Daftar Kolokium 2007
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
POTENSI KANDUNGAN MINYAK DALAM ENDAPAN BITUMEN PADAT
DAERAH TALAWI, KOTA SAWAH LUNTO
PROVINSI SUMATERA BARAT
Deddy Amarullah
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggaran 2007 Kelompok Program Penelititan Energi
Fosil telah melakukan inventarisasi potensi kandungan minyak dalam endapan bitumen padat didaerah Talawi dan
sekitarnya, Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis daerah Talawi terletak pada koordinat
antara koordinat 0027’00,00” - 0044’00” Lintang Selatan dan 100038’00” – 100050’00” Bujur Timur.
Secara geologi daerah Talawi termasuk kedalam Cekungan Ombilin yang terbentuk akibat pensesaran
bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Stratigrafi Tersier Cekungan Ombilin berdasarkan Peta Geologi lembar
Solok (PH. Silitonga & Kastowo, 1995) diawali oleh Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi
Sangkarewang (Eosen-Oligosen), Anggota Bawah Formasi Ombilin (Oligo-Miosen), Anggota Atas Formasi
Ombilin (Miosen Awal-Tengah) dan Kelompok Volkanik ( Plio-Plistosen). Sebagai formasi pembawa bitumen
padat di Cekungan Ombilin adalah Formasi Sangkarewang.
Didaerah Talawi terdapat 3 (tiga) blok bitumen padat, yaitu Blok Kumbayau, Blok Kolok dan Blok Sapan.
Tebal bitumen padat di Blok Kumbayau berkisar antara 30 m- 80 m, panjang sebaran berkisar antara 2000 m –
4000 m, sumberdayanya 351.428.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Kolok berkisar antara 75 m – 125 m,
panjang sebaran berkisar antara 3500 m - 4500 m, sumberdayanya 568.095.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok
Sapan berkisar antara 160 m –
180 m, panjang sebaran berkisar antara 1500 m - 2500 m, sumberdayanya
472.560.000 ton.
Di Kolok Tengah ditemukan sumur bor yang didalamnya terdapat minyak bumi. Dari hasil analisis retort
kandungan minyak rata-rata di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau adalah 10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan
adalah 19,13 l/ton dan kandungan minyak pada singkapan KLM-1 Blok Kolok adalah 15 l/ton. Kandungan total
organik karbon bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 3,10 l/ton – 5,66 l/ton, angka tersebut
mencirikan sebagai batuan induk sangat bagus. Berdasarkan “potential yield” yang umumnya >10 mg/gr termasuk
kedalam batuan induk/sumber dengan katagori sangat bagus dan termasuk kedalam batuan induk tipe II. Tmax
bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 434oC – 443oC, termasuk kedalam katagori belum matang
sampai awal matang. Kandungan ekstrak bitumen dari hasil ekstraksi fraksinasi organik mater (EOM) di lokasi
bor TL-1 Blok Kumbayau 2.382 ppm – 2.715 ppm, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan 5.665 ppm – 6.039 ppm,
sedangkan dari singkapan MLK-4 Blok Kolok adalah 1.343 ppm. Berdasarkan hasil analisis gas chromatography,
conto minyak dari lokasi MLO dan conto bitumen padat dari MLK-4 telah mengalami biodegradasi, yang terlihat
dari konfigurasi sidikjarinya. Dari rasio pristane dan pythane di TL-1 Blok Kumbayau menunjukan lebih
banyak oksigen, sedangkan di TL-2 Blok Sapan lebih reduktif. Dari data biomarker fraksi saturat
menunjukan bahwa komposisi sterana conto minyak lokasi MLO lebih dekat dengan conto bitumen
padat lokasi TL-1/34.
Sumberdaya minyak daerah sawah Lunto sekitar 309.977.441 Barrel, yang termasuk dalam katagori
hipotetik
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENDAHULUAN
Dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah dan untuk meningkatkan kegiatan
pendataan mengenai potensi sumberdaya
energi, Pusat Sumberdaya Geologi Tahun
Anggaran 2007 telah melakukan inventarisasi
potensi kandungan minyak didalam endapan
bitumen padat di daerah Talawi, Kota Sawah
Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Didaerah
tersebut terdapat potensi sumberdaya bitumen
padat yang mempunyai peluang untuk
dikembangkan menjadi sumberdaya energi
alternatif.
Maksud dari inventarisasi adalah untuk
mendapatkan data bitumen padat dan potensi
minyaknya.
Tujuannya
adalah
untuk
mengetahui jumlah lapisan bitumen padat,
ketebalan serta penyebarannya, yang pada
akhirnya dapat membantu korelasi lapisan
bitumen padat. Selain itu juga untuk
mengetahui sumberdaya bitumen padat dan
sumberdaya minyak di daerah tersebut.
Daerah inventarisasi termasuk dalam
wilayah Kecamatan Talawi, Barangin dan
Lembah Segar Kota Sawah Lunto, Provinsi
Sumatera Barat. Secara geografis daerah ini
terletak diantara koordinat 0027’00,00” 0044’00” Lintang Selatan dan 100038’00” –
100050’00” Bujur Timur. Lokasi tersebut
terletak sekitar 100 km. sebelah timurlaut Kota
padang.
GEOLOGI UMUM
Daerah inventarisasi termasuk dalam Peta
Geologi Lembar Solok yang dipetakan oleh
Silitonga, P.H., dan Kastowo, (1995).
Dalam kerangka geologi regional daerah
Talawi termasuk ke dalam Cekungan Ombilin
yang terbentuk akibat pensesaran bongkah (blok)
terhadap batuan dasar. Pensesaran tersebut terjadi
pada Awal Tersier yang menyebabkan
terbentuknya struktur “graben”. Selanjutnya
bagian-bagian graben ini pada Awal Tersier mulai
diisi oleh endapan klastika kasar di bagian
pinggir, sedangkan di bagian tengah terbentuk
semacam danau yang kemudian diisi oleh
endapan klastika halus.
Sedimentasi dalam Cekungan Ombilin telah
diketahui secara luas berkat hasil eksplorasi batubara
dan pemetaan geologi bersistem untuk seluruh Pulau
Sumatra. Cekungan Ombilin terletak pada bagian
tengah jalur Pegunungan Barisan yang terbentuk pada
Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen
mencapai ketebalan 4.600 m (Koning, 1985) serta
diendapkan pada lingkungan darat atau danau sampai
laut dangkal.
P.H. Silitonga dan Kastowo, (1995) di dalam Peta
Geologi Lembar Solok membagi batuan Pra-Tersier
yang menjadi batuan dasar Cekungan Ombilin menjadi
Formasi Kuantan, Formasi Silungkang, Formasi Tuhur,
Granit, Diorit dan Granodiorit, sedangkan batuan
Tersier yang mengisinya dari bawah keatas dibedakan
menjadi Formasi Brani yang menjememari dengan
Formasi Sangkarewang, Anggota Bawah Formasi
Ombilin, Anggota Atas Formasi Ombilin dan
Kelompok Volkanik.
R.P. Koesoemadinata dan Theo Matasak, (1981)
menyusun stratigrafi batuan Tersier di Cekungan
Ombilin secara berurutan dari bawah keatas adalah
Formasi Brani yang menjemari dengan Formasi
Sangkarewang, Formasi Sawah Lunto, Formasi Sawah
Tambang, Formasi Ombilin dan Formasi Ranau.
Formasi Brani yang menjemari dengan Formasi
Sangkarewang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo
berumur Eosen-Oligosen. sedangkan menurut R.P.
Koesoemadinata dan T. Matasak berumur Paleosen.
Selaras diatas Formasi Sangkarewang menurut
P.H. Silitonga dan Kastowo adalah Anggota Bawah
Formasi Ombilin yang berumur Oligo-Miosen,
sedangkan menurut R.P. Koesoemadinata dan T.
Matasak adalah Formasi Sawah Lunto yang berumur
Eosen dan Formasi Sawah Tambang yang berumur
Oligosen.
Selaras diatasnya lagi menurut P.H. Silitonga dan
Kastowo adalah Anggota Atas Formasi Ombilin yang
berumur Miosen Awal-Tengah, sedangkan menurut
R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak adalah Formasi
Ombilin yang berumur Oligo-Miosen.
Secara tidak selaras diatasnya lagi diendapkan
hasil produksi volkanik yang menurut P.H. Silitonga
dan Kastowo dinamakan Volkanik tak terpisahkan, Tuf
Batuapung dan Tuf Basal sedangkan oleh R.P.
Koesoemadinata dan T. Matasak dinamakan Formasi
Ranau yang berumur Plio-Plistosen.
Untuk pembahasan geologi bitumen padat daerah
Talawi akan mengacu pada strtigrafi berdasarkan P.H.
Silitonga dan Kastowo, karena peta geologi yang
tersedia adalah peta geologi Lembar Solok yang
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
meliputi daerah Sawah Lunto, disusun oleh P.H.
Silitonga dan Kastowo (1995).
Secara umum sebaran formasi batuan di
Sawah Lunto membentuk sinklin
yang
sumbunya berarah baratlaut-tenggara, namun di
beberapa tempat terdapat perlapisan batuan yang
arah jurusnya tidak sesuai dengan arah jurus yang
umum. Hal ini mengindikasikan bahwa di
Cekungan Ombilin juga telah terjadi pensesaran.
Umumnya struktur sesar yang terdapat di
Sawah Lunto adalah sesar geser dan sesar
normal.
GEOLOGI DAERAH INVENTARISASI
Berdasarkan aspek morfologi, daerah
inventarisasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
satuan morfologi, yaitu Satuan Morfologi
Perbukitan Berlereng Landai yang menempati
bagian tengah dan Satuan Perbukitan Berlereng
Terjal yang menempati bagian barat serta timur.
Penamaan formasi batuan di daerah
inventarisasi
mengacu
pada
stratigrafi
berdasarkan P.H. Silitonga dan Kastowo.
Stratigrafi Tersier daerah inventarisasi mulai dari
yang tertua adalah sebagai berikut;
Formasi Brani terdiri dari konglomerat
sisipan batupasir, berwarna abu-abu sampai
keungu-unguan, pemilahannya jelek. Tersingkap
didaerah
Talagogunung
dan
daerah
Rawanmaung. Formasi Brani menjemari dengan
Formasi Sangkarewang.
Formasi Sangkarewang merupakan formasi
pembawa bitumen padat, terdiri dari serpih yang
berselang seling dengan batulanau dan batupasir
berbutir halus sampai kasar. Serpih berwarna
abu-abu tua kehitam-hitaman sampai kecoklatcoklatan, karbonan, kadang-kadang dijumpai
sisipan tipis atau pita-pita batubara. Batulanau
berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, keras.
Batupasir berwarna abu-abu muda, berbutir halus
sampai kasar, kadang-kadang konglomeratan
sampai breksian, komponennya terdiri dari kuarsa
dan feldpar, sub angular sampai sub rounded, di
beberapa tempat membentuk “graded bedding”,
struktur sedimen yang terlihat adalah “parallel
lamination”, “cross bedding”, “covolute” dan
“load cast”. Perbandingan antara serpih dan
batupasir di daerah Kumbayau sampai Sungai
Sangkarewang hampir seimbang, di bagian atas
batupasir lebih dominan kebagian bawah batupasirnya
makin kurang. Formasi Sangkarewang dibagian selatan
yaitu daerah Sapan sampai Sungai Sumpahan
didominasi oleh serpih, sedangkan batupasir halus yang
hadir hanya sebagai sisipan saja, selain itu terdapat
rekahan-rekahan yang diisi oleh kalsit. Menurut P.H.
Silitonga dan Kastowo Formasi Brani dan
Sangkarewang berumur Eosen-Oligosen.
Anggota Bawah Formasi Ombilin merupakan
formasi pembawa batubara, oleh R.P. Koesoemadinata
dan T. Matasak disebut Formasi Sawah Lunto dan
Formasi Sawah Tambang. Terdiri dari perulangan
batupasir kuarsa yang mengandung mika, konglomerat,
serpih dan batubara. Tersingkap di bagian baratlaut dan
tenggara daerah inventarisasi, yaitu daerah Koto
Gadang, Salak dan Sawah Lunto. Menurut P.H.
Silitonga dan Kastowo Anggota Bawah Formasi
Ombilin berumur Oligo Miosen.
Anggota Atas Formasi Ombilin terdiri dari
lempung dan napal berwarna abu-abu kehijau-hijauan
sisipan batupasir, sisipan batupasir, konglomerat dan
batupasir tufaan. Tersingkap dibagian timur daerah
inventarisasi. Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo
Anggota Atas Formasi Ombilin berumur Miosen AwalTengah.
Bahan Volkanik Tak Terpisahkan terdiri dari
aliran lahar, fanglomerat dan endapan koluvium yang
bersifat andesitis sampai basaltis. Tersingkap dibagian
barat dan baratdaya daerah inventarisasi.
Tuf Batuapung terdiri dari tuf batuapung
berwarna putih kekuning-kuningan. Tersingkap
didaerah Talawi dan bagian timurlaut daerah
inventarisasi.
Tuf Basal terdiri dari tufa lapili, tufa basal dan
pecahan lava. Tersingkap dibagian baratlaut daerah
inventarisasi, yaitu sekitar daerah Tanjung Emas.
Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo satuan ini
berumur Plio Plistosen.
Dari hasil pengukuran jurus dan kemiringan
lapisan batuan, daerah inventarisasi membentuk
perlipatan yang secara umum sumbunya berarah
baratlaut-tenggara. Besar sudut kemiringan lapisan
berkisar antara 5o-80o, ditempat-tempat yang sudut
kemiringan lapisannya sangat besar dan arah jurusnya
sangat menyimpang diperkirakan daerah yang
mengalami pensesaran seperti didaerah Ampang Nago.
Sesar yang memotong perlapisan batuan adalah sesar
normal mendatar yang berarah utara – selatan.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
ENDAPAN BITUMEN PADAT
Sebagaimana telah disebutkan bahwa
karakteristik Formasi Sangkarewang dibagian
utara dan selatan tidak sama. Untuk daerah utara
yaitu yang meliputi Blok Kumbayau sampai Blok
Kolok terdiri dari perulangan serpih, batulanau
dan batupasir. Makin ke utara lagi yaitu didaerah
Ampang Nago kandungan batupasir berbutir
kasar lebih mendominasi lagi jika dibandingkan
dengan serpih. Dibagian selatan yaitu yang
meliputi Blok Sapan kandungan serpih
merupakan yang paling dominan sedangkan
batupasir hanya sebagai sisipan saja. Berdasarkan
singkapan-singkapan yang ditemukan, batas
sebaran perulangan serpih batulanau dan
batupasir kearah selatan adalah sampai daerah
Kolok Mudik. Bitumen padat didalam Formasi
Sangkarewang terdapat dalam serpih, batulanau
dan batupasir halus.
Blok
Kumbayau
meliputi
daerah
Kumbayau, Kebon Tinggi, Sungai Sipang,
Sijantang dan Ampang Nago; Dari hasil
rekonstruksi singkapan, bitumen padat yang
ditemukan didaerah Kumbayau menerus sampai
daerah Sungai Sipang, perlapisannya miring
kearah baratdaya dengan sudut kemiringan
berkisar antara 15o – 60o. Perlapisan bitumen
padat didaerah Kumbayau dipisahkan menjadi
dua bagian oleh sisipan batupasir berbutir sedang
sampai kasar (bukan sebagai bitumen padat) yang
tebalnya sekitar 10 mtr. Tebal total perlapisan
bagian atas sekitar 60 mtr, apabila perbandingan
antara serpih dan batupasir kasar didaerah ini
relatif seimbang berarti tebal bitumen padat pada
bagian atas sekitar 30 mtr. Tebal total perlapisan
bagian bawah sekitar 160 mtr, berarti tebal
bitumen padat pada bagian bawah sekitar 80 mtr.
Panjang sebarannya kearah jurus diperkirakan
sekitar 4.000 mtr; Bitumen padat didaerah
KebonTinggi menerus kearah tenggara sampai
daerah Sijantang, secara umum perlapisannya
miring kearah timurlaut dengan sudut kemiringan
berkisar antara 15o - 35o. Berdasarkan arah
kemiringannya antara bitumen padat daerah
Kumbayau dan Kebon Tinggi
membentuk
lipatan sinklin. Tebal total perlapisan daerah
Kebon Tinggi sekitar 140 mtr, berarti tebal
bitumen padatnya sekitar 70 mtr, panjang sebaran
kearah jurus diperkirakan sekitar 3.000 mtr;
Bitumen
padat
daerah
Ampang
Nago
diperkirakan mengalami pensesaran, secara umum
lapisannya miring kearah baratdaya dengan sudut
kemiringan berkisar antara 60o – 70o. Tebal total lapisan
sekitar 150 mtr, berarti tebal bitumen padatnya
sepertiga dari 150 mtr yaitu sekitar 50 mtr, panjang
sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 2.000 mtr.
Blok Kolok meliputi daerah Sangkarewang dan
Kolok, secara umum perlapisan bitumen padat daerah
Sangkarewang miring kearah utara dengan sudut
kemiringan berkisar antara 5o – 48o. Tebal total lapisan
sekitar 250 mtr, berarti tebal bitumen padatnya sekitar
125 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan
sekitar 3.500 mtr; Secara umum perlapisan bitumen
padat didaerah Kolok miring kearah timurlaut dengan
sudut kemiringan berkisar antara 13o – 40o. Tebal total
lapisan sekitar 150 mtr, berarti tebal bitumen padat
sekitar 75 mtr, panjang sebaran kearah jurus
diperkirakan sekitar 4.500 mtr.
Blok Sapan meliputi daerah Sumpahan dan
Sapan; Secara umum perlapisan didaerah Sumpahan
timurlaut dengan sudut kemiringan lapisan berkisar
antara 30o – 65o. Tebal total lapisan sekitar 200 mtr,
berarti tebal lapisan bitumen padatnya sekitar 160 mtr,
panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 1.500
mtr; Umumnya perlapisan bitumen padat didaerah
Sapan miring kearah timurlaut dengan sudut
kemiringan lapisan berkisar antara 18o – 35o. Tebal total
lapisan sekitar 220 mtr, berarti tebal bitumen padat
sekitar 180 mtr,
panjang sebaran kearah jurus
diperkirakan sekitar 2.500 mtr.
KUALITAS BITUMEN PADAT
Dari hasil analisis retort diperoleh kandungan
minyak sebagai berikut, di lokasi bor TL-1 (Blok
Kumbayau) kandungan minyak rata-ratanya adalah
10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 (Blok Sapan) adalah
19,13 l/ton, sedangkan hasil analisis retort dari
singkapan tidak dirata-ratakan karena dari setiap daerah
hanya dianalisis satu conto. Hasil analisis dari
singkapan yang paling tinggi adalah dari daerah Kolok
yaitu 15 l/ton. Berdasarkan hasil analisis retort
menunjukan bahwa kandungan minyak yang paling
tinggi didaerah Sawah Lunto adalah di lokasi bor TL-2
(Blok Sapan), yang rata-ratanya 19,13 l/ton. Kandungan
minyak pada conto-conto dekat permukaan umumnya
lebih kecil jika dibandingkan dengan conto-conto pada
bagian yang lebih dalam. Kandungan minyak di lokasi
bor TL-1 menurun lagi pada kedalaman 56,18 m –
61,40 m. Dari variasi kandungan minyak pada tiap-tiap
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
conto yang berbeda menunjukan bahwa distribusi
kandungan organik secara vertikal tidak merata.
Hasil analisis retort dari penyelidik terdahulu (
Syufra dkk, 2001) di Blok Kumbayau mencapai
40 l/ton, Blok Kolok mencapai 64 l/ton dan di
Blok Sapan mencapai 52 l/ton.
Dari analisis total organik karbon (TOC)
sebanyak 60 conto inti bor secara umum
menunjukan kandungan karbon yang tinggi yaitu
berkisar antara 3,10 – 5,66 % (tabel 8,9,10),
angka tersebut termasuk kedalam katagori batuan
induk sangat bagus (very good) sampai istimewa
(excelent), karena menurut Peters (1993)
kandungan TOC
yang termasuk
kedalam
katagori batuan induk sangat bagus (very good)
adalah ≥ 2%.
Berdasarkan kombinasi antara TOC dan
pirolisis Rock Eval menunjukan bahwa bitumen
padat daerah Talawi merupakan batuan sumber
dengan katagori sangat bagus (potential yield >
10mg/gr. Dari plot antara TOC terhadap potential
yield (PY) maupun hidrogen index (HI)
menunjukan potensi yang sangat bagus (very
good) sampai istimewa (excellent).
Hidrogen index yang tinggi yang
berkisar antara 358 – 608 menunjukan
kerogen tipe II. Untuk batuan induk tipe
seperti ini apabila sudah mencapai
kematangan thermal akan menghasilkan
minyak. Plot antara Tmax dengan hydrogen
index (HI) menunjukan bahwa bitumen padat
Formasi Sangkarewang sebagai batuan
sumber minyak
Angka index produksi (PI) yang rendah
(>1
seringkali dijumpai pada batuan sedimen berumur muda
atau yang masih rendah tingkat kematangan termalnya
(Bray & Evans, 1961; Tissot dkk., 1984). Kondisi
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
seperti ini dijumpai pada seluruh conto yang
dianalisis yang menunjukkan rasio CPI antara
1,19 dan 1,32, oleh karena itu tingkat kematangan
yang cukup untuk membentuk hidrokarbon
optimal belum terpenuhi.
Dari data biomarker fraksi saturat terlihat
bahwa komposisi sterana conto minyak MLO
lebih dekat dengan conto bitumen padat TL-1/34.
Namun baik conto minyak MLO maupun conto
bitumen padat TL-1/34 dan MLK-4 menunjukan
kesamaan bahan organik dan lingkungan
pengendapannya yaitu danau atau lacustrine.
Perbedaan tingkat kematangan termal pada
ketiga conto yang dianalisis menunjukan bahwa
kondisi geologi pada Formasi Sangkarewang
tidak sama, walaupun bahan organiknya
menunjukan kesamaan yaitu yang berasal dari
algal dan tumbuhan darat.
SUMBERDAYA
Batasan perhitungan sumberdaya bitumen
padat didasarkan pada kondisi geologinya.
Rumus untuk menghitung sumberdaya adalah :
Sumberdaya (ton)= Panjang (m) x Tebal (m) x
Lebar (m) x Berat Jenis ( ton/m3). Sumberdaya
bitumen padat daerah Sawah Lunto adalah
1.392.083.000 ton, yang berdasarkan Klasifikasi
Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standar
Nasional Indonesia (SNI) amandemen 1-SNI
135014-1998 dari Badan Standarisasi Nasional,
termasuk
kedalam
sumberdaya
hipotetik
(“hypothetic”).
Untuk menghitung sumberdaya minyak
digunakan
beberapa
parameter.
Dalam
perhitungan sumberdaya minyak, kandungan
airnya harus dijadikan nol atau biasa disebut
“liters per tonne at zero moisture” (LTOM),
maksudnya supaya kandungan minyak dalam
suatu lapisan bitumen padat pada suatu formasi
dapat dengan mudah dibandingkan dengan
kandungan minyak dalam lapisan lainnya atau
formasi lainnya. Sumberdaya minyak daerah
inventarisasi
adalah
309.977.441
barrel.
Klasifikasi sumberdaya minyak yang dihitung
disini masih sulit ditentukan karena belum ada
yang bisa dijadikan acuan, tapi untuk saat ini
diklasifikasikan kedalam sumberdaya hipotetik.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut
1. Secara geologi daerah Talawi termasuk kedalam
cekungan intramontane yang dinamakan Cekungan
Ombilin.
2. Formasi pembawa bitumen padat didaerah Talawi
adalah Formasi Sangkarewang yang menurut P.H.
Silitonga dan Kastowo (1995) berumur Oligosen.
3. Didaerah Talawi terdapat 3 (tiga) blok bitumen padat,
yaitu Blok Kumbayau, Blok Kolok dan Blok Sapan.
Tebal bitumen padat di Blok Kumbayau berkisar
antara 30 m- 80 m, panjang sebaran berkisar antara
2000 m – 4000 m, sumberdayanya 351.428.000 ton.
Tebal bitumen padat di Blok Kolok berkisar antara
75 m – 125 m, panjang sebaran berkisar antara 3500
m - 4500 m, sumberdayanya 568.095.000 ton. Tebal
bitumen padat di Blok Sapan berkisar antara 160 m –
180 m, panjang sebaran berkisar antara 1500 m 2500 m sumberdayanya 472.560.000 ton.
4. Di Kolok Tengah ditemukan sumur bor yang
didalamnya terdapat minyak bumi.
5. Berdasarkan hasil analisis retort kandungan minyak
rata-rata di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau adalah
10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan adalah
19,13 l/ton dan kandungan minyak pada singkapan
KLM-1 Blok Kolok adalah 15 l/ton.
6. Kandungan total organik karbon bitumen padat
daerah Sawah Lunto berkisar antara 3,10 //ton – 5,66
l/ton, angka tersebut mencirikan sebagai batuan
induk sangat bagus. Berdasarkan “potential yield”
yang umumnya >10 mg/gr termasuk kedalam batuan
induk/sumber dengan katagori sangat bagus dan
termasuk kedalam batuan induk tipe II
7. Tmax bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar
antara 434oC – 443oC, termasuk kedalam katagori
belum matang sampai awal matang.
8. Kandungan ekstrak bitumen dari hasil ekstraksi
fraksinasi organik mater (EOM) di lokasi bor TL-1
Blok Kumbayau 2.382 ppm – 2.715 ppm, di lokasi
bor TL-2 Blok Sapan 5.665 ppm – 6.039 ppm,
sedangkan dari singkapan MLK-4 Blok Kolok
adalah 1.343 ppm.
9. Berdasarkan hasil analisis gas chromatography, conto
minyak dari lokasi MLO dan conto bitumen padat
dari MLK-4 telah mengalami biodegradasi, yang
terlihat dari konfigurasi sidikjarinya.
10. Dari rasio pristane dan pythane di TL-1 Blok
Kumbayau menunjukan lebih banyak oksigen,
sedangkan di TL-2 Blok Sapan lebih reduktif.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
11.
Dari data biomarker fraksi saturat
menunjukan bahwa komposisi sterana conto
minyak lokasi MLO lebih dekat dengan conto
bitumen padat lokasi TL-1/34.
12. Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya
batuan daerah Sawah Lunto sekitar
1.392.083.000 ton.
13. Sumberdaya minyak daerah sawah Lunto
sekitar 309.977.441 Barrel, yang termasuk
dalam katagori hipotetik
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Syufra, (2001). Eksplorasi Bitumen Padat
Dengan Outcrop Drilling di daerah
Talawi dan sekitarnya, Kodya
Sawahlunto, Provinsi Sumatera
Barat, Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Bandung,
Laporan.
Koesoemadinata R. P., & Matasak Th., 1981 ;
Stratigraphy and Sedimentation
Ombilin Basin Central Sumatera
(West Sumatera Province),
Proceeding, IPA, Tenth Annual
Convention.
Koning T., 1985 ; Petroleum Geology of The
Ombilin Intramontane Basin,
Proceeding, IPA, Fourteenth Annual
Convention.
Peters K. E. and Moldowan J. M., 1993 ; The
Biomarker
Guide,
Interpreting
Molecular Fossils in Petroleum and
Ancient Seiments, Prentice-Hall,
Englewood Cliffs, N. J.
Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 : Peta Geologi
Lembar Solok, Sumatera, Peta
Geologi bersistem Sumatera, PPPG,
Bandung.
Tissot B. P. and Welte D. H., 1984 ; Petroleum
Formation and Occurrence, Second
Revised and Enlarged Edition,
Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg,
Newyork,
Tokyo.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
DAERAH INVENTARISASI
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Inventarisasi
Tabel 1. Strtigrafi Cekungan Ombilin
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PETA INDEK
PROV. SUMATERA
UTARA
Rao
Pasarontang
695.000
690.000
S. Kamp
Panti
700.000
g
Tmol
LUBUK SIKAPING
9.940.000
Rawanmaung
Kota Tengah
ar
Air Bangis
PROVINSI RIAU
S. Manat
Malampah
0° LS
Sasak
Nanduobalas
PAYAKUMBUH
BUKITTINGGI
Padang Arah Koto Alam
LUBUK BASUNG
Balung
BATUSANGKAR
Buo
S. Ombili
n
rak
gka
E
LA
T
SIJUNJUNG
Silungkang Tanjunggadang
Pulaupunjung
SOLOK
M
E
N
1° LS
Sungaidareh
PADANG
Kotabaru
TA
Tob
W
Terusan
A
I
0°34'00"LS
PAINAN
KBY-7
KBY-9
KBY-6
KBY-5
30°
40°
23°
Taratak
KBY-8
60°
Tmol
Balaisalasa
SJT-5
20°
bilin
S. Om
KBY-4
KBY-2
30°
PROVINSI JAMBI
2° LS
15°
Indrapura
Tapan
pang
S. Si
TL-1
KBY-3
to
Talawi S. Lun
SAWAHLUNTO
Sin
S
PARIAMAN
Tmou
g
D
AN-3
70°
PADANG PANJANG
Bangkuang
g
B
Na
D.
o
AN-2
ng
pa
m
AN-1 t. A
B
65°
AN-1A
80°
70°
15°
18°
SJT-4
9.935.000
100° BT
101° BT
SJT-3
Daerah Penyelidikan
28°
SJT-2
Qpt
U
30°
35°
Kebon Tinggi
SJT-1
qp
0°36'00"LS
SKR-4
SKR-5
SKR-6
SKR-12
TRtl
20° 20°
5°
30°
Sijantang Koto
25°
S. Sangkarewa
ng
20°
15°
SKR-10
PR-2
KL-1
SKR-3
48°
SKR-11
SKR-1
SKR-2
20°
15°
20°
25°
SKR-8
SKR-13
SKR-7
GA-1
Skala 1 : 50.000
SM-1
SM-2
25°
MLK-2
SKR-14
SKR-9
40°
20°
15°
A
F
Ps
MLK-1
1
0
C
0°38'00"LS
0
PR-1
MLK-3
MLK-4/5
2
3
4
5 Cm
2
2.5 Km
1
Sijantang
Keterangan :
40°
9.930.000
qp
Tmou
Anggota Atas Formasi Ombilin
Tmol
Anggota Bawah Formasi Ombilin
SAN-2
TRtl
TALAWI
25°
KLM-2
25°
Tob
Talagogunung
qp
Tos
E
Formasi Sangkarewang
Tob
Formasi Brani
Trts
Anggota Batu Sabak dan Serpih Formasi Tuhur
TRtl
Anggota Batu Gamping Formasi Tuhur
SAN-1
KBY-1
18°
Tmol
15°
SP-2
0°40'00"LS
TL-2
Psl
g
35°
Granit
35°
S.
SMP-4
Su
40°
ah
mp
SMP-5
Paninjauan
Anggota Batu Gamping Silungkang
TG-1
20°
SP-1
35°
SMP-2
gd
Granodiorit
Ps
Formasi Silungkang
an
65°
30°
Ps
SMP-6
SMP-3
9.925.000
Ps
Sawah Lunto
Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan
Pcks
g
Struktur
PCks
Batas Formasi
Sungai
0°42'00"LS
Air
S.
Jalan
k
bu
m
tu
Ba
KBY-3
Singkapan Bitumen Padat
15
g
TL-2
gd
Lubang Bor
SM-2
Sumur Minyak
Tmou
Ps
Lapisan Bitumen Padat
9.920.000
Psl
g
Kota / Kampung
A
Ps
0°44'00"LS
B
Garis Penampang
g
100°40'00"BT
100°42'00"BT
100°44'00"BT
100°50'00"BT
100°48'00"BT
100°46'00"BT
PEN AM PAN G GEOLOGI
SKALA
S. Sangkarewang
S. Ombilin
250
0
-250
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
V ERTI KAL
1 : 5 0 .0 0 0
H ORI ZON TAL
S. Malakutan
S. Ombilin
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
250
Tob
Psl
Tos
Tos
0
Tos
Tmol
Tob
-250
Tos
Qpt
Psl
Tos
Tos
Ket er an ga n :
250
0
-250
Tob
Tos
Tos
Tmol
Sesar
Bagian m enj auh
Bagian m endekat
Bit um en padat dalam F. Sangkarew ang ( Tos)
g
Tos
PETA GEOLOGI DAN SEBARAN BITUMEN PADAT
DAERAH TALAWI DAN SEKITARNYA
KOTAMADYA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT
Disusun : Ir. Deddy Amarullah
Diperiksa : Ir. Deddy Amarullah
Tahun
Digambar : Dede Ibnu
Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc
No. Peta : 1
Gambar 2. Peta Geologi dan Sebaran Bitumen Padat Daerah Talawi
: 2007
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
TOC vs POTENTIAL YIELD
Tipe:
TOC vs HYDROGEN INDEX
Lokasi: Sumatra Barat
Sample permukaan
Tipe:
800
TL-1/23
100.0
TL-2/5
TL-2/18
TL-2/22
TL-2/30
10.0
KLM-1
Fa ir
SKR-11
SJ-1
AN-1
1.0
O il
H y d r o g e n In d e x (H I)
TL-1/42
20.0
Legenda:
TL-1/9
TL-1/23
700
TL-1/34
TL-1/34
TL-1/42
600
TL-2/5
TL-2/18
TL-2/22
500
TL-2/30
KLM-1
400
SKR-11
SJ-1
O il & G a s
E x c e lle n t
Legenda:
TL-1/9
G o od V.G oo d
Lokasi: Sumatra Barat
Sample permukaan
900
Po o r
300
AN-1
200
100
0.1
0.1
1.0
Poor
Gambar 3. Plot
Fair
Good
10.0
V. Good
0
100.0
0.1
1.0
Excellent
Fair
Poor
TOC (wt % rock)
10.0
Good
V. Good
TOC (wt % rock)
100.0
Excellent
Antara TOC
Terhadap Potential Yield dan Hydrogen Index
HI (mg HC/g TOC)
Tipe: Sample permukaan
Lokasi: Sumatra Barat
1000
0.6 iso-reflectance
900
Legenda:
800
TL-1/9
TL-1/34
TL-2/5
TL-2/22
KLM-1
SJ-1
TIPE I
Oil
700
600
TL-1/23
TL-1/42
TL-2/18
TL-2/30
SKR-11
AN-1
500
TIPE II
Mixed
400
Gambar 4. Plot Antara
300
1.2
200
Gas
S 1 + S 2 (P o te n tia l Y ie ld ) in m g /g r o c k
1000.0
100
Tmax Dengan Hydrogen Index
TIPE III
0
390
405
420
435
450
465
480
495
510
525
0
Tmax ( C)
I m m a t ur e
Oil Zone
Ga s Zone
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Kode
Conto
Sidikjari Gas Chromatography
Terbiodegradasi
MLO (Minyak)
300000
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
Pr
225000
150000
Ph
C17
75000
: 4.61
: 14.93
: 2.33
:-
C18
0
2
6
10
24000
18
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
Pr
19000
MLK-4
14
Terbiodegradasi
: 6.04
: 6.06
: 1.53
: 1.32
Ph
14000
C27 C28 C29 C30
C31
C32
C22
9000
C13
C14
C15 C C17
16
C18 C19
C21
C20
C23 C24 C25 C26
C33
4000
2
6
10
14
18
Gambar 5. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dan Minyak
Yang Tersingkap di Permukaan
Kode
Conto
Sidikjari Gas Chromatography
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
TL-1/23
Pr
: 3.92
: 2.31
: 0.86
: 1.32
46500
C27 C29
C16
C15
32000
C18 C19
C24 C25 C26 C28
Ph C20 C21 C22 C23
C13 C14
C30 C31
C32
C17
17500
C33
3000
2
6
10
14
18
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
TL-1/34
100000
Pr
C27
75000
C26
C15
50000
C13
C14
C25
C23 C24
C16
C29
C28
C30 C31
C17 C18 C19 C20 C21 C22
C11
25000
C32
Ph
C12
: 4.12
: 1.95
: 0.84
: 1.32
C33
0
2
6
10
14
18
Gambar 6. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dari Inti Bor TL-1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Kode
Conto
Sidikjari Gas Chromatography
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
Pr
C27
TL-2/18
54000
C26
44000
Ph
34000
C15 C16
C13 C14
24000
C23 C25
C18 C19
C17
C21 C22
: 1.92
: 2.58
: 1.25
: 1.13
C31 C32
C29
C28
C30
C24
C20
C33
C12
14000
C11
4000
2
6
10
14
18
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
C27
78000
TL-2/22
Pr
C26
53000
Ph
C18 C19
C15
C13
28000
C12
C14
C25
C21 C22 C23 C24
: 1.79
: 2.14
: 1.31
: 1.19
C29
C28
C31 C32
C30
C20
C16
C33
C17
C11
3000
2
6
10
14
18
Gambar 7. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dari Inti Bor TL-2
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
POTENSI KANDUNGAN MINYAK DALAM ENDAPAN BITUMEN PADAT
DAERAH TALAWI, KOTA SAWAH LUNTO
PROVINSI SUMATERA BARAT
Deddy Amarullah
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggaran 2007 Kelompok Program Penelititan Energi
Fosil telah melakukan inventarisasi potensi kandungan minyak dalam endapan bitumen padat didaerah Talawi dan
sekitarnya, Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis daerah Talawi terletak pada koordinat
antara koordinat 0027’00,00” - 0044’00” Lintang Selatan dan 100038’00” – 100050’00” Bujur Timur.
Secara geologi daerah Talawi termasuk kedalam Cekungan Ombilin yang terbentuk akibat pensesaran
bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Stratigrafi Tersier Cekungan Ombilin berdasarkan Peta Geologi lembar
Solok (PH. Silitonga & Kastowo, 1995) diawali oleh Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi
Sangkarewang (Eosen-Oligosen), Anggota Bawah Formasi Ombilin (Oligo-Miosen), Anggota Atas Formasi
Ombilin (Miosen Awal-Tengah) dan Kelompok Volkanik ( Plio-Plistosen). Sebagai formasi pembawa bitumen
padat di Cekungan Ombilin adalah Formasi Sangkarewang.
Didaerah Talawi terdapat 3 (tiga) blok bitumen padat, yaitu Blok Kumbayau, Blok Kolok dan Blok Sapan.
Tebal bitumen padat di Blok Kumbayau berkisar antara 30 m- 80 m, panjang sebaran berkisar antara 2000 m –
4000 m, sumberdayanya 351.428.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Kolok berkisar antara 75 m – 125 m,
panjang sebaran berkisar antara 3500 m - 4500 m, sumberdayanya 568.095.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok
Sapan berkisar antara 160 m –
180 m, panjang sebaran berkisar antara 1500 m - 2500 m, sumberdayanya
472.560.000 ton.
Di Kolok Tengah ditemukan sumur bor yang didalamnya terdapat minyak bumi. Dari hasil analisis retort
kandungan minyak rata-rata di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau adalah 10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan
adalah 19,13 l/ton dan kandungan minyak pada singkapan KLM-1 Blok Kolok adalah 15 l/ton. Kandungan total
organik karbon bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 3,10 l/ton – 5,66 l/ton, angka tersebut
mencirikan sebagai batuan induk sangat bagus. Berdasarkan “potential yield” yang umumnya >10 mg/gr termasuk
kedalam batuan induk/sumber dengan katagori sangat bagus dan termasuk kedalam batuan induk tipe II. Tmax
bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 434oC – 443oC, termasuk kedalam katagori belum matang
sampai awal matang. Kandungan ekstrak bitumen dari hasil ekstraksi fraksinasi organik mater (EOM) di lokasi
bor TL-1 Blok Kumbayau 2.382 ppm – 2.715 ppm, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan 5.665 ppm – 6.039 ppm,
sedangkan dari singkapan MLK-4 Blok Kolok adalah 1.343 ppm. Berdasarkan hasil analisis gas chromatography,
conto minyak dari lokasi MLO dan conto bitumen padat dari MLK-4 telah mengalami biodegradasi, yang terlihat
dari konfigurasi sidikjarinya. Dari rasio pristane dan pythane di TL-1 Blok Kumbayau menunjukan lebih
banyak oksigen, sedangkan di TL-2 Blok Sapan lebih reduktif. Dari data biomarker fraksi saturat
menunjukan bahwa komposisi sterana conto minyak lokasi MLO lebih dekat dengan conto bitumen
padat lokasi TL-1/34.
Sumberdaya minyak daerah sawah Lunto sekitar 309.977.441 Barrel, yang termasuk dalam katagori
hipotetik
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENDAHULUAN
Dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah dan untuk meningkatkan kegiatan
pendataan mengenai potensi sumberdaya
energi, Pusat Sumberdaya Geologi Tahun
Anggaran 2007 telah melakukan inventarisasi
potensi kandungan minyak didalam endapan
bitumen padat di daerah Talawi, Kota Sawah
Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Didaerah
tersebut terdapat potensi sumberdaya bitumen
padat yang mempunyai peluang untuk
dikembangkan menjadi sumberdaya energi
alternatif.
Maksud dari inventarisasi adalah untuk
mendapatkan data bitumen padat dan potensi
minyaknya.
Tujuannya
adalah
untuk
mengetahui jumlah lapisan bitumen padat,
ketebalan serta penyebarannya, yang pada
akhirnya dapat membantu korelasi lapisan
bitumen padat. Selain itu juga untuk
mengetahui sumberdaya bitumen padat dan
sumberdaya minyak di daerah tersebut.
Daerah inventarisasi termasuk dalam
wilayah Kecamatan Talawi, Barangin dan
Lembah Segar Kota Sawah Lunto, Provinsi
Sumatera Barat. Secara geografis daerah ini
terletak diantara koordinat 0027’00,00” 0044’00” Lintang Selatan dan 100038’00” –
100050’00” Bujur Timur. Lokasi tersebut
terletak sekitar 100 km. sebelah timurlaut Kota
padang.
GEOLOGI UMUM
Daerah inventarisasi termasuk dalam Peta
Geologi Lembar Solok yang dipetakan oleh
Silitonga, P.H., dan Kastowo, (1995).
Dalam kerangka geologi regional daerah
Talawi termasuk ke dalam Cekungan Ombilin
yang terbentuk akibat pensesaran bongkah (blok)
terhadap batuan dasar. Pensesaran tersebut terjadi
pada Awal Tersier yang menyebabkan
terbentuknya struktur “graben”. Selanjutnya
bagian-bagian graben ini pada Awal Tersier mulai
diisi oleh endapan klastika kasar di bagian
pinggir, sedangkan di bagian tengah terbentuk
semacam danau yang kemudian diisi oleh
endapan klastika halus.
Sedimentasi dalam Cekungan Ombilin telah
diketahui secara luas berkat hasil eksplorasi batubara
dan pemetaan geologi bersistem untuk seluruh Pulau
Sumatra. Cekungan Ombilin terletak pada bagian
tengah jalur Pegunungan Barisan yang terbentuk pada
Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen
mencapai ketebalan 4.600 m (Koning, 1985) serta
diendapkan pada lingkungan darat atau danau sampai
laut dangkal.
P.H. Silitonga dan Kastowo, (1995) di dalam Peta
Geologi Lembar Solok membagi batuan Pra-Tersier
yang menjadi batuan dasar Cekungan Ombilin menjadi
Formasi Kuantan, Formasi Silungkang, Formasi Tuhur,
Granit, Diorit dan Granodiorit, sedangkan batuan
Tersier yang mengisinya dari bawah keatas dibedakan
menjadi Formasi Brani yang menjememari dengan
Formasi Sangkarewang, Anggota Bawah Formasi
Ombilin, Anggota Atas Formasi Ombilin dan
Kelompok Volkanik.
R.P. Koesoemadinata dan Theo Matasak, (1981)
menyusun stratigrafi batuan Tersier di Cekungan
Ombilin secara berurutan dari bawah keatas adalah
Formasi Brani yang menjemari dengan Formasi
Sangkarewang, Formasi Sawah Lunto, Formasi Sawah
Tambang, Formasi Ombilin dan Formasi Ranau.
Formasi Brani yang menjemari dengan Formasi
Sangkarewang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo
berumur Eosen-Oligosen. sedangkan menurut R.P.
Koesoemadinata dan T. Matasak berumur Paleosen.
Selaras diatas Formasi Sangkarewang menurut
P.H. Silitonga dan Kastowo adalah Anggota Bawah
Formasi Ombilin yang berumur Oligo-Miosen,
sedangkan menurut R.P. Koesoemadinata dan T.
Matasak adalah Formasi Sawah Lunto yang berumur
Eosen dan Formasi Sawah Tambang yang berumur
Oligosen.
Selaras diatasnya lagi menurut P.H. Silitonga dan
Kastowo adalah Anggota Atas Formasi Ombilin yang
berumur Miosen Awal-Tengah, sedangkan menurut
R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak adalah Formasi
Ombilin yang berumur Oligo-Miosen.
Secara tidak selaras diatasnya lagi diendapkan
hasil produksi volkanik yang menurut P.H. Silitonga
dan Kastowo dinamakan Volkanik tak terpisahkan, Tuf
Batuapung dan Tuf Basal sedangkan oleh R.P.
Koesoemadinata dan T. Matasak dinamakan Formasi
Ranau yang berumur Plio-Plistosen.
Untuk pembahasan geologi bitumen padat daerah
Talawi akan mengacu pada strtigrafi berdasarkan P.H.
Silitonga dan Kastowo, karena peta geologi yang
tersedia adalah peta geologi Lembar Solok yang
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
meliputi daerah Sawah Lunto, disusun oleh P.H.
Silitonga dan Kastowo (1995).
Secara umum sebaran formasi batuan di
Sawah Lunto membentuk sinklin
yang
sumbunya berarah baratlaut-tenggara, namun di
beberapa tempat terdapat perlapisan batuan yang
arah jurusnya tidak sesuai dengan arah jurus yang
umum. Hal ini mengindikasikan bahwa di
Cekungan Ombilin juga telah terjadi pensesaran.
Umumnya struktur sesar yang terdapat di
Sawah Lunto adalah sesar geser dan sesar
normal.
GEOLOGI DAERAH INVENTARISASI
Berdasarkan aspek morfologi, daerah
inventarisasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
satuan morfologi, yaitu Satuan Morfologi
Perbukitan Berlereng Landai yang menempati
bagian tengah dan Satuan Perbukitan Berlereng
Terjal yang menempati bagian barat serta timur.
Penamaan formasi batuan di daerah
inventarisasi
mengacu
pada
stratigrafi
berdasarkan P.H. Silitonga dan Kastowo.
Stratigrafi Tersier daerah inventarisasi mulai dari
yang tertua adalah sebagai berikut;
Formasi Brani terdiri dari konglomerat
sisipan batupasir, berwarna abu-abu sampai
keungu-unguan, pemilahannya jelek. Tersingkap
didaerah
Talagogunung
dan
daerah
Rawanmaung. Formasi Brani menjemari dengan
Formasi Sangkarewang.
Formasi Sangkarewang merupakan formasi
pembawa bitumen padat, terdiri dari serpih yang
berselang seling dengan batulanau dan batupasir
berbutir halus sampai kasar. Serpih berwarna
abu-abu tua kehitam-hitaman sampai kecoklatcoklatan, karbonan, kadang-kadang dijumpai
sisipan tipis atau pita-pita batubara. Batulanau
berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, keras.
Batupasir berwarna abu-abu muda, berbutir halus
sampai kasar, kadang-kadang konglomeratan
sampai breksian, komponennya terdiri dari kuarsa
dan feldpar, sub angular sampai sub rounded, di
beberapa tempat membentuk “graded bedding”,
struktur sedimen yang terlihat adalah “parallel
lamination”, “cross bedding”, “covolute” dan
“load cast”. Perbandingan antara serpih dan
batupasir di daerah Kumbayau sampai Sungai
Sangkarewang hampir seimbang, di bagian atas
batupasir lebih dominan kebagian bawah batupasirnya
makin kurang. Formasi Sangkarewang dibagian selatan
yaitu daerah Sapan sampai Sungai Sumpahan
didominasi oleh serpih, sedangkan batupasir halus yang
hadir hanya sebagai sisipan saja, selain itu terdapat
rekahan-rekahan yang diisi oleh kalsit. Menurut P.H.
Silitonga dan Kastowo Formasi Brani dan
Sangkarewang berumur Eosen-Oligosen.
Anggota Bawah Formasi Ombilin merupakan
formasi pembawa batubara, oleh R.P. Koesoemadinata
dan T. Matasak disebut Formasi Sawah Lunto dan
Formasi Sawah Tambang. Terdiri dari perulangan
batupasir kuarsa yang mengandung mika, konglomerat,
serpih dan batubara. Tersingkap di bagian baratlaut dan
tenggara daerah inventarisasi, yaitu daerah Koto
Gadang, Salak dan Sawah Lunto. Menurut P.H.
Silitonga dan Kastowo Anggota Bawah Formasi
Ombilin berumur Oligo Miosen.
Anggota Atas Formasi Ombilin terdiri dari
lempung dan napal berwarna abu-abu kehijau-hijauan
sisipan batupasir, sisipan batupasir, konglomerat dan
batupasir tufaan. Tersingkap dibagian timur daerah
inventarisasi. Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo
Anggota Atas Formasi Ombilin berumur Miosen AwalTengah.
Bahan Volkanik Tak Terpisahkan terdiri dari
aliran lahar, fanglomerat dan endapan koluvium yang
bersifat andesitis sampai basaltis. Tersingkap dibagian
barat dan baratdaya daerah inventarisasi.
Tuf Batuapung terdiri dari tuf batuapung
berwarna putih kekuning-kuningan. Tersingkap
didaerah Talawi dan bagian timurlaut daerah
inventarisasi.
Tuf Basal terdiri dari tufa lapili, tufa basal dan
pecahan lava. Tersingkap dibagian baratlaut daerah
inventarisasi, yaitu sekitar daerah Tanjung Emas.
Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo satuan ini
berumur Plio Plistosen.
Dari hasil pengukuran jurus dan kemiringan
lapisan batuan, daerah inventarisasi membentuk
perlipatan yang secara umum sumbunya berarah
baratlaut-tenggara. Besar sudut kemiringan lapisan
berkisar antara 5o-80o, ditempat-tempat yang sudut
kemiringan lapisannya sangat besar dan arah jurusnya
sangat menyimpang diperkirakan daerah yang
mengalami pensesaran seperti didaerah Ampang Nago.
Sesar yang memotong perlapisan batuan adalah sesar
normal mendatar yang berarah utara – selatan.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
ENDAPAN BITUMEN PADAT
Sebagaimana telah disebutkan bahwa
karakteristik Formasi Sangkarewang dibagian
utara dan selatan tidak sama. Untuk daerah utara
yaitu yang meliputi Blok Kumbayau sampai Blok
Kolok terdiri dari perulangan serpih, batulanau
dan batupasir. Makin ke utara lagi yaitu didaerah
Ampang Nago kandungan batupasir berbutir
kasar lebih mendominasi lagi jika dibandingkan
dengan serpih. Dibagian selatan yaitu yang
meliputi Blok Sapan kandungan serpih
merupakan yang paling dominan sedangkan
batupasir hanya sebagai sisipan saja. Berdasarkan
singkapan-singkapan yang ditemukan, batas
sebaran perulangan serpih batulanau dan
batupasir kearah selatan adalah sampai daerah
Kolok Mudik. Bitumen padat didalam Formasi
Sangkarewang terdapat dalam serpih, batulanau
dan batupasir halus.
Blok
Kumbayau
meliputi
daerah
Kumbayau, Kebon Tinggi, Sungai Sipang,
Sijantang dan Ampang Nago; Dari hasil
rekonstruksi singkapan, bitumen padat yang
ditemukan didaerah Kumbayau menerus sampai
daerah Sungai Sipang, perlapisannya miring
kearah baratdaya dengan sudut kemiringan
berkisar antara 15o – 60o. Perlapisan bitumen
padat didaerah Kumbayau dipisahkan menjadi
dua bagian oleh sisipan batupasir berbutir sedang
sampai kasar (bukan sebagai bitumen padat) yang
tebalnya sekitar 10 mtr. Tebal total perlapisan
bagian atas sekitar 60 mtr, apabila perbandingan
antara serpih dan batupasir kasar didaerah ini
relatif seimbang berarti tebal bitumen padat pada
bagian atas sekitar 30 mtr. Tebal total perlapisan
bagian bawah sekitar 160 mtr, berarti tebal
bitumen padat pada bagian bawah sekitar 80 mtr.
Panjang sebarannya kearah jurus diperkirakan
sekitar 4.000 mtr; Bitumen padat didaerah
KebonTinggi menerus kearah tenggara sampai
daerah Sijantang, secara umum perlapisannya
miring kearah timurlaut dengan sudut kemiringan
berkisar antara 15o - 35o. Berdasarkan arah
kemiringannya antara bitumen padat daerah
Kumbayau dan Kebon Tinggi
membentuk
lipatan sinklin. Tebal total perlapisan daerah
Kebon Tinggi sekitar 140 mtr, berarti tebal
bitumen padatnya sekitar 70 mtr, panjang sebaran
kearah jurus diperkirakan sekitar 3.000 mtr;
Bitumen
padat
daerah
Ampang
Nago
diperkirakan mengalami pensesaran, secara umum
lapisannya miring kearah baratdaya dengan sudut
kemiringan berkisar antara 60o – 70o. Tebal total lapisan
sekitar 150 mtr, berarti tebal bitumen padatnya
sepertiga dari 150 mtr yaitu sekitar 50 mtr, panjang
sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 2.000 mtr.
Blok Kolok meliputi daerah Sangkarewang dan
Kolok, secara umum perlapisan bitumen padat daerah
Sangkarewang miring kearah utara dengan sudut
kemiringan berkisar antara 5o – 48o. Tebal total lapisan
sekitar 250 mtr, berarti tebal bitumen padatnya sekitar
125 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan
sekitar 3.500 mtr; Secara umum perlapisan bitumen
padat didaerah Kolok miring kearah timurlaut dengan
sudut kemiringan berkisar antara 13o – 40o. Tebal total
lapisan sekitar 150 mtr, berarti tebal bitumen padat
sekitar 75 mtr, panjang sebaran kearah jurus
diperkirakan sekitar 4.500 mtr.
Blok Sapan meliputi daerah Sumpahan dan
Sapan; Secara umum perlapisan didaerah Sumpahan
timurlaut dengan sudut kemiringan lapisan berkisar
antara 30o – 65o. Tebal total lapisan sekitar 200 mtr,
berarti tebal lapisan bitumen padatnya sekitar 160 mtr,
panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 1.500
mtr; Umumnya perlapisan bitumen padat didaerah
Sapan miring kearah timurlaut dengan sudut
kemiringan lapisan berkisar antara 18o – 35o. Tebal total
lapisan sekitar 220 mtr, berarti tebal bitumen padat
sekitar 180 mtr,
panjang sebaran kearah jurus
diperkirakan sekitar 2.500 mtr.
KUALITAS BITUMEN PADAT
Dari hasil analisis retort diperoleh kandungan
minyak sebagai berikut, di lokasi bor TL-1 (Blok
Kumbayau) kandungan minyak rata-ratanya adalah
10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 (Blok Sapan) adalah
19,13 l/ton, sedangkan hasil analisis retort dari
singkapan tidak dirata-ratakan karena dari setiap daerah
hanya dianalisis satu conto. Hasil analisis dari
singkapan yang paling tinggi adalah dari daerah Kolok
yaitu 15 l/ton. Berdasarkan hasil analisis retort
menunjukan bahwa kandungan minyak yang paling
tinggi didaerah Sawah Lunto adalah di lokasi bor TL-2
(Blok Sapan), yang rata-ratanya 19,13 l/ton. Kandungan
minyak pada conto-conto dekat permukaan umumnya
lebih kecil jika dibandingkan dengan conto-conto pada
bagian yang lebih dalam. Kandungan minyak di lokasi
bor TL-1 menurun lagi pada kedalaman 56,18 m –
61,40 m. Dari variasi kandungan minyak pada tiap-tiap
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
conto yang berbeda menunjukan bahwa distribusi
kandungan organik secara vertikal tidak merata.
Hasil analisis retort dari penyelidik terdahulu (
Syufra dkk, 2001) di Blok Kumbayau mencapai
40 l/ton, Blok Kolok mencapai 64 l/ton dan di
Blok Sapan mencapai 52 l/ton.
Dari analisis total organik karbon (TOC)
sebanyak 60 conto inti bor secara umum
menunjukan kandungan karbon yang tinggi yaitu
berkisar antara 3,10 – 5,66 % (tabel 8,9,10),
angka tersebut termasuk kedalam katagori batuan
induk sangat bagus (very good) sampai istimewa
(excelent), karena menurut Peters (1993)
kandungan TOC
yang termasuk
kedalam
katagori batuan induk sangat bagus (very good)
adalah ≥ 2%.
Berdasarkan kombinasi antara TOC dan
pirolisis Rock Eval menunjukan bahwa bitumen
padat daerah Talawi merupakan batuan sumber
dengan katagori sangat bagus (potential yield >
10mg/gr. Dari plot antara TOC terhadap potential
yield (PY) maupun hidrogen index (HI)
menunjukan potensi yang sangat bagus (very
good) sampai istimewa (excellent).
Hidrogen index yang tinggi yang
berkisar antara 358 – 608 menunjukan
kerogen tipe II. Untuk batuan induk tipe
seperti ini apabila sudah mencapai
kematangan thermal akan menghasilkan
minyak. Plot antara Tmax dengan hydrogen
index (HI) menunjukan bahwa bitumen padat
Formasi Sangkarewang sebagai batuan
sumber minyak
Angka index produksi (PI) yang rendah
(>1
seringkali dijumpai pada batuan sedimen berumur muda
atau yang masih rendah tingkat kematangan termalnya
(Bray & Evans, 1961; Tissot dkk., 1984). Kondisi
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
seperti ini dijumpai pada seluruh conto yang
dianalisis yang menunjukkan rasio CPI antara
1,19 dan 1,32, oleh karena itu tingkat kematangan
yang cukup untuk membentuk hidrokarbon
optimal belum terpenuhi.
Dari data biomarker fraksi saturat terlihat
bahwa komposisi sterana conto minyak MLO
lebih dekat dengan conto bitumen padat TL-1/34.
Namun baik conto minyak MLO maupun conto
bitumen padat TL-1/34 dan MLK-4 menunjukan
kesamaan bahan organik dan lingkungan
pengendapannya yaitu danau atau lacustrine.
Perbedaan tingkat kematangan termal pada
ketiga conto yang dianalisis menunjukan bahwa
kondisi geologi pada Formasi Sangkarewang
tidak sama, walaupun bahan organiknya
menunjukan kesamaan yaitu yang berasal dari
algal dan tumbuhan darat.
SUMBERDAYA
Batasan perhitungan sumberdaya bitumen
padat didasarkan pada kondisi geologinya.
Rumus untuk menghitung sumberdaya adalah :
Sumberdaya (ton)= Panjang (m) x Tebal (m) x
Lebar (m) x Berat Jenis ( ton/m3). Sumberdaya
bitumen padat daerah Sawah Lunto adalah
1.392.083.000 ton, yang berdasarkan Klasifikasi
Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standar
Nasional Indonesia (SNI) amandemen 1-SNI
135014-1998 dari Badan Standarisasi Nasional,
termasuk
kedalam
sumberdaya
hipotetik
(“hypothetic”).
Untuk menghitung sumberdaya minyak
digunakan
beberapa
parameter.
Dalam
perhitungan sumberdaya minyak, kandungan
airnya harus dijadikan nol atau biasa disebut
“liters per tonne at zero moisture” (LTOM),
maksudnya supaya kandungan minyak dalam
suatu lapisan bitumen padat pada suatu formasi
dapat dengan mudah dibandingkan dengan
kandungan minyak dalam lapisan lainnya atau
formasi lainnya. Sumberdaya minyak daerah
inventarisasi
adalah
309.977.441
barrel.
Klasifikasi sumberdaya minyak yang dihitung
disini masih sulit ditentukan karena belum ada
yang bisa dijadikan acuan, tapi untuk saat ini
diklasifikasikan kedalam sumberdaya hipotetik.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut
1. Secara geologi daerah Talawi termasuk kedalam
cekungan intramontane yang dinamakan Cekungan
Ombilin.
2. Formasi pembawa bitumen padat didaerah Talawi
adalah Formasi Sangkarewang yang menurut P.H.
Silitonga dan Kastowo (1995) berumur Oligosen.
3. Didaerah Talawi terdapat 3 (tiga) blok bitumen padat,
yaitu Blok Kumbayau, Blok Kolok dan Blok Sapan.
Tebal bitumen padat di Blok Kumbayau berkisar
antara 30 m- 80 m, panjang sebaran berkisar antara
2000 m – 4000 m, sumberdayanya 351.428.000 ton.
Tebal bitumen padat di Blok Kolok berkisar antara
75 m – 125 m, panjang sebaran berkisar antara 3500
m - 4500 m, sumberdayanya 568.095.000 ton. Tebal
bitumen padat di Blok Sapan berkisar antara 160 m –
180 m, panjang sebaran berkisar antara 1500 m 2500 m sumberdayanya 472.560.000 ton.
4. Di Kolok Tengah ditemukan sumur bor yang
didalamnya terdapat minyak bumi.
5. Berdasarkan hasil analisis retort kandungan minyak
rata-rata di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau adalah
10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan adalah
19,13 l/ton dan kandungan minyak pada singkapan
KLM-1 Blok Kolok adalah 15 l/ton.
6. Kandungan total organik karbon bitumen padat
daerah Sawah Lunto berkisar antara 3,10 //ton – 5,66
l/ton, angka tersebut mencirikan sebagai batuan
induk sangat bagus. Berdasarkan “potential yield”
yang umumnya >10 mg/gr termasuk kedalam batuan
induk/sumber dengan katagori sangat bagus dan
termasuk kedalam batuan induk tipe II
7. Tmax bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar
antara 434oC – 443oC, termasuk kedalam katagori
belum matang sampai awal matang.
8. Kandungan ekstrak bitumen dari hasil ekstraksi
fraksinasi organik mater (EOM) di lokasi bor TL-1
Blok Kumbayau 2.382 ppm – 2.715 ppm, di lokasi
bor TL-2 Blok Sapan 5.665 ppm – 6.039 ppm,
sedangkan dari singkapan MLK-4 Blok Kolok
adalah 1.343 ppm.
9. Berdasarkan hasil analisis gas chromatography, conto
minyak dari lokasi MLO dan conto bitumen padat
dari MLK-4 telah mengalami biodegradasi, yang
terlihat dari konfigurasi sidikjarinya.
10. Dari rasio pristane dan pythane di TL-1 Blok
Kumbayau menunjukan lebih banyak oksigen,
sedangkan di TL-2 Blok Sapan lebih reduktif.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
11.
Dari data biomarker fraksi saturat
menunjukan bahwa komposisi sterana conto
minyak lokasi MLO lebih dekat dengan conto
bitumen padat lokasi TL-1/34.
12. Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya
batuan daerah Sawah Lunto sekitar
1.392.083.000 ton.
13. Sumberdaya minyak daerah sawah Lunto
sekitar 309.977.441 Barrel, yang termasuk
dalam katagori hipotetik
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Syufra, (2001). Eksplorasi Bitumen Padat
Dengan Outcrop Drilling di daerah
Talawi dan sekitarnya, Kodya
Sawahlunto, Provinsi Sumatera
Barat, Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Bandung,
Laporan.
Koesoemadinata R. P., & Matasak Th., 1981 ;
Stratigraphy and Sedimentation
Ombilin Basin Central Sumatera
(West Sumatera Province),
Proceeding, IPA, Tenth Annual
Convention.
Koning T., 1985 ; Petroleum Geology of The
Ombilin Intramontane Basin,
Proceeding, IPA, Fourteenth Annual
Convention.
Peters K. E. and Moldowan J. M., 1993 ; The
Biomarker
Guide,
Interpreting
Molecular Fossils in Petroleum and
Ancient Seiments, Prentice-Hall,
Englewood Cliffs, N. J.
Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 : Peta Geologi
Lembar Solok, Sumatera, Peta
Geologi bersistem Sumatera, PPPG,
Bandung.
Tissot B. P. and Welte D. H., 1984 ; Petroleum
Formation and Occurrence, Second
Revised and Enlarged Edition,
Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg,
Newyork,
Tokyo.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
DAERAH INVENTARISASI
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Inventarisasi
Tabel 1. Strtigrafi Cekungan Ombilin
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PETA INDEK
PROV. SUMATERA
UTARA
Rao
Pasarontang
695.000
690.000
S. Kamp
Panti
700.000
g
Tmol
LUBUK SIKAPING
9.940.000
Rawanmaung
Kota Tengah
ar
Air Bangis
PROVINSI RIAU
S. Manat
Malampah
0° LS
Sasak
Nanduobalas
PAYAKUMBUH
BUKITTINGGI
Padang Arah Koto Alam
LUBUK BASUNG
Balung
BATUSANGKAR
Buo
S. Ombili
n
rak
gka
E
LA
T
SIJUNJUNG
Silungkang Tanjunggadang
Pulaupunjung
SOLOK
M
E
N
1° LS
Sungaidareh
PADANG
Kotabaru
TA
Tob
W
Terusan
A
I
0°34'00"LS
PAINAN
KBY-7
KBY-9
KBY-6
KBY-5
30°
40°
23°
Taratak
KBY-8
60°
Tmol
Balaisalasa
SJT-5
20°
bilin
S. Om
KBY-4
KBY-2
30°
PROVINSI JAMBI
2° LS
15°
Indrapura
Tapan
pang
S. Si
TL-1
KBY-3
to
Talawi S. Lun
SAWAHLUNTO
Sin
S
PARIAMAN
Tmou
g
D
AN-3
70°
PADANG PANJANG
Bangkuang
g
B
Na
D.
o
AN-2
ng
pa
m
AN-1 t. A
B
65°
AN-1A
80°
70°
15°
18°
SJT-4
9.935.000
100° BT
101° BT
SJT-3
Daerah Penyelidikan
28°
SJT-2
Qpt
U
30°
35°
Kebon Tinggi
SJT-1
qp
0°36'00"LS
SKR-4
SKR-5
SKR-6
SKR-12
TRtl
20° 20°
5°
30°
Sijantang Koto
25°
S. Sangkarewa
ng
20°
15°
SKR-10
PR-2
KL-1
SKR-3
48°
SKR-11
SKR-1
SKR-2
20°
15°
20°
25°
SKR-8
SKR-13
SKR-7
GA-1
Skala 1 : 50.000
SM-1
SM-2
25°
MLK-2
SKR-14
SKR-9
40°
20°
15°
A
F
Ps
MLK-1
1
0
C
0°38'00"LS
0
PR-1
MLK-3
MLK-4/5
2
3
4
5 Cm
2
2.5 Km
1
Sijantang
Keterangan :
40°
9.930.000
qp
Tmou
Anggota Atas Formasi Ombilin
Tmol
Anggota Bawah Formasi Ombilin
SAN-2
TRtl
TALAWI
25°
KLM-2
25°
Tob
Talagogunung
qp
Tos
E
Formasi Sangkarewang
Tob
Formasi Brani
Trts
Anggota Batu Sabak dan Serpih Formasi Tuhur
TRtl
Anggota Batu Gamping Formasi Tuhur
SAN-1
KBY-1
18°
Tmol
15°
SP-2
0°40'00"LS
TL-2
Psl
g
35°
Granit
35°
S.
SMP-4
Su
40°
ah
mp
SMP-5
Paninjauan
Anggota Batu Gamping Silungkang
TG-1
20°
SP-1
35°
SMP-2
gd
Granodiorit
Ps
Formasi Silungkang
an
65°
30°
Ps
SMP-6
SMP-3
9.925.000
Ps
Sawah Lunto
Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan
Pcks
g
Struktur
PCks
Batas Formasi
Sungai
0°42'00"LS
Air
S.
Jalan
k
bu
m
tu
Ba
KBY-3
Singkapan Bitumen Padat
15
g
TL-2
gd
Lubang Bor
SM-2
Sumur Minyak
Tmou
Ps
Lapisan Bitumen Padat
9.920.000
Psl
g
Kota / Kampung
A
Ps
0°44'00"LS
B
Garis Penampang
g
100°40'00"BT
100°42'00"BT
100°44'00"BT
100°50'00"BT
100°48'00"BT
100°46'00"BT
PEN AM PAN G GEOLOGI
SKALA
S. Sangkarewang
S. Ombilin
250
0
-250
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
V ERTI KAL
1 : 5 0 .0 0 0
H ORI ZON TAL
S. Malakutan
S. Ombilin
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
250
Tob
Psl
Tos
Tos
0
Tos
Tmol
Tob
-250
Tos
Qpt
Psl
Tos
Tos
Ket er an ga n :
250
0
-250
Tob
Tos
Tos
Tmol
Sesar
Bagian m enj auh
Bagian m endekat
Bit um en padat dalam F. Sangkarew ang ( Tos)
g
Tos
PETA GEOLOGI DAN SEBARAN BITUMEN PADAT
DAERAH TALAWI DAN SEKITARNYA
KOTAMADYA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT
Disusun : Ir. Deddy Amarullah
Diperiksa : Ir. Deddy Amarullah
Tahun
Digambar : Dede Ibnu
Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc
No. Peta : 1
Gambar 2. Peta Geologi dan Sebaran Bitumen Padat Daerah Talawi
: 2007
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
TOC vs POTENTIAL YIELD
Tipe:
TOC vs HYDROGEN INDEX
Lokasi: Sumatra Barat
Sample permukaan
Tipe:
800
TL-1/23
100.0
TL-2/5
TL-2/18
TL-2/22
TL-2/30
10.0
KLM-1
Fa ir
SKR-11
SJ-1
AN-1
1.0
O il
H y d r o g e n In d e x (H I)
TL-1/42
20.0
Legenda:
TL-1/9
TL-1/23
700
TL-1/34
TL-1/34
TL-1/42
600
TL-2/5
TL-2/18
TL-2/22
500
TL-2/30
KLM-1
400
SKR-11
SJ-1
O il & G a s
E x c e lle n t
Legenda:
TL-1/9
G o od V.G oo d
Lokasi: Sumatra Barat
Sample permukaan
900
Po o r
300
AN-1
200
100
0.1
0.1
1.0
Poor
Gambar 3. Plot
Fair
Good
10.0
V. Good
0
100.0
0.1
1.0
Excellent
Fair
Poor
TOC (wt % rock)
10.0
Good
V. Good
TOC (wt % rock)
100.0
Excellent
Antara TOC
Terhadap Potential Yield dan Hydrogen Index
HI (mg HC/g TOC)
Tipe: Sample permukaan
Lokasi: Sumatra Barat
1000
0.6 iso-reflectance
900
Legenda:
800
TL-1/9
TL-1/34
TL-2/5
TL-2/22
KLM-1
SJ-1
TIPE I
Oil
700
600
TL-1/23
TL-1/42
TL-2/18
TL-2/30
SKR-11
AN-1
500
TIPE II
Mixed
400
Gambar 4. Plot Antara
300
1.2
200
Gas
S 1 + S 2 (P o te n tia l Y ie ld ) in m g /g r o c k
1000.0
100
Tmax Dengan Hydrogen Index
TIPE III
0
390
405
420
435
450
465
480
495
510
525
0
Tmax ( C)
I m m a t ur e
Oil Zone
Ga s Zone
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Kode
Conto
Sidikjari Gas Chromatography
Terbiodegradasi
MLO (Minyak)
300000
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
Pr
225000
150000
Ph
C17
75000
: 4.61
: 14.93
: 2.33
:-
C18
0
2
6
10
24000
18
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
Pr
19000
MLK-4
14
Terbiodegradasi
: 6.04
: 6.06
: 1.53
: 1.32
Ph
14000
C27 C28 C29 C30
C31
C32
C22
9000
C13
C14
C15 C C17
16
C18 C19
C21
C20
C23 C24 C25 C26
C33
4000
2
6
10
14
18
Gambar 5. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dan Minyak
Yang Tersingkap di Permukaan
Kode
Conto
Sidikjari Gas Chromatography
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
TL-1/23
Pr
: 3.92
: 2.31
: 0.86
: 1.32
46500
C27 C29
C16
C15
32000
C18 C19
C24 C25 C26 C28
Ph C20 C21 C22 C23
C13 C14
C30 C31
C32
C17
17500
C33
3000
2
6
10
14
18
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
TL-1/34
100000
Pr
C27
75000
C26
C15
50000
C13
C14
C25
C23 C24
C16
C29
C28
C30 C31
C17 C18 C19 C20 C21 C22
C11
25000
C32
Ph
C12
: 4.12
: 1.95
: 0.84
: 1.32
C33
0
2
6
10
14
18
Gambar 6. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dari Inti Bor TL-1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Kode
Conto
Sidikjari Gas Chromatography
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
Pr
C27
TL-2/18
54000
C26
44000
Ph
34000
C15 C16
C13 C14
24000
C23 C25
C18 C19
C17
C21 C22
: 1.92
: 2.58
: 1.25
: 1.13
C31 C32
C29
C28
C30
C24
C20
C33
C12
14000
C11
4000
2
6
10
14
18
Pr/Ph
Pr/nC17
Ph/nC18
CPI
C27
78000
TL-2/22
Pr
C26
53000
Ph
C18 C19
C15
C13
28000
C12
C14
C25
C21 C22 C23 C24
: 1.79
: 2.14
: 1.31
: 1.19
C29
C28
C31 C32
C30
C20
C16
C33
C17
C11
3000
2
6
10
14
18
Gambar 7. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dari Inti Bor TL-2