dimana penyelundupan pajak adalah pengurangan

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu,

pajak dengan cara illegal termasuk melakukan

peneliti merasa bahwa faktor kebijakan perpajakan,

penipuan atau kebohongan yang disengaja sehingga

peraturan perpajakan, dan administrasi perpajakan

dapat diancam dengan sanksi pidana (Arnold &

sudah cukup banyak diteliti oleh para peneliti

McIntyre, 2002).

terdahulu dan ketiga faktor tersebut dirasa kurang

Perencanaan pajak mempunyai tujuan yang

spesifik dan terlalu luas cakupannya. Karena itu,

spesifik yaitu meminimalkan jumlah pajak yang

peneliti mengambil 5 faktor selain kebijakan

harus dibayarkan. Perencanaan pajak merupakan

perpajakan, peraturan perpajakan, dan administrasi

upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak karena

perpajakan yang lebih spesifik yaitu perbedaan tarif

penghematan pajak harus mempertimbangkan tiga

pajak, loopholes, sanksi administrasi, persepsi

hal yaitu:

wajib pajak, dan moral WP. Peneliti ingin mencari

1.

tidak melanggar ketentuan perpajakan

tahu apakah kelima faktor tersebut berpengaruh

2.

masuk akal

signifikan di tahun 2014 dan WP yang diteliti tidak

3.

dengan dilandasi bukti-bukti pendukung yang

hanya terbatas di sebagian wilayah di Surabaya

memadai

saja, tetapi juga di berbagai wilayah di Surabaya.

substantif.

baik

bersifat

formal

maupun

Umumnya perencanaan pajak adalah proses

Perencanaan Pajak

merekayasa

berkonotasi

ditekan serendah

lengkap

yang diharapkan. Secara teoritis, fungsi manajemen

implementation), dan pengendalian pajak (tax

penghindaran

pajak

penyelundupan

pajak

(tax
(tax

tepat

waktu

sehingga

dapat

Perencanaan Pajak

Di sisi lain ada yang disebut perlawanan
bagian

dan

Pengaruh Perbedaan Tarif Pajak Atas

control).

tiga

perencanaan

optimal (Darmayasa & Hardika, 2011).

planning), pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax

dari

sebagai

menghindari pemborosan sumber daya secara

pajak ada tiga yaitu perencanaan pajak (tax

terdiri

positif

pemenuhan kewajiban perpajakan secara benar,

mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas

yang

untuk

perpajakan. Namun, perencanaan pajak juga dapat

ketentuan perpajakan dengan benar tetapi jumlah

pajak

pajak

pemerintah tetapi masih dalam bingkai peraturan

pajak didefinisikan sebagai sarana untuk memenuhi

dapat

wajib

meminimalkan pajak yang harus dibayar ke

Menurut Lumbantoruan (1996), manajemen

pajak yang dibayar

transaksi

yaitu

Menurut Suandy (2008), perbedaan tarif yang

avoidance),

diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang

evasion),

dan

perencana

pajak

berusaha

sebisa

mungkin

perlawanan pasif. Pengertian penghindaran pajak

dikenakan tarif yang paling rendah. Menurut Barry

mirip dengan perencanaan pajak yaitu transaksi

Bracewell and Milnes seperti dikutip Suandy

atau perjanjian yang dilakukan oleh wajib pajak

(2008), bahwa “semakin besar beban pajak,

dalam rangka meminimalkan jumlah pajak terutang

semakin kuat motif, dan semakin luas ruang

dengan cara yang legal sehingga tidak bisa disebut

lingkup terjadinya penghindaran pajak, karena

3

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
wajib pajak dapat menghindari tarif pajak yang

suatu peraturan, belum tentu dapat mencakup

lebih tinggi namun tetap terutang tarif pajak yang

semua aspek (Rori, 2013). Maka dari itu, selain

lebih rendah”. Maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan yang memadai, WP juga wajib untuk

semakin tinggi tarif pajak yang dikenakan, semakin

selalu mengikuti perkembangan dan perubahan

tinggi

peraturan perpajakan agar dapat menentukan

pula

motivasi

WP

untuk

melakukan

loopholes lainnya.

perencanaan pajak. Sebagai contoh, WP badan

Loopholes

yang omsetnya di atas Rp 50 milyar per tahun akan

dapat

dimanfaatkan

untuk

berusaha sedapat mungkin mengecilkan omsetnya

membayar pajak lebih kecil atau tidak membayar

sehingga dapat menikmati fasilitas pengurangan

sama sekali. Dalam penghindaran pajak, WP dapat

tarif pajak sebesar 50% sesuai dengan Undang-

mengecilkan

undang Pasal 31 E. Hal ini memotivasi WP

memanfaatkan loopholes secara optimal, seperti

melakukan

pengecualian-pengecualian dan pemotongan yang

perencanaan

pajak

agar

dapat

dikenakan tarif serendah mungkin.

pajak

secara

legal

dengan

diperkenankan dalam peraturan perpajakan ataupun

Dalam bukunya yang berjudul Perencanaan

hal-hal

yang belum diatur

dalam peraturan

Pajak, Suandy (2008) juga menuliskan dengan jelas

perpajakan. Hal ini yang memotivasi WP dalam

bahwa motivasi dilakukannya perencanaan pajak

mencermati

celah-celah

adalah untuk memaksimalkan laba setelah pajak

perpajakan

yang

melalui analisis yang cermat dalam memanfaatkan

perencanaan pajak yang baik.

(loopholes)

dapat

peraturan

digunakan

untuk

peluang yang ada dalam peraturan perpajakan

Hasil suatu perencanaan pajak bisa dikatakan

dengan memanfaatkan perbedaan tarif pajak,

baik atau tidak tergantung dengan apa yang kita

perbedaan perlakuan atas objek pajak, loopholes,

lakukan dan semua itu harus sesuai dengan

shelters, dan havens.

kebutuhan

perusahaan.

Kadang-kadang

suatu

rencana harus diubah mengingat adanya perubahan

Loopholes

Pengaruh

peraturan

Terhadap

umumnya,

penekanan

diperlukan penambahan biaya. Sepanjang terdapat

utama

penghematan pajak yang cukup besar yang bisa

perencanaan pajak adalah meminimalkan beban

diperoleh, rencana tersebut harus tetap dijalankan,

pajak yang harus dibayar. Tetapi perencanaan pajak
menjadi

legal

Tindakan

perubahan tersebut harus tetap dijalankan walaupun

Perencanaan Pajak
Pada

perundang-undangan.

karena

perencanaan

karena

pajak

bagaimanapun

juga

kerugian

yang

ditanggung haruslah kerugian yang minimal.

memanfaatkan celah-celah (loopholes) yang tidak
diatur dalam peraturan perpajakan (Darmayasa &
Hardika, 2011). Menurut Hutagoal dalam Dewi et.

Pengaruh Sanksi Administrasi Terhadap

al. (2014), penghindaran pajak secara legal yang

Perencanaan Pajak

tidak

melanggar

dapat

Indonesia merupakan negara berkembang

dilakukan wajib pajak dengan mencari kelemahan

yang masih kesulitan dalam menerapkan sistem

peraturan (loopholes).

administrasi yang memadai sehingga sering kali

Pengetahuan

peraturan

yang

perpajakan

memadai

mengenai

terjadi perbedaan penafsiran antara WP dengan

peraturan perpajakan merupakan langkah penting

fiskus.

bagi perusahaan utuk menentukan loopholes yang

perencanaan pajak agar terhindar dari sanksi

menguntungkan karena bagaimanapun lengkapnya

administrasi akibat perbedaan penafsiran tersebut

4

Hal

ini

mendorong

WP

melakukan

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
(Suandy, 2008). Dalam jurnal yang ditulis Rahman

aktualisasi

(2010), disebutkan bahwa salah satu alasan

pemahaman dan penafsiran dari wajib pajak badan

mengapa perencanaan pajak perlu dilakukan adalah

atas beban pajaknya. Misalnya bagi wajib pajak,

untuk

sanksi

pembayaran pajak merupakan suatu beban dan

administrasi yang dapat beresiko dari segi material.

tidak mendapatkan manfaatnya dari negara. Selain

Pembayaran sanksi administrasi perpajakan

itu, wajib pajak merasa bahwa penggunaan pajak

yang tidak seharusnya merupakan pemborosan

tidak digunakan sebagaimana mestinya. Pelayanan

sumber daya perusahaan. Sanksi administrasi

yang diberikan oleh pegawai pajak tidak baik dan

tersebut seharusnya bisa dialokasikan ke arah yang

tidak

lebih produktif dan efisien oleh perusahaan

dibutuhkan sehingga wajib pajak tidak puas dengan

sehingga

dan

layanan pegawai pajak. Menurut penelitian yang

mengerjakan yang seharusnya (Suandy, 2008).

dilakukan oleh Aryobimo (2012), persepsi wajib

Sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga,

pajak

maupun

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

menghindari

dapat

dikenakannya

memaksimalkan

kenaikan.

Semua

kinerja

sanksi

tersebut

merupakan pemborosan dana yang dapat dihindari.
Sistem

perpajakan

Indonesia

sikap

cukup

yang

dicerminkan

memberikan

tentang

kualitas

dalam

informasi

pelayanan

yang

fiskus

Persepsi wajib pajak akan mempengaruhi tindakan

menganut

wajib pajak sehingga wajib pajak cenderung

prinsip substance over form sehingga walaupun

berusaha menghindari untuk membayar pajak,

WP telah memenuhi kewajiban perpajakan dengan

salah satu bentuknya yaitu dengan mengecilkan

benar tetapi substansi mengatakan tidak sesuai

beban pajak yang harus dibayar termasuk dengan

dengan peraturan perpajakan, maka fiskus dapat

perencanaan pajak.

menganggap bahwa WP tidak patuh memenuhi
kewajiban perpajakannya dan dapat menjatuhkan

Pengaruh Moral Wajib Pajak Terhadap

sanksi administrasi kepada WP (Suandy, 2008).

Perencanaan Pajak

Hal

ini

dapat

memotivasi

WP

melakukan

Menurut Piaget (dalam Azizah, 2005), moral

perencanaan pajak agar kewajiban perpajakannya

adalah kebiasaan seseorang untuk berperilaku lebih

dapat dijalankan dengan baik dan benar sesuai
peraturan

sehingga

terhindar

dari

baik atau buruk dalam memikirkan masalah-

sanksi

masalah sosial terutama dalam tindakan moral.

administrasi.

Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia
saat ini adalah system self assessment di mana WP

Pengaruh

Persepsi

Wajib

Pajak

diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar

Terhadap Perencanaan Pajak
Persepsi

merupakan

proses

dan

melaporkan

pajaknya

sendiri

sehingga

aktivitas

dibutuhkan kesadaran dan tingkat kejujuran yang

seseorang dalam memberikan kesan, penilaian,

tinggi dari diri WP (Cahyonowati, 2011). Tingkat

pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan

kesadaran dan kejujuran di sini merupakan salah

yang memungkinkan situasi, peristiwa yang dapat

satu indikator moral WP. Menurut Basri et. al.

memberikan kesan perilaku yang positif atau

(2011), norma moral merupakan norma yang

negatif (Stephen, dalam Tanjung, 2013).

dimiliki oleh seseorang, namun belum tentu

Oleh karena persepsi selalu diawali dengan

dimiliki oleh orang lain. Perilaku WP tidak hanya

pemahaman terhadap objek persepsi, maka konteks

dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga

persepsi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai

didasarkan pada moral WP, etika, dan norma sosial

5

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
lainnya (Wenzel, dalam Indriyani, 2014). Apabila

berjumlah 30 item pertanyaan. Metode statistik

WP memiliki moral yang tinggi, maka semakin

yang digunakan untuk menguji hipotesis yang

tinggi pula tingkat kesadaran bahwa pajak sangat

diajukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

penting bagi kehidupan rakyat Indonesia. Dengan

regresi berganda dengan bantuan program SPSS

demikian maka WP tidak akan melakukan usaha

21.

pengecilan pajak termasuk perencanaan pajak.
Salah satu contoh moral WP yang tinggi

HASIL PENELITIAN DAN

adalah WP rela membayar pajak atas penghasilan

PEMBAHASAN

yang diterima karena sadar bahwa itulah kewajiban
sebagai

warga

memiliki

negara

prinsip

Indonesia.

WP

menjalankan

Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui

yang

kuesioner yang disebar kepada 70 wajib pajak

kewajiban

badan di Surabaya yang memiliki omset per

perpajakannya dengan baik juga termasuk salah

tahunnya di atas Rp 4.800.000.000,00. Dari 70

satu contoh moral pajak yang tinggi.

kuisioner yang telah disebar, berikut gambaran
profil responden:

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah survey, yaitu
suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

Tabel 1. Deskriptif Profil Responden

pengaruh perbedaan tarif pajak, loopholes, sanksi
administrasi, persepsi wajib pajak, dan moral wajib
pajak terhadap perencanaan pajak wajib pajak

Deskripsi

badan di Surabaya.

Jenis Usaha

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah

Jumlah

Persentase

-manufaktur

18

26%

data primer melalui kuesioner yang berasal

-food&beverage

12

17%

langsung dari objek penelitian. Populasi dari

-perhotelan

5

7%

penelitian ini adalah wajib pajak badan yang

-jasa lain

14

20%

terdaftar di KPP kota Surabaya yang omset per

-perdagangan

21

30%

tahunnya di atas Rp 4.800.000.000,00. Jumlah

Pendidikan terakhir
- SMA

7

32%

- D3

13

19%

- S1

34

48%

- S2

16

23%

- 0-5 tahun

23

34%

sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
sebanyak 70 wajib pajak badan yang terdaftar di
KPP kota Surabaya yang omset per tahunnya di
atas

Rp

4.800.000.000,00.

pengambilan
digunakan

sampel

Untuk

dalam

penelitian

non-probability

teknik

teknik

Lama kerja

ini

sampling

- 6-10 tahun

24

35%

purposive, dengan kriteria wajib pajak badan yang

- 11-15 tahun

18

24%

menjadi responden adalah wajib pajak badan yang

- 16-20 tahun

3

4%

memiliki

- >=21 tahun

2

3%

omset

per

tahunnya

di

atas

Rp

4.800.000.000,00 dan berlokasi di Surabaya.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini
menggunakan skala likert 5 poin. Instrumen yang
digunakan

untuk

mengukur

semua

variabel

6

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Y
X1
X2
X3
X4
X5
Valid N

N
70
70
70
70
70
70
70

Min
3.00
3.00
2.60
3.50
1.00
1.25

Maxm
5.00
5.00
4.40
5.00
3.67
4.00

Mean
4.162
3.871
3.725
4.342
1.723
2.428

S. Dev
.46848
.45791
.36858
.35991
.64324
.61847

Y = 1,345 + 0,234X1 + 0,302X2 + 0,330X3 0,185X4 – 0,135X5 + e.
Nilai konstanta sebesar 1,345 menunjukkan
besarnya perencanaan pajak wajib pajak badan di
Surabaya apabila kelima variabel sama dengan nol

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel

atau tidak memberikan pengaruh.

Y memiliki nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 5

Nilai koefisien regresi Perbedaan Tarif Pajak

dengan nilai rata-rata sebesar 4,16 dan standar

(X1) sebesar 0,234 (bernilai positif) menunjukkan

deviasi 0,468. Variabel X1 memiliki nilai terendah

adanya arah pengaruh positif perbedaan tarif pajak

3 dan nilai tertinggi 5 dengan nilai rata-rata sebesar

terhadap perencanaan pajak wajib pajak badan di

3,87 dan standar deviasi 0,457. Variabel X2

kota Surabaya.

memiliki nilai terendah 2,6 dan nilai tertinggi 4,4

Nilai

dengan nilai rata-rata sebesar 3,72 dan standar

koefisien

regresi

Loopholes

(X2)

sebesar 0,302 (bernilai positif) menunjukkan

deviasi 0,368. Variabel X3 memiliki nilai terendah

adanya arah pengaruh positif loopholes terhadap

3,5 dan nilai tertinggi 5 dengan nilai rata-rata

perencanaan pajak wajib pajak badan di kota

sebesar 4,34 dan standar deviasi 0,359. Variabel

Surabaya.

X4 memiliki nilai terendah 1 dan nilai tertinggi

Nilai koefisien regresi Sanksi Administrasi

3,67 dengan nilai rata-rata sebesar 1,72 dan standar

(X3) sebesar 0,330 (bernilai positif) menunjukkan

deviasi 0,643. Variabel X5 memiliki nilai terendah

adanya arah pengaruh positif sanksi administrasi

1,25 dan nilai tertinggi 4 dengan nilai rata-rata

terhadap perencanaan pajak wajib pajak badan di

sebesar 2,42 dan standar deviasi 0,618.

kota Surabaya.

Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi

Nilai koefisien regresi Persepsi Wajib Pajak

klasik sebagai syarat sebelum masuk ke dalam

(X4) sebesar -0,185 (bernilai negatif) menunjukkan

tahap analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik

adanya arah pengaruh negatif persepsi wajib pajak

yang telah dilakukan meliputi uji multikolinearitas,

terhadap perencanaan pajak wajib pajak badan di

uji heterokedastisitas, uji normalitas dan uji

kota Surabaya.

autokorelasi.

Nilai koefisien regresi Moral Wajib Pajak
(X5) sebesar -0,135 (bernilai negatif) menunjukkan
adanya arah pengaruh negatif moral wajib pajak
terhadap perencanaan pajak wajib pajak badan di

Tabel 3. Koefisien Model Regresi

kota Surabaya.
Model
1. Constant
X1
X2
X3
X4
X5

B
1,345
,234
,302
,330
-,185
-,135

Std.
Error
,527
,109
,129
,092
,061
,062

Beta T

,229
,238
,254
-,254
-,178

2,549
2,150
2,348
3,569
-3,045
-2,167

Sig.

Tabel 4. Koefisien Determinasi

,013
,035
,022
,001
,003
,034

R

7

a

R Square

.763

Adjusted R Square

.744

(Constant)

Berdasarkan tabel 3 diatas, maka model

.873

.23694

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
Tabel 6 menunjukkan hasil pengujian parsial
di

Dari Tabel 4 Adjusted R2 menunjukkan nilai

mana

perbedaan

tarif

pajak

terhadap

0,744 yang artinya kelima variabel mampu

perencanaan pajak wajib pajak badan menghasilkan

menjelaskan variasi variabel perencanaan pajak

nilai signifikansi hitung (0,035) lebih kecil dari

adalah sebesar 74,4% dan sisanya sebesar 25,6%

pada nilai α (0,05). Selain itu, nilai t hitung (2,150)

dijelaskan oleh variabel lain.

lebih besar dari pada nilai t tabel (1,998).
Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan
bahwa

Tabel 5. Uji Simultan
b

Sum of

Mean

Squares

Square

1. Regression

11,550

2,310

Residual

3,593

,056

Total

perbedaan

tarif

pajak

mempengaruhi perencanaan pajak wajib pajak

ANOVA

Model

variabel

F

badan di kota Surabaya. Tanda positif pada nilai t

Sig.

hitung
41,146 .000

b

menunjukkan

hubungan

positif

yaitu

peningkatan perbedaan tarif pajak menyebabkan
peningkatan perencanaan pajak wajib pajak badan
di Surabaya, begitupun sebaliknya.

15,143

Berdasarkan
responden

tabel

memiliki

2,

sebagian

pengetahuan

besar
tentang

perbedaan tarif pajak dan melakukan perencanaan

Tabel 5 menunjukkan F hitung = 41,146,
sedangkan F tabel = 2,358 (df1 = k-1 = 5 dan df2 =

pajak

yang

artinya

n-k-1 = 64). F hitung > F tabel dan nilai

memotivasi wajib pajak melakukan perencanaan

signifikansi = 0,000 di bawah 0,05 sehingga dapat

pajak.

disimpulkan variabel-variabel independen secara

diinterpretasikan bahwa semakin tinggi tarif pajak

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

yang dikenakan kepada wajib pajak badan di

Berdasarkan hasil ini hipotesis penelitian (H1-6)

Surabaya, maka semakin tinggi pula motivasi wajib

yang menduga bahwa variabel perbedaan tarif

pajak untuk melakukan perencanaan pajak guna

pajak, loopholes, sanksi administrasi, persepsi

menghindari jumlah pajak terutang yang besar.

wajib pajak, dan moral wajib pajak secara bersama-

Wajib pajak badan memiliki kewajiban untuk

sama mempengaruhi perencanaan pajak wajib

membayar pajak kepada negara tetapi wajib pajak

pajak badan di kota Surabaya, diterima.

melihat bahwa terdapat peluang untuk dikenakan

Dari

hasil

perbedaan

penelitian

tarif

ini

pajak

dapat

tarif yang lebih rendah sehingga wajib pajak akan
berusaha melakukan perencanaan pajak untuk

Tabel 6. Uji Parsial

dikenakan tarif pajak terendah.
Model

B

Std.

Beta

T

Tabel 6 menunjukkan hasil pengujian parsial

Sig.

di mana loopholes terhadap perencanaan pajak

Error
1,345

,527

2,549

,013

wajib pajak badan menghasilkan nilai signifikansi

X1

,234

,109

,229 2,150

,035

hitung (0,022) lebih kecil dari pada nilai α (0,05).

X2

,302

,129

,238 2,348

,022

Selain itu, nilai t hitung (2,348) lebih besar dari

X3

,330

,092

,254 3,569

,001

pada nilai t tabel (1,998). Berdasarkan hasil

X4

-,185

,061

-,254 -3,045

,003

tersebut

X5

-,135

,062

-,178 -2,167

,034

1. Constant

maka

disimpulkan

bahwa

variabel

loopholes mempengaruhi perencanaan pajak wajib
pajak badan di kota Surabaya. Tanda positif pada

8

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
nilai t hitung menunjukkan hubungan positif yaitu

dan melakukan perencanaan pajak yang berarti

peningkatan loopholes menyebabkan peningkatan

sanksi

perencanaan pajak wajib pajak badan di Surabaya,

melakukan perencanaan pajak. Mereka berusaha

begitupun sebaliknya.

menghindari sanksi tersebut dengan melakukan

Berdasarkan

tabel

2,

sebagian

besar

administrasi

memotivasi

wajib

pajak

perencanaan pajak yang baik. Sanksi administrasi

responden memiliki pengetahuan tentang loopholes

merupakan

atau celah-celah peraturan pajak dan melakukan

seharusnya bisa dialokasikan ke hal yang lebih

loopholes

produktif dan menguntungkan perusahaan. Karena

memotivasi wajib pajak melakukan perencanaan

itu, untuk menghindari sanksi administrasi ini,

pajak. Salah satu loopholes yang paling banyak

sebagian besar wajib pajak badan di Surabaya telah

dilakukan adalah memberikan fasilitas tunjangan

melakukan tax review dan ekualisasi jumlah pajak

berupa

terutang dengan buku besar.

perencanaan

uang

pajak

yang

kepada

berarti

karyawan

dari

pada

pemborosan

sumber

daya

yang

memberikan barang karena tunjangan berupa uang

Tabel 6 menunjukkan hasil pengujian parsial

dapat dibiayakan untuk mengurangi penghasilan

di mana persepsi wajib pajak terhadap perencanaan

kena pajak sedangkan pemberian barang tidak

pajak wajib pajak badan menghasilkan nilai

dapat dibiayakan. Dari hasil penelitian dapat

signifikansi hitung (0,003) lebih kecil dari pada

diinterpretasikan bahwa semakin banyak celah

nilai α (0,05). Selain itu, nilai -t hitung (-3,045)

pada peraturan perpajakan (loopholes), semakin

lebih kecil dari pada nilai -t tabel (-1,998).

besar pula motivasi wajib pajak badan dalam

Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan

melakukan perencanaan pajak. Wajib pajak akan

bahwa variabel persepsi wajib pajak mempengaruhi

mempelajari peraturan perpajakan dan selalu

perencanaan pajak wajib pajak badan di kota

mengikuti perkembangan dan perubahannya agar

Surabaya. Tanda negatif pada nilai t hitung

dapat

menemukan

loopholes

lainnya

dan

menunjukkan hubungan negatif yaitu penurunan

melakukan perencanaan pajak.

persepsi wajib pajak menyebabkan peningkatan

Tabel 6 menunjukkan hasil pengujian parsial

perencanaan pajak wajib pajak badan di Surabaya,

di mana sanksi administrasi terhadap perencanaan

begitupun sebaliknya.

pajak wajib pajak badan menghasilkan nilai

Berdasarkan

tabel

2,

sebagian

besar

signifikansi hitung (0,001) lebih kecil dari pada

responden memiliki persepsi yang kurang baik

nilai α (0,05). Selain itu, nilai t hitung (3,569) lebih

terhadap perpajakan di Indonesia dan melakukan

besar dari pada nilai t tabel (1,998). Berdasarkan

perencanaan pajak yang berarti persepsi wajib

hasil tersebut maka disimpulkan bahwa variabel

pajak

sanksi administrasi mempengaruhi perencanaan

perencanaan pajak. Dari hasil penelitian dapat

pajak wajib pajak badan di kota Surabaya. Tanda

diinterpretasikan bahwa semakin buruk persepsi

positif pada nilai t hitung menunjukkan hubungan

wajib pajak, semakin besar pula motivasi wajib

positif yaitu peningkatan

sanksi administrasi

pajak badan dalam melakukan perencanaan pajak.

menyebabkan

peningkatan

perencanaan

Wajib

wajib

badan

pajak

di

Surabaya,

pajak

begitupun

memotivasi

pajak

badan

wajib

di

pajak

Surabaya

melakukan

cenderung

memiliki persepsi yang buruk terhadap pajak di

sebaliknya.

Indonesia.

Mereka

merasa

bahwa

pajak

di

Berdasarkan 2, sebagian besar responden

Indonesia masih belum dikelola dengan baik dan

memiliki pengetahuan tentang sanksi administrasi

belum memberikan manfaat. Selain itu wajib pajak

9

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
juga merasa bahwa pajak merupakan beban yang

1. Perbedaan Tarif Pajak (X1) mempengaruhi

tidak memberikan keuntungan apapun, ditambah

secara positif Perencanaan Pajak Wajib Pajak

dengan

Badan di Surabaya (Y).

pelayanan

pegawai

pajak

kurang

memuaskan sehingga hal ini memotivasi wajib

2. Loopholes (X2) mempengaruhi secara positif

pajak untuk mengecilkan pajak terutang salah satu

Perencanaan Pajak Wajib Pajak Badan di

caranya dengan perencanaan pajak.

Surabaya (Y).

Tabel 6 menunjukkan hasil pengujian parsial

3. Sanksi

Administrasi

(X3)

mempengaruhi

di mana moral wajib pajak terhadap perencanaan

secara positif Perencanaan Pajak Wajib Pajak

pajak wajib pajak badan menghasilkan nilai

Badan di Surabaya (Y).

signifikansi hitung (0,034) lebih kecil dari pada

4. Persepsi Wajib Pajak (X4) mempengaruhi

nilai α (0,05). Selain itu, nilai -t hitung (-2,167)

secara negatif Perencanaan Pajak Wajib Pajak

lebih kecil dari pada nilai -t tabel (-1,998).

Badan di Surabaya (Y).

Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan

5. Moral Wajib Pajak (X5) mempengaruhi secara

bahwa variabel moral wajib pajak mempengaruhi

negatif Perencanaan Pajak Wajib Pajak Badan

perencanaan pajak wajib pajak badan di kota

di Surabaya (Y).

Surabaya. Tanda negatif pada nilai t hitung

6. Perbedaan Tarif Pajak (X1), Loopholes (X2),

menunjukkan hubungan negatif yaitu penurunan

Sanksi Administrasi (X3), Persepsi Wajib

moral wajib pajak menyebabkan peningkatan

Pajak (X4), dan Moral Wajib Pajak (X5)

perencanaan pajak wajib pajak badan di Surabaya,

mempengaruhi Perencanaan Pajak Wajib Pajak

begitupun sebaliknya.

Badan di Surabaya (Y) secara simultan.

Berdasarkan

tabel

2,

sebagian

besar

Saran

responden memiliki moral pajak yang kurang baik

Berdasarkan hasil dari pembahasan dan

dan melakukan perencanaan pajak yang berarti
moral

wajib

pajak memotivasi

wajib

kesimpulan yang telah dilakukan, maka terdapat

pajak

beberapa saran seperti:

melakukan perencanaan pajak. Wajib pajak badan

1.

di Surabaya masih merasa tidak rela membayar

Bagi fiskus sebaiknya mengevaluasi kembali
kebijakan, peraturan, dan sistem administrasi

pajak karena memiliki anggapan bahwa membayar

perpajakan yang ada agar wajib pajak tidak

pajak bukanlah kewajiban. Wajib pajak badan di

termotivasi untuk melakukan pengecilan pajak.

Surabaya juga tidak merasa bersalah bila tidak

Selain itu, fiskus juga disarankan untuk

melaporkan seluruh penghasilannya khususnya

memperbaiki

penghasilan tambahan di luar penghasilan utama.

pelayanannya

kepada

wajib

pajak agar persepsi wajib pajak terhadap fiskus

Moral wajib pajak seperti inilah yang memotivasi

membaik.

wajib pajak untuk mengecilkan pajak dengan

2.

melakukan perencanaan pajak.

Bagi

pemerintah

sebaiknya

melakukan

perbaikan dalam pengalokasian pajak agar
wajib pajak merasakan manfaat dari membayar

KESIMPULAN DAN SARAN

pajak dan persepsi wajib pajak terhadap

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka

pemerintah juga membaik.

dapat disimpulkan bahwa:

3.

Bagi penelitian selanjutnya dapat mencari
variable lain yang mempengaruhi perencanaan
pajak selain variable perbedaan tarif pajak,

10

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
loopholes, sanksi administrasi, persepsi wajib

Anteseden Dan Konsekuensinya. Semarang:

pajak, dan moral wajib pajak.

Universitas Diponegoro.
Dewi, Ni Nyoman Kristiana, & Jati, I Ketut.
(2014).

Pengaruh

Karakter

Eksekutif,

Karakteristik Perusahaan, Dan Dimensi Tata

DAFTAR PUSTAKA

Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax
Avoidance Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal

Aryobimo, Putut Tri. (2012). Pengaruh Persepsi

Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 6, No.

Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan

2, pp. 249-260.

Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Fad’aq, Fatimah. (2013). Analisis Faktor-Faktor

dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak dan
Preferensi

Risiko

Moderating.

sebagai

Yang

Variabel

Semarang:

Planning

Universitas

Nur.

(2005).

Perilaku

Religiusitas

Siswa

Pendidikan

Umum

Moral

Yesi

Mutia

et.

Ketidakpatuhan

Berlatar
dan

Agama.

Pajak,

Jurnal

al.

Pajak:

(2011).

Studi

Perpajakan

dan

Kualitas

Faktor

yang

Pajak Badan. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, Vol. 7, No. 2, pp. 431-443.
Jefriando, Maikel. (2014). Demi Genjot Pajak,
Aturan

Kerahasiaan

Bank

Diperlonggar,

Kepatuhan Perpajakan. Jurnal Akuntansi dan

akan

http://finance.

detik.com/read/2014/02/25/200132/2508357/

Auditing Indonesia, Vol. 15, No. 2, pp. 161-

5/demi-genjot-pajak-aturan-kerahasiaan-

177.
Salvatore

Schiavo

&

bank-akan-diperlonggar, (diakses 10 Maret

Patchampet,

2014).

Sundaran. (2000). To Serve And To Preserve:
Improving

Public

Competitive

World.

Administration
Jakarta:

in

Lumbantoruan, Sophar. (1996). Akuntansi Pajak.

a

Jakarta: Grasindo.

Lembaga

Mangoting, Yenni. (1999). Tax Planning: Sebuah

Administrasi Negara.

Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan

Crumbley, Larry et. al. (1994). Dictionary of Tax

Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.

Terms. New York: Barron’s Educational

1, No. 1, pp. 43-53.

Series.

Mangoting, Yenni & Sadjiarto, Arja. (2013).

Darmayasa, Nyoman, & Hardika, Nyoman Sentosa.

Pengaruh

(2011). Perencanaan Pajak Dari Aspek Rasio

Administrasi

Penghematan

Pajak.

Sebagai
Jurnal

Muljono,

Djoko.

(2009).

Tax

Planning



Menyiasati Pajak dengan Bijak. Yogyakarta:

Dewi, Mira Riangga. (2011). Persepsi Wajib Pajak
Pajak

Terhadap

106-116.

dan

Kewirausahaan, Vol. 7, No. 3, pp. 162-169.

Pengenaan

Motivasi

Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15, No. 2, pp.

Strategi
Bisnis

Postur

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal

Total Benchmarking, Kebijakan Akuntansi,

Atas

Sanksi

Pelayanan pada Kepatuhan Pelaporan Wajib

Cahyonowati, Nur. (2011). Model Moral dan

dan

Jakarta:

Tanggungjawab Moral, Kesadaran Wajib

Belakang

Mempengaruhinya. Riau: Universitas Riau.

Campo,

Perusahaan.

Tax

Indriyani, Putu Arika & Sukartha, I Made. (2014).

dan

Psikologi, Vol. 33, No. 2, pp. 1-16.
Basri,

Pada

Penerapan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Diponegoro.
Azizah,

Mempengaruhi

Andi.

Penghasilan:

11

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013
Perdana,

Novrian

Kebijakan

Satria.

(2009).

Perpajakan,

Pengaruh

Suandy, Erly. (2008). Perencanaan Pajak (Edisi

Undang-Undang

Empat). Jakarta: Salemba Empat.

Perpajakan, Dan Administrasi Perpajakan

Supramono, Supramono & Damayanti, Theresia

Terhadap Motivasi Manajemen Perusahaan

Woro.

Dalam

Mekanisme dan Perhitungan. Yogyakarta:

Melakukan

Tax

Planning

Pada

Perusahaan Tekstil Di Eks Karisidenan

(2010).

Perpajakan

Indonesia-

Andi.

Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas

Susanto, Jessica Novia. (2013). Pengaruh Persepsi

Maret.

Pelayanan

Aparat

Pajak,

Persepsi

Rachmawati, Rita. (2003). Studi Tentang Praktik

Pengetahuan Wajib Pajak, dan Persepsi

Perencanaan Pajak Pada Wajib Pajak Badan

Pengetahuan Korupsi Terhadap Kepatuhan.

di Jakarta dan Bekasi. Surakarta: Universitas

Jurnal

Sebelas Maret.

Surabaya, Vol. 2, No. 1, pp. 1-17.

Rahayu, Ning. (2010). Evaluasi Regulasi Atas
Praktik

Penghindaran

Modal

Asing.

Pajak

Jurnal

Mahasiswa

Universitas

Tanjung, Sally, & Tjondro, Elisa. (2013). Pengaruh

Penanaman

Akuntansi

Ilmiah

Kebijakan Perpajakan, Peraturan Perpajakan,

dan

Sanksi Administrasi dan Pemeriksaan Pajak,

Keuangan Indonesia, Vol. 7, No. 1, pp. 61-

Persepsi Wajib Pajak Terhadap Perencanaan

78.

Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang

Rahayu, Sri & Lingga, Ita Salsalina. (2009).

Merupakan Klien dari Kantor Konsultan

Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi

Pajak X. Tax & Accounting Review, Vol. 1,

Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

No. 1, pp. 145-151.

Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, pp. 119-138.
Rahman,

Abdul.

Perlukah?

Wibowo, Stephanie, & Mangoting, Yenni. (2013).

(2010). Perencanaan Pajak,

Analisis Faktor- Faktor yang Memotivasi

Kajian

Manajemen

Praktis

Menuju

Perusahaan

Melakukan

Tax

Administrasi Perpajakan yang Efisien. Jurnal

Planning. Tax & Accounting Review, Vol. 1,

Ilmu Administrasi Vol. 7, No. 2, pp. 75-85.

No. 1, pp. 152-158.

Robin, Livia. (2012). Analisa Faktor-Faktor yang

Yamin, Luiyanto & Putranti, Titi Muswati. (2009).

Memotivasi Wajib Pajak Orang Pribadi

Model Penyelewengan Pajak Menggunakan

Untuk Melakukan Tax Planning. Surabaya:

Faktur Pajak Fiktif. Bisnis & Birokrasi,

Universitas Kristen Petra.

Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,

Rohmanah, Chy. (2014). Teori-teori Motivasi
Menurut

Para

Vol. 16, No. 1, pp. 1-7.

Ahli,

Yamit, Z. 1996. Manajemen Produksi dan Operasi

http://blogging.co.id/teori-teori-motivasi-

(Edisi Pertama). Yogyakarta: Ekonisia.

menurut-para-ahli, (diakses 3 April 2014).

Zain, Mohammad. (2003). Manajemen Perpajakan.

Rori, Handri. (2013). Analisis Penerapan Tax

Jakarta: Salemba Empat.

Planning Atas Pajak Penghasilan Badan.
Jurnal EMBA, Vol.1, No.3, pp. 410-418.

12