Pemikiran Politik Martin Luther Tentang Relasi Agama Dan Negara

BAB II
BIOGRAFI MARTIN LUTHER

2.1

Riwayat Hidup Martin Luther

Martin Luther lahir di Eisleben, 10 November 1483. Martin Luther adalah
anak seorang, petani Ayah, nenek dan moyang Martin Luther adalah petanipetani tulen.” Demikianlah Luther pernah berkata kepada teman-temannya, para
sarjana. Ciri-ciri anak petani tidak pernah lepas dari dirinya, baik secara lahiriah
maupun secara rohaniah. 29
Namun ciri-ciri tersebut tidak benar secara harfiah. Ayah Luther, Hans
Luther, setelah perkawinannya dengan Margaretha Lindemmannn, meninggalkan
tanah pertanian orang tuanya di Mohra, disebelah barat Hutan Thuringen, untuk
mencari penghidupan baginya. Ia sudah mulai bekerja di pertambangan tembaga
Eisleben. Ia berperawakan kecil, tangannnya kuat. Setiap orang dapat melihat
bahwa ia adalah orang yang ingin maju di dunia. Istrinya, yang perawakannnya
juga tidak besar, bersedia mendapinginya. Mereka terpaksa membangun masa
depan dengan tangan mereka sendiri, karena tidak seorangpun di antara keduanya
yang mendapat banyak warisan. Tetapi mereka cukup gembira dan percaya
kepada pertolongan Allah.

Ibu Margaretha adalah seorang yang sangat percaya pada tahayul. Jiwanya
yang mempunyai banyak khayalan sering kali sibuk dengan cerita-cerita yang
mengerikan,

perumpamaan-perumpamaan

serta

perbuatan-perbuatan

sihir,

pelbagai pekerjaan Iblis yang sangat banyak pada masa itu. Suaminya bersikap
agak masa bodoh terhadap hal itu. Namun, ia pun yankin akan kuasa sijahat dan
percaya bahwa orang hanya dapat melindungi diri terhadapnya dengan alat-alat
karunia gereja.

29

Y. Eko Budi Susilo, Gereja dan Negara (Hubungan Gereja Katolik Indonesia dengan Negara

Pancasila, Jakarta, Averros Press, 2002, hal 1

Universitas Sumatera Utara

Ayahnya menghendaki agar ia menjadi ahli hukum. Di masa mudanya
Luther dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas dan berani. Setiap saat di waktu
senggangnya ia gunakan untuk belajar, sehingga mengurangi tidurnya, bahkan
kadang juga mengambil waktu makannya. Namun di atas segalanya, ia bersuka
cita mempelajari firman Allah. Ia menemukan sebuah Alkitab yang dirantai ke
dinding biara, sehingga untuk membacanya ia sering pergi ke situ. Sementara
keyakinannya mengenai dosa semakin mendalam, ia mulai mencari pengampunan
dan kedamaian atas usahanya sendiri. Ia menghidupkan suatu kehidupan yang
ketat, dengan berpuasa, berjaga dan berdoa sepanjang malam, dan menyiksa diri
untuk menundukkan sifat-sifat jahatnya, dimana hal ini tidak bisa diatasi oleh
kehidupannnya sebagai biarawan.
Orangtua Luther sangat memperhatikan pendidikan dan pelatihan anakanaknya.

Mereka

berusaha


mengajarkan

pengetahuan

akan

Allah

dan

mempraktikkan kebijakan Kristen. Doa-doa ayahnya sering dinaikkan dengan
didengar oleh anaknya, agar anaknya boleh mengingat nama Tuhan, dan pada
suatu hari membantu memajukan kebenaran-Nya. Setiap kesempatan untuk
memupuk moral dan intelektual yang diberikan oleh kehidupan mereka yang
keras kepada mereka untuk dinikmati, selalu dikembangkan oleh orangtua ini.
Mereka

berusaha


dengan

sungguh-sungguh

dan

dengan

sabar

untuk

mempersiapkan anak-anak mereka bagi suatu kehidupan yang `saleh dan berguna,
meski kadang-kadang mereka melatih terlalu keras. Bagi Luther sendiri, meskipun
menyadari adanya kesalahan dalam cara orang tuanya mendidik, ia menemukan
bahwa dalam disiplin yang direpakan orang tuanya terdapat lebih banyak
dukungan daripada hukuman.
Di sekolah, di mana ia belajar pada masa mudanya, Luther diperlakukan
dengan kasar dan bahkan dengan kejam. Orangtuanya sangat miskin, sehingga
pada waktu ia bersekolah di kota lain, diharuskan mencari makan sendiri dengan

menyanyi dari satu rumah ke rumah yang lain, dan sering ia harus menahan lapar.
Pemikiran agama yang gelap dan penuh ketakhyulan yang merajalela membuat
iaketakutan. Ia berbaring pada waktu malam dengan hati yang sedih, memandang

Universitas Sumatera Utara

ke masa depan yang gelap dengan gemetar, dan dengan ketakutan yang terusmenerus menganggap Allah itu sebagai hakim yang lalim yang tidak menaruh
belas kasihan, seorang tiran yang jahat, bukannya seorang Bapa Surgawi yang
baik hati.
Namun, di bawah ketawaran hati yang begitu banyak, Luther terus berusaha
maju menuju standar moral yang tinggi dan keungguluan intelektual yang
menarik jiwanya. Ia haus akan pengetahuan, kesungguhan serta pikirannya yang
praktis menuntunnya untuk menginginkan yang kuat dan berguna, daripada yang
menyolok dan dangkal.
Ia kemudian mendalami teologi terutama dari paham Augustinus
(Augustianisme). Dalam kehidupannya, ia pernah mengalami peristiwa mistis
yang mengakibatkan dirinya gandrung akan mistisime Katolik, juga dipengaruhi
oleh seorang mistikus yang bernama John Wicliff yang hidup sekitar abad XII.
Setelah menyelesaikan studinya dari Universitas Wittenberg, ia menjadi guru
besar tafsir Al Kitab di Universitas tersebut serta memegang sejumlah jabatan. 30

Luther ditahbiskan menjadi imam dan telah dipanggil keluar dari biara
menjadi guru besar di Universitas Wittenberg. Di sini ia mempelajari Alkitab
dalam bahasa aslinya. Ia mulai memberi ceramah mengenai Alkitab. Dan kitabkitab Mazmur, Injil, dan surat rasul-rasul telah ia bukakan para pendengar yang
menerimanya

dengan

gembira.

Staupitz,

sahabatnya

dan

atasannya,

mendorongnya untuk naik mimbar dan mengkhotbahkan firman Allah. Luther
merasa ragu karena merasa dirinya tidak layak berbicara kepada orang-orang
sebagai ganti Kristus. Hanya selelah pergumulan yang lama dia menerima

permintaan sahabat-sahabatnya. Tak lama, ia sudah mahir mengenai Alkitab, dan
rahmat Allah turun ke atasnya. Kemampuannya berbi-cara yang memikat para
pendengarnya, penyampaian kebenaran yang jelas dan meyakinkan serta
semangatnya yang berapi-api menyentuh hati para pendengar.

30

Firdaus Syam, ,Pemikiran Politik Barat Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan pengaruhnya Terhadap
Dunia Ke-3, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hal 89-90

Universitas Sumatera Utara

Luther masih tetap menjadi anggota gereja kepausan yang sungguhsungguh dan tidak pernah berpikir yang lain-lain. Dengan pemeliharaan Allah ia
telah dituntun untuk mengunjungi Roma. Ia melakukan perjalanan dengan
berjalan kaki, dan menginap di biara-biara sepanjang perjalanan. Di salah satu
biara di Italia ia dipenuhi keheranan melihat kekayaan, keindahan dan kemewahan
yang disaksikannya. Para biarawan tinggal di apartemen yang megah dengan
pendapatan yang memuaskan, berpakaian yang paling mewah dan paling mahal
dan memakan makanan yang mewah. Dengan sangat ragu-ragu, Luther
membandingkan pemandangan ini dengan penyangkalan diri dan kesukaran yang

dialaminya dalam hidupnya sendiri. Pikirannya menjadi bingung. 31
Kota Erfurt, tempat Luther akan memasuki sekolah tinggi, pada zaman itu
merupakan suatu kota yang besar dan mempunyai banyak tempat industry.
Walaupun masa gemilang kota itu sudah lewat, namun penduduknya, yang
mempunyai gaya hidup gembira dan sering kali mewah, tampaknya belum
melihatnya. Dikota itu banyak biara dan gereja juga rohaniawan yang tidak
terhitung jumlahnya. Mereka mendapat tumpangan di sana.
Universitas yang usianya lebih dari seabad itu adalah salah satu universitas
terbaik di Jerman, khususnya untuk jurusan hukum. Setiap tahun tidak kurang dari
400 mahasiswa mendaftarkan diri. “Siapa yang ingin belajar dengan baik,
hendaklah pergi ke Erfert,” begitulah bunyi ucapannya. Luther memang
melakukan keduanya. Pada tahun 1501 ia mendaftarkan diri di sana.
Hidup seseorang mahasiswa pada zaman itu sama sekali tidak
memperlihatkan ciri kebebasan sebagaimana berlaku sekarang ini. Sebaliknya,
siapa yang mau belajar di sebuah universitas, ia harus mondok di salah satu
asrama mahasiswa yang diatur seperti biara. Seluruh studi dan kehidupan pribadi
para pemuda diawasi secara ketat oleh pemimpin asrama. Siapa saja di sana yang
berkelakuan tidak baik, dia tidak memperbolehkan mengikuti ujian. Di luar
asrama, para mahasiswa mengenakan pakaian seragam, yaitu toga, semacam


31

Tigamalaikat.Blogspot.Com/Diakses tanggal 1 Agustus 2014

Universitas Sumatera Utara

jubah yang dipakai guru besar, hakim atau pendeta dengan baret, sehingga mereka
segera dapat dikenali. Di asrama ini, idup keagamaan dan kegerejaan sangat
diperhatikan.
Kuliah yang harus diikuti dan buku yang harus dibicarakan di sana,
semuanya itu ditetapkan lebih dahulu dengan teliti. Sebelum seseorang memulai
studi yang sebenarnya pada fakultas pilihannya, dia harus lebih dulu menjalani
kursus persiapan, semacam kursus pendidikan umum, selama beberapa tahun
sebelum spesialisasi, yang disebut Fakultas Artes. Disanalah diberikan mata
pelajaran pengetahuan umum, artes libares, keahlian-keahlian itu adalah
gramatika (tata bahasa), logika, astronomi, geometri, filsafat alam (natural
philosophy), metafisika, bahkan music. Siapa yang telah menyelesaikan bahan
pelajaran yang tidak sedikit ini diperbolehkan mengikuti ujian dan diangkat
menjadi magister (bnd. Bhs. Ing., master). Magister semacam ini dapat mengikuti
studi dalam teologi, hukum, atau kedokteran. Namun demikian, sejalan dengan

itu, ia sendiri dapat memberi kuliah di Fakultas Artes.
Luther dengan mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan keras di asrama
yang telah dipilihnya, dan belajar dengan sungguh-sungguh. Di kemudian hari ia
sering mengeluh tentang banyaknya bahan pelajaran yang tidak berguna, yang
harus diselesaikannnya pada tahun-tahun itu. Waluapun demikian, keluhan itu
tidak berarti bahwa ia tidak mendapat pengetahuan umum dari pengajaran filsafat
yang selanjutnya sangat berharga bagi seluruh studinya. Para mahasiswa di
Fakultas Arte situ terutama belajar berfikir secara metodis, melalui perdebatan
wajib di antara rekan sendiri yang berlangsung setiap minggu. Perdebatanperdebatan tersebut di mulai jam enam pada musim panas dan jam tujuh pada
musim dingin. Pemimpin asrama pun mengawasi para mahasiswa yang dating
tepat waktu! Luther selalu menyimpan kenang-kenangan yang paling indah dari
jam-jam tersebut. Di kemudian hari ia juga memasukkannya dalam jadwal di
Wittenberg untuk melatih para teolog di sana dalam berpikir secara logis dan
cakap dalam bertanya jawa. Ia sendiri mendapat kemajuan dalam kecakapan

Universitas Sumatera Utara

berdebat. Oleh karena itu, ia memperoleh julukan “filsuf” dari teman-temannya. 32,
tetapi keberatannya yang utama ialah mengenai isi pengajaran yang diberikan oleh
para guru besar di Erfurt. Sebab universitas pada Abad Pertengahan tidak

mengenal kebebasan pengajaran. Dengan sumpah, para dosen telah mewajibkan
diri untuk menguliahkan kakarangan-karangan Amenurut asas-asas pikiran filsuf
ini, para teolog Roma Katolik telah menyusun ajaran mereka. Dari segi tertentu,
keadaan di Erfurt masih menguntungkan, karena di sini skolastik dikuliahkan
sesuai dengan jurusan William dari Occam, seorang rahib Fransiskan Inggris.
Melalui caranya sendiri, rahib ini telah berusaha menyesuaikan filsafat Aristoteles
dengan dogma gereja. Dalam hal itu ia cukup berhasil melepaskan diri dari filsuf
kafir tersebut. Occam telah menekankan bahwa akal budi manusia tidak sanggup
memahami rahasia-rahasia iman, tatapi bahwa kemauan haruslah lebih kuat di
banding akal budi. Ajaran tersebut memaksa manusa percaya pada dalil-dalil
ajaran gereja, walaupun dalil itu tidak masuk akal kelihatannya.
Mengenai kemauan ini. Luther kemudian sangat menetang guru-gurunya.
Saat itu ia tidak mau tahu lagi tentang ketaatan pada dogma-dogma gereja. Tetapi
manusia tidak dapat dengan akal budinya menajelaskan keajaiaban-keajaiban
pernyataan Allah dan kehidupan beriman. Baginya, semua itu selalu tetap
merupakan rahasia dan kebodohan, namun tetap dipegang teguh oleh Luther .
Malahan orang dapat berkata bahwa keajaiban pernyataan Allah ini adalah salah
satu asas dasar teologinya. Tetapi kemudian, guru besarnya yang paling baik,
yakni Profesor Trutvetter, sedikitpun tidak mau tahu lagi tentang dirinya, karena
dia telah menghancurkan ajaran scholastic.
Pada zaman itu, ajaran humanismus tumbuh dengan pesatnya suatu gerakan
yang menentang scholastic dan bertujuan kembali pada sastra klasik serta
semangat Yunani sehingga tidak bersikap kritis terhadap Gereja Roma. Di kota
Erfurt, Luther hamper-hampir tidak berkenalan dengan gerakan ini. Ia memang
membaca buku-buku dari beberapa pengarang latin, seperti Plautus dan Vergilius,

32

Ibid

Universitas Sumatera Utara

sehingga ia hafal bagian-bagian penting buku itu. Sebagai teolog, ia tetap merasa
asing terhadap gerakan tersebut.
Kehidupan di asrama mahasiswa itu diatur dengan ketat. Walaupun
demikian, kehidupan yang ketat tidak menutup kesempatan baginya untuk
menjalin persahabatan dan beramah tamah. Betapapun

keras dan tekunnya

mendalami

sempat

persoalan-persoalan

keagamaan,

ia

juga

menikmati

kesenangan dan hiburan bersama para sahabatnya. Dalam perkumpulannya, orang
suka bernyanyi. Luther memainkan kecapi. Ia belajar sendiri memainkan alat itu.
Ketika menjadi mahasiswa tahun kkeempat, ia mendapat kesempatan untuk
memainkannya dalam sebuah peristiwa istimewa 33.
Hal itu terjadi dalam liburan Paskah. Luther ingin mengunjungi
orangtuanya. Bersama seorang teman ia mengadakan perjalanan dengan berjalan
kaki ke Mansfeld, yang memakan waktu tiga hari. Tetapi menjelang tiba di Erfurt,
kakinya mengalami luka parah akibat pedangnya sendiri tidak ada seorang pun
pada zaman itu yang mengadakan perjalanan tanpa senjata. Ternyata pembuluh
nadinya terkena hampir tidak mungkin menahan darah yang keluar. Sementara
temannya tadi berlari ke kota untuk memanggil dokter. Luther dicekam oleh
ketakutan akan kematiannya. Dalam ketakutannya itu ia berdoa dengan sepenuh
hatinya, “O Maria tolonglah!”
Ketika akhirnya kakinya yang sangat bengkak itu di balut, dengan susah
payah dia dibawa kembali ke asrama. Pada malam hari luka itu terbuka lagi.
Selama beberapa waktu keadaan lukanya gawat. Ia terus menerus berseru kepada
Maria meminta pertolongan. Ia menyangka bahwa ia akan mati dan merasa
dirinya

tidak

siap.

Namun,

semuanya

mengalami

perubahan

yang

menguntungkan. Hari-hari berikutnya, yakni hari-hari istirahat yang dipaksakan,
digunakannya untuk belajar memainkan kecapi. Sebagaimana biasanya kesesakan
itu dengan segera dilupakannya lagi.

33

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Mengenai

kehidupan

kerohanian

Luther

selama

tahun-tahun

kemahasiswaannya, kita hanya mendengar sedikit saja. Sebagaimana semua orang
muda, ia tentu mengalami saat-saat kebimbangan dan godaan, tetapi ia menghibur
hatinya dengan ajaran gereja, doa, dan sakramen. Ia sendiri menceritakan bahwa
sebagai mahasiswa yang berumur 20 tahun baru pertama kali ia menemukan
sebuah Alkitab yang lengkap di perpustakaan universitas itu. Awalnya ia hanya
mengenal bagian-bagian Kitab Suci yang dibacakan di gereja menurut jadwal
yang tetap. Kini dengan penuh perhatian ia membaca riwayat Hanna dan Samuel.
Tetapi ia tidak dapat teruas membacanya karena sudah waktunya untuk mengikuti
kuliah. Orang ingin membuktikan bahwa cerita itu hanya rekaan orang saja.
Sebab, sungguh mustahil jika seorang siswa dari “Saudara-saudara yang hidup
rukun” belum pernah melihat Alkitab, dan seorang mahasiswa tidak boleh begitu
saja mencari-cari buku di perpustakaan. Tetapi, karena Luther sendiri begitu tegas
memberitahukan kenang-kenagan masa mudanya, maka keberatan semacam itu
tidak lah penting. Selanjutnya, orang tentu tidak boleh menarik kesimpulan terlalu
banyak dari kejadian ini.
Dalam waktu singkat, kira-kira empat tahun, Luther telah tamat dari kursus
Artes. Ia menempuh ujian magister pada bulan Februari 1505, dan lulus sebagai
peringkat kedua dari 17 calon. “Sungguh mulia dan hormat kalu ornag
mengangkat para magister dan berjalan membawa obor di depan mereka serta
menghormati mereka! Saya berpendapat bahwa tidak ada kegembiraan yang fana
dan duniawi lainnya yang dapat dibandingkan dengna lulus ujian tersebut,” kata
reformator itu kemudian hari. Dalam perkataan tadi, masih terasa sukacita yang
tak dapat tidak memnuhi jiwanya, ketika iapertama kali boleh memakai baret
magisternya dan menyelenggarakan kuliah pertamanya bagi para pemula di
kursus Artes. Kegembiraan yang lebih besar lagi terjadi di rumah orangtua Luther.
Ayahnya sangat bangga kepadanya, bahkan sang ayah selanjutnya menyapa
anaknya yang pintar itu dengan “tuan”.
Kini ia sudah dapat memulai studi pada jurusan hukum seperti keinginan
ayahnya,

Hans

Luther.Kemungkinanlain

tampaknya

tidak

ada.

Tetapi

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan menjadi guru besar pada kursus Artes dengan tidak melanjutkan
studi sendiri dalam mata kuliah tertentu hanya menghasilkan penghidupan yang
melarat. Selain itu, ia tidak mungkin menjadi seorang teolog. Sebab jika
demikian, Martin tidak dapat menikah. Justru wanita kaya, yang telah disediakan
oleh ayahnya, harus membuka jalan baginya ke dalam istana salah satu raja.
Sebgai ahli hukum, sudah tentu ia akan berhasil memperoleh kemajuan dalam
pekerjaannya.
Namun, pada bulan-bulan liburan sebelum kuliah hukum di mulai, tampak
ada sesuatu yang tidak beres. Ada kemuraman meliputi wajah magister muda itu.
Apakah kematian salah seorang temannya yang tiba-tiba itu menyebabkan ia
begitu murung? Tetapi ia sendiri member alas an lain: ketakutan karena dosadosanya dan rasa takut menghadapi pengadilan terakhir. Kita tidak tahu sudah
berapa lama ia melakukan atau menghalaukan pergumulan rohani itu. Yang pasti,
dalam lubuk hatinya, ia sangat gelisah. Semenjak kecil ia sudah belajar bahwa
Kristus telah member silihan atas dosa-dosa kita dengan pengorbanan-Nya di
kayu salib.
Namun, ia juga telah belajar bahwa walaupun begitu, Ia, Hakim Kekal itu,
menuntut silihan dari orang-orang Kristen yang hidup dalam dosa. Sebab tanpa
silihan itu mereka tidak dapat berdiri di hadapan-Nya. Bahwa Kristus adalah adil,
ia pun tahu. Bahwa ia sendiri adalah seorang berdosa, ia juga tahu. Ia takut
dengan maut dan hukuman di neraka.

2.2

Gerakan Reformasi Protestan oleh Martin Luther
Akibat terlalu berkuasanya Gereja dalam di abad pertengahan, menjadikan

banyaknya petinggi-petinggi Gereja yang melakukan penyimpangan kekuasaan
untuk meraup keuntungan tersendiri. Diantara penyimpangan itu adalah
banyaknya pemuka Katolik memperoleh posisi keagamaan melalui cara yang
tidak etis dan amoral, Paus yang berperilaku amoral menyangkut hubungan
dengan wanita seperti yang terjadi dalam kasus Alexander VI, penjualan suratsurat pengampunan dosa (Indulgencies), dan penyimpangan terhadap acara

Universitas Sumatera Utara

sakramen Gereja. Kaum agamawan telah berubah menjadi tiran, menjadi
politikus-politikus professional, dan menjadi diktator-diktator yang berkedok
inklerius, kepastoran, komuni, termasuk bursa penebusan dosa (pengampunan
dosa). 34
Peristiwa pemicu reformasi adalah penjualan surat penghapusan siksa
(aflat) di Jerman oleh Johann Tetzel. Kritik Luther terhadap penyimpangan Gereja
dimulai ketika ia mengeluarkan doktrin Justification by faith. Doktrin ini
berisikan 95 pernyataan protes kepada gereja dan lembaga kepausan yang telah
menyelewengkan kekuasaannya dengan membuka bursa penebusan dosa dalam
bentuk surat pengampunan dosa.
Keberatan Luther terhadap beberapa ajaran gereja saat itu sebenarnya
sudah mulai sejak dia mengerti doktrin anugerah (sekitar akhir 1514). Dalam
risalah kuliahnya setelah tahun 1515, Luther mulai menyoroti kesalahan ajaran
seperti konsep orang kudus dan Paus sebagai perantara. Namun kritik Luther ini
hanya berkutat sejauh dinding kampus. Sampai tibalah hari yang monumental itu,
ketika Luther memakukan 95 dalil di pintu gereja Wittenberg pada tanggal 31
Oktober 1517. Tanggal bersejarah yang kini dirayakan sebagai Hari Reformasi.
Pemakuan 95 dalil merupakan reaksi Luther atas penjualan surat pengampunan
dosa (indulgensi) yang berlangsung di hampir seluruh daratan Eropa. Penjualan
surat ini atas amanat Paus Leo X (1475-1521, berkuasa sejak 1513). Dia adalah
seorang Paus yang begitu fanatik dengan segala yang berbau seni Renaisans.
Ambisinya adalah membangun basilika Santo Petrus dengan arsitektur ala
Renaisans yang mewah dan mengisinya dengan aneka barang seni kelas tinggi.
Sayangnya, keuangan gereja yang morat marit tidak melapangkan ambisinya itu.
Untuk menggalang dana yang dibutuhkan, dia memerintahkan penjualan surat
pengampunan dosa secara luas dan intensif.
Berikut 95 Doktrin/dalil yang di keluarkan Martin Luther tersebut :

34

A. Najiyulloh, Gerakan Pemikiran dan Keagamaan (Akar ideologis dan penyebarannya), Jakarta
Timur: Al-I’tishom Cahaya Umat, 1993, hal 281

Universitas Sumatera Utara

1. Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus, ketika Ia mengucapkan "Bertobatlah,"
dan seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang
percaya harus diwarnai dengan pertobatan.
2. Kata ini tidak boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental;
maksudnya, berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan (dosa), yang
diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam.
3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak,
penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecuali secara lahiriah
menghasilkan

pendisiplinan

diri

terhadap

keinginan

daging.

4. Jadi, hukuman itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri maksudnya, penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu, sampai kita masuk
ke dalam kerajaan surga.
5. Paus tidak memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan
apa pun, kecuali yang telah ia diberikan dengan otoritasnya sendiri, atau oleh
peraturan.
6. Paus tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan
menyatakan dan menjaminnya te1ah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat
memberikan pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggung
jawabnya, da1am kasus tersebut, jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan
tetap ada.
7. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama
Dia menundukkan diri manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu,
kepada otoritas imam, wakilnya.
8. Peraturan pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan
tidak seharusnya dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut.
9. Oleh karena itu Roh Kudus berkarya da1am diri Paus me1akukan hal yang
baik bagi kita, sejauh da1am keputusannya, Paus se1a1u membuat
perkecualian terhadap aturan ten tang kematian dan nasib seseorang.
10. Imam-imam bertindak salah dan tanpa pengetahuan,jika dalam kasus
orang yang sekarat, mengganti hukuman kanonik dengan api penyucian.

Universitas Sumatera Utara

11. Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di
api penyucian tampaknya tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup
tertidur.
12. Pada mulanya, hukuman kanonik dikenakan bukan sesudah, melainkan
sebe1um pengampunan, sebagai ujian untuk pertobatan mendalam yang sejati.
13. Orang yang sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian, dianggap
sudah mati sesuai hukum kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum
kanon.
14. Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti
menyebabkan ketakutan yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau
kasihnya, makin besar ketakutan yang diakibatkannya.
15. Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri, tanpa
berbicara hal-hal lain, tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal
itu sangat de kat dengan kengerian keputusasaan.
16. Neraka, api penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnya
keputusasaan, hampir putus asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda.

17. Jiwa da1am api penyucian, tampaknya harus seperti ini: saat kengerian
menghilang, kasih meningkat.
18. Namun, hal itu tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apa pun atau
ayat Alkitab mana pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau
meningkatnya kasih.
19. Hal itu juga tidak terbukti; bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan
mantap dengan berkat mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa
sangat yakin dengan hal tersebut.
20. Oleh karena itu Paus, ketika ia berbicara ten tang pengampunan
sepenuhnya dari semua hukuman, itu bukan sekadar bermakna semua dosa,
melainkan hanya hukuman yang ia jatuhkan sendiri.

Universitas Sumatera Utara

21. Jadi, para pengkhotbah pengampunan dosa, yang berkata bahwa dengan
surat pengampunan dosa dari Paus, seseorang dibebaskan dan diselamatkan
dari semua hukuman, melakukan kesalahan.
22. Sebab sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman, yang harus mereka
bayar dalam kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa di api
penyucian.
23. Jika pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan
kepada seseorang, sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun
kecuali orang yang paling sempurna - yaitu, kepada sangat sedikit orang.
24. Oleh karena itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji
pembebasan dari hukuman yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis
itu.
25. Kekuasaan seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum,
seperti halnya dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di
jemaatnya sendiri, secara khusus.
26. Paus bertindak dengan benar dengan memberikan pengampunan dosa
kepada jiwa-jiwa, bukan dengan kekuasaan kunci-kunci (yang tak ada
gunanya

dalam

hal

ini),

meLainkan

dengan

doa

syafaat.

27. Orang yang berkata bahwa jiwa seseorang terlepas dari api penyucian
segera setelah uang dimasukkan ke dalam peti yang menimbulkan bunyi
gemerencing, berkhotbah dengan gila.
28. Sudah tentu, ketika uang yang dimasukkan dalam peti menimbulkan
bunyi gemerencing, ketamakan, dan keuntungan mungkin meningkat, tetapi
doa

syafaat

gereja

tergantung

pada

kehendak

Allah

semata-mata.

29. Siapa tahu apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya
atau tidak, sesuai dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan
Paschal?
30. Tidak ada seorang pun yang yakin tentang realita perasaan berdosanya
sendiri,

terlebih-lebih

pencapaian

pengampunan

dosa

seluruhnya.

Universitas Sumatera Utara

31. Seperti halnya petobat sejati itu jarang, demikian juga orang yang
sungguh-sungguh membeli surat pengampunan dosa itu jarang - maksudnya,
sangat jarang.
32. Orang yang percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa, mereka
dijamin mendapatkan keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal
bersama dengan guru-guru mereka.
33. Kita harus secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa
surat pengampunan dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai
harganya, yang menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah.
34. Sebab kasih karunia yang disalurkan melalui pengampunan ini hanya
berkaitan dengan hukuman untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen,
yang ditentukan oleh manusia.
35. Orang yang mengajar bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak
diperlukan oleh orang-orang yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api
penyucian atau membeli lisensi pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrin
Kristen.
36. Setiap orang Kristen yang merasakan penyesalan yang sejati akan
mendapatkan pengampunan dosa seluruhnya yang sejati dari penderitaan dan
rasa

bersalah,

bahkan

meskipun

tanpa

surat

pengampunan

dosa.

37. Setiap orang Kristen sejati, entah yang hidup atau yang mati, mendapatkan
bagian dalam semua berkat Kristus dan gereja yang diberikan kepadanya oleh
Allah

meskipun

tanpa

surat

pengampunan

dosa.

38. Namun, pengampunan dosa, yang dilakukan oleh Paus, tidak boleh
dipandang rendah dengan cara apa pun sebab pengampunan, seperti saya
katakan,

merupakan

pernyataan

pengampunan

dosa

dari

Allah.

39. Menekankan dampak pengampunan dosa yang besar dan pada saat yang
sama menekankan pentingnya penyesalan yang sejati di mata orang-orang,
merupakan hal yang paling sulit, bahkan juga untuk teolog yang paling
terpelajar sekalipun.

Universitas Sumatera Utara

40. Penyesalan yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman, sementara
hadiah pengampunan dosa menjadikannya lega dan membuat manusia
membencinya, atau paling tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk
membencinya.
41. Pengampunan dosa apostolikharus dinyatakan dengan penuh hati-hati,jika
tidak, orang-orang secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada
perbuatan baik kasih lainnya.
42. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa
pembelian surat pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan
dengan karya kasih karunia.
43. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada
orang miskin, atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat
lebih

baik

daripada

jika

ia

membeli

surat

pengampunan

dosa.

44. Karena, me1alui kasih, kasih meningkat, dan manusia menjadi lebih baik;
sementara melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi
hanya lebih bebas dari hukuman.
45. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang
seseorang yang kekurangan dan melewatinya, memberikan uang untuk
mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang membeli surat pengampunan
dosa

dari

Paus

untuk

dirinya

sendiri,

tetapi

murka

Allah.

46. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, kecuali mereka memiliki
kekayaan yang berlimpah, mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu
untuk dipakai bagi keperluan rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara
apa pun tidak boleh menghamburkannya untuk mendapatkan surat
pengampunan.
47. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, meskipun mereka bebas untuk
membeli surat pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan untuk
melakukannya.
48. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus, dalam memberikan
pengampunan, memiliki kebutuhan lebih banyak dan keinginan lebih banyak

Universitas Sumatera Utara

agar doa yang tekun dinaikkan baginya, daripada uang yang sudah siap untuk
dibayarkan.
49. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu
berguna,jika mereka tidak meletakkan kepercayaan mereka penyucian; tetapi
paling berbahaya, jika melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka
kepada Allah.
50. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa,jika Paus mengetahui tuntutan
para pengkhotbah pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St.
Petrus dibakar sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging,
dan tulang domba-dombanya.
51. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, seperti halnya merupakan
kewajiban, demikian juga itu merupakan harapan Paus yang jika perlu
menjual Basilika St. Petrus dan memberikan uangnya sendiri kepada banyak
orang, yang darinya para pengkhotbah pengampunan dosa menarik uang.
52. Sia-sialah harapan untuk mendapatkan keselamatan melalui surat-surat
pengampunan dosa, bahkan sekalipun itu komisaris, tidak, bahkan Paus
sendiri - harus menjanjikan jiwanya sendiri bagi mereka.
53. Orang yang, demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firrnan
Allah untuk meredakan ketenangan di gereja lainnya, adalah musuh Kristus
dan Paus.
54. Kesalahan dilakukan terhadap firman Allah jika, dalam khotbah yang
sama, waktu yang sama atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat
pengampunan daripada untuk membahas firman Allah.
55. Menurut pikiran Paus jika surat pengampunan, yang merupakan masalah
yang sangat kecil, dirayakan dengan satu bel, satu prosesi, dan satu seremoni;
Injil, yang merupakan masalah yang sangat besar, seharusnya diberitakan
dengan

ratusan

bel,

ratusan

prosesi,

dan

ratusan

seremoni.

56. Kekayaan gereja yang menyebabkan Paus mengeluarkan surat
pengampunan dosa, tidak cukup didiskusikan atau dikenal di antara umat
Kristus.

Universitas Sumatera Utara

57. Tampak jelas bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan semen tara;
sebab kekayaan tersebut tidak untuk dibagikan secara gratis, tetapi hanya
ditimbun

oleh

banyak

pengkhotbah

surat

pengampunan

dosa.

58. Kekayaan itu juga bukan kebaikan Kristus dan para Rasul; sebab tanpa
peran Paus, kebaikan selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia
rohani;

dan

salib,

kematian,

dan

neraka

bagi

manusia

lahiriah.

59. St. Lawrence berkata bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin
di gereja, tetapi ia berbicara menurut penggunaan kata itu pada zamannya.
60. Kami tidak tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kunci gereja,
yang

diserahkan

melalui

kebaikan

Kristus,

adalah

kekayaan

itu.

61. Sangat jelas bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk
mengampuni hukuman dan kasus-kasus yang khusus diberikan padanya.
62. Kekayaan gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih
karunia Allah.
63. Namun, kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama
menjadi yang terkemudian.
64. Sementara kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena
membuat yang terakhir menjadi yang pertama.
65. Oleh karena itu kekayaan Injil adalah jala, yang pada mulanya digunakan
untuk menjala orang kaya.
66. Kekayaan surat pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan
untuk menjala kekayaan orang.
67. Surat pengampunan dosa, yang dipromosikan secara jelas oleh para
pengkhotbah sebagai kasih karunia terbesar, dipandang sungguh-sungguh
seperti

itu

sepanjang

berkaitan

dengan

meningkatnya

keuntungan.

68. Namun, dalam kenyataan, surat itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan
dengan

kasih

karunia

Allah

dan

kesalehan

karena

salib.

69. Uskup dan imam terikat untuk menerima komisaris kepausan yang
mengurusi

surat

pengampunan

dengan

segala

kehormatannya.

70. Namun, mereka masih terikat untuk melihatnya dengan segenap mata

Universitas Sumatera Utara

mereka dan memerhatikan dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang
ini tidak mengkhotbahkan keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan
apa yang diperintahkan oleh Paus.
71. Biarlah orang yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan
dosa Paus terkucil dan terkutuk.
72. Namun, pada sisi lain, orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya
untuk menentang hawa nafsu dan penye1ewengan kebebasan para
pengkhotbah pengampunan, biarlah ia diberkati.
73. Seperti halnya Paus secara adil menghardik orang yang menggunakan
berbagai

cara

untuk

merusak

perdagangan

surat

pengampunan.

74. Terlebih-lebih jika ia menghardik orang yang, dengan dalih surat
pengampunan, menggunakannya sebagai alasan untuk merusak kasih kudus
dan kebenaran.
75. Berpikir bahwa sur at pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian
sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika - meskipun itu tidak
mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan.
76. Sebaliknya, kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa
menghapuskan dosa paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan
kesalahannya.
77. Ungkapan yang mengatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus
sekarang, ia tidak bisa memberikan kasih karunia yang lebih besar, merupakan
penghujatan kepada St. Petrus dan Paus.
78. Kami sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana
pun memiliki kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut
kehendaknya - yaitu, InjiI, kuasa, karunia kesembuhan, dan sebagaimana
tertulis (1 Korintus XII.9.)
79. Mengatakan bahwa salib yang dihiasi panji-panji kepausan merniliki kuasa
yang

sama

dengan

salib

Kristus,

merupakan

penghujatan.

80. Uskup, imam, dan teolog yang mengizinkan khotbah semacam itu beredar
di antara umat, harus memberikan pertanggung-jawaban.

Universitas Sumatera Utara

81. Khotbah mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrol ini
bukanlah hal yang mudah, bahkan juga bagi orang terpelajar, tidak bisa
menyelamatkan Paus dari fitnah, atau, dalam semua peristiwa, pertanyaan
kritis kaum awam.
82. Misalnya: "Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih
yang paling kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini menjadi yang
paling benar dari semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yang tidak
terbatas demi hal yang paling hina, uang, untuk digunakan membangun
Basilika - ini menjadi alasan yang paling sepele?"
83. Sekali lagi: "Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian
masih berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan
penarikan dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan
kesalahan

untuk

berdoa

bagi

orang-orang

yang

sudah

ditebus?"

84. Sekali lagi: "Apakah karena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus,
maksudnya, demi uang, pejabat gereja mengizinkan orang yang tidak beriman
dan musuh Allah untuk menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah
dari api pencucian, namun tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu,
berdasarkan kasih yang cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu
sendiri?"
85. Sekali lagi: "Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah
lama dihapuskan dan mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan,
sekarang dipatuhi lagi dengan memberikan surat pengampunan dosa, seolaholah

peraturan-peraturan

tersebut

masih

hidup

dan

berlaku?"

86. Sekali lagi: "Mengapa Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak
daripada orang yang paling kaya di antara orang kaya, tidak membangun
Basilika St. Petrus dengan uangnya sendiri, sebaliknya dengan uang dari.
orang-orang percaya yang miskin?"
87. Sekali lagi: "Apa yang diampuni at au dianugerahkan Paus kepada orangorang, yang dengan penyesalan yang dalam dan sempurna, merniliki hak
untuk

mendapatkan

pengampunan

dan

berkat

yang

sempurna?

Universitas Sumatera Utara

88. Sekali lagi: "Berkat yang lebih besar apakah yang akan diterima gereja
jika Paus, tidak satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan
peng¬ampunan dosa dan berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang
setia dalam iman?"
89. Oleh karen a keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui
surat pengampunannya, mengapa ia menunda surat-surat dan pengampunan
dosa yang diberikan sejak lama karen a keduanya sama-sama manjur?
90. Untuk menindas keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan
semata-mata dan tidak menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan,
berarti memberi kesempatan kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuhrnusuh

mereka

dan

membuat

orang-orang

Kristen

tidak

senang.

91. jika, kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran
Paus, sernua pertanyaan ini akan diselesaikan dengan mudah - tidak, bahkan
tidak akan ada.
92. Jadi, menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat Kristus,
"Damai, damai," dan tidak ada damai!
93. Diberkatilah semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Salib, salib,"
dan tidak ada salib!
94. Orang-orang Kristen harus dinasihati untuk setia mengikuti Kristus Sang
Kepala

mereka

melalui

penderitaan,

kematian,

dan

neraka.

95. Dan dengan demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan,
bukannya melalui damai sejahtera yang palsu. Doktrin ini berupa kertas yang
ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517.
Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi. Menurut Luther,
dari pada membeli surat pengampunan itu lebih baik memberikan uang kepada
yang lebih membutuhkan dan itu lebih sejalan dengan ajaran yesus kristus.
Tuhanlah yang berhak memberikan ampunan, bukan Gereja dan agamawan.

Surat indulgensi adalah dokumen tertulis yang diterbitkan otoritas gereja.
Dengan membelinya (harganya berbeda-beda menurut status dan golongan

Universitas Sumatera Utara

pembeli), maka seseorang dapat memperoleh jaminan penghapusan dosa, baik
dosanya di masa lalu dan yang akan terjadi di masa depan. Sampai ada penulis
yang mengejeknya sebagai "Surat Izin Berdosa" (license to sin). Hebatnya lagi,
surat ini pun bisa dibeli untuk "mengeluarkan" jiwa orang yang telah mati dari
"api penyucian" (purgatori). Semakin banyak surat yang dibeli, maka semakin
banyak jiwa orang tercinta yang telah meninggal untuk dibebaskan.
Surat ini dijual terutama ke kalangan jemaat awam yang mayoritas terdiri dari
petani, tukang dan kaum jelata lainnya. Mereka begitu rentan dengan praktik ini.
Di samping kepolosan karena tingkat pendidikan yang rendah, mereka pun juga
percaya aneka tahayul seperti gambaran dunia kematian. Kondisi inilah yang
menjadikan mereka sebagai sasaran empuk penjualan surat indulgensi. Mereka
berbondong-bondong menjual segala kepunyaannya hanya untuk bisa membeli
surat indulgensi. Gereja bahkan seperti tidak lagi peduli bagaimana jemaat awam
yang miskin memperoleh uangnya, yang terpenting uang mereka masuk kas
gereja. Ada juga gereja lokal yang menolak praktik ini, seperti gereja di Spanyol
yang dipimpin Kardinal Ximenez. Tapi sebagian besar gereja lainnya menjadi
perpanjangan tangan Paus dalam penjualan surat indulgensi.
Luther sendiri terpicu oleh khotbah Johann Tetzel, sebagai salah seorang
utusan Paus. Dengan berkeliling ke kota-kota di Jerman, Tetzel dengan persuasif
berusaha meyakinkan jemaat untuk membeli surat indulgensi. Kalimatnya yang
terkenal dan sering diucapkannya, "Saat uang logam bergemerincing masuk kotak
uang, maka jiwa dari api penyucian akan terbebaskan." Sangat banyak jemaat
yang terbujuk oleh Tetzel. Sekelompok jemaat Wittenberg yang diasuh Luther
pun sengaja pergi ke kota Juteborg dan Zerbst yang disinggahi Tetzel. Merekalah
yang ketika kembali ke Wittenberg menceritakan semuanya kepada Luther.
Penjualan surat indulgensi ini sangat bertolak dengan pengampunan sebagai
anugerah Allah yang diimani Luther.
Ada dua kesalahpahaman umum yang mesti diluruskan tentang reaksi Luther
ini. Pertama, tema besar dalil Luther adalah keberatannya terhadap praktik
penjualan surat indulgensi. Luther tidak mengajukan keberatan secara

Universitas Sumatera Utara

komprehensif terhadap ajaran gereja lainnya. Keberatan Luther terhadap doktrin
gereja lainnya baru muncul di kemudian hari. Kedua, dalil-dalil Luther
sebenarnya adalah bagian dari suatu ajakan sopan untuk berdiskusi seputar
masalah penjualan surat indulgensi. Pada masa Luther hidup, adalah suatu
kebiasaan bila ada topik yang hendak didiskusikan atau diperdebatkan maka
seseorang bisa memakukan undangannya di pintu gereja Wittenberg. Bahkan
dalam paragraf pengantar dalilnya itu, Luther menuliskan, "Berdasarkan cinta
kepada kebenaran dan keinginan untuk memeriksa masalah ini, beberapa dalil di
bawah ini untuk kita diskusikan... Siapapun yang tidak bisa berdiskusi secara
langsung, dipersilakan menuliskannya." Peristiwa pemakuan dalil oleh Luther
sesungguhnya bukan peristiwa yang dramatis, radikal dan aneh untuk ukuran saat
itu. Luther hanya mengajak berdiskusi, bukan memberontak dari gereja. Tuduhan
bahwa Luther mau memprovokasi jemaat juga harus dibuang. Luther menuliskan
dalilnya dalam bahasa Latin, yang tentunya bukan bahasa pakai jemaat awam.
Para ahli yakin bahwa ajakan diskusi Luther ini ditujukan kepada kaum
akademisi.
Mulanya, reaksi otoritas gereja pun tidak terlalu heboh. Saat Paus Leo X
dilaporkan oleh Uskup Agung Albert, dia hanya menganggap Luther sebagai
orang yang kehilangan akal sehatnya dan sedang mabuk. Paus tidak terlalu
menggubrisnya ketika itu. Tidak lama kemudian, ada pihak-pihak tertentu yang
menyalin ulang, mencetak dan membagikan 95 dalil Luther ini keluar Wittenberg.
Luther sendiri tidak berada di belakang ini. Tanpa disadarinya, dia semakin
terkenal di kalangan jemaat beberapa kota di Jerman. Dengan berlandaskan
pandangan Luther, mereka mulai berani menolak membeli surat indulgensi. Pada
saat seperti inilah, otoritas gereja baru bereaksi keras.
Atas dasar keyakinan itu pula Luther, menentang doktrin sakramen suci
Gereja, pastor sebagai mediator antara Tuhan dan manusia, penyembahan benda
dan tokoh keramat, dan mitos keajaiban pastor karena menimbulkan kepercayaankepercayaan yang tidak logis dan memungkinkan terjadinya manipulasi dan
pembodohan manusia. Luther menyatakan sakramen hanya dugunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

membantu keimanan tetapai sama sekali bukan alat / jalan dalam mencapai rahmat
Tuhan dan keselamatan. Dalam tulisannya, On Cristian Liberty, Luther
menegaskan bahwa bila seseorang memiliki keimanan pasti ia akan melakukan
perbuatan-perbuatan baik. 35
Kritik Marthin Luther atas sakramen suci gereja tenyata berdampak luas
terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat. Luther dalam hal ini telah
melakukan penelanjangan mitos-mitos (debunking) mistik gereja yang telah lama
dipercaya oleh umat, akibatnya timbul pemikiran bahwa pastor/pendeta dan umat
tak ada perbedaannya dimata Tuhan, yang membedakannya hanyalah amal
kebajikannya.
Kemudian dalam pamflet yang berjudul, “Addres to the Christian Nobility
of the German Nation”. Luther secara provokatif menulis: “Tidak ada perbedaan
sama sekali antara pastor dan orang biasa. Setiap orang Kristen berhak
menafsirkan Al kitab sesuai cara pandangnya masing-masing dan tidak harus
menerima tafsiran gereja; Alkitab bukan gereja yang merupakan otoritas tertinggi
doktrin Agama. 36 Kritik Luther tentang Alkitab menjadikan kebenaran Agama
bersifat Multi Interpretasi. Luther dalam hal ini menolak tradisi keagamaan yang
mengistimewakan pastor dalam menafsirkan Alkitab. Selanjutnya Luther
menawarkan agar Alkitab yang berbahasa Latin hendaknya diterjemahkan ke
dalam bahasa Jerman agar bangsa Jerman dapat secara langsung membaca dan
menafsirkan sendiri kitab suci tanpa harus melalui pastor.
Selain itu Luther juga kritis terhadap cara hidup pastor dan biarawati yang
asketis “ mengasingkan diri”. Menurutnya sebuah penyucian dan keselamatan
dapat dilakukan tanpa harus mengasingkan diri dari lingkungan sosial tapi bisa
juga dengan melibatkan diri secara intensif terhadap berbagai persoalan yang ada
di kehidupan dunia, dengan catatan semua itu dilakukan untuk menuju keagungan
Tuhan. Gagasan inilah yang disebut wordly ascetism (asketisme duniawi). Bagi
35

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, kajian sejarah perkembangan pemikiran Negara,
masyarakat, dan kekuasaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal 151-152
36
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, kajian sejarah perkembangan pemikiran Negara,
masyarakat, dan kekuasaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal 153

Universitas Sumatera Utara

Luther kerja dalam ajaran Protestanisme merupakan sebuah panggilan Tuhan, dan
dengan gagasannya ini berarti Luther telah memunculkan moral kapitalis
(capitalism morality) dan itu artinya Luther telah mereformasi ajaran Katolik yang
tidak pernah ada dalam ajaran Katolik abad pertengahan.
Gerakan reformasi Luther berlanjut pada wilayah yang lebih dalam yakni
mengenai banyaknya para pastor kardinal yang amoral terhadap wanita,
berhubungan seks di luar ikatan perkawinan. Luther kemudian menganjurkan
perkawinan bagi para pastor. Menurutnya, kesalahan yang pernah terjadi di masa
Alexander VI adalah karena adanya larangan menikah bagi pastor dan biarawati.
Padahal seks merupakan tuntutan fitrah biologis yang tidak dapat dihilangkan
sehingga pelarangan mengakibatkan pemuka agama Katolik berbuat maksiat.
Atas perbuatannya, Luther dan pendukungnya dikucilkan dari gereja Roma.
Namun hal ini belum memuaskan pihak otoritas gereja yang tetap merasa perlu
membungkam Luther dan pendukungnya. Maka pada bulan Maret 1521, Luther
dipanggil menghadap dewan gereja (diet) yang sedang bersidang di kota Worm,
sebelah barat daya Jerman. Dewan gereja ini terdiri dari para rohaniwan yang
bertugas membahas pelbagai isu kontemporer. Tentu saja gerakan Reformasi oleh
Luther menjadi agenda utama mereka. Sidang ini diselenggarakan oleh Charles V,
Kaisar Roma Suci. Sedikit penjelasan konteksnya, waktu itu pusat pemerintahan
gereja dibagi ke dua orang yaitu Paus dan Kaisar Roma Suci. Paus dianggap
sebagai kepala gereja. Sedangkan Kaisar Roma Suci adalah semacam pelindung
secara politis kedudukan Paus.
Awalnya, Luther acuh tak acuh dengan pemanggilannya. Namun atas
desakan bangsawan Frederick yang Bijaksana, Luther pun berangkat. Frederick
ingin agar Luther memiliki kesempatan sekali lagi untuk membela pemikirannya
secara legal atas kesalahan gereja. Apalagi, otoritas gereja menjamin keamanan
Luther selama perjalanan dan persidangan. Teman-teman Luther mengkuatirkan
kepergian Luther ini. Mereka ingat bahwa sebelumnya ada seorang Reformator
bernama John Huss (1374-1415) yang pernah dipanggil gereja untuk bertemu.

Universitas Sumatera Utara

Saat itu, Huss pun diberikan jaminan keselamatan dirinya oleh pihak gereja.
Namun yang terjadi malah Huss ditangkap dan dihukum mati dengan cara dibakar
hidup-hidup. Setelah menggumuli dengan seksama dan didukung bangsawan
Frederick, Luther pun pergi ke Worm. Ketika menanggapi kecemasan para
pendukungnya, Luther berkata, "Aku akan tetap pergi ke Worm bahkan
seandainya setan begitu banyaknya seperti banyaknya ubin dan atap rumah."
Ternyata Luther bukan saja aman selama perjalanan, namun dia disambut
hangat oleh jemaat gereja pada setiap kota transit yang disinggahinya. Setelah dua
minggu perjalanan, sampailah Luther di Worm. Sambutan orang banyak di Worm
tidak kalah meriahnya seperti yang diterimanya saat perjalanan.
Luther menghadap sidang Worm hanya dua kali. Tidak seperti yang
diharapkan, Luther tidak diberi banyak kesempatan untuk menjelaskan posisi
teologisnya. Seperti pertemuan Augsburg, Luther kembali dituntut untuk
"bertobat" dari ajarannya sendiri dan kembali ke ajaran gereja Roma. Otoritas
gereja sengaja mengelak untuk berdebat dengan Luther. Mereka berdalih bahwa
doktrin gereja bukanlah untuk didiskusikan. Luther dituduh sedang berspekulasi
dengan doktrin gereja yang telah menjadi tradisi berabad-abad. Pada hari kedua
Luther menghadap, Luther memberikan jawaban yang terkenal itu, "... kecuali
kesalahan pandangan saya diberitahu menurut Alkitab dan alasan yang jelas,
maka saya tidak dapat dan tidak mau mengubahnya. Di sinilah saya berdiri. Tidak
ada lagi yang dapat saya perbuat."
Di luar sidang, para teolog pun coba membujuk Luther untuk menganulir
pandangannya. Luther tetap pada posisinya agar segala kesalahannya harus
merujuk dari Alkitab sendiri. Jika tidak ada satu pun yang bisa membuktikan
kesalahan Luther dari Alkitab maka Luther sama sekali tidak mau berkompromi.
Pada tanggal 25 April, Luther diizinkan kembali ke Wittenberg. Sejak saat itu,
otoritas gereja menganggap Luther dan pendukungnya sebagai musuh gereja.
Luther tidak mungkin bisa dihentikan dengan cara ancaman dan peringatan lagi.

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu, sidan