TOR Kunjungan Lapangan IPD 2012, jatim
Lampiran Surat No.
/Dt.7.4/10/2012
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA ACUAN
KUNJUNGAN LAPANGAN FGD INDEKS PEMBANGUNAN
PERDESAAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERDESAAN
DIREKTORAT PERKOTAAN DAN PERDESAAN
BAPPENAS
2012
0
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ditinjau dari topografi, wilayah Indonesia terdiri dari berbagai pulau dan kepulauan
dengan karakteristik dan tipologi yang bermacam-macam. Sejak tahun 2001 Indonesia
melaksanakan kebijakan desentralisasi yang antara lain berimplikasi pada terus
bertambahnya jumlah provinsi dan kabupaten/kota (termasuk desa). Pada tahun 2010 secara
administratif wilayah Indonesia terbagi menjadi atas 33 provinsi, 404 kabupaten, dan 98 kota.
Wilayah tersebut meliputi 6.543 kecamatan, 67.172 desa, dan 8.072 kelurahan. Dari kondisi
ini terlihat bahwa wilayah Indonesia memiliki kawasan perdesaan yang sangat besar. Kawasan
perdesaan di Indonesia tersebar pada daerah-daerah yang secara geografis berbeda seperti di
daerah pesisir pantai atau kepulauan, daerah pegunungan, daerah pedalaman atau wilayah
terisolir. Kawasan perdesaan juga bahkan mempunyai tingkat kemampuan potensi sumber
daya alam dan tingkat perkembangan yang berbeda-beda, dimana pernah dikelompokkan ke
dalam tipologi desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada.
Kawasan perdesaan menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional didefinisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi. Dikarenakan terkonsentrasi sebagai penghasil bahan mentah pertanian, maka
kawasan perdesaan dianggap berfungsi sebagai kawasan penghasil, walaupun dapat
berkembang menjadi kawasan agroindustri dan kawasan lainnya sesuai dengan kondisi dan
karakteristik yang dimiliki oleh wilayah perdesaan tersebut.
Pendekatan pembangunan saat ini yang lebih menonjolkan pertumbuhan ekonomi
secara cepat, mengakibatkan pertumbuhan di kawasan perdesaan sangat jauh tertinggal
dibandingkan dengan kawasan perkotaan, bahkan mendorong percepatan urbanisasi.
Percepatan urbanisasi ini selain menimbulkan akibat akibat positif juga menimbulkan
dampak negatif yakni terserapnya sumberdaya yang dimiliki perdesaan oleh kawasan
perkotaan, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (migrasi dari desa ke kota).
Sementara itu, kawasan perdesaan masih saja menghadapi permasalahan klasik seperti
(a) masih belum optimalnya peran dan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah
desa, (b) masih rendahnya kualitas dasar dan keberdayaan manusia perdesaan, (c) masih
terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas, (d) masih rendahnya akses terhadap
permodalan, (e) masih rendahnya ketersediaan dan akses terhadap sarana prasarana, (f)
masih rendahnya tingkat ketahanan pangan, (g) meningkatnya degradasi sumber daya alam
dan lingkungan hidup, serta (h) belum optimalnya perlindungan kepada masyarakat,
masyarakat hukum adat, dan tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Selain itu tantangan
yang dihadapi juga masih beragam seperti sinergi pusat-daerah, sinergi antar-sektor, sinergi
antar-daerah, desentralisasi dan otonomi daerah, globalisasi, dan perubahan iklim.
Berdasarkan potensi serta permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi dalam
pembangunan perdesaan di Indonesia, maka perlu disusun suatu Indeks Pembangunan
Perdesaan yang dibutuhkan untuk dapat memetakan status/tingkat pembangunan desa-desa
di Indonesia, sehingga dapat ditentukan intervensi yang tepat bagi desa-desa sesuai dengan
kondisinya masing-masing.
Selain dari pada itu dan juga merupakan bagian dari amant UU No 25 tahun 2004, dan
UU No 17 tahun 2003 tentang keuangan negara dan UU No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah, maka akan dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
khususnya program dan kegiatan terkait pembangun perdesaan.
1
1.2.
Tujuan
Tujuan kegiatan kajian pengembangan indeks pembangunan perdesaan tahun 2012
adalah menyusun indeks pembangunan perdesaan dan mengetahui pemetaan serta evaluasi
berbagai program dan kegiatan pembangunan perdesaan. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, diperlukan pencapaian target sebagai berikut :
1.
Tersusunnya basis teoretis bagi penyusunan indeks pembangunan perdesaan
2.
Teridentifikasinya konstruk, variabel dan kriteria yang mencerminkan tingkat kemajuan
pembangunan perdesaan;
3.
Teridentifikasinya indikator-indikator pembangunan perdesaan;
4.
Teridentifikasi bobot masing-masing kriteria dan indikator pembangunan perdesaan;
5.
Tersusunnya indeks pembangunan perdesaan
6.
Terlaksananya pemetaan dan analisis berbagai program dan kegiatan pembangunan
perdesaan yang pernah dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga hingga tahun 2012
7.
Teridentifikasikannya permasalahan dan kendala yang dihadapi sampai dengan tahun
2012 dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perdesaan
2.
RUANG LINGKUP DAN MEKANISME KEGIATAN
Kegiatan ini dilakukan dengan mekanisme FGD. Melalui kegiatan ini diharapkan
dapat disusun suatu indeks pembangunan perdesaan untuk dapat memetakan status
dan tingkat pembangunan perdesaan di Indonesia serta evaluasi pembangunan
perdesaan.
2.1
Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam rangka kegiatan ini adalah Provinsi Jawa Timur.
2.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di
tingkat Provinsi yang telah ditentukan dengan melibatkan stakeholder kunci dalam
pembangunan perdesaan.
2.3 Ruang Lingkup Substansi
Isu Strategis penyusunan Indeks Pembangunan Perdesaan, diantaranya :
Kebutuhan pengukuran Indeks Pembangunan Perdesaan untuk mengukur
sampai mana mencapai visi pembangunan desa
Pentingnya membedakan pengukuran pembangunan perdesaan dalam aspek
laju pembangunan desa, hasil pembangunan desa, dan keragaman konteks
pembangunan desa
Perlunya konsistensi indeks pembangunan perdesaan untuk mengukur input,
proses, output, outcome, impact dari pembangunan
Perlunya basis data perdesaan yang konsisten dari tahun ke tahun dan sesuai
dengan kebutuhan pengukuran indeks pembangunan perdesaan
Arah pengukuran pembangunan perdesaan membutuhkan pusat data
perdesaan yang terpadu untuk data statistika, spasial, dan data kualitatif
perdesaan.
2
Adapun Dimensi Pembangunan Perdesaan yang menjadi ruang linkup dalam
kajian penyusunan indeks pembangunan perdesaan dan evaluasi pembangunan
perdesaan adalah :
Pengukuran tingkat pembangunan perdesaan
Pengukuran laju pembangunan perdesaan
Pengukuran keragaman perdesaan (atribut pembangunan perdesaan)
3.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan FGD Indeks Pembangunan Perdesaan dan evaluasi pembangunan
perdesaan di Daerah ini direncanakan akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 13 November 2012
Waktu
: Pukul 08.30 – 15.00
Tempat
: Bappeda Provinsi Jawa Timur
4. PESERTA
Peserta pada FGD Indeks Pembangunan Perdesaan di Daerah adalah:
1.
Bappeda Provinsi.
2.
Bappeda Kabupaten.
3.
Badan dan SKPD Tingkat Provinsi dan Kabupaten yang terkait
dengan pembangunan perdesaan, diantaranya :
a. Dinas Pertanian
b. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
c. Dinas Kelautan dan Perikanan
d. Dinas KUKM
e. Badan Pemberdayaan Masyarakat
f. Dinas Kehutanan
g. Dinas ESDM
h. Dinas Kesehatan
i. Dinas Pendidikan
j. SKPD lainnya yang terkait dengan pembangunan perdesaan.
4.
Organisasi Masyarakat Madani : LSM, ORMAS yang menangani
Pembangunan Perdesaan.
5.
Perguruan Tinggi daerah.
5. Data dan Informasi yang dibutuhkan
I. Data sekunder
1. Pidato dan lampiran pertanggungjawaban gubernur di depan DPRD tahun
2011 dan 2012
2. LAKIP SKPD-SKPD tahun 2011
3. Rencana kerja tahun SKPD tahun 2012
4. Provinsi dalam angka tahun 2011 dan 2012 (boleh dalam bentuk draft)
5. PDRB tahun 2011 dan 2012
II. Data Pendukung
3
1. Data “keberadaan” dan perubahan kondisi setempat:
a. Kondisi infrastruktur
b. Kondisi pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal
c. Kondisi kesehatan
d. Kondisi di bidang pertanian
e. Kondisi di bidang industri terutama industri kecil
f. Kondisi perkembangan usaha non pertanian
g. Tingkat kerawanan terhadap bencana dan kondisi penataan ruang
h. Kondisi kelembagaan dan modal sosial
i. Kondisi sosial budaya
2. Kebijakan dan program pembangunan perdesaan yang sudah dilakukan,
sedang dilakukan, atau direncanakan dilakukan:
a. Visi, misi, kebijakan dan strategi pembangunan perdesaan
b. Kebijakan dan program infrastruktur jalan, permukiman, sumberdaya air
c. Kebijakan dan program pertanian, perkebunan, hortikultura, kehutanan,
perikanan/kelautan
d. Kebijakan dan program pendidikan (formal dan non formal)
e. Kebijakan dan program kesehatan
f. Kebijakan dan program usaha non pertanian
g. Kebijakan dan program terkait upaya mitigasi bencana dan penataan
ruang
h. Kebijakan dan program terkait dengan sosial budaya dan keamanan
3. Permasalahan, potensi, harapan pembangunan perdesaan
a. Lokasi (letak strategis )
b. Infrastuktur
c. Pendidikan
d. Kesehatan
e. Pertanian
f. Industri kecil
g. Perkembangan usaha non pertanian
h. Penataan ruang dan mitigasi bencana
i. Kelembagaan dan modal sosial
j. Sosial budaya
k. Tingkat perpindahan penduduk dan alasan perpindahan
4. Kesimpulan
a. Kondisi “keberadaan/ jenis aspek pembangunan” paling penting tahun
2011 dan 2012
b. Kebijakan dan program paling penting tahun 2011 dan 2012
c. Masalah paling penting tahun 2011 dan 2012
d. Potensi paling penting tahun 2011 dan 2012
e. Harapan paling penting untuk tahun 2012 dan 2013
4
6.
AGENDA KEGIATAN
Jadwal Kunjungan Lapangan
Penyusunan Indeks Pembangunan Perdesaan dan Evaluasi Bidang Pembangunan Perdesaan
Di Prov. Jawa Timur, 13 November 2012
Hari/
Tanggal
Selasa,1
3
Novembe
r 2012
Acara
FGD Indeks
Pembangun
an
Perdesaan
di Kantor
Bappeda
Provinsi
Jawa Timur
Waktu
Kegiatan
Pelaksana
08.3008.45
Pembukaan
Perwakilan
Bappeda Provinsi
08.4510.30
Paparan
mengenai
Penyusunan
Indeks
Pembangunan
Desa
Diskusi dan Tanya
Jawab
Tenaga Ahli
Indeks
Pembangunan
Perdesaan
10.3011.30
11.3011.45
11.4513.15
13.1515.00
Kesepakatan
Indikator dalam
Indeks
Pembangunan
Perdesaan
ISHOMA
Diskusi terkait
Konfirmasi hasil
evaluasi
pembangunan
bidang perdesaan
Peserta
Bappeda Provinsi
Bappeda Kabupaten
Badan dan SKPD
Tingkat Provinsi dan
Kabupaten yang
terkait dengan
pembangunan
perdesaan:
o Dinas Pertanian
o Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi
o Dinas Kelautan dan
Perikanan
o Dinas KUKM
o Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
o Dinas Kehutanan
o Dinas ESDM
o Dinas Kesehatan
o Dinas Pendidikan
o SKPD lainnya yang
terkait
dengan
pembangunan
perdesaan.
Organisasi Masyarakat
Madani : LSM, ORMAS
yang menangani
Pembangunan
Perdesaan.
Perguruan Tinggi
daerah
Perwakilan
Bappeda Provinsi
dan Tenaga Ahli
Indeks
Pembangunan
Perdesaan
Tim Bappenas dan
Bappeda
Tim Bappenas,
Bappeda, dan
peserta rapat
5
/Dt.7.4/10/2012
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA ACUAN
KUNJUNGAN LAPANGAN FGD INDEKS PEMBANGUNAN
PERDESAAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERDESAAN
DIREKTORAT PERKOTAAN DAN PERDESAAN
BAPPENAS
2012
0
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ditinjau dari topografi, wilayah Indonesia terdiri dari berbagai pulau dan kepulauan
dengan karakteristik dan tipologi yang bermacam-macam. Sejak tahun 2001 Indonesia
melaksanakan kebijakan desentralisasi yang antara lain berimplikasi pada terus
bertambahnya jumlah provinsi dan kabupaten/kota (termasuk desa). Pada tahun 2010 secara
administratif wilayah Indonesia terbagi menjadi atas 33 provinsi, 404 kabupaten, dan 98 kota.
Wilayah tersebut meliputi 6.543 kecamatan, 67.172 desa, dan 8.072 kelurahan. Dari kondisi
ini terlihat bahwa wilayah Indonesia memiliki kawasan perdesaan yang sangat besar. Kawasan
perdesaan di Indonesia tersebar pada daerah-daerah yang secara geografis berbeda seperti di
daerah pesisir pantai atau kepulauan, daerah pegunungan, daerah pedalaman atau wilayah
terisolir. Kawasan perdesaan juga bahkan mempunyai tingkat kemampuan potensi sumber
daya alam dan tingkat perkembangan yang berbeda-beda, dimana pernah dikelompokkan ke
dalam tipologi desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada.
Kawasan perdesaan menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional didefinisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi. Dikarenakan terkonsentrasi sebagai penghasil bahan mentah pertanian, maka
kawasan perdesaan dianggap berfungsi sebagai kawasan penghasil, walaupun dapat
berkembang menjadi kawasan agroindustri dan kawasan lainnya sesuai dengan kondisi dan
karakteristik yang dimiliki oleh wilayah perdesaan tersebut.
Pendekatan pembangunan saat ini yang lebih menonjolkan pertumbuhan ekonomi
secara cepat, mengakibatkan pertumbuhan di kawasan perdesaan sangat jauh tertinggal
dibandingkan dengan kawasan perkotaan, bahkan mendorong percepatan urbanisasi.
Percepatan urbanisasi ini selain menimbulkan akibat akibat positif juga menimbulkan
dampak negatif yakni terserapnya sumberdaya yang dimiliki perdesaan oleh kawasan
perkotaan, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (migrasi dari desa ke kota).
Sementara itu, kawasan perdesaan masih saja menghadapi permasalahan klasik seperti
(a) masih belum optimalnya peran dan kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah
desa, (b) masih rendahnya kualitas dasar dan keberdayaan manusia perdesaan, (c) masih
terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas, (d) masih rendahnya akses terhadap
permodalan, (e) masih rendahnya ketersediaan dan akses terhadap sarana prasarana, (f)
masih rendahnya tingkat ketahanan pangan, (g) meningkatnya degradasi sumber daya alam
dan lingkungan hidup, serta (h) belum optimalnya perlindungan kepada masyarakat,
masyarakat hukum adat, dan tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Selain itu tantangan
yang dihadapi juga masih beragam seperti sinergi pusat-daerah, sinergi antar-sektor, sinergi
antar-daerah, desentralisasi dan otonomi daerah, globalisasi, dan perubahan iklim.
Berdasarkan potensi serta permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi dalam
pembangunan perdesaan di Indonesia, maka perlu disusun suatu Indeks Pembangunan
Perdesaan yang dibutuhkan untuk dapat memetakan status/tingkat pembangunan desa-desa
di Indonesia, sehingga dapat ditentukan intervensi yang tepat bagi desa-desa sesuai dengan
kondisinya masing-masing.
Selain dari pada itu dan juga merupakan bagian dari amant UU No 25 tahun 2004, dan
UU No 17 tahun 2003 tentang keuangan negara dan UU No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah, maka akan dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
khususnya program dan kegiatan terkait pembangun perdesaan.
1
1.2.
Tujuan
Tujuan kegiatan kajian pengembangan indeks pembangunan perdesaan tahun 2012
adalah menyusun indeks pembangunan perdesaan dan mengetahui pemetaan serta evaluasi
berbagai program dan kegiatan pembangunan perdesaan. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, diperlukan pencapaian target sebagai berikut :
1.
Tersusunnya basis teoretis bagi penyusunan indeks pembangunan perdesaan
2.
Teridentifikasinya konstruk, variabel dan kriteria yang mencerminkan tingkat kemajuan
pembangunan perdesaan;
3.
Teridentifikasinya indikator-indikator pembangunan perdesaan;
4.
Teridentifikasi bobot masing-masing kriteria dan indikator pembangunan perdesaan;
5.
Tersusunnya indeks pembangunan perdesaan
6.
Terlaksananya pemetaan dan analisis berbagai program dan kegiatan pembangunan
perdesaan yang pernah dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga hingga tahun 2012
7.
Teridentifikasikannya permasalahan dan kendala yang dihadapi sampai dengan tahun
2012 dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perdesaan
2.
RUANG LINGKUP DAN MEKANISME KEGIATAN
Kegiatan ini dilakukan dengan mekanisme FGD. Melalui kegiatan ini diharapkan
dapat disusun suatu indeks pembangunan perdesaan untuk dapat memetakan status
dan tingkat pembangunan perdesaan di Indonesia serta evaluasi pembangunan
perdesaan.
2.1
Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam rangka kegiatan ini adalah Provinsi Jawa Timur.
2.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di
tingkat Provinsi yang telah ditentukan dengan melibatkan stakeholder kunci dalam
pembangunan perdesaan.
2.3 Ruang Lingkup Substansi
Isu Strategis penyusunan Indeks Pembangunan Perdesaan, diantaranya :
Kebutuhan pengukuran Indeks Pembangunan Perdesaan untuk mengukur
sampai mana mencapai visi pembangunan desa
Pentingnya membedakan pengukuran pembangunan perdesaan dalam aspek
laju pembangunan desa, hasil pembangunan desa, dan keragaman konteks
pembangunan desa
Perlunya konsistensi indeks pembangunan perdesaan untuk mengukur input,
proses, output, outcome, impact dari pembangunan
Perlunya basis data perdesaan yang konsisten dari tahun ke tahun dan sesuai
dengan kebutuhan pengukuran indeks pembangunan perdesaan
Arah pengukuran pembangunan perdesaan membutuhkan pusat data
perdesaan yang terpadu untuk data statistika, spasial, dan data kualitatif
perdesaan.
2
Adapun Dimensi Pembangunan Perdesaan yang menjadi ruang linkup dalam
kajian penyusunan indeks pembangunan perdesaan dan evaluasi pembangunan
perdesaan adalah :
Pengukuran tingkat pembangunan perdesaan
Pengukuran laju pembangunan perdesaan
Pengukuran keragaman perdesaan (atribut pembangunan perdesaan)
3.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan FGD Indeks Pembangunan Perdesaan dan evaluasi pembangunan
perdesaan di Daerah ini direncanakan akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 13 November 2012
Waktu
: Pukul 08.30 – 15.00
Tempat
: Bappeda Provinsi Jawa Timur
4. PESERTA
Peserta pada FGD Indeks Pembangunan Perdesaan di Daerah adalah:
1.
Bappeda Provinsi.
2.
Bappeda Kabupaten.
3.
Badan dan SKPD Tingkat Provinsi dan Kabupaten yang terkait
dengan pembangunan perdesaan, diantaranya :
a. Dinas Pertanian
b. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
c. Dinas Kelautan dan Perikanan
d. Dinas KUKM
e. Badan Pemberdayaan Masyarakat
f. Dinas Kehutanan
g. Dinas ESDM
h. Dinas Kesehatan
i. Dinas Pendidikan
j. SKPD lainnya yang terkait dengan pembangunan perdesaan.
4.
Organisasi Masyarakat Madani : LSM, ORMAS yang menangani
Pembangunan Perdesaan.
5.
Perguruan Tinggi daerah.
5. Data dan Informasi yang dibutuhkan
I. Data sekunder
1. Pidato dan lampiran pertanggungjawaban gubernur di depan DPRD tahun
2011 dan 2012
2. LAKIP SKPD-SKPD tahun 2011
3. Rencana kerja tahun SKPD tahun 2012
4. Provinsi dalam angka tahun 2011 dan 2012 (boleh dalam bentuk draft)
5. PDRB tahun 2011 dan 2012
II. Data Pendukung
3
1. Data “keberadaan” dan perubahan kondisi setempat:
a. Kondisi infrastruktur
b. Kondisi pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal
c. Kondisi kesehatan
d. Kondisi di bidang pertanian
e. Kondisi di bidang industri terutama industri kecil
f. Kondisi perkembangan usaha non pertanian
g. Tingkat kerawanan terhadap bencana dan kondisi penataan ruang
h. Kondisi kelembagaan dan modal sosial
i. Kondisi sosial budaya
2. Kebijakan dan program pembangunan perdesaan yang sudah dilakukan,
sedang dilakukan, atau direncanakan dilakukan:
a. Visi, misi, kebijakan dan strategi pembangunan perdesaan
b. Kebijakan dan program infrastruktur jalan, permukiman, sumberdaya air
c. Kebijakan dan program pertanian, perkebunan, hortikultura, kehutanan,
perikanan/kelautan
d. Kebijakan dan program pendidikan (formal dan non formal)
e. Kebijakan dan program kesehatan
f. Kebijakan dan program usaha non pertanian
g. Kebijakan dan program terkait upaya mitigasi bencana dan penataan
ruang
h. Kebijakan dan program terkait dengan sosial budaya dan keamanan
3. Permasalahan, potensi, harapan pembangunan perdesaan
a. Lokasi (letak strategis )
b. Infrastuktur
c. Pendidikan
d. Kesehatan
e. Pertanian
f. Industri kecil
g. Perkembangan usaha non pertanian
h. Penataan ruang dan mitigasi bencana
i. Kelembagaan dan modal sosial
j. Sosial budaya
k. Tingkat perpindahan penduduk dan alasan perpindahan
4. Kesimpulan
a. Kondisi “keberadaan/ jenis aspek pembangunan” paling penting tahun
2011 dan 2012
b. Kebijakan dan program paling penting tahun 2011 dan 2012
c. Masalah paling penting tahun 2011 dan 2012
d. Potensi paling penting tahun 2011 dan 2012
e. Harapan paling penting untuk tahun 2012 dan 2013
4
6.
AGENDA KEGIATAN
Jadwal Kunjungan Lapangan
Penyusunan Indeks Pembangunan Perdesaan dan Evaluasi Bidang Pembangunan Perdesaan
Di Prov. Jawa Timur, 13 November 2012
Hari/
Tanggal
Selasa,1
3
Novembe
r 2012
Acara
FGD Indeks
Pembangun
an
Perdesaan
di Kantor
Bappeda
Provinsi
Jawa Timur
Waktu
Kegiatan
Pelaksana
08.3008.45
Pembukaan
Perwakilan
Bappeda Provinsi
08.4510.30
Paparan
mengenai
Penyusunan
Indeks
Pembangunan
Desa
Diskusi dan Tanya
Jawab
Tenaga Ahli
Indeks
Pembangunan
Perdesaan
10.3011.30
11.3011.45
11.4513.15
13.1515.00
Kesepakatan
Indikator dalam
Indeks
Pembangunan
Perdesaan
ISHOMA
Diskusi terkait
Konfirmasi hasil
evaluasi
pembangunan
bidang perdesaan
Peserta
Bappeda Provinsi
Bappeda Kabupaten
Badan dan SKPD
Tingkat Provinsi dan
Kabupaten yang
terkait dengan
pembangunan
perdesaan:
o Dinas Pertanian
o Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi
o Dinas Kelautan dan
Perikanan
o Dinas KUKM
o Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
o Dinas Kehutanan
o Dinas ESDM
o Dinas Kesehatan
o Dinas Pendidikan
o SKPD lainnya yang
terkait
dengan
pembangunan
perdesaan.
Organisasi Masyarakat
Madani : LSM, ORMAS
yang menangani
Pembangunan
Perdesaan.
Perguruan Tinggi
daerah
Perwakilan
Bappeda Provinsi
dan Tenaga Ahli
Indeks
Pembangunan
Perdesaan
Tim Bappenas dan
Bappeda
Tim Bappenas,
Bappeda, dan
peserta rapat
5