Analisis Penerapan Good Governance Bisni

ARTIKEL
ANALISIS PENERAPAN GOOD GOVERNANCE BISNIS SYARIAH DAN
PENCAPAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH INDONESIA
DITINJAUDARI MAQASHID SHARIAH
DAN PROFITABILITAS

Diajukan Sebagai Kebulatan Studi Program Strata
Satu(S-1)pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram

Oleh

TAUFIQ HOLILI
NIM.A1C013143

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2017

1


ABSTRACT
Analysis Of Sharia Business Good Governance Implementation And
Indonesia Sharia Banking Performance Achievement Based On
Maqashid Sharia And Profitability

The objectives of this study are to analyze the implementation
of sharia business good governance (GGBS) and assess the achievement
of sharia banking performance in Indonesia based on maqashid shariah
and profitability. The GGBS implementation index compiled by the
Governance Policy National Committee in 2011 is used as proxy to
measure the level of GGBS implementation in Sharia Banks. The
threefold objectives of sharia namely tahdhib al-fard, iqamah al-adl
and jalb al-maslahah are the proxies used to measure the performance
of
maqashid
shariah.
Meanwhile,
to
measure
profitability

performance, this study use proxies such as Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE) and Profit Expense Ratio (PER). Analysis was
conducted on 11 Sharia Commercial Banks (BUS) registered in the
Financial Services Authority (OJK) during 2013 - 2015. The results
show that the application of GGBS in sharia banks is increasing
every year. The result of the research also shows that the
performance evaluation of sharia bank based on maqashid sharia index
(IMS) placed Bank Mega Syariah (BMS) as the top performer with the
value of IMS equal to 63,41%. The result also showed that Bank Aceh
Syariah (BAS) was the top performer based on calculation of
Comparative Performance Index (CPI) with a CPI value of 100.00. The
result of this study can be used as evaluation material in improving
the implementation of GGBS and improving the performance of sharia
banks for mudharib as well as a consideration in policy making for
OJK regarding of maqashid syariah.
Keywords: Sharia Business Good Governance, Performance,
Syariah Index, Comparative Performance Index

Maqashid


2

1. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Dewasa ini, bank syariah mengalami perkembangan yang sangat
pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pesatnya perkembangan
tersebut

mengindikasikan

bahwa

kesadaran

ummat

Islam

untuk


menjalankan bisnis syariah telah muncul. UU No. 10 tahun 1998 atas
perubahan UU No. 7 tahun 1992 menjelaskan bahwa perbankan Indonesia
secara formal mengadopsi dual banking system yaitu sistem perbankan
konvensional dan sistem perbankan syariah. Pengadopsian dual banking
system ini memberikan kesempatan bagi bank - bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total
menjadi bank syariah sehingga dengan kata lain pengadopsian dual
banking

system

telah

memberi

kesempatan

luas

bagi


perkembangan

perbankan syariah khususnya di Indonesia.
Sebagai lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan
bagi

masyarakat,

corporate

bank

syariah
(GCG)

governance

berkewajiban


dalam

setiap

dalam

penerapan

lini

operasionalnya.

good

Menyadari bahwa pelaksanaan GCG untuk bank syariah tidak dapat hanya
kepada prinsip - prinsip GCG namun juga harus berpedoman kepada
ketentuan-ketentuan

syariah.


Bank

Indonesia

menerbitkan

PBI

No.

11/33/PBI/2009 dan SE BI No.12/13/DPbS tentang pelaksanaan GCG di
Perbankan

Syariah.

Pemerintah
Governance)

Untuk


Indonesia
membentuk

melengkapi

melalui
Tim

KNKG

Kerja

kedua

peraturan

tersebut,

(Komite


Nasional

Kebijakan

Penyusunan

Pedoman

Umum

Good

Governance Bisnis Syariah (GGBS) dengan keanggotaan yang terdiri
dari berbagai pakar terkait bersama-sama dengan sejumlah institusi
(Masyarakat Ekonomi Syariah, Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional
MUI

dan

sebagainya)


menyusun

konsep

pedoman

tersebut

(Syukron,

3

2013).

Adapun

tujuan

dibuatnya


pedoman

ini

yaitu

untuk

menjadi

pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah
khususnya bank syariah di Indonesia (Syukron, 2013).
Selain berkewajiban dalam menerapkan GCG berdasarkan ketentuan
syariah, bank syariah juga penting untuk memperhatikan kinerjanya
yang harus sesuai dengan tujuan utama yakni kesejahtraan dunia dan
akhirat

(falaah).

Dalam

konteks

perbankan

syariah,

pengukuran

kinerja tidak hanya terdiri dari aspek keuangan, tetapi juga dari
aspek

nonkeuangan

yang

tercermin

dari

maqashid

Dengan

syariah.

melakukan perbandingan antara kedua aspek tersebut akan menghasilkan
suatu pengukuran kinerja komprehensif yang mencakup kinerja keuangan
dan syariahnya (Afrinaldi, 2013).
Penelitian

ini

mengacu

pada

penelitian

terdahulu

yang

dilakukan oleh Jumansyah dan Syafei (2013). Perbedaan terletak pada
pengukuran

kinerja

menggunakan

ukuran

penelitian

ini

yang

digunakan.

kinerja

menggunakan

dari
dua

Penelitian

aspek
ukuran

terdahulu

syariah
kinerja

saja,
yaitu

hanya

sedangkan
dari

aspek

keuangan yang dapat dilihat dari profitabilitas bank syariah dan
dari aspek syariah yang dapat dilihat dari maqashid shariah. Alasan
peneliti
sebagai

menggunakan
lembaga

kedua

bisnis

ukuran

syariah

tersebut

harus

karena

diarahkan

bank

untuk

syariah
mencapai

kesuksesan di dunia dan di akherat sehingga dalam praktiknya pun
harus seimbang antara laba yang di diperoleh dengan kontribusi yang
diberikan untuk kemaslahatan ummat. Selain itu, perbedaan penelitian
ini juga terletak pada periode laporan tahunan yang digunakan yaitu
2013 – 2015.

4

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dapat dimunculkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana penerapan good governance bisnis syariah pada bank
syariah di Indonesia ?
2) Bagaimana

pencapaian

kinerja

perbankan

syariah

Indonesia

ditinjau dari maqashid syariah dan profitabilitas?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Untuk

mengetahui

tingkat

penerapan

good

governance

bisnis

syariah pada bank syariah di Indonesia
2) Untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perbankan syariah
Indonesia ditinjau dari maqashid syariah dan profitabilitas.
2. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)
Menurut stakeholders theory, perusahaan bukanlah entitas yang
hanya

beroperasi

memberikan
kreditor,
pihak

untuk

manfaat
konsumen,

lain.

bagi

kepentingannya

sendiri,

stakeholder-nya

yaitu

supplier,

Freeman

(1984:31)

pemerintah,
mengatakan

namun

harus

pemegang

saham,

masyarakat,
bahwa

analis

konsep

dan

pemangku

kepentingan awalnya didefinisikan sebagai “kelompok-kelompok yang
tanpa dukungan organisasi akan berhenti untuk eksis”. Menurut Gray
et

al.

(1994),

kelangsungan

hidup

organisasi

tergantung

pada

dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga
aktivitas

organisasi

adalah

untuk

mencari

dukungan

tersebut

(sebagaimana dikutip oleh Husnan & Pamudji, 2013). Intinya bahwa

5

stakeholders
bagaimana

theory

manajemen

merupakan

suatu

perusahaan

teori

dalam

yang

memenuhi

mengemukakan
harapan

para

stakeholders.
2.2 Hipotesis PENELITIAN
H1: Penerapan GGBS oleh Bank Umum Syariah di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya
H2 : Pencapian kinerja bank syariah Indonesia yang ditinjau dari
maqashid

syariah

menempatkan

Bank

Muammalat

IndonesiaI

diperingkat pertama sedangkan untuk pencapian kinerja bank
syariah

Indonesia

yang

ditinjau

dari

profitabilitas

menempatkan Bank Mega Syariah diperingkat pertama.
3. METODE RISET
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah
(BUS) Indonesia yang terdaftar di OJK periode 2013 – 2015 dengan
pengambilan sampel secara purposive sampling.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian

ini

mengunakan

metode

dokumentasi

dalam

mengumpulkan informasi atau data yang mendukung penelitian. Menurut
Wandansari (2013) metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
dengan mencatat data-data yang sudah ada.
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
3.4.1 Good Governance Bisnis Syariah (GGBS)
GBBS
berlandaskan

merupakan

suatu

kaidah–kaidah

pedoman
syariah

tata
dan

kelola

bisnis

berorientasi

yang
pada

6

keberhasilan materi dan spritual (Jumansyah & Syafei, 2013). GGBS
dalam penelitian ini merupakan variabel yang bersifat kualitatif dan
untuk dapat mengukurnya harus terlebih dahulu mengubahnya menjadi
variabel yang bersifat kuantitatif.
Kemudian

terkait

dengan

pengukuran

penerapan

GGBS

dalam

penelitian ini mengadopsi pengukuran dari penelitian Jumansyah &
Syafei (2013). Peneliti akan memberikan skor 1 (satu) jika indikator
yang

dimaksud

diungkap

di

dalam

laporan

tahunan

bank

syariah.

Sementara jika indikator yang dimaksud tidak diungkap oleh bank
syariah peneliti akan memberika skor 0 (nol). Dengan demikian, jika
bank syariah mengungkapkan seluruh indkator yang dimaksud di dalam
laporan tahunannya, maka peneliti akan memberikan skor penuh yaitu
sebanyak 42. Skor 42 tersebut merupakan indeks penerapan GGBS yang
dibuat

berdasarkan

pedoman

penerapan

GGBS

oleh

Komite

Nasional

Kebijakan Governanve (2011).
3.4.2 Kinerja Maqashid Shariah
Kinerja maqashid shariah merupakan suatu kinerja non keuangan
untuk mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan, atau
menarik

manfaat

dan

menolak

madharat

dalam

rangka

menciptakan

kemaslahatan ummat yakni Tahdhib al-Fard (mendidik individu), Iqamah
al-Adl

(menciptakan

keadilan),

dan

Jalb

al-Maslahah

(pencapaian

kepentingan publik). Pengukuran pencapaian kinerja maqashid syariah
dalam penelitian ini mengadopsi pengukuran dari Mohammed & Taib
(2015) berdasarkan pada konsep maqashid syariah yang dijelaskan oleh
Zahrah (1997). Menurut Mohammed & Taib (2015) pencapaian maqashid
syariah dapat diukur melalui tiga pencapaian tujuan yaitu 1) Tahdhib
al-Fard

(mendidik

individu),

2)

Iqamah

al-Adl

(menciptakan

keadilan), 3) Jalb al-Maslahah (pencapaian kepentingan publik).

7

3.4.3 Profitabilitas
Menurut Syahputra (2015) profitabilitas merupakan suatu rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau
laba

dalam

suatu

periode

tertentu.

Adapun

rasio



rasio

yang

digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas bank syariah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Return on Asset (ROA)
Menurut
perbandingan

Uno

et

antara

al.

(2014)

return

laba

bersih

dan

on

asset

total

merupakan

aktiva.

Adapun

formulasinya adalah sebagai berikut : (SE BI No.7/10/DPNP/2005)
ROA = Laba Sebelum Pajak/Rata-rata Total Aset
b. Return On Equity (ROE)
Menurut Uno et al. (2014) return on equity merupakan rasio
yang mengkaji sejauh mana perusahaan mempergunakan sumber daya yang
dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus dari
return on equity adalah sebagai berikut : (SE BI No.7/10/DPNP/2005)
ROE = Laba Setelah Pajak/(Rata-rata Equity
c. Profit Expense Ratio (PER)
Menurut

Afrinaldi

(2013),

PER

adalah

rasio

untuk

melihat

sejauh mana perbandingan laba bank terhadap biaya yang dikeluarkan
bank. PER dirumuskan sebagai berikut : (Enendu et al., 2013).
PER = Profit Before Tax/Total Expense
3.5 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data untuk mengukur tingkat penerapan GGBS
pada perbankan syariah digunakan indeks penerapan GGBS berdasarkan
pedoman penerapan GGBS KNKG (2011). Sedangkan untuk mengukur kinerja
maqashid syariah digunakan Indeks Maqashid syariah yang dikembangkan
oleh Mohammed & Taib (2015) berdasarkan lingkup yang disampaikan Abu

8

Zahrah

(1997)

Indikator
(SAW).

serta

Kinerja

Sementara

melakukan

(IK)

penentuan

melalui

untuk

metode

mengukur

peringkat

Simple

kinerja

berdasarkan

Additive

Weighting

profitabilitas

digunakan

metode Comparative Performance Index (CPI).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Good Governance Bisnis Syariah Pada Bank Syariah Secara
Keseluruhan
GBBS

merupakan

berlandaskan

suatu


kaidah

pedoman

kaidah

tata

syariah

kelola

dan

bisnis

yang

berorientasi

pada

keberhasilan materi dan spritual (Jumansyah & Syafei, 2013). Menurut
Meilani

(2015)

GGBS

mempertahankan

adalah

salah

keberlanjutan

satu

pertumbuhan

elemen
usaha.

penting

dalam

Bisnis

yang

dijalankan dengan governance yang baik akan cenderung lebih bertahan
secara

berkelanjutan

dan

dapat

berlangsung

dengan

baik.

Dengan

penerapan GGBS, diharapkan bank syariah dapat berjalan sesuai dengan
kaidah praktik yang sehat disegala bidang.
Penerapan GGBS tercermin dari pengungkapan indikator GGBS yang
diungkap

oleh

BUS

dalam

laporan

tahunannya

berdasarkan

indeks

penerapan GGBS KNKG (2011). Adapun hasil pengungkapan GGBS secara
keseluruhan
terlihat

dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel 4.1

bahwa

tingkat

pengungkapan

GGBS

oleh

seluruh

BUS

di

Indonesia cendrung meningkat. Pada tahun 2013, tingkat pengungkapan
sebesar 70,56% dari total pengungkapan yang seharusnya. Pada tahun
2014 dan 2015 tingkat pengungkapan meningkat masing – masing sebesar
72,51% dan 73,81%.
Dari keseluruhan total skor pengungkapan dapat diketahui bahwa
BNIS

mendapatkan

skor

pengungkapan

tertinggi

yakni

sebanyak

111

9

indikator,

sedangkan

untuk

total

skor

pengungkapan

terendah

didapatkan oleh BMS dengan skor pengungkapan sebanyak 58 indikator.
4.2 Kinerja Maqashid syariah Bank Syariah
Kinerja maqashid syariah merupakan suatu kinerja nonkeuangan
bank

syariah

yang

tercermin

syariah. Dalam menilai kinerja
pengukuran

tujuan

syariah

dari

pelaksanaan

tujuan

maqashid syariah

yakni

1)

Tahdhib



tujuan

dapat melalui 3

al-Fard

(mendidik

individu), 2) Iqamah al-Adl (menciptakan keadilan), 3) Jalb alMaslahah (pencapian kepentingan publik). Adapun rata – rata rasio
kinerja maqashid syariah BUS di Indonesia tahun 2013 – 2015 dari
setiap tujuan syariahnya adalah sebagai berikut :
1. Tahdhib al-Fard (mendidik individu)
Pada tujuan pertama ini, terdapat 4 elemen yang diukur yakni
bantuan pendidikan (tercermin pada R.1), penelitian (tercermin
pada

R.2),

pelatihan

(tercermin

pada

R.3)

dan

publikasi

(tercermin pada R.4). Keempat elemen tersebut diukur dengan rasio
kinerjanya masing-masing dimana rasio ini juga nantinya dapat
menggambarkan

kontribusi

bank

syariah

dalam

mendidik

setiap

individu stakeholdersnya.
2. Iqamah al-Adl (menciptakan keadilan)
Dalam tujuan kedua, terdapat 3 elemen yang diukur yaitu return
yang adil (tercermin pada R.4), distribusi fungsional (tercermin
pada R.5), dan produk bebas bunga (tercermin pada R.6). Ketiga
elemen

tersebut

diukur

dengan

rasio

kinerjanya

masing-masing

dimana rasio ini juga nantinya dapat menggambarkan komitmen bank
syariah dalam menciptakan keadilan bagi seluruh stakeholders.

10

3. Jalb al-Maslahah (pencapian kepentingan publik)
Pada tujuan kedua ini ada 3 elemen yang diukur yaitu rasio laba
(tercermin pada R.8), pendapatan individu (tercermin pada R.9),
dan rasio investasi sektor riil (tercermin pada R.10). Ketiga
elemen

tersebut

diukur

dengan

rasio

kinerjanya

masing-masing

dimana rasio ini bertujuan untuk mengetahui komitmen bank dalam
pencapian kepentingan publik.
4.3 Indikator Kinerja Bank Syariah
Setelah melakukan perhitungan terhadap rasio kinerja maqashid
syariah rata - rata untuk setiap tujuan. Langkah selanjutnya adalah
menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan Indikator Kinerja
(IK).

Dalam

digunakan

menentukan

metode

pembobotan,

peringkat

Simple

agregat

dan

Additive
proses

bank

syariah

Weighting

penentuan

berdasarkan

(SAW)

peringkat

dengan

IK
cara

(weighting,

aggregating and ranking processes). Adapun indikator kinerja (IK)
rata – rata BUS

di Indonesia tahun 2013 – 2015 dari setiap tujuan

syariahnya adalah sebagai berikut :
1. Tahdhib al-Fard (mendidik individu)
Pada indikator kinerja tujuan pertama atau IK(T1), terdapat 4 sub
indikator kinerja yang diukur yaitu indikator kinerja bantuan
pendidikan (IK1), indikator kinerja penelitian (IK2), indikator
kinerja pelatihan (IK3) dan indikator kinerja publikasi (IK4).
Keempat sub indikator tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan
total

indikator

kinerja

dari

tujuan

pertama

atau

IK(T1).Dari

keseluruhan hasil perhitungan, rata – rata BUS mendapatkan nilai
indikator kinerja tujuan pertama (tahdhib al-fard) sebesar 0,31%.
Nilai

indikator

kinerja

terbaik

pada

tujuan

pertama

berhasil

didapatkan oleh BNIS dengan nilai total IK(T1) sebesar 0,75%.

11

Kemudian untuk nilai total IK(T1)terendah didapatkan oleh BMS
yaitu sebesar 0,05%.
2. Iqamah al-Adl (menciptakan keadilan)
Pada

indikator

kinerja

tujuan

kedua

atau

IK(T2)

ada

3

sub

indikator kinerja yang diukur yaitu indikator kinerja return yang
adil (IK5), indikator kinerja distribusi fungsional (IK6) dan
indikator kinerja produk bebas bunga (IK7). Keempat sub indikator
tersebut

akan

dijumlahkan

untuk

mendapatkan

total

indikator

kinerja dari tujuan kedua atau IK(T2). Dari keseluruhan hasil
perhitungan, rata – rata BUS mendapatkan nilai indikator kinerja
tujuan

kedua

(Iqamah

al-Adl)

sebesar

15,72%.

Nilai

indikator

kinerja terbaik pada tujuan kedua berhasil didapatkan oleh BMS
yaitu

sebesar

63,29%

dan

untuk

nilai

total

IK(T2)

terendah

didapatkan oleh BAS dengan nilai sebesar -97,38%.
3. Jalb al-Maslahah (pencapian kepentingan publik)
Pada indikator kinerja tujuan ketiga atau IK(T3) ini, sedikitnya
terdapat

3

sub

indikator

kinerja

yang

diukur

yaitu

indikator

kinerja laba (IK8), indikator kinerja pendapatan individu (IK9)
dan indikator kinerja investasi sektor riil (IK10). Ketiga sub
indikator

tersebut

akan

dijumlahkan

untuk

mendapatkan

total

indikator kinerja dari tujuan ketiga atau IK(T3). Dari keseluruhan
hasil perhitungan, rata – rata BUS memperoleh nilai indikator
kinerja tujuan ketiga (Jalb al-Maslahah) yaitu sebesar 0,17%.
Nilai indikator kinerja terbaik pada tujuan ketiga didapatkan
oleh PBS dengan nilai total IK(T3) sebesar 0,92% dan untuk nilai
total IK(T3) terendah didapatkan oleh MSI dengan nilai sebesar 0,41%.

12

4.4 Indeks Maqashid syariah Bank Syariah
Setalah melakukan perhitungan indikator kinerja setiap tujuan
syariah, langkah selanjutnya adalah mengukur Indeks Maqashid syariah
(IMS) beserta peringkat dari masing – masing bank syariah. Dalam
mengukur IMS dapat dengan cara menjumlahkan semua indikator kinerja
(IK) bank syariah dari tujuan pertama sampai dengan tujuan ketiga.
Adapun hasil pengukuran IMS beserta peringkat masing – masing bank
syariah tahun 2013 – 2015 dapat terlihat pada tabel 4.8. Berdasarkan
perhitungan IMS yang tersaji pada tabel 4.8 terlihat bahwa rata –
rata

BUS

mendapatkan

nilai

sebesar

16,20%.

Nilai

IMS

tertinggi

didapatkan oleh BMS dengan nilai sebesar 63,41% sehingga dengan
demikian BMS berhasil menempati peringkat pertama. Keberhasilan BMS
ini tidak terlepas dari keunggulan nilai indikator kinerja tujuan
kedua yakni Iqamah al-Adl (menciptakan keadilan) yang diperoleh BMS.
Kemudian untuk peringkat kedua ditempati oleh BSB dengan nilai IMS
sebesar

27,88%.

Sedikit

dibawah

BSB,

PBS

berhasil

menempati

peringkat ketiga dengan perolehan nilai IMS sebesar 27,77%. Untuk
peringkat empat, lima dan enam secara berurutan ditempati oleh BMI
dengan nilai IMS sebesar 25,69%, BVS dengan nilai IMS sebesar 24,01%
dan BCAS dengan nilai IMS sebesar 22,60%. Selanjutnya untuk MSI dan
BRIS hanya berhasil menempati peringkat tujuh dan delapan dengan
perolehan nilai IMS sebesar 21,42% dan 21,22%. Kemudian untuk tiga
peringkat terendah yaitu peringkat sembilan, sepuluh dan sebelas
ditempati oleh BNIS dengan nilai IMS sebesar 21,07%, BSM dengan
nilai IMS sebesar 19,64% dan BAS dengan nilai IMS sebesar -96,51%.
4.5 Kinerja Profitabilitas Bank Syariah
Dalam mengukur kinerja profitabilitas bank syariah, langkah
pertama

yang

harus

dilakukan

adalah

menghitung

rasio

kinerja

13

profitabilitas

bank

syariah

secara

rata-rata.

Adapun

hasil

perhitungan rata – rata rasio profitabilitas BUS di Indoensia selama
tahun 2013 – 2015 tersaji pada tabel 4.9. Berdasarkan tabel 4.9
diketahui bahwa rata – rata BUS mendapatkan nilai ROA sebesar 2,29%.
Selama periode penelitian, BAS menjadi BUS dengan nilai rata - rata
ROA

tertinggi

yakni

sebesar

37,92%.

Artinya

bahwa

BAS

mampu

menghasilkan laba dari aset yang dimiliki lebih baik dibandingkan
dengan bank syariah lainnya. Sedangkan untuk nilai rata – rata ROA
terendah diperoleh MSI dengan nilai sebesar -66,98%.
Seperti perolehan rata-rata nilai ROA, BAS juga menjadi BUS
terbaik dalam menghasilkan laba dari modal inti yang dimilikinya.
Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata ROE tertinggi
selama periode penelitian yaitu sebesar 298,25% dan untuk nilai rata
– rata ROE terendah didapatkan oleh BVS dengan nilai sebesar 118,20%. Selama periode penelitian, rata

– rata BUS mendapatkan

nilai ROE sebesar 60,38%.
Selain memperoleh rata – rata nilai ROA dan ROE tertinggi, BAS
kembali mendapatkan nilai rata – rata PER tertinggi yakni sebesar
38,24%. Artinya bahwa BAS menggunakan biaya yang paling efisien
dalam memperoleh laba dibandingkan dengan BUS lainnya selama periode
penelitian.
seperti

Kemudian

rata



untuk

rata

nilai

rata



ROE,

rata
BVS

nilai

kembali

PER

terendah

mendapatkan

sama
nilai

terendah yaitu sebesar -22,54%. Selama periode penelitian, rata –
rata BUS mendapatkan nilai PER sebesar 16,13%.
Setalah
profitabilitas,
profitabilitas

melakukan
langkah
bank

perhitungan
selanjutnya

syariah

adalah

rata



rata

dalam

menganalisis

melakukan

penentuan

rasio
kinerja

peringkat

bank syariah dengan menggunakan metode Comparative Performance Index

14
(CPI). Adapun nilai CPI BUS di Indonesia selama tahun 2013 – 2015
tersaji pada tabel 4.10. Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa rata


rata

BUS

mendapatkan

nilai

kriteria

ROA

sebesar

-1,38.

Nilai

kriteria ROA tertinggi didapatkan oleh BAS dengan nilai sebesar
100,00. Tingginya nilai ini tidak terlepas dari keunggulan nilai ROA
yang dimilikinya BAS yaitu sebesar 37,92%. Sedangkan untuk nilai
kriteria ROA terendah didapatkan oleh MSI dengan nilai sebesar 176,64. Tidak hanya memperoleh nilai kriteria ROA tertinggi, BAS
juga mendapatkan nilai kriteria ROE dan PER tertinggi yaitu sebesar
100,00 dan untuk nilai kriteria ROE dan PER terendah didapatkan oleh
BVS

dengan

nilai

masing



masing

sebesar

-39,63

dan

-58,94.

Rendahnya nilai kriteria yang dimiliki oleh BVS ini disebabkan oleh
kerugian yang dialami oleh BVS pada tahun 2014 dan 2015. Selain itu,
selama periode penelitian rata – rata BUS mendapatkan nilai kriteria
ROE dan PER masing – masing sebesar 11,15 dan 33,10.
Berdasarkan perhitungan CPI, rata – rata BUS mendapatkan nilai
sebesar 14,29. Nilai CPI tertinggi didapatkan oleh BAS dengan nilai
sebesar

100,00

sehingga

dengan

demikian

BAS

berhasil

menempati

peringkat pertama. Keberhasilan dalam menempati peringkat pertama
tersebut tidak terlepas dari keunggulan nilai ROA, ROE dan PER yang
diperoleh BAS selama periode penelitian. Kemudian untuk peringkat
kedua, ketiga dan keempat secara berurutan ditempati oleh PBS, BNIS,
dan BCAS dengan nilai CPI masing – masing sebesar 49,06, 43,92 dan
28,35. Untuk BMS, BSM, dan BMI hanya berhasil menempati peringkat
lima, enam dan tujuh dengan perolehan nilai CPI masing – masing
sebesar 27,30, 27,28 dan 25,27. Sedangkan untuk peringkat empat
terendah

yaitu

peringkat

delapan,

sembilan,

sepuluh

dan

sebelas

secara berurutan ditempati oleh BSB dengan nilai CPI sebesar 22,28,

15

BRIS dengan nilai CPI sebesar 21,90, MSI dengan nilai CPI sebesar 42,47 dan BVS dengan nilai CPI sebesar -45,81.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada

bagian

penelitian

dan

keseluruhan
kinerja

adalah

peneliti

menghitung

baik

maqashid

peringkat

ini,

dari

meringkas

peringkat

aspek

syariah

keseluruhan

membahas
masing

penerapan

dan

BUS,

hasil

akan



GGBS

keseluruhan
masing

ataupun

profitabilitas.

langkah

peringkat

pertama

yang

BUS

aspek

menghitung

harus

didapatkan

secara

dari

Dalam

yang

hasil

oleh

dilakukan
masing



masing BUS selama tahun penelitian. Adapun ringkasan hasil peringkat
masing – masing BUS tersaji pada tabel 4.11. Berdasarkan tabel 4.11
terlihat bahwa BNIS menjadi BUS dengan penerapan GGBS terbaik selama
tahun

penelitian

sehingga

berhasil

menempati

peringkat

pertama,

sedangkan untuk BUS dengan penerapan GGBS terendah didapatkan oleh
BMS.

Kemudian

untuk

kinerja

maqashid

syariah

dan

profitabilitas

terbaik selama tahun penelitian secara berurutan didapatkan oleh BMS
dan BAS. Sedangkan untuk kinerja maqashid syariah dan profitabilitas
terendah

didapatkan

oleh

BAS

dan

BVS.

Setelah

meringkas

hasil

peringkat masing – masing BUS, langkah selanjutnya adalah menghitung
peringkat

keseluruhan

perhitungannya

tersaji

BUS

dengan

pada

tabel

metode
4.12.

CPI.

Adapun

Berdasarkan

tabel

hasil
4.12

diketahui bahwa BNIS berhasil menempati peringkat pertama dengan
nilai alternatif sebesar 48,15. Keberhasilan BNIS ini tidak terlepas
dari

keunggulan

didapatkannya

nilai

yaitu

kriteria

sebesar

GGBS

100,00

dan

dan

profitabilitas

33,33.

Kemudian

yang
untuk

peringkat kedua ditempati oleh BMS dengan nilai alternatif sebesar
43,03. Sedikit dibawah BMS, BAS berhasil menempati peringkat ketiga
dengan nilai alternatif sebesar 40,53. Untuk peringkat empat, lima

16

dan enam secara berurutan ditempati oleh PBS dengan nilai alternatif
sebesar 36,11, BMI dengan nilai alternatif sebesar 29,76 dan BSB
dengan nilai alternatif sebesar 27,50. Selanjutnya untuk BSM dan
BCAS

hanya

mampu

menempati

peringkat

tujuh

dan

delapan

dengan

perolehan nilai alternatif sebesar 20,00 dan 19,44. Kemudian untuk
tiga

peringkat

terendah

yaitu

peringkat

sembilan,

sepuluh

dan

sebelas secara berurutan ditempati oleh BVS dengan nilai alternatif
sebesar 14,46, BRIS dengan nilai alternatif sebesar 11,57 dan MSI
dengan nilai alternatif sebesar 11,43.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

dan

pembahasan

yang

telah

dijelaskan

sebelumnya, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penerapan Good Governance Bisnis Syariah (GGBS) pada bank syariah
di

Indonesia

tahun

2013



2015

mengalami

peningkatan

setiap

tahunnya. Hal ini tercermin pada rata – rata pengungkapan GGBS
selama

periode

penelitian

yaitu

pada

tahun

2013

rata



rata

pengungkapan sebesar 70,56%. Tahun 2014 rata – rata pengungkapan
meningkat

menjadi

72,51%

dan

pada

tahun

2015

rata



rata

pengungkapan meningkat menjadi 73,81%.
2. Pencapian kinerja BUS di Indonesia berdasarkan Indeks Maqashid
syariah (IMS) menempatkan Bank Mega Syariah (BMS)

diperingkat

pertama sehingga berhasil menjadi BUS dengan kinerja maqashid
syariah tertinggi di Indonesia dengan nilai IMS sebesar 63,41%.
Berbeda

dengan

perhitungan

Indeks

Maqashid

syariah

(IMS),

berdasarkan perhitungan Comparative Performance Indeks (CPI) Bank
Aceh Syariah (BAS) menempati peringkat pertama dengan nilai CPI

17

sebesar 100,00 sehingga dengan demikian BAS berhasil menjadi BUS
dengan kinerja profitabilitas tertinggi di Indonesia.
3. Dari hasil perhitungan peringkat BUS secara keseluruhan, BNIS
berhasil

menempati

peringkat

pertama

dengan

nilai

alternatif

sebesar 48,15 jauh mengungguli MSI di peringkat terbawah dengan
nilai alternatif sebesar 11,43.
5.2 Implikasi Penelitian
Hasil dari temuan penelitian ini mempunyai dua implikasi yaitu
implikasi praktis dan kebijakan. Pertama dari implikasi praktis,
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak
seperti

shahibul

maal

dan

mudharib.

Bagi

shahibul

maal,

hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dan bahan
kajian

dalam

pengambilan

keputusan

investasi

di

masa

yang

akan

datang. Bagi mudharib, hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan
evaluasi

dalam

meningkatkan

implementasi

good

governance

bisnis

syariah (GGBS) serta meningkatkan kinerja bank syariah dengan tujuan
untuk menarik para shahibul maal agar meraka menanamkan modalnya
pada perusahaan.
Kedua

dari

implikasi

kebijakan,

hasil

penelitian

ini

dapat

digunakan oleh pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai bahan
pertimbangan

dalam

pembuatan

kebijakan

khususnya

terkait

dengan

kinerja maqashid syariah karena hingga saat ini belum terdapat suatu
pengukuran kinerja maqshid syariah yang baku bagi bank syariah pada
khususnya dan lembaga bisnis syariah pada umumnya.
5.3 Keterbatasan dan Saran
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi penelitian penelitian
yang sama di masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan beberapa
keterbatasan penelitian sebagai berikut :

18

1. Periode penelitian yang pendek yaitu selama 3 tahun (dari tahun
2013

-

penelitian

2015),

sehingga

selanjutnya

dengan

demikian

menggunkan

periode

diharapakan
yang

lebih

bagi

panjang

untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik
2. Penelitian

ini

hanya

menganalisis

penerapan

good

governance

bisnis syariah (GGBS) dan kinerja perbankan syariah tanpa menguji
hubungan
diharapkan
variabel

keduanya.

Untuk

itu

dapat

melakukan

tersebut

serta

bagi

penelitian

penelitian

diharapkan

mengenai
juga

dapat

selanjutnya

hubungan

kedua

membandingkan

kinerja maqashid syariah dan kinerja profitabilitas bank syariah
dengan diagram kuadran perbandingan (diagram kartesius). Selain
itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan rasio
keuangan

lain

profitabilitas
menggunkan

untuk
bank

tiga

melakukan
syariah

rasio

pengukuran

mengingat

keuangan

terhadap

penelitian

dalam

kinerja

ini

mengukur

hanya
kinerja

profitabilitas bank syariah yaitu ROA, ROE dan PER
3. Sampel penelitian dalam penelitian ini hanya menggunakan Bank
Umum

Syariah

(BUS),

sehingga

mengabaikan

penerapan

GGBS

dan

pencapian kinerja lembaga keuangan syariah lainnya seperti Bank
Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
Untuk itu bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat melakukan
penelitian di lembaga keuangan syariah selain Bank Umum Syariah.

19

DAFTAR REFERENSI
Afrinaldi. 2013. Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia
Ditinjau Dari Maqashid syariah : Pendekatan Syariah Maqasid
Index (SMI) Dan Profitabilitas Bank Syariah. Jakarta Selatan.
Enendu, C. I., Abba, M. A., Fagge, A. I., Nakorji, M., Kure, E. U.,
Bewaji, P. N., Nwosu, C.P.; Ben-Obi, O. A., Adigun, M.A.,
Elisha, J.D., Okoro, A. E and Ukeje N. H. 2013. Bank
Intermediation in Nigeria : Growth, Competition, and Performance
of The Banking Industry, 1990 – 2010. Occasional Paper, Nigeria.
Freeman, R. Edward. 1984. Strategic Management : A Stakeholder
Approach.
CAMBRIDGE
:
University
Press.
Diakses
di
https://books.google.co.id/books?id=NpmA_qEiOpkC&printsec=frontc
over&dq=11.%09Freeman,+R.+Edward.+1984.+Strategic+Management+:+A
+Stakeholder+Approach.+CAMBRIDGE+:+University+Press.&hl=en&sa=X&
redir_esc=y#v=onepage&q&f=false.
Husnan, Ahmad dan Sugeng Pamudji. 2013. Pengaruh Corporate Social
Responsibility (CSR Disclosure) Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan. Journal Of Accounting, Volume 2, Nomor 2, Halaman 18, ISSN (Online): 2337-3806, Diponegoro, Indonesia.
Jumansyah dan Ade Wirman Syafei. 2013. Analisis Penerapan Good
Governance Business
Syariah dan Pencapaian Maqashid Shariah
Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Al - Azhar Indonesia Seri
Pranata Sosial, Vol 2, No. 1, Kebayoran Baru, Indonesia.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2011. Pedoman Umum Good
Governance Bisnis Syariah. Indonesia.
Meilani, Sayekti Endah Retno. 2015. Hubungan Penerapan Good
Governance Business Syariah Terhadap Islamicity Financial
Performance Index Bank Syariah Di Indonesia. Syariah Paper
Accounting, Surakarta, Indonesia.
Meilani, Sayekti Endah Retno. 2016. Penerapan Good Governance
Business Syariah (GGBS) Dan Voluntary Disclosure. Jurnal EKA
CIDA, Vol 1 No.1, Surakarta.
Mohammed, Mustafa Omar and Fauziah Md Taib. 2015. Developing Islamic
Banking Performance Measures Based On Maqasid Al-Shari’ah
Framework : Cases Of 24 Selected Banks. Journal Of Islamic
Monetary Econimisc and Finance.
Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan. Jakarta, Indonesia.
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33
/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi
Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah. Bank Indonesia,
Jakarta , Indonesia.
Republik Indonesia. 2010. Surat Edaran No. 12/13/DPbS Kepada Semua
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Bank
Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Republik Indonesia. 2005. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
7/10/DPNP Kepada Kepada Semua Bank Umum Di Indonesia. Bank
Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Syahputra, Muhammad Wahyu. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Dan
Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011 –
2014. Skripsi Serjana, Jakarta, Indonesia).
Syukron, Ali. 2013. Good Corporate Governance di Bank Syari’ah.
Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 1, ISSN: 2088-6365,
Banyuwangi, Indonesia.

20

Uno, Mohamad Barlianta, Hendra Tawas dan Paulina Van Rate. 2014.
Analisis
Kinerja
Keuangan,
Ukuran
Perusahaan,
Arus
Kas
Operasional Pengaruhnya Terhadap Earning Per Share. Jurnal EMBA,
Vol.2 No.3, Hal. 745-757, Universitas Sam Ratulangi Manado,
Indonesia.
Wandansari, Nini Dewi. 2013. Perlakuan Akuntansi Atas PPH Pasal 21
Pada PT. Artha Prima Finance Kotamobagu. Jurnal EMBA, Vol.1
No.3, Hal. 558-566, Universitas Sam Ratulangi Manado, Indonesia.

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel 4.1

Lampiran 2 : Tabel 4.8

22

Lampiran 3 : Tabel 4.9

Lampiran 4 : Tabel 4.10

23

Lampiran 5 : Tabel 4.11

Lampiran 6 : Tabel 4.12

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63