Studi Pengaruh Operating Heat Rate Terhadap Efisiensi Kinerja Pltu Labuhan Angin Sibolga Chapter III V
4
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
3.1
Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Maret 2017 – 23 Maret 2017
dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga
Unit 1.
3.2
Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah data dari
pembangkit listrik tenaga uap labuhan angin Sibolga unit 1. Peralatan yang akan
digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan
software Ms. Excel.
Pelaksanaan Penelitian
3.3
Dalam melaksanakan penelitian, dilakukan pengumpulan data yang
dibutuhkan terlebih dahulu. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan
disimulasikan menggunakan software Ms. Excel untuk mendapatkan nilai SFC,
Heat Rate, Efisiensi dan grafik.
3.4
Variabel yang Diamati
Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
•
Beban rata-rata yang didapat
40
Universitas Sumatera Utara
3.5
•
Pemakaian bahan bakar (liter, kg)
•
Nilai kalori (kcal/kg, kcal/MMBtu)
Prosedur Penelitian
Pembuat
Pernyataan,Berdasarkan
diagram
alir
flowchart,
teknik
perhitungan dan pengolahan dapat dilihat pada Gambar 3.1 :
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
41
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini langkah-langkah penelitian skripsi ;
1.
Melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian, yang
meliputi ; Beban rata-rata, jumlah konsumsi bahan bakar dan nilai kalori bahan
bakar berupa kWh bruto dan pemakaian sendiri.
2.
Data-data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diolah dan dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan nilai dari pemakaian konsumsi bahan spesifik.
3.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai dari Heat Rate
Bruto HRB dan Heat Rate Netto HRN serta efisiensinya.
4.
Selanjutnya, jika ingin melakukan perhitungan kembali kita akan mengambil
data sampai dihasilkan besar SFC, HR dan Efisiensi pembangkit.
5.
Selanjutnya, jika besar SFC, HR dan Efisiensi sudah didapat untuk melihat
pengaruh heat rate terhadap efisiensi pembangkit, maka dilanjutkan ke langkah
hasil dan pembahasan yaitu penarikan kesimpulan dari hasil penelitian skripsi.
42
Universitas Sumatera Utara
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Operasional PLTU Labuhan Angin Unit 1
Tabel 4.1 Data Net Plant Heat Rate PLTU Labuhan Angin Unit 1
16 Maret 2017 – 23 Maret 2017
Beban
Pemakaian
Kalori
Produksi
Produksi
Pemakaian
(MW)
Bahan Bakar
(kcal/kg,
Bruto
Netto
Sendiri
(kg)
kcal/MMBtu)
(kWh)
(kWh)
(kWh)
62,15
1070950
4381.721
1445236.365
1216962
238614.547
59,12
1126260
4285.383
1595781.820
1345284
239367.275
62,89
1217440
4663.859
1674065.456
1431070
242754.547
62,43
1234270
4457.578
1684101.820
1438616
243507.275
62,62
1730790
4320.386
1694138.184
1446840
244260.002
63,21
990000
4320.386
814952.728
621162
149040.001
63,2
34,85
109898.182
693000
4320.386
979549.092
792756
226570.911
43
Universitas Sumatera Utara
4.2
Analisa Data
•
Menghitung Spesific Fuel Consumption (SFC), Heat Rate (HR) dan
Efisiensi (")
i.
Saat beban 62,15 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
1070950
1445236.37
=
=
= 0.741 )/
1070950 x 4381.72
1445236.37
1070950 x 4381.72
1216962
100% =
-
ℎ
= 3246.946
/
ℎ
= 3855.999
/
ℎ
/
ℎ
859,845
100% = 26.482%
3246.946
ii. Saat beban 59,12 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
1126260
1595781.82
=
=
1126260 x 4285.38
1595781.82
1126260 x 4285.38
100% =
-
= 0.706 )/
1345284
ℎ
= 3024.508
= 3587.685
/
ℎ
859,845
100% = 28.43%
3024.508
iii. Saat beban 62,89 MW
=
ℎ
=
1217440
1674065.46
= 0.727 )/
ℎ
44
Universitas Sumatera Utara
=
ℎ
=
η=
ℎ
859,845
=
=
1217440 x 4663.86
1674065.46
1217440 x 4663.86
1431070
100% =
-
= 3391.725
/
ℎ
= 3967.639
/
ℎ
= 3266.937
/
ℎ
= 3824.408
/
ℎ
= 4413.856
/
ℎ
= 5168.285
/
ℎ
859,845
100% = 25.351%
3391.725
iv. Saat beban 62,43 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
1234270
1684101.82
=
=
1234270 x 4457.58
1684101.82
1234270 x 4457.58
1438616
100% =
-
v.
ℎ
859,845
100% = 26.32%
3266.937
Saat beban 63,62 MW
=
ℎ
=
=
ℎ
=
η=
= 0.733 )/
ℎ
859,845
-
1730790
1694138.18
=
=
= 1.022 )/
1730790 x 4320.39
1694138.18
1730790 x 4320.39
100% =
1446840
859,845
4413.856
ℎ
100% = 19.481%
45
Universitas Sumatera Utara
vi. Saat beban 63,21 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
990000
814952.73
=
=
= 1.215 )/
990000 x 4320.39
814952.73
990000 x 4320.39
621162
100% =
-
ℎ
= 5248.381
/
ℎ
= 6885.777
/
ℎ
= 3056.537
/
ℎ
= 3776.733
/
ℎ
859,845
100% = 16.383%
5248.381
vii. Saat beban 34,85 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
-
693000
979549.09
=
=
= 0.707 )/
693000 x 4320.39
979549.09
693000 x 4320.39
100% =
792756
859,845
3056.537
ℎ
100% = 26.109%
46
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Tabel Hasil Pemakaian Konsumsi Bahan Spesifik (SFC), Heat Rate
dan Efisiensi
Beban
Pemakaian
Kalori
SFC
HRB
HRN
(MW)
Bahan Bakar
(kcal/kg,
(kg/kWh)
(kCal/kWh)
(kCal/kWh)
(kg)
kcal/MMBtu)
62,15
1070950
4381.721
0.741
3246.946
3855.999
26.482
59,12
1126260
4285.383
0.706
3024.508
3587.685
28.43
62,89
1217440
4663.859
0.727
3391.725
3967.639
25.351
62,43
1234270
4457.578
0.733
3266.937
3824.408
26.32
63,62
1730790
4320.386
1.022
4413.856
5168.285
19.481
63,21
990000
4320.386
1.215
5248.381
6885.777
16.383
34,85
693000
4320.386
0.707
3056.537
3776.733
26.109
η
(%)
Hasil analisa grafik berdasarkan tabel 4.2 adalah sebagai berikut ;
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN SFC
1.4
SFC (kg/kWh)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
62,15
59,12
62,89
62,43
63,62
63,21
34,85
BEBAN (MW)
Gambar 4.1 Grafik Konsumsi Bahan Spesifik terhadap fungsi beban
47
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik konsumsi bahan spesifik terhadap
fungsi beban semakin meningkat pada saat beban 62,89 MW sampai 63,62 MW
bertambahnya beban, maka jumlah konsumsi bahan spesifik semakin meningkat.
Artinya, jumlah konsumsi spesifik bahan bakar per kWh yang dikonsumsi
meningkat seiring dengan perubahan beban.
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN HEAT RATE
8000
HR (kCal/kWh)
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
62,15
59,12
62,89
62,43
63,62
63,21
34,85
BEBAN (MW)
Gambar 4.2 Grafik Heat Rate terhadap fungsi beban
Pada gambar 4.2 dapat dilihat grafik hubungan beban dengan heat rate. Pada
gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perubahan beban mempengaruhi heat rate, dimana
heat rate akan berubah sesuai dengan pemakaian bahan bakar dan kalori yang
dihasilkan. Semakin tinggi beban yang dihasilkan maka akan semakin besar
pemakaian bahan bakar yang mengakibatkan heat rate akan semakin meningkat.
48
Universitas Sumatera Utara
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN
EFISIENSI
EFISIENSI (%)
30
25
20
15
10
5
0
62,15
59,12
62,89
62,43
63,62
63,21
34,85
BEBAN (MW)
Gambar 4.3 Grafik Efisiensi terhadap fungsi beban
Pada gambar 4.3 dapat dilihat grafik hubungan beban dengan efisiensi. Pada
gambar 4.3 dapat dilihat perubahan beban mempengaruhi
efisiensi, dimana
efisiensi akan menurun jika pemakaian bahan bakar yang berlebihan. Penggunaan
dari bahan bakar pembangkit menjadi tolak ukur untuk menentukan efisiensi dari
suatu pembangkit.
49
Universitas Sumatera Utara
GRAFIK HUBUNGAN EFISIENSI DENGAN
HEAT RATE
8000
7000
HR (kCal/kWh)
6000
5000
4000
HEAT RATE
3000
EFISIENSI
2000
1000
0
26.482
28.43
25.351
26.32
19.481
16.383
26.109
EFISIENSI (%)
Gambar 4.4 Grafik hubungan Heat Rate terhadap Efisiensi
Berdasarkan gambar 4.4 di dapat grafik hubungan efisiensi dengan heat rate.
Dimana, dapat dilihat bahwa grafik tidak linier karena adanya perubahan heat rate
dan efisiensi yang disebabkan oleh perubahan beban yang tidak konstan. Penyebab
beban tidak konstan karena adanya kerusakan peralatan pada saat beroperasi.
50
Universitas Sumatera Utara
6
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut ;
1. Perhitungan heat rate PLTU Labuhan Angin cenderung naik, hal ini
mengidentifikasi bahwa kinerja unit mulai menurun disebabkan karena
usia pakai dan adanya gangguan berupa kerugian-kerugian aliran uap
dari boiler ke turbin
2. Dari hasil data, di dapat SFC terbesar saat beban 63,21 MW sebesar
1,215 kg/kWh dan terkecil saat beban 59,12 MW sebesar 0,706 kg/kWh
3. Heat rate berbanding terbalik dengan efisiensi, yang artinya semakin
rendah heat rate yang di dapat maka efisiensi akan semakin baik, dimana
nilai heat rate terendah saat beban 59,12 MW sebesar 3587,685
kCal/kWh dengan efisiensi sebesar 28,43% dan nilai heat rate tertinggi
saat beban 63.21 MW sebesar 6885,777 kCal/ kWh dengan efisiensi
sebesar 16,383%
4. Dari hasil data, didapat bahwa jumlah pemakaian konsumsi bahan
spesifik (SFC) berbanding lurus dengan Heat Rate.
51
Universitas Sumatera Utara
5.2
Saran
1. Perhitungan heat rate dan efisiensi termal dilakukan secara berkala untuk
mengetahui kondisi unit pembangkit dengan metode tidak langsung.
2.
Inspeksi dan maintance harus dilakukan secara berkala agar unit tetap
dalam kondisi baik.
52
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
3.1
Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Maret 2017 – 23 Maret 2017
dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga
Unit 1.
3.2
Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah data dari
pembangkit listrik tenaga uap labuhan angin Sibolga unit 1. Peralatan yang akan
digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan
software Ms. Excel.
Pelaksanaan Penelitian
3.3
Dalam melaksanakan penelitian, dilakukan pengumpulan data yang
dibutuhkan terlebih dahulu. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan
disimulasikan menggunakan software Ms. Excel untuk mendapatkan nilai SFC,
Heat Rate, Efisiensi dan grafik.
3.4
Variabel yang Diamati
Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
•
Beban rata-rata yang didapat
40
Universitas Sumatera Utara
3.5
•
Pemakaian bahan bakar (liter, kg)
•
Nilai kalori (kcal/kg, kcal/MMBtu)
Prosedur Penelitian
Pembuat
Pernyataan,Berdasarkan
diagram
alir
flowchart,
teknik
perhitungan dan pengolahan dapat dilihat pada Gambar 3.1 :
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
41
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini langkah-langkah penelitian skripsi ;
1.
Melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian, yang
meliputi ; Beban rata-rata, jumlah konsumsi bahan bakar dan nilai kalori bahan
bakar berupa kWh bruto dan pemakaian sendiri.
2.
Data-data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diolah dan dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan nilai dari pemakaian konsumsi bahan spesifik.
3.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai dari Heat Rate
Bruto HRB dan Heat Rate Netto HRN serta efisiensinya.
4.
Selanjutnya, jika ingin melakukan perhitungan kembali kita akan mengambil
data sampai dihasilkan besar SFC, HR dan Efisiensi pembangkit.
5.
Selanjutnya, jika besar SFC, HR dan Efisiensi sudah didapat untuk melihat
pengaruh heat rate terhadap efisiensi pembangkit, maka dilanjutkan ke langkah
hasil dan pembahasan yaitu penarikan kesimpulan dari hasil penelitian skripsi.
42
Universitas Sumatera Utara
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Operasional PLTU Labuhan Angin Unit 1
Tabel 4.1 Data Net Plant Heat Rate PLTU Labuhan Angin Unit 1
16 Maret 2017 – 23 Maret 2017
Beban
Pemakaian
Kalori
Produksi
Produksi
Pemakaian
(MW)
Bahan Bakar
(kcal/kg,
Bruto
Netto
Sendiri
(kg)
kcal/MMBtu)
(kWh)
(kWh)
(kWh)
62,15
1070950
4381.721
1445236.365
1216962
238614.547
59,12
1126260
4285.383
1595781.820
1345284
239367.275
62,89
1217440
4663.859
1674065.456
1431070
242754.547
62,43
1234270
4457.578
1684101.820
1438616
243507.275
62,62
1730790
4320.386
1694138.184
1446840
244260.002
63,21
990000
4320.386
814952.728
621162
149040.001
63,2
34,85
109898.182
693000
4320.386
979549.092
792756
226570.911
43
Universitas Sumatera Utara
4.2
Analisa Data
•
Menghitung Spesific Fuel Consumption (SFC), Heat Rate (HR) dan
Efisiensi (")
i.
Saat beban 62,15 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
1070950
1445236.37
=
=
= 0.741 )/
1070950 x 4381.72
1445236.37
1070950 x 4381.72
1216962
100% =
-
ℎ
= 3246.946
/
ℎ
= 3855.999
/
ℎ
/
ℎ
859,845
100% = 26.482%
3246.946
ii. Saat beban 59,12 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
1126260
1595781.82
=
=
1126260 x 4285.38
1595781.82
1126260 x 4285.38
100% =
-
= 0.706 )/
1345284
ℎ
= 3024.508
= 3587.685
/
ℎ
859,845
100% = 28.43%
3024.508
iii. Saat beban 62,89 MW
=
ℎ
=
1217440
1674065.46
= 0.727 )/
ℎ
44
Universitas Sumatera Utara
=
ℎ
=
η=
ℎ
859,845
=
=
1217440 x 4663.86
1674065.46
1217440 x 4663.86
1431070
100% =
-
= 3391.725
/
ℎ
= 3967.639
/
ℎ
= 3266.937
/
ℎ
= 3824.408
/
ℎ
= 4413.856
/
ℎ
= 5168.285
/
ℎ
859,845
100% = 25.351%
3391.725
iv. Saat beban 62,43 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
1234270
1684101.82
=
=
1234270 x 4457.58
1684101.82
1234270 x 4457.58
1438616
100% =
-
v.
ℎ
859,845
100% = 26.32%
3266.937
Saat beban 63,62 MW
=
ℎ
=
=
ℎ
=
η=
= 0.733 )/
ℎ
859,845
-
1730790
1694138.18
=
=
= 1.022 )/
1730790 x 4320.39
1694138.18
1730790 x 4320.39
100% =
1446840
859,845
4413.856
ℎ
100% = 19.481%
45
Universitas Sumatera Utara
vi. Saat beban 63,21 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
990000
814952.73
=
=
= 1.215 )/
990000 x 4320.39
814952.73
990000 x 4320.39
621162
100% =
-
ℎ
= 5248.381
/
ℎ
= 6885.777
/
ℎ
= 3056.537
/
ℎ
= 3776.733
/
ℎ
859,845
100% = 16.383%
5248.381
vii. Saat beban 34,85 MW
=
ℎ
=
ℎ
=
η=
=
ℎ
859,845
-
693000
979549.09
=
=
= 0.707 )/
693000 x 4320.39
979549.09
693000 x 4320.39
100% =
792756
859,845
3056.537
ℎ
100% = 26.109%
46
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Tabel Hasil Pemakaian Konsumsi Bahan Spesifik (SFC), Heat Rate
dan Efisiensi
Beban
Pemakaian
Kalori
SFC
HRB
HRN
(MW)
Bahan Bakar
(kcal/kg,
(kg/kWh)
(kCal/kWh)
(kCal/kWh)
(kg)
kcal/MMBtu)
62,15
1070950
4381.721
0.741
3246.946
3855.999
26.482
59,12
1126260
4285.383
0.706
3024.508
3587.685
28.43
62,89
1217440
4663.859
0.727
3391.725
3967.639
25.351
62,43
1234270
4457.578
0.733
3266.937
3824.408
26.32
63,62
1730790
4320.386
1.022
4413.856
5168.285
19.481
63,21
990000
4320.386
1.215
5248.381
6885.777
16.383
34,85
693000
4320.386
0.707
3056.537
3776.733
26.109
η
(%)
Hasil analisa grafik berdasarkan tabel 4.2 adalah sebagai berikut ;
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN SFC
1.4
SFC (kg/kWh)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
62,15
59,12
62,89
62,43
63,62
63,21
34,85
BEBAN (MW)
Gambar 4.1 Grafik Konsumsi Bahan Spesifik terhadap fungsi beban
47
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik konsumsi bahan spesifik terhadap
fungsi beban semakin meningkat pada saat beban 62,89 MW sampai 63,62 MW
bertambahnya beban, maka jumlah konsumsi bahan spesifik semakin meningkat.
Artinya, jumlah konsumsi spesifik bahan bakar per kWh yang dikonsumsi
meningkat seiring dengan perubahan beban.
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN HEAT RATE
8000
HR (kCal/kWh)
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
62,15
59,12
62,89
62,43
63,62
63,21
34,85
BEBAN (MW)
Gambar 4.2 Grafik Heat Rate terhadap fungsi beban
Pada gambar 4.2 dapat dilihat grafik hubungan beban dengan heat rate. Pada
gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perubahan beban mempengaruhi heat rate, dimana
heat rate akan berubah sesuai dengan pemakaian bahan bakar dan kalori yang
dihasilkan. Semakin tinggi beban yang dihasilkan maka akan semakin besar
pemakaian bahan bakar yang mengakibatkan heat rate akan semakin meningkat.
48
Universitas Sumatera Utara
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DENGAN
EFISIENSI
EFISIENSI (%)
30
25
20
15
10
5
0
62,15
59,12
62,89
62,43
63,62
63,21
34,85
BEBAN (MW)
Gambar 4.3 Grafik Efisiensi terhadap fungsi beban
Pada gambar 4.3 dapat dilihat grafik hubungan beban dengan efisiensi. Pada
gambar 4.3 dapat dilihat perubahan beban mempengaruhi
efisiensi, dimana
efisiensi akan menurun jika pemakaian bahan bakar yang berlebihan. Penggunaan
dari bahan bakar pembangkit menjadi tolak ukur untuk menentukan efisiensi dari
suatu pembangkit.
49
Universitas Sumatera Utara
GRAFIK HUBUNGAN EFISIENSI DENGAN
HEAT RATE
8000
7000
HR (kCal/kWh)
6000
5000
4000
HEAT RATE
3000
EFISIENSI
2000
1000
0
26.482
28.43
25.351
26.32
19.481
16.383
26.109
EFISIENSI (%)
Gambar 4.4 Grafik hubungan Heat Rate terhadap Efisiensi
Berdasarkan gambar 4.4 di dapat grafik hubungan efisiensi dengan heat rate.
Dimana, dapat dilihat bahwa grafik tidak linier karena adanya perubahan heat rate
dan efisiensi yang disebabkan oleh perubahan beban yang tidak konstan. Penyebab
beban tidak konstan karena adanya kerusakan peralatan pada saat beroperasi.
50
Universitas Sumatera Utara
6
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut ;
1. Perhitungan heat rate PLTU Labuhan Angin cenderung naik, hal ini
mengidentifikasi bahwa kinerja unit mulai menurun disebabkan karena
usia pakai dan adanya gangguan berupa kerugian-kerugian aliran uap
dari boiler ke turbin
2. Dari hasil data, di dapat SFC terbesar saat beban 63,21 MW sebesar
1,215 kg/kWh dan terkecil saat beban 59,12 MW sebesar 0,706 kg/kWh
3. Heat rate berbanding terbalik dengan efisiensi, yang artinya semakin
rendah heat rate yang di dapat maka efisiensi akan semakin baik, dimana
nilai heat rate terendah saat beban 59,12 MW sebesar 3587,685
kCal/kWh dengan efisiensi sebesar 28,43% dan nilai heat rate tertinggi
saat beban 63.21 MW sebesar 6885,777 kCal/ kWh dengan efisiensi
sebesar 16,383%
4. Dari hasil data, didapat bahwa jumlah pemakaian konsumsi bahan
spesifik (SFC) berbanding lurus dengan Heat Rate.
51
Universitas Sumatera Utara
5.2
Saran
1. Perhitungan heat rate dan efisiensi termal dilakukan secara berkala untuk
mengetahui kondisi unit pembangkit dengan metode tidak langsung.
2.
Inspeksi dan maintance harus dilakukan secara berkala agar unit tetap
dalam kondisi baik.
52
Universitas Sumatera Utara