Kepadatan Populasi Dan Reproduksi Ikan Belanak (Mugil dussumieri) Di Perairan Belawan, Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu organisme aquatik yang rentan terhadap perubahan
lingkungan terutama yang diakibatkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung. Setiap jenis ikan agar dapat hidup dan berkembang biak dengan
baik harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan ikan itu hidup (Connel,
1987). Sumber daya ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat pulih
(renewable resoursces) sehingga apabila dikelola dengan baik dapat memberikan hasil
maksimum berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan pendapatan negara.
Pengelolaan perikanan selain setelah memberikan keuntungan, juga meninggalkan
berbagai permasalahan, seperti kelebihan penangkapan ( overfishing) dan kerusakan
habitat (habitat destruction) (Ali, 2005). Perairan Indonesia juga memiliki karakteristik
serta biodiversitas fauna tropis yang sangat tinggi. Dewasa ini diketahui bahwa di
perairan Indonesia terdapat sekitar 2.500 spesies ikan yang berbeda (Agus, 1997).
Ikan belanak adalah jenis ikan yang banyak dijumpai di perairan laut tropis dan
subtropis yang bentuknya hampir menyerupai bandeng. Secara umum bentuknya
memanjang agak langsing dan gepeng. Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras
dan delapan jari-jari lemah. Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari
keras dan sembilan jari-jari lemah. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawah
ini berguna untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur
(Kriswantoro dan Sunyoto, 1986). Ikan belanak merupakan spesies ikan eurihalin yang
tersebar di daerah tropis dan sub tropis (Allen, 2000; Murdy et al., 1997 dalam Bichy,
2004).
Ikan belanak (Mugil dussumieri) tersebar luas di seluruh dunia mulai dari 42 o LS
sampai 42o LU, yang meliputi daerah estuaria intertidal, perairan tawar, maupun
perairan pantai. Ikan belanak memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat. Populasinya tersebar di perairan tropis dan subtropis.
Kebanyakan ikan belanak ditemukan secara mengelompok 20-30 ekor yang berenang
hilir mudik di permukaan estuaria (Wahyuni, 2002). Belanak seringkali dijumpai
berenang diantara akar-akar pohon mangrove, belanak masuk ke laguna, muara sungai
dan perairan mangrove untuk mencari makan.
Mugil dussumieri berperan penting dalam jaring makanan ekosistem akuatik,
yaitu sebagai penghubung antara tingkat trofik yang lebih rendah ke yang lebih tinggi.
Mugil dussumieri berperan sebagai detritivora yang memakan detritus, mikro-algae
epipitik dan bentik, seperti diatomae, dinoflagellata, dan cyanobacteria. Selain itu juga
memakan zooplankton seperti larva Annelida dan larva Crustacea, dan invertebrata
seperti Polychaeta dan Nematoda dengan aktivitas makan diurnal yaitu sekitar pukul
08.00-12.00 siang (Dankwa et al., 1999). Selanjutnya, ikan belanak ini akan dimangsa
oleh berbagai jenis ikan piscivorous, mamalia laut, dan burung (Bichy, 2004).
Ikan dari kelompok Mugilidae memanfaatkan daerah estuari sebagai daerah
pemijahan dan daerah pembesaran. Ikan ini beruaya dari perairan payau ke air laut
untuk memijah (Blaber, 1997) dan larvanya banyak dijumpai di perairan pantai dekat
muara sungai (Ditty & Shaw 1996 dan Blaber 2000 dalam Albieri & Araujo 2010).
Umumnya ikan ini berlindung pada perairan lumpur berpasir dan panjang tubuh
maksimumnya dapat mencapai 30 cm. Ikan ini ditangkap menggunakan jaring berlapis
(trammel net) dan mengalami tingkat eksploitasi yang tinggi karena banyaknya jaring
berlapis yang beroperasi di Perairan Belawan. Kondisi ini diperkirakan akan
menurunkan potensi stok dan kemampuan pulih ikan belanak ( Mugil dussumieri).
Famili Mugilidae yang ada di lndonesia, Mugil dussumieri merupakan yang
paling sering tertangkap di daerah pantai dan kolam-kolam air payau. Namun
keterangan mengenai dinamika populasi dan habitatnya belum banyak diketahui.
Sampai saat ini Mugil dussumieri hanya diperoleh dari hasil sampingan budidaya udang
atau bandeng. Salah satu perairan yang memiliki sumberdaya ikan belanak ( Mugil
dussumieri) adalah perairan Belawan, Medan, Sumatera Utara. Perairan ini memiliki
potensi perikanan baik dari segi penangkapan dan budidaya ikan di kolam air payau.
Beberapa penelitian ikan belanak telah dilakukan di daerah pantai utara Jawa
antara lain Nurjanah (1982) dalam Simanjuntak (2002) di Perairan Muara Sungai
Cimanuk, Indramayu; Sulistiono (1987) dalam Simanjuntak (2002) di pertambakan
Desa Sungai Buntu, Karawang; Sulistiono et al. (2001) di Ujung Pangkah, Jawa Timur;
Simanjuntak (2002) di Pantai Mayangan, Jawa Barat. Namun, kajian pola reproduksi
dan pemijahan sebagai mata rantai regenerasi Mugil dussumieri di Perairan Belawan
belum pernah diungkap. Kajian parameter reproduksi ikan akan memberikan data teknis
untuk program pengelolaan ekosistem perairan pantai berbasis ekosistem.
Pertumbuhan populasi ikan di alam sangat tergantung pada strategi reproduksi
dan respons dari perubahan lingkungan. Selama musim hujan (banjir), ikan jenis white
fish, seperti halnya ikan belanak memasuki perairan pedalaman hingga ke daerah rawa
untuk melakukan pemijahan. Pemijahan adalah salah satu dari proses reproduksi ikan,
dan proses lainnya meliputi seksualitas, Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks
Kematangan Gonad (IKG), dan fekunditas. Fekunditas merupakan salah satu fase yang
memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya.
Untuk mencegah penurunan populasi akibat penangkapan diperlukan satu
informasi tentang sumberdaya perikanan Mugil dussumieri yang menunjang ke arah
pelestarian, pengembangan, dan kelimpahan populasinya adalah aspek biologi
reproduksi perlu dipelajari lebih dalam lagi mengenai biologi ikan mugil. Oleh karena
itu, perlu adanya kajian tentang aspek biologi reproduksi ikan belanak di kawasan
Medan Belawan, Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Perairan Belawan merupakan salah satu perairan yang cukup luas dan umum
dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas masyarakat seperti industri, pertanian, perikanan,
perhubungan, penelitian, dan pemukiman. Pemanfaatan tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan kondisi ekologis dan kualitas air terhadap kehidupan biota
terutama keanekaragaman ikan. Penelitian mengenai kelimpahan populasi dan
reproduksi ikan belanak (Mugil dussumieri) saat ini masih jarang dilakukan terutama di
perairan Belawan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kepadatan populasi ikan belanak di Perairan Belawan.
2. Untuk mengetahui tingkat reproduksi ikan belanak di Perairan Belawan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara sifat fisika dan kimia di Perairan Belawan
terhadap kepadatan populasi dan tingkat reproduksi ikan belanak.
1.4. Manfaat Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kelimpahan populasi ikan belanak di Perairan Belawan, juga sebagai data
pembanding bagi penelitian ikan belanak di berbagai daerah.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu organisme aquatik yang rentan terhadap perubahan
lingkungan terutama yang diakibatkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung. Setiap jenis ikan agar dapat hidup dan berkembang biak dengan
baik harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan ikan itu hidup (Connel,
1987). Sumber daya ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat pulih
(renewable resoursces) sehingga apabila dikelola dengan baik dapat memberikan hasil
maksimum berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan pendapatan negara.
Pengelolaan perikanan selain setelah memberikan keuntungan, juga meninggalkan
berbagai permasalahan, seperti kelebihan penangkapan ( overfishing) dan kerusakan
habitat (habitat destruction) (Ali, 2005). Perairan Indonesia juga memiliki karakteristik
serta biodiversitas fauna tropis yang sangat tinggi. Dewasa ini diketahui bahwa di
perairan Indonesia terdapat sekitar 2.500 spesies ikan yang berbeda (Agus, 1997).
Ikan belanak adalah jenis ikan yang banyak dijumpai di perairan laut tropis dan
subtropis yang bentuknya hampir menyerupai bandeng. Secara umum bentuknya
memanjang agak langsing dan gepeng. Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras
dan delapan jari-jari lemah. Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari
keras dan sembilan jari-jari lemah. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawah
ini berguna untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur
(Kriswantoro dan Sunyoto, 1986). Ikan belanak merupakan spesies ikan eurihalin yang
tersebar di daerah tropis dan sub tropis (Allen, 2000; Murdy et al., 1997 dalam Bichy,
2004).
Ikan belanak (Mugil dussumieri) tersebar luas di seluruh dunia mulai dari 42 o LS
sampai 42o LU, yang meliputi daerah estuaria intertidal, perairan tawar, maupun
perairan pantai. Ikan belanak memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat. Populasinya tersebar di perairan tropis dan subtropis.
Kebanyakan ikan belanak ditemukan secara mengelompok 20-30 ekor yang berenang
hilir mudik di permukaan estuaria (Wahyuni, 2002). Belanak seringkali dijumpai
berenang diantara akar-akar pohon mangrove, belanak masuk ke laguna, muara sungai
dan perairan mangrove untuk mencari makan.
Mugil dussumieri berperan penting dalam jaring makanan ekosistem akuatik,
yaitu sebagai penghubung antara tingkat trofik yang lebih rendah ke yang lebih tinggi.
Mugil dussumieri berperan sebagai detritivora yang memakan detritus, mikro-algae
epipitik dan bentik, seperti diatomae, dinoflagellata, dan cyanobacteria. Selain itu juga
memakan zooplankton seperti larva Annelida dan larva Crustacea, dan invertebrata
seperti Polychaeta dan Nematoda dengan aktivitas makan diurnal yaitu sekitar pukul
08.00-12.00 siang (Dankwa et al., 1999). Selanjutnya, ikan belanak ini akan dimangsa
oleh berbagai jenis ikan piscivorous, mamalia laut, dan burung (Bichy, 2004).
Ikan dari kelompok Mugilidae memanfaatkan daerah estuari sebagai daerah
pemijahan dan daerah pembesaran. Ikan ini beruaya dari perairan payau ke air laut
untuk memijah (Blaber, 1997) dan larvanya banyak dijumpai di perairan pantai dekat
muara sungai (Ditty & Shaw 1996 dan Blaber 2000 dalam Albieri & Araujo 2010).
Umumnya ikan ini berlindung pada perairan lumpur berpasir dan panjang tubuh
maksimumnya dapat mencapai 30 cm. Ikan ini ditangkap menggunakan jaring berlapis
(trammel net) dan mengalami tingkat eksploitasi yang tinggi karena banyaknya jaring
berlapis yang beroperasi di Perairan Belawan. Kondisi ini diperkirakan akan
menurunkan potensi stok dan kemampuan pulih ikan belanak ( Mugil dussumieri).
Famili Mugilidae yang ada di lndonesia, Mugil dussumieri merupakan yang
paling sering tertangkap di daerah pantai dan kolam-kolam air payau. Namun
keterangan mengenai dinamika populasi dan habitatnya belum banyak diketahui.
Sampai saat ini Mugil dussumieri hanya diperoleh dari hasil sampingan budidaya udang
atau bandeng. Salah satu perairan yang memiliki sumberdaya ikan belanak ( Mugil
dussumieri) adalah perairan Belawan, Medan, Sumatera Utara. Perairan ini memiliki
potensi perikanan baik dari segi penangkapan dan budidaya ikan di kolam air payau.
Beberapa penelitian ikan belanak telah dilakukan di daerah pantai utara Jawa
antara lain Nurjanah (1982) dalam Simanjuntak (2002) di Perairan Muara Sungai
Cimanuk, Indramayu; Sulistiono (1987) dalam Simanjuntak (2002) di pertambakan
Desa Sungai Buntu, Karawang; Sulistiono et al. (2001) di Ujung Pangkah, Jawa Timur;
Simanjuntak (2002) di Pantai Mayangan, Jawa Barat. Namun, kajian pola reproduksi
dan pemijahan sebagai mata rantai regenerasi Mugil dussumieri di Perairan Belawan
belum pernah diungkap. Kajian parameter reproduksi ikan akan memberikan data teknis
untuk program pengelolaan ekosistem perairan pantai berbasis ekosistem.
Pertumbuhan populasi ikan di alam sangat tergantung pada strategi reproduksi
dan respons dari perubahan lingkungan. Selama musim hujan (banjir), ikan jenis white
fish, seperti halnya ikan belanak memasuki perairan pedalaman hingga ke daerah rawa
untuk melakukan pemijahan. Pemijahan adalah salah satu dari proses reproduksi ikan,
dan proses lainnya meliputi seksualitas, Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks
Kematangan Gonad (IKG), dan fekunditas. Fekunditas merupakan salah satu fase yang
memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya.
Untuk mencegah penurunan populasi akibat penangkapan diperlukan satu
informasi tentang sumberdaya perikanan Mugil dussumieri yang menunjang ke arah
pelestarian, pengembangan, dan kelimpahan populasinya adalah aspek biologi
reproduksi perlu dipelajari lebih dalam lagi mengenai biologi ikan mugil. Oleh karena
itu, perlu adanya kajian tentang aspek biologi reproduksi ikan belanak di kawasan
Medan Belawan, Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Perairan Belawan merupakan salah satu perairan yang cukup luas dan umum
dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas masyarakat seperti industri, pertanian, perikanan,
perhubungan, penelitian, dan pemukiman. Pemanfaatan tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan kondisi ekologis dan kualitas air terhadap kehidupan biota
terutama keanekaragaman ikan. Penelitian mengenai kelimpahan populasi dan
reproduksi ikan belanak (Mugil dussumieri) saat ini masih jarang dilakukan terutama di
perairan Belawan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kepadatan populasi ikan belanak di Perairan Belawan.
2. Untuk mengetahui tingkat reproduksi ikan belanak di Perairan Belawan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara sifat fisika dan kimia di Perairan Belawan
terhadap kepadatan populasi dan tingkat reproduksi ikan belanak.
1.4. Manfaat Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kelimpahan populasi ikan belanak di Perairan Belawan, juga sebagai data
pembanding bagi penelitian ikan belanak di berbagai daerah.