Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap BBM Pertalite di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Teori Tentang Ekuitas Merek
Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi hal-

hal tersebut untuk mengindentifikasikan barang atau jasa seseorang atau
sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk pesaing, lebih lanjut
merek sebanarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam
sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh
tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat.
Merek mengandung janji perusahaan secara konsisten memberikan cirri,
manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan
kualitas karena didalamnya tercakup enam pengertian berikut ini (Durianto, 2004)
1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain,
dan lain-lain.
2. Manfaat, meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen
sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut
merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau

manfaat emosional.
3. Nilai, Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
4. Budaya, Merek juga mencerminkan budaya tertentu. Sebagai contoh
adalah Mercedes yanag mencerminkan budaya jerman yang terorganisir,
konsisten, tingkat keseriusan tinggi, efisien dan berkualitas tinggi.

9
Universitas Sumatera Utara

5. Kepribadian. Merek juga mencermikan kepribadian tertentu. Sering kali
produk tertentu menggunakan berpribadian orang yang terkenal untuk
mendongkrak atau menompang merek produknya.
6. Pemakaian. Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produk tersebut. pemakai Mercedes pada umumnya
diasosiasikan dengan orang kaya.
2.1.1 Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Kesadaran (Awareness) menggambarkan keberadaan merek didalam
pikiran konsusmen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan
biasanya mempunyai peranan kunci dalam ekuitas merek. Kesadara merek
merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen

lainnya. Jika kesadaran itu sanagat rendah maka hampir dipastiakan bahwa
ekuitas mereknya juga rendah.
Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi
adalah sebagai berikut:
1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah
dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari
adanya suatu merek.
2. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah suatu tingkat minimal
kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah
dilakuakan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
3. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) adalah pengingatan
kembali terhadap merek b top of mind (puncak pikiran) adalah merek

10
Universitas Sumatera Utara

disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul
pada benak konsumen.
4. BTop Of Mind (puncak pikiran) adalah merek disebutkan pertama kali oleh
konsumen atau yang pertama kali muncul pada benak konsumen.


Top of mind
Brand Recall
Brand recognition
Unaware of Brand
Sumber : Durianto, 2004
Gambar 2.1. Piramida Kesadaran Merek
2.1.2 Asosiasi Merek (Brand Association)
Merek Durianto (2004), asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul
di benak seseorang yang terkait dengan ingatanya mengenai suatu merek. Kesankesan yang terkait dengan merek akan semakin meningkat dan semakin
banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi satu merek atau dengan
semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi kominikasinya.
Berbagai asiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu
rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang berhubungan,
semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut.
Asosiasi merek akan menjadi pijakan konsumen dalam keputusan
pembelian dan loyalitas konsumen pada merek tersebut. untuk itu asosiasi merek
memiliki fungsi sebagai berikut (Aeker, 1991) :
1. Help process/retrieve information ( membantu proses penyusunan
informasi)

11
Universitas Sumatera Utara

2. Diffentiate (membedakan)
Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya
pembedaan suatu merek dari merek yang lain.
3. Reason to buy (alasan pembelian)
Asosiasi merek akan membangkitkan suatu atribut produk atau manfaat
bagi konsumen yang dapat memberikan alas an spesifik bagi konsumen
untuk membeli dan menggunakan merek tersebut.
4. Creative positive attude/feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif)
Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada
giliranya merembet ke mrerek yang bersangkutan. Asosiasi-asosia tersebut
dapat menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman mereka
sebelumnnya serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang
lain dari pada yang lain.
5. Basis for extensions (landasan perluasan)
Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan
menciptakan rasa kesesuaian anatara merek dan sebuah produk baru, atau
dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut.

Menurut Aeker (1991), ada berbagai hal yang dapat menimbulakan asosiasi
terhadap suatu produk, hal-hal tersebut sebagai berikut:

1. Product attributes (atribut produk)
2. Intangibles attributes ( atribut tak terwujud)
3. Customer’s benefit ( manfaat bagi pelanggan)

12
Universitas Sumatera Utara

4. Relative price (harga relative)
5. Application ( penggunaan)
6. User/custumer ( pengguna/pelanggan)
7. Celebrity/person ( orang terkenal/khalayak)
8. Life style ( gaya hidup/kepribadian)
9. Product class ( kelas produk)
10. Competitors ( para pesaing)
11. Country/geographic area ( Negara/ wilayah geografis)
2.1.3 Persepsi Kualitas (perceived quality)
Menurut Aeker (1991), bahwa persepsi kualitas merupakan persepsi

konsumen terhadap keselurahan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa
pelayanan yang sama dengan maksud yang di harapkannya.
Persepsi kualitas adalah salah satu kunci dimensi ekuitas merek. Persepsi
kualiatas mempunyai atribut penting yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal
seperti:


Kualitas actual atau obyectif
Perluasan suatu bagian dari produk atau jasa yang memberikan pelayanan
lebih baik.



Kualitas isi produk
Karateristik dan kuantitas unsure, bagian atau pelayanan yang disertakan
kialitas proses manu faktur kesesuaian dengan spesifikasi, hasi akhir yang
tanpa cacat. Nilai-niali persepsi kualitas dapat di gambarkan dalam bentuk.




Alasan untuk membeli

13
Universitas Sumatera Utara

Keterbatasan informasi, uang dan waktu membuat keputusan pembelian
seorang pelanggan sangat di pengaruhi oleh persepsi kualitas suatu merek
yang ada dibenak konsumen, sehingga seringkali keputusan pembelian
hanya didasarkan kepada persepsi kualitas dari merek yang akan dibelinya.


Diferensisasi atau posisi
Salah satu kareteristik yang penting dari merek produk adalah posisinya
dalam dimensi persepsi kualitas, apakah merek tersebut merupakan yang
terbaik atau sama baiknya dengan merek lain, apakah merek tersebut
ekonomis, optimis atau super optimum.



Harga optimum

Salah satu keuntungan dari persepsi kualitas adalah memberikan rauang
pilihan dalam menentukan harga minimum/optimum harga minimum atau
optimum dapat meningkatkan

laba yang secara langsung dapat

meningkatkan probitabilitas.


Minat saluran distribusi
Persepsi kualitas mempunyai arti penting bagi para pengecer, distributor
atau distribusi lainnya. Para pengecer atau para distributor akan
termotipasi untuk menjadi penyalur produk atau merek dengan persepsi
sosialitas, yang berarti dapat semakin memperluas distribusi dari merek
tersebut.



Perluasan merek
Suatau merek produk dengan persepsi kualiatas yang kuat dapat

dieksploitasi kea rah perluasan merek. Merek dengan persepsi kualitas

14
Universitas Sumatera Utara

yang kuat dapat digunakan untuk perkenalkan kategori produk baru yang
beraneka macam dan akann mempunyai kemungkinan sukses yang lebih
besar di bandingkan denagan merek yang mempersepsi kualitasnya
rendah, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pangsa pasar yang
lebih beasar lagi.
2.1.4 Kepuasan/Loyalitas (Satisfaction/Loyalitas)
Kepuasan adalah pengukuran secara langsunsg bagaimana konsumen tetap
loyal kepada suatu merek. Kepuasan terutama menjadi pengukuran di bisnis jasa
(seperti perusahaan penyewaan mobil, hotel dan bank ). Sementara itu, loyalitas
merupakan hasil kumulasi pengalaman penggunaan produk.
Tingkat loyalitas merek adalah sebagai berikut :
1. Switcher/price buyer ( pembeli yang berpindah-pindah )
Adalah tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian
konsumen


berpindah

dari

suatu

merek

ke

merek

yang

lain

mengindikasiakan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap
memadai.
Dalam hal ini merek memegang peranan yang kecil dalam keputusan
pembelian. Cirri paling jelas adalah mereka membeli karena harganya

murah.

15
Universitas Sumatera Utara

Sumber : Durianto, 2004
Gambar 2.2. Piramida Loyalitas Merek
2. Habitual buyer ( pembeli yang bersifat kebiasaan )
Adalah

pembeli

yang

tidak

mengalami

ketidak

puasan

dalam

mengonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya
untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika
peralihan itu membutuhkan usaha, biaya atau pengorbanan lain, jadi, ia
membeli suatu merek karena kebiasaan.
3. Satisfied Buyer ( pembeli yang puasa dengan biaya peralihan)
Adalah pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun
mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost
tindakan peralihan merek terssebut. Biasanya pesaing akan menanggung
biaya peralihan harusnya ditanggung pembeli dengan menawarkan
manfaat sebagai kompensasi untuk menarik minat pembeli.
4. Likes the Brand ( menyukai merek )

16
Universitas Sumatera Utara

Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh merek tersebut. rasa suka
didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan symbol, rangkaian,
pengalaman, atau persepsi kualitas yang tinggi.
5. Committed Buyer ( pembeli yang berkomitmen )
Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebangaan dalam
menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting
dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa benarnya penggunanya.
Cirri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk
mempromosikan/merekomendasikan merek yang ia gunakan kepada orang
lain.
Loyalitas merek dapat memberikan nilai kepada perusahaan:
1. Mengurangi biaya pemasaran
2. Meningkatkan perdagangan
3. Menarik konsumen baru
4. Member waktu untuk merespon ancaman persaingan
2.2

Teori Tentang Persepsi Konsumen
Konsumen sering kali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan

persepsinya terhadap produk tersebut. memahami persepsi konsumen ini sangat
penting para pemasar maupun produsen, karena dua konsumen yang menerima
dan memperhatikan suatu stimulus yang sama mungkin akan mengertikan
stimulus tersebut berbeda.
Sumarwan (2002) menyebutkan bahwa persepsi merupakan tiga tahap
dalam pengolahan informasi, yaitu tahap pemaparan, tahap perhatian dan tahap

17
Universitas Sumatera Utara

pemahaman. Sedangkan persepsi konsumen diartikan sebagai cara pandang
seoarang konsumen dalam melihat realitas di luar dirinya atau dunia
sekelilingnya.
1. Tahap pemaparan
Pemaparan merupaksn tahap pertama dalam membentuk persepsi.
Pemaparan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemasar untuk
menyampaikan stimulus kepada konsumen. Stimulus ini bisa berbentuk
iklan, kemasan, merek atau hadiah yang secara langsung akan dirasakan
oleh konsumen melalui satu atau lebih panca indranya.
2. Tahap perhatian
Tidak semua stimulus yang dipaparkan oleh produsen akan diterima dan
diperhatikan oleh konsumen untuk kemudian diolah menjadi informasi.
Hal ini terjadi karena keterbatasan konsumen dalam mengolah semua
stimulus yang di terimanya. Ada dua factor yang mempengaruhi perhatian
konsumen pada stimulus yang diterimanya yaitu factor pribadi yang
berupa kareteristik konsumen itu sendiri dan factor kedua adalah factor
stimulus yang diantaranya berupa ukuran stimulus, besar, intensitas,
kontras, posisi, petunjuk.

3. Tahap pemahaman
Pemahaman

adalah

usaha

konsumen

untuk

mengartiakan

atau

menginterpetasikan stimulus. Pada tahap ini konsumen cenderung untuk

18
Universitas Sumatera Utara

melakukan pengelompokkan stimulus sehingga memandangnya sebagai
suatu kesatuan.
Setelah melalui tahap persepsin yaitu pemaparan, perhatian dan
pemahaman maka tahap pengolahan informasi selanjutnya adalah tahap
penerimaan dan retensi. Tahap ini akan menghasilkan cerita (image) suatu produk
yang nantinya akan disimpan dalam memori jangka panjang dan akan
mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus baru.
2.2.1 Pengetahuan Konsumen
Pengetahuan konsumen penting untuk di pahami karena apa yang dibeli,
berapa banyak yang di beli, di mana membeli dan kapan membeli akan tergantung
kepada

pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut. dan pengetahuan

konsumen akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu
produk.
Menurut Sumarwan (2002), pengetahuan konsumen adalah “Semua
informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa,
serta pengetahuan lainnya yang terkait denagan produk dan jasa tersebut dan
informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen”.
Pengetahuan konsumen terbagi kedalam tiga macam :

1. Pengetahuan produk
Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi
mengenai produk yang meliputi kategori produk ,merek,terminology
produk,atribut atau fitur produk,harga produk dan kepercayaan mengenai
produk.

19
Universitas Sumatera Utara

2. Pengetahuan pembelian
Pengetahuan pembelian meliputi pengetahuan tentang toko,lokasi produk
di dalam took,penempatan produk di dalam toko.
3. Pengetahuan pemakaian
Pengetahuan pemakaian merupakan informasi tentang cara konsumsi suatu
produk dengan benar agar konsumen tidak salah dalam mengkonsumsi
produk tersebut sehingga produk dapat berfungsidengan baik.
2.2.2. Kepuasan Konsumen
Kepuasan

dan

ketidakpuasan

konsumen

merupakan

dampak dari

perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang
sesungguhnya di peroleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut.

Tabel 2.1
Dimensi Kualitas Pelayanan / Jasa dan Produk
Dimensi Kualitas Pelayanan / Jasa
1.

Sarana Fisik (tangibles)

2.

Keandalan (reliability)

3.

Responsif (responsiveness)

4.

Meyakinkan (assurance)

5.

Menaruh Perhatian (emphaty)
Dimensi Kualitas Produk

1.

Fungsi (performance)

2.

Fitur (features)

3.

Keandalan (realibility)

20
Universitas Sumatera Utara

4.

Usia Produk (durability)

5.

Pelayanan (serviceability)

6.

Estetika (aesthetics)

7.

Persepsi Kualitas (perceived quality)

Sumber : Minor dan Mowen (1998)
Menurut Sumarwan (2002), kinerja produk dibagi menjadi tiga macam
kategori (product performance) :
1. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkannya, sehingga
konsumen akan merasa puas.
2. Produk berfungsi seperti yang diharapkan, sehingga konsumen tidak
merasa puas maupun kecewa akan tetapi memiliki perasaan netral.
3. Produk tidak berfungsi seperti yang diharapkan, sehingga konsumen
merasa tidak puas.
Fungsi produk sebenarnya adalah persepsi konsumen terhadap kualitas
produk tersebut, dimana didalam mengevaluasinnya konsumen akan menilai
berbagai atribut seperti yang dijelaskan oleh Tabel 2.1.
2.2.3 Loyalitas Konsumen
Konsumen yang merasa puas terhadap suatu produk atau mere yang
dikonsumsi ataun dipakai akan membeli ulang produk tersebut, pembelian ulang
yang terus menerus dari produkn dan merek yang sama akan menunjukkan
loyalitas konsumen terhadap merek. Hal ini sangat diharapkan oleh produsen
karena tujuan komunikasi pemasaran produsen berhasil menciptakan loyalitas
merek.

21
Universitas Sumatera Utara

Menurut Sumarwan (2002) loyalitas merek diartikan “Sikap positif
konsumen terhadap suatu merek, konsumen memiliki keinginan kuat untuk
membeli uang merek yang sama pada saat sekarang maupun masa dating”.
Loyalitas konsumen terhadap merek sangat terkait dengan kepuasan
konsumen. Semakin puas seorang konsumen terhadap suatu merek, akan semakin
loyal terhadap merek tersebut, namun sering kali merek bukan disebabkan oleh
kepuasan konsumen, tetapi karena keterbatasan dan ketiadaan pilihan. Contoh
pada pelayanan PLN.
Mowen dan Miror (1998) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan
dalam memahami loyalitas merek yaitu :

1. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku melihat bloyalitas merek berdasarkan pada
pembelian merek. Metode ini menanyakan kepada konsumen
mengenai pembelian produk selama periode tertentu, kemudian dicatat
berapa

kali suatu merek dibeli.

Loyalitas merek ditentukan

berdasarkan proporsi dari merek yang dibeli dibandingkan dengan
jumlah pembelian.
2. Pendekatan sikap
Pendekatan ini mengukur loyalitas berdasarkan sikap konsumen dan
perilakunya. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek adalah
konsumen yang menyatakan sangat suka merek akan memunculkan

22
Universitas Sumatera Utara

komitmen merek, yaitu kedekatan emosional dan psikologis seorang
konsumen terhadap suatu produk.
2.3

Pengertian Pendapatan
Dalam mengukur kondisi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep

pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatannya,
pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau
rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.
Denagan kata lain pendapatan juga diuraikan sebagai keseluruhan
penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik atau pun non fisik
selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi atau tempat ia
bekerja. Setiap orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh pendapatan
dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya.
Maksud utama para tenaga kerja yang bersedia melakukan pekerjaan
tersebut adalah untuk mendapatkan yang cukup baginya dan keluarganya. Dengan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidupnya atau pun rumah tangganya, maka
kehidupan yang sejahtera akan tercapai.
Menurut kamus ekonomi, pendapatan adalah berhubungan dengan
pendapatan pemerintah dari pihak, bea impor dan sebagainya.
Dan istilah ini juga di terapakan terhadap pendapatan perusahaan dan pendapatan
individu-individu.
Menurut Wahyu Adji (2004 : 3) Mengatakan bahwa “Pendapatan adalah
uang yang diterima oleh seseorang dari perusahaan berupa gaji, upah, sewa, bunga

23
Universitas Sumatera Utara

dan laba termasuk juga beragam tunjangan”. Sedangkan menurut Suyanto
(2000:8) mendefenisikan pendapatan sebagai berikut:
Pendapatan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari pemanfaatan factor
produksi yang dimiliki. Sumber pendapatan tersebut meliputi:
1. Sewa kekeyaan yang digunakan oleh orang lain, misalnya menyewakan
tanah, rumah dan lain-lain.
2. Upah atau gaji karena bekerja dengan orang lain atau pun menjadi pegawai
Negri.
3. Bunga karena menanamkan modal di bank ataupun perusahaan, misalnya
mendepositokan uang di bank dan membeli saham.
4. Hasil dari wiraswasta, misalnya berdagang, beternak, mendirikan
perusahaan ataupun bertani.
Menurut T Gilarso (1992 : 63) berpendapatan bahwa “pendapatan keluarga adalah
bentuk balas jasa atau karya yang diperoleh sebagai imbalan atau jasa atas
sumbangan seseorang terhadap proses produksi”. Selain itu menurut Slameto
(2010 : 63) berpendapatan bahwa “Keadaan ekonomi erat keluarga hubungannya
dengan belajar anak. Yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misalnya makan, minum, pakaian, perlindungan kesehatan, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, peneranagan, alat
tulis menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika
orang tua mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin,
kebutuhan pokok kurang terpenuhi sehingga belajar anak terganggu. Akibat yang

24
Universitas Sumatera Utara

lain anak selalu dirundung kesedihan anak sehingga anak merasa minder dengan
anak yang lainnya, hal ini juga pasti akan menganggu belajar anak”.
Pada

abad

ke-20,

gagasan

yang

berkenen

dengan

pendapatan

diperkenalkan oleh Fisher dan Hicks.
Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah sebagai serangkaian
kejadian yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda yaitu :
1. Kenikmatan pendapatan psikis
2. Pendapatan rill
3. Pendapatan uang (Richard G.Schrooder,Levi’s D.MC.Cullers,1987,hal 74)
Pendapatan Psikis adalah barang dan jasa yang sungguh-sungguh dikonsumsi
oleh orang yang menciptakan kesenangan psikis dan kepuasan kebutuhan.
Pendapatan psikis merupakan konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara
langsung namun dapat ditaksir oleh pendapatan rill. Sedangkan pendapatan rill
adalah ekspansi kejadian yang menimbulkan kenikmatan psikis.
Pendapatan ini diukur dengan biaya hidup. Dengan kata lain kepuasan yang
diciptakan oleh kenikmatan psikis dari keuntungan yang diukur dengan
pengeluaran uang yang dilakukan untuk perolehan barang dan jasa sebelum dan
sesudah konsumsi. Jadi pendapatan psikis, pendapatan rill dan biaya hidup
merupakan tiga tahapm yang berbeda bagi pendapatan.
Dari pengertian pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
adalah uang yang diterima selama periode tertentu dari balas jasa dari perusahaan
yang bisa berupa bentuk gaji, upah, tunjangn seperti kesehatan dan pensiun. Dan
pendapatan orang tua adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh seseoarang

25
Universitas Sumatera Utara

baik yang berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi atau tidak,
yang dapat diukur dengan uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bersama maupun perorangan pada suatu keluarga dalam satu bulan.
2.5

Teori Permintaan
Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli

oleh konsumen, pada berbagai tingkat harga, dan pada waktu tertentu.
Pada setiap kegiatan transaksi dalam perekonomian pastinya akan terdapat
dua aspek yang saling berhubungan, yaitu permintaan (Demand) dan penawaran
(Supply). Harga barang dan

kuantitas barang atau jasa yang saling

mempengaruhi. Permintaan dan penawaran akan saling bertemu dan akan
membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah
barang).
2.4.1 Pengertian Permintaan
Menurut Gilarso (2007), dalam ilmu ekonomi istilah permintaan (demand)
mempunyai arti tertentu, yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu
antara jumlah suatu barang yang akan dibeli orang dan harga barang tersebut.
permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli berbagai
kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain
tetap sama (ceteris paribus).
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu
harga dan waktu tertentu. Permintaan berkaitan dengan keinginan konsumen akan
suatu barang dan jasa yang ingin dipenuhi. Dan kecenderungan permintaan
konsumen akan barang dan jasa tak terbatas.

26
Universitas Sumatera Utara

Permintaan adalah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh
konsumen pada berbagai tingkat harga.
2.4.2 Jenis-jenis Permintaan
1. Berdasarkan daya beli


Permintaan efektif, yaitu permintaan terhadap barang atau jasa yang
disertai daya beli dan melakukan transaksi



Permintaan potensial, yaitu permintaan terhadap barang atau jasa yang
disertai daya beli tetapi konsumen masih mempertimbangkan transaksinya
(belum dilakukan transaksi)



Permintaan absolute, yaitu permintaan terhadap barang/jasa yang tidak
disertai daya beli

2. Berdasarkan jumlah yang melakukan permintaan


Permintaan individu adalah permintaan seseorang terhadap barang/jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya



Permintaan kelompok adalah permintaan dari sekelompok orang atau
masyarakat pada saat yang bersamaan (penjumlahan permintaan individu)

2.4.3 Hukum Permintaan
Hokum permintaan adalah hokum yang menjelaskan tentang adanya hubungan
yang bersifat negative antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta.
Apabila harga naik jumlah barang yang diminta sedikit dan apabila haraga rendah
juml;ah barang yang diminta meningkat, dengan demikian hubungan permintaan
berbunyi :

27
Universitas Sumatera Utara

“semkin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang
tersedia diminta. Dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit
jumlah barang yang bersedia diminta”.
Pada hokum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hokum
permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau factor-faktor selain harga tidak
berubah (dianggap tetap).
Hokum permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis yang menyatakan
bahwa:
“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana
hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik, maka
jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apa bila harga barang
turun maka jumlah barang yang diminta akan meningkat”.
Hokum permintaan menyatakan bahwa harga sebuah barang meningkat, kualitas
(jumlah) uang diminta akan turun, sebaliknya jumlah (kuantitas) barang yang
diminta naik, jika harga sebuah barang mengalami penurunan. Dalam hal ini
kuantitas yang diminta berhubungan negative dengan harga barang. Hokum yang
berlaku dalam ekonomi tidaklah berlaku mutlak tetapi bersifat cetris paribus.
2.4.4 Fungsi Permintaan
Menurut Virgantari (2011), secara umum, fungsi permintaan menyatakan
bahwa hubungan jumlah yang diminta dan factor-faktor yang mempengaruhinya
pada tempat dan waktu tertentu. Fungsi permintaan dapat diturunkan melalui dua
cara, yang pertama adalah memaksimumkan kepuasan dengan kendala jumlah
anggaran dan harga barang. Fungsi permintaan yang diturunkan dari prinsip ini

28
Universitas Sumatera Utara

disebut dengan fungsi permintaan Marshallian. Fungsi ini pertama kali dikenal
kan oleh ekonom inggris Alfred Marshal pada tahun 1980 dan menganggap
bahwa pendapatan konsumen konstan. Fungsi permintaan lain dapat diturunkan
dengan menerapkan teori dualitas, yaitu meminimumkan output pada tingkat
pengeluaran tetap.
Permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan factor-faktor
yang

memengaruhinya

disebut

fungsi

permintaan.

Fungsi

permintaan

menghubungkan antara variable bebas dengan variable tida bebas. Persamaan
fungsi permintaan dapat disusun sebagai berikit:

Dx = f ( Px, Py, Y, T, N ) dimana :
Dx = permintaan akan barang x
Px = harga barang x
Py = harga barang y
Y = pendapatan per kapita
T = selera
N = jumlah penduduk
Dx adalah variable tidak bebas, karena besarnya nilai ditentukan oleh
varianbel lain, Px, Py, Y dan N adalah variable bebas karena besar nilainya tidak
tergantung besarnya variable lain. Tanda positif dan negative menunjukkan
pengauruh variable masing-masing variable bebas tehadap permintaan akan
barang. Hukum permintaan pada hakikatnya menyatakan bahwa makin rendah
harga suatu barang, makin banyak permintaan atas barang tersebut, sebaliknya

29
Universitas Sumatera Utara

semakin tinggi harga suatu barang sedikit permintaan atas barang tersebut
(Firdaus, 2008).
2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan (Demand)
Menurut Daniel (2004), permintaan dipengaruhi oleh beberapa factor yang
antara lain adalah harga barang yang bersangkutan , harga barang subsitusi atau
komplemennya, seleara, jumlah penduduk, dan tingakat pendapatan.
Hal-hal yang mempengaruhi tingkat permintaan (Demand), individu antara
barang dan jasa antara lain sebagai berikut:

1.

Harga Barang Itu Sendiri
Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negative.

Haraga barang akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Artinya bila satu
naik maka yang lainya akan turun dan begitu juga sebaliknya jika harga turun
maka jumlah barang akan meningkat. Semua ini berlaku dengan catatan factor
lain yang mempengaruhi jumlah permintaan dianggap tetap.
2.

Harga Barang Lain Atau Subsitusin (Mengganti)
Harga barang dan jasa pengganti (subtitusi) ikut memngaruhi jumlah

barang dan jasa yang diminta. Apabila dari harga barang subtitusi lebih murah
maka orang akan beralih pada barang subsitusi tersebut. akan tetapi jika harga
barang subsitusi naik maka orang akan tetap menggunakan barang yang semula.
Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh pada permintaan
barang lain. Hargab barang lain dapat meliputi harga barang subsitusi, komplemen
dan independen. Salah satu contoh barang subsitusi, bila harga kopi naik, biasanya
harga permintaan the akan naik. Barang komplemeter contohnya roti dengan keju.

30
Universitas Sumatera Utara

Apabial keduanya dipake dengan cara bersamaan sehingga dengan demikian bila
salah satu dari harga tersebut naik, pada umumnya akan mempengaruhi banyak
konsumsi barang komplemenya. Barang indepanden adalah barang yang tidak
mempengaruhi oleh harga barng yang lain.
3.

Harga Barang Komplementer (Pelengkap)
Barang pelengkap juga dapat mempengaruhi permintaan barang dan jasa.

Misalnya sepeda motor, barang komplementernya bensin. Apabila harga bensin
naik, maka kencenderunagan orang untuk memnbeli sepeda motor akan turun,
begitu juga sebaliknya.
4.

Jumlah Pendapatan
Semakin banyaknya jumlah penduduk semakin besar pulak barang yang

dikonsumsi dan makin naik permintaan. Penambahan jumlah penduduk
mengartikan adanya perubahan struktur umum. Dengan demikian, bertambahnya
jumlah penduduk dalah tidak proposionar dengan pertambahan jumlah barang
yang dikonsumsi.
Pertumbuhan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang
dikonsumsi.
Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi.
Bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi tidak hanya bertambah
kualitasnya, tetapi njumlah kualitasnya akan juga meningkat.
Besar kecil pendapatan yang diperoleh seorang turut menentukan besarnya
permintaan akan barang dan jasa. Apabiala pendapatan diperoleh tinggi maka
permintaan akan barang dan jasa juga semakin tinggi. Sebaliknya bjika

31
Universitas Sumatera Utara

pendapatan turun, maka kemampuan akan membeli barang akan turun.
Akaibatnya jumlah barang akan turun. Misalnya pendapatan dari ibu tya dari hasil
dagang minggu pertama Rp. 200.000,00 hanya dapat untuk membeli kopi 20Kg.
tetapi ketika hasil dagang minggu kedua Rp.400.000,00 ibu tya dapat membeli
kopi sebanyak 40K g.

5

Selera Konsumen
Selera

merupakan

variable

yang

mempengaruhi

besar

kecilnya

permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja
dipengaruhi oleh struktur umum konsumen, tetapi juga karena factor adat dan
kebiasaan setempat, tingkat pendidikan, atau lainnya.
Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi jumlah barang
yang diminta. Jika selra konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka
permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula. Misalnya, sekarang ini
banyak yang mencari hand phone yang dilengkapi fasilitas music dan game,
karena selera konsumen akan barang tersebut tinggi maka permintaan akan hand
phone yang dilengkapi music dan game akan meningkat.
6.

Intensitas Kebutuhan Konsumen
Intensitas kebutuhan konsumen berpengaruh terhadap jumalah barang

yang diminta. Kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa, akan menyebabkan
permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa tersebut rendah. Sebaliknya jika
kebutuhan terhadap barang atau jasa sangat mendesak maka permintaan
masyarakat terhadap barang atau jasa tersebut menjadi meningkat, misalnya
dengan meningkatnya curah hujan maka intensitas kebutuhan akan jas hujan

32
Universitas Sumatera Utara

semakin meningkat. Konsumen akan bersedia membeli jas hujan hingga
Rp.25.000,00 walaupun kenyataanya harga jas hujan Rp.15.000,00.
7.

Perkiraan Harga Pada Masa Depan
Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka

konsumen cenderung menambah jumlah barang yang dibeli karena ada
kekhawatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila konsumen
memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi
jumlah barang yang dibeli. Misalnya ada dugaan kenaikan harga bahan bakar
minyak mengakibatkan banyak konsumen antri di SPBU (Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum) untuk mendapatkan bensin atau solar yang lebih banyak.
8.

Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang yangh diminta.

Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayahb bertambah banyak, maka barang
yang diminta akan meningkat.
Semakin banyaknya jumlah penduduk makin besar pula barang yang
dikonsumsi dan makin naik permintaan. Penambahan jumlah penduduk
mengartikan adanya perubahan struktur umur. Dengan demikian, bertambahnya
jumlah penduduk adalah tidak proporsinal dengan pertambahan jumlah barang
yang dikonsumsi.
2.4.6 Kurva Permintaan
Kurva permintaan meruopakan gerafik yanag menggambarkan hubungan
antara harga dengan jumlah komioditas yanag ingin dan dapat dibeli konsumen.
Kurva ini digunakan untuk memperkirakan perilaku dalam pasar kompetitif dan

33
Universitas Sumatera Utara

sering kali digabung dengan kurva penawaran untuk memperkirakan titik
ekuilibrium (saat jumlah penawaran dan permintaan sama).
Menurut Hariyati (2007),

kurva permintaan

adalah

kurva yang

menghubungkan antara harga barang (ceteris paribus) dengan jumlah barang yang
diminta. Kurva permintaan menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada
harga tertentu, ceteri paribus (keadaan lain tetap sama). Kurva permintaan
menggambarkan harga maksimum yang konsumen bersedia bayarkan untuk
barang bermacam-macam jumlahnya per unit waktu. Konsumen tidak tersedia
membayar pada harga yang lebih tinggi untuk sejumlah tertentu, tetapi pada
jumlah yang sama konsumen bersedia membayar dengan harga yang sama
konsumen bersedia membayar dengan harga yang lebih rendah. Konsep ini
disebut dengan kesediaan maksimum konsumen mau bayar atau willingness to
pay.

Harga (Pq)

Gambar 2.3 Kurva Harga

34
Universitas Sumatera Utara

Kenaikan harga produk (ceteris paribus) akan menyebabkan penurunan jumlah
barang yang diminta yang berarti terjadi berpindahan disepanjang kurva
permintaan. Perubahan variable non harga akan menyebabkan pergeseran kurva
permintaan, atau menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta pada
tingkat harga tertentu. Factor-faktor yang menyebabkan pergeseran permintaan
diantaranya adalah perubahan pendapatan, harga barang lain dan jumlah populasi.

2.4.7 Pergeseran Kurva Permintaan
Perubahan harga barang lain berpengaruh pada pergeseran kurva
permintaan. Kenaikan harga barang substitusi (yang bersifat saling menggantikan)
menggeser kurva permintaan komoditi kekanan, lebih banyak yang dibeli pada
setiap tingkat harga. Kenaikan harga barang komplementernya, (komoditi yang
digunakan secara sama-sama) akan menggeser kurva permintaan kekiri.
Pertumbuhan jumlah populasi atau penduduk menciptakan permintaan baru.
Penduduk yang bertambah ini harus memiliki daya beli sebelum permintaan
berubah berubah. Peningkatan orang berusia kerja, tentunya akan menciptakan
pendapatan baru. Jika ini terjadi, permintaan untuk semua komoditi yang dibeli
oleh penghasialan pendapatan baru akan meningkat. Kenaikan jumlah penduduk
akan menggeser kurva permintaan untuk komoditi ke arah kanan, yang
menunjukkan bahwa akan lebih banyak komoditi yang dibeli pada setiap tingkat
harga.

35
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Pergeseran Kurva Harga
Pergeseran kurva permintaan disebabkan oleh berbagai factor selain harga
produk tersebut. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan
pendapatan dapat mengubah jumlah permintaan akan barang serta dapat
menggeser kurva permintaan.
2.5 Hubungan

Antara

Pengaruh

Variabel

Pendapatan

Terhadap

Permintaan Masyarakat
Semakin berkembangnya zaman teknologi kendaraan bermotor saat ini yang
merupakan suatu kebutuhan manusia dalam memilih bahan bakar minyak (BBM)
dimana masyarakat dalam kesehariannya menggunakan kendaraan roda dua atau
roda empat yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang meliputi,
Premium, Pertalite, Pertamax. Sebagai kebutuhan mereka sehari-hari dalam bahan
bakar minyak (BBM) yang mereka gunakan setiap harinya. Dapat memenuhi
kebutuhan BBM tesebut, masyarakat membutuhkan pendapatan. Pendapatan
permintaan masyarakat adalah memberikan pilihan/alternative lebih banyak
menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sehingga konsumen dapat memilih
bahan bakar minyak (BBM) yang sesuai dengan mereka inginkan serta

36
Universitas Sumatera Utara

mengkomodasikan konsumen yang menginginkan BBM yang memiliki Ron lebih
tinggi dibandingkan Premium Ron 88, tetapi tidak sanggup membeli Pertamax.
Pendapatan Menurut (Situmorang, 2009) adalah sebagai seluruh penerimaan
seseorang atas tenaga/pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau
badan/organisasi baik dalam bentuk uang, sumber daya alam, maupun fasilitas
dalam jangka waktu tertentu. Dengan meningkatnya pendapatan seseorang akan
lebih memudahkan dalam memilih bahan bakar minyak (BBM) yang ya
kehendaki.
2.5.1 Hubungan Antara Pengaruh Variabel Harga Premium Dengan
Permintaan Maysarakat
Banyaknya factor yang mempengaruhi permintaan BBM diantaranya:
harga, harga adalah (Menurut Simamura, 2001:31), sejumlah nilai yang
dipertukarkan untuk memenuhi suatau peroduk. Dengan demikian, harga suatu
barang atau jasa merupakan penentu bagi permintaan pasarnya. Harga juga dapat
mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan juga mempengaruhi market
share-nya bagi perusahaan harga tersebut akan memberikan hasil dengan
menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih.
Permintaan masyarak cenderung dalam memilih harga BBM yang lebih
murah yakni Premium. Masyarakt cenderung memilih harga yang murah tidak
memperhatikan kualitas dari suatu barang yang akan dibelinya. Premium
merupakan jenis BBM yang rendah kualitas dan harganya dibandingkan dengan
bahan bakar minyak lainya.

37
Universitas Sumatera Utara

Walaupun banyak permintaan bahan bakar minyak atau (BBM) lainnya
seperti Pertalite dan Pertamax yang memiliki oktan yang lebih tinggi
dibandingkan Premium, tetapi tidak semua masyarakat memilih bahan bakar
minyak atau (BBM) yang beroktan tinggi, mereka kerap memilih bahan bakar
minyak (BBM) Premium sebagai bahan bakar mereka, dimana bagi mereka harga
Premium jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar minyak lainya, dikarenakan
Premium sendiri lebih banyak diminati masyarakat justru alasan mereka memilih
premium karena murah meskin ron premium hanya 88,tiidak dipengaruhi oleh
kendaran mereka justru itu lebih bagus tidak membebani masyarakat yang
menengah kebawah.
2.5.2 Hubungan Antara Pengaruh Variabel Harga Pertamax Dengan
Permintaan Maysarakat
Seprti kita ketahui bahwa harga adalah salah satu factor dalam memilih
BBM, diataranya harga. Harga adalah (menurut Tjiptono,2005), satuan moneter
atau ukuran lainya termasuk barang dan jasa lainya yang ditukarkan agar
memperoleh hak atau kepemilikan pengguna suatu barang dan jasa berdasarkan
beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa harga merupakan
keseluruhan nilai suatu barang maupun jasa yang diberikan dalam bentuk uang.
Selain itu harga adalah segala sesuatu atau nilai yang ditetapkan bagi “Sesuatu”.
Berdasarkan antara kemampuan masyarakat dalam memili Pertamax, jika
masyrakat lebih cenderung memilih dan memperhatikan kualitas dalam memilih
bahan bakar minyak untuk mesin kendaraanya. Dimana Pertamax memiliki oktan

38
Universitas Sumatera Utara

yang tinggi maka pertamax bisa menerima tekanan pada mesi berkompresi tinggi,
sehingga dapat bekerja yang optimal pada gerakan piston.
2.5.3 Hubungan Antara Pengaruh Variabel Harga Pertalite Dengan
Permintaan Maysarakat
Banyaknya yang mempengaruhi permintaan BBM diantaranya harga
adalah (Menurut Simamura, 2001:31), sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk
memenuhi suatau peroduk. Dengan demikian, harga suatu barang atau jasa
merupakan penentu bagi permintaan pasarnya. Harga juga dapat mempengaruhi
posisi persaingan perusahaan dan juga mempengaruhi market share-nya bagi
perusahaan harga tersebut akan memberikan hasil dengan menciptakan sejumlah
pendapatan dan keuntungan bersih.
Permintaan masyarakat dalam memilih harga Pertalite karena melihat dari
kualitas dan harganya sedangkan Pertalite memiliki keunggulan yang lebih yaitu
konsumsi bahan bakar yang irit, akselarasi yang cepat, gas buang yang lebih
rendah. Sedangkan Premium memiliki Oktan yang lebih rendah sehingga
membuat konsumsi bahan bakar tidak irit dan tarikan gas yang berat. sehingga
Masyarakat cenderung memilih BBM Pertalite dari pada BBM Premium, dan
harganya tidak jauh beda dengan Pertalite.
Walaupun banyak perbedaan antara bahan bakar minyak (BBM) lainnya
seperti Pertamax yang memiliki Oktan 92. Dibandingkan Premium Oktan 88
tetapi tidak semua masyarakat memilih bahan bakar minyak (BBM) yang oktan
tinggi, mereka kerap memilih bahan bakar minyak (BBM) Pertalite, karna harga

39
Universitas Sumatera Utara

dan kualitas Pertalite dengan Pertamax tidak jauh beda sehingga masyarakat tetap
memilih Pertalite.
2.6

Penelitian Terdahulu

1.

Rames Simanullang (2008) dengan judul “Analisis Jumlah Permintaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Premium Di Sumatera Utara” yang
menyatakan bahwa harga premium berpengaruh harga negative terhadap
permintaan premium, sedangkan harga solar, harga premix, PDRB dan
jumlah kendaraan bermotor memiliki pengaruh positif terhadap BBM jenis
premium.

2.

Parulian

Simanjuntak (2009)

dengan

judul “Implementasi Teori

Permintaan Pada Fungsi Permintaan BBM Di Sumatera Utara” yang
menyatakan bahwa harga premium, harga solar, harga premix, jumlah
kendaraan bermotor dan PDRB tidak berpengaruh nyata pada permintaan
jumlah premium di sumatera utara pada α = 5%. Dengan demikian
hipotesis ditolak. Sementara koefisien regresi telah sesuai dengan latar
belakang teoritis yang telah diuraikan sehingga secara ekonomi, hasil
estimasi bermakna.
3.

Yuhaka Sundaya,SE,M.Si (2016) dengan judul “Analisis Surplus Ekonomi
Pasar Bahan Bakar Minyak Jenis Premium Akibat Kenaikan Harga
Minyak Dunia Dan Kenaikan Jumlah Kendaraan Bermotor Di Indonesia”
menyatakan bahwa secara silmutan, menunjukkan perubahan cadangan
minyak

bumi,

bersama

perubahan

permintaan

dan

penawaran,

berpengaruh balik terhadap perubahan harga.

40
Universitas Sumatera Utara

2.7

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu gambaran umum mengenai

hubungan antara variable-variabel yang terdapat dalam suatu penelitian. Kerangka
konseptual penelitian menunjukkan hubungan antara tingkat pendapatan, jumlah
yang dibeli dan harga sebagai variable bebas yang akan berpengaruh pada
permintaan BBM.

Hubungan antara variable ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pendapatan
Jumlah Bahan Bakar
Yang Dibeli (Pertalite)

Harga Premium
Harga Pertamax
t
Harga Pertalite

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual
2.8

Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka

hipotesis yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan BBM
pertalite.
2. Harga premium berpengaruh negative terhadap permintaan BBM
pertalite.
3. Harga pertamax berpengaruh negative terhadap permintaan BBM
pertalite.

41
Universitas Sumatera Utara

4. Harga pertalite berpengaruh positif terhadap permintaan BBM
pertalite.

42
Universitas Sumatera Utara