Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Permintaan Gas Dibandingkan Minyak Tanah di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM Strata - 1 MEDAN

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PERMINTAAN GAS DIBANDINGKAN MINYAK TANAH DI KOTA MEDAN

DRAFT SKRIPSI

Oleh :

HASNIDAR AINUN 080501088

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara 2012


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PERMINTAAN GAS DIBANDINGKAN MINYAK TANAH DI KOTA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat preferensi masyarakat kota medan terhadap gas dibandingkan minyak tanah dan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat membeli LPG dibandingkan minyak tanah di kota Medan. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi harga, keamanan dan kepraktisan penggunaan.

Metode yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat membeli LPG dibandingkan minyak tanah tersebut adalah ordinary least squared (OLS) dengan menggunakan Eviews 5.1. pengujian ini menggunakan 100 responden sebagai sampel. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel persepsi harga (x1) dan kepraktisan penggunaan (x3) berpenagruh positif terhadap keputusan masyarakat membeli LPG dibandingkan minyak tanh di kota Medan signifikan secara statistik pada α = 5%..

Kata Kunci: keputusan konsumen, Persepsi Harga, keamanan, kepraktisan penggunaan


(3)

ABSTRACT

Public participation Analysis of demand for gas than kerosene in

Medan City

The purpose of this research was determined how the prefences of gas comparing with kerosene in Medan city and the analysis factors influencing customer to buy LPG compared kerosene in Medan city. As for independent variable in this research is perception of price, security, and practicality of use.

The method applied in analyzing factors influencing customer to buy LPG compared kerosene in Medan city is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is using Eviews 5.1 and using 100 respondents as a sample. Based on the result of estimation indicated that using price perception (x1) snd practicality (x3) are positive to customer decision to buy LPG compared Kerosene in Medan city and significant at α = 5 %.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah_Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusan skripsi yang berudul “Analisis Partisipasi Masyarakat

Terhadap Permintaan Gas Dibandingkan Minyak Tanah di Kota Medan”.

Penulis banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan.

3. Bapak Syahrir Hakim Nasution, SE, M.Si., selaku sekretaris Departemen S1 Ekonomi Pembangunan.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi., selaku sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan.

6. Bapak Coki Ahmad Syahwier. SE,MP, selaku Dosen Pembimbing. 7. Bapak Murbanto Sinaga, SE, MA, selaku Dosen Pembaca.

8. Ibunda dan Ayahanda serta kakak dan Adikku tercinta, Dian Andriyana dan Rizka Hanum atas bantuan doa dan dukungannya dalam menyelasaikan skripsi ini.


(5)

9. Teman-teman EP’08. Khususnya untuk Nurul, Nina, Rani, Indah, Sarah, Pebri yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada member beast (Joker, Kiki, Dujun, JS, dan Sobie) dan semua cast runningman yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini dimasa mendatang. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Medan, 16 Mei 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Partisipasi ... 7

2.1.1 Pengertian Partisipasi ... 7

2.1.2 Peran Partisipasi dalam Kebijakan Publik ... 8

2.2. Teori Monopoli ... 10

2.2.1. Pengertian Monopoli ... 13

2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Monopoli ... 13

2.2.3. Pertamina Sebagai Perusahaan Monopoli ... 14

2.3. Konversi Minyak Tanah ke Gas ... 16

2.3.1 Pengertian Konversi ... 16

2.3.2 Penghematan Subsidi Program Konversi ... 19

2.3.3 Minyak Tanah dan Elpiji ... 22

2.3.3.1 Minyak Tanah ... 22

2.3.3.2 Gas Elpiji ... 22

2.4. Penelitian Terdahulu ... 24

2.5. Kerangka Pemikiran ... 26

2.6. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.3. Definisi Operasional ... 29

3.4. Skala Pengukuran Variabel ... 30

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 31

3.2.1 Populasi ... 31

3.2.2 Sampel ... 31

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3.1 Data Primer ... 32


(7)

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.8. Uji Validitas dan Reabilitas ... 34

3.8.1 Validitas ... 34

3.8.2 Realibilitas ... 35

3.9. Teknik Analisis Data ... 36

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 36

3.9.2 Analisis Stastistik ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Deskriptif ... 40

4.1.1. Karakteristik Responden Menurut Usia ... 40

4.1.2. Karakteristik Responden Menurut Pekerja ... 41

4.1.3. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan ... 41

4.1.4. Karakteristik Responden Menurut Bahan Bakar... 42

4.1.5. Karakteristik Responden Menurut Jawaban... 43

4.2. Analisis Statistik ... 49

4.2.1. Hasil Pengujian Validitas dan Realibilitas ... 49

4.2.1.1 Hasil Pengujian Validitas ... 49

4.2.1.2 Hasil Pengujian Realibilitas ... 51

4.2.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 51

4.2.2.1 Hasil Uji Multikolinearitas. ... 51

4.2.2.2 Hasil Uji Normalitas ... 52

4.2.2.3 Hasil Uji Heterokedositas ... 53

4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 54

4.2.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 56

4.2.4.1 Hasil Pengujian Uji F ... 56

4.2.4.2 Hasil Pengujian Uji T ... 57

4.2.5. Koefisien Determinasi ... 59

4.2.6. Pembahasan ... 59

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 67


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Wilayah Pengalihan Minyak Tanah ke LPG ... 19

Tabel 2.2 Penghematan Subsidi Konversi ... 20

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Usia ... 40

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaa ... 41

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan ... 42

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Bahan Bakar ... 43

Tabel 4.5 Persentase Jawaban Responden Terhadap Variabel Harga ... 44

Tabel 4.6 Persentase Jawaban Responden Terhadap Keamanan ... 46

Tabel 4.7 Persentase Jawaban Responden Terhadap Kepraktisan ... 47

Tabel 4.8 Persentase Jawaban Responden Terhadap Keputusan ... 48

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas ... 50

Tabel 4.10 Hasil Uji Realibilitas ... 51


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 26 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas JB-test ... 52


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Keusioner Penelitian ... 67

Lampiran 2 Jawaban Kuesioner Validitas ... 72

Lampiran 3 Jawaban Kuesioner Penelitian ... 73

Lampiran 4 Hasil uji Validitas dan Realibilitas ... 76

Lampiran 5 Hasil olah Regresi ... 81


(11)

ABSTRAK

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PERMINTAAN GAS DIBANDINGKAN MINYAK TANAH DI KOTA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat preferensi masyarakat kota medan terhadap gas dibandingkan minyak tanah dan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat membeli LPG dibandingkan minyak tanah di kota Medan. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi harga, keamanan dan kepraktisan penggunaan.

Metode yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat membeli LPG dibandingkan minyak tanah tersebut adalah ordinary least squared (OLS) dengan menggunakan Eviews 5.1. pengujian ini menggunakan 100 responden sebagai sampel. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel persepsi harga (x1) dan kepraktisan penggunaan (x3) berpenagruh positif terhadap keputusan masyarakat membeli LPG dibandingkan minyak tanh di kota Medan signifikan secara statistik pada α = 5%..

Kata Kunci: keputusan konsumen, Persepsi Harga, keamanan, kepraktisan penggunaan


(12)

ABSTRACT

Public participation Analysis of demand for gas than kerosene in

Medan City

The purpose of this research was determined how the prefences of gas comparing with kerosene in Medan city and the analysis factors influencing customer to buy LPG compared kerosene in Medan city. As for independent variable in this research is perception of price, security, and practicality of use.

The method applied in analyzing factors influencing customer to buy LPG compared kerosene in Medan city is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is using Eviews 5.1 and using 100 respondents as a sample. Based on the result of estimation indicated that using price perception (x1) snd practicality (x3) are positive to customer decision to buy LPG compared Kerosene in Medan city and significant at α = 5 %.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM yang terus meningkat dari tahun ketahun. Salah satu kebutuhan pokok yang akhir-akhir ini mendapat sorotan adalah minyak tanah. Kenaikan harga eceran tertinggi (HET) dan kelangkaan minyak tanah telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Sebab, sebagian besar masyarakat Indonesia telah terbiasa menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari – hari.

Selama ini pemerintah terus memberikan subsidi BBM kepada masyarakat termasuk subsidi terhadap minyak tanah. Tujuan utama pemerintah memberikan subsidi BBM adalah untuk mendorong dan merangsang sektor indsutri di Indonesia. Disamping itu, membantu masyarakat golongan menengah kebawah yang mayoritas menggunakan BBM dalam kehidupannya sehari-hari. Namun, kenyataannya Pemerintah harus mengeluarkan dana APBN yang sangat besar dalam memberikan subsidi ini, yakni kurang lebih 50 triliun setiap tahunnya.

Apabila harga minyak tanah dalam negeri hendak dipertahankan, pemerintah harus mengeluarkan dana APBN yang begitu besar untuk mensubsidi. Sementara itu cadangan minyak bumi di Indonesia sekarang ini sudah semakin menipis. Sejak tahun 2003, Indonesia sebenarnya sudah menjadi negara net importer bahan-bakar minyak. Di lain pihak, potensi cadangan LPG di perut bumi


(14)

Indonesia masih melimpah atau setidaknya jauh lebih besar jika dibanding cadangan minyak bumi yang ada (Pertamina: 2006).

Oleh karena itu pemerintah beserta DPR telah sepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara bertahap seperti tertuang pada UU No.25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Program konversi minyak tanah ke gas LPG (Liquid Petroleum Gas) ditetapkan oleh pemerintah sebagai satu-satunya alternatif agar masyarakat dapat menggunakan bahan bakar untuk memasak dengan harga yang jauh lebih murah. Selain itu, isu cadangan bahan bakar minyak dunia yang semakin menipis menjadi alasan kuat bagi pemerintah untuk melakukan konversi terhadap bahan bakar gas yang masih tersedia dalam jumlah besar. Hal ini juga didukung dengan UU No. 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 yang menyatakan bahwa penganggaran subsidi LPG merupakan kebijakan Pemerintah dalam mengurangi subsidi minyak tanah.

Pemerintah telah melaksanakan program pengalihan minyak tanah ke LPG sejak tahun 2007. Dimana Pemerintah melakukan pembagian Paket LPG Tabung 3 Kg yang terdiri dari tabung LPG 3 Kg beserta katup/valve termasuk isi perdana dan kompor gas satu tungku beserta selang gas dan regulator secara cuma-cuma kepada kepada masyarakat yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Adapun target sasarannya adalah para ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan, pengguna minyak tanah murni, keluarga yang penghasilannya kurang dari 1,5 juta Rupiah perbulan, serta para pengusaha mikro yaitu pengguna minyak tanah untuk bahan bakar dalam usahanya.


(15)

Konversi energi dari minyak tanah ke gas LPG ini dinilai menghemat anggaran negara hingga Rp 33,3 triliun. Angka ini merupakan jumlah komulatif sejak konversi energi dicanangkan sejak 2007 hingga April 2011. Jumlah Rp 33,3 triliun ini didapat dari penghematan subsidi Rp 45,3 triliun dikurangi biaya konversi Rp 12 triliun. Sejak 2007, terhitung sudah ada penarikan 17,1 juta kiloliter minyak tanah dan sudah ada 5,7 juta metrik ton gas yang sudah disalurkan pada LPG 3 kilogram. Direktur Pembinaan Usaha Hilir, Dirjen Migas ESDM Saryono Hadiwidjoyo menyatakan konsumsi gas makin meningkat seiring dengan program konversi ini (Tempo Interaktif : 2011).

Dikota Medan sendiri, Program konversi minyak tanah ke gas ini mulai dijalankan sejak tahun 2009. Dimana sebanyak 322.221 unit tabung gas lengkap berserta aksesorisnya dibagikan secara gratis kepada para masyarakat . Konversi minyak tanah ke gas ini awalnya kurang mendapat sambutan positif dari masyarakat. Pada awalnya di Kota Medan terjadi penolakan oleh ratusan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pemakai Minyak Tanah Subsidi. Mereka menilai pembagian gas yang disalurkan kepada masyarakat tidak efektif digunakan jika dilihat dari proses pembelian yang tidak dapat dibeli secara eceran, selain itu sebagian warga beralasan biaya ekonomis gas lebih besar daripada minyak tanah dan adanya wacana bahwa tabung elpiji 3 Kg mudah meledak sehingga dapat terjadi kebakaran yang akhirnya akan menelan korban jiwa. Kendati begitu, masyarakat yang tidak berminat menggunakan gas dalam tabung ukuran 3 kilogram ini berpikir untuk menjual kembali tabung gas milik


(16)

mereka yang dibagikan secara gratis dari kelurahan. dan belum tentu aman digunakan di rumah karena takut meledak (MedanPunya : 2009).

Ketakutan masyarakat menggunakan elpiji dalam kehidupan sehari-hari memang bukan tidak beralasan. Sejak dibagikannya tabung gas 3 kg kemasyarakat, banyak sekali terjadi peristiwa peledakan dan kebakaran yang sudah banyak menelan korban. Tabung Gas 3 Kg dianggap sebagai “bom waktu” yang bisa meledak sewaktu-waktu. Sepanjang tahun 2007 terjadi sekitar 5 kasus ledakan elpiji dengan 4 orang korban luka. Pada tahun 2008-2009 jumlahnya mengalami kenaikan berturut-turut menjadi 27 kasus dan 51 kasus. Pada tahun 2010 jumlahnya naik drastis menjadi 106 kasus dengan jumlah korban sebanyak 251 orang, dimana korban luka sebanyak 226 orang, dan korban jiwa sebanyak 26 orang (rakyatmerdekaonline : 2011).

Bila dilihat dari sisi positifnya, LPG terbukti jauh lebih efektif dan efisien bila dibandingkan penggunaan minyak tanah. Untuk saat sekarang ini, di kota Medan harga eceren tertinggi minyak tanah telah menyentuh angka Rp. 8.000/liter, sedangkan untuk tabung gas 3 kg harga eceran tertingginya sebesar Rp. 15.000,-. Konsumsi 1 liter minyak tanah kurang lebih setara dengan 1/2 kg elpiji, berarti 3 kg elpiji (Rp. 15.000) = 6 liter minyak (Rp. 48.000,-) atau diperoleh keuntungan sekitar Rp.33.000. Jadi bila sebuah keluarga menggunakan minyak tanah dalam satu bulan 30 liter kemudian beralih ke gas, maka dia butuh 5 tabung isi 3 kg dan akan memperoleh untung sebesar Rp. 165.000,- setiap bulannya. Dengan demikian program konversi minyak tanah ke elpiji ini dapat meningkatkan pendapatan rill masyarakat keluarga sederhana. Selain itu,


(17)

Penggunaan LPG juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi yang cukup besar karena nilai kalor efektif LPG lebih tinggi dibandingkan minyak tanah dan mempunyai gas buang yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Kebijakan publik adalah berbagai tindakan yang dilakukan pemerintah untuk memecahkan masalah publik, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat diartikan sebagai bentuk keterlibatan masyarakat (baik fisik maupun mental) dalam upaya ikut serta mendukung suatu kegiatan atau program yang ada yang menyangkut kepentingan bersama. Bentuk Partisipasi masyarakat terhadap kebijakan publik dapat dilihat dari keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan dan mendukung kebijakan publik.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Permintaan Gas Dibandingkan Minyak Tanah di Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka masalah penelitian yang diajukan adalah :

1. Bagaimana tingkat Partisipasi masyarakat terhadap LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan?

2. Bagaimana pengaruh faktor persepsi harga, keamanan, dan kepraktisan penggunaan terhadap permintaan masyarakat menggunakan LPG di Kota Medan?


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat terhadap LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan.

2. Mengetahui pengaruh faktor persepsi harga, keamanan, dan kepraktisan penggunaan terhadap permintaan masyarakat menggunakan LPG 3 Kg di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi institusi yang terkait.

2. Sebagai bahan studi atau literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

3. Sebagai bahan tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa/mahasiswi khususnya mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang ingin melaksanakan penelitian sejenis selanjutnya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi Publik

2.1.1 Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah Keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental, pikiran, emosi dan perasaaan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan dan ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan pencapaian tersebut (Adam,2005:17). Bintoro (1989:207) memberikan pendapat bahwa Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program pembangunan.

Bappenas dan Depdagri mendefinisikan partisipasi secara lebih tegas. Bahwa partisipasi adalah sebuah prinsip dimana setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai proses, partisipasi merupakan sebuah metode yang digunakan dalam pembentukan kebijakan dengan melibatkan seluruh stakeholders. Sedangkan secara prinsip, partisipasi adalah pegangan atau bisa juga disebut pedoman yang harus dilaksanakan dalam pembuatan kebijakan oleh karena adanya sebuah hak dan kewajiban. Hak di sisi masyarakat dan kewajiban di sisi pembentuk kebijakan.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat (baik fisik maupun mental) dalam upaya ikut serta


(20)

mendukung suatu kegiatan atau program yang ada yang menyangkut kepentingan bersama. Di masa Reformasi saat ini, partisipasi dapat diniliai sebagai bentuk keterlibatan masyarakat dalam proses politik yang seluas-luasnya baik dalam proses pengambilan keputusan, pengawasasan, dan pelaksanaan atas kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka.

2.1.2 Peran Partisipasi dalam Kebijakan Publik

Salah satu kunci utama dari pengelolaan kebijakan yang berkualitas dapat ditunjukkan dari tingginya intensitas partisipasi publik. Menurut Sinambela (2008:37) pemahaman terhadap konsep partisipasi dalam banyak hal sering diartikan secara sederhana sebagai peran serta dalam suatu lingkungan kegiatan. Konsep peran serta daam pengambilan keputusan dapat dijelaskan bahwa, peran serta (partisipasi) menunjukkan proses antara dua atau lebih pihak (individu atau kelompok) yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan.

Tidak berjalannya partisipasi dalam sebuah proses pembuatan kebijakan akan berdampak buruk. Kebijakan yang dihasilkan tidak akan sepenuhnya menjawab persoalan-persoalan yang sesungguhnya dialami oleh masyarakat. Kontrol masyarakat akan berkurang, dan potensi penyimpangan pelaksanaan kebijakan akan terjadi. Sehingga kebijakan yang dihasilkan juga tidak akan berpihak pada kebutuhan-kebutuhan dasar yang sedang dirasakan oleh masyarakat.


(21)

Tujuan utama dari pasrtisipasi adalah mempertemukan seluruh kepentingan yang sama dan yang berbeda dalam suatu proses perumusan dan penetapan kebijakan (keputusan) secara proporsional untuk semua pihak yang terlibat dan terpengaruh oleh kebijakan yang akan ditetapkan didalamnya. Dimana pelibatan masyarakat luas (publik) dalam proses pembuatan sebuah kebijakan merupakan suatu cara yang efektif untuk menampung berbagai kepentingan yang berbeda. Pengikutsertaan publik yang terwujud dalam perencanaan yang partisipasi dapat membawa keuntungan substantif, dimana keputusan publik yang diambil akan memberi rasa kepuasan dan dukungan publik yang cukup kuat terhadap suatu proses pembangunan.

Menurut Friedmann dalam Sinambela (2008 : 38) pendekatan partisipatif merupakan suatu proses politik untuk memperoleh kesepakatan bersama (collective agreement) melalui aktivitas negosiasi antar seluruh pelaku pembangungan. Bentuk Partisipasi masyarakat dilihat dari :

1. Keikutsertaan masyarakat dalam merencanakan kebijakan yang akan dibuat dengan cara turut serta menyumbangkan ide, tenaga, maupun dana (sebelum kebijakan itu dibuat).

2. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan (setelah kebijakan itu dibuat).


(22)

2.2 Teori Monopoli

2.2.1 Pengertian dan Karakteristik Perusahaan Monopoli

Menurut Sukirno (2003:266) monopoli adalah suatu bentuk pasar hanya terdapat satu perusahaan saja. Dimana perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat dan biasanya keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan monopoli adalah keuntungan melebihi normal dan diperoleh karena terdapat hambatan yang sangat tangguh yang dihadapi perusahaan-perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut.

Menurut Sumanjaya (2009:131) perusahaan pesaing monopolistik mempunyai karakteristik :

1. Hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyaingi. 2. Bahan baku dikuasai penjual.

3. Harga ditentukan oleh penjual. 4. Produk tidak dapat disubtitusi

Hal serupa juga diungkapkan oleh menurut Sukirno (2003:266), dimana menurutnya cirri-ciri pasar monopoli adalah :

1. Pasar monopoli adalah industri satu penjual.

Hal ini merupakan ciri utama pasar monopoli dimana hanya ada satu penjual di pasar. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain,sehingga kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mau tidak mau mereka harus membelinya dari perusahaan monopoli tersebut.


(23)

Didalam pasar monopoli sangat sulit ditemukan barang-barang yang mirip dengan barang yang dijual dipasar monopoli yang dapat menggantikan barang tersebut. Dengan kata lain, barang-barang yang dijual di pasar monopoli tidak dapat diganti dengan barang lain yang memiliki manfaat yang sama. Sehingga, mau tidak mau konsumen tetap menggunakan barang atau jasa tersebut. Contohnya listrik, dimana listrik tidak dapat digantikan oleh apapun yang mirip. Apabila listrik mengalami gangguan, lampu minyak tanah atau lilin dapat digunakan sebagai alternatif untuk menerangi. Tetapi lampu minyak tidak dapat menggantikan fungsi listrik untuk memanaskan setrika atau menyalakan televisi. 3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri.

Sifat ini merupakan sebab utama yang membuat sebuah perusahaan mempunyai kekuasaan monopoli. Hal ini dikarenakan terdapat hambatan-hambatan yang membuat perusahaan lain tidak bisa masuk kedalam pasar monopoli. Hambatan ini ada yang bersifat legal,yaitu dibatasi oleh undang-undang. Ada yang bersifat teknologi, dimana teknologi yang digunakan sangat canggih sehingga sulit dicontoh dan ada pula yang bersifat keuangan, yaitu modal yang diperlukan sangat besar.

4. Dapat mempengaruhi penentuan harga.

Karena perusahaan monopoli merupakan perusahaan satu-satunya dipasar, maka penentuan harga ditentukan sepenuhnya oleh perusahaan. Dimana dalam hal ini perusahaan monopoli bertindak sebagai price setter atau penentu harga. Dalam hal ini, para pembeli tidak dapat melakukan apa-apa kecuali menerima harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan monopoli.


(24)

5. Promosi iklan kurang diperlukan.

Perusahaan monopoli tidak perlu melakukan promosi iklan untuk memasarkan produknya karena konsumen yang memerlukan barang yang diproduksikannya terpaksa membeli mau tidak mau tanpa terpengaruh dengan iklan. Apabila pasar monopoli mengadakan iklan, hal tersebut dilakukan hanya untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.

Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan terwujudnya pasar (perusahaan) monopoli disebabkan oleh tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah: 1. Perusahaan monopoli memiliki suatu sumber daya yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain.

Salah satu sumber penting dari adanya monopoli adalah pemilikan suatu sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh orang atau perusahaan lain. Maksudnya, tidak ada perusahaan lain yang memiliki sumber daya tersebut. Keunikan barang atau sumber daya tersebut akan dijadikan sebagai suatu ciri khas atau sesuatu yang unik yang tidak dimiliki perusahaan lain sehingga dengan mudah dapat menarik perhatian konsumen.

2. Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi (economies of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi.

Saat ini perkembangan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Berbagai kegiatan ekonomi tingkat teknologi adalah sedemikian modernnya sehingga produksi yang efisien hanya dapat dilakukan apabila jumlah produksinya sangat besar dan meliputi hampir seluruh produksi yang diperlukan di dalam pasar. Keadaan seperti ini berarti suatu perusahaan hanya akan menikmati skala


(25)

ekonomi yang maksimum apabila tingkat produksinya sangat besar jumlahnya. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan baru tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan yang terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar monopoli.

Suatu industri yang skala ekonominya mempunyai sifat seperti yang diterangkan di atas adalah jenis perusahaan monopoli alamiah atau natural monopoly. Monopoli alamiah pada umumnya dijumpai dalam perusahaan jasa umum (utilities) seperti perusahaan listrik, perusahaan air minum, perusahaan telepon, dan perusahaan amgkutan kereta api.

3. Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang

Monopoli ini terjadi akibat adanya undang-undang atau hak khusus yang diberikan pemerintah kepada suatu perusahaan untuk melakukan monopoli. Biasanya pemerintah memberi monopoli kepada perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Semua ketentuan monopoli ini diatur oleh undang-undang.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Monopoli

Dalam perkembangannya, Perusahaan monopoli memiliki berbagai kekurangan dan kelebihan. Menurut Sukirno (2003:291) kelebihan yang dimiliki Perusahaan monopoli apabila berkembang dengan baik adalah :

a. Apabila menikmati skala ekonomi, biaya produksi lebih murah daripada firma pasar persaingan sempurna, dan tingkat produksi lebih besar.

b. Mutu barang semakin meningkat dan harganya semakin murah apabila perusahaan terus menerus melakukan pengembangan dan inovasi.


(26)

c. Kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan apabila monopoli dapat terus menghasilkan barang yang lebih murah dan lebih bermutu.

Namun apabila perusahaan monopoli tidak berkembang, keburukan yang mungkin ditimbulkan adalah :

a. Harga barang lebih mahal dan tingkat produksi lebih rendah di pasar persaingan sempurna.

b. Barang yang dihasilkan tidak banyak mengalami perubahan.

c. Kesejahteraan masyarakat lebih buruk daripada yang diwujudkan oleh pasar persaingan sempurna.

2.2.3 Pertamina Sebagai Perusahaan Monopoli

PT Pertamina (Persero) merupakan sebuah perusahaan monopoli untuk yang menyediakan bahan bakar minyak di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Demikian pula bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. mengingat Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam strategis tak terbarukan yang dikuasai negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalam penyediaan bahan baku industri, pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, dan penghasil devisa negara yang penting, maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.


(27)

B egitu pula dalam hal penyediaan gas elpiji. Pemerintah telah menunjuk Pertamina sebagai satu-satunya pemasok LPG 3 Kg untuk melaksanakan konversi energi. Didalam penyelenggaraan, penyediaan dan pendistribusian LPG Tabung 3 Kg, berdasarkan peraturan Menteri ESDM No.21 Tahun 2007 menteri menugaskan pelaku usaha, penyedia dan pendistribusi LPG dengan memenuhi syarat-syarat yang tertuang dalam pasal 5 ayat 2 yaitu:

a. Badan usaha telah memiliki izin usaha niaga umum LPG untuk melaksanakan penyediaan dan pendistribusian LPG tabung 3 Kg;

b. Memiliki aset kilang pengolahan BBM dan LPG dalam negeri termasuk pengembangannya dalam jangka panjang;

c. Jaminan ketersediaan pasokan LPG tabung 3 Kg;

d. Memiliki kemampuan dalam menyediakan infrastruktur dan jaringan untuk penyediaan dan pendistribusian LPG tabung 3 Kg di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada saat ini Pertamina satu-satunya perusahaan yang dapat memenuhi persyaratan diatas sehingga Pertamina satu-satunya perusahaan yang menangani masalah LPG bersubsidi saat ini. Salah satu syarat yang dapat menciptakan hambatan masuk bagi pelaku usaha lainnya untuk dapat ikut mendistribusikan LPG 3 Kg adalah persyaratan untuk memiliki asset kilang pengolahan BBM dan LPG dalam negeri termasuk pengembangannya dalam jangka panjang yang belum dimiliki perusahaan lain. PT Pertamina (Persero) ditunjuk sebagai pelaksana program konversi secara nasional termasuk untuk menentukan proses produksi, distribusi,


(28)

pengembangan usaha, pemasaran, dan rencana pembentukan strategi komunikasi untuk penggunaan LPG 3 KG. Sebagai satu-satunya perusahaan yang menangani kebutuhan konversi energi ini, PT Pertamina harus mampu memprediksi kebutuhan pasar dan mendistribusikan LPG kepada konsumen dengan baik.

Dalam penentuan harga, Pertamina tidak bisa menentukan sendiri HET (harga eceran tertinggi) LPG 3 Kg seperti perusahaan monopoli pada umumnya. Dalam menentukan harga Pertamina harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari DPR dan juga Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam mengkaji dan menetapkan harga LPG 3 Kg.

2.3 Konversi Minyak Tanah ke Gas 2.3.1 Pengertian Konversi

Dalam kamus Bahasa Indonesia, konversi adalah (1) perubahan di satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain; (2) perubahan pemilikan atas suatu benda, tanah, dan sebagainya; (3) perubahan suatu bentuk (rupa, dsb) kebentuk (rupa, dsb) yang lain.

Menurut Pertamina sendiri selaku pihak yang ditunjuk pemerintah dalam

melaksanakan program konversi ini mengungkapkan bahwa : “Program konversi

minyak tanah ke elpiji merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak tanah ke elpiji beserta isinya, kompor gas dan aksesorisnya kepada rumah tangga dan usaha mikro


(29)

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Konversi minyak tanah ke gas berarti peralihan penggunaan minyak tanah ke gas. Dimana Program kebijakan pemerintah ini merupakan program pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 Kg melalui pembagian paket LPG 3 Kg beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.

Program ini dilaksanakan oleh pemerintah dengan maksud untuk mengatisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia yang menyentuh angka US$ 100 per barel. selain itu , program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu besar, khususnya subsidi bagi minyak tanah. Terakhir, program ini secara teknis terbukti lebih mudah digunakan, lebih hemat, lebih aman dan lebih ramah lingkungan.

Program konversi ini memiliki target sasaran rumah tangga dan usaha mikro. Target rumah tangga yang dikenakan program konversi ini antara lain adalah:

-Ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan -Pengguna minyak tanah murni

-Kelas sosial C1 ke bawah (keluarga yang penghasilannya kurang dari 1,5 juta Rupiah perbulan)


(30)

-Serta penduduk yang sah pada daerah tempat konversi tersebut dilakukan yang dibuktikan dengan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat.

Sedangkan Usaha Mikro yang dikenakan program konversi ini antara lain harus memiliki syarat:

-Usaha mikro yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam usahanya

-Penduduk legal dari tempat konversi dilakukan serta memiliki surat keterangan usaha dari pemerintah kelurahan setempat.

Apabila dalam proses distribusi LPG 3 Kg secara gratis kepada masyarakat terdapat anggota masyarakat (Rumah Tangga atau Usaha Mikro) yang tidak memenuhi persyaratan diatas, akan tetapi sesuai kriteria berhak mendapatkan paket LPG 3 Kg secara gratis, maka dapat diberikan paket LPG 3 Kg dengan melampirkan : surat keterangan dari kelurahan setempat, atau surat keterangan RT/RW setempat, atau berita acara serah terima distribusi antara konsultan dengan penerima paket dilampiri dengan fotokopi kartu identitas yang bersangkutan.

Konversi minyak ke gas ini dilakukan secara bertahap oleh pemerintah yang dimulai sejak awal januari 2007. Pada Tahun 2007 pemerintah melakukan program konversi ini didaerah Jawa dan Bali, dan ditahun berikutnya pemerintah melakukan konversi didaerah Medan, Ria, Palembang, Jawa, Bali, Balikpapan, dan Makasar. Ditahun 2009 pemerintah kembali fokus untuk menyalurkan LPG keseluruh daerah Jawa dan Bali. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :


(31)

Tabel 2.1

Tahapan Wilayah Pengalihan Minyak Tanah ke LPG

TAHUN

KK TERKONVERSI (TAHUN BERJALAN)

VOLUME LPG (MT) (KUMULATIF)

WILAYAH 2007 6.000.000 64.390.018 Jawa dan Bali 2008 9.000.000 1.171.019,93

Medan, Riau, Palembang, Balikpapan, Makassar 2009 14.020.000 2.747.963,06 Seluruh Jawa – Bali

2010 4.500.000 3.836.328,63 Luar Jawa

2011 4.000.000 4.374.915,97 Luar Jawa

2012 4.500.000 4.918.742,80 Luar Jawa

Sumber : www.migas.esdm.go.id (diakses tanggal 10 November 2011)

Dalam melakukan program konversi ini, ada beberapa institusi yang terlibat yaitu :

-Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebagai institusi pengadaan kompor dan aksesorisnya serta mendistribusikannya ke masyarakat dengan bekerja sama dengan PT Pertamina.

-Pihak kedua adalah PT Pertamina yang bertugas menyediakan tabung dan isi LPG yang akan dibagikan.

-Pihak ketiga adalah Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan yang bertugas mensosialisasikan konversi ini kepada masyarakat luas.

2.3.2 Penghematan Subsidi Program Konversi

Sejak mulai tahun 2007 hingga akhir 2010 sudah di salurkan LPG sebanyak sekitar 4.744 Ribu Metrik Ton. Sedang Minyak Tanah yang sudah berhasil ditarik mencapai sekitar 13.071 Ribu Kilo Liter. Penarikan Minyak Tanah yang selama


(32)

ini disubsidi telah memberikan pengaruh ekonomi secara nyata bagi keuangan negara berupa penghematan dana subsidi. Secara total besaran nilai penghematan subsidi yang berhasil dilakukan hingga akhir 2010 mencapai Rp 25,21 Triliun.

Penghematan subsidi program konversi ini dapat dilihat ditabel dan grafik dibawah ini:

Tabel 2.2

Penghematan Subsidi Konversi

Tahun 2007 2008 2009 2010

Jumlah Penyaluran LPG (Ribu MetrikTon)

33 592 1840 2279

Jumlah Penarikan Minyak Tanah ( Ribu Kilo Liter)

121 2.116 5402 6499

Biaya paket konversi (Triliun Rupiah)

0,8 3,62 5,87 1,09

Penghematan Subsidi Minyak tanah (Triliun Rupiah)

0,6 9,15 12,79 14,05

Penghematan program konversi (Triliun Rupiah)

-0,2 5,53 6,92 12,96

Sumber: www.migas.esdm.go.id (diakses tanggal 13 Maret 2012)

Jika dilihat dari tabel diatas, tampak bahwa nilai penghematan semakin besar sesuai dengan bertambahnya jumlah penyaluran LPG dan penarikan Minyak Tanah. Saat awal dimulai tahun 2007, program ini memang masih mengalami defisit. Dari penyaluran LPG sebanyak 33 Ribu MT membutuhkan biaya paket konversi sebesar Rp 0,8 Triliun. Sedang penarikan Minyak Tanah sebesar 121 Ribu KL menghemat subsidi sebesar Rp 0,6 Triliun. Sehingga masih defisit sebesar Rp 0,2 Trilun.


(33)

Namun mulai tahun 2008, program konversi energi ini telah menghasilkan penghematan. Dimana Pada tahun 2008 jumlah atau volume LPG yang disalurkan mencapai 592 Ribu MT dengan biaya paket konversi sebesar Rp 3,62 Trilun. Sedang penarikan Minyak Tanah meningkat tajam mencapai 2.116 Ribu KL yang memberikan penghematan sebesar Rp 9,15 Triliun. Sehingga penghematan bersih yang berhasil dicapai sebesar Rp 5,53 Triliun.

Selanjutnya pada tahun 2009 telah disalurkan LPG sebesar 1.840 Ribu MT dengan biaya paket konversi Rp 5,87 Triliun. Sedangkan volume Minyak Tanah yang berhasil di tarik terus mengalami peningkatan tajam hingga lebih dua kali dibanding tahun sebelumnya sehngga mencapai 5.402 Ribu KL dengan biaya penghematan sebesar Rp 12,79 Triliun. Dimana terdapat biaya penghematan program konversi sebesar Rp 6,92 Triliun.

Ditahun 2010, minyak tanah yang ditarik terus mengalami peningkatan mencapai 6.449 Ribu KL. Peningkatan volume minyak tanah yang berhasil ditarik terus bertambah karena jumlah pengguna LPG juga terus mengalami penambahan secara kumulatif. Berdasarkan jumlah minyak tanah yang ditarik ini biaya penghematan yang dihasilkan mencapai Rp 14,05 Triliun. Sedang biaya paket konversi menurun menjadi sebesar Rp 1,09 Triliun. Sehingga biaya penghematan bersih sebesar Rp 12,96 Triliun.


(34)

2.3.3 Minyak Tanah dan Gas Elpiji 2.3.3.1 Minyak Tanah

Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Minyak Tanah memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Adapun Kelebihan Minyak tanah dibandingkan gas elpiji adalah :

1. Memerlukan kompor yang harganya relatif murah dibandingkan kompor gas 2. Bisa dibeli secara eceran

Sedangkan Kekurangan Minyak tanah dibandingkan elpiji adalah: 1. Tidak efektif dan Efisien dalam penggunaannya

2. Berasap dan berjelaga

3. Meninggalkan kotor pada tembok 4. Menyebabkan polusi

5. Dapat menyebabkan bau pada makanan

6. Memerlukan waktu untuk memanaskan kompor

2.3.3.2 Gas Elpiji

LPG (Liquefied Petroleum Gas) adalah merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane 12 (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan pada suhu biasa dan tekanan sedang, sehingga dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cair. Pertamina memasarkan LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI.


(35)

Ada beberapa keuntungan atau kelebihan LPG bila dibandingkan dengan minyak tanah, yaitu :

1. Mudah digunakan dan dipindahkan

LPG lebih mudah digunakan dan dipindahkan dibandingkan minyak tanah. Ini dikarenakan sifat Gas jauh lebih ringan dibandingkan minyak tanah, sehingga tidak diperlukan tenaga yang cukup besar untuk memindahkannya. Selain itu prosedur penggunaan kompor gas jauh lebih mudah bila dibandingkan penggunaan kompor biasa.

2. Bersih dan ramah lingkungan

Sisa pembakaran pada kompor minyak tanah menyebabkan asap dengan tingkat polutan yang cukup tinggi. Sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.

3. Pembakaran mudah disesuaikan

Penggunaan LPG jauh lebih efisien karena tingkat panas bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Sehingga bisa memudahkan masyarakat khsususnya para ibu rumah tangga.

4. Temperatur panas yang tinggi

Temperatur panas yang dihasilkan kompor gas memang jauh lebih tinggi dibandingkan kompor biasa. Sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk memasak dan lebih efisien dalam hal penghematan waktu.


(36)

5. Berbau khas

Gas mempunyai bau yang sangat khas, sehingga mudah mendeteksi bila terjadi kebocoran. Hal ini merupakan sebuah keuntungan yang baik bagi masyarakat, karena bila terjadi kebocoran maka bisa dengan cepat dideteksi dengan aroma gas yang menyebar dan dapat memperkecil resiko yang ditimbulkan.

6. Kompor tidak perlu dipanaskan terlebih dahulu

Ini adalah perbedaan yang mencolok antara kompor gas dan kompor yang menggunakan minyak tanah. Dimana dalam menggunakan kompor gas kita tidak perlu repot-repot lagi memanaskan kompornya sebelum digunakan karena kompor gas bisa langsung digunakan tanpa harus menunggu kompor panas agar apinya merata.

Sedangkan kekurangan yang Gas elpiji dibandingkan minyak tanah adalah : 1. Membutuhkan tabung yang harganya cukup mahal

2. Memerlukan perlatan dan perlengakapan seperti kompor gas, selang, dan katup yang harganya lebih mahal bila dibandingkan kompor biasa 3. Harus dibeli dalam satuan tertentu.

2.4 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2009) tentang “ Pola Pengeluaran, Persepsi, dan Kepuasan Keluarga Terhadap Perubahan Penggunaan Energi


(37)

masyarakat terhadap biaya pembelian bahan bakar, kepuasan terhadap akses,kepuasan terhadap keamanan dalam menggunakan bahan bakar, kepuasan terhadap kebersihan dalam menggunakan bahan bakar, dan kepuasan terhadap kepraktisan. Penelitian yang dilakukan secara deskriptif ini dengan menggunakan 30 responden menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden menyatakan puas terhadap harga LPG, akses, waktu memasak, kebersihan dalam menggunakan bahan bakar, dan kepraktisan penggunaan bahan bakar LPG dibandingkan minyak tanah. Sedangkan 60% responden menyataan kurang puas terhadap keaaman dalam menggunakan LPG.

2. Putriyani (2005) melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumsi Minyak Tanah Rumah Tangga (Studi Kasus: Konsumen Minyak Tanah Rumah Tangga di Kecamatan Sukmajaya, Depok). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, harga minyak tanah, harga gas elpiji dan selera rumah tangga sedangkan permintaan konsumsi minyak tanah digunakan sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan secara bersama-sama variabel pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, harga minyak tanah, harga gas elpiji dan selera rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan konsumsi minyak tanah rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95%.


(38)

2.5 Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran pada penelitian ini dapatt dilihat pada skema berikut :

Gambar. 2.1 Kerangka Pemikiran

2.5.1 Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Keputusaan Masyarakat Menggunakan LPG 3 Kg

Sukirno (2003) menulis bahwa hukum permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang makan makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hubungan yang terwujud merupakan hubungan terbalik, sehingga jika terdapat kenaikan harga, maka hal ini mengakibatkan permintaan bahan bakar menurun. Harga LPG yang jauh lebih murah dibandingkan minyak tanah menyebabkan jumlah permintaan terhadap LPG jauh lebih tinggi dibandingkan minyak tanah.

Persepsi Harga LPG

Ketahan Tabung (Keamanan)

Keputusan Mengkonsumsi LPG

3 Kg Kepraktisan

Penggunaan Teori


(39)

2.5.2 Pengaruh Keamanan Terhadap Keputusaan Masyarakat Menggunakan LPG 3 Kg

Keamanan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan keputusan pemilihan penggunaan bahan bakar. Banyaknya kasus kebakaran karena bahan bakar yang meresahkan masyarakat membuat masyarakat lebih selektif dalam menentukan penggunaan bahan bakar. Masyarakat lebih memilih bahan bakar yang lebih aman dan tidak beresiko, walaupun pada kenyataannya tidak ada satupun bahan bakar yang tidak memiliki resiko. LPG dan minyak tanah merupakan salah satu alternatif yang dipilih sebagian besar masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor keamanan merupakan salah satu pertimbangan masyarakat untuk menggunakan LPG 3 kg.

2.5.3 Pengaruh Kepraktisan penggunaan Terhadap Keputusaan Masyarakat Menggunakan LPG 3 Kg

Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan konversi adalah kepraktisan penggunaan bahan bakar yang digunakan. Pada umumnya masyarakat akan memilih bahan bakar yang praktis dalam hal penggunaan, perawatan, dan menghemat waktu. Kelebihan-kelebihan yang ditawarkan gas LPG 3 kg ini menjadi salah satu pertimbangan masyarakat untuk melakukan konversi energi dari minyak tanah ke gas LPG 3 kg. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, LPG 3 kg mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan minyak tanah diantaranya masyarakat tidak perlu melakukan perawatan rutin


(40)

dengan mengganti sumbu kompor seperti halnya kompor minyak tanah dan kompor gas jauh lebih mudah dibersihkan karena tidak menghasilkan jelaga seperti kompor minyak tanah. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk memasak dengan kompor gas LPG jauh lebih singkat bila dibandingkan dengan memasak dengan kompor minyak tanah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fakor kepraktisan penggunaan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keputusan masyarakat untuk memilih menggunakan LPG.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor persepsi harga gas LPG berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan.

2. Faktor keamanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan.

3. Faktor Kepraktisan Penggunaan LPG berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif dimaksud untuk memaparkan dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkanaan dengan masalah yang diteliti.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di Kota Medan (Medan Amplas, Medan Tembung, dan Medan Area) selama bulan Maret sampai bulan April 2012.

3.3 Definisi Operasional

Variabel – variabel yang sudah diidentifikasi kemudian diberikan definisi operasional dari masing-masing variabel sebagai upaya pemahaman dalam penelitian. Definisi variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

1. Faktor Keputusan Menggunakan LPG 3 Kg (Y) adalah keyakinan subjek yang diteliti untuk menggunakan LPG 3 Kg dibandingkan Minyak tanah. Apabila skor variabel keputusan pembelian yang diperoleh dengan perhitungan skala likert semakin tinggi, maka hal ini menunjukkan bahwa


(42)

semakin tinggi pula tingkat keyakinan dan kepercayaan responden dalam melakukan pembelian LPG 3 Kg.

2. Faktor Persepsi Harga (X1), adalah presepsi harga LPG menurut subjek yang diteliti. Untuk mengukur jawaban responden, dalam penelitian ini dipakai skala likert .

3. Faktor Keamanan (X2) adalah persepsi subjek yang diteliti terhadap keamanan untuk menggunakan LPG 3Kg dalam kehidupan sehari-hari yang diukur melalui skala likert.

4. Faktor Kepraktisan penggunaan LPG 3 Kg (X3), adalah persepsi subjek yang diteliti tentang tingkat kemudahan responden dalam menggunakan dan merawat kompor gas LPG 3 Kg dalam kehidupannya sehari-hari yang diukur melalui skala likert.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

Pada penelitian ini digunakan skala Likert untuk mengukur variabel independen, dimana responden akan memilih jawaban yang disediakan dengan ketetapan sebagai berikut:

Keterangan Nilai Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STP) 1


(43)

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2006 : 25) mengatakan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Maka dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menerima bantuan tabung gas 3 Kg dari pemerintah dan bertempat tinggal di kota medan dimana populasinya berjumlah 322.221 keluarga yang tersebar di 21 kecamatan di kota medan (Pelita : 2011).

3.5.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. Dimana dalam menentukan ukuran sampel populasi, penulis menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

Dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas kesalahan) persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.


(44)

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah : n = = = 99,96 ~ 100

Berdasarkan perhitungan slovin diatas, jumlah sampel penerima gas elpiji yang akan diteliti adal 99,96 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang. Untuk menentukan sampel mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan degan rincian sebagai berikut :

No. Kecamatan Sampel

1 Medan Amplas 35

2 Medan Tembung 35

3 Medan Area 30

Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan metode pengambilan cluster sampling (area sampling). Teknik area sampling ini digunakan karenaa objek yang diteliti atau sumber data sangat luas. Dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan, peneliti mengambil 3 kecamatan sebagai sampel dan dipilih dengan cara random.

3.6 Jenis dan Sumber Data 3.6.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, yaitu masyarakat kota medan yang menerima gas LPG di kota medan (responden) melalui kuisioner, observasi dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.


(45)

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan data dari internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Buku, jurnal dan yang lainnya diarahkan untuk mendapatkan gambaran-gambaran mengenai data kependudukan yang menjadi sasaran program, teori-teori yang mendukung masalah penelitian dan lainnya.

3.7 Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dengan kumpulan objek penelitian. Pengamatan dilakukan agar memungkinkan peneliti melihat dan mengerti sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

b. Wawancara Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang telah dipilih.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari berbagai informasi dan data – data yang diperoleh melalui buku,


(46)

jurnal, situs internet, artikel, koran dan tulisan-tulisan ilmiah yang dijadikan sebagai referensi bagi peneliti.

3.8 Uji Validitas dan Reabilitas

Setiap uji validitas dan reabilitas data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat bantu aplikasi SPSS 16 dan Microsoft Excel dalam pentabulasian data.

3.8.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan sebuah instrumen (Arikunto, 2002:212). Sebuah instrumet dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengunkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Validitas diukur dengan rumus :

 

 

  2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n r Keterangan ;

1. r = koefisien validitas yang diukur 2. n = jumlah responden

3. ΣX = jumlah total dari skor butir 4. ΣY = jumlah skor dari skor total

5. ΣXY = jumlah perkalian dari skor butir dan skor total

Item instrument dianggap valid jika r hitung > r tabel. Sebaliknya jika r hitung < r table, item instrument dianggap tidak valid.


(47)

3.8.2 Uji Reabilitas

Reliable artinya data yang diperoleh melalui kuesioner hasilnya konsisten bila digunakan peneliti lain. Dalam pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha Crobach (α) merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu tes atau angket yang mana jawaban atau tanggapan berupa pilihan, pilihannya dapat terdiri dari dua pilihan atau lebih. Rumus Alpha Cronbanch sebagai berikut :

          

x S j S k k 2 2 1 1  Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item

Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total

Item instrument dianggap reliable jika r hitung > r table. Sebaliknya jika r hitung > r table, item instrument dianggap tidak reliabel.

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Analisis Deskriptif

Merupakan metode penganalisaan data dengan cara menyusun data, mengelompokkannya dan menginterprestasikannya, sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai tingkat partisipasi permintaan gas dibandingkan minyak tanah di Kota Medan.


(48)

3.9.2 Analisis Statistik

Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh harga, efektifitas/kepraktisan penggunaan gas, dan keamanan terhadap partisipasi permintaan LPG 3 Kg dibandingkan minyak tanah di Kota Medan. Bentuk pengujian yang digunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua. Model regresi berganda dalam penelitian ini adalah :

Y = α + β

1 X1 - β2 X2 + β3 X3 μi

Dimana :

Y : Keputusan Penggunaan LPG 3 Kg X1 :Persepsi harga

X2 : Keamanan

X3 : Kepraktisan Penggunaan

β1, β2, β3: koefisien masing-masing variabel

α : konstanta

μ i : Residu

Ada 3 (tiga) jenis kriteria ketepatan dalam analisis regresi ini yaitu: 3.9.2.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2003 : 19).


(49)

Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 = 0, artinya suatu variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen

Nilai Fhitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 12.0 for windows. Nilai Fhitung selanjutnya akan dibandingkan dengan Ftabel

dengan tingkat kesalahan (α = 5%) dan derajat kebebasan (df) = (n – k - 1) Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada CI = 95% Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada CI = 95% 3.9.2.2 Uji Signifikansi Parsial (uji-t)

Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Nilai thitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 12.0 for windows. Nilai thitung selanjutnya akan dibandingkan dengan ttabel dengan tingkat kesalahan (α = 5%) dan derajat kebebasan (df) = (n – k)

Kriteria pengambilan keputusan :


(50)

Haditerima jika thitung > ttabel pada CI = 95% 3.9.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada suatu persamaan regresi. Koefisien determinasi menunjukkan kemampuan variabel X (X1, X2, X3 ) yang merupakan variabel bebas menerangkan atau menjelaskan variabel Y yang merupakan variabel terikat. Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan variabel X menerangkan variabel Y.

3.9.2.4Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lain. Suatu model regresi linear akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R-square, F-statistik, t-statistik dan standar error.

Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari:

Standar error tidak terhingga

Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α =10% , α =5%, dan α =1%

Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori


(51)

b. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah faktor pengganggu (1) berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan Jarque-Bera Test (Test). Untuk melihat apakah data berdistribusi normal dengan menggunakan JB-Test adalah dengan melihat angka probabilitasnya. Apabila angka probability > 0.05, maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probability < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.

c. Uji Heterokedositas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual, dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedositas. Jika varians berbeda maka disebut heterkedositas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedositas. Pengujian ini dilakukan dengan penggunaan uji White menggunakan Eviews 5.1


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Deskriptif

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mendapatkan bantuan subsidi LPG 3 Kg dari pemerintah Kota Medan. Gambaran umum tentang responden dapat diketahui dengan menggunakan analisis deskriptif sebagai berikut:

4.1.1 Karakteristik Responden Menurut Usia

Karakteristik usia responden dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Menurut Usia

USIA JUMLAH (ORANG) PERSENTASE (%)

< 30 tahun 8 8

31 – 40 tahun 33 33

41 – 50 tahun 54 54

>51tahun 5 5

TOTAL 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 41

– 50 tahun dengan jumlah 54 orang atau 54%. Responden terbesar selanjutnya yaitu usia 31 – 40 tahun dengan jumlah 33 orang atau 33 %. Responden yang berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 8 orang atau 8% dan yang berusia lebih dari 51 tahun berjumlah 5 orang atau 5%.


(53)

4.1.2 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Karakteristik jenis pekerjaan responden dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2

Karakteristik Pekerjaan Responden

PEKERJAAN JUMLAH (ORANG) PERSENTASE (%)

Pegawai Negeri Sipil 29 29

Pegawai swasta 4 4

Wira swasta 12 12

Ibu rumah tangga 31 31

Lain - Lain 24 24

TOTAL 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 100 sampel yang diteliti yang mendapatkan bantuan subsidi LPG 3 Kg, responden menurut pekerjaan di PNS sebanyak 29 orang atau 29%, Pegawai swasta sebanyak 4 orang atau 4 %, Wiraswasta sebanyak 12 orang atau 12% , Ibu rumah tangga sebanyak 31 orang atau 31% dan Lain-lain sebanyak 24 orang atau 24%.

4.1.3 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Perbulan Adapun Karakteristik jenis pekerjaan responden dapat dilihat dari tabel 4.3 berikut :


(54)

Tabel 4.3

Karakteristik Respon Menurut Pendapatan Perbulan

USIA JUMLAH (ORANG) PERSENTASE (%)

< Rp. 1 juta 14 14

Rp. 1 – 1,5 juta 57 57

Rp. 1,5 – 2 juta 27 27

>2 juta 2 2

TOTAL 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012

Dari tabel daitas dapat dilihat bahwa dari 100 responden yang terpilih sebagai sampel, 14 orang (14%) memiliki pendapatan < Rp. 1 juta, 57 orang (57%) memiliki pendapatan antara Rp. 1 – 1,5 juta/bulan, dan 2 orang (2%) memiliki pendapatan > Rp. 2 juta perbulan.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang menerima bantuan LPG 3 Kg tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan pemerintah dimana masyarakat yang berhak menerima program konversi minyak tanah ke LPG adalah ibu rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari Rp.1,5 juta per bulan. Dimana masih ada masyarakat yang berpendapatan diatas Rp. 1,5 juta per bulan menerima bantuan paket LPG dari pemerintah.

4.1.4 Karakteristik Responden Menurut Bahan Bakar

Adapun Karakteristikbahan bakar yang digunakan responden sehari-hari untuk memasak dapat t dilihat dari tabel 4.4 berikut :


(55)

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Menurut Bahan Bakar

USIA JUMLAH (ORANG) PERSENTASE (%)

LPG 3 Kg 78 78

Minyak Tanah 5 5

Lain – lain 17 17

TOTAL 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar responden yang diteliti menggunakan LPG 3 Kg dalam kehidupannya sehari-hari yakni sebanyak 78 orang atau 78%, yang menggunakan bahan bakar minyak tanah sebanya 5 orang atau 5%, sedangkan yang menggunakan bahan bakar lain-lain sebanyak 17 orang atau 17%. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Kota Medan sudah tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak tanah dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain, konversi minyak tanah ke gas di Kota Medan sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan pemerintah.

4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jawaban Ada 5 (lima) nilai jawaban yang terdapat dalam kuesioner yaitu : a. Jawaban sangat tidak setuju mendapat nilai 1

b. Jawaban tidak setuju mendapat nilai 2 c. Jawaban ragu-ragu mendapat nilai 3 d. Jawaban setuju mendapat nilai 4 e. Jawaban sangat setuju mendapat nilai 5


(56)

Berikut akan disajikan tabel-tabel yang menunjukkan persentase jawaban 100 orang responden terhadap pertanyaan variabel keputusan masyarakat menggunakan LPG 3 Kg dibandingkan minyak tanah di Kota Medan (Y). Adapun Persentase jawaban responden terhadap pertanyaan variabel keputusan masyarakat untuk menggunakan bahan bakar LPG 3 Kg dibandingkan minyak tanah di Kota Medan adalah :

1. Persentase jawaban responden terhadap pertanyaan variabel harga dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.5

Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Variabel Persepsi Harga

ALTERNATIF PENELITIAN/ PERTANYAAN

JAWABAN RESPONDEN 5

(SS)

4 (S) 3 (RG) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

1 26 45 23 6 0 100 100

2 5 58 32 5 0 100 100

3 56 38 6 0 0 100 100

4 21 50 27 2 0 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012 Tabel 4.5 menjelaskan :

a. Pertanyaan 1, dari 100 responden, 26 orang (26%) responden menyatakan sangat setuju, 45 orang (45%) responden menyatakan setuju, 23 orang (23%) responden menyatakan ragu-ragu, dan 6 orang responden (6%) menyatakan tidak setuju. Dengan kata lain, sebagian besar responden yang diteliti (45%) menyatakan setuju terhadap variabel harga pertanyaan 1.


(57)

b. Pertanyaan 2, dari 100 responden, 5 orang (5%) responden menyatakan sangat setuju, 58 orang (58%) responden menyatakan setuju, 32 orang (32%) responden menyatakan ragu-ragu, dan 5 orang responden (5%) menyatakan tidak setuju. Dengan kata lain, sebagian besar responden yang diteliti (58%) menyatakan setuju terhadap variabel harga pertanyaan 2.

c. Pertanyaan 3, dari 100 responden, 56 orang (56%) responden menyatakan sangat setuju, 38 orang (38%) responden menyatakan setuju, 6 orang (6%) responden menyatakan ragu-ragu. Dengan kata lain, sebagian besar responden yang diteliti (56%) menyatakan sangat setuju terhadap variabel harga pertanyaan 3.

d. Pertanyaan 4, dari 100 responden, 21 orang (21%) responden menyatakan sangat setuju, 50 orang (50%) responden menyatakan setuju, 27 orang (27%) responden menyatakan ragu-ragu, dan 2 orang responden (2%) menyatakan tidak setuju. Dengan kata lain, sebagian besar responden yang diteliti (50%) menyatakan setuju terhadap variabel harga pertanyaan 2.

2. Persentase jawaban responden terhadap pertanyaan variabel keamanan dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini:


(58)

Tabel 4.6

Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Variabel Keamanan ALTERNATIF

PENELITIAN/ PERTANYAAN

JAWABAN RESPONDEN 5

(SS)

4 (S) 3 (RG) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

1 4 47 46 3 0 100 100

2 4 56 36 4 0 100 100

3 22 46 30 2 0 100 100

4 0 35 48 17 0 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012 Tabel 4.6 menjelaskan :

a. Pertanyaan 1, dari 100 responden, 4 orang (4%) responden menyatakan sangat setuju, 47 orang (47%) responden menyatakan setuju, 46 orang (46%) responden menyatakan ragu-ragu, dan 3 orang responden (3%) menyatakan tidak setuju. Dengan kata lain, sebagian besar responden yang diteliti (47%) menyatakan setuju terhadap variabel keamanan pertanyaan 1.

b. Pertanyaan 2, dari 100 responden, 4 orang (4%) responden menyatakan sangat setuju, 56 orang (56%) responden menyatakan setuju, 36 orang (36%) responden menyatakan ragu-ragu, dan 4 orang responden (4%) menyatakan tidak setuju. Dengan kata lain, sebagian besar responden yang diteliti (56%) menyatakan setuju terhadap variabel keamanan pertanyaan 2.

c. Pertanyaan 3, dari 100 responden, 22 orang (22%) responden menyatakan sangat setuju, 46 orang (46%) responden menyatakan setuju, 30 orang (30%) responden menyatakan ragu-ragu, dan 2 orang


(59)

besar responden yang diteliti (46%) menyatakan setuju terhadap variabel keamanan pertanyaan 3.

d. Pertanyaan 4, dari 100 responden, 35 orang (35%) responden menyatakan setuju, 48 orang (48%) responden menyatakan ragu-ragu, dan 17 orang responden (17%) menyatakan tidak setuju Dengan kata lain, sebagian besar responden yang diteliti (48%) menyatakan tidak setuju terhadap variabel keamanan pertanyaan 4.

3. Persentase jawaban responden terhadap pertanyaan variabel Kepraktisan Penggunaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7

Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Variabel Kepraktisan Penggunaan

ALTERNATIF PENELITIAN/ PERTANYAAN

JAWABAN RESPONDEN 5

(SS)

4 (S) 3 (RG) 2 (TS) 1 (STS) TOTAL

F F F F F F %

1 17 69 12 2 0 100 100

2 11 71 18 0 0 100 100

3 37 58 5 0 0 100 100

Sumber : Hasil Penelitian (Data primer) 2012 Tabel 4.7 menjelaskan :

a. Pertanyaan 1, dari 100 responden, 17 orang (17%) responden menyatakan sangat setuju, 69 orang (69%) responden menyatakan setuju, 12 orang (12%) responden menyatakan ragu-ragu, dan 2 orang responden (2%) menyatakan tidak setuju. Dengan kata lain, sebagian besar responden yang diteliti (69%) menyatakan setuju terhadap variabel


(1)

37

5

4

5

4

4

3

3

4

4

4

5

5

4

38

5

4

5

5

4

4

3

4

3

4

4

4

4

39

4

4

5

4

3

3

4

4

4

5

4

4

5

40

5

4

5

3

4

3

4

4

4

4

3

4

4

41

5

5

5

4

4

5

5

5

5

5

4

4

5

42

5

4

5

5

4

4

3

4

3

4

4

4

4

43

5

4

5

5

4

4

5

5

4

5

4

5

5

44

4

4

5

4

4

4

4

4

5

5

4

4

4

45

5

4

5

4

5

4

4

4

5

4

4

5

5

46

5

5

5

5

5

4

5

5

5

5

5

5

5

47

4

4

5

4

3

4

4

4

4

4

4

4

4

48

4

3

4

3

3

3

3

4

4

4

3

3

4

49

3

3

4

3

4

4

3

4

4

4

3

3

4

50

4

4

5

4

3

3

4

4

4

5

4

4

5

51

4

4

5

4

3

4

4

4

4

5

4

4

4

52

3

3

4

3

3

4

3

4

4

4

4

4

4

53

4

3

4

3

3

4

3

4

4

4

4

4

4

54

5

5

5

5

5

4

5

4

4

4

4

4

5

55

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

56

4

4

5

4

3

3

4

4

4

5

4

4

5

57

4

4

5

4

3

4

5

4

4

5

4

4

4

58

4

3

3

3

3

3

3

3

3

4

3

3

3

59

5

4

5

5

4

4

5

5

4

5

4

5

5

60

3

3

3

3

4

4

3

3

3

3

3

4

3

61

4

4

5

4

3

4

5

4

4

5

4

4

4

62

4

4

5

4

3

4

4

4

4

5

4

4

4

63

4

4

5

4

4

4

4

5

5

5

4

4

5

64

4

4

4

3

3

4

3

4

4

4

4

4

4

65

3

4

5

4

4

3

5

4

4

4

4

4

4

66

4

4

5

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

67

4

4

5

4

3

4

4

4

4

4

4

4

4

68

4

4

4

4

3

4

4

4

4

4

3

3

4

69

5

5

5

5

5

4

5

4

4

4

4

4

5

70

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

71

4

4

5

4

3

3

4

4

4

5

4

4

5

72

4

4

5

4

3

4

5

4

4

5

4

4

4

73

4

3

3

3

3

3

3

3

3

4

3

3

3


(2)

79

5

4

4

4

4

3

4

4

4

5

4

4

4

80

5

4

5

5

4

5

5

5

5

5

5

5

5

81

3

3

5

3

4

4

3

4

4

4

3

3

3

82

5

4

4

4

4

3

4

4

4

5

4

4

4

83

4

4

4

4

4

4

4

3

3

4

4

4

4

84

5

4

5

4

4

3

3

4

4

4

4

5

5

85

4

4

5

4

3

4

5

4

4

5

4

4

4

86

5

4

5

5

4

5

5

5

5

5

4

4

4

87

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

88

3

4

5

3

4

3

4

4

4

4

3

4

4

89

5

4

5

4

3

4

5

4

4

5

4

4

4

90

5

4

4

4

4

3

4

4

4

5

4

4

4

91

4

3

5

5

4

4

5

5

4

5

4

5

5

92

5

4

5

4

4

3

3

4

4

4

5

5

4

93

5

4

5

5

4

4

3

4

3

4

4

4

4

94

4

4

5

4

3

3

4

4

4

5

4

4

5

95

5

4

5

3

4

3

4

4

4

4

3

4

4

96

5

5

5

4

4

5

5

5

5

5

4

4

5

97

4

3

4

5

3

3

5

3

3

4

4

4

4

98

4

3

4

4

3

3

4

4

4

4

4

4

4

99

3

3

4

3

3

2

3

4

4

4

4

4

4


(3)

LAMPIRAN 4

REALIABILITAS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0 Total 30 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .737 16


(4)

LAMPIRAN 5

HASIL ANALISIS REGRESI BERGANDA

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 04/06/12 Time: 10:16 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.541816 0.934635 2.719580 0.0078 X1 0.357697 0.063211 5.658764 0.0000 X2 0.027547 0.096704 0.284855 0.7764 X3 0.257973 0.080806 3.192493 0.0019 R-squared 0.566803 Mean dependent var 11.72000 Adjusted R-squared 0.553265 S.D. dependent var 1.498012 S.E. of regression 1.001244 Akaike info criterion 2.879542 Sum squared resid 96.23908 Schwarz criterion 2.983749 Log likelihood -139.9771 F-statistic 41.86937 Durbin-Watson stat 2.016190 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

LAMPIRAN 6

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

Hasil Uji Multikolinearitas

X1 X2 X3

X1 1.000000 0.672616 0.561947 X2 0.672616 1.000000 0.467025 X3 0.561947 0.467025 1.000000

Hasil Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

-3

-2

-1

0

1

2

Series: Residuals

Sample 1 100

Observations 100

Mean

1.94e-15

Median

-0.137482

Maximum

2.207468

Minimum

-2.820078

Std. Dev.

0.985957

Skewness

-0.122125

Kurtosis

2.581493

Jarque-Bera 0.978358

Probability

0.613130


(6)

F-statistic 2.859958 Prob. F(9,90) 0.005182 Obs*R-squared 22.23925 Prob. Chi-Square(9) 0.008151

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 04/06/12 Time: 10:17 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 19.10098 7.621647 2.506149 0.0140 X1 -1.067499 1.000166 -1.067321 0.2887 X1^2 0.062509 0.031892 1.960021 0.0531 X1*X2 -0.038696 0.097599 -0.396477 0.6927 X1*X3 -0.049846 0.062306 -0.800023 0.4258 X2 -2.201922 1.389402 -1.584798 0.1165 X2^2 0.062422 0.104254 0.598750 0.5508 X2*X3 0.105018 0.083643 1.255541 0.2125 X3 0.569092 0.999541 0.569354 0.5705 X3^2 -0.034918 0.061141 -0.571108 0.5693 R-squared 0.222392 Mean dependent var 0.962391 Adjusted R-squared 0.144632 S.D. dependent var 1.216375 S.E. of regression 1.124978 Akaike info criterion 3.168044 Sum squared resid 113.9018 Schwarz criterion 3.428561 Log likelihood -148.4022 F-statistic 2.859958 Durbin-Watson stat 1.869782 Prob(F-statistic) 0.005182