HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SANTRI PROGRAM TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN AL- Hubungan Antara Self Esteem dengan Optimisme Masa Depan Pada Siswa Santri Program Tahfidz di Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta dan Ibnu
HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN
PADA SISWA SANTRI PROGRAM TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ALMUAYYAD SURAKARTA DAN IBNU ABBAS KLATEN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh :
SITI AISYAH
F 100 090 206 / G 000 090 206
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI / FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
iii
HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN
PADA SISWA SANTRI PROGRAM TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ALMUAYYAD SURAKARTA DAN IBNU ABBAS KLATEN
Siti Aisyah
Susatyo Yuwono
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Saifuddin Zuhri
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self esteem
dengan optimisme masa depan pada siswa santri program tahfidz di pondok pesantren AlMuayyad Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat hubungan
positif antara self esteem dengan optimisme masa depan pada siswa santri program tahfidz di
pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten.
Subyek penelitian adalah siswa santri program tahfidz di pondok pesantren AlMuayyad Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten. Metode pengumpulan data menggunakan skala
self esteem dengan skala optimisme masa depan. Teknik analisis data yang digunakan adalah
korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,592; p = 0,000 (p < 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat
signifakan antara dukungan sosial dengan optimisme masa depan. Sumbangan efektif antara
variabel dukungan sosial terhadap optimisme masa depan sebesar 35%. Berdasarkan hasil
analisis diketahui variabel Self esteem mempunyai rerata empiric (RE) sebesar 112,62 dan
rerata hipotetik (RH) sebesar 95 yang berarti Self Esteem pada subyek tergolong tinggi.
Variabel optimisme masa depan diketahui rerata empirik (RE) sebesar 139,14 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 110 yang berarti optimisme masa depan pada subjek tergolong tinggi.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara self esteem dengan optimisme masa depan pada siswa santri program tahfidz
di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten.
Kata kunci : Self Esteem, Optimisme Masa Depan.
iv
RELATIONSHIP BETWEEN SELF ESTEEM IN THE FUTURE WITH OPTIMISM
ISLAMIC STUDENTS TAHFIDZ PROGRAM AT PONDOK PESANTREN AL MUAYYAD SURAKARTA AND ABBAS IBNU KLATEN
Siti Aisyah
Susatyo Yuwono
Faculty Of Psychology, Muhammadiyah University Of Surakarta
Saifuddin Zuhri
Faculty of Islamic Studies , University of Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
This study aims to determine whether there is a relation between self-esteem with
optimism the future of the students Tahfidz program at the Islamic boarding house of alMuayyad Surakarta and Ibnu Abbas Klaten. The hypothesis proposed that there is a positive
relation between self-esteem with optimism the future of the Islamic students of Tahfidz
program at the Islamic boarding house of al-Muayyad Surakarta and Ibnu Abbas Klaten.
.
The subject of this research is the Islamic students of Islamic boarding house in Al
Qur’an of Tahfidz Program of Al Muayyad Surakarta and Ibnu Abbas Klaten. The method of
collecting data used self esteem scale with optimism the future scale. The researcher analyzed
data using product moment correlation. Based on the analyzed product moment get the score
of correlation coefficient ( r ) as 0,592; p = 0,000 (p < 0,01) its means the research has
positive relation that many significant between self esteem with optimism the future. The
effective variable from self esteem to optimism the future is 35%. Based on result of analyze
the researcher know the Self Esteem variable have Empiric Average ( Rerata Empirik (RE))
112,62 and Hypothetic Average (Rerata Hipotetik (RH)) 95 its mean the Self esteem in the
subject appertain high. Based on result of analyze the researcher know the optimism the
future variable have Empiric Average ( Rerata Empirik (RE)) 139,14 and Hypothetic
Average (Rerata Hipotetik (RH)) 110 its mean the optimistic future in the subject appertain
high. The conclusion is there are have positive relation very significant between self esteem
and optimism the future of the Islamic students of Islamic boarding house in Al Qur’an of
Tahfidz Program of Al Muayyad Surakarta and Ibnu Abbas Klaten.
Keywords: Self Esteem, Optimism Future
v
umat islam untuk menjaga dan memelihara
PENDAHULUAN
Al Qur’an. Banyak dari generasi muda
Setiap orang memiliki berbagai
harapan
terhadap
masa
depan,
sekarang ini ingin menghafal Al Qur’an,
agar
tetapi mereka khawatir dan takut akan
harapan tersebut dapat di kabulkan oleh
persoalan
Allah ada beberapa hal yang harus di
membosankan. Sehingga tidak sedikit para
sedang mereka jalankan untuk menempuh
penghafal Al Qur’an yang putus di tengah
tujuan atau masa depan yang di inginkan.
jalan ( tidak selesai 30 juz ) dan tidak
optimis
dapat menjaga hafalan yang dihafalnya.
individu harus memiliki self esteem. Self
esteem
menjaga
Al Qur’an itu beban yang berat dan
putus asa, dan optimis terhadap apa yang
sikap
bisa
Qur’an merasa bahwa aktifitas menghafal
perintah Allah, bekerja keras, tidak mudah
menumbuhkan
tidak
hafalannya. Bahkan banyak penghafal Al
penuhi yaitu berdo’a dan taat kepada
Untuk
jika
dari
Berdasarkan hasil wawancara yang
kepercayaan atau perasaan tentang diri kita
dilakukan peneliti di Pondok Pesantren Al
atau persepsi kita terhadap diri sendiri
Muayyad
tentang motivasi, sikap, perilaku, dan
menunjukkan bahwa santri tahfidz tersebut
penyesuaian emosi yang mempengaruhi
mengatakan merasa sulit untuk menambah
kita.Hal tersebut sesuai dengan pendapat
hafalan yang akan di setorkan kepada
Seligman (dalam Lestari & Koentjoro.
ustadz atau ustadzah karena banyak tugas-
2002)
tugas lain yang juga harus dikerjakan
merupakan
faktor
kumpulan
yang
mempengaruhi
dan
Ibnu
Abbas
Klaten,
dan
seperti tugas sekolah dan tugas dari
eksternal, adapun faktor internal yang
pondok, dan santri tahfidz tersebut juga
self
mengatakan belum memiliki gambaran
optimisme
yaitu
mempengaruhi
faktor
optimisme
internal
adalah
esteem yang memberi motivasi atau sikap
masa
yang membangun akan menumbuhkan
mengikuti tuntutan atas dasar perintah dari
sikap optimis sebaliknya kurang adanya
orang tuanya. Mereka merasa tidak yakin
self esteem akan menurunkan bahkan
apakah dengan kemampuan yang mereka
menghilangkan sikap optimis seseorang.
miliki saat ini dapat membawa mereka ke
depan
yang
jelas
dan
masih
masa depan yang mereka inginkan.
Program tahfidz adalah sebuah
Menurut
program yang dikhususkan bagi siswa
Seligman
(1991)
santri yang mempunyai keinginan untuk
Optimisme adalah keyakinan individu
menghafal Al Qur’an. Hal ini termasuk
bahwa peristiwa buruk atau kegagalan
usaha-usaha yang dilakukan oleh sebagian
hanya
1
bersifat
sementara,
tidak
mempengaruhi semua aktivitas dan bukan
(akan terus terjadi dalam situasi berbeda-
mutlak disebabkan diri sendiri tetapi bisa
beda).
Aspek –aspek yang mempengaruhi
situasi, nasib atau orang lain.
Menurut
Ubaydillah
optimisme
(2007)
pertama
optimisme
depan
menurut
Ubaydillah (2007), dibagi menjadi 3 yaitu:
Optimisme mengandungdua pengertian,
yang
masa
1. Aspek kognitif;
dipandang
sebagai doktrin hidup yang mengajarkan
2. Aspekafektif
untuk meyakini adanya kehidupan yang
3. Aspekkonatif
lebih baik (memiliki harapan) dan yang
Self esteem merupakan salah satu
kedua optimisme berarti kecendrungan
kebutuhan
batin untuk merencanakan aksi, peristiwa
kepercayaan,
atau hasil yang lebih baik. Optimis berarti
kebutuhan akan keberhasilan, kebutuhan
meyakini adanya kehidupan yang lebih
akan
baik dan keyakinan itu digunakan untuk
perasaan
menjalankan
(Sarwono,
aksi
(sebagai
psikologis
yang
kebutuhan
memperoleh
mampu.
ekonomi,
pengetahuan
Baron
2010)
meliputi
dan
dan
Byrne
mendefinisikan
self
drive/dorongan/energi) yang lebih baik
esteem
guna meraih hasil yang lebih baik.
dilakukan oleh seseorang individu dan
sebagai
penilaian
diri
yang
Menurut Seligman (1991), faktor-
biasanya berkaitan dengan dirinya sendiri.
faktor yang mempengaruhi optimisme
Penilaian tersebut mencerminkan sikap
masa depan dapat disimpulkan sebagai
penerimaan
dan
berikut :Kepercayaan diri, Harga diri,
menujukkan
seberapa
Akumulasi pengalaman sukses, Dukungan
percaya bahwa dirinya mampu, penting,
sosial,
berhasil, dan berharga.
Shapiro
Risnawati,
jauh
serta
individu
&
Proses pembentukan self esteem
mendefinisikan
tersebut dari interaksi individu dengan
(dalam
2011)
penolakan
Ghufron
optimisme masa depan lebih dari sekedar
lingkungannya.
berpikir
optimisme
pengalaman seseorang dalam kehidupan
diartikan sebagai kecendrungan untuk
sehari-hari bersama individu lain. Dalam
memandang segala sesuatu dan sisi kondisi
interaksinya dengan orang lain individu
baiknya, mengharapkan hasil yang paling
berusaha mengenal seperti apa orang lain
memuaskan.
dan
positif,
bahwa
Individu
yang
optimis
seperti
Yaitu
apa
dirinya.
memulai
Menurut
percaya bahwa peristiwa positif yang
Rosenberg (dalam Prihadi k & Chua M.
membahagiakan bersifat permanen (akan
2012) persoalan mengenai siapa diri kita
terus terjadi sepanjang waktu) dan pervasif
atau siapa saya akan membentuk suatu
2
konsep yang terorganisasi di dalam diri
Aspek
self
esteem
yang
seseorang. Konsep tersebut kemudian akan
dikemukakan oleh Michinton (1993) yaitu:
membentuk
(1)
suatu
persepsi
secara
menerima,
menghormati
dan
keseluruhan tentang kualitas, kemampuan,
menghargai dirinya sendiri, (2) memegang
dorongan dan sikap yang dimilikinya
kendali atas hidupnya sendiri, (3) toleransi
dalam berhubungan dengan orang lain. Hal
terhadap orang lain dan (4)merencanakan
tersebut akan membentuk self image dari
serta merealisasikan tujuan hidup secara
individu yang kemudian akan membentuk
optimal.
self esteem. Menurut (Chaplin 2001) Self
Berdasarkan pada uraian di atas,
esteem adalah penilaian diri yang di
pengaruhi
oleh
sikap
maka perumusan masalah dalam penelitian
interaksi,
ini adalah : Apakah ada hubungan antara
penghargaan, dan penerimaan, orang lain
dukungan self esteem dengan optimisme
terhadap individu.
masa depan pada siswa santri program
Self esteem (harga diri) dalam
tahfidz di pondok pesantren Al Muayyad
perkembangannya terbentuk dari hasil
Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten?
interaksi individu dengan lingkungan dan
atas sejumlah penghargaan,penerimaan,
Tujuan dari penelitian ini adalah
dan pengertian orang lain terhadap dirinya.
untuk mengetahui: Hubungan antara self
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga
esteem dengan optimisme masa depan
diri di antaranya :
pada siswa santri tahfidz di pondok
a. Jeniskelamin
pesantren, seberapa besar peranan self
b. Intelegensi
esteem terhadap optimisme masa depan,
c. Kondisifisik
tingkat self esteem pada siswa santri
d. Lingkungankeluarga
tahfidz di pondok pesantren, tingkat
e. LingkunganSosial
optimisme pada siswa santri tahfidz di
pondok pesantren.
Dari
uraian
diatas
dapat
Hasil penelitian ini diharapkan
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dapat diambil manfaatnya yaitu :Bagi
mempengaruhi harga diri (self esteem)
pondok pesantren Al Muayyad, hasil
dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
yaitu faktor internal, seperti jenis kelamin,
sebagai masukan dalam penyelenggaraan
intelegensi, kondisi fisik individu, dan
faktor
eksternal
seperti
program tahfidz, bagi santri program
lingkungan
tahfidz, penelitian ini diharapkan dapat
sosial,sekolah dan keluarga.
3
disosialisasikan kepada santri sehingga
aspek-aspek
dapat membantu santri mengatasi masalah
optimisme
yang
yang berkenaan dengan proses menghafal
Ubaydillah
(2007),
Al
dapat
Afektif, dan Konatif. Semakin tinggi skor
yang
jawaban berarti semakin besar optimisme
dimilikinya, bagi peneliti lain, penelitian
seseorang, sebaliknya semakin rendah skor
ini diharapkan dapat menambah referensi
jawaban berarti semakin kecil optimisme
yang dibutuhkan mengenai penelitian.
seseorang terhadap masa depannya.
Qur’annya
memaksimalkan
sehingga
segala
potensi
yang
mempengaruhi
dikemukakan
yaitu:
oleh
Kognitif,
Hipotesis dari penelitian ini ada
Self esteem adalah penilaian yang
hubungan yang positif antara self esteem
dilakukan oleh individu untuk memandang
dengan optimisme masa depan pada siswa
dirinya sendiri terutama mengenai sikap
santri tahfidz, semakin tinggi self esteem
penerimaan
maka semakin tinggi optimisme masa
kepercayaan
depan dan semakin rendah self esteem
kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan
maka semakin rendah optimisme masa
keberhargaan terhadap dirinya sendiri.
depan pada siswa santri tahfidz.
Variabel ini di ungkap dengan skala self
atas
seberapa
individu
besar
terhadap
esteem berdasarkan teori dari Minchinton
METODE PENELITIAN
yang disusun oleh Adilia (2010),yang
meliputi tiga faktor yakni : perasaan
Variable yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
mengenai diri sendiri, perasaan terhadap
:Variabel
hidup dan hubungan dengan orang lain.
tergantung;optimisme masa depan dan
Semakin tinggi skor jawaban berarti
variabel bebas; self esteem
semakin besar self esteem seseorang,
Optimisme masa depan adalah
sebaliknya semakin rendah skor jawaban
suatu bentuk mental dan pola pikir
berarti
seseorang yang positif serta pengharapan
clinical (2005).
terlepas dari segala kecemasan, keadaan
lain
esteem
Self esteem dan Marilyn J Sorensen Phd
keyakinan serta semangat hidup agar dapat
gangguan
self
diadaptasi dari buku Minchinton Maximum
dirinya dan memandang dengan penuh
dan
kecil
seseorang. Beberapa item Self esteem
yang baik dalam menghadapi masa depan
terburuk
semakin
Sampel dalam penelitian ini adalah
untuk
seluruh siswa santri tingkat SMA kelas X
mencapai tujuan atau sasaran hidup yang
sampai kelas XII yang berusia 16-18 tahun
berkualitas. Variabel ini diungkap dengan
di Ponpes Al Muayyad Surakarta dan Ibnu
skala optimisme masa depan berdasarkan
Abbas Klaten yang mengambil program
4
tahfidz Qur’an. Adapun sampel yang
Michinton
digunakan dalam penelitian ini adalah
menerima,
Purposive
menghargai
Sample,
yaitu
penelitian
(1993)
yang
meliputi:
menghormati,
dirinya
dan
sendiri,
sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri
memegang kendali atas hidupnya
populasi
sendiri, toleransi terhadap orang lain
yang
sudah
diketahui
dan
sebelumnya.
Adapun karakteristik atau ciri –ciri
merencanakan
serta
merealisasikan tujuan hidup secara
optimal.
subjek penelitian yang sudah ditentukan
oleh peniliti adalah mereka terdaftar
Metode
sebagai siswa santri program tahfidz di
pondok pesantren Al Muayyad Surakarta
dan
Ibnu
Abbas
Klaten.
Teknik
dengan
non
cara
digunakan
untuk
penelitian
adalah
random
yang
antara
digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu
Optimisme
masa
product
dengan
optimism
optimism masa depan. Hal ini berarti
semakin tinggi (kuat) self esteem maka
aspek optimism masa depan yang
semakin tinggi optimism masa depan,
dikemukakan oleh Ubaydillah (2007),
sebaliknya semakin rendah self esteem
yaitu: Kognitif, Afektif, danKonatif.
seseorang
2. Skala selfesteem digunakan untuk
maka
semakin
rendah
optimisme masa depannya.
self
Hasil di atas menunjukkan bahwa
esteem yang dialami oleh subjek.
esteem
esteem
sangat signifikan antara self esteem dengan
skala optimism berdasarkan aspek-
self
self
0,01) artinya ada hubungan positif yang
optimism
tingkat
olehpeneliti
korelasi (r) sebesar 0,592; p = 0,000 (p <
dalam penelitian ini menggunakan
seberapa
dilakukan
yang ditunjukkan dengan nilai koefisien
tingkat optimism individu akan masa
Pengukuran
telah
masadepan siswa santri program tahfidz
depan
digunakan untuk mengetahui seberapa
Pengukuran
korelasi
data
menunjukkan hasil bahwa ada korelasi
penelitian ini berbentuk skala. Skala yang
mengetahui
menganalisis
Berdasarkan hasil analisis data
Alat ukur yang diperlukan dalam
depannya.
yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
purposive sampling
1. Skala
data
moment.
pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan
analisis
self esteem mempunyai pengaruh yang
dalam
penting terhadap optimism masadepan
penelitian ini menggunakan skala self
pada siswa santri tahfidz. Individu yang
esteem berdasarkan aspek-aspek dari
5
memiliki self esteem tinggi memiliki ciri-
tahfidz
ciri,
permasalahan
dapat
menerima
dan
dalam
mengatasi
yang
dirasakan
segala
atau
mengapresiasikan dirinya sendiri dalam
diterima, dapat menerima dan merasakan
kondisi apapun, merasa nyaman dengan
kenyamanan, perlindungan, penghargaan
keadaan
dan bantuan yang diberikan orang lain atau
dirinya,
berprasangka
baik
terhadap dirinya sendiri, jika tidak bagi
sekelompok
orang lain, setidaknya bagi dirinya sendiri
meningkatkan perilaku optimis dalam
serta memiliki control emosi yang baik dan
dirinya, memiliki kemauan dan keyakinan
terbebas
serta harapan, selektif untuk meraih hasil
dari
perasaan
menyenangkan,
yang
kemarahan,
tidak
ketakutan,
kesedihandan
rasa
bersalah,
merancang,
merencanakan,
merealisasikan
segala
sesuatu
orang
yang lebih baik,
yang
dapat
memberikan dorongan
dapat
atau pengobatan semangat dan nasehat
dan
kepada orang lain dalam suatu situasi
yang
pengambilan keputusan.
diharapkan atau menjad itujuan hidupnya
Individu dengan self esteem yang
secara optimal. Self esteem yang tinggi
tinggi akan lebih mudah beradaptasi
akan berpengaruh secara positif pada sikap
dengan lingkungan mereka, karena mereka
dan perilaku individu untuk lebih optimis
dapat mengekspresikan diri dengan baik
terhadap
dalam lingkungan dimana mereka berada.
masa
depannya,
misalnya
individu yang optimis akan masa depannya
Lain
berusaha menggapai pengharapan dengan
memiliki self esteem
pemikiran
akan
dikatakan kurang dapat mengekspresikan
kelebihan yang dimiliki. Individu yang
diri dengan baik dan sangat tergantung
optimis biasa bekerja keras menghadapi
dengan lingkungan mereka. Kebanyakan
stress tantangan sehari-hari secara efektif,
dari mereka merasa takut akan mengalami
berdoa dan
faktor
kegagalan dalam mengadakan hubungan
keberuntungan dan faktor lain yang turut
sosial dengan orang lain dalam lingkungan
mendukung keberhasilannya, merasa yakin
mereka karenanya secara pasif selalu
memiliki kekuatan untuk menghilangkan
mengikuti apa yang ada dalam lingkungan
pemikiran negatif, berusaha meningkatkan
Minchinton (dalam Adilia 2010).
kekuatan
yang
positif,
mengakui
diri,
dan
yakin
adanya
halnya
dengan
individu
yang
rendah, mereka
menggunakan
Berdasarkan hasil analisis diketahui
pemikiran yang inovatif untuk menggapai
variable self esteem mempunyai rerata
kesuksesan.
empirik (RE) sebesar 112,62dan rerata
self
esteem
dapat
hipotetik (RH) sebesar 95 yang berarti self
membantu seseorang termasuk siswa santri
esteem pada subjek tergolong tinggi.Rincia
Adanya
6
nkategorinya di dapatkan sebanyak 8
progam
subjek (7%) pada kategori sangat tinggi,
penelitian
76 subjek (66,1%) pada kategori tinggi, 31
memiliki self esteem yang berupa aspek-
subjek (26,9%) pada katagori sedang, 0
aspek (1) menerima,menghormati dan
subjek (0%) pada kategori rendah, 0
menghargaidirinya sendiri, (2) memegang
subjek (0%) pada kategori sangat rendah.
kendali atas hidupnya sendiri, (3) toleransi
Dengan diagram sebagai berikut :
terhadap orang lain dan (4) merencanakan
tahfidz
ini
atau
pada
subjek
dalam
dasarnya
sudah
serta merealisasikan tujuan hidup secara
Gambar 1
Diagram Self Esteem
optimal.
Sedangkan variable optimism masa
Sangat Rndah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
depan diketahui rerata empirik sebesar
0% 0%
(RE) 139,14 dan rerata hipotetik (RH)
7%
sebesar 110 yang berarti optimisme masa
27%
depan subjek tergolong tinggi. Rincian
kategorinya di dapatkan sebanyak 27
66%
subjek (23,4%) pada kategori sangat
tinggi, 76 subjek (66,1%) pada kategori
tinggi, 11 subjek (9,6%) pada katagori
Hal ini menunjukkan pada variable
sedang, 1 subjek (0,9%) pada kategori
self esteem siswa santri program tahfidz
rendah, 0 subjek (0%) pada kategori sangat
dominan memiliki self esteem yang tinggi,
rendah. Dengan diagram sebagai berikut :
terlihat sebanyak 76 subjek (66,1%)
Gambar 2
Diagram Optimisme Masa Depan
berkategori tinggi, serta sebanyak 8 subjek
(7%) yang memiliki self esteem yang
sangat tinggi. Walapun yang dominan self
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
esteem pada siswa santri tahfidz ini tinggi,
Sedng
0% 1%
namun masih ada sebanyak 31 subjek
10%
(26,9%) yang self esteemnya ber kategori
23%
sedang. Kategori yang sedang dalam self
esteemdapat
menunjukan
kecenderungan
masih
adanya
kurangnya
66%
self
esteem ( hargadiri ) yang dimiliki subyek.
Hal ini menunjukkan pada variabel
Kondisi ini dapat diinterpretasikan
optimisme
bahwa siswa santri yang mengambil
7
masa
depan
siswa
santri
program
tahfidz
memiliki
perilaku atau aspek yang terdapat pada
optimisme yang tinggi, terlihat sebanyak 1
optimisme masa depan yaitu (1) Kognitif,
(0,9%) subyek berkategori optimisme
berusaha dan merasa percaya diri akan
rendah, 11 (9,6%) subyek berkategori
kemampuan dan memiliki keyakinan dan
sedang, 76 subjek (66,1%) berkategori
harapan,mempunyai rencana dan langkah
optimisme yang tinggi serta sebanyak 27
yang terfokus dan selektif untuk meraih
subjek (23,4%) yang memiliki optimisme
hasil yang lebih baik, positif dan realistis
yang
serta dapat menerima fakta. (2) Afektif,
sangat
dominan
tinggi.
Seperti
yang
diungkapkan Shapiro (dalam Ghufron &
tidak
Risnawati,
perasaan yang positif terhadap diri dan
2011)
mengenai
aspek
membesar-besarkan
masalah,
optimisme masa depan berarti subjek yang
kemampuannya,
memiliki kategorisasi tinggi dan sangat
yang baik dan mampu menikmati hidup
tinggi memiliki tujuan mempunyai rencana
sehingga bisa membedakan hal yang salah
dan langkah yang berfokus secara selektif
(menyimpang) dan hal yang benar. (3)
untuk meraih hasil yang lebih baik dan
konatif, mempunyai perilaku yang lebih
memandang segala sesuatu dan sisi kondisi
baik guna meraih hasil yang lebih baik,
baiknya, mengharapkan hasil yang paling
mampu menjalankan agenda perbaikan diri
memuaskan. Walapun dominan optimisme
secara terus-menerus.
masa depan pada siswa santri tahfidz ini
Sesuai
tinggi, namun masih ada sebanyak 3
dikemukakan
subjek
Nuryoto
(3%)
yang
optimismenya
memiliki
dengan
oleh
(1994)
penghayatan
pendapat
yang
Tjahjaningsih
menyatakan
&
bahwa
berkategori sedang. Kategori yang sedang
penilaian orang lain terhadap atribut yang
dalam
melekat
optimisme
dapat
menunjukan
pada
diri
remaja
sangat
adanya kecenderungan masih terdapatnya
berpengaruh pada penilaiannya terhadap
permasalahan-permasalahan
pada
dirinya sendiri. Atribut yang di nilai baik
santri
dari orang lain atau lingkungan akan
program tahfidz seperti kurangnya percaya
membuat bangga seseorang. Sehingga bias
diri,
menaikkan
optimisme
masa
merasa
depan
siswa
dirinya
berharga,kurangnya
dukungan
tidak
dari
orang lain akan membuat orang tersebut
marasa malu dan membuat self esteemnya
Kondisi ini dapat diinterpretasikan
bahwa siswa santri yang mengambil
tahfidz
atau
subjek
esteemnya.Sedangkan
atribut seseorang yang dinilai buruk oleh
keluarga dan lingkungan sekitarnya.
progam
self
rendah.
dalam
Peranan atau sumbangan efektif
penelitian ini pada dasarnya memiliki
variable self esteem terhadap optimisme
8
masa depan sebesar 35%, ditunjukkan oleh
muncul dalam pencapaian tujuan atau
koefisien determinan (r²) = 0,350. Hal ini
target seorang individu.
berarti masih terdapat 65% faktor-faktor
Seseorang
memiliki
self
esteemyang tinggi dapat menghormati
lain yang mempengaruhi optimisme masa
esteem,
dirinya dan memiliki keyakinan penuh
diantaranya minat, motivasi, kepercayaan
bahwa diri kita adalah sesosok yang
diri, dari lingkungan maupun personal dan
penting dan apapun itu jika tidak berlaku
sebagainya.
ini
bagi orang lain, setidaknya berlaku pada
menunjukkan bahwa self esteem dengan
diri kita sendiri. Selain itu juga dapat
segala aspek yang terkandung di dalamnya
memaklumi dan memaafkan diri sendiri,
memang memberikan kontribusi untuk
atas
dapat menumbuhkan optimisme akan masa
ketidaksempurnaan yang ia miliki. Mereka
depannya,
depan
depan
di
luar
variabel
Hasil
meskipun
tidak
hanya
self
yang
penelitian
segala
kekurangan
dan
optimisme
masa
yang memiliki self esteem yang tinggi juga
dipengaruhi
oleh
mampu menghargai nilai personal mereka
sebagai seorang individu,sehingga mereka
variabel tersebut.
Menurut Seligman (dalam Lestari
tidak mudah terpengaruh oleh pendapat
& Lestari. 2005) mengemukakan bahwa
orang lain. Mereka tidak akan merasa lebih
faktor-faktor
mempengaruhi
baik ketika mereka dipuji atau merasa
optimisme masa depan adalah faktor
buruk ketika mereka di kritisi. Perasaan
internal dan faktor
baik kita mengenai diri kita sendiri tidak
yang
eksternal.
Faktor
bergantung pada kondisi luar.
internal adalah kepercayaan diri, harga
diri, minat, motivasi dan Akumulasi
Berdasarkan uraian diatas dapat
pengalaman sukses, personal. Adapun
diambil kesimpulan ada hubungan yang
faktor
sangat signifikan antara self esteem dengan
eksternal
yang
mempengaruhi
dan dukungan sosial. Dengan adanya
memberikan pengaruh terhadap optimisme
dukungan sosial setiap permasalahan yang
masa depan pada siswa santri program
timbul akan mampu untuk diatasi dan
tahfidz di Ponpes MA Al Muayyad
diselesaikan jika mahasiswa memiliki
surakarta dan PPTQ Ibnu Abbas Klaten .
sikap optimisme dimana optimisme itu
Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan
sendiri berupa harapan-harapan positif
yaitu, peneliti kurang dapat memonitor
yang akan membantu seseorang untuk bisa
subjek dalam pengerjaan skala penelitian,
mengatasi
sehingga dalam menjawab dimungkinkan
yang
9
depan.
esteem
optimisme
hambatan-hambatan
masa
self
optimisme masa depan adalah lingkungan
Nomor 2 November 2012.
Malang: UNM & Universitas
YARSI
ada kesalahan persepsi responden terhadap
skala penelitian.
Elfiky, I. (2014). Terapi Berpikir Positif :
Biarkan Mukjizat dalam Diri
Anda Melesat Agar Hidup Lebih
Sukses dan Lebih Bahagia. Jakarta
: Zaman
DAFTAR PUSTAKA
Abdul K, A.& As-sirjani, R. (2008). Cara
cerdas hafal al-Qur’an. Solo :
AQWAM
Adilia,
MD. (2010). Hubungan Self
Esteem dengan Optimisme Meraih
Kesuksesan Karir Pada mahasiswa
fakultas psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Jakarta:
fakultas psikologi UIN Sarif
Hidayatullah
Ghufron, M. N.& Risnawita, S. R. (2010).
Teori
teori
psikologi.
Yogyakarta: Ar-ruz Media Group.
Hadi, S. (2004). Metodologi Research Jilid
3. Yogyakarta : Andi
Handayani, M.M. (2000). Efektivitas
Pelatihan
Pengenalan
Diri
Terhadap Peningkatan Penerimaan
Diri dan Harga Diri Pada Remaja.
Journal psikologi, no.1 , 39-44
Apriani, P. (2006). Hubungan antara rasa
aman dan self esteem dengan
optimism masa depan pada eks
pekerja seks komersial. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta:
fakultas psikologi UMS
Hidayatullah, (2012). Agar Al Qur’an
Menjadi Motivasi Hidup Anda.
Jakarta : Pustaka Ikadi
Koentjoro, (1989). Perbedaan harga diri
remaja di daerah miskin penghasil
pelacur dan bukan penghasil
pelacur : laporan penelitian.
(tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bahrudin.(2009). Deskriptif jaudah tahfidz
al Qur’an santri hafidz di pondok
pesantren madrosatul Qur’anil
aziziyah
bringin
ngaliyan
semarang
tahun
2008/2009.
Skripsi.
Semarang:
fakultas
tarbiyah IAIN walisongo
Lestari, R. & Koentjoro. (2002). Pelatihan
berpikir
optimis
untuk
meningkatkan harga diri pelacur
yang tinggal dip anti dan luar
panti sosial. Jurnal indigenous.
Vol.6, No. 2, 134-146. Surakarta:
Fakultas psikologi. UMS
Chairani, L. & Subandi. (2010). Psikologi
santri penghafal Al-Qur’an :
peranan regulasi diri. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Lestari, R. & Lestari, S. (2005) pelatihan
berpikir optimis untuk mengubah
perilaku coping pada mahasiswa.
Jurnal psikodinamik. Vol.07, No.
2, 1-10 Fakultas psikologi. UMS
Chusniyah, T. & Pitaloka. (2008). Analisis
Wacana Pada Media Internet
Terhadap Optimisme dan Harapan
Tentang Masa Depan Indonesia.
Jurnal Sains Psikologi, Jilid 2,
10
Tjahjaningsih & Nuryoto. S. (1994). Harga
Diri Remaja yang Bertempat
Tinggal di dalam Lingkungan
Kompleks Pelacuran dan di luar
Kompleks
Pelacuran.
Jurnal
Psikologi, No. 2, 9-16
Mikasari. (2010). Hubungan Antara
Optimisme Masa Depan Dengan
Kecendrungan Problem Focused
Coping Pada Mahasiswa Bangka
Yang Berada Di Yogyakarta.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Yogyakarta : Fakultas Psikologi
UAD
Ubaydillah, A.N. (2007). Optimis Kunci
Meraih Sukses. Jakarta: PT
Perspektif
Media
Komunika
(vision 03)
Minchinton, J. (1993). Maximum Self
Esteem : The Hand Book for
reclaiming your sense of self
worth. Kuala Lumpur: Golden
Books Center Sdn, Bhd.
Ustman N, M. (2005). Psikologi dalam Al
Qur’an: terapi Qur’ani dalam
penyembuhan gangguan kejiwaan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Naderi,H. ,Abdullah,R. ,Aizan,H.T.
,Shahrir,J. ,& Kumar,V. (2009).
Self
Esteem,Gender
And
Academic
Achievement
of
Undergraduate
Student.
American journal of Scientific
Research (3), 26-37
Waskito, AM. (2013). The power of
optimism: membangun harapan
dan semangat umat berdasar Al
Qur’an,sunnah,dan
kehidupan
orang shaleh. Jakarta: Pustaka Al
kautsar.
Prihadi K, Chua M. (2012). Students'
Self-Esteem at School: The Risk,
the Challenge, and the Cure.
Journal
of
Education
and
Learning. Vol.6 (1) pp. 1-14
Widayanti, T. (2007). Hubungan Persepsi
Pengungkapan Diri Dengan Harga
Diri Pada Remaja. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Semarang: Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro
Putrianti, F.G. (2011). Kesuksesan peran
ganda wanita karir di tinjau dari
dukungan suami, optimisme, dan
strategi
coping.jurnal
ilmiah
berskala psikologi. Vol 09, No 1,
Mei 2007. Fakultas psikologi.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Widya N, D. (2011). Hubungan antara
optimisme dan coping stres pada
mahasiswa UEU yang sedang
menyusun
skripsi.
Journal
psikologi volume 9 no 1.
Rottinghaus, dkk. 2005.
The Career
Inventory: A Measure of CareerRelated
Adaptability
and
Optimism. Journal of Career
Assessment. Vol 13 No. 1 Febuary
2005. Sage Publications
Wiyarto, A. (2013). Motivasi Menghafal
Al Qur’an Pada Mahasantri
Pondok
Pesantren
Tahfizhul
Qur’an Di Surakarta. Skripsi
(Tidak diterbitkan).Surakarta :
Fakultas Psikologi UMS
Seligman, M.E.P. (1991). Learned
optimism. New York : A.A knopt.
Inc.
11
PADA SISWA SANTRI PROGRAM TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ALMUAYYAD SURAKARTA DAN IBNU ABBAS KLATEN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh :
SITI AISYAH
F 100 090 206 / G 000 090 206
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI / FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
iii
HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN
PADA SISWA SANTRI PROGRAM TAHFIDZ DI PONDOK PESANTREN ALMUAYYAD SURAKARTA DAN IBNU ABBAS KLATEN
Siti Aisyah
Susatyo Yuwono
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Saifuddin Zuhri
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self esteem
dengan optimisme masa depan pada siswa santri program tahfidz di pondok pesantren AlMuayyad Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat hubungan
positif antara self esteem dengan optimisme masa depan pada siswa santri program tahfidz di
pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten.
Subyek penelitian adalah siswa santri program tahfidz di pondok pesantren AlMuayyad Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten. Metode pengumpulan data menggunakan skala
self esteem dengan skala optimisme masa depan. Teknik analisis data yang digunakan adalah
korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,592; p = 0,000 (p < 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat
signifakan antara dukungan sosial dengan optimisme masa depan. Sumbangan efektif antara
variabel dukungan sosial terhadap optimisme masa depan sebesar 35%. Berdasarkan hasil
analisis diketahui variabel Self esteem mempunyai rerata empiric (RE) sebesar 112,62 dan
rerata hipotetik (RH) sebesar 95 yang berarti Self Esteem pada subyek tergolong tinggi.
Variabel optimisme masa depan diketahui rerata empirik (RE) sebesar 139,14 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 110 yang berarti optimisme masa depan pada subjek tergolong tinggi.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara self esteem dengan optimisme masa depan pada siswa santri program tahfidz
di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten.
Kata kunci : Self Esteem, Optimisme Masa Depan.
iv
RELATIONSHIP BETWEEN SELF ESTEEM IN THE FUTURE WITH OPTIMISM
ISLAMIC STUDENTS TAHFIDZ PROGRAM AT PONDOK PESANTREN AL MUAYYAD SURAKARTA AND ABBAS IBNU KLATEN
Siti Aisyah
Susatyo Yuwono
Faculty Of Psychology, Muhammadiyah University Of Surakarta
Saifuddin Zuhri
Faculty of Islamic Studies , University of Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
This study aims to determine whether there is a relation between self-esteem with
optimism the future of the students Tahfidz program at the Islamic boarding house of alMuayyad Surakarta and Ibnu Abbas Klaten. The hypothesis proposed that there is a positive
relation between self-esteem with optimism the future of the Islamic students of Tahfidz
program at the Islamic boarding house of al-Muayyad Surakarta and Ibnu Abbas Klaten.
.
The subject of this research is the Islamic students of Islamic boarding house in Al
Qur’an of Tahfidz Program of Al Muayyad Surakarta and Ibnu Abbas Klaten. The method of
collecting data used self esteem scale with optimism the future scale. The researcher analyzed
data using product moment correlation. Based on the analyzed product moment get the score
of correlation coefficient ( r ) as 0,592; p = 0,000 (p < 0,01) its means the research has
positive relation that many significant between self esteem with optimism the future. The
effective variable from self esteem to optimism the future is 35%. Based on result of analyze
the researcher know the Self Esteem variable have Empiric Average ( Rerata Empirik (RE))
112,62 and Hypothetic Average (Rerata Hipotetik (RH)) 95 its mean the Self esteem in the
subject appertain high. Based on result of analyze the researcher know the optimism the
future variable have Empiric Average ( Rerata Empirik (RE)) 139,14 and Hypothetic
Average (Rerata Hipotetik (RH)) 110 its mean the optimistic future in the subject appertain
high. The conclusion is there are have positive relation very significant between self esteem
and optimism the future of the Islamic students of Islamic boarding house in Al Qur’an of
Tahfidz Program of Al Muayyad Surakarta and Ibnu Abbas Klaten.
Keywords: Self Esteem, Optimism Future
v
umat islam untuk menjaga dan memelihara
PENDAHULUAN
Al Qur’an. Banyak dari generasi muda
Setiap orang memiliki berbagai
harapan
terhadap
masa
depan,
sekarang ini ingin menghafal Al Qur’an,
agar
tetapi mereka khawatir dan takut akan
harapan tersebut dapat di kabulkan oleh
persoalan
Allah ada beberapa hal yang harus di
membosankan. Sehingga tidak sedikit para
sedang mereka jalankan untuk menempuh
penghafal Al Qur’an yang putus di tengah
tujuan atau masa depan yang di inginkan.
jalan ( tidak selesai 30 juz ) dan tidak
optimis
dapat menjaga hafalan yang dihafalnya.
individu harus memiliki self esteem. Self
esteem
menjaga
Al Qur’an itu beban yang berat dan
putus asa, dan optimis terhadap apa yang
sikap
bisa
Qur’an merasa bahwa aktifitas menghafal
perintah Allah, bekerja keras, tidak mudah
menumbuhkan
tidak
hafalannya. Bahkan banyak penghafal Al
penuhi yaitu berdo’a dan taat kepada
Untuk
jika
dari
Berdasarkan hasil wawancara yang
kepercayaan atau perasaan tentang diri kita
dilakukan peneliti di Pondok Pesantren Al
atau persepsi kita terhadap diri sendiri
Muayyad
tentang motivasi, sikap, perilaku, dan
menunjukkan bahwa santri tahfidz tersebut
penyesuaian emosi yang mempengaruhi
mengatakan merasa sulit untuk menambah
kita.Hal tersebut sesuai dengan pendapat
hafalan yang akan di setorkan kepada
Seligman (dalam Lestari & Koentjoro.
ustadz atau ustadzah karena banyak tugas-
2002)
tugas lain yang juga harus dikerjakan
merupakan
faktor
kumpulan
yang
mempengaruhi
dan
Ibnu
Abbas
Klaten,
dan
seperti tugas sekolah dan tugas dari
eksternal, adapun faktor internal yang
pondok, dan santri tahfidz tersebut juga
self
mengatakan belum memiliki gambaran
optimisme
yaitu
mempengaruhi
faktor
optimisme
internal
adalah
esteem yang memberi motivasi atau sikap
masa
yang membangun akan menumbuhkan
mengikuti tuntutan atas dasar perintah dari
sikap optimis sebaliknya kurang adanya
orang tuanya. Mereka merasa tidak yakin
self esteem akan menurunkan bahkan
apakah dengan kemampuan yang mereka
menghilangkan sikap optimis seseorang.
miliki saat ini dapat membawa mereka ke
depan
yang
jelas
dan
masih
masa depan yang mereka inginkan.
Program tahfidz adalah sebuah
Menurut
program yang dikhususkan bagi siswa
Seligman
(1991)
santri yang mempunyai keinginan untuk
Optimisme adalah keyakinan individu
menghafal Al Qur’an. Hal ini termasuk
bahwa peristiwa buruk atau kegagalan
usaha-usaha yang dilakukan oleh sebagian
hanya
1
bersifat
sementara,
tidak
mempengaruhi semua aktivitas dan bukan
(akan terus terjadi dalam situasi berbeda-
mutlak disebabkan diri sendiri tetapi bisa
beda).
Aspek –aspek yang mempengaruhi
situasi, nasib atau orang lain.
Menurut
Ubaydillah
optimisme
(2007)
pertama
optimisme
depan
menurut
Ubaydillah (2007), dibagi menjadi 3 yaitu:
Optimisme mengandungdua pengertian,
yang
masa
1. Aspek kognitif;
dipandang
sebagai doktrin hidup yang mengajarkan
2. Aspekafektif
untuk meyakini adanya kehidupan yang
3. Aspekkonatif
lebih baik (memiliki harapan) dan yang
Self esteem merupakan salah satu
kedua optimisme berarti kecendrungan
kebutuhan
batin untuk merencanakan aksi, peristiwa
kepercayaan,
atau hasil yang lebih baik. Optimis berarti
kebutuhan akan keberhasilan, kebutuhan
meyakini adanya kehidupan yang lebih
akan
baik dan keyakinan itu digunakan untuk
perasaan
menjalankan
(Sarwono,
aksi
(sebagai
psikologis
yang
kebutuhan
memperoleh
mampu.
ekonomi,
pengetahuan
Baron
2010)
meliputi
dan
dan
Byrne
mendefinisikan
self
drive/dorongan/energi) yang lebih baik
esteem
guna meraih hasil yang lebih baik.
dilakukan oleh seseorang individu dan
sebagai
penilaian
diri
yang
Menurut Seligman (1991), faktor-
biasanya berkaitan dengan dirinya sendiri.
faktor yang mempengaruhi optimisme
Penilaian tersebut mencerminkan sikap
masa depan dapat disimpulkan sebagai
penerimaan
dan
berikut :Kepercayaan diri, Harga diri,
menujukkan
seberapa
Akumulasi pengalaman sukses, Dukungan
percaya bahwa dirinya mampu, penting,
sosial,
berhasil, dan berharga.
Shapiro
Risnawati,
jauh
serta
individu
&
Proses pembentukan self esteem
mendefinisikan
tersebut dari interaksi individu dengan
(dalam
2011)
penolakan
Ghufron
optimisme masa depan lebih dari sekedar
lingkungannya.
berpikir
optimisme
pengalaman seseorang dalam kehidupan
diartikan sebagai kecendrungan untuk
sehari-hari bersama individu lain. Dalam
memandang segala sesuatu dan sisi kondisi
interaksinya dengan orang lain individu
baiknya, mengharapkan hasil yang paling
berusaha mengenal seperti apa orang lain
memuaskan.
dan
positif,
bahwa
Individu
yang
optimis
seperti
Yaitu
apa
dirinya.
memulai
Menurut
percaya bahwa peristiwa positif yang
Rosenberg (dalam Prihadi k & Chua M.
membahagiakan bersifat permanen (akan
2012) persoalan mengenai siapa diri kita
terus terjadi sepanjang waktu) dan pervasif
atau siapa saya akan membentuk suatu
2
konsep yang terorganisasi di dalam diri
Aspek
self
esteem
yang
seseorang. Konsep tersebut kemudian akan
dikemukakan oleh Michinton (1993) yaitu:
membentuk
(1)
suatu
persepsi
secara
menerima,
menghormati
dan
keseluruhan tentang kualitas, kemampuan,
menghargai dirinya sendiri, (2) memegang
dorongan dan sikap yang dimilikinya
kendali atas hidupnya sendiri, (3) toleransi
dalam berhubungan dengan orang lain. Hal
terhadap orang lain dan (4)merencanakan
tersebut akan membentuk self image dari
serta merealisasikan tujuan hidup secara
individu yang kemudian akan membentuk
optimal.
self esteem. Menurut (Chaplin 2001) Self
Berdasarkan pada uraian di atas,
esteem adalah penilaian diri yang di
pengaruhi
oleh
sikap
maka perumusan masalah dalam penelitian
interaksi,
ini adalah : Apakah ada hubungan antara
penghargaan, dan penerimaan, orang lain
dukungan self esteem dengan optimisme
terhadap individu.
masa depan pada siswa santri program
Self esteem (harga diri) dalam
tahfidz di pondok pesantren Al Muayyad
perkembangannya terbentuk dari hasil
Surakarta dan Ibnu Abbas Klaten?
interaksi individu dengan lingkungan dan
atas sejumlah penghargaan,penerimaan,
Tujuan dari penelitian ini adalah
dan pengertian orang lain terhadap dirinya.
untuk mengetahui: Hubungan antara self
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga
esteem dengan optimisme masa depan
diri di antaranya :
pada siswa santri tahfidz di pondok
a. Jeniskelamin
pesantren, seberapa besar peranan self
b. Intelegensi
esteem terhadap optimisme masa depan,
c. Kondisifisik
tingkat self esteem pada siswa santri
d. Lingkungankeluarga
tahfidz di pondok pesantren, tingkat
e. LingkunganSosial
optimisme pada siswa santri tahfidz di
pondok pesantren.
Dari
uraian
diatas
dapat
Hasil penelitian ini diharapkan
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dapat diambil manfaatnya yaitu :Bagi
mempengaruhi harga diri (self esteem)
pondok pesantren Al Muayyad, hasil
dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
yaitu faktor internal, seperti jenis kelamin,
sebagai masukan dalam penyelenggaraan
intelegensi, kondisi fisik individu, dan
faktor
eksternal
seperti
program tahfidz, bagi santri program
lingkungan
tahfidz, penelitian ini diharapkan dapat
sosial,sekolah dan keluarga.
3
disosialisasikan kepada santri sehingga
aspek-aspek
dapat membantu santri mengatasi masalah
optimisme
yang
yang berkenaan dengan proses menghafal
Ubaydillah
(2007),
Al
dapat
Afektif, dan Konatif. Semakin tinggi skor
yang
jawaban berarti semakin besar optimisme
dimilikinya, bagi peneliti lain, penelitian
seseorang, sebaliknya semakin rendah skor
ini diharapkan dapat menambah referensi
jawaban berarti semakin kecil optimisme
yang dibutuhkan mengenai penelitian.
seseorang terhadap masa depannya.
Qur’annya
memaksimalkan
sehingga
segala
potensi
yang
mempengaruhi
dikemukakan
yaitu:
oleh
Kognitif,
Hipotesis dari penelitian ini ada
Self esteem adalah penilaian yang
hubungan yang positif antara self esteem
dilakukan oleh individu untuk memandang
dengan optimisme masa depan pada siswa
dirinya sendiri terutama mengenai sikap
santri tahfidz, semakin tinggi self esteem
penerimaan
maka semakin tinggi optimisme masa
kepercayaan
depan dan semakin rendah self esteem
kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan
maka semakin rendah optimisme masa
keberhargaan terhadap dirinya sendiri.
depan pada siswa santri tahfidz.
Variabel ini di ungkap dengan skala self
atas
seberapa
individu
besar
terhadap
esteem berdasarkan teori dari Minchinton
METODE PENELITIAN
yang disusun oleh Adilia (2010),yang
meliputi tiga faktor yakni : perasaan
Variable yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
mengenai diri sendiri, perasaan terhadap
:Variabel
hidup dan hubungan dengan orang lain.
tergantung;optimisme masa depan dan
Semakin tinggi skor jawaban berarti
variabel bebas; self esteem
semakin besar self esteem seseorang,
Optimisme masa depan adalah
sebaliknya semakin rendah skor jawaban
suatu bentuk mental dan pola pikir
berarti
seseorang yang positif serta pengharapan
clinical (2005).
terlepas dari segala kecemasan, keadaan
lain
esteem
Self esteem dan Marilyn J Sorensen Phd
keyakinan serta semangat hidup agar dapat
gangguan
self
diadaptasi dari buku Minchinton Maximum
dirinya dan memandang dengan penuh
dan
kecil
seseorang. Beberapa item Self esteem
yang baik dalam menghadapi masa depan
terburuk
semakin
Sampel dalam penelitian ini adalah
untuk
seluruh siswa santri tingkat SMA kelas X
mencapai tujuan atau sasaran hidup yang
sampai kelas XII yang berusia 16-18 tahun
berkualitas. Variabel ini diungkap dengan
di Ponpes Al Muayyad Surakarta dan Ibnu
skala optimisme masa depan berdasarkan
Abbas Klaten yang mengambil program
4
tahfidz Qur’an. Adapun sampel yang
Michinton
digunakan dalam penelitian ini adalah
menerima,
Purposive
menghargai
Sample,
yaitu
penelitian
(1993)
yang
meliputi:
menghormati,
dirinya
dan
sendiri,
sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri
memegang kendali atas hidupnya
populasi
sendiri, toleransi terhadap orang lain
yang
sudah
diketahui
dan
sebelumnya.
Adapun karakteristik atau ciri –ciri
merencanakan
serta
merealisasikan tujuan hidup secara
optimal.
subjek penelitian yang sudah ditentukan
oleh peniliti adalah mereka terdaftar
Metode
sebagai siswa santri program tahfidz di
pondok pesantren Al Muayyad Surakarta
dan
Ibnu
Abbas
Klaten.
Teknik
dengan
non
cara
digunakan
untuk
penelitian
adalah
random
yang
antara
digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu
Optimisme
masa
product
dengan
optimism
optimism masa depan. Hal ini berarti
semakin tinggi (kuat) self esteem maka
aspek optimism masa depan yang
semakin tinggi optimism masa depan,
dikemukakan oleh Ubaydillah (2007),
sebaliknya semakin rendah self esteem
yaitu: Kognitif, Afektif, danKonatif.
seseorang
2. Skala selfesteem digunakan untuk
maka
semakin
rendah
optimisme masa depannya.
self
Hasil di atas menunjukkan bahwa
esteem yang dialami oleh subjek.
esteem
esteem
sangat signifikan antara self esteem dengan
skala optimism berdasarkan aspek-
self
self
0,01) artinya ada hubungan positif yang
optimism
tingkat
olehpeneliti
korelasi (r) sebesar 0,592; p = 0,000 (p <
dalam penelitian ini menggunakan
seberapa
dilakukan
yang ditunjukkan dengan nilai koefisien
tingkat optimism individu akan masa
Pengukuran
telah
masadepan siswa santri program tahfidz
depan
digunakan untuk mengetahui seberapa
Pengukuran
korelasi
data
menunjukkan hasil bahwa ada korelasi
penelitian ini berbentuk skala. Skala yang
mengetahui
menganalisis
Berdasarkan hasil analisis data
Alat ukur yang diperlukan dalam
depannya.
yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
purposive sampling
1. Skala
data
moment.
pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan
analisis
self esteem mempunyai pengaruh yang
dalam
penting terhadap optimism masadepan
penelitian ini menggunakan skala self
pada siswa santri tahfidz. Individu yang
esteem berdasarkan aspek-aspek dari
5
memiliki self esteem tinggi memiliki ciri-
tahfidz
ciri,
permasalahan
dapat
menerima
dan
dalam
mengatasi
yang
dirasakan
segala
atau
mengapresiasikan dirinya sendiri dalam
diterima, dapat menerima dan merasakan
kondisi apapun, merasa nyaman dengan
kenyamanan, perlindungan, penghargaan
keadaan
dan bantuan yang diberikan orang lain atau
dirinya,
berprasangka
baik
terhadap dirinya sendiri, jika tidak bagi
sekelompok
orang lain, setidaknya bagi dirinya sendiri
meningkatkan perilaku optimis dalam
serta memiliki control emosi yang baik dan
dirinya, memiliki kemauan dan keyakinan
terbebas
serta harapan, selektif untuk meraih hasil
dari
perasaan
menyenangkan,
yang
kemarahan,
tidak
ketakutan,
kesedihandan
rasa
bersalah,
merancang,
merencanakan,
merealisasikan
segala
sesuatu
orang
yang lebih baik,
yang
dapat
memberikan dorongan
dapat
atau pengobatan semangat dan nasehat
dan
kepada orang lain dalam suatu situasi
yang
pengambilan keputusan.
diharapkan atau menjad itujuan hidupnya
Individu dengan self esteem yang
secara optimal. Self esteem yang tinggi
tinggi akan lebih mudah beradaptasi
akan berpengaruh secara positif pada sikap
dengan lingkungan mereka, karena mereka
dan perilaku individu untuk lebih optimis
dapat mengekspresikan diri dengan baik
terhadap
dalam lingkungan dimana mereka berada.
masa
depannya,
misalnya
individu yang optimis akan masa depannya
Lain
berusaha menggapai pengharapan dengan
memiliki self esteem
pemikiran
akan
dikatakan kurang dapat mengekspresikan
kelebihan yang dimiliki. Individu yang
diri dengan baik dan sangat tergantung
optimis biasa bekerja keras menghadapi
dengan lingkungan mereka. Kebanyakan
stress tantangan sehari-hari secara efektif,
dari mereka merasa takut akan mengalami
berdoa dan
faktor
kegagalan dalam mengadakan hubungan
keberuntungan dan faktor lain yang turut
sosial dengan orang lain dalam lingkungan
mendukung keberhasilannya, merasa yakin
mereka karenanya secara pasif selalu
memiliki kekuatan untuk menghilangkan
mengikuti apa yang ada dalam lingkungan
pemikiran negatif, berusaha meningkatkan
Minchinton (dalam Adilia 2010).
kekuatan
yang
positif,
mengakui
diri,
dan
yakin
adanya
halnya
dengan
individu
yang
rendah, mereka
menggunakan
Berdasarkan hasil analisis diketahui
pemikiran yang inovatif untuk menggapai
variable self esteem mempunyai rerata
kesuksesan.
empirik (RE) sebesar 112,62dan rerata
self
esteem
dapat
hipotetik (RH) sebesar 95 yang berarti self
membantu seseorang termasuk siswa santri
esteem pada subjek tergolong tinggi.Rincia
Adanya
6
nkategorinya di dapatkan sebanyak 8
progam
subjek (7%) pada kategori sangat tinggi,
penelitian
76 subjek (66,1%) pada kategori tinggi, 31
memiliki self esteem yang berupa aspek-
subjek (26,9%) pada katagori sedang, 0
aspek (1) menerima,menghormati dan
subjek (0%) pada kategori rendah, 0
menghargaidirinya sendiri, (2) memegang
subjek (0%) pada kategori sangat rendah.
kendali atas hidupnya sendiri, (3) toleransi
Dengan diagram sebagai berikut :
terhadap orang lain dan (4) merencanakan
tahfidz
ini
atau
pada
subjek
dalam
dasarnya
sudah
serta merealisasikan tujuan hidup secara
Gambar 1
Diagram Self Esteem
optimal.
Sedangkan variable optimism masa
Sangat Rndah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
depan diketahui rerata empirik sebesar
0% 0%
(RE) 139,14 dan rerata hipotetik (RH)
7%
sebesar 110 yang berarti optimisme masa
27%
depan subjek tergolong tinggi. Rincian
kategorinya di dapatkan sebanyak 27
66%
subjek (23,4%) pada kategori sangat
tinggi, 76 subjek (66,1%) pada kategori
tinggi, 11 subjek (9,6%) pada katagori
Hal ini menunjukkan pada variable
sedang, 1 subjek (0,9%) pada kategori
self esteem siswa santri program tahfidz
rendah, 0 subjek (0%) pada kategori sangat
dominan memiliki self esteem yang tinggi,
rendah. Dengan diagram sebagai berikut :
terlihat sebanyak 76 subjek (66,1%)
Gambar 2
Diagram Optimisme Masa Depan
berkategori tinggi, serta sebanyak 8 subjek
(7%) yang memiliki self esteem yang
sangat tinggi. Walapun yang dominan self
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
esteem pada siswa santri tahfidz ini tinggi,
Sedng
0% 1%
namun masih ada sebanyak 31 subjek
10%
(26,9%) yang self esteemnya ber kategori
23%
sedang. Kategori yang sedang dalam self
esteemdapat
menunjukan
kecenderungan
masih
adanya
kurangnya
66%
self
esteem ( hargadiri ) yang dimiliki subyek.
Hal ini menunjukkan pada variabel
Kondisi ini dapat diinterpretasikan
optimisme
bahwa siswa santri yang mengambil
7
masa
depan
siswa
santri
program
tahfidz
memiliki
perilaku atau aspek yang terdapat pada
optimisme yang tinggi, terlihat sebanyak 1
optimisme masa depan yaitu (1) Kognitif,
(0,9%) subyek berkategori optimisme
berusaha dan merasa percaya diri akan
rendah, 11 (9,6%) subyek berkategori
kemampuan dan memiliki keyakinan dan
sedang, 76 subjek (66,1%) berkategori
harapan,mempunyai rencana dan langkah
optimisme yang tinggi serta sebanyak 27
yang terfokus dan selektif untuk meraih
subjek (23,4%) yang memiliki optimisme
hasil yang lebih baik, positif dan realistis
yang
serta dapat menerima fakta. (2) Afektif,
sangat
dominan
tinggi.
Seperti
yang
diungkapkan Shapiro (dalam Ghufron &
tidak
Risnawati,
perasaan yang positif terhadap diri dan
2011)
mengenai
aspek
membesar-besarkan
masalah,
optimisme masa depan berarti subjek yang
kemampuannya,
memiliki kategorisasi tinggi dan sangat
yang baik dan mampu menikmati hidup
tinggi memiliki tujuan mempunyai rencana
sehingga bisa membedakan hal yang salah
dan langkah yang berfokus secara selektif
(menyimpang) dan hal yang benar. (3)
untuk meraih hasil yang lebih baik dan
konatif, mempunyai perilaku yang lebih
memandang segala sesuatu dan sisi kondisi
baik guna meraih hasil yang lebih baik,
baiknya, mengharapkan hasil yang paling
mampu menjalankan agenda perbaikan diri
memuaskan. Walapun dominan optimisme
secara terus-menerus.
masa depan pada siswa santri tahfidz ini
Sesuai
tinggi, namun masih ada sebanyak 3
dikemukakan
subjek
Nuryoto
(3%)
yang
optimismenya
memiliki
dengan
oleh
(1994)
penghayatan
pendapat
yang
Tjahjaningsih
menyatakan
&
bahwa
berkategori sedang. Kategori yang sedang
penilaian orang lain terhadap atribut yang
dalam
melekat
optimisme
dapat
menunjukan
pada
diri
remaja
sangat
adanya kecenderungan masih terdapatnya
berpengaruh pada penilaiannya terhadap
permasalahan-permasalahan
pada
dirinya sendiri. Atribut yang di nilai baik
santri
dari orang lain atau lingkungan akan
program tahfidz seperti kurangnya percaya
membuat bangga seseorang. Sehingga bias
diri,
menaikkan
optimisme
masa
merasa
depan
siswa
dirinya
berharga,kurangnya
dukungan
tidak
dari
orang lain akan membuat orang tersebut
marasa malu dan membuat self esteemnya
Kondisi ini dapat diinterpretasikan
bahwa siswa santri yang mengambil
tahfidz
atau
subjek
esteemnya.Sedangkan
atribut seseorang yang dinilai buruk oleh
keluarga dan lingkungan sekitarnya.
progam
self
rendah.
dalam
Peranan atau sumbangan efektif
penelitian ini pada dasarnya memiliki
variable self esteem terhadap optimisme
8
masa depan sebesar 35%, ditunjukkan oleh
muncul dalam pencapaian tujuan atau
koefisien determinan (r²) = 0,350. Hal ini
target seorang individu.
berarti masih terdapat 65% faktor-faktor
Seseorang
memiliki
self
esteemyang tinggi dapat menghormati
lain yang mempengaruhi optimisme masa
esteem,
dirinya dan memiliki keyakinan penuh
diantaranya minat, motivasi, kepercayaan
bahwa diri kita adalah sesosok yang
diri, dari lingkungan maupun personal dan
penting dan apapun itu jika tidak berlaku
sebagainya.
ini
bagi orang lain, setidaknya berlaku pada
menunjukkan bahwa self esteem dengan
diri kita sendiri. Selain itu juga dapat
segala aspek yang terkandung di dalamnya
memaklumi dan memaafkan diri sendiri,
memang memberikan kontribusi untuk
atas
dapat menumbuhkan optimisme akan masa
ketidaksempurnaan yang ia miliki. Mereka
depannya,
depan
depan
di
luar
variabel
Hasil
meskipun
tidak
hanya
self
yang
penelitian
segala
kekurangan
dan
optimisme
masa
yang memiliki self esteem yang tinggi juga
dipengaruhi
oleh
mampu menghargai nilai personal mereka
sebagai seorang individu,sehingga mereka
variabel tersebut.
Menurut Seligman (dalam Lestari
tidak mudah terpengaruh oleh pendapat
& Lestari. 2005) mengemukakan bahwa
orang lain. Mereka tidak akan merasa lebih
faktor-faktor
mempengaruhi
baik ketika mereka dipuji atau merasa
optimisme masa depan adalah faktor
buruk ketika mereka di kritisi. Perasaan
internal dan faktor
baik kita mengenai diri kita sendiri tidak
yang
eksternal.
Faktor
bergantung pada kondisi luar.
internal adalah kepercayaan diri, harga
diri, minat, motivasi dan Akumulasi
Berdasarkan uraian diatas dapat
pengalaman sukses, personal. Adapun
diambil kesimpulan ada hubungan yang
faktor
sangat signifikan antara self esteem dengan
eksternal
yang
mempengaruhi
dan dukungan sosial. Dengan adanya
memberikan pengaruh terhadap optimisme
dukungan sosial setiap permasalahan yang
masa depan pada siswa santri program
timbul akan mampu untuk diatasi dan
tahfidz di Ponpes MA Al Muayyad
diselesaikan jika mahasiswa memiliki
surakarta dan PPTQ Ibnu Abbas Klaten .
sikap optimisme dimana optimisme itu
Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan
sendiri berupa harapan-harapan positif
yaitu, peneliti kurang dapat memonitor
yang akan membantu seseorang untuk bisa
subjek dalam pengerjaan skala penelitian,
mengatasi
sehingga dalam menjawab dimungkinkan
yang
9
depan.
esteem
optimisme
hambatan-hambatan
masa
self
optimisme masa depan adalah lingkungan
Nomor 2 November 2012.
Malang: UNM & Universitas
YARSI
ada kesalahan persepsi responden terhadap
skala penelitian.
Elfiky, I. (2014). Terapi Berpikir Positif :
Biarkan Mukjizat dalam Diri
Anda Melesat Agar Hidup Lebih
Sukses dan Lebih Bahagia. Jakarta
: Zaman
DAFTAR PUSTAKA
Abdul K, A.& As-sirjani, R. (2008). Cara
cerdas hafal al-Qur’an. Solo :
AQWAM
Adilia,
MD. (2010). Hubungan Self
Esteem dengan Optimisme Meraih
Kesuksesan Karir Pada mahasiswa
fakultas psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Jakarta:
fakultas psikologi UIN Sarif
Hidayatullah
Ghufron, M. N.& Risnawita, S. R. (2010).
Teori
teori
psikologi.
Yogyakarta: Ar-ruz Media Group.
Hadi, S. (2004). Metodologi Research Jilid
3. Yogyakarta : Andi
Handayani, M.M. (2000). Efektivitas
Pelatihan
Pengenalan
Diri
Terhadap Peningkatan Penerimaan
Diri dan Harga Diri Pada Remaja.
Journal psikologi, no.1 , 39-44
Apriani, P. (2006). Hubungan antara rasa
aman dan self esteem dengan
optimism masa depan pada eks
pekerja seks komersial. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta:
fakultas psikologi UMS
Hidayatullah, (2012). Agar Al Qur’an
Menjadi Motivasi Hidup Anda.
Jakarta : Pustaka Ikadi
Koentjoro, (1989). Perbedaan harga diri
remaja di daerah miskin penghasil
pelacur dan bukan penghasil
pelacur : laporan penelitian.
(tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bahrudin.(2009). Deskriptif jaudah tahfidz
al Qur’an santri hafidz di pondok
pesantren madrosatul Qur’anil
aziziyah
bringin
ngaliyan
semarang
tahun
2008/2009.
Skripsi.
Semarang:
fakultas
tarbiyah IAIN walisongo
Lestari, R. & Koentjoro. (2002). Pelatihan
berpikir
optimis
untuk
meningkatkan harga diri pelacur
yang tinggal dip anti dan luar
panti sosial. Jurnal indigenous.
Vol.6, No. 2, 134-146. Surakarta:
Fakultas psikologi. UMS
Chairani, L. & Subandi. (2010). Psikologi
santri penghafal Al-Qur’an :
peranan regulasi diri. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Lestari, R. & Lestari, S. (2005) pelatihan
berpikir optimis untuk mengubah
perilaku coping pada mahasiswa.
Jurnal psikodinamik. Vol.07, No.
2, 1-10 Fakultas psikologi. UMS
Chusniyah, T. & Pitaloka. (2008). Analisis
Wacana Pada Media Internet
Terhadap Optimisme dan Harapan
Tentang Masa Depan Indonesia.
Jurnal Sains Psikologi, Jilid 2,
10
Tjahjaningsih & Nuryoto. S. (1994). Harga
Diri Remaja yang Bertempat
Tinggal di dalam Lingkungan
Kompleks Pelacuran dan di luar
Kompleks
Pelacuran.
Jurnal
Psikologi, No. 2, 9-16
Mikasari. (2010). Hubungan Antara
Optimisme Masa Depan Dengan
Kecendrungan Problem Focused
Coping Pada Mahasiswa Bangka
Yang Berada Di Yogyakarta.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Yogyakarta : Fakultas Psikologi
UAD
Ubaydillah, A.N. (2007). Optimis Kunci
Meraih Sukses. Jakarta: PT
Perspektif
Media
Komunika
(vision 03)
Minchinton, J. (1993). Maximum Self
Esteem : The Hand Book for
reclaiming your sense of self
worth. Kuala Lumpur: Golden
Books Center Sdn, Bhd.
Ustman N, M. (2005). Psikologi dalam Al
Qur’an: terapi Qur’ani dalam
penyembuhan gangguan kejiwaan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Naderi,H. ,Abdullah,R. ,Aizan,H.T.
,Shahrir,J. ,& Kumar,V. (2009).
Self
Esteem,Gender
And
Academic
Achievement
of
Undergraduate
Student.
American journal of Scientific
Research (3), 26-37
Waskito, AM. (2013). The power of
optimism: membangun harapan
dan semangat umat berdasar Al
Qur’an,sunnah,dan
kehidupan
orang shaleh. Jakarta: Pustaka Al
kautsar.
Prihadi K, Chua M. (2012). Students'
Self-Esteem at School: The Risk,
the Challenge, and the Cure.
Journal
of
Education
and
Learning. Vol.6 (1) pp. 1-14
Widayanti, T. (2007). Hubungan Persepsi
Pengungkapan Diri Dengan Harga
Diri Pada Remaja. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Semarang: Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro
Putrianti, F.G. (2011). Kesuksesan peran
ganda wanita karir di tinjau dari
dukungan suami, optimisme, dan
strategi
coping.jurnal
ilmiah
berskala psikologi. Vol 09, No 1,
Mei 2007. Fakultas psikologi.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Widya N, D. (2011). Hubungan antara
optimisme dan coping stres pada
mahasiswa UEU yang sedang
menyusun
skripsi.
Journal
psikologi volume 9 no 1.
Rottinghaus, dkk. 2005.
The Career
Inventory: A Measure of CareerRelated
Adaptability
and
Optimism. Journal of Career
Assessment. Vol 13 No. 1 Febuary
2005. Sage Publications
Wiyarto, A. (2013). Motivasi Menghafal
Al Qur’an Pada Mahasantri
Pondok
Pesantren
Tahfizhul
Qur’an Di Surakarta. Skripsi
(Tidak diterbitkan).Surakarta :
Fakultas Psikologi UMS
Seligman, M.E.P. (1991). Learned
optimism. New York : A.A knopt.
Inc.
11