STUDI TENTANG PEMBUATAN MODEL PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT ALAT ASESMEN PRA MEMBACA DI SLB NEGERI PURWAKARTA.

DAFTAR ISI
Bab

BAB I

BAB II

LEMBAR PENGESAHA…………………………….……

i

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………….

ii

ABSTRAK ………………………………………………...

iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………


v

KATA PENGANTAR ………………………………….…

viii

DAFTAR ISI …………………………………………..…..

x

DAFTAR TABEL …………………………………………

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………

xiv

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah ………………………………..

1

B. Identifikasi Masalah ……………………….……….…..

7

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….…

8

D. Tujuan Penelitian ………………………………………….

10

E. Manfaat Penelitian ..…………………………………….

10


F. Definisi Operasional ……………………………………….

11

G. Metode Penelitian ……………………………………...

16

LANDASAN TEORITIS
A. Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan Bagi Orang
Dewasa
1. Pengertian Pelatihan (Training) ……........................

23

2. Pengertian Pendidikan Orang dewasa ……………….

26

3. Pengertian Pedagogik ……………………………….


31

4. Perbedana antara Pendidikan dan Pelatihan ………...

36

B. Pendidikan dan Latihan Sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Profesi Guru
1. Upaya Peningkatan Kualitas Profesi Guru ………….

37

2. Prinsip-Prinsip Pelatihan …………………………….

38

3. Macam- Macam Pelatihan Bagi Guru ……………….

40


i

BAB III

C. Pelatihan Untuk Mengembangkan Layanan Pendidikan
Kebutuhan Khusus
1. Pengertian Asesmen ………………………………..

43

2. Manfaat Asesmen ………………………………….

46

3. Asesmen Bagi Guru ….…………………………….

49

4.


Kreteria untuk Memilih Alat-Alat Asesmen ………

50

5.

Observasi, Analisis Kerja, dan Analisis Tugas ……

52

6.

Observasi dalam Asesmen ………………………...

53

7.

Pencatatan Hasil Asesmen ………………………..


55

44

8. Menginterpretasi, Melaporkan, dan Menggunakan
Data Asesmen ………………………………………
9. Pelaporan Hasil Asesmen …………………………..

56

10. Menyiapkan Program Pengajaran Individual (PPI) ...

61

11. Tim Diskusi ……………………………………………...

61

12. Asesmen Pra Membaca ........................................


62

57

METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian ………………………………...

68

2. Alasan Menggunakan Metode Penelitian ...………..

71

B. Prosedur Penelitian …………………………………...

72

1. Penelitian Tahap pertama ………………………..


72

2. Penelitian Tahap ke Dua …………………..…….

77

C. Teknik Pengumpulan Data

BAB IV

1. Wawancara ………………………………………

78

2. Angket (questioner) ……………………………..

79

D. Instrument Penelitian …………………………………


80

E.

Subyek Penelitian …………………………………….

80

F. Teknik Analisis Data …………………………………..

82

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

86

A. Hasil Penelitian
1. Data kondisi obyektif tentang dampak pelatihan
yang diikuti guru SLB Negeri Purwakarta terhadap

kemampuan membuat alat asesmen pra membaca
dan pelatihan yang diharapkan
ii

88

BAB V

a. Dampak pelatihan yang diikuti guru SLB Negeri
Purwakarta
b. Pelatihan yang diharapkan yang diharapkan oleh
guru

88

c. Draf panduan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan guru membuat alat asesmen pra
membaca

91

d. Model Validasi Panduan Pelatihan untuk
Meningkatkan Kemampuan Guru dalam
Membuat Alat Asesmen Pra Membaca
2. Kondisi obyektif tentang kemampuan guru SLB
Negeri Purwakarta dalam membuat alat asesmen
pra membaca dan cara melakukan asesmen pra
membaca
a. Kemamapuan guru SLB Negeri Purwakarta
dalam membuat alat asesmen pra membaca
b. Cara guru SLB Negeri Purwakarta melakukan
asesmen pra membaca
c. Draf modul asesmen pra membaca sebagai
materi pelatihan
d. Model validasi modul asesmen pra membaca
sebagai materi pelatihan
B. Pembahasan

96

89

110

110
112
115
118
126

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan …………………………………………….

139

C. Rekomendasi …………………………………………..

141

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..

144

iii

DAFTAR TABEL
No

Hal

1.

Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan ………………………

37

2.

Subbyek Penelitian Tahap I ………………………………...

87

3.

Subyek Subyek Penelitian Tahap II ………………………...

87

4.

Perubahan Model dan Isi Panduan Pelatihan ...……………..

100

5

Program pelatihan Asesmen Pra Membaca

102

5.

Perubahan Modul Asesmen Pra Membaca .………………...

125

6

Program Pelatihan ……………………………………………….

132

7

Jadual Kegiatan OJT Asesmen Pra Membaca …………………..

134

iv

DAFTAR GAMBAR
No

Hal

1.

Desain Penelitian …………………. ………………………

72

2.

Teknik Analisis Data ………………………………………

83

3.

Draf Panduan pelatihan ….. ………………………………...

93

4.

Model Validasi Panduan Pelatihan ………………………...

99

5.

Draf Awal Modul Asesmen Pra Membaca ..………………..

117

6.

Modul Asesmen Pra Membaca Hasil Validasi ...…………...

123

7.

Skenario Kegiatan Pelatihan …………………………………….

132

8.

v

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Halaman

1

Kisi-Kisi Instrumen penelitian ……………………………..

148

2

Panduan Wawancara ……………………………………….

153

3

Hasil Wawancara …………………………………………...

156

4

Pengkodean Jawaban Responden Tentang Pelatihan ………

204

5
6

Pengkodean Jawaban Responden Tentang Asesmen Pra
Membaca ……………………………………………………
Angket Panduan Pelatihan ………………………………….

222
242

7

Angket Modul Asesmen Pra Membaca .…………………….

245

8

Analisa Hasil Validasi Panduan Pelatihan ..……………………..

248

9

Analisa Hasil Validasi Modul Asesmen Pra Membaca …………..

250

10

Surat Pernyaataan Validator …………………………………….

11

Surat Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi

13

Surat Keterangan Telah melakukan Penelitian dari SLB ………….

14

Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis
Program Magister (S2) …………………

vi

D
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
Sarjita
Dilahirkan di Klaten Jawa Tengah pada
da tanggal 16 Juli
1966, adalah anak dari ayahanda Sarita
rita Yadi Suwarna
dan Ibunda Pardinem.

Mempunyai kakak
ka
perempuan

yang bernama Sri Suharni, kemudian
ian Suripto dan
Sriyanto adalah dua adikku.
Penulis mempunyai seorang istri bern
ernama Dra. Ani
Renaningtyas, yang meniti
m
karir sebagai guru SLB Negeri Purwak
akarta pada tahun
2000. Penulis dengan
an istri tercinta dikaruniai 4 putra, yang pertam
ama bernama Dim
Zarita Suryanygrahaa sekarang
s
kuliah smt 6 Fak. Elektro di UNJAN
JANI , yang kedua
bernama Mahardhika
ika Bathiarto Dim Zarita

kelas 6 SDN IV Nagiri Kaler

Purwakarta, ketiga bernama
b
Kalam Suryatmojo Dim Zarita kelas
kel 2 IV Nagiri
Kaler Purwakarta, dan
da yang ke empat bernama Rahadyan Bathia
thiarto Dim Zarita
belajar di TK Pembin
ina Purwakarta.
Pendidikan dilalui dari
dar SDN Pasung di Kecamatan Wedi, Kabupa
paten Klaten lulus
tahun 1978/1979, S
SMP Negeri I Wedi, Klaten lulus tahun 1981/1982,
1
SPG
Negeri Klaten luluss tahun 1984/1985, SGPLB Negeri Surakart
arta Jawa Tengah
program spesialisasi
si tunadaksa
t
lulus tahun 1987/1988. Mengajarr di
d SLB-C YPLB
Cipaganti Bandung pada
p
tahun 1988 bulan Pebruari dan sore harinya
ha
kuliah di
FKIP PLB program spesialisasi
sp
tunagrahita UNINUS Bandung lulus
lul tahun 1990.
Sekarang bertugas sebagai
se
guru SLB Negeri di Purwakarta, Dinas
Di
Pendidikan
Provinsi Jawa Baratt Jl.
J Vetran Gang Beringin No. 2 Purwakarta,
a, semenjak
s
mulai
tanggal 30 Desember
er 2000 hingga sekarang.
Alamat tempat tingga
gal penulis saat ini di Perumahan Panoramaa Indah, Blok H1
no.19 RT.49, RW. 12 Munjuljaya, Kec. Purwakarta, Kabupaten Purwakarta.
Pu

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Asesmen dalam pendidikan berfungsi untuk melihat kemampuan dan
kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan
apa yang sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajaran. Berdasarkan
informasi hasil asesmen seorang guru akan dapat menyusun program
pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan obyektif dari
anak tersebut. Oleh sebab itu kedudukan asesmen sangat penting, karena
suatu program pembelajaran disusun bermula dari

potensi yang dimiliki

peserta didik mengarah kepada kompetensi baru yang akan diajarkan.
Strategi pembelajaran yang aktif merupakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student centred). Pembelajaran merupakan suatu
proses yang bertujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan yang telah
dirumuskan, oleh sebab itu tujuan pembelajaran harus sesuai dengan
kebutuhan setiap individu. Karena kebutuhan setiap individu itu berbeda maka
perbedaan ini harus menjadi perhatian guru dalam menyampaikan
pembelajaran. Proses pembelajaran harus memperhatikan perbedaan masingmasing individu, baik perbedaan kecerdasan, emosi, sosial, bahasa,
lingkungan dan sebagainya.
Apabila proses pembelajaran kurang memperhatikan perbedaan
individual maka guru akan sulit untuk mengarahkan peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Karena peserta didik

1

2

tidak

mendapatkan

layanan

pembelajaran

yang

sesuai

dengan

kemampuan/potensinya. Untuk itu pendidikan harus berorientasi pada
kompetensi yang dikuasai oleh peserta didik sebagai tujuan pendidikan agar
lebih bermanfaat atau lebih fungsionalis.

Seperti teori belajar yang

dikemukakan oleh Piaget dalam Santrock dalam Wibowo (2008:46) bahwa:
“Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak
menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi) .
Sebuah skema (schema) adalah sebuah konsep atau kerangka yang eksis
di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan
menginterprestasikan informasi”.
Pernyataan tersebut dapat disimpulan bahwa anak-anak dalam
mempelajari sesuatu menggunakan potensi yang ada, potensi bisa merentang
dari yang sifatnya sederhana sampai skema kompleks. skema difokuskan
pada bagaimana anak mengorganisasikan dan memahami pengalaman mereka.
Jadi apabila pengetahuan baru dimasukkan ke dalam pengetahuan yang sudah
ada, maka disebut asimilasi, dan apabila pengetahuan yang sudah ada untuk
menyesuaikan ke dalam informasi baru hal ini disebut dengan akomodasi.
Kompetensi baru yang akan diajarkan tentunya berpatokkan pada
kurikulum nasional, sebelum proses belajar mengajar berlangsung seorang
guru harus mengumpulkan sejumlah informasi tentang potensi belajar peserta
didik selanjutnya dari hasil pengumpulan informasi dipergunakan untuk
menyusun program pembelajaran. Sebagai suatu contoh, hasil dari sebuah
asesmen bahwa anak itu mengalami kesulitan dalam dalam belajar
matematika, berdasarkan hasil asesmen tersebut sebagai guru tidak langsung
memmberikan label bahwa anak itu diskalkuli. Tetapi

guru segera

3

menyusun instrumen assesmen untuk menemukan hal-hal yang sangat
spesifik berkaitan dengan masalah dalam belajar matematika tersebut.
Dengan demikian program pendidikan didasarkan kepada kebutuhan
dan bukan berdasar program secara klasikal.
Asesmen adalah sebuah aktivitas pengumpulan informasi, tujuannya
ialah untuk menyediakan berbagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
edukasional yang cukup penting, apakah yang berkaitan dengan identifikasi
serta penempatan, perencanaan pembelajaran, atau pengawasan kemajuan
siswa serta keefektivan suatu program.

Proses asesmen diawali dengan

perencanaan yang teliti dan langkah-langkah persiapan dan yang paling
penting adalah pemilihan alat-alat yang tepat. Oleh sebab itu guru harus
memiliki keterampilan dalam membuat alat dan melakukan asesmen.
Sejumlah alat dipilih untuk asesmen yang akan mempengaruhi
keberhasilan proses pengumpulan data.

Penilaian yang tidak akurat akan

menghasilkan informasi yang kurang tepat dan informasi yang secara
potensial cukup berbahaya; alat-alat yang tidak tepat bahkan jika hasilnya
meskipun hasilnya cukup bagus, akan gagal menyediakan jenis informasi yang
dibutuhkan untuk membantu pengambilan keputusan pendidikan.
Ketepatan dari sebuah alat asesmen tergantung pada konteks di mana
alat ini akan dipergunakan.

Kualitas penilaian yang kurang baik akan

menghasilkan keputusan yang tidak akurat tidak pernah tepat, sebagian besar
alat asesmen menyediakan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah tujuan,
bagi sejumlah siswa, pada situasi tertentu. Dalam memutuskan manfaat dari

4

sebuah asesmen atau strategi, para guru pertama harus menjamin kelayakan
teknikalnya, baru kemudian menentukan nilainya bagi aktivitas asesmen
tertentu.
Pembelajaran individual terhadap anak berkebutuhan khusus harus
dimulai dari hasil asesmen, asesmen dilakukan bertujuan untuk melihat anak
saat itu dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran, sehingga dapat
memberikan perlakuan secara tepat.
Pengertian asesmen diagnostik dan preskriptif, asesmen dilakukan
untuk menegakan diagnostik dan berdasarkan diagnostik tersebut

dibuat

preskripsitif. Preskripstif dalam bentuk aktualnya adalah program pendidikan
yang diindividualkan (Individualized Education Program). Asesmen dilakukan
pertama kali sebelum kegiatan pembelajaran, tetapi sesungguhnya asesmen
berlangsung sepanjang proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan upaya
penanggulangan kesulitan belajar, asemen dilakukan untuk lima keperluan
yaitu:
1. penyaringan (screening),
2. pengalihtanganan (referral),
3. klasifikasi (classification),
4. perencanaan pembelajaran (instrucsional planning), dan
5. pemantauan hasil belajar anak (monitoring pupil progress).
Pada penyaringan anak-anak berkesulitan belajar di suatu kelas atau
suatu sekolah diidentifikasi untuk menentukan anak-anak mana yang
memerlukan pemeriksaan lebih komprehensif. Berdasarkan hasil pemeriksaan

5

ini anak diklasifikasikan untuk menentukan apakah mereka benar-benar
memerlukan pelayanan khusus. Tahap ini asesmen dilakukan untuk keperluan
klasifikasi kesulitan dan pada tahap perencanaan pembelajaran, asesmen
dilakukan untuk keperluan penyususnan program pembelajaran individual.
Selanjutnya tahap pemantauan kemajuan belajar anak, asesmen dilakukan
dengan menggunakan tes formal, tes informal, observasi dan prosedur
asesmen yang didasarkan atas kurikulum.
Pada kenyatannya guru-guru di SLB belum semua memiliki
keterampilan tentang asesmen informal, sehinga dalam pelaksanaan
pembelajaran belum benar-benar memperhatikan perbedaan kemampuan
setiap peserta didik. Hasil dokumentasi dan wawancara guru-guru mengatakan
bahwa dirinya belum memahami konsep asesmen, belum tahu cara membuat
alat asesmen dan melakukan asesmen dengan prosedur yang benar. Sehingga
guru-guru dalam mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung belum
dimulai dari hasil asesmen. Asesmen pra membaca dijadikan materi pelatihan
ini oleh peneliti karena dalam kegiatan belajar banyak dilakukan melalui
proses membaca, dan guru-guru lebih setuju dengan materi ini.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut perlu
adanya pendidikan dan pelatihan bagi guru, untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam membuat alat asesmen serta mampu melakukannya. Sehubungan
pelatihan diperuntukan bagi guru yang sudah bekerja dan bukan calon guru
maka pelatihannya yang tepat adalah pelatihan yang diselenggarakan di
lingkungan pekerjaan.

6

Pelatihan dapat dijadikan suatu wahana dalam peningkatan
pengetahuan atau keterampilan bagi guru ataupun karyawan lainnya agar
tugas yang menjadi tanggungjawabnya dapat dikerjakan secara efektif dan
efisien. Pengertian ini sejalan dengan hasil penelitian Handikin (2009) yang
berjudul “Efektifitas Model Pelatihan Dengan Konsep Mentoring Untuk
Meningkatkan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru Tentang Pendidikan
Inklusif,” dikatakan bahwa perilisan pengetahuan tentang pendidikan melalui
pelatihan dengan bentuk in house training disertai dengan kegiatan
pendampingan terbukti efektif dalam peningkatan kompetensi. Kesimpulan
dari penelitian tersebut

bahwa kegiatan pelatihan dengan teknik

pendampingan dapat meningkatkan kompetensi melalui model pelatihan
pendampingan.
Studi penelitian

lain yang membuktikan efektifitas pelatihan

(training) diterbitkan dalam jurnal di Korea oleh Jung dan Choi (1999). Jung
dan Choi menegaskan dari kursus pelatihan online di sektor swasta,
mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pendidikan
kursus online. Secara khusus, strategi desain yang baik yang menggabungkan
berbagai fitur internet dan mendorong interaksi aktif dengan instruktur dan
peserta didik lain dalam cara yang terorganisir yang terkait erat dengan
kualitas kursus online. Kesimpulan dan rekomendasi pelatihan Online guru
dipandang memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah:
1.

guru dapat mengakses pelatihan intern tanpa meninggalkan kelas mereka,

2. guru dapat meningkatkan literasi komputer mereka,

7

3. guru lebih mampu berinteraksi dengan pelatih mereka dan guru-guru lain
dengan cara online, dan
4. guru dapat mengakses data base kursus online yang dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.
Kegiatan pelatihan adalah salah satu bentuk pendidikan, pelatihan
pada pembahasan ini

dimaksudkan untuk menjelaskan

pengertian yang

berhubungan dengan pendidikan bagi orang dewasa. Serta proses belajar yang
dilandasi kerangka pikir khusus tentang pendidikan orang dewasa.
Pelatihan (training) yang diberikan oleh Dinas Pendidikan selama ini
belum menyentuh mengenai asesmen pembelajaran khususnya asesmen pra
membaca sehingga peneliti merasa perlu untuk meneliti hal tersebut. Begitu
juga sistem pelatihan selama ini perlu ditingkatkan strateginya, karena strategi
selama ini proses pelatihannya dengan cara guru datang ke tempat pelatihan
kemudian dilatih lalu pulang. Hal ini berlangsung dari tahun ke tahun, untuk
itu perlu adanya variasi teknik pelatihannya. Karena teknik yang diterapkan
dapat menggambarkan strategi pelatihannya/pembelajarannya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat diidentifikasi
masalah yang berkaitan dengan teknik pelatihan dan materi pelatihan selama
ini kemampuan guru dalam melakukan sasesmen hasilnya masih sangat
rendah. Masalah dalam penelitian ini terutama berkaitan dengan teknik
pelatihan dan faktor guru dalam mengasesmen peserta didik.

8

1. Masalah dampak pelatihan yang diikuti guru selama ini belum
berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra
membaca.
2. Masalah pelatihan tentang asesmen pra membaca yang diharapkan oleh
guru karena keterampilan tersebut belum dimiliki oleh guru.
3. Masalah yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam membuat alat
asesmen pra membaca serta kemampuan guru yang belum dapat
melakukan asesmen pra membaca yang belum optimal.
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang diuraikan pada bagian di atas
diperlukan adanya pelatihan (training) dengan sistem pelatihan dalam jabatan
dengan materi pelatihan tentang asesmen pra membaca, melalui pelatihan ini
diharapkan ada peningkatan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen
pra membaca. Sesuai dengani identifikasi masalah, maka penelitian ini
selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:
“Model Program Pelatihan yang Bagaimana, yang dapat
Meningkatkan Kemampun Guru dalam Membuat Alat Asesmen Pra
Membaca di SLB Negeri Purwakarta?”
Agar rumusan tersebut lebih jelas dan terarah, maka fokus sasarannya
dirumuskan melalui pertanyaan penelitian berikut:
1. Pertanyaan penelitian yang sesuai dengan kondisi obyektif di
lapangan, yaitu:

9

a. Apakah pelatihan yang selama ini diikuti guru memberi dampak
terhadap kemampuan membuat alat asesmen pra membaca?
b. Model program pelatihan seperti apa yang diharapkan oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan dalam membuat alat asesmen pra
membaca?
c. Bagaimana kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra
membaca saat ini?
d. Bagaimna cara guru melakukan asesmen pra membaca terhadap
peserta didiknya?

2. Pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan penyusunan model,
dan validasi model.
a. Bagaimana bentuk model awal program pelatihan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra
membaca?
b. Bagaimana bentuk draf materi pelatihan tentang asesmen pra membaca
yang sesuai sesuai bagi guru SLB Negeri Purwakarta?
c. Bagaimana model program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam membuat alat asesmen pra membaca yang telah divalidasi?
d. Bagaimana model asesmen pra membaca sebagai materi pelatihan
yang telah divalidasi?

10

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
“Membuat model program pelatihan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra
membaca di SLB Negeri purwakarta. Dan sebagai sub dari tujuan ini
adalah membuat modul materi pelatihan tentang asesmen pra membaca”.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka diperlukan data-data
melalui studi lapangan di SLB Negeri Purwakarta dan studi literatur untuk
menentukan komponen-komponen yang seharusnya ada dalam program
penyelenggaraan pelatihan dan komponen-komponen asesmen pra membaca.
Kemudian hasil studi lapangan dan studi literatur dijadikan bahan untuk
membuat draf panduan pelatihan dan draf modul asesmen pra membaca,
langkah selanjutnya adalah memvalidasi ke dua draf tersebut kepada tim ahli.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat:
a. Menemukan konsep tehnik pelatihan yang lebih fungsional untuk
peningkatan kemampuan guru SLB dalam melaksanakan tugas secara
professional.
b. Pengembangan wawasan tentang asesmen pembelajaran bagi guru
SLB yang dapat digunakan dalam pembuatan program pembelajaran
individual.

11

2. Manfaat praktis
a. Model program pelatihan ini dapat digunakan oleh kepala sekolah
dan

Dinas

Pendidikan

dalam

mengadakan

pelatihan

untuk

meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan
khususnya pelatihan tentang asesmen pra membaca.
b. Model program pelatihan ini dapat digunakan sebagai pembanding
oleh

kepala sekolah dan Dinas Pendidikan dalam mengadakan

pelatihan terhadap tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Modul asesmen pra membaca ini dapat digunakan oleh para pendidik
yang berminat untuk mengembangkan alat asesmen pra membaca
untuk mengasesmen peserta didiknya.
d. Modul asesmen pra membaca ini dapat digunakan sebagai
pembanding oleh para pendidik untuk mengembangkan alat asesmen
pra membaca.
e. Modul asesmen pra membaca ini dapat digunakan oleh kepala sekolah
dan Dinas Pendidikan sebagai materi pelatihan.

F.

Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran dalam memaknai kata-kata yang
merupakan inti dari penelitian ini sehingga akan mengakibatkan komunikasi
kurang berhasil termasuk mengkomunikasi hasil penelitian ini, untuk itu
penulis uraikan maksud dari kata-kata tersebut dalam bentuk definisi
operasional.

12

Definisi operasional ini diharapkan dapat memberikan kejelasan pada
kata-kata yang mengandung sifat keberagaman.
1.

Pengertian Pelatihan (Training)
Menurut Nitisemito dalam Gecko (1996:35) , mendefinisikan
tentang pelatihan atau training sebagai berikut: “pelatihan atau training
sebagai suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap, tingkah laku ketrampilan, dan pengetahuan dari
karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan”.
Maksud pengertian tersebut bahwa pelatihan yang dimaksudkan
adalah pelatihan dalam pengertian yang luas, tidak terbatas hanya untuk
mengembangkan ketrampilan semata-mata, Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pelatihan (training) adalah cara

atau

perbuatan melatih. Pelatihan tersebut dapat dilakukan pada waktu
seseorang belum melakukan pekerjaan, kegiatan ini sebagai proses
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku ketrampilan, dan
pengetahuan.
Jenis pelatihan ini ada dua yaitu pelatihan sebelum seseorang
memulai pekerjaan (pre service) dan pelatihan setelah seseorang sudah
melakukan pekerjaan (in service). Pelatihan pre service adalah instruksi
yang terjadi sebelum orang mulai suatu pekerjaan atau tugas. Manfaat
dari pre service training ini adalah peserta pelatihan dapat mengambil
semua waktu yang mereka butuhkan untuk fokus pada pelajaran mereka
tanpa tanggung jawab lain. Tetapi kelemahannya adalah tidak ada

13

kehidupan situasi nyata bagi terlatih untuk mempraktekkan keterampilan
yang mereka pelajari. Sebagai upaya mengatasi kelemahan tersebut
harus diupayakan praktek lapangan sehingga teori yang diperoleh dapat
diterapkan.
Pelatihan (training) perlu diciptakan situasi yang tepat, dalam
pelaksanaan in service training diantaranya: 1) peserta

yang dilatih

perlu pengalaman praktis sebelum mereka bisa atau akan mendapatkan
keuntungan dari pelatihan yang dimaksud,

2) jika tugas cukup

kompleks, peserta mungkin perlu mengulang pelatihan sehingga mereka
tahu bagaimana melakukan tugas dengan benar, 3) jika pengawasan
sedikit atau kurang pengawasan, pelatihan in service dapat membantu
mengisi kebutuhan ini.
2. Pendidikan Orang dewasa
Konsep pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu
proses yang membangun keinginan untuk bertanya dan belajar secara
berkesinambungan berlangsung sepanjang hidup. Menurut Pannen dalam
Suprijanto (2009) bahwa pendidikan orang dewasa berhubungan dengan
bagaimana untuk mengarahkan diri sendiri yang dimulai dari bertanya
dan mencari jawabanya sendiri.
3. Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan anak atau
ilmu pendidikan anak. Pedagogik adalah ilmu pendidikan yang
dibutuhkan guru, tentunya guru mengajar terhadap anak-anak yang

14

belum

dewasa.

Tugas

guru

bukan

hanya

mengajar

untuk

mennyampaikan atau mentrasformasikan ilmu pengetahuan kepada anak
di sekolah, melainkan guru juga bertugas mengembangkan kepribadian
anak

secara

terpadu.

Sehingga

anak

memiliki

pengetahuan,

keterampilan, serta sikap pribadi yang baik, untuk menghadapi segala
permasalahan hidupnya.
Pengertian pedagogik menurut Langeveld dalam Suprijanto
(2009:2) bahwa yang dimaksud dengan pedagogik adalah: “ilmu
mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan
pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak,
mendidik anak.”
Pendapat tersebut mengandung arti bahwa pengertian pedagogik adalah
ilmu mendidik tentang bagaimana cara membimbing anak atau mendidik
anak.
4.

Asesmen
Pengertian asesmen menurut Lerner dalam Mulyono, (2003:46):
“Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan
data seorang anak. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan
informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan
anak tersebut.”
Menurut herman at.all dalam Mulyono (1995:3) bahwa:
“Asesmen
adalah suatu proses atau upaya formal
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel
prnting pembelajaran sebagai bahan dalam mengambil keputusan
oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa”.

15

Dengan mengkaji kedua pendapat tersebut di atas maka dapat
penulis simpulkan bahwa yang disebut dengan asesmen adalah upaya
formal yang sistematis dilakukan oleh guru untuk menghimpun
informasi berkaitan dengan variabal-variabel dalam pembelajaran
sebagai bahan pengambil keputusan untuk memperbaiki proses belajar.
Dalam

konteks

pendidikan

asesmen

berfungsi

untuk

melihat

kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai
bahan untuk untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
Berdasarkan informasi hasil asesmen seorang guru akan dapat
menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan
kenyataan obyektif dari anak tersebut. Dengan demikian program
pendidikan didasarkan kepada kebutuhan, dan bukan berdasar
program secara klasikal.
5.

Asesmen pra membaca
Keterampilan pra membaca ini diperoleh melalui pendengaran
(auditori) dan penglihatan (visual). Seperti pendapat Rochyadi (2003)
yang ditulis dam makalah online tentang keterampilan pra-membaca
yang harus dikuasai anak sebelum terampil membaca:
…melihat faktor-faktor esensial dari kesadaran linguistik dan
kesadaran persepsi visual yang mempengaruhi kemampuan
membaca permulaan pada anak. Faktor-kator yang dikaji meliputi
kesadaran linguistik (fonem, morfem, semantic dan sintacsis) dan
kesadaran persepsi visual (visual discrimination, visual spacial,
visual figure and ground, visual memory) yang diduga menjadi
prasyarat dalam belajar membaca permulaan.

16

Menurut pendapat tersebut di atas bahwa persoalan membaca
sangat dipengaruhi oleh faktor kesadaran linguistik dan kesadaran
persepsi visual. Dan pada kenyataannya proses membaca dipengaruhi
akan pengamatan serta bunyi bahasa (sounds of language).
dalam

kutipan

Damaianti

Vismaia

dalam

Rochyadi

Seperti
(2011:1)

mengungkapkan “apapun yang dapat kita katakan tentang membaca,
tidak dapat dipisahkan dari kenyataan bahwa awalnya membaca
merupakan proses sensoris, dimana isyarat dan rangsangan untuk
kegiatan membaca itu masuk melalui pintu yang disebut sensor visual
dan auditori.” Santrock dalam Wibowo (2008:68) juga menyatakan hal
yang senada “Semua bahasa manusia juga mengikuti aturan fonologi,
morfologi, sintaksis, semantic dan gramatis”.
Menurut pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kesiapan anak untuk membaca sangat dipengaruhi oleh kematangan anak
secara fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan gramatis, apabila
kematangan itu belum dicapai oleh anak maka sangat sulit anak dapat
membaca dan menulis.

G. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunkan metode kualitatif, karena
penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah atau obyek yang
berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti. Kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti meliputi wawancara atau memotret kondisi apa

17

adanya, mengkonstruk

dan menganalisa selanjutnya mendeskripsikan

jawaban responden menjadi lebih bermakna.
Alasan pemilihan metode ini dikarenakan penelitian ini untuk
mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh dari
lapangan, data tersebut meliputi dampak pelatihan yang diikuti guru
selama ini terhadap kemampuan membuat alat asesmen pra membaca.
Sehingga mendapatkan kondisi obyektif tentang dampak pelatihan dan
teknik pelatihan yang diharapkan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan membuat alat asesmen pra membaca tersebut. Selanjutnya
dari hasil studi lapangan tersebut dipadukan dengan kajian teoritis
dijadikan bahan untuk membuat panduan pelatihan dengan teknik
pelatihan on the job training dan membuat modul materi asesmen pra
membaca sebagai bahan pelatihan.
Pembuatan panduan teknik pelatihan dan modul materi asesmen
pra membaca sebagai bahan pelatihan dilakukan dengan beberapa tahapan
diantaranya:
a. Tahap Pertama
Melakukan studi pustaka yang melandasi kajian tentang kajian
teori tentang peningkatan sumberdaya manusia fokusnya pada
pendidikan dan latihan (training) serta asesmen pra membaca.
Selanjutnya melakukan penelitian untuk memperoleh data kondisi
obyektif tentang pelatihan yang pernah diikuti oleh guru, teknik
pelatihan yang diharapkan oleh guru dan

kemapuan guru dalam

18

membuat alat asesmen pra membaca serta cara guru melakukan
asesmen.Teknik untuk memperoleh data tersebut dengan cara
wawancara langsung ke sumber data.
Pada tahap pertama ini subyek penelitiannya adalah guru SLB
Negeri Kabupaten Purwakarta, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
sejumlah 10 responden, Masa kerja guru-guru berkisar antara 1 dengan
25 tahun.
b. Tahap ke Dua
Tahap ke dua dalam penelitian ini memvalidasi dari draf
panduan pelatihan dan draf modul materi asesmen pra membaca.
Subyek penelitian tahap ke dua ini berjumlah 3 responden sebagai tiem
validasi yang terdiri dari tiga unsur (elemen) yaitu:
1) Unsur akademik yaitu dosen
2) Unsur widia iswara PLB (Pendidikan Luar Biasa)
3) Unsur sekolah yaitu guru SLB
Hasil penilaian/masukan dari tiem validasi selanjutnya dijadikan
bahan untuk merevisi draf model pelatihan dan draf modul materi
asesmen pra membaca. Sampai tahap revisi ini tersusunnya panduan
pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca disimpulkan siap
dipakai sebagai acuan pelaksanaan pelatihan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis yang
bersifat naratif kulitatif, yang dialkukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

19

tertentu.

Seperti pendapat Nasution dalam Sugiyono (2010:245)

menyatakan ‘Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian’.
Teknik analisis ini menggunakan model Miles and Huberman
yaitu teknik analisis data meliputi data reduction, data disply, dan
conclusion drawing/verification. Apabila digambarkan model ini adalah
sebagai berikut:

Periode pengumpulan

Reduksi data
Antisipasi selama

Setelah
Display data
ANALISIS
Selama

Setelah

Kesimpulan/verifikasi
Selama

Penjelasan:
1. Tahap pengumpulan data
2. Reduksi data
3. Display data
4. Kesimpulan/verifikasi

Setelah

20

1. Periode Pengupulan
Data koleksi yang diperoleh selama pengumpulan data terhadap
subyek penelitian yaitu guru dengan menggunakan metode
pengumpul data wawancara. Data yang dikumpulkan disesuaikan
dengan tema yang tema dan sub tema kemudian disimpulkan dari
masing-masing tafsiran maka data diperoleh kesimpulan untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah.
Tema yang dimaksud adalah tentang teknik pelatihan,
model pelatihan yang efektif menurut guru SLB Negeri
Purwakarta. Sedangkan sub temanya adalah pembuatan modul
materi asesmen pra membaca.
Data tentang pelatihan diperuntukkan untuk memperoleh
profil

pelatihan

dilakuakan

dengan

cara

mengidentifikasi

permasalahan, identifikasi kebutuhan pelatihan (Identification need
assessment), identifikasi jawaban, identifikasi panduan pelatihan,
identifikasi mekanisme pelatihan.

1. Data Reduksi (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dianalisis
dengan cara mereduksi data. Reduksi data berarti merangkum atau
memilih hal-hal yang pokok dari data yang begitu kompleks,

21

sehingga terfokus terhadap hal-hal yang penting. Dengan
mereduksi data didapatkan gambaran yang lebih jelas sehingga
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.
Reduksi data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua yaitu reduksi data tentang pelatihan dan reduksi data tentang
modul materi pelatihan. Data yang diperoleh melalui wawancara
terhadap guru tentang pelatihan disimpulkan masing-masing
kemudian digeneralisasikan. Begitu juga dilakukan terhadap data
untuk pembuatan modul asesmen pra membaca.

2. Data Display
Display data atau memaparkan data tentang hasil validasi
data oleh responden, dalam hal ini responden terdiri dari tiga unsur
yang terdiri dari: 1. Unsur sekolah (guru), 2. Unsur Dinas
Pendidikan ( Widia Iswara), 3. Unsur akademik (dosen).
Penyajian data dengan menggunakan tabel dan diskriptif,
data yang disajikan tentang validitas produk model pelatihan dan
validitas modul materi pelatihan.

3. Data Conclusion:Drawing/Verifying
Tahap kesimpulan dan verifikasi adalah tahap terakhir
dalam pembuatan produk, berhubungan dengan penelitian ini

22

produk yang berupa model pelatihan dan modul materi pelatihan
telah dikatakan layak untuk dipakai untuk pelatihan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya suatu pencarian, menghimpun data,
mengadakan pengukuran, menganalisis, sintesis, membandingkan, mencari
hubungan, atau menafsirkan yang masih menjadi teka-teki. Proses
pencarian ini perlu dicarikan kiat/strategi atau metode agar mendapatkan
data serta pengolahan secara efektif dan efisien.
Berikut ini beberapa pengertian metode penelitian menurut:
Sukmadinata (2010:52) :
“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan
pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu
yang dihadapi”.
Berdasarkan kutipan tersebut bahwa yang di maksud dengan
metode penelitian adalah

prosedur atau langkah-langkah yang akan

ditempuh dalam penelitian secara ilmiah, untuk mencapai tujuan yang
didasari oleh asumsi dasar, pandangan filosofis, ideologi, pernyataan dan
isu-isu yang dihadapi. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Sugiyono
(2010:2) bahwa: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Metode dalam penelitian ini menggunkan metode kualitatif,
karena penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah atau obyek yang
berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti. Kegiatan yang

68

69

dilakukan oleh peneliti meliputi wawancara atau memotret kondisi apa
adanya, mengkonstruk

dan menganalisa selanjutnya mendeskripsikan

jawaban responden menjadi lebih bermakna.
Penelitian ini berawal dari kesenjangan yang terjadi di lapangan
mengenai harapan dengan kenyataan. Masalahnya kemampuan guru dalam
melakukan asesmen pra membaca terhadap peserta didik belum optimal,
oleh sebab itu harus dicarikan solusi bagaimana cara meningkatkan
kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca.
Alternatif

jawaban

permasalahan

dengan

cara

melakukan

penelitian alamiah yaitu penelitian untuk mengambarkan kondisi obyektif
lapangan. Dengan cara ini sehingga dapat ditemukan model panduan
pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra
membaca. Tujuan dalam penelitian ini adalah pembuatan

panduan

program pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca.
Pembuatan panduan program pelatihan dan modul materi asesmen
pra membaca sebagai bahan pelatihan dilakukan dengan beberapa tahapan
diantaranya:
a. Tahap Pertama
Melakukan studi pustaka yang melandasi kajian teori tentang
peningkatan sumberdaya manusia fokusnya pada pendidikan dan
latihan (training) dan kajian tentang teori asesmen pra membaca.
Selanjutnya melakukan penelitian untuk memperoleh data kondisi

70

obyektif tentang materi pelatihan yang pernah diikuti oleh guru,
skenario pelatihan dan teknik pelatihan yang diharapkan oleh guru,
serta kemapuan guru membuat alat asesmen pra membaca, cara guru
melakukan asesmen.
Teknik untuk memperoleh data tersebut dengan cara wawancara
langsung ke sumber data. Selanjutnya dari data obyektif ini dibuatlah
suatu draf panduan program pelatihan dan draf modul materi pelatihan
(modul materi asesmen pra membaca). Pada tahap pertama ini subyek
penelitiannya adalah guru SLB Negeri Kabupaten Purwakarta Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat sejumlah 10 responden, Masa kerjan
guru-guru berkisar antara 1 dengan 25 tahun.
b. Tahap ke Dua
Tahap ke dua dalam penelitian ini memvalidasi dari draf model
program

pelatihan dan draf modul materi asesmen pra membaca .

Subyek penelitian tahap ke dua ini berjumlah 3 responden sebagai tiem
validasi yang terdiri dari tiga unsur (elemen) yaitu:
1) Unsur sekolah yaitu guru SLB
2) Unsur widia iswara PLB (Pendidikan Luar Biasa)
3) Unsur akademik yaitu dosen
Hasil penilaian/masukan dari tiem validasi selanjutnya dijadikan bahan
untuk merevisi draf model pelatihan dan draf

modul asesmen pra

membaca sebagai materi pelatihan. Sampai tahap revisi ini tersusunnya

71

model pelatihan dan modul materi asesmen pra membaca yang siap
digunakan untuk pelatihan.
2. Alasan Menggunakan Metode Penelitian
Alasan pemilihan metode ini dikarenakan penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh
dari lapangan, data tersebut adalah tentang dampak pelatihan yang diikuti
guru selama ini terhadap kemampuan membuat alat asesmen pra
membaca. Sehingga mendapatkan kondisi obyektif tentang dampak
pelatihan dan skenario pelatihan yang diharapkan oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan membuat alat asesmen pra membaca tersebut.
Hasil studi lapangan tersebut dipadukan dengan kajian teoritis
dijadikan bahan untuk membuat model program pelatihan dengan teknik
pelatihan on the job training dan membuat modul materi asesmen pra
membaca sebagai bahan pelatihan.

72

B. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah atau urutan-urutan yang peneliti lakukan dalam
penelitian ini melalui dua tahap seperti digambarkan dalam desain penelitian
berikut.
PENELITIAN TAHAP II
PENELITIAN TAHAP I
PROSES VALIDASI

Studi
Pustaka/KONSEP

1. MODEL
PROGRAMPELATIHAN
ANALISIS HASIL
KAJIAN KONSEP DAN
STUDI LAPANGAN

DRAF
AWAL

Studi
Lapangan

2. MODUL





Guru
widya
iswara
akademisi

1.
WAWANCARA
MASALAH &
PERTANYAAN
PENELITIAN
ANGKET

MODEL
PROGRAMPELA
TIHAN

ANALISIS
DATA HASIL
VALIDASI

2. MODEL
MTERI
MODEL PEOGRAM
PELATIHAN &
MODUL ASESMEN
PRA MEMBACA

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Penjelasan:

1. Penelitian Tahap pertama
a. Melakukan Studi Kepustakaan (Studi Pendahuluan) dengan cara
mengkaji tentang teori pelatihan, teori asesmen pendidikan,
membaca karangan ilmiah, serta mengkaji journal tentang pelatihan
system online . dengan cara ini sehingga penulis dapat mengacu pada

73

teori-teori yang berlaku yang dapat ditemukan dalam buku atau
penelitian orang lain.
b. Studi Lapangan
Yang mendahuli sebelum studi lapangan adalah refleksi diri
peneliti yang belum memiliki keterampilan dalam bidang asesmen
pembelajaran. Selanjutnya peneliti mencari penguatan dilapangan
apakah hal semacam itu juga dialami oleh guru yang lainnya,
ternyata seluruh guru yang peneliti temui menyatakan hal yang sama.
Berawal dari hal tersebut peneliti menemukan permasalahan,
permasalahan tersebut adalah “apabila guru kurang pandai dalam
membuat alat asesmen berakibat terhadap proses pelaksanaan
asesmen dan apabila proses pelaksanaan asesmen tidak dapat
dilakukan dengan sistematis maka program layan pembelajaran tidak
sesuai dengan kebutuhan peserta didik”.
c. Merumuskan Masalah
Masalah yang penulis rumuskan tentang “Model Program
Pelatihan

Yang

Bagaimana,

Yang

Dapat

Meningkatkan

Kemampun Guru Dalam Membuat Alat Asesmen Pra Membaca
di SLB Purwakarta?” Selanjutnya dari rumusan masalah ini
dikonkritkan kedalam pertanyaan penelitian seperti yang tercantum
dalam bab I.

74

d. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang penulis maksud adalah draf model program
pelatihan dan modul asesmen sebagai materi pelatihan merupakan
pernyataan atau anggapan yang sifatnya sementara tentang fenomena
yang akan diselidiki. Berguna untuk membantu peneliti menuntun
jalan pikirannya agar mencapai hasil penelitiannya.
e. Kisi-Kisi Pertanyan Penelitian
Kisi-kisi pertanyan penelitian dibuat tabel berdasarkan rumusan
pertanyaan penelitian pada bab I, yang terdiri dari:
1) Kolom pertama memuat tetang nomor urut,
2) Kolom ke dua memuat tentang pertanyaan peneltian mengenai
kondisi obyektif subyek penelitian dan penyusunan draf produk
beserta validasi produk.
Kemudian dari kedua kelompok rumusan pertanyaan
penelitian dikembangkan menjadi pertanyaan penelitian.
Pertanyaan penelitian yang termasuk kondisi obyektif subyek
penelitian antara lain:
a. dampak pelatihan yang pernah diikuti terhadap kemampuan guru
dalam membuat asesmen pra membaca,
b. harapan guru tentang teknik pelatihan yang dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca.
c. kemampuan guru dalam membuat alat asesmen pra membaca,

75

d. cara guru melakukan asesmen pra membaca terhadap peserta
didik,
Kelompok

pertanyaan

penelitian

yang

berhubungan

dengan draf produk dan validasi produk antara lain:
a. bentuk draf awal model pelatihan
b. bentuk draf awal modul materi pelatihan yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam membuat alat asesmen
pra membaca,
c. bentuk model pelatihan yang telah divalidasi,
d. bentuk modul asesmen materi pelatihann yang telah divalidasi.
3) Kolom ke tiga tentang teknik pengumpul data yaitu dengan
menggunakan panduan wawancara untuk penelitian tahap I dan
angket untuk penelitian tahap II.
4) Kolom ke empat tentang indikator pertanyaan wawancara dan
angket
5) Kolom ke lima tentang nomor item soal wawancara dan angket
6) Kolom ke enam keterangan
f. Instrumen Penelitian
Langkah berikutnya setelah membuat kisis-kisi pertanyaan
penelitian adalah membuat instrumen penelitian berupa panduan
wawancara untuk mrnggali data terhadap subyek penelitian tahap
kesatu dan instrument angket penelitian untuk memvalidasi draf model
pelatihan serta draf modul asesmen pra membaca.

76

g. Studi Lapangan
Dengan berbekal surat ijin penelitian dari akademik selanjutnya
peneliti mengajukan permohonan penelitihan kepada pihak sekolah
luar biasa yang berlokasi di SLB Negeri Jalan Veteran, gang Beringin
No. 2 Kabupaten Purwakarta. Setelah mendapatkan injin untuk
melakukan penelitian, kemudian peneliti melakukan wawancara satu
per satu dengan menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat
kepada responden.
h. Analisis Kajian Konsep dan Studi Lapangan
Setelah peneliti memperoleh data dari lapangan beserta
mengkaji teori yang mendukung tentang permasalahan penelitian maka
tahap berikutnya adalah mereduksi data berdasarkan tema atau
kelompok pertanyaan penelitian yaitu mengenai kondisi obyektif,
sehingga data yang terkumpul dari 10 responden dapat disimpulkan
sebagai bahan penyusunan draf model pelatihan dan modul materi
asesmen pra membaca sebagai bahan pelatihan.
1) Menyusun Draf I (awal)
Penyusunan

draf ke satu (awal) setelah peneliti

mendapatkan kesimpulan dari proses kajian teori dan studi
lapangan maka proses selanjutnya peneliti mumulai membuat
sistematika dari kedua produk tersebut.

77

Langkah

yang pertama merumuskan draf program

panduan pelatihan dengan mengacu pada jawaban responden,
antara lain:
a) Jenis/teknik pelatihan yang menjadi pilahan guru untuk
meningkatkan

kemampuan

membuat

alat

asesmen

pra

membaca
b) Program pelatihan yang diharapkan guru
c) Mekanisme peyelenggaraan pelatihan
Langkah yang ke dua merumuskan draf modul asesmen
pra membaca sebagai bahan pelatihan dengan mengacu pada
jawaban responden, antara lain:
a) Persiapan
b) Ruang lingkup materi asesmen pra membaca
c) Langkah-langkah membuat asesmen pra membaca
d) Instrument asesmen pra membaca
e) Langkah-langkah melakukan asesmen pra membaca
f) Membuat skor penilaian
g) Merekap hasil asesmen
h) Menyimpulkan hasil asesmen
i) Membuat rekomendasi

78

2. Penelitian Tahap ke Dua
Pada penelitian tahap ke dua ini adalah memvalidasi draf model
program pelatihan dan modul materi pelatihan, sebagai subyek
penelitiannya adalah tiem validator. Tiem validator terdiri dari tiga unsur
yaitu: 1) unsur sekolah (guru SLB), 2) unsur dinas pendidikan provinsi
(widia iswara PLB), 3). unsur akademisi (dosen)
Dari hasil penialian tiem validasi kemudian dijadikan bahan
merevisi ke dua draf tersebut, sampai tersusunnya model program
pelatihan modul materi asesmen pra membaca yang siap digunakan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
wawancara dan teknik angket. Teknik pengumpulan data ini dipergunakan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
1. Wawancara (interview)
Teknik wawancara digunakan sebagai metode untuk memperoleh
informasi dari pengalamn yang dilakukan guru berkaitan tentang proses
asesmen serta pelatihan yang pernah diikuti. Wawancara yang dilakukan
terhadap guru menggunakan menggunakan wawancara semi struktur
(semistructure interview), dalam pelaksanaannya lebih bebas jika
dibandingkan dengan wawancara tersetruktur. Tujuan wawancara semi
struktur ini untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak
responden (yang diwawancarai) lebih bebas mengemukakan ide-idenya
serta pendapatnya.

79

Sebelum

melakukan

wawancara

peneliti

mempersiapkan

instrument wawancara untuk memandu pelaksanaannya. Wawancara
dilakukan kepada seluruh responden dengan dengan cara:
a. Guru diberikan penjelasan secara umum dalam satu ruangan.
b. Guru satu persatu diwawancarai untuk menggali ide atau pendapat
berkenaan prosedur pembuatan pembuatan instrument asesmen pra
membaca dan prosedur pelaksanaan asesmen pra membaca.
c. Peneliti mengarahkan apabila responden mengalami kesulitan dalam
mengembangkan jawaban.
2. Angket (questioner)
Angket (questioner) dilakukan untuk memvalidasi draf model
program pelatihan dan modul materi pelatihan diberikan kepada subyek
penelitian. Hasil validasi digunakan untuk merevisi draf model pogram
pelatihan dan modul asesmen. Dari hasil revisi maka tersusunnya model
program pelatihan dan modul asesmen sebagai materi pelatihan.
Hal-hal yang divalidasi bentuk panduan pelatihan tentang:
a. Sistematika penulisan,
b. Aspek yang terkandung dalam program pelatihan
c. Prosedur pelatihan
d. Mekanisme pelatihan
Hal-hal yang divalidasi bentuk modul asesmen materi pelatihan
tentang:
a. Konsep asesmen,

80

b. Langkah-langkah membuat alat asesmen pra membaca
c. Unsur instrument asesmen pra membaca,
d. Aspek kesadaran linguistik
e. Aspek kesadaran visual
f. Format penilaian
g. Analisis hasil penilaian
h. Rekomendasi hasil penilaian
D. Instrument Penelitian
Instrument

penelitian

yang

digunakan

oleh

peneliti

untuk

memperoleh data lapangan menggunkan dua instrument: 1. Pedoman
wawancara, 2. Anket (questioner). Pedoman wawancara tersebut digunakan
untuk memperoleh data tentang teknik pelatihan / prosedur pelatihan
(training) dan modul materi pelatihan

yang efektif terhadap guru SLB

Negeri Kabup