Hubungan Antara Asam Urat Dan Hba1c Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Chapter III VI

17

METODE PENELITIAN

3.1.

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji cross sectional.

3.2.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di poliklinik rawat jalan dan rawat inap di

RSHAM Medan dengan persetujuan Komisi Etik Penelitian FK USU,
dilaksanakan mulai bulan Mei 2014 – Juli 2014 atau hingga subjek penelitian ini
tercukupi.

3.3.

Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat di
poliklinik dan ruang rawat inap Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
- Kriteria inklusi
a. Subjek DM tipe 2 dengan usia diatas 17 tahun baik pria waupun wanita.
b. Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan ikut serta
dalam penelitian secara sukarela dan tertulis (informed concent).
- Kriteria eksklusi
a. DM tipe 1
b. Anemia (laki-laki Hb 7 mg/dl terdapat
sebanyak 19 orang (55,9%) sedangkan dengan kadar asam urat ≤ 7 mg/dl terdapat
sebanyak 40 orang (83,3%).
Tabel 4.4. Kadar Asam Urat pada DM Terkontrol dan TidakTerkontrol
Asam Urat
DM Terkontrol DM Tidak Terkontrol
P

> 7 mg/dl
≤ 7 mg/dl
*Signifikan

15 (44,1)
8 (16,7)

19 (55,9)
40 (83,3)

0,006*

4.1.5. Hubungan Kadar Asam Urat dengan Kadar Gula Darah Puasa dan
Kadar Gula Darah 2 Jam PP
Dengan menggunakan uji korelasi spearman diperoleh hubungan yang signifikan
antara kadar asam urat dan kadar gula darah puasa (p=0,002), dengan nilai r
(korelasi) = -0,338. Hal ini menunjukkan bahwa kadar asam urat berkorelasi

Universitas Sumatera Utara


26

sedang dengan kadar gula darah puasa dan bersifat negatif yang berarti dengan
peningkatan kadar gula darah puasa maka kadar asam urat akan berkurang.
Dengan menggunakan uji korelasi spearman diperoleh hubungan yang
signifikan antara kadar asam urat dan kadar gula darah 2 jam PP (p=0,004),
dengan nilai r (korelasi) = -0,318. Hal ini menunjukkan bahwa kadar asam urat
berkorelasi sedang dengan kadar gula darah 2 jam PP dan bersifat negatif yang
berarti dengan peningkatan gula darah 2 jam PP, maka kadar asam urat akan
berkurang.

Tabel 4.5. Korelasi Spearman Asam Urat dengan Kadar Gula Darah PuasaDan
Kadar Gula Darah 2 Jam PP
Parameter
Asam Urat
P
0,002*
0,004*

KGD Puasa

KGD 2 Jam PP
*Signifikan

A

r
- 0,338
- 0,318

B

Gambar 4.3.Grafik Scatterplot hubungan Kadar GulaDarahPuasa dan asam
urat(A); Kadar Gula Darah 2 Jam PP dan asam urat (B)

Universitas Sumatera Utara

27

BAB V
PEMBAHASAN


Peningkatan

konsentrasi

asam

urat

serum

memegang

peranan

pada

terjadinyamorbiditas pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dimana terjadi efek
enzimatik xantin oksidase yang akan meningkatkan produksireactive oxygen
species (ROS) dan asam urat. Hal ini akan menimbulkan stres oksidatif

danmemicu terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin sendiri mengakibatkan
hiperinsulinemiayang dapat meningkatkan reabsorbsi natrium dan air termasuk
asam urat dari tubulus ginjal.Beberapa studi epidemiologi menunjukkan peranan
hiperurisemia terhadap kejadian DM dan metabolik sindrom pada populasi sehat
dan pre-diabetes. Namun beberapa studi lain melaporkan adanya efek protektif
DM terhadap terjadinya hiperurisemia dan gout yang kemungkinan terjadi oleh
karena adanya efek urikosurik pada KGD >180 mg/dL bersamaan dengan adanya
efek glukosuria.44,46
Studi potong lintang yang melibatkan 82 subjek penelitian ini menemukan
korelasi negatif yang signifikan antara HbA1C dan kadar asam urat pada pasien
DM tipe 2 dimana semakin tinggi nilai HbA1C, maka kadar asam urat justru
semakin menurun (r=-0,407; p=0,0001). Hasil studi ini sesuai dengan studi
sebelumnya yang dilakukan oleh Choi HK et al (2008)13dan Kaur A et al (2012)14
yang melaporkan bahwa serum asam urat meningkat seiring peningkatan HbA1C
pada rentang 6 - 6,9% namun kemudian terjadi penurunan serum asam urat seiring
peningkatan HbA1C > 7% (Bell shaped relation).46
Pada studi ini dijumpaiperbedaan rerata kadar asam urat yang signifikan
antara kelompok pasien DM terkontrol dan DM tidak terkontrol (p=0,006). Studi
ini juga menemukan korelasi negatif yang signifikan antara asam urat dengan
kadar gula darah puasa (r=-0,338; p=0,002) dan kadar gula darah 2 jam PP (r=0,318; p=0,004). Hasil studi ini sesuai dengan beberapa studi sebelumnya seperti

studi yang dilakukan oleh Meera KS et al (2011) melaporkan korelasi negatif
antara serum asam urat dengan KGD pada pasien DM tipe 2.17

Universitas Sumatera Utara

28

Demikian juga dengan studi Nan H et al (2006) melaporkan hubungan
yang linear antara serum asam urat dengan KGD puasa dan 2 jam post prandial
namun hal ini hanya terjadi pada peningkatan KGD puasa sampai 7,0 mmol/L dan
KGD prandial 10 mmol/L. Serum asam urat kemudian menurun signifikan seiring
peningkatan KGD puasa >7 mmol/L dan peningkatan KGD prandial >10
mmol/L.Beberapa studi terdahulu juga melaporkan bahwa serum asam urat pada
DM lebih rendah jika dibandingkan dengan pre-diabetes dan populasi sehat
terutama pada pasien DM dengan KGD >10 mmol/L (>180 mg/dL). 22
Rodriguez LAG et al juga melaporkan prevalensi gout pada pria DM lebih
rendah 41% dibandingkan populasi sehat dan melaporkan hubungan yang
berlawanan antara insidensi gout dan hiperurisemia dengan DM dimana hubungan
yang berlawanan ini lebih kuat pada DM tipe 1 dibandingkan DM tipe 2. 19
Studi


kohort

prospektif

berskala

besar

melaporkan

prevalensi

hiperurisemia sekitar 74% pada subjek pre-diabetes dibandingkan subjek sehat,
namun prevalensi hiperurisemia justru 63% lebih rendah pada subjek DM
terutama pada laki-laki. Studi tersebut menyimpulkan bahwa hiperurisemia
merupakan faktor prediktif untuk mempercepat terjadinya DM pada pre-diabetes
dan sebaliknya pre-diabetes berisiko tinggi mengalami hiperurisemia dan gout.
Namun justru terjadi efek protektif terhadap kejadian hiperurisemia dan gout
setelah terjadinya DM dan efek protektif ini mempunyai korelasi positif yang

signifikan dengan durasi DM.4
Hipotesis yang dapat menjelaskan hal ini adalah oleh karena
meningkatnya efek urikosurik pada KGD >180 mg/dL seiring dengan munculnya
efek glukosuria. Teori lain yang dapat menjelaskan hal ini adalah meningkatnya
respons inflamasi pada DM mungkin secara langsung justru memiliki efek
protektif terhadap kejadian gout dan hiperurisemia yang secara langsung
menghasilkan respons inflamasi yang intens terhadap kristal urat yang memiliki
efek anti oksidan dan radikal bebas.18-20Asam urat diketahui berfungsi sebagai
antioksidan dan mungkinmerupakan antioksidan yang paling penting dalam
plasma dengan kontribusimencapai 60% dari seluruh aktivitas radikal bebas
dalam serum manusia. Asamurat bekerja dengan berinteraksi dengan 10 sampai
15% radikal hidroksil yangdiproduksi setiap hari dan dengan memusnahkan

Universitas Sumatera Utara

29

radikal peroksil dan oksigentunggal dengan efisien. Asam urat merupakan salah
satu antioksidan sekunderdalam tubuh. Artinya dalam kadar normal, asam urat
akan mampu menangkal radikal bebas yang ada di dalam tubuh, namun dalam

jumlah berlebihan akanmemberikan efek negatif bagi tubuh. 29,35Kristal-kristal urat
ini dapat langsung memulai, memperkuatdan mempertahankanserangan inflamasi
yang intens karena kemampuannya untuk merangsang sintesis danmelepaskan
mediator inflamasi humoral dan seluler. Hal inilah yang kemungkinan mendasari
hubungan terbalik antara DM dengan hiperurisemia.38-41
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa hubungan antara hiperurisemia dan
diabetes terletak pada gen SCL2A9 dan gen lainnya yangmungkin

belum

teridentifikasi. SCL2A9 pertama kali dikenal untuk mengkodekan transporter
glukosa / fruktosa, GLUT9, yang dinyatakan dalam 2 isoform berbeda dalam hati,
ginjal, usus, leukosit, dan kondrosit. Dalam suatu studi genom, SCL2A9/GLUT9
diidentifikasi sebagai transporter utama asam urat di tubulus proksimal
ginjal.Sehingga adanya alel SCL2A9 tertentu telah terbukti sangat terkait dengan
peningkatan risiko hiperurisemia dan gout dalam populasi yang berbeda. Alel
SCL2A9 juga telah terbukti secara signifikan dipengaruhi oleh peningkatan
indeks massa tubuh.42,43
Dari penelitian ini, kami memperoleh hubungan terbalik baik pada
hubungan asam urat dengan nilai HbA1C, kadar gula darah puasa dengan 2 jam

PP. Seharusnya secara teoritis bahwa keadaan tersebut di atas akan mengalami
hiperurisemia namun hasil penelitian kami malah sebaliknya bahwa tidak terjadi
peningkatan asam urat. Hal ini diduga disebabkan adanya mekanisme yang
dicurigai mengalami gangguan seperti terganggunya mekanisme katabolisme
purin atau gangguan sintesis asam urat oleh karena proses inflamasi kronis.46,53,54
Di samping itu bahwa beberapa orang yang telah lama menderita penyakit
diabetes atau penyakit kronis akan mempengaruhi komponen inflamatori sitokin
yang sangat berperan pada patogenesis diabetes. Beberapa mekanisme
dipertimbangkan sebagai sesuatu yang mempengaruhi sitokin pada metabolisme
lemak juga penting dalam peningkatan kombinasi sitokin yang berbeda.Sebagai
contoh,

IL-6

danIL-1β

pada

hatiakanmenghasilkandislipidemiadengan

karakteristiksindrom metabolik, peningkatanVLDLdan penurunanHDL. Namun

Universitas Sumatera Utara

30

peningkatan

gabunganIL-6

danIL-1β

secara

dramatisakanmeningkatkan

54

ekspresiproteinfase akut tidak pada fase kronis. Estrogenjuga memiliki sifat antiROS yang akan menghambat NF-KB sehinggapembentukan sitokin-sitokin
proinflamasi juga dihambat.48
Causevic A et al (2010) melaporkan bahwa hiperurisemia pada pasien DM
berhubungan dengan sindrom resistensi insulin, perburukan toleransi glukosa dan
mempercepat terjadinya nephropati sementara hipourisemia berhubungan dengan
tidak adekuatnya kontrol metabolik, hiperfiltrasi dan memperlambat terjadinya
overt nephropati.43,55
Keterbatasan pada penelitian ini tidak menilai langsung terhadap aspek
faktor-faktor risiko yang mungkin mempengaruhi hasil asam urat baik pada faktor
katabolisme purin ataupun respon sistemik inflamasi kronis oleh karena sel
monosit yang berkurang serta adanya kontrol metabolik yang buruk, hiperfiltrasi
ginjal dan overt nephropati sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut di masa
akan datang terhadap faktor-faktor tersebut.

Universitas Sumatera Utara

31

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN
Dari hasil studi ini, disimpulkan bahwa:
1. Dijumpai korelasi negatif yang signifikan antara HbA1C dengan kadar
asam urat pada pasien DM tipe 2 dimana semakin tinggi nilai HbA1C,
maka kadar asam urat semakin menurun.
2. Dijumpai perbedaan yang signifikan rerata kadar asam urat pada DM
terkontrol dengan DM tidak terkontrol.
3. Dijumpai korelasi negatif yang signifikan antara kadar asam urat dengan
kadar gula darah puasa dan 2 jam PP pada pasien DM tipe 2 dimana
semakin tinggi kadar gula darah puasa dan 2 jam PP maka kadar asam urat
semakin menurun.

6.2 SARAN
Asam urat telah diidentifikasi sebagai penanda untuk sejumlah kelainan
metabolik dan hemodinamik dimana peningkatan konsentrasi asam urat serum
memegang peranan pada terjadinyamorbiditas pada pasien diabetes melitus tipe
2.Kondisi hiperurisemia berperan terhadap kejadian DM dan metabolik sindrom
pada populasi sehat dan pre-diabetes.Namun sebaliknya pada kondisi DM justru
terjadi efek protektif untuk terjadinya hiperurisemia.Namun perlu dilakukan studi
lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar, waktu yang lebih lama dan
metodologi penelitian yang lebih baik di masa mendatanguntuk menilai hal ini.

Universitas Sumatera Utara