EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW YANG BERORIENTASI PADA PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA | Djumaliningsih | 9104 19390 1 SM

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW YANG
BERORIENTASI PADA PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENGGUNAAN ALAT
PERAGA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DITINJAU DARI
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA
Nosa Putri Djumaliningsih, Riyadi, Gatut Iswahyudi
ABSTRACT
This research aims to find out: (1) which one providing better mathematics learning
achievement, the learning using guided inquiry-oriented Jigsaw type of cooperative learning
model, Jigsaw type of cooperative or conventional learning model in rectangular flat structure
material, (2) which one having mathematics learning achievement, the student with high,
medium, or low mathematics reasoning skill in rectangular flat structure material, (3) in each
mathematics reasoning skill (high, medium, and low), which one providing better learning
achievement between guided inquiry-oriented Jigsaw type of cooperative learning model with
visual aid use, Jigsaw type of cooperative or conventional learning model in rectangular flat
structure material, (4) in each learning model (guided inquiry-oriented Jigsaw type of
cooperative learning model with visual aid use, Jigsaw type of cooperative or conventional),
which one providing better mathematics learning achievement, the students with high, medium
or low mathematics reasoning skill in rectangular flat structure material.
This study belonged to a quasi-experimental research with a 3x3 factorial design taken

place in VII grade of SMPN Ponorogo in second semester of 2011/2012 school year. The
population of research was all VII graders of Junior High Schools in Ponorogo, consisting of 51
school. The sampling technique used was stratified cluster random sampling. The classification
of school was made according to National Examination value in the school year of 2010/2011.
The samples of research were 280 students from SMPN 2 Ponorogo for high classification,
SMPN 6 Ponorogo for medium classification, SMPN 2 Babadan for low classification. The data
of mathematic reasoning skill and learning achievement were collected using a multiple-choice
test. Technique of analyzing data used was a two-way variance analysis with different cells.
The conclusions of research were (1) there was an effect of learning model on the learning
achievement (Fobs = 8.10 > Ftable = 3), from inter-row mean comparative test, it could be found
that the guided inquiry-oriented Jigsaw type of cooperative learning model with visual aid use
(marginal mean of 74.0833) provided better achievement than Jigsaw type of cooperative did
(marginal mean of 69.5652) and both of them provided better achievement than the
conventional learning model did (marginal mean of 65); (2) there was an effect of student
mathematics reasoning skill on the learning achievement (Fobs = 32.74 > Ftable = 3), from interrow mean comparative test, it could be found that the students with high reasoning skill
(marginal mean of 74.8785) provided reasoning skill equaling to the students with medium
reasoning skill did (marginal mean of 71.5506), and both of them provided better achievement
than the students with low reasoning skill did (marginal mean of 60.8571); (3) in high reasoning
skill, the guided inquiry-oriented Jigsaw type of cooperative learning model with visual aid use
provided achievement equaling to the Jigsaw type of cooperative did and both of them provided

achievement equaling to the conventional learning model did, while in medium and low
reasoning skill, the three learning model provided the same learning achievement; (4) in the
guided inquiry-oriented Jigsaw type of cooperative learning model with visual aid use, the
students with high mathematics reasoning skill had mathematics learning achievement as same
as those with medium mathematics reasoning skill had, and both of them had mathematics
learning achievement as same as those with low mathematics reasoning skill had, while in
Jigsaw type of cooperative and conventional learning model, the students with high
mathematics reasoning skill had mathematics learning achievement as same as those with
medium and low mathematics reasoning skill had.

120

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

belit atau tidak tepat pada permasalahan

PENDAHULUAN
Kemajuan

suatu


bangsa

sangat

yang ditanyakan soal, sehingga siswa tidak

ditentukan oleh kualitas sumber daya yang

dapat

dimiliki, baik sumber daya alam maupun

tersebut dengan baik. Pada Ujian Nasional

sumber daya manusia. Sumber daya manusia

yang dilaksanakan di Ponorogo Tahun 2011,

yang berkualitas


rata-rata nilai Ujian Nasional siswa SMP

pada umumnya

lahir

menyelesaikan

soal

matematika

melalui proses pendidikan yang baik dan

pada

dari institusi pendidikan yang bermutu.

kabupaten Ponorogo menempati tempat ke-


Selain itu, matematika merupakan mata

26 dari 38 kabupaten dan kota di Jawa

pelajaran yang diajarkan mulai jenjang

Timur dengan nilai rata-rata 6,96 jauh di

pendidikan dasar. Matematika timbul karena

bawah rata-rata propinsi yaitu 7,71. Jika

olah pikir manusia yang berhubungan

dilihat lebih lanjut pada setiap kemampuan

dengan ide, proses dan penalaran yang

yang diujikan, ada beberapa materi dengan


disusun

dengan

daya serap siswa kurang dari 70. Materi–

mempergunakan logika deduktif. Tujuan

materi pada semester II kelas VII SMP

pendidikan matematika di sekolah adalah

tersebut terlihat pada Tabel 1.

secara

konsisten

mata


pelajaran

Matematika

di

untuk mempersiapkan anak didik agar

Kesulitan yang dialami siswa pada mata

sanggup menghadapi perubahan-perubahan

pelajaran matematika tidak hanya bersumber

keadaan dalam kehidupan

yang

dari kemampuan siswa, akan tetapi ada


latihan

faktor yang turut menentukan keberhasilan

logis,

siswa dalam belajar matematika (Soedjadi,

senantiasa
bertindak

berubah,
atas

dasar

dunia

melalui

pemikiran

rasional, kritis, cermat, kreatif dan efisien.
Dengan

demikian

dikatakan

perkembangan kognitif, kemampuan siswa,

bahwa diberikannya pelajaran matematika

jenis kelamin siswa serta faktor yang berasal

adalah memberikan tekanan pada penataan

dari luar diri siswa antara lain meliputi

nalar, pembentukan sikap siswa, serta


keadaan sosial ekonomi, lingkungan, model

keterampilan dalam menerapkan matematika

mengajar yang dipakai guru, dan sarana atau

di kehidupan sehari-hari.

fasilitas yang digunakan.

Berdasarkan

dapat

2000), yaitu faktor internal meliputi sikap,

observasi

yang


telah

Pemilihan model mengajar yang tepat

dilakukan peneliti pada bulan Februari 2012

akan membantu siswa untuk lebih aktif

di SMPN 6 Ponorogo kelas VII A, VIIB dan

dalam belajar, sehingga proses dan hasil

VIIC pada materi himpunan, sering dijumpai

belajar siswa dapat meningkat. Untuk

banyak siswa yang masih kurang daya

mengurangi siswa yang hanya bergantung

nalarnya (khususnya dalam menyelesaikan

kepada teman kelompok dapat menggunakan

soal-soal matematika), yaitu dengan melihat

kooperatif tipe Jigsaw yang memberikan

jawaban siswa yang tidak logis, berbelit-

tanggung jawab penguasaan materi terhadap
121

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

siswa dan menuntun siswa untuk kreatif

lebih bermakna. Sementara itu menurut

mengumpulkan informasi mengenai materi

Slavin

tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif

kooperatif

Jigsaw

bergantung pada teman satu timnya untuk

(Anita

Lie,

2007),

guru

(2008),

kunci

Jigsaw

pembelajaran

adalah

dapat

dimiliki

diperlukan supaya dapat berkinerja baik

mengaktifkan

dan

membantu

pengetahuan

siswa

informasi

siswa

memperhatikan pengetahuan yang telah
siswa

memberikan

tiap

yang

pada saat penilaian.

materi

sebelumnya agar bahan pelajaran menjadi
Tabel 1 Daftar Materi Uji Pada Semester II Kelas VII Ujian Nasional Tahun 2011 Siswa
SMP Kab. Ponorogo
No Kemampuan yang Diuji
Kota Prop Nas
1. Menentukan irisan atau gabungan dua himpunan
75.41 79.38 77.85
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan irisan atau
2.
76.46 78.88 76.36
gabungan dua himpunan
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan relasi atau
3.
72.26 79.17 78.55
fungsi
Mengitung besar sudut yang melibatkan sudut dalam dan
4.
84.17 88.49 87.80
sudut luar segitiga
Menghitung besar sudut yang terbentuk jika dua garis
5.
88.10 87.67 85.55
sejajar berpotongan dengan garis lain
6. Menghitung luas bangun datar
77.55 78.21 75.75
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun
7.
63.94 68.08 66.39
datar
Menyelesaikan soal keliling bangun datar dan penggunaan
8.
68.61 75.25 72.36
konsep keliling dalam keseharian
Dalam penemuan terbimbing, siswa
perlu

dibiasakan

untuk

Terbimbing dengan Penggunaan Alat

memecahkan

Peraga.

masalah, menemukan sesuatu yang berguna

Dengan penggunaan tipe Jigsaw ini

bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

diharapkan dapat mengatasi permasalahan

Guru tidak memberikan pengetahuan kepada

kurangnya interaksi antar siswa serta antara

siswa.

siswa dan guru, dengan kata lain mampu

Siswa

harus

mengkonstruksi

pengetahuan di benak mereka sendiri. Selain

mangaktifkan

itu, dalam mempelajari suatu konsep atau

pelaksanaan pembelajaran. Di pihak lain,

prinsip-prinsip matematika diperlukan pula

dalam penemuan terbimbing, siswa perlu

pembelajaran yang inovatif dan pengalaman

dibiasakan untuk memecahkan masalah,

melalui benda-benda nyata (konkret) yang

menemukan sesuatu yang berguna bagi

dapat digunakan sebagai jembatan bagi

dirinya,

siswa untuk berpikir abstrak.

sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Selain itu, dengan menggunakan alat peraga

Jigsaw yang Berorientasi pada Penemuan

dapat

122

dan

interaksi

bergelut

membantu

siswa

siswa

dengan

saat

dalam

ide-ide

pelajaran

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

matematika, karena objek matematika yang

h.Kemudian siswa itu kembali ke kelompok

bersifat abstrak dapat dikongkritkan.

asalnya dan bergantian menjelaskan

a.Guru menjelaskan kepada seluruh siswa

penyelesaian soal kepada anggota dalam

tentang

kelompok asal.

akan

diterapkannya

model

hasil

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sebagai

i. Siswa melakukan presentasi hasil kerja

suatu variasi model pembelajaran.

kelompok dengan menggunakan alat peraga.

b.Guru menjelaskan kepada siswa tentang

j. Guru bersama siswa mendiskusikan hasil

pola kerjasama.

kerja kelompok.

c.Guru tidak menerangkan materi yang akan

k.Guru memperkuat konsep materi ajar

dipelajari karena siswa akan menemukan

dengan memberikan pertanyaan langsung.

konsep dari materi tersebut dalam belajar

l. Guru mengecek kemampuan belajar siswa

kelompok

dengan memberikan tes.

sehingga

pengetahuan

yang

diperoleh akan lebih dipahami berdasarkan

m. Siswa mengumpulkan jawaban tes.

pengalaman belajar masing-masing.

n.Guru bersama siswa membahas soal tes.

d.Para

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Dalam model pembelajaran kooperatif

siswa dibagi

dalam kelompok-

kelompok kecil yang heterogen. Setiap
kelompok diijinkan untuk mencari referensi

Jigsaw,

sebanyak mungkin.

terhadap penguasaan materi yang menjadi

berbeda berupa LKS (Lembar Kerja Siswa

bagian yang dipelajari dan berkewajiban

yang berorientasi pada penemuan terbimbing
petunjuk-petunjuk

mengajarkan kepada siswa lain dalam

yang

kelompoknya

mengarahkan pada materi ajar).
setiap

anggota

siswa

mengambil alat peraga yang sesuai dengan
sub materinya.

yang

mendiskusikan

Sumarsono,2005).

dalam

suasana

mempunya

banyak

mengolah

informasi

kooperatif

kesempatan
dan

dan
untuk

meningkatkan

keterampilan berkomunikasi (Anita Lie,

beberapa

kelompok yang telah

2007). Adapun langkah-langkah pada model

terbentuk, anggota kelompok yang mendapat
soal

(dalam

Selain itu, siswa bekerja dengan sesama
kelompok

mendapatkan sub materi, siswa diminta

g.Dari

anggota

dalam kelompok ahli bertanggung jawab

kelompok mendapat 1 sub materi yang

f. Setelah

menjadi

sebagai kelompok ahli (expert group) Siswa

kelompok (misalnya, setiap siswa dalam

berisi

siswa

kelompok asal (home group) dan juga

e.Ketua kelompok membagi tugas guru

yaitu

setiap

sama

bertemu

untuk

soal

tersebut

sampai

kooperatif

tipe

Jigsaw adalah

sebagai

berikut:
a.Guru menjelaskan kepada seluruh siswa

mengerti benar cara menyelesaikan soal

tentang

tersebut.

akan

diterapkannya

model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sebagai
suatu variasi model pembelajaran. Guru
123

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

menjelaskan kepada siswa tentang pola

diasumsikan kebenarannya yang disebut

kerjasama.

dengan premis. Jujun S. Suriasumantri

b.Para

siswa dibagi

dalam kelompok-

(1982) mengungkapkan bahwa penalaran

kelompok kecil yang heterogen. Setiap

merupakan suatu proses berpikir dalam

kelompok diberi lembar kerja siswa tertentu

menarik suatu kesimpulan yang berupa

untuk dikerjakan.

pengetahuan.

c.Ketua kelompok membagi tugas guru

Kerangka Berpikir

untuk

masing-masing

1. Kaitan

anggota kelompok (misalnya, setiap siswa

dengan

dalam kelompok mendapat 1 soal yang

siswa.

berbeda).

Penggunaan tipe Jigsaw ini diharapkan

dikerjakan

d.Dari

beberapa

oleh

antara

model

prestasi

pembelajaran

belajar

matematika

kelompok yang telah

dapat mengatasi permasalahan kurangnya

terbentuk, anggota kelompok yang mendapat

interaksi antar siswa serta antara siswa

soal

dan guru, dengan kata lain mampu

yang

mendiskusikan

sama

bertemu

untuk

soal

tersebut

sampai

mangaktifkan

interaksi

mengerti benar cara menyelesaikan soal

pelaksanaan

pembelajaran.

tersebut.

mempelajari suatu konsep atau prinsip-

e.Kemudian siswa itu kembali ke kelompok

prinsip

asalnya dan bergantian menjelaskan hasil

pembelajaran

penyelesaian soal kepada anggota dalam

pengalaman melalui benda-benda nyata

kelompok asal.

(konkret) yang dapat digunakan sebagai

f. Guru beserta siswa membahas hasil diskusi

jembatan bagi siswa untuk berpikir

kelompok

abstrak. Di pihak lain, dalam penemuan

sehingga

diperoleh

suatu

siswa

matematika
yang

dalam
Dalam

diperlukan
inovatif

dan

kesimpulan.

terbimbing, siswa perlu dibiasakan untuk

Kemampuan Penalaran Matematika
Istilah penalaran atau reasoning

memecahkan

masalah,

menemukan

sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan

dijelaskan oleh Copi (dalam Fajar Shodiq,

bergelut dengan ide-ide. Sehingga dapat

2004) sebagai berikut:

dikatakan bahwa kooperatif tipe Jigsaw

"Reasoning is a special kind of thinking
in which inference takes place, in which
conclusions are drawn from premises"

berorientasi

penemuan

terbimbing

dengan penggunaan alat peraga lebih

sehingga penalaran merupakan merupakan

baik dibandingkan dengan kooperatif

kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk

Jigsaw

menarik suatu kesimpulan atau membuat

konvensional.

suatu

pernyataan

baru

berdasar

pada

2. Kaitan

atau

antar

model

kemampuan

beberapa pernyataan yang diketahui benar

matematika

ataupun yang dianggap benar atau yang

matematika siswa.
124

pembelajaran

dengan

penalaran

prestasi

belajar

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

Menurut Soedjadi, faktor internal yang

Dengan penemuan terbimbing dan alat

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam

peraga menuntun siswa menggunakan

belajar

prestasi

penalarannya

adalalah

permasalahan.

dan

belajarnya

meningkatkan
salah

satunya

untuk

menyelesaikan

kemampuan yang didalamnya termasuk

Instrumen dan Uji Coba Instrumen

kemampuan penalaran. Dengan demikian

Dalam upaya mendapatkan data yang akurat

siswa yang mempunyai penalaran baik

maka instrumen tes prestasi belajar dan tes

akan lebih memahami tentang konsep

kemampuan

dari suatu materi ajar. Penguasaan materi

memenuhi kriteria instrumen yang baik.

ajar yang baik dapat meningkatkan

Tes prestasi belajar dan teskemampuan

prestasi belajar siswa.

penalaran siswa

3. Pengaruh

masing–masing

penalaran

yang

haruslah

tingkatan

Untuk instrumen yang berupa tes akan diuji

kemampuan penalaran untuk berbagai

validitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan

model pembelajaran terhadap prestasi

reliabilitasnya. Validitas tes yang digunakan

belajar siswa.

adalah validitas isi, yakni ditinjau dari

Penalaran

merupakan

suatu

proses

kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang

penting dalam pengerjaan matematika.

hendak

Tujuan terpenting dari pembelajaran

prosedur

matematika adalah mengajarkan kepada

penyusunan tes adalah:

siswa

a.

penaaran

logis.

Model

diukur.
yang

Untuk
harus

keperluan
ditempuh

ini,

dalam

Menentukan kompetensi dasar dan

pembelajaran Jigsaw akan mengaktifkan

indikator yang akan diukur sesuai

kegiatan siswa dan penemuan terbimbing

dengan materi dan tujuan kurikulum

akan membiasakan siswa menggunakan

untuk tes prestasi belajar sedangkan tes

idenya serta alat peraga akan membantu

penalaran menentukan indikator dalam

siswa memahami objek matematika yang

penalaran matematika.

abstrak.
4. Pengaruh

b.
masing–masing

model

kompetensi dasar dan indikator yang

pembelajaran untuk berbagai tingkatan
kemampuan

penalaran

Menyusun kisi-kisi tes berdasarkan

dipilih.

matematika

c.

terhadap prestasi belajar siswa.

Munyusun butir tes berdasarkan kisikisi yang telah dibuat.

Dalam pembelajaran kooperatif ini, guru

d.

memperhatikan pengetahuan yang telah

Teknik Analisis Data

Melakukan penilaian terhadap butir tes.

dimiliki oleh siswa atau latar belakang

Untuk keperluan uji hipotesis, data

pengalaman siswa dan membantu siswa

hasil penelitian ini diolah menggunakan

mengaktifkan skemata ini agar bahan

analisis

pelajaran

(2009:185), terdapat 4 syarat yang harus

menjadi

lebih

bermakna.
125

variansi.

Menurut

Budiyono

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

dipenuhi

dalam

menggunakan

analisis

Misalnya

variabel

model

variansi, yaitu:

pembelajaran (A) yang mempunyai nilai a1,

1.

Setiap sampel diambil secara random

a2 dan a3 dan kolom menyatakan variabel

dari populasinya.

kemampuan

2.

Masing-masing

populasi

saling

4.

matematika

(B)

mempunyai nilai b1, b2, b3.

independen dan masing-masing data

3.

penalaran

1)

H0A

: tidak

ada

perbedaan

efek

amatan saling independen di dalam

penggunaan

kelompoknya.

pembelajaran kooperatif tipe

Setiap populasi berdistribusi normal

Jigsaw berorientasi penemuan

(sifat normalitas populasi).

terbimbing,

Populasi mempunyai variansi yang

Jigsaw dan model pembelajaran

sama

konvensional.

(sifat

homogenitas

variansi

populasi).

H1A

model

kooperatif

tipe

: ada perbedaan efek penggunaan

Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel

model pembelajaran kooperatif

Tak Sama

tipe

Penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas

penemuan

dan satu variabel terikat. Adapun kedua

kooperatif

variabel

model

bebas

tersebut

adalah

model

pembelajaran dan kemampuan penalaran

Jigsaw

berorientasi
terbimbing,

tipe

Jigsaw

dan

pembelajaran

konvensional

matematika. Untuk variabel terikatnya ada 1

H0B

: tidak ada perbedaan efek antar

yaitu prestasi belajar. Oleh karena itu,

tingkat kemampuan penalaran

menurut

terhadap prestasi belajar siswa.

Budiyono

(2009:206),

untuk

menguji signifikansi efek 2 variabel bebas
terhadap

satu

digunakan

variabel

analisis

terikat

variansi

dua

H1B : ada perbedaan efek antar tingkat

dapat

kemampuan penalaran terhadap

jalan.

prestasi belajar siswa

Karena jumlah siswa untuk setiap tingkat

2)

H0AB : tidak ada interaksi antara model

kemampuan penalaran yang dimiliki berbeda

pembelajaran

dan jumlah siswa dalam tiap-tiap kelompok

kemampuan penalaran terhadap

eksperimen dan kelompok kontrol juga

prestasi belajar siswa.

berbeda, maka jumlah data untuk setiap sel
dimungkinkan

berbeda-beda

dan

tingkat

H1AB : ada interaksi antara antara

sehingga

model pembelajaran dan tingkat

analisis variansi dua jalan yang digunakan

kemampuan penalaran terhadap

adalah analisis variansi dua jalan dengan sel

prestasi belajar siswa.

tak sama
a. Hipotesis

126

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

PEMBAHASAN

2. Data Prestasi Belajar Matematika

1. Data Penalaran Matematika

Dari data prestasi belajar yang sudah masuk,

Dari data penalaran matematika yang sudah

diperoleh keterangan seperti pada Tabel 4.

masuk, diperoleh keterangan seperti pada
Tabel 3.
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kemampuan Penalaran (B) Tinggi
Model Pembelajaran (A)
(b1)
Jigsaw Termodifikasi (a1)
ab11
Jigsaw (a2)
ab21
Konvensional (a3)
ab31

Sedang
(b2)
ab12
ab22
ab32

Rendah
(b3)
ab13
ab23
ab33

Tabel 3 Sebaran Kategori Penalaran Matematika Siswa
Jumlah Siswa untuk Tiap Kategori Penalaran
Model Pembelajaran
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah
Jigsaw
berorientasi
penemuan
terbimbing
41
31
24
96
dengan penggunaan alat
peraga
Jigsaw
31
29
32
92
Konvensional
35
29
28
92
Jumlah
107
89
84
Tabel 4 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelompok
Nilai
Nilai
Standart Rata-rata
Terendah
Tertinggi
Deviasi
Jigsaw
berorientasi
penemuan terbimbing
36
100
15.57
74.08
dengan penggunaan alat
peraga
Jigsaw
40
96
12.38
69.57
Konvensional
32
96
13.37
65
Penalaran Tinggi
36
100
12.86
74.88
Penalaran Sedang
32
100
14.52
71.55
Penalaran rendah
32
88
11.68
60.86
ada

Uji Hipotesis Penelitian
Perhitungan

uji

hipotesis

dengan

perbedaan

pembelajaran

pengaruh

terhadap

prestasi

model
belajar

analisis variansi dua jalan 3×3 dengan sel

matematika pada pokok bahasan bangun

tidak sama dan taraf signifikansi α = 5%,

datar segi empat.

dengan rangkuman perhitungan pada Tabel

b. Pada efek utama kolom, yaitu penalaran

5.

matematika siswa (B) nilai statistik uji Fobs =

a. Pada efek utama baris, yaitu model

32.74 dan Fkritik = 3.00, maka Fobs > Fkritik

pembelajaran (A) nilai statistik uji Fobs =

sehingga disimpulkan H0B ditolak, atau

8.10 dan Fkritik = 3.00, maka Fobs > Fkritik

dapat dikatakan ada perbedaan pengaruh

sehingga disimpulkan H0A ditolak. Hal ini

penalaran

berarti, pada tingkat signifikansi  = 0.05
127

matematika

siswa

terhadap

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

prestasi belajar matematika siswa pada

H0A, H0B, H0AB ditolak, sehingga perlu

pokok bahasan bangun datar segi empat.

dilakukan uji lanjut untuk mengetahui

c. Pada efek utama interaksi, yaitu interaksi

perbedaan rerata antar baris, kolom dan

antara

dengan

antar sel pada kolom yang sama. Sebelum

penalaran matematika siswa (AB) nilai

melihat hasil uji lanjut, pada Tabel 6

statistik uji Fobs = 5.46 dan Fkritik = 2.37,

disajikan rangkuman rerata antar sel lengkap

maka Fobs > Fkritik sehingga disimpulkan H0AB

dengan rerata marginalnya.

model

pembelajaran

ditolak. Hal ini berarti ada interaksi antara

Rangkuman komparasi ganda antar

pendekatan pembelajaran dengan penalaran

baris,

matematika siswa terhadap prestasi belajar

komparasi rerata antar sel pada baris yang

siswa pada pokok bahasan bangun datar segi

sama, dan dkomparasi rerata antar sel pada

empat.

kolom yang sama

komparasi

ganda

antar

kolom,

dapat dilihat berturut-

turut pada Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9, dan 10

Uji Lanjut Pasca Anava
Berdasarkan hasil analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama diperoleh bahwa

Tabel 5 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Keputusan
Sumber
JK
dK
RK
Fobs
F
Uji
Model Pembelajaran (A)
2441.3666
2
1220.6833 8.10
3
H0A ditolak
Penalaran Matematika (B)
9868.6054
2
4934.3027 32.74
3
H0B ditolak
Interaksi (AB)
3289.8724
4
822.4681 5,46
2.37 H0AB ditolak
Galat (G)
40845.0207 271 150.7196 Total
56444.8651 279 Tabel 6 Rerata Data Tes Prestasi Belajar Siswa
Kemampuan Penalaran Siswa
Model Pembelajaran
Tinggi
Sedang
Rendah
Jigsaw
berorientasi
penemuan
76.1290
57.5
terbimbing dengan penggunaan alat 82.2439
peraga
Jigsaw
74.0645
69.2414
65.5
Konvensional
66.9714
68.9655
58.43
Rerata Marginal
74.8785
71.5506
60.8571
H0
µ 1• = µ 2•
µ 2• = µ 3•
µ 1• = µ 3•
H0
µ •1 = µ •2
µ •2 = µ •3
µ •1 = µ •3

Rerata
Marginal
74.0833
69.5652
65

Tabel 7 Rangkuman komparasi ganda antar baris.
Fobs
2 F(0,05;2;271)
DK
Keputusan uji
6.36
6
{F | F > 6} H0 ditolak
6,34
6
{F | F > 6} H0 ditolak
25.70 6
{F | F > 6} H0 ditolak
Tabel 8 Rangkuman komparasi ganda antar kolom
Fobs
2 F(0,05;2;271)
DK
Keputusan uji
3.58
6
{F | F > 6} H0 tidak ditolak
32.84
6
{F | F > 6} H0 ditolak
61.53
6
{F | F > 6} H0 ditolak

128

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

Tabel 9 Rangkuman komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
H0
Fobs
8 F(0,05;8;271)
DK
Keputusan uji
µ 11 = µ 12
4.38
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
µ 12 = µ 13
31.12
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 ditolak
µ 11 = µ 13
61.46
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 ditolak
µ 21 = µ 22
2.31
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
µ 22 = µ 23
1.41
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
µ 21 = µ 23
7.65
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
µ 31 = µ 32
0.42
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
µ 32 = µ 33
10.49
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
µ 31 = µ 33
7.53
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
H0
µ 11 = µ 21
µ 21 = µ 31
µ 11 = µ 31
µ 12 = µ 22
µ 22 = µ 32
µ 12 = µ 32
µ 13 = µ 23
µ 23 = µ 33
µ 13 = µ 33

Tabel 10 Rangkuman komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama.
Fobs
8 F(0,05;8;271)
DK
Keputusan uji
7.83
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
5.48
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
29.20
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 ditolak
4.71
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
0.01
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
5.10
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
5.82
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
4.95
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak
0.07
8(1.94) = 15.52
{F | F > 15.52}
H0 tidak ditolak

PEMBAHASAN

HASIL

keduanya

ANALISA

lebih

DATA

konvensional.

1.

2.

Hipotesis Pertama

baik

dari

pembelajaran

Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil analisis variansi dua

Berdasarkan hasil analisis variansi

jalan rancangan 3×3 dengan sel tidak sama

dua jalan rancangan 3×3 dengan jumlah

untuk efek utama A (model pembelajaran)

sel tidak sama untuk efek utama B

diperoleh Fa = 8.10 > 3.00 = Ftabel. Ini berarti

(kemampuan

terdapat perbedaan yang signifikan antara

diperoleh Fb = 32.74 > 3.00 = Ftabel. Ini

prestasi

berarti bahwa terdapat perbedaan yang

belajar

matematika

siswa

yang

penalaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif

signifikan

tipe Jigsaw berorientasi penemuan terbimbing

matematika

dengan penggunaan alat peraga, pembelajaran

kemampuan penalaran tinggi, sedang,

kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran

dan rendah. Dilihat dari uji lanjut antar

konvensional. Dilihat dari uji lanjut antar baris

kolom dengan melihat rerata marginalnya

dengan melihat rerata marginalnya jika H0A

jika

ditolak diketahui bahwa, model pembelajaran

kemampuan penalaran matematika tinggi

kooperatif

tipe

Jigsaw

yang

H0

antara

matematika)

siswa

ditolak

prestasi
yang

diketahui

belajar
memiliki

bahwa

berorientasi

mempunyai prestasi belajar matematika

penemuan terbimbing dengan penggunaan alat

yang sama dengan kemampuan penalaran

peraga memberikan prestasi belajar matematika

matematika sedang dan keduanya lebih

yang lebih baik dari kooperatif tipe Jigsaw dan
129

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

baik

dari

kemampuan

penelitian ini. Kendala penelitian antara

penalaran

matematika rendah.

lain:

3.

1)

Hipotesis Ketiga

Pada pembelajaran kooperatif tipe

Berdasarkan hasil anava dua jalan

Jigsaw,

sebagian

dengan sel tidak sama diperoleh harga

mampu

untuk

statistik uji Fab = 5.46 dan Ftabel = 2.37,

menjelaskan materi pembelajaran

terlihat bahwa Fab > Ftabel sehingga Fab

yang menjadi tanggung jawabnya

DK, dengan demikian H0ab ditolak.

kepada

teman-teman

Dilihat dari uji lanjut rerata antar sel pada

kelompok

sehingga

kolom yang sama serta melihat rerata,

kelompok

yaitu pada kemampuan penalaran tinggi,

mempunyai kemampuan sedang dan

model

pembelajaran

tipe

rendah hanya mencontoh pekerjaan

Jigsaw

yang

penemuan

siswa dengan kemampuan penalaran

terbimbing
peraga

kooperatif

berorientasi

dengan

penggunaan

memberikan

prestasi

Jigsaw,

2)

belajar

kooperatif

tipe

model

pembelajaran

Jigsaw

memberikan

belum

memahami

ahli

pada
siswa

dan

dalam
saat
yang

tinggi.

alat

Soal tes berupa pilihan ganda dan
hanya satu tipe soal sehingga dalam

matematika yang sama dengan kooperatif
tipe

siswa

satu

kelas

memungkinkan

prestasi belajar matematika yang sama

menjawab

dengan

sama

yang

adanya

siswa

dengan

tidak

dapat

model

pembelajaran

sehingga

konvensional.

Model

pembelajaran

mengukur kemampuan sebenarnya

berorientasi

pada siswa khususnya siswa dengan

dengan

kemampuan penalaran sedang dan

penggunaan alat peraga memberikan

rendah yang cenderung bersikap

prestasi belajar matematika yang lebih

tidak jujur saat mengerjakan tes

baik

prestasi belajar matematika.

tipe

penemuan

Jigsaw

terbimbing

dengan

kemampuan

konvensional.

penalaran

Pada

sedang

3)

dan

tes

jujur

dan

kooperatif

soal

tidak

Siswa dengan kemampuan penalaran

rendah, model pembelajaran kooperatif

matematika

tipe Jigsaw yang berorientasi penemuan

belum

terbimbing

pembelajaran yang diberikan.

peraga

dengan

memberikan

penggunaan
prestasi

alat
4)

belajar

sedang

siap

dan

dengan

rendah
model

Sebagian besar siswa masih malu

matematika yang sama dengan kooperatif

dan tidak berani bertanya pada guru

tipe Jigsaw dan konvensional. Hal ini

apabila ada materi pelajaran yang

tidak

kurang jelas.

sesuai

dimungkinkan

dengan
karena

hipotesis,

4. Hipotesis Keempat

kekurangan

130

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

Berdasarkan hasil anava dua jalan

karena

keterbatasan

waktu

dengan sel tidak sama diperoleh harga

sehingga siswa dengan berbagai

statistik uji Fab = 5.46 dan Ftabel = 2.37,

tingkat kemampuan penalaran

terlihat bahwa Fab > Ftabel sehingga Fab

kurang

DK, dengan demikian H0ab ditolak.

kesempatan

Dilihat dari uji lanjut rerata antar sel pada

banyak

baris yang sama serta melihat rerata,

pembelajaran,

yaitu

memperoleh

pada

model

pembelajaran

mendapatkan
terlibat
dalam

lebih
kegiatan
untuk

pemahaman

kooperatif tipe Jigsaw yang berorientasi

konsep yang kuat, siswa yang

penemuan

dengan

aktif dan konsentrasi hanya

penggunaan alat peraga, kemampuan

siswa yang memiliki penalaran

penalaran matematika tinggi mempunyai

tinggi saja.

terbimbing

c)

prestasi belajar matematika yang sama
dengan

kemampuan

jenis dan dalam satu kelas

penalaran

sama.

matematika sedang namun keduanya
d)

lebih baik dari kemampuan penalaran
rendah.

Pada

model

Soal tes penalaran hanya satu

Pada kooperatif tipe Jigsaw
yang

pembelajaran

berorientasi

penemuan

kooperatif tipe Jigsaw dan konvensional,

terbimbing dengan penggunaan

kemampuan penalaran matematika tinggi

alat peraga dan kooperatif tipe

mempunyai prestasi belajar matematika

Jigsaw memiliki sintaks yang

yang sama dengan kemampuan penalaran

sama yaitu (1) berdiskusi di

matematika sedang dan rendah.

kelompok awal, (2) berdiskusi
dengan

Ketidak sesuai dengan hipotesis

kelompok

ahli,

(3)

karena

berdiskusi dengan kelompom

kekurangan baik dari pihak guru maupun

awal dan saling berbagi materi.

pihak siswa yaitu:

Sehingga

1)

Kekurangan dari pihak guru yaitu:

memaksimalkan ketiga sintaks

a)

tersebut, dalam hal ini guru

penelitian

b)

disebababkan

Keterbatasan

penelitian

ini

guru

kurang

yang tidak mampu mengontrol

kurang

variabel-variabel lain di luar

bagaimana siswa mengevaluasi

kemampuan

dan

penalaran

memperhatikan

mengkomunikasikan

matematika siswa.

jawaban dan lebih cenderung

Kondisi saat penelitian tidak

membantu siswa yang merasa

memungkinkan

kesulitan.

membangun

suasana

untuk
2)

belajar

yang mendukung disebabkan
131

Kekurangan dari pihak siswa

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

a)

Terdapat siswa kurang jujur

konvensional untuk pokok bahasan

dalam mengerjakan soal tes

bangun datar segi empat kelas VII

prestasi

SMP di Kabupaten Ponorogo.

dikarenakan

soal

berupa pilihan ganda dan

b)

2.

sama untuk seluruh siswa

tinggi mempunyai prestasi belajar

dalam satu kelas.

matematika

Pada

saat

pengisian

beberapa

sama

dengan

kemampuan penalaran matematika

siswa

masih

sedang dan lebih baik dari rendah

pada

teman

namun

keduanya

mempunyai

kelompoknya dan tidak peduli

prestasi belajar matematika yang

terhadap cara mendapatkan

lebih

hasil

hanya

penalaran matematika rendah untuk

akhirnya

pokok bahasan bangun datar segi

namun

mengetahui

hasil

saja.

baik

dengan

kemampuan

empat kelas VII SMP di Kabupaten

Dimungkinkan

adanya

Ponorogo.

ketidakjujuran siswa pada saat

3.

pengisian tes prestasi
d)

yang

LKS

tergantung

c)

Kemampuan penalaran matematika

Pada kemampuan penalaran tinggi,
model pembelajaran kooperatif tipe

antusias

Jigsaw yang berorientasi penemuan

siswa dalam kegiatan belajar

terbimbing dengan penggunaan alat

mengajar

karena

peraga memberikan prestasi belajar

jigsaw

matematika

Ketertarikan

model

dan

menurun
kooperatif

yang

sama

dengan

Jigsaw.

Model

dilakukan sebanyak delapan

kooperatif

pertemuan sehingga beberapa

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

siswa jenuh.

memberikan

tipe

matematika

yang

belajar

sama

dengan

model pembelajaran konvensional.

KESIMPULAN
Berdasarkan

prestasi

analisa

data

dan

Model pembelajaran kooperatif tipe

pembahasan, dapat disimpulkan beberapa

Jigsaw

hal sebagai berikut.

terbimbing dengan penggunaan alat

1.

Model pembelajaran kooperatif tipe

peraga memberikan prestasi belajar

Jigsaw yang berorientasi penemuan

matematika yang lebih baik dengan

terbimbing dengan penggunaan alat

model pembelajaran konvensional.

peraga memberikan prestasi belajar

Pada kemampuan penalaran sedang

matematika yang lebih baik dari

dan rendah, model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan keduanya

kooperatif

lebih baik dari model pembelajaran

berorientasi penemuan terbimbing
132

berorientasi

tipe

penemuan

Jigsaw

yang

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

dengan

penggunaan alat peraga

memberikan

4.

prestasi

matematika

yang

sama

kooperatif

tipe

Jigsaw

muncul

kendala

teknis

dalam

belajar

pelaksanaannya.

dengan

diperlukan persiapan yang matang

dan

oleh

guru

Selain

sehingga

itu

apabila

konvensional.

pendekatan ini akan digunakan,

Pada model pembelajaran kooperatif

harus disertai dengan persiapan

Jigsaw yang berorientasi

fasilitas dan pengkondisian siswa

tipe

penemuan

terbimbing

penggunaan

alat

dengan

yang

peraga,

pembelajaran.

bisa

mendukung

proses

kemampuan penalaran matematika

b. Berdasarkan hasil penelitian kedua

tinggi mempunyai prestasi belajar

disarankan sebaiknya sesekali guru

matematika

memilih

yang

sama

dengan

berbagai

model

kemampuan penalaran matematika

pembelajaran yang memperhatikan

sedang namun keduanya lebih baik

penalaran matematika siswa agar

dari kemampuan penalaran rendah.

prestasi belajar siswa khususnya

Pada model pembelajaran kooperatif

untuk

Jigsaw

tipe

pembelajaran

dan

model

kemampuan

penalaran

rendah dapat meningkat dan guru

konvensional,

khususnya

wali

kelas sesekali

kemampuan penalaran matematika

perlu melakukan tes penalaran dari

tinggi mempunyai prestasi belajar

lembaga tertentu untuk mengetahui

matematika

kemampuan

yang

sama

dengan

penalaran

siswa

kemampuan penalaran matematika

karena informasi tersebut dapat

sedang dan rendah.

digunakan sebagai umpan balik
terhadap keberhasilan siswa dan

Saran
Berdasarkan penelitian ini dapat

meningkatkan

dikemukakan beberapa saran sebagai

prestasi

belajar

siswa.

berikut:

c. Berdasarkan hasil penelitian ketiga
maka pada kemampuan penalaran

1) Bagi Guru
a. Berdasarkan kesimpulan penelitian

tinggi, untuk efisiensi dan lebih

yang pertama, disarankan sesekali

praktis, guru dapat menerapkan

model

ini

dapat

model kooperatif tipe Jigsaw tetapi

salah

satu

jika ingin membiasakan siswa

referensi dalam pembelajaran di

kemampuan penalaran tinggi untuk

kelas. Model ini membutuhkan

lebih kreatif dalam menuangkan

waktu dan fase yang lebih panjang,

idenya dalam menemukan konsep

akibatnya sangat dimungkinkan

sendiri dapat diterapkan model

pembelajaran

dijadikan

sebagai

133

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

kooperatif tipe Jigsaw berorientasi

penalaran

penemuan

rendah.

terbimbing

penggunaan

alat

dengan

peraga.

Pada

tinggi,

sedang

atau

2). Bagi Sekolah

kemampuan penalaran sedang dan

Kurikulum

Tingkat

Satuan

rendah, dapat diterapkan model

Pendidikan (KTSP) lebih memfokuskan

Jigsaw

pada pengembangan potensi individu

model

kooperatif

tipe

berorientasi penemuan terbimbing

(bukan

dengan penggunaan alat peraga,

alternatifnya adalah sekolah memberikan

kooperatif tipe Jigsaw dan model

hak sepenuhnya kepada guru untuk

pembelajaran

konvensional,

mengembangkan potensi masing-masing

namun untuk efisiensi dan lebih

individu terutama dalam pembelajaran di

praktis, guru dapat menerapkan

kelas. Selain itu, pemanfaatan fasilitas

model pembelajaran konvensional

yang

tetapi jika ingin membiasakan

dioptimalkan agar tidak hanya terkesan

siswa dalam kerja kelompok dan

sebagai pelengkap fasilitas.

membuat siswa lebih kreatif dalam

3) Bagi Siswa

menuangkan

idenya

menemukan

untuk

sendiri

matematika

dapat

penyeragaman).

ada

a. Model

di

Salah

sekolah

juga

pembelajaran

satu

harus

kooperatif

tipe Jigsaw berorientasi penemuan

konsep
diterapkan

terbimbing

dengan

penggunaan

Jigsaw

alat peraga adalah pembelajaran

berorientasi penemuan terbimbing

yang mendorong siswa berfikir

dengan penggunaan alat peraga

tentang

suatu

dan koperatif tipe Jigsaw.

mereka

mencari

model

kooperatif

d. Berdasarkan

tipe

hasil

penelitian

persoalan

dan

sendiri

cara

penyelesaiannya.

Pendekatan

keempat diperoleh bahwa model

sehingga menuntut siswa untuk

pembelajaran

tipe

lebih aktif dalam mengembangkan

berorientasi

sikap dan pengetahuannya tentang

Jigsaw

kooperatif

yang

penemuan
penggunaan

terbimbing
alat

dengan

matematika

dapat

kemampuan

peraga

sesuai

dengan

masing-masing

diterapkan kepada siswa dengan

sehingga akibatnya memberikan

kemampuan penalaran tinggi dan

hasil belajar yang lebih bermakna

sedang,

tipe

pada siswa. Siswa harus mulai

Jigsaw dan model pembelajaran

terbiasa dengan aktivitas yang

konvensional

diterapkan

lebih tinggi dalam kegiatan belajar

kepada siswa dengan kemampuan

mengajar karena dalam pendekatan

model

kooperatif

dapat

ini siswa harus melalui beberapa
134

JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012

fase

untuk

Budiyono. 2009. Statistika untuk
Penelitian. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Press.

mendapatkan

pemahaman yang baik tentang
suatu materi.
b. Siswa
sumber

diharapkan
belajar.

Fajar Shodiq. 2004. Pemecahan masalah,
penalaran,
dan
komunikasi.
Disajikan pada Diklat Instruktur
atau Pengembang Matematika SMA
Jenjang
Dasar.
Departemen
Pendidikan Nasional: Yogyakarta.

memperkaya
Selain

buku

pegangan dari sekolah ataupun
modul

yang

diberikan

guru,

pencarian materi pelajaran dari

Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafat
Ilmu. Jakarta: Gramedia.

perpustakaan atau dari internet
dapat memperkaya pengetahuan

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan
Matematika
di
Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional

siswa dan dapat meningkatkan
kemampuan

siswa

dalam

Sumarsono.
2005.
Penerapan
Pembelajaran Kooperative Model
STAD (Student Team Achievemen
Division) dan Model Jigsaw
Terhadap Prestasi Belajar Fisika
pada Pokok Bahasan Tegangan dan
arus Bolak-Balik Ditinjau dari
Aktivitas Belajar Siswa. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas
Sebelas
Maret.

memecahkan permasalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning,
Mempraktekkan
Cooperative
Learning di Ruang Kelas. Jakarta:
PT
Gramedia
Widiasarana
Indonesia.

135

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS.

5 12 35

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN THINK-TALK-WRITE PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT KELAS VII SMP.

0 2 21

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN ALAT PERAGA PADA Eksperimentasi Pengajaran Matematika Menggunakan Metode Diskusi Dengan Alat Peraga Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa.

1 5 16

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Guided Note Taking (GNT) Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kota Surakarta Tahun 2013/2014.

0 1 18

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TTW DAN TPS PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA | Kusuma | 5730 12279 1 SM

0 0 14

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL | Widodo | 5915 12643 1 SM

0 0 13

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING, PAIR CHECKS, DAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR | Muawanah | 6481 13764 1 SM

0 0 12

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN ASPEK AFEKTIF SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL | Negara | 5305 11531 1 SM

0 0 17

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN ASPEK AFEKTIF SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL | Perwira Negara | 6684 14203 1 SM

0 0 17

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING SISWA KELAS VII SMP MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

0 0 8