KUNJUNGAN LAPANGAN APLIKASI PSIKOLOGI SO

KUNJUNGAN LAPANGAN – APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL DALAM
BIDANG KESEHATAN

SOFIA MAHARANI PRIMASUNOVI
(2012031016)
PSIKOLOGI SOSIAL
PRODI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA
2014

HASIL ANALISA & KESIMPULAN
Psikologi Sosial didefinisikan sebagai penyelidikan ilmiah mengenai
bagaimana cara pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh
kebenaran, imajinasi atau implikasi kehadiran orang lain. Psikologi sosial tertarik
pada penjelasan mengenai tingkah laku manusia dan umunya tidak melakukan studi
pada hewan (Hogg & Vaughan, 2011). Hogg & Vaughan (2011) juga menjelaskan
bahwa psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan karena menggunakan metode ilmiah
untuk konstruk dan teori uji. Metode ilmiah memerintahkan bahwa bukan teori yang
benar hanya karena logis dan tampak masuk akal. Sehingga perlu teori konstruk dari
data dan/atau teori sebelumnya dan selanjutnya melakukan penelitian empiris, yang
mana data dikoleksi untuk menguji teori. Berbagai pembahasan teori psikologi sosial

diaplikasikan untuk mengatasi permasalahan sosial di masyarakat. Beberapa teori
yang diaplikasikan dalam penulisan ini adalah teori prasangka dan diskriminasi serta
pengaruh sosial. Dewasa ini banyak masalah sosial yang berkaitan dengan kedua teori
tersebut. Sehingga penulis melakukan pengambilan data untuk masalah sosial yang
terjadi di masyarakat pada salah satu fasilitas umum yang memiliki interaksi sosial
yang kompleks yaitu rumah sakit. interaksi sosial yang terjadi di rumah sakit cukup
kompleks dan dapat menimbulkan masalah sosial.
Masalah sosial yang terjadi dapat berkaitan dengan teori psikologi sosial.
Untuk itu penulis ingin menemukan masalah sosial yang terjadi di rumah sakit dan
berkaitan dengan teori yang penulis gunakan dalam penulisan ini. Sehingga penulis
dapat melihat aplikasi teori psikologi sosial dalam bidang kesehatan dengan cara
menganalisa penyebab masalah sosial dan mengambil kesimpulan untuk mengatasi
permasalahan sosial yang terjadi di rumah sakit. Sedangkan, tujuan dari penulisan
laporan ini untuk mengetahui aplikasi psikologi sosial dalam bidang kesehatan,
terutama mengenai teori prasangka dan diskriminasi serta pengaruh sosial. Sehingga
penulisan laporan ini dapat menjadi sumber referensi dalam penulisan laporan yang
terkait berikutnya.
Hasil pengambilan data melalui wawancara dan observasi dilakukan oleh salah
satu perawat dari dua rumah sakit yaitu Rumah Sakit Fatmawati dan Rumah Sakit
Pondok Indah. Perawat dari Rumah Sakit Fatmawati berinisial RT (50 tahun) dan

perawat dari Rumah Sakit Pondok Indah berinisial NR (32 tahun). RT sudah bekerja
sebagai perawat di Rumah Sakit Fatmawati selama 25 tahun dan NR sudah bekerja
sebagai perawat selama 11 tahun serta 7 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah.

Pekerjaannya sebagai perawat merupakan minatnya untuk lebih dekat dalam
berhubungan dengan manusia.
Wanita lebih memberikan prioritas mendekati hubungan yang intim
dibandingkan pria (dalam Myers, 2012). Lippa (dalam Myers, 2012) menyatakan
bahwa di seluruh dunia, minat pekerjaan yang dimiliki wanita biasanya lebih
berhubungan kepada manusia dan kurang berhubungan dengan benda dibandingkan
dengan minat pekerjaan pada pria. Sehingga RT dan NR menyatakan bahwa pekerjaan
yang dia lakukan terkadang menyenangkan dan terkadang membuatnya bad mood. RT
melayani berbagai kelas kamar dari kelas 3 sampai kelas VIP berdasarkan pergantian
jadwal tugas (shift). Sedangkan NR melayani kelas kamar ICU. Dalam melayani
pasien di kelas kamar yang berbeda, RT dan NR memiliki jawaban yang sama yaitu
mereka melayani dengan pelayanan yang sama. RT menambahkan bahwa jika
melayani pasien kamar kelas VIP lebih “rempong” dibandingkan melayani pasien
kamar kelas 3. Namun, pasien kamar kelas 3 sulit untuk dikasih saran dibandingkan
pasien kamar kelas VIP yang lebih menangkap saran yang diberikan oleh RT. Hal ini
terjadi karena tingkat pendidikan yang berbeda. Dilihat dari jawaban RT bahwa dia

sudah dapat membedakan kelompok kamar kelas 3 dengan kelompok kamar kelas
VIP. RT sudah melakukan kategorisasi yang merupakan pemikiran untuk
mengkategorisasikan orang lain ke dalam kelompok yang berbeda.
Kategorisasi akan memunculkan perbedaan dan kemudian menjadi sebuah
atribusi untuk menilai orang lain. Perbedaan ini berdasarkan dari tingkat pendidikan.
Penilaian perbedaan ini dapat menjadi penilaian negatif yang didukung dengan
keyakinan negatif dan dapat menjadi stereotip. Myers (2012) meyatakan bahwa
stereotip adalah keyakinan mengenai atribut kepribadian dari satu kelompok atau
orang lain. Stereotip terkadang terlalu digeneralisasi, tidak akurat, dan resisten
terhadap informasi baru. Stereotip yang dilakukan RT adalah dia lebih memenuhi
keinginan pasien kamar kelas VIP karena berpendidikan lebih tinggi dan membayar
lebih mahal, sehingga perlu pelayanan lebih baik dibandingkan pasien kamar kelas 3
yang berpendidikan biasa dan membayar lebih banyak menggunakan BPJS (kartu
asuransi kesehatan gratis untuk masyarakat menengah kebawah).
Permasalahan stereotip muncul ketika seseorang terlalu digeneralisasi atau
keliru dalam menggeneralisasi (dalam Myers, 2012). Sehingga setelah proses
kategorisasi, perbedaan, atribusi, dan stereotip akan menimbulkan prasangka terhadap
orang lain yang memiliki perbedaan. Prasangka merupakan sikap yang tidak
menguntungkan terhadap kelompok sosial dan anggotanya. Sikap sendiri merupakan


sebuah perasaan atau evaluasi umum (positif atau negatif) tentang seseorang, objek
atau masalah (Hogg & Vaughan, 2011). Myers (2012) menambahkan bahwa
prasangka adalah sikap yang merupakan kombinasi dari perasaan, kecenderungan
bertindak, dan keyakinan. Sikap yang dilakukan RT terhadap pasien dengan kamar
kelas berbeda merupakan bentuk prasangka. RT telah mengkategorisasikan dan
memiliki stereotip tentang pasien kelas kamar yang berbeda.
Myers (2012) menjelaskan beberapa hal tentang prasangka yaitu prasangka
dapat bersifat halus dan tidak disadari serta dapat bersifat dapat diamati dan secara
sadar. Prasangka yang dilakukan oleh RT bersifat dapat diamati dan secara sadar.
Salah satu sumber sosial dari prasangka yaitu dukungan institutional seperti
ketersediaan fasilitas pada kamar kelas yang berbeda memiliki perbedaan fasilitas
yang diberikan terutama pada pelayanan terhadap pasien. Prasangka yang ada dapat
memunculkan diskriminasi yaitu perilaku negatif yang tidak pada tempatnya kepada
satu kelompok dan anggota kelompoknya (Myers, 2012). Diskriminasi dapat juga
didefinisikan sebagai ekspresi perilaku berprasangka (Hogg &Vaughan, 2011). Pada
intinya diskriminasi yang dilakukan oleh RT merupakan bentuk prasangka dari
dirinya terhadap pasien yang berbeda kelas kamar dalam bentuk tindakan diperkuat
dengan hasil observasi yaitu setelah RT memberikan jawaban kepada keluarga pasien
dari kamar kelas 3 yang sedang bertanya kepada dirinya, dia menjawab dengan cara
sedikit merendahkan yaitu “kenapa balik kesini lagi, kan bisa tanya saja dulu ke

bawah sama satpam”, dan setelah itu dia menertetawakan kelucuan perilaku keluarga
pasien itu. Sedangkan untuk NR dia tidak memiliki prasangka dan diskriminasi karena
dia bekerja secara profesional sesuai dengan peraturan rumah sakit.
Kepatuhan (obedience) merupakan bertindak sesuai dengan perintah atau
petunjuk langsung (Myers, 2012). NR melakukan kepatuhan dengan cara melakukan
pelayanan maksimal dengan fasilitas yang tersedia tanpa membedakan pasien dari
kamar kelas yang berbeda. NR melakukan hal itu sesuai dengan peraturan dari rumah
sakit dan perintah atasan. Peraturan rumah sakit dan perintah atasan merupakan
kekuasaan (power) yang merupakan kapasitas untuk mempengaruhi orang lain
sementara menolak upaya orang lain untuk mempengaruhi (Hogg & Vaughan, 2011).
Peraturan rumah sakit dan atasan memiliki kekuasaan legitimasi yaitu kekuasaan
karena kewenangan struktur memerintah dan membuat keputusan (Hogg & Vaughan,
2011). Sehingga NR mematuhi perintah yang berasal dari peraturan rumah sakit dan
atasan karena kekuasaan legitimasi tersebut.

Pelayanan maksimal yang diberikan oleh NR tidak terlepas dari kerjasam tim.
Dalam hal ini NR melakukan adaptasi dengan orang lain. NR melakukan konformitas
yaitu perubahan dalam perilaku atau keyakinan sebagai hasil dari tekanan kelompok
yang nyata atau hanya berdasarkan imajinasi (Myers, 2012), berupa kerjasam tim dan
mampu bertindak profesional bila ada masalah dengan sesama rekan kerja. NR

menerima kerjasam tim dengan tulus tanpa terpaksa. Penerimaan (acceptance) NR
sesuai dengan teori bahwa konformitas yang melibatkan baik tindakan dan keyakinan
agar sesuai dengan tekanan sosial (Myers, 2012). NR beradaptasi terhadap tekanan
kelompok dan mampu memberikan pelayanan maksimal kepada pasien.
Berbeda dengan RT, dia tidak dapat menerima rekan kerja yang bermasalah
dengan dirinya. Dia melakukan pemenuhan (compliance) karena mematuhi terutama
untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman (Myers, 2012). RT dapat
bekerja maksimal di bawah tekanan kelompok, dia dapat melakukan konformitas
namun dalam bentuk pemenuhan saja. Dia melakukan dengan terpaksa karena
tuntutan peraturan rumah sakit dan atasan. Dalam dirinya ada perasaan dan pikiran
tidak setuju untuk menerima peraturan rumah sakit dan atasan serta rekan kerja yang
bermasalah dengan dirinya. Sehingga dia melakukan konformitas dalam bentuk
pemenuhan saja. Kekuasaan dari peraturan rumah sakit dan atasan merupakan
kekuasaan legitimasi yang sama terjadi pada rumah sakit tempat NR bekerja.
Kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara dan observasi dengan dua
perawat di dua rumah sakit yang berbeda adalah bahwa RT memiliki diskriminasi dan
NR tidak ada. RT melakukan konformitas dalam bentuk pemenuhan, sedangkan NR
melakukan konformitas dalam bentuk penerimaan. Rumah Sakit Fatmawati
merupakan rumah sakit pemerintah dan Rumah Sakit Pondok Indah merupakan rumah
sakit swasta, sehingga perbedaan diskriminasi dalam hal pelayanan kepada pasien dari

kelas kamar yang berbeda di rumah sakit pemerintah lebih terlihat dibandingkan di
rumah sakit swasta. Dari sisi kinerja yang dilakukan, perawat di rumah sakit
pemerintah merasa sudah diberikan gaji pegawai negeri sipil yang menyebabkan
perawat di rumah sakit pemerintah kurang memiliki konformitas, sedangkan perawat
di rumah sakit swasta lebih memiliki konformitas karena mereka dituntut profesional
dalam melakukan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2011). Social psychology. Essex: Pearson Education
Limited.

Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial (edisi 10 – buku 1). Jakarta: Salemba
Humanika.
Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial (edisi 10 - buku 2). Jakarta: Salemba Humanika.

LAMPIRAN
RT (50 tahun) di Rumah Sakit Fatmawati

NR (32 tahun) di Rumah Sakit Pondok Indah