Pemakalah 6 Juni Ifana
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL
PADA MATAKULIAH GEOGRAFI EKONOMI
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MAHASISWA KELAS A UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
Yuli Ifana Sari, M.Pd.
Kondisi Riil di
Kelas
(1)Pertanyaan yang diajukan mahasiswa pada saat
pembelajaran masih pada tingkat kognitif rendah/aspek
ingatan dan pemahaman sebanyak 71% dari 38
mahasiswa, contohnya ”apakah yang dimaksud dengan
mintakat pantai?”, ”Sebutkan syarat berkembangnya
bentuk lahan!” .
(2)Jawaban yang dikemukakan mahasiswa pada saat
pembelajaran sering tidak relevan dengan substansinya
sebanyak 65%.
(3) Pekerjaan mahasiswa pada lembar jawaban ujian tengah
semester dan ujian akhir semester diketahui bahwa
mahasiswa mengalami kesulitan dalam merumuskan
masalah, menyusun hipotesis serta menarik kesimpulan.
Penyebab
Dosen memberikan perkuliahan
dalam bentuk transfer ilmu,
memberikan contoh, dan
latihan-latihan dalam bentuk
kuis maupun tugas.
Pembelajaran bukan sebagai
sarana pengembangan
kompetensi mahasiswa
melalui pencarian ilmu secara
mandiri ataupun terbimbing.
Kondisi Ideal
Pada jenjang pendidikan seperti ini
(S1) seharusnya mahasiswa memiliki
kemampuan berpikir kritis dengan
indikator sebagai berikut.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Merumuskan masalah
Memberikan argumen
Melakukan deduksi
Melakukan induksi
Melakukan evaluasi
Memutuskan dan
melaksanakan (Ennis,
1985)
Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan ini harus dilatih melalui
pemberian stimulus yg menuntut seseorang
berpikir kritis
Pentingnya mengajarkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
harus dipandang sebagai sesuatu yang
urgen dan tidak bisa disepelekan lagi
Diperkuat oleh hasil penelitian Mahanal dan
Zubaidah (2007) tentang manfaat belajar
berpikir kritis.
Alasan Pemilihan Model PBL
Pemberian masalah pada awal
pembelajaran model PBL dapat
merangsang kemampuan berpikir
kritis mahasiswa
Kehebatan Model PBL
Pembelajaran di
awali dg pemberian
masalah, shg
mahasiswa
terangsang untuk
berpikir
PBL memadukan tiga
landasan teori
pembelajaran
Dibuktikan oleh
beberapa hasil
penelitian yg relevan
Definisi Operasional
Kemampuan
Berpikir
Kritis
Model
Pembelajaran
PBL
merupakan kemampuan mahasiswa
yang dinilai dari indikator sebagai
berikut: (1) Merumuskan masalah, (2)
Memberikan argumen, (3) Melakukan
deduksi, (4) Melakukan induksi, (5)
Melakukan evaluasi, dan (6)
Memutuskan dan melaksanakan.
merupakan model pembelajaran
dengan sintaks sebagai berikut: (1)
Mahasiswa diarahkan pada masalah
aktual, (2) Mengorganisasi
mahasiswa untuk belajar (meneliti),
(3) Membimbing penyelidikan
individu (mandiri) maupun kelompok,
(4) Mengembangkan dan
mempersentasikan hasil karya , dan
(5) Menganalisis dan mengevaluasi
Metode Penelitian
Instrumen
Penelitian
Tes
Esai
Lembar
Observa
si
1. Lembar observasi
keterlaksanaan model
PBL
2. Lembar observasi
keaktifan bertanya
Catatan
Temuan
Lapanga
n
Analisis Data
1. Mentranskrip data yang sudah terkumpul.
2. Menelaah seluruh data, yaitu dari hasil
tes, lembar observasi, dan catatan
lapangan.
3. Mengadakan reduksi data: membuat
rangkuman inti, proses, dan temuan
lapangan yang perlu dijaga keasliannya.
4. Menyajikan data.
5. Menarik kesimpulan.
Hasil
Penelitian
Siklus I
Kemampuan Berpikir Kritis
40
Jumlah Mahasiswa
30
20
10
0
Sangat Kritis
Kritis
Cukup Kritis
Kurang Kritis
Tidak Kritis
Siklus II
Kemampuan Berpikir Kritis
40
Jumlah Mahasiswa
30
20
10
0
Sangat Kritis
Kritis
Cukup Kritis
Kurang Kritis
Tidak Kritis
Temuan
Penelitian
1. Kemampuan berpikir kritis pada
siklus I dengan kategori cukup
kritis.
2. Kemampuan berpikir kritis pada
siklus II mencapai kategori kritis.
Pembahasan
Siklus I : cukup kritis
Siklus II : kritis
1. Mahasiswa belum
terbiasa dengan
penerapan model
PBL.
2. Mahasiswa belum
terbiasa belajar
dengan cara
memunculkan
masalah, menyelidiki,
dan menemukan
solusinya sendiri.
1. Mahasiswa mulai terbiasa
dengan model PBL.
2. Mahasiswa mulai terbiasa
belajar belajar dengan cara
memunculkan masalah,
menyelidiki, dan
menemukan solusinya
sendiri.
3. Pemberian masalah dalam
konteks riil memberikan
tantangan bagi mahasiswa
untuk berpikir dan
menemukan solusinya.
Temuan Tambahan
1) mahasiswa kurang antusias dalam mengikuti
diskusi.
2) ada beberapa mahasiswa yang masih jalanjalan pada saat diskusi dengan berbagai
macam alasan.
3) ada beberapa kelompok yang masih belum
terjalin kerjasama yang optimal pada saat
diskusi.
4) mahasiswa kurang cermat dalam memahami
maksud pertanyaan yang terdapat pada LKM
(Lembar Kerja Mahasiswa).
5) tahap presentasi dan tanya jawab didominasi
oleh ketua kelompok.
Siklus I
Siklus II
1) mahasiswa antusias dalam
mengikuti diskusi.
2) terjalin kerjasama yang optimal
pada saat diskusi.
3) memahami maksud pertanyaan
yang terdapat pada LKM (Lembar
Kerja Mahasiswa).
4) terdapat interaksi yang baik antara
kelompok presentasi dengan
peserta.
Kesimpulan
• Pada siklus I nilai
rata-rata
kemampuan berpikir
kritis adalah 58,1
kategori cukup
kritis, sedangkan
pada siklus II nilai
rata-ratanya adalah
75,3 kategori kritis.
• Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa
dengan menerapkan
pembelajaran model
PBL dapat meningkatkan
kemampauan berpikir
kritis mahasiswa sebesar
17,2.
TERIMAKASIH
PADA MATAKULIAH GEOGRAFI EKONOMI
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MAHASISWA KELAS A UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
Yuli Ifana Sari, M.Pd.
Kondisi Riil di
Kelas
(1)Pertanyaan yang diajukan mahasiswa pada saat
pembelajaran masih pada tingkat kognitif rendah/aspek
ingatan dan pemahaman sebanyak 71% dari 38
mahasiswa, contohnya ”apakah yang dimaksud dengan
mintakat pantai?”, ”Sebutkan syarat berkembangnya
bentuk lahan!” .
(2)Jawaban yang dikemukakan mahasiswa pada saat
pembelajaran sering tidak relevan dengan substansinya
sebanyak 65%.
(3) Pekerjaan mahasiswa pada lembar jawaban ujian tengah
semester dan ujian akhir semester diketahui bahwa
mahasiswa mengalami kesulitan dalam merumuskan
masalah, menyusun hipotesis serta menarik kesimpulan.
Penyebab
Dosen memberikan perkuliahan
dalam bentuk transfer ilmu,
memberikan contoh, dan
latihan-latihan dalam bentuk
kuis maupun tugas.
Pembelajaran bukan sebagai
sarana pengembangan
kompetensi mahasiswa
melalui pencarian ilmu secara
mandiri ataupun terbimbing.
Kondisi Ideal
Pada jenjang pendidikan seperti ini
(S1) seharusnya mahasiswa memiliki
kemampuan berpikir kritis dengan
indikator sebagai berikut.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Merumuskan masalah
Memberikan argumen
Melakukan deduksi
Melakukan induksi
Melakukan evaluasi
Memutuskan dan
melaksanakan (Ennis,
1985)
Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan ini harus dilatih melalui
pemberian stimulus yg menuntut seseorang
berpikir kritis
Pentingnya mengajarkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
harus dipandang sebagai sesuatu yang
urgen dan tidak bisa disepelekan lagi
Diperkuat oleh hasil penelitian Mahanal dan
Zubaidah (2007) tentang manfaat belajar
berpikir kritis.
Alasan Pemilihan Model PBL
Pemberian masalah pada awal
pembelajaran model PBL dapat
merangsang kemampuan berpikir
kritis mahasiswa
Kehebatan Model PBL
Pembelajaran di
awali dg pemberian
masalah, shg
mahasiswa
terangsang untuk
berpikir
PBL memadukan tiga
landasan teori
pembelajaran
Dibuktikan oleh
beberapa hasil
penelitian yg relevan
Definisi Operasional
Kemampuan
Berpikir
Kritis
Model
Pembelajaran
PBL
merupakan kemampuan mahasiswa
yang dinilai dari indikator sebagai
berikut: (1) Merumuskan masalah, (2)
Memberikan argumen, (3) Melakukan
deduksi, (4) Melakukan induksi, (5)
Melakukan evaluasi, dan (6)
Memutuskan dan melaksanakan.
merupakan model pembelajaran
dengan sintaks sebagai berikut: (1)
Mahasiswa diarahkan pada masalah
aktual, (2) Mengorganisasi
mahasiswa untuk belajar (meneliti),
(3) Membimbing penyelidikan
individu (mandiri) maupun kelompok,
(4) Mengembangkan dan
mempersentasikan hasil karya , dan
(5) Menganalisis dan mengevaluasi
Metode Penelitian
Instrumen
Penelitian
Tes
Esai
Lembar
Observa
si
1. Lembar observasi
keterlaksanaan model
PBL
2. Lembar observasi
keaktifan bertanya
Catatan
Temuan
Lapanga
n
Analisis Data
1. Mentranskrip data yang sudah terkumpul.
2. Menelaah seluruh data, yaitu dari hasil
tes, lembar observasi, dan catatan
lapangan.
3. Mengadakan reduksi data: membuat
rangkuman inti, proses, dan temuan
lapangan yang perlu dijaga keasliannya.
4. Menyajikan data.
5. Menarik kesimpulan.
Hasil
Penelitian
Siklus I
Kemampuan Berpikir Kritis
40
Jumlah Mahasiswa
30
20
10
0
Sangat Kritis
Kritis
Cukup Kritis
Kurang Kritis
Tidak Kritis
Siklus II
Kemampuan Berpikir Kritis
40
Jumlah Mahasiswa
30
20
10
0
Sangat Kritis
Kritis
Cukup Kritis
Kurang Kritis
Tidak Kritis
Temuan
Penelitian
1. Kemampuan berpikir kritis pada
siklus I dengan kategori cukup
kritis.
2. Kemampuan berpikir kritis pada
siklus II mencapai kategori kritis.
Pembahasan
Siklus I : cukup kritis
Siklus II : kritis
1. Mahasiswa belum
terbiasa dengan
penerapan model
PBL.
2. Mahasiswa belum
terbiasa belajar
dengan cara
memunculkan
masalah, menyelidiki,
dan menemukan
solusinya sendiri.
1. Mahasiswa mulai terbiasa
dengan model PBL.
2. Mahasiswa mulai terbiasa
belajar belajar dengan cara
memunculkan masalah,
menyelidiki, dan
menemukan solusinya
sendiri.
3. Pemberian masalah dalam
konteks riil memberikan
tantangan bagi mahasiswa
untuk berpikir dan
menemukan solusinya.
Temuan Tambahan
1) mahasiswa kurang antusias dalam mengikuti
diskusi.
2) ada beberapa mahasiswa yang masih jalanjalan pada saat diskusi dengan berbagai
macam alasan.
3) ada beberapa kelompok yang masih belum
terjalin kerjasama yang optimal pada saat
diskusi.
4) mahasiswa kurang cermat dalam memahami
maksud pertanyaan yang terdapat pada LKM
(Lembar Kerja Mahasiswa).
5) tahap presentasi dan tanya jawab didominasi
oleh ketua kelompok.
Siklus I
Siklus II
1) mahasiswa antusias dalam
mengikuti diskusi.
2) terjalin kerjasama yang optimal
pada saat diskusi.
3) memahami maksud pertanyaan
yang terdapat pada LKM (Lembar
Kerja Mahasiswa).
4) terdapat interaksi yang baik antara
kelompok presentasi dengan
peserta.
Kesimpulan
• Pada siklus I nilai
rata-rata
kemampuan berpikir
kritis adalah 58,1
kategori cukup
kritis, sedangkan
pada siklus II nilai
rata-ratanya adalah
75,3 kategori kritis.
• Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa
dengan menerapkan
pembelajaran model
PBL dapat meningkatkan
kemampauan berpikir
kritis mahasiswa sebesar
17,2.
TERIMAKASIH