Iqbal M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembil

GEF

Wetlands International - Asia Pacific

Indonesia Programme

TIM PRODUKSI

Penyusun : Muhammad Iqbal Pelaksana Kegiatan

Sukirmo, Teguh Imansyah (BKSDA Sumsel ); Hairul Sani (Dinas Kehutanan Banyuasin); Muhammad Iqbal, Prasetyo Widodo (KPB SOS); Edian Reza Aditra (FMIPA Biologi UNSRI)

Penyunting

Ferry Hasudungan

Desain & Tata letak

Joko Purnomo

Peta-peta : Joko Purnomo Foto sampul

© Wetlands International – Asia Pacific Indonesia Programme, 2003

Dokumen ini dapat diperoleh di:

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak-Sembilang Jl. Sumpah Pemuda Blok K-3, Kel. Lorok Pakjo Palembang - Sumatera Selatan 30137 Tel/Fax: +62 711 350786, E-mail: bsp-plg@indo.net.id

Wetlands International - Indonesia Programme Jl. Ahmad Yani No. 53 Bogor 16161 PO. Box 254/Boo Bogor 16002 Telp: +62 251 312189, Tel/Fax: +62 251 325755 E-mail: wi-ip@indo.net.id

Iqbal, M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 7, Juli/Agustus 2003. Laporan Teknis No. 74 Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang - Wetlands International - Indonesia Programme.

I. LATAR BELAKANG

Sebagai bagian dari perangkat Monitoring dan Evaluasi, Wetlands International - Berbak Sembilang Project (WIIP-BSP) mencoba mengembangkan beberapa konsep yang terstruktur yang diharapkan dapat dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kawasan Taman Nasional Sembilang (M&E plan). Salah satu konsep tersebut adalah Unit Pemantauan Terpadu (Integrated Monitoring Unit – IMU). Unit ini terdiri dari staf jagawana/wirawana Taman Nasional/BKSDA, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal dan jika memungkinkan juga masyarakat setempat. Selama proyek berlangsung kegiatan ini dibantu oleh staf Berbak Sembilang Project –WIIP, dan sesuai dengan rencana program, wilayah Taman Nasional Sembilang secara teratur akan dikunjungi sebanyak tiga kali dalam setahun.

Unit ini akan bekerjasama, berlatih untuk mengembangkan kemampuan serta tehnik-tehnik pengumpulan data lapangan (antara lain; kemampuan pengenalan jenis, pemakaian catatan lapangan, dokumentasi, penggunaan GPS, penggunaan transek darat/sungai, serta evaluasi kegiatan harian) dan menyusun laporan hasil pemantauan berupa gambaran terkini dari kawasan yang dikunjungi. Pada pemantauan yang ke-7 ini, kegiatan dikoordinasi oleh perwakilan LSM yaitu Kelompok Pengamat Burung South of Sumatera (KPB SOS). Dengan proses kaderisasi ini, diharapkan pemantauan kawasan dapat berlangsung sesuai dengan strategi yang telah disusun sebelumnya.

II. DAERAH SURVEY

Daerah-daerah pemantauan reguler yang dapat dipantau pada kegiatan kali ini adalah; Sungai Bungin (9,3 km dari muara), daerah berlumpur Semenanjung Banyuasin (mulai dari Muara S. Apung hingga Muara S. Sembilang), S. Simpang Satu (14,4 km dari muara), S. Benawang (dari Simpang Batu ke Bagan di Merawan sekitar 18,3 km), S. Bakurendo (20,6 km dari muara), Sungai Tiram (9,1 km dari muara), dan S. Terusan Dalam (13,1 km dari muara antara Sungai Terusan Luar dan S. Terusan Dalam).

Selain itu, beberapa daerah pemantauan tambahan yaitu; Sungai Bangko (9,3 km dari muara), Bagan di Muara Sungai Bogem kecik (Muara Benawang), Bagan di muara Simpang Batu, S. Haji Kemad (16,2 km dari muara), Sungai Simpang Ngirawan (20,7 km dari muara), Pulau Betet, Muara S. Benu (Desa Tanah Pilih), dan Sungai Terusan Luar (10,7 km dari bagan S. Terusan Dalam). Kawasan yang juga terpantau di luar kawasan yang dikunjungi pada survey ini adalah kawasan Tanjung Carat (untuk lebih jelas Lihat Peta 1).

Peta 1. Daerah Pemantauan

Daerah pemantauan reguler

S. Benu

Daerah pemantauan tambahan

TL

P Betet

STD STrm

SBa

P. Alanggantang

Keterangan lokasi :

SBu

Sungai Simpang Ngirawan BA Semenanjung Banyuasin

Sungai Bungin

SN

SHk

Sungai Haji Kemad

SSs

Sungai Simpang Satu

STrm

Sungai Tiram

SBa

Sungai Bangko

STD

Sungai Terusan Dalam

TBn

Teluk Benawang

TL

Sungai Terusan Luar

SBk

Sungai Bakorendo Batas Kawasan Taman Nasional Sembilang

Sumber Peta Dasar :

1. Citra Landsat Satelit Image 5TM, Bands 542 – LAPAN Mei ‘2001 2. Peta Rupa Bumi Indonesia. Skala 1 : 250.000 Lembar Palembang. Bakorsurtanal.

III. METODE

Sebagian besar kegiatan pemantauan dilakukan dengan menggunakan transportasi air, yaitu speed-boat kayu dengan mesin Yamaha 40 PK. Pemantauan dilakukan dengan menyusuri sungai-sungai yang telah ditentukan sebagai menjadi target pemantauan. Selain itu, sungai- sungai yang menurut informasi di lapangan rentan terhadap gangguan aktifitas manusia juga merupakan target dalam kegiatan pemantauan kali ini. Penyusuran dilakukan dengan kecepatan sedang dan berhenti pada titik-titik tertentu untuk mengamati kondisi habitat, satwa aktivitas manusia atau gangguan lain terhadap kawasan. Data yang dikumpulkan antara lain: aktivitas manusia yang teramati, kondisi habitat serta temuan kelompok-kelompok satwa liar yang teramati. Data pendukung seperti panjang/luas areal survey, koordinat lokasi survey juga dicatat. Penentuan koordinat lokasi pemantauan dilakukan dengan bantuan GPS Garmin 12 CX.

Wawancara dengan penduduk atau masyarakat di sekitar kawasan juga dilakukan. Selain untuk mengumpulkan data tambahan juga dilakukan untuk menyampaikan informasi mengenai status kawasan secara umum. Dalam pemantauan ke-7 ini sendiri, pemantauan juga membagikan leaflet kepada masyarakat lokal di sekitar kawasan. Dengan leaflet ini diharapkan masyarakat memahami gambaran mengenai status kawasan. Pengamatan dan identifikasi burung secara umum menggunakan alat bantu teropong (Binocular): Leica Trinovid 7x 42 BA, Pentax 8 x 40 dan Pegassus 15 x 32.. Dokumentasi kegiatan menggunakan kamera Nikon FM2, dengan lensa MicroNikkor 55 mm. Panduan lapangan yang digunakan untuk identifikasi burung adalah, MacKinnon, dkk. (2000), dan Sonobe & Usui (1993). Keberadaan kelompok mammalia selain berdasarkan hasil temuan langsung, juga diidentifikasi dari temuan jejak, cakaran atau kotoran, panduan identifikasi yang digunakan adalah van Strien (1983), dan Payne, dkk. (2000).

Kronologi Kegiatan :

Tim Pelaksana :

28 Juli Diskusi awal (Palembang) Muhammad Iqbal KPB-SOS 31 Juli Palembang – Tj. Carat - S. Bungin -

Sukirno BKSDA, Polhut Resort Terusan Semenanjung Banyuasin – Sembilang

Dalam

1 Aug Sembilang – S. Bangko - S. Simpang Satu Teguh Imansyah BKSDA, Staf Resort Terusan – Sembilang

Dalam

2 Aug Sembilang – Muara Bogem – Simpang Batu – Benawang – S. Ngirawan – S. Haji

Hairul Sani Dinas Kehutanan Banyuasin Kemad – S. Terusan Dalam

3 Aug S. Terusan Luar – S. Benu (desa Tanah

Pilih) – S. Terusan Dalam – Bakurendo –

Prasetyo Widodo KPB -SOS

Pulau Betet – S. Tiram 4 Aug Terusan Dalam- Sungsang - Palembang

Edian Reza Aditra Mhs Biologi, FMIPA UNSRI 6 Aug Evaluasi kegiatan (Palembang)

Ismail Pengemudi speed-boat Keterangan : KPB-SOS = Kelompok Pengamat Burung Spirit of South-Sumatra.

IV. HASIL PEMANTAUAN

4.1 Kondisi Pos dan Staf Resort

Kondisi fisik Pos Resort Sembilang teramati memprihatinkan dan terlihat tidak terawat. Hal ini, menyebabkan tim pemantauan tidak bisa menempati pos tersebut dan kembali harus menumpang di Pos Babinsa Sungai Sembilang.

Sementara itu, Pos Resort Terusan Dalam sudah mulai berfungsi dengan baik. Pada malam ketiga dan keempat, Tim Pemantauan telah dapat menggunakan pos ini sebagai tempat untuk beristirahat, berdiskusi dan bermalam. Kondisi fisik pos resort ini terlihat sangat terawat dan hal ini tampaknya tidak lepas dari bantuan salah seorang warga di pemukiman tersebut (Pak Gani). Dengan kondisi keberadaan pos ini, diharapkan kegiatan patroli dan pengawasan oleh petugas dapat lebih ditingkatkan.

Tim pemantauan di depan Pos Resort Terusan Dalam

4.2 Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan

Seperti pada pemantauan sebelumnya, aktifitas/kegiatan manusia yang teramati di wilayah kawasan Taman Nasional (TN) Sembilang dan sekitarnya dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu kegiatan pemantauan hasil hutan kayu dan non-kayu. Dalam Pemantauan ke-7 ini, pemantauan terhadap dua konsesi yang pernah memiliki izin untuk beroperasi di kawasan ini tetap dilakukan, yaitu PT Sribunian Trading Coy (STC) dan Koperasi Wana Karya Lestari (WKL).

a) PT Sribunian Trading Coy

Pada pemantauan kali ini, aktifitas di sekitar base-camp STC sama seperti pada pemantauan sebelumnya (Februari 2003), dimana hanya dijumpai karyawan yang sedang menjaga asset perusahaan. Hasil pemantauan terhadap kondisi STC yang diamati oleh Tim Pemantauan ke-7 ini juga telah disampaikan kepada Camat Sungsang (Bapak Mulyadi). Menurut Bapak Mulyadi, saat melakukan kunjungan ke TN.

Sembilang sekitar 3 bulan yang lalu, beliau melihat ada beberapa orang di sekitar base-camp STC dan beliau khawatir kalau keberadaan orang-orang tersebut mengindikasikan akan aktifnya kembali operasi STC di kawasan tersebut. Namun, hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan oleh tim pemantauan ke-7 tidak menemukan adanya aktifitas-aktifitas yang mencurigakan dari karyawan STC yang berada di base- camp tersebut.

b) Koperasi Wana Karya Lestari

Pada saat Tim Pemantauan ke-7 melakukan pengamatan di base-camp WKL, tidak terlihat lagi adanya orang-orang yang menjaga aset perusahaan seperti yang diamati pada pemantauan ke-6 (Lihat Wardoyo 2003). Beberapa bagian dari base-camp tersebut telah dibongkar dan tampak tidak terawat lagi. Salah seorang warga Terusan Dalam menyebutkan bahwa asset perusahaan yang ditinggal di sekitar kawasan base- camp tersebut saat ini telah diserahkan manajemen WKL kepada salah seorang warga Terusan Dalam.

Selain konsesi tersebut, teramati juga kegiatan penebangan hutan secara illegal, yaitu :

a. Penebangan kayu bernilai ekonomi tinggi (dari hutan gambut)

Di bagan Muara Sungai Bogem terlihat kayu yang disusun rapi dan menurut penduduk yang memiliki kayu tersebut didapat keterangan bahwa kayu tersebut dibeli dari Mamat Tanjung. Kayu tersebut menurutnya diambil dari Bakurendo dan kemungkinan pondok yang dibakar oleh tim pemantauan ke-6 yang lalu adalah pondok Mamat Tanjung ini. Kayu yang dibeli oleh penduduk tersebut terlihat dipotong memakai chainsaw dengan ukuran-ukuran : 5cm x 7cm x 4m, 10cm x 10cm dan 2cm x 25cm x 4m, dengan total

keseluruhan sekitar 4 m 3 .

Jalur rintisan di bagian hulu Sungai Terusan Dalam, diperkirakan

merupakan aktivitas penebangan liar.

Ketika tim Pemantauan ke-7 masuk ke Sungai Bakurendo untuk mengkonfirmasi laporan temuan ini, maka tidak didapati secara pasti orang yang bebalok (menebang kayu). Tetapi hal ini kemungkinan besar disebabkan karena tim pemantauan ke-7 tidak bisa masuk lebih ke hulu sungai. Walaupun demikian, tim Pemantauan ke-7 telah menemukan dengan baik tanda-tanda aktifitas penebangan kayu di Sungai Haji Kemad, yang ujung antara titik akhir pemantauan pada Pemantauan ke-7 ini antara S. Haji Kemad dan Bakurendo hanya berjarak 3 km (diprediksi dengan GPS Garmin 12 CX). Hal ini juga diperkuat dengan temuan nipah yang baru ditebang (ditemukan tim pemantauan pada km 16,2 dari muara Sungai) dan Pompong yang membawa gergaji dan parang untuk untuk bebalok yang ketika ditanya oleh tim Pemantauan mengaku menjaring ikan, tetapi ketika ditanya jaringnya orang dalam pompong tersebut tidak bisa menunjukkannya (ditemui sekitar 2,6 km dari muara Sungai).

b. Pengangkutan kayu sisa hasil hutan produksi

Aktifitas ini teramati teramati di bagian hulu Sungai Bakurendo yaitu di base-camp eks HPH SST-Inhutani V (sekitar 20 km dari muara Sungai). Di kawasan ini ditemukan satu tug-boat yang mengaku baru saja datang untuk menimbulkan kayu eks SST tersebut. Orang yang ditemui ini rupanya merupakan orang yang sama yang ditemui tim Pemantauan ke-6 (Pak Usman) di P10 saat membawa kayu dan nibung dari Sungai Capu. Jika pada pertemuan sebelumnya ia bekerja untuk ibu Ani, maka kali ini menurutnya ia bekerja sendiri dan anaknya bekerja untuk Juni dari Tanjung Lago. Selain itu, terdapat juga pompong lainnya yang diketua oleh Yahya yang juga bekerja untuk Juni dari Tanjung Lago.

c. Penebangan dan pengangkutan kayu nibung

Jika dibanding dengan Pemantauan di kawasan TN Sembilang sebelumnya (lihat Goenner & Hasudungan 2001, Hasudungan & Sutaryo 2001, Hasudungan & Wardoyo 2002, Hasudungan & Sutaryo 2002, Hasudungan & Wardoyo 2002a dan Wardoyo 2003), maka temuan aktifitas pengangkutan Nibung di kawasan TN Sembilang mengalami peningkatan.

Adapun temuan-temuan pengangkutan kayu Nibung tersebut, yaitu : • Satu pompong dengan 3 orang yang mengaku berasal dari Bunga Tanjung ditemui

di Sungai Benawang. Mereka mengaku hendak mengambil Nibung di kawasan Merawan. Tidak ditemui adanya potongan kayu nibung dekat lokasi tersebut. Mereka menyebut nama seseorang yang berasal dari Sungsang sebagai orang yang menyuruh mereka untuk mengambil kayu Nibung tersebut, tetapi menurut keterangan penduduk bagan Sungai Simpang Ngirawan nama yang disebutkan tersebut sudah dalam waktu satu tahun ini tidak lagi “bermain” kayu.

• Di depan Sungai Penyalin Besak ditemukan 1000 batang kayu Nibung. Saat ditemukan tim Pemantauan di lapangan, tidak ditemukan pemilik kayu tersebut di

sekitar lokasi. • Di pesisir antara Sungai Bangko dan Sembilang ditemui satu ketek yang membawa

kayu Nibung yang menurut keterangan diambil dari Sungai Buntut Buaya (Sungai kayu Nibung yang menurut keterangan diambil dari Sungai Buntut Buaya (Sungai

• Di Sungai Haji Kemad ditemui satu pompong yang membawa 11 bual/ikat (1 bual =

10 batang) kayu Nibung. Si pemilik kayu tersebut mengaku berasal dari Sungsang dan menurutnya kayu tersebut diambil untuk dipakai sendiri. Menurut salah satu anggota tim Pemantauan (Ismail), jika dilihat dari logat orang tersebut, maka logat tersebut bukanlah dari Sungsang.

• Di sekitar 9,8 km dari Sungai Terusan Dalam/Simpang Kebun ditemui pompong motor yang hendak benibung (mengambil nibung).

• Sekitar 3,8 km dari Sungai Bakurendo, tim Pemantauan ke-7 bertemu dengan ketek yang membawa 100 bual (1000 batang) kayu Nibung dan 3 M 3 kayu olahan.

Menurut mereka kayu tersebut dibawa untuk Sihak Sungsang (warung kopi) di Sungai Sembilang.

Catatan diatas menggambarkan tingginya aktifitas pengambilan kayu Nibung di kawasan TN Sembilang. Tabel berikut menggambarkan perbandingan jumlah pertemuan tim Pemantauan ke-7 dengan aktifitas pengambilan Nibung dibanding dengan temuan tim Pemantauan sebelumnya.

Tabel 1. Temuan pengambilan kayu nibung selama kegiatan Pemantauan. PEMANTAUAN

500 batang, asal S. Deringgo besar ke 3

ke 2

1 Sungai Benawang

1 Sungai Peldes

500 batang, asal S. Peldes

ke 4

1 Sungai Peldes

300 batang, asal S. Peldes

ke 5

ke 6

400 batang, asal S. Capuk/Siapo besar ke 7

1 P10

4 Berbagai tempat

Lebih 2000 batang

Keterangan : JP = Jumlah Pertemuan; LP = Lokasi Pertemuan

Rakit membawa nibung dari Sungai Bakurendo ke Sungsang Rakit membawa nibung dari Sungai Bakurendo ke Sungsang

Pada Pemantauan ke-7 ini ditemukan satu pabrik pengolahan kayu (pabrik Tampa) di muara Sungai Bungin (pemukiman nelayan Sungai Bungin). Menurut pemiliknya (Pak Dul/A. Rohim bin Ahmad, 45 tahun), pabrik ini baru didirikannya dengan menelan dana sekitar 14 juta rupiah. Pabrik ini didirikannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sungsang, karena selama ini yang mengambil kayu disekitar kawasan tersebut (yang berarti juga kawasan TN Sembilang) adalah orang-orang luar (seperti dari Gasing dan Tanjung Lago) dan mereka hanya menjadi penonton ketika kayu-kayu tersebut diambil dihadapan mereka. Pemilik pabrik ini juga menunjukkan kepada tim Pemantauan ke-7 sebuah surat atas semacam legitimasi pendirian pabrik yang diketahui oleh Kepala Desa Sungsang II, Polisi Perairan Unit Sungsang dan Babinsa (Komandan komando Rayon Militer 401-106).

Tim Pemantauan ke-7 ini juga telah memperingatkan kepada pemilik pabrik untuk membongkar pabrik tersebut. Pada kesempatan ini, tim Pemantauan ke-7 ini juga telah menjelaskan kepada pemilik pabrit tersebut akan status kawasan. Selain itu, juga telah diberikan leaflet yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai status dan kondisi kawasan TN Sembilang.

Temuan pabrik kayu ini juga telah dilaporkan kepada Camat Banyuasin II (Pak Mulyadi), dan beliau mengatakan akan menegur Kades Sungsang II karena telah memberikan izin kepada warga untuk mendirikan pabrik kayu tampa tersebut tanpa sepengetahuannya.

Personil Tim Pemantauan ke-7 berdiskusi di Rumah Dinas Camat Banyuasin II

4.3 Aktifitas Manusia Selain Pengambilan Kayu

Tambak

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang petambak di Solok Buntu yang ditemui di Sungsang, wawancara dengan beberapa masyarakat di sekitar kawasan, serta pengamatan hasil panen petambak sebelumnya serta sumber daya yang dibutuhkan untuk membuka tambak baru (tenaga, biaya dan waktu), hasil ini menunjukan kemungkinan terjadinya penambahan luas tambak.

Rumah Walet

Di Sembilang teramati ada satu bangunan rumah walet baru yang telah selesai dibangun dan aktifitas pembangunan rumah walet ini tidak ditemui pada Pemantauan sebelumnya (Februari 2003). Sementara itu, dari rumah walet yang dibangun di pemukiman nelayan Terusan Dalam di dapat laporan bahwa rumah walet tersebut gagal melakukan pemanenan. Hal ini terutama disebabkan oleh gangguan kutu unggas dan cecak.

Aktifitas Nelayan Pencari & Pengumpul Kepiting

Aktifitas ini teramati di setiap sungai yang dikunjungi, pada beberapa sungai seperti di Sungai Bungin dan Sungai Terusan Dalam teramati para pencari kepiting tersebut

mendirikan pondok sederhana di tepi sungai. Informasi dari pencari kepiting di Sungai

Ngirawan, menyebutkan bahwa mereka juga memakai Ular Punti Masak (Boiga dendrophyla) sebagai umpan kepiting. Pada pemantauan ini tidak satu pun Ular Punti Masak yang terlihat, meski demikian terlalu dini untuk menyimpulkan adanya suatu korelasi antara tidak ditemukannya Ular Punti Masak dalam pemantauan ini dengan penggunaan ular tersebut sebagai umpan kepiting.

Aktifitas nelayan pencari kepiting di Sungai Bangko

Perikanan

Beberapa jaring nelayan teramati cukup umum dipasang di sepanjang pinggiran sungai. Seperti yang dilaporkan (Suryanto & Sutaryo 2001), bahwa musim tangkap ikan dan udang terjadi pada bulan 7 dan 8 (Juli dan Agustus), dan dengan demikian pada Pemantauan ke-7 ini (yang juga bertepatan dengan bulan Juli-Agustus) hasil tangkapan nelayan berupa ikan dan udang juga umum ditemui pada Pemantauan ke-7 ini.. Tabel 2 menunjukkan jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh para nelayan dikawasan TN Sembilang.

Tabel 2. Jenis-jenis ikan ditemui yang ditangkap oleh nelayan sekitar kawasan.

Sembilang + + Duri

Gelodok + + Waru

Pirang Bujang

Buntal

Lamo

Blambangan/Kakap merah

Alu-alu

Layar

Keper + + Layur

Bawal

Pari

Ikan Sebelah

Simba/Talang

Gigi Jarang

Ikan buaya

Bu = Bagan di Sungai Bungin;

MS = Bagan di Simpang Batu;

Mb = Bagan di Muara Bogem;

Td = Bagan di Terusan Dalam;

Sb = Bagan di depan Sungai Solok Buntu

Masyarakat di Sungai Bungin melaporkan bahwa aktifitas pengambilan kayu di sekitar sungai tempat mereka melakukan penangkapan ikan telah berdampak secara tidak langsung menurunkan hasil tangkapan mereka. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi dengan beberapa alasan berikut :

- Getah dari kayu tersebuit mungkin dapat meracuni atau mengandung racun bagi jenis-jenis ikan tertentu.

- Gerakan kayu yang terjadi di dalam sungai ketika kayu-kayu tersebut ditarik terutama dalam jumlah besar menimbulkan gerakan yang cukup kuat dan diperkirakan mengakibatkan terganggunya kehidupan ikan-ikan tertentu.

- Penebangan di sekitar sungai tertentu memungkinkan untuk merubah komposisi unsur-unsur penting yang dibutuhkan ikan-ikan tersebut, seperti perubahan suhu dan berkurangnya sumber pakan.

Walaupun hasil tangkapan udang hampir ditemui disetiap bagan nelayan yang dikunjungi, tetapi beberapa nelayan menyatakan bahwa hasil tangkapannya secara umum cenderung menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, ada juga laporan yang menyatakan bahwa untuk beberapa jenis udang yang dulunya memiliki harga yang mahal seperti udang burung sekarang harganya menurun tajam.

4.4 Pengamatan Fauna BURUNG

Ibis, Bangau, dan Kuntul

Terdapat 11 individu Ibis Cucuk - besi Threskiornis melanocephalus yang teramati di Semenanjung pesisir Banyuasin, dan secara mengejutkan tidak ada satupun individu Bangau Bluwok Mycteria cinerea yang teramati secara pasti. Sedangkan Bangau Tongtong Leptoptilos javanicus yang diamati di Semenanjung Banyuasin tidak kurang dari 30 individu (dari Muara Sugai Bungin-Sembilang). Satu individu Bangau Tongtong yang teramati pada 13,5 km dari muara Sungai Simpang satu tampaknya meruapakan sesuatu hal yang baru selama Pemantauan berlangsung. Teramatinya 6 burung Kuntul besar Egretta alba dengan 3 sarangnya di Sungai Bungin merupakan hal yang baru selama kegiatan Pemantauan berlangsung. Jumlah total individu

burung Kuntul yang teramati dipesisir Sarang burung kuntul besar di dekat bagan

muara Sungai bungin

Semenanjung Banyuasin berjumlah 21 individu. Sulit untuk memastikan apakah jenis dari 21 individu itu, apakah jenis yang sama atau berbeda. Hal ini disebabkan jarak pandang antara pengamat dan objek yang terlalu jauh.

Burung Pemangsa (Raptor)

Tiga jenis burung pemangsa utama Elang Bondol Haliastur indus, Elang-ikan kepala-kelabu Ichthyophaga ichthyaetus dan Elang-laut perut-putih Haliaetus leucogaster yang selalu teramati pada kegiatan sebelumnya juga masih teramati di kawasan TN Sembilang. Khusus mengenai Elang Bondol, walaupun masih umum ditemui di dalam kawasan TN Sembilang tetapi jumlah yang ditemukan jauh berkurang bila dibanding pada pengamatan pada Pemantauan sebelumnya (Februari 2003). Pada Pemantauan sebelumnya, jumlah elang bondol yang ditemui di pemukiman nelayan Sembilang tidak kurang dari 40 individu, dan pada Pemantauan kali ini jumlah elang Bondol yang ditemui di pemukiman nelayan Sembilang tidak lebih dari 5 individu.

Burung pantai (Scolopacidae, Charadriidae)

Terdapat kisaran antara minimal 700 individu dan diperkirakan maksimal 2500 burung pantai teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin. Lebih dari setengahnya adalah kelompok Biru- laut Limosa spp. Selain itu, sekitar 300 individu Gajahan pengala dan 50 individu Gajahan timur teramati di Semenanjung Banyuasin. Sekelompok Cerek Charadrius sp dan Trinil Tringa sp juga teramati, dan jumlahnya tidak lebih dari 500 individu. Sulit sekali untuk mengidentifikasi dua kelompok burung pantai ini, karena selain ukurannya yang kecil juga jarak pandang antara pengamat dan objek juga terlalu jauh.

Dara-laut

Sekelompok campuran dara-laut (Dara-laut biasa Sterna hirundo, Dara-laut kecil Sterna albifrons dan Dara-laut jambul Sterna bergii) teramati di beberapa lokasi, seperti di Semenanjung Banyuasin dan pesisir antara Sungai Bangko dan Sembilang. Dara-laut yang teramati dipesisir Semenanjung Banyuasin tidak lebih dari 300 individu. Teramatinya Dara-laut Kaspia pada 31 Juli Agustus 2003 di Semenanjung Banyuasin adalah merupakan catatan terbaru selama kegiatan Pemantauan berlangsung (Ferry Hasudungan, Komunikasi Pribadi 2003). Catatan ini juga mengkonfirmasi catatan sebelumnya untuk pesisir Sumatera Selatan yang tercatat pada 2 Agustus 1989 Verheught et al. 1993).

MAMALIA

Kalong Pteropus vampyrus

Salah satu anggota tim Pemantauan ke-7 (Pak Kirno) mengamati beberapa individu kalong (dengan jumlah 4-6 individu) terbang melintas dari Pulau Betet melewati pemukiman nelayan di Terusan Dalam sesudah maghrib sekitar 18.30 WIB. Jumlah ini sangat sedikit teramati jika dibanding jumlah yang teramati pada Februari dan Maret 2003.

Babi Sus scrofa

Teramati di Pulau Betet dan di pesisir antara Sembilang dan Muara Bogem. Keduanya terlihat secara soliter (1 individu tunggal).

Pesut atau Lumba-lumba

Masyarakat di Muara Sungai bogem menyatakan bahwa mereka melihat beberapa individu Pesut atau Lumba-lumba pada beberapa hari terakhir (akhir Juli/31 Juli 2003), dan laporan mereka berbeda dengan pernyataan masyarakat bagan Simpang Batu yang tidak melihatnya dalam satu bulan terakhir. Laporan lainnya datang dari masyarakat Ngirawan yang menyatakan bahwa mereka melihat beberapa individu Pesut atau Lumba-lumba pada 2 Agustus 2003 di sekitar Muara Ngirawan pada saat pasang anak. Dari Terusan Dalam, seorang penduduk melaporkan bahwa dia melihat satu individu Pesut dewasa beserta lima individu anaknya di Muara Terusan pada saat kurun waktu antara Natal dan Tahun Baru 2003 (antara 25 Desember 2002-1 Januari 2003). Sedangkan masyarakat Terusan lainnya melaporkan bahwa ada dua pola warna Pesut atau Lumba-lumba, yaitu hitam dan putih. Menurutnya Pesut atau Lumba-lumba yang putih biasanya terlihat di Kuala Terusan dan ukurannya lebih besar dari Pesut atau Lumba-lumba yang berwarna hitam. Dua pola warna yang sama sebelumnya juga sudah dilaporkan oleh masyarakat Muara Bogem (lihat Hasudungan & Sutaryo 2002 dan Iqbal 2003). Selain catatan diatas, seorang penduduk Terusan Dalam mengatakan bahwa kehadiran Lumba-lumba/Pesut di suatu lokasi seperti di suatu sungai menunjukkan bahwa di sungai tersebut masih banyak dijumpai udang.

Primata

Jenis primata yang paling umum ditemui di dalam kawasan adalah Kera ekor panjang Macaca fascicularis. Pada saat pemantauan, teramati beberapa Kera ekor-panjang dewasa menggendong anaknya dan di lokasi lainnya juga teramati beberapa individu muda. Dua jenis Primata lainnya adalah Lutung Presbytis cristata dan Beruk Macaca nemestrina. Hanya dua individu Beruk dengan lokasi pengamatan berbeda teramati selama pemantauan berlangsung, dan hanya satu individu Lutung teramati dekat Muara Ngirawan.

Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrensis

Setelah adanya kejadian harimau yang menerkam manusia hingga tewas di pemukiman nelayan Sembilang (dekat dengan pos resort Sembilang), maka pada awalnya diprediksi bahwa aktivitas manusia di dalam kawasan akan bekurang. Tetapi prediksi ini rupanya tidak seperti yang diharapkan, karena dalam wawancara yang dilakukan dengan masyarakat sekitar kawasan, maka mereka meyakini bahwa harimau tersebut tidak akan mengganggu mereka jika mereka tidak mengganggu harimau tersebut. Cetakan kaki harimau yang menerkam manusia ini diabadikan oleh BKSDA dan Babinsa Resort Sembilang.

Jejak Harimau yang menerkam penduduk Sembilang

REPTILIA

Kadal biasa Mabuya multifasciata

Jenis kadal ini ditemukan satu individu di dekat pondok kepiting di Sungai Terusan Dalam, tetapi tampaknya merupakan jenis kadal yang umum di bagian hutan yang tidak tergenang air.

Biawak Varanus salvator

Beberapa individu biawak ditemui di Sungai Terusan dan di Sungai Ngirawan. Satu individu muda (dibedakan dari ukuran tubuh yang lebih kecil) terlihat di Sungai Ngirawan.

Buaya Muara Crocodylus porosus

Anak buaya yang ditangkap oleh masyarakat nelayan di Simpang Batu yang ditemui oleh tim Pemantauan ke-6 masih dipelihara oleh penduduk saat tim Pemantauan ke-7 datang ke lokasi tersebut. Anak buaya tersebut terlihat sudah agak sedikit lebih besar dari sebelumnya. Tim Pemantauan ke-7 sendiri setidaknya mengamati 4 individu buaya selama kegiatan berlangsung. Satu individu di bagian hulu Sungai Ngirawan dan 3 individu di Sungai Terusan Luar. Selain itu, dari masyarakat Terusan Dalam pada bulan Juni yang lalu mereka mereka menemukan 60 butir telur buaya, dan pada minggu terakhir bulan Juli terdapat dua individu anak buaya yang masuk ke dalam jaring ikan nelayan setempat.

Individu muda Buaya muara yang dipelihara nelayan di S. Simpang Batu

Individu Buaya muara di Sungai Terusan Luar

FAUNA LAINNYA

Lebah

Tim Pemantauan ke-7 menemukan sedikitnya 6 sarang lebah di dalam kawasan selama Pemantauan berlangsung (termasuk satu sarang yang berada di Dusun S. Sembilang). Beberapa ekor lebah juga masih terlihat mengerumuni ikan asin yang dijemur nelayan, sebuah fenomena yang sama seperti yang teramati pada Pemantauan ke-6 (Februari 2003 di Terusan Dalam) dan saat kunjungan di sebuah bagan nelayan di Dsn. S. Sembilang pada Maret 2003 (Pers. Obs 2003).

V. DISKUSI DAN EVALUASI

Kondisi Kawasan

Tekanan yang dihadapi di TN Sembilang terus terjadi. Diperlukan komitmen dan kemitraan dari berbagai pihak untuk menjaga kawasan TN Sembilang yang memiliki luas sekitar 205.700 ha. Tipe vegetasi yang sebagian besar berupa hutan mangrove yang terpotong- potong oleh banyak Sungai beserta anak Sungainya meyebabkan banyak sekali jalur alternatif yang dapat digunakan untuk keluar masuk kawasan, baik yang digunakan oleh petugas maupun oleh para penebang liar. Untuk melakukan pengawasan dan pengamanan di kawasan TN Sembilang, keberadaan pos resort dan alat transportasi air sangat mutlak dibutuhkan. Para pebalok memiliki kemampuan untuk tinggal berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan di dalam kawasan, dan hal ini sangat tidak sebanding dengan lamanya waktui petugas dilapangan yang biasanya hanya tinggal satu minggu dilapangan dan itupun belum tentu dilakukan satu bulan sekali. Biaya transportasi air yang mahal merupakan suatu kendala klasik yang dihadapi petugas dalam melakukan pemantauan dan pengamanan kawasan.

Eksploitasi Nibung

Pengambilan kayu Nibung merupakan temuan yang paling signifikan ditemui oleh tim Pemantauan ke-7 dilapangan. Kebutuhan kayu Nibung bagi masyarakat kawasan TN Sembilang adalah sangat vital, terutama sebagai bahan untuk membuat bagan/rumah dan keperluan menangkap ikan (seperti tuguk). Untuk saat ini, Nibung merupakan jenis yang mudah di dapat dan memiliki kemampuan terhadap air laut dibanding jenis pohon lainnya. Ada beberapa masukkan yang diberikan anggota tim Pemantauan menyikapi permasalahan Nibung ini. Pendapat pertama adalah masyarakat dibolehkan untuk mengambil Nibung dalam jumlah sedikit, jika Nibung tersebut dipakai untuk keperluan sendiri. Hal ini didasarkan bahwa pengambilan Nibung oleh masyarakat sekitar tidak bisa dihentikan, karena Nibung tampaknya merupakan sebuah kebutuhan primer bagi masyarakat. Sementara itu, untuk pengambilan Nibung secara besar-besaran dengan tujuan komersil, maka hal ini harus ditindak tegas, mengingat hal ini akan membahayakan masyarakat di sekitar kawasan dalam permintaan akan jenis kayu ini di masa mendatang dan juga akan merusak kondisi kawasan. Sedangkan pendapat kedua tidak membolehkan adanya pengambilan Nibung baik yang dilakukan secara sedikit ataupun secara banyak. Jika pengambilan secara sedikit diperbolehkan, maka jika diambil secara terus menerus akan menjadi banyak juga. Untuk megatasi permasalahan akan kebutuhan masyarakat sekitar akan kebutuhan Nibung ini, maka pendapat kedua ini menyarankan agar diberlakukan semacam pintu keluar yang memberi batasan terhadap jumlah Nibung dalam satu kurun waktu tertentu yang dapat diawasi oleh petugas dari berbagai intansi terkait seperti BKSDA/TN Sembilang, Dinas Kehutanan Banyuasin, Pemerintah Daerah, LSM dan kelompok masyarakat lainnya. Walaupun terjadi perbedaan pendapat dalam menyikapi permasalahan terhadap eksploitasi Nibung di kawasan TN Sembilang, tetapi seluruh anggota tim Pemantauan setuju bahwa eksploitasi Nibung harus dikendalikan.

Pengamatan Fauna

Teramatinya Dara-laut Kaspia dan berbiaknya Kuntul besar di dalam kawasan TN. Sembilang merupakan temuan yang baru dalam pengamatan fauna selama kegiatan pemantauan berlangsung. Untuk kelompok burung pantai, jumlah individu yang teramati di Semenanjung Banyuasin dalam Pemantauan kali ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan pengamatan pada Pemantauan ke-5 (Oktober 2003). Pada Pemantauan ke-6, populasi burung pantai di Semenanjung Banyuasin tidak teramati karena ombak di laut yang tidak memungkinkan. Perjumpaan dengan Buaya muara pada Pemantauan ke-7 ini tampaknya lebih sering jika dibandingkan dengan pemantauan-pemantauan sebelumnya (Ferry Hasudungan, Komunikasi Pribadi 2003). Beberapa orang di pemukiman nelayan Terusan Dalam menyebutkan bahwa mereka menemukan 60 butir telur buaya muara dan 2 individu anaknya yang terjerat masuk ke dalam jaring. Telur buaya tersebut ditemukan pada minggu ke-empat bulan Juni 2003, sedangkan 2 individu anak buaya yang masuk jarring tersebut ditemukan pada minggu keempat bulan Juli 2003. Hal ini merupakan catatan penting untuk menambah informasi bagi mengenai ekologi buaya di dalam kawasan TN Sembilang . Pesut Orcaella brevirostris maupun Lumba-lumba (baik Sousa chinensis atau Neophocaena phocaenoides) tidak ditemukan dalam kegiatan pemantauan ini. Kelompok mammalia air tersebut, oleh penduduk setempat disebut dengan nama yang sama yaitu Lumba-lumba, dengan beberapa ciri khas yang mereka ketahui. Penduduk di pemukiman Terusan Dalam menginformasikan bahwa pada bulan Desember 2002 ditemukan 6 individu Lumba-lumba, yang satu berukuran lebih besar dibanding lima yang lain (penduduk menyimpulkan bahwa kemungkinan lima yang kecil tersebut adalah anaknya). Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan, tim pemantauan memperkirakan jenis tersebut adalah Pesut (Orcaella brevirostris).

Pelaksanaan Kegiatan

Berbeda dengan pelaksanaan pemantauan sebelumnya, kali ini yang menjadi koordinator Tim Pemantauan adalah perwakilan LSM, Kelompok Pengamat Burung Spirit of South- Sumatra (KPB-SOS). Hal ini, penting dilakukan untuk berlangsungnya proses kaderisasi dalam menunjang pelaksanaan pemantauan pada masa-masa selanjutnya. Adapun lembaga/organisasi yang terlibat dalam pemantauan kali ini yaitu BKSDA SS, Dinas Kehutanan Banyuasin, KPB-SOS dan FMIPA Biologi UNSRI. Kecuali koordinator Pemantauan, peserta lainnya dalam kegiatan pemantauan ini baru pertama kali ikut serta dalam kegiatan pemantauan & evaluasi kawasan TN. Sembilang. Seperti yang telah dibahas dalam laporan pemantauan sebelumnya (lihat Wardoyo 2003: 14) bahwa selama kegiatan terdahulu telah melibatkan 7 orang staf BKSDA SS, 4 orang LSM, 1 orang mahasiswa dan 3 staf BSP/WI-IP. Dengan demikian, formasi para peserta Pemantauan dengan Pemantauan ke-7 ini menjadi 9 orang staf BKSDA SS, 1 orang Dinas Kehutanan Banyuasin, 5 orang LSM, 2 orang mahasiswa dan 3 staf BSP/WI-IP. Total seluruh peserta yang pernah mengikuti kegiatan Pemantauan selama kegiatan ini berlangsung adalah sebanyak 20 orang, dengan melibatkan beberapa lembaga yaitu BSP/WI-IP, BKSDA SS, Dinas Kehutanan Banyuasin, LSM WBH, LSM LEMBAR, LSM LPH-

PEM, KPB-SOS, Universitas Muhammadiyah Palembang dan Universitas Sriwijaya. Dengan makin banyaknya orang dan lembaga yang terlibat dalam kegiatan Pemantauan ini, maka diharapkan akan terjadinya regenerasi dan memperbanyak mitra kerja di lapangan.

Data Pelaksana Pemantauan & Evaluasi Kawasan TN Sembilang 2001-2003 Pemantauan ke:

Abdul Halim

Ardilin Daely

Hasbi Effendy

BKSDA SS

Pengelola

Benni Oktoberika

√ Samsuarno √

Sukirno

Teguh Imamsyah M

Hairun Sani

DINHUT BA Pengelola

Dedi Permana

√ √ √ WBH NGO

Komaruddin

Muhammad Iqbal

Masrun Mazawi

LPH-PEM NGO

Jaya Utama

LEMBAR NGO

Lukman Hakim

UMP

Edian Reza Aditra

Christian Goenner

Ferry Hasudungan

Fasilitator

Dandun Sutaryo

BSP

Suryanto A. Wardoyo

BKSDA SS = Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan; WBH = Wahana Bumi Hijau; DINHUT BA = Dinas Kehutanan & Perkebunan; KPB SOS = Kelompok Pengamat Burung Spirit of Sumatra; LPH-PEM = Lembaga Pendidikan Hukum - Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; LEMBAR = Lembaga Advokasi Rakyat; √ = keikutsertaan

Para peserta pemantauan dalam kegiatan ini telah mampu menggunakan binokuler dengan baik. Adapun dalam penggunaan GPS, karena alatnya yang terbatas (satu unit) dan cukup rumit untuk dipahami secara cepat, maka tidak seluruh anggota tim mampu menggunakan alat ini. Namun, para peserta Pemantauan setidaknya sudah mengenal alat ini dan mengetahui kegunaannya. Pada kesempatan pemantauan ini, Tim Pemantauan juga melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat dengan cara mengunjungi bagan/permukiman juga jukung- jukung dimana nelayan/masyarakat beraktifitas/bermalam. Pada kesempatan sosialisasi ini dilakukan pembagian leaflet mengenai Taman Nasional Sembilang ke tempat-tempat yang dikunjungi. Hal ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman masyarakat sekitar akan kondisi dan status kawasan hutan di sekitar mereka.

Evaluasi harian (diskusi malam) dilakukan setiap malam, pada hari ke 1 dan ke 2 dilakukan di pos Babinsa Sembilang, yang juga merupakan tempat Tim Pemantauan menginap. Kendala nonteknis dalam keleluasaan dialami di tempat ini, hal ini cukup dipahami mengingat tempat tersebut bukanlah fasilitas TN. Sembilang, tetapi evaluasi harian tetap dilakukan dengan baik. Sementara, evaluasi harian pada hari ke 3 dan ke 4 yang dilakukan di Pos Resort Terusan Dalam, berjalan dengan lebih baik dan leluasa. Hal ini tampaknya didukung oleh kondisi pos Resort yang bersih dan nyaman, suasana yang tenang dan sambutan yang hangat dari salah satu keluarga warga Terusan (Pak Gani) yang juga merupakan mitra dari BKSDA SS.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

• Secara umum, kawasan TN Sembilang saat ini masih mengalami berbagai tekanan/gangguan. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh eksploitasi hasil hutan terutama dari hasil pengambilan kayu secara illegal.

• Temuan lain yang cukup signifikan dibanding temuan pada pemantauan sebelumnya adalah meningkatnya aktifitas pengambilan Nibung di kawasan TN Sembilang.

• Dua konsesi besar yang terdapat dalam kawasan, yaitu WKL (Wana Karya Lestari) dan PT STC (Sribunian Trading Coy) tidak teramati beroperasi pada saat pemantauan ini berlangsung.

• Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat yang ditemui di dalam kawasan, maka sebagian besar masyarakat di kawasan TN Sembilang belum mengetahui status kawasan TN Sembilang.

6.2. Saran

• Peningkatan intensitas pengawasan kawasan di TN Sembilang sangat mendesak untuk dilakukan.

• Diperlukan koordinasi antara beberapa lembaga/instansi terkait yang wilayah kerjanya di TN Sembilang untuk melakukan pemantauan terhadap eksploitasi Nibung di dalam kawasan.

• Sosialisasi dan penyadar-tahuan di masyarakat mengenai status kawasan di TN Sembilang harus terus dilakukan, karena dengan cara inilah masyarakat dapat mengetahui dan menyadari arti penting kawasan sebagai kawasan konservasi.

• Sebagian spesies-spesies satwa liar yang terdapat di TN Sembilang merupakan spesies yang secara global terancam punah, maka pada masa-masa mendatang diharapkan adanya pemantauan/penelitian khusus mengenai spesies tunggal yang spesifik, misalnya mengenai Pesut atau Lumba-lumba.

PUSTAKA

Gönner, C. & F. Hasudungan. 2001. Sembilang Monitoring Report No. 1 Juli/August 2001. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme/Berbak Sembilang Project.

Hasudungan, F. & D. Sutaryo. 2002. Laporan Pemantauan Kawasan Sembilang No. 2, November 2001. Laporan Teknis No. 32. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Hasudungan, F & D. Sutaryo. 2002a. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 4, Juni 2002. Laporan Teknis No. 50. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Hasudungan, F & S. A. Wardoyo. 2002. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 3, Februari /Maret 2002. Laporan Teknis No. 38. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Iqbal, M. 2003. Melacak Keberadaan Pesut atau Lumba-lumba di TN Sembilang. Warta Konservasi Lahan Basah vol 11. no. 2 April 2003 : 15.

MacKinnon, J., Karen Phillipps dan Bas van Ballen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi - LIPI.

Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mammalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. Terjemahan Bahasa Indonesia WCS - Indonesia Program.

Sonobe, K. & Usui, S. (eds.). 1993. A Field Guide to the Waterbirds of Asia. Wild Bird Society of Japan, Tokyo.

Suryanto, A. & D. Sutaryo. 2001. Laporan Survei Perikanan di Kawasan CTN Sembilang, 17-24 Juli 2002. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.

van Strien, N.J. 1983. A Guide to the Tracks of Mammals of Western Indonesia. School for Environmental Conservation Management, Ciawi, Indonesia.

Verheught, W.J.M., H. Skov. & F. Danielsen. 1993. Notes on the Birds of the Tidal Lowlands and Floodplains of South Sumatera Province, Indonesia. Kukila 6 : 53-84.

LAMPIRAN 1. Data Koordinat lokasi Pemantauan

KODE LOKASI

LATITUDE

LONGITUDE

A001 Tanjung Carat

S02 o 16’ 54.164”

E104 o 55’ 06.446”

A002 o Muara Sungai Bungin, Pabrik Tampa S02 14’ 29.306” E104 51’ 28.047” A003

S02 o 14’ 55.242” E104 49’ 58.710” A004

Perahu + Pondok Kepiting

Penebangan 4 Batang Pohon

S02 o 12’ 57.343” E104 48’ 30.108” Akhir Sungai Bungin

A005 o S02 11’ 22.811” E104 47’ 41.886” A006

Antara S. Bungin-S. Barong S02 o 10’ 00.812” E104 o 54’ 47.752” A007

Deapan S. Barong S02 o 08’ 23.384” E104 o 54’ 31.820” A008

Antara S. Siput-S. Dinding S02 o 05’ 30.890” E104 o 53’ 52.404” A009

E104 o 49’ 37.120” B010

2 Dara-laut Kaspia

S01 o 59’ 55.538”

E104 o 36’ 17.433” B011

Titik Awal S. Bangko

S01 o 57’ 48.737”

Titik Akhir S. Bangko

E104 o 34’ 48.579” 1 Ind Cangak, Sembilang -S. Simpang Satu

S01 o 53’ 22.831”

B012 o S02 02’ 04.272” E104 41’ 17.965”

B013 o Muara S. Simpang Satu S02 02’ 47.607” E104 41’ 26.540” B014

S02 o 07’ 05.016” E104 45’ 13.647” B015

Pondok Kepiting

S02 o 06’ 46.380” E104 43’ 59.432” C017

Akhir S. Simpang Satu

E104 o 38’ 14.927” C018

Bagan di Muara Bogem

S01 o 58’ 17.762”

Bagan di Simpang Batu S02 o 00’ 30.262” E104 o 36’ 05.035” C019

E104 o 33’ 33.166” C020

Depan S. Penyalin Kecik, Pompong Benibung

S01 o 59’ 33.561”

E104 o 30’ 57.396” C021

Depan S. Penyalin Besak, 1000 batang Nibung

S01 o 58’ 25.757”

E104 o 28’ 19.502” C022

Muara S. Ngirawan

S01 o 54’ 43.922”

Titik Awal S. Ngirawan

S01 o 54’ 31.157”

E104 o 27’ 54.049”

C023 o Basecamp STC S01 55’ 49.969” E104 19’ 01.466” C024 o Titik Akhir S. Ngirawan

S01 o 55’ 48.056” E104 17’ 56.018”

C025 o Titik Awal S. Haji Kemad S01 56’ 04.182” E104 27’ 48.487” C026

S01 o 58’ 03.723” E104 20’ 06.952” D027

Titik Akhir S. Haji Kemad

E104 o 29’ 05.097” D028

Titik Awal S. Terusan Luar

S01 o 47’ 09.030”

E104 o 31’ 19.103” D029

Titik Akhir S. Terusan Luar

S01 o 42’ 54.055”

E104 o 29’ 35.842” D030

Muara Sungai Benu

S01 o 40’ 07.316”

E104 o 30’ 38.992” D031

Pertemuan Buaya I

S01 o 43’ 12.536”

E104 o 30’ 14.814” D032

Pertemuan Buaya II

S01 o 44’ 35.288”

E104 o 28’ 56.736” D033

Titik Awal S. Terusan Dalam

S01 o 47’ 11.791”

Pertemuan dengan Pompong hendak Benibung

S01 o 47’ 34.656”

E104 o 26’ 11.464”

D034 o Rintisan Kepiting atau orang Bebalok S01 48’ 47.868” E104 22’ 33.645” D035 o Basecamp WKL

S01 o 48’ 53.681” E104 21’ 48.108”

D036 o Awal Bakurendo S01 54’ 47.069” E104 28’ 16.161” D037

E104 o 28’ 02.527” D038

Pompong yang membawa 1000 Batang Nibung

S01 o 56’ 48.658”

E104 o 21’ 49.421” D039

Titik Akhir S. Bakurendo

S01 o 59’ 12.319”

E104 o 29’ 05.097” D040

Titik Awal S. Tiram

S01 o 50’ 00.713”

Titik Akhir S. Tiram S01 o 50’ ‘03.687” E104 o 25’ 22.045” PLB

E104 o 44’ 19.864” POS-TD Pos Terusan Dalam

Palembang

S02 o 58’ 21.924”

S01 o 48’ 11.581”

E104 o 30’ 06.355”

XSST o Basecamp SST S01 58’ 07.972” E104 22’ 29.841”

Lampiran 2. Detail Aktifitas Terhadap Pengamatan Manusia

Lokasi/Waktu

Temuan/Keterangan

Tanjung Carat,

Pengamatan sebentar di pinggir pantai. Teramati 1 ekor kera ekor panjang dan 1

31 Juli

ind Elang Bondol.

Sungai Bungin,

• Sebelum masuk muara teramati 1 ind bangau tongtong.

31 Agustus

• Pada km 4,7 dari titik awal Sungai Bungin, teramati 4 batang pohong yang

ditebang (Tumu ?). • Pada km 5,3 perjalanan speed berbelok ke kanan, teramati banyak jaring ikan

dipasang oleh nelayan. • Titik akhir pengamatan pada km 9,3 dan tidak jauh dari lokasi tersebut teramati 1

sarang tawon. • Sebelum keluar dari Sungai, mampir kepondok nelayan dan di dapat informasi mengenai pabrik tampa pak Dul di Bagan pemukiman nelayan Sungai Bungin. • Mengamati/mengkonfirmasi keberadaan pabrik tampa di pemukiman nelayan Sungai Bungin dan dekat lokasi tersebut teramati 3 sarang burung kuntul besar

dengan 6 individu burung (3 pasang).

Semenanjung

• Pesisir antara Bungin dan Sungai Barong teramati 3 ind Blekok sawah, 5 Trinil,

Banyuasin,

35 Gajahan, 9 Ibis Cucuk Besi dan 1 ekor kera ekor panjang.

31 Agustus

• Di sekitar muara Sungai Barong teramati 200 burung pantai, dan 2 ibis cucuk

besi. • Antara Sungai Siput dan Dinding teramati sekelompok bear (antara 1000-2500 ind) burung pantai, 3 bangau tontong, 9 ibis cucuk besi dan sedikitnya 8 itik

benjut. • Antara S. Dinding dan Sembilang teramati 13 itik benjut dan 2 ind Dara-laut

Kaspia.

Sungai Bangko,

• Dimuara Sungai teramati 3 ind Elang laut.

1 Agustus

• Pada km 5,0 teramati elang bondol dengan sarangnya dan 2 ind kera ekor

panjang . • Titik akhir pengamatan pada 11,9 km dari muara Sungai dan teramati 2 pompong

kepiting. • Sewaktu pulang, diantara S. Bangko dan Sembilang ditemukan ketek yang membawa nibung. Menurutnya nibung tersebut diambil dari S. Buntut Buaya.

S. Simpang Satu,

• Sebelum masuk S. Simpang satu ditemukan 1 ind Cangak.

1 Agustus

• Pada km 10,7 ditemukan 1 ind Pecuk ular dengan 2 perahu kepiting. • Pada km 13,5 teramati 1 ind bangau tongtong. • Titik akhir pengamatan pada km 14,4.

Muara Bogem-

• Mampir ke Bagan di Muara Bogem kecik untuk sosialisasi, dan ditemukan 4 m 3

Simpang Batu,

dengan ukuran 5 x 7 x 4, 10 x 10 dan 2 x 5 x 4. Tampaknya kayu-kayu tersebut

2 Agustus

dipotong dengan Chainsaw. • Dari Bogem mampir ke Bagan Simpang Batu, juga untuk sosialisasi. Dari masyarakat didapat keterangan bahwa di depan Sungai Penyalin Besak ada

orang bebalok. • Mampir ke bagan di muara Ngirawan untuk sosialisasi dan makan siang.

Sungai Ngirawan,

• Sebelum masuk Ngirawan, ditemukan 1 ind Beruk dan Trinil pantai.

2 Agustus

• Pada km 10,2 ditemui 6 ketek kepiting dengan 12 perahu. • Titik akhir pengamatan pada km 18,3. • Mampir ke Basecamp Sribunian Trading Coy (STC). Ditemui 3 orang yang

sedang menjaga asset perusahaan dan di dapat informasi mengenai umumnya burung-burung yang berbiak pada bulan sebelumnya (Juni). Di basecamp itu sendiri teramati 2 burung muda Srigunting dan 1 kacer yang juga masih muda.

Sungai Haji Kemad,

• Pada km 2,6 ditemui pompong yang mengaku pasang jaring tetapi tidaka ada

2 Agustus

jaringnya. Kemungkinan besar hendak bebalok atau benibung, karena di dalam pompongnya terdapat parang dan gergaji kayu.

• Pada km 10,2 ditemui ketek yang membawa nibung. Menurutnya nibung tersebut untuk dipakai sendiri dan mereka sendiri mengaku berasal dari Sungsang

kampung II. • Km 16,9 merupakan titik terakhir pemantauan dan teramati juga adanya pelepah nipah yang baru ditebang. Belum dapat dipastikan untuk apa pelepah nipah itu,

apa untuk bebalok atau orang yang mau mengambil kepiting.

Lokasi/Waktu

Temuan/Keterangan

S. Terusan Luar – S.

• Diantara km 0 – km 1 teramati 3 ind biawak.

Benu, 3 Agustus

• Pada km 6,5 ditemui 1 ind Buaya muara dengan ukuran kurang lebih 2 m. • Km 10,7 merupakan titik akhir Sungai Terusan luar. • Mengunjungi Kades Tanah Pilih tapi tidak bertemu. • Masuk kembali ke Sungai Terusan Luar dan ditemukan 2 ind Buaya muara.

semuanya terlihat dengan ukuran diatas 1 m.

S. Terusan Dalam (Sp.

• Pada km 9,8 ditemui pompong yang hendak benibung.

Kebun), 3 Agustus

• Pada km 13,1 teramati daerah rintisan (bekas tebangan), tetapi tidak bisa dipastikan apakah tanda orang bebalok atau hanya mau cari kepiting. • Basecamp WKL (Wana Karya Lestari) merupakan titik akhir Sungai Terusan Dalam. Basecamp tersebut teramati sepi dan bangunannya sudah banyak yang dirobohkan.

P. Betet, 3 Agustus

• Pengamatan di Pulau Betet sambil menunggu air pasang untuk masuk Sungai Tiram. Di Pulau Betet teramati I ind babi dan beberapa individu Dara-laut dan

teramati juga sekelompok burung pantai.

S. Tiram, 3 Agustus

• Pada km 0,6 teramati 7 perahu dan 4 ketek kepiting. • Di km 3,6, teramati 3 anak dan 2 ind kera ekor panjang. • Km 9,1 merupakan titik terakhir, teramati 13 ind pergam dan 6 ind kera ekor

panjang.

S. Bungin, 4 Agustus

• Singgah di Pabrik tampa milik Pak Dul dan melakukan sosialisasi, staf BKSDA (Pak Kirno) memerintahkan agar pabrik tersebut dibongkar.

Sungsang, 4 Agustus

• Singgah di Sungsang, untuk berdiskusi dan menyampaikan gambaran singkat hasil kegiatan pemantauan ini kepada Camat Banyuasin II.

Lampiran 3. Daftar Spesies Burung Yang Teramati Pada Pemantauan ke-7 di Kawasan TN Sembilang

Lokasi

Nama Indonesia

Nama Ilmiah

3 P, nt Cangak abu

Pecuk-ular asia

Anhinga melanogaster

1 1 1 1 Kuntul besar

Ardea sumatrana

P Kuntul kecil

Casmerodius albus

6 Cat

Egretta garzetta

Cat

Kuntul perak

P Blekok sawah

Egretta intermedia

Cat

3 Kokokan laut

Ardeola speciosa

1 1 2 Bambangan merah

Butorides striatus

1 Bangau tongtong

Ixobrhychus cinnamomeus

1 1 P, VU Ibis pelatuk besi

Leptoptilos javanicus

1 Cat

Threskiornis melanocephalus

Cat

Itik benjut

62 P Elang bondol

Anas gibberifrons

1 3 1 2 4 1 1 2 4 P, App II Elang-laut perut-putih

Haliastur indus

1 3 P, App II Elang-ikan kepala-kelabu

Haliaeetus leucogaster

2 1 1 2 P, nt, App II Elang ular

Ichthyophaga ichthyaetus

P Kareo padi

Spilornis cheela

1 Burung Pantai

Amaurornis phoenicurus

50 Gajahan pengala

Waders

Cat

P Gajahan besar

Numenius phaepus

Cat

P Gajahan timur

Numenius arquata

Cat

P, nt Biru-laut Ekor-blorok

Numenius madagascariensis

Cat

Limosa lapponica

Cat

Biru-laut Ekor-hitam

Limosa limosa

Cat

Monitoring & Evaluasi Kawasan Sembilang Ke-7, Juli/Agustus 2003 24

Lokasi

Nama Indonesia

Nama Ilmiah

11 Trinil Pantai

Tringa spp

Cat

1 Dara-laut

Actitis hypoleucos

30 20 Dara-laut Kaspia

Sterna spp

2 Dara-laut tiram

Sterna caspia

Gelochelidon nilotica

Dara-laut biasa

Sterna hirundo

Cat

Dara-laut kecil

Sterna albrifrons

Cat

P, nt Pergam hijau

Dara-laut jambul

Sterna bergii

Cat

1 8 6 Kedasi hitam

Ducula aenea

1 Walet

Surniculus lugubris

Collocalia spp

Cat