FAKTOR-FAKTOR PENENTU DALAM PEMBENTUKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL: Studi Tentang Pelatihan Sebagai Bentuk Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah Dan Kepribadian Petugas Lapangan KB.
FAKTOR-FAKTOR PENENTU DALAM PEMBENTUKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
(STUOJ ItNTANG PEIATIHAN SBAGAI BBfilKCKEGIATAN PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH DAN KEPRIBADSAN PE1UGA3IAPANGAN KB)
TESIS
Diajukan ksspada Panitia Ujian Tests
Snsiitut Keguruan dan llmu P«ndidikan Bandung
Unfuk memenuhi sebagian dan syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Pendidikan Luar Sekolah
WIWIEK IDARYATI Z
NIP : 9132347
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING
PROF. DR. SUDARDJA ADIWIKARTA, MA
PEMBIMBING
I
DR. BAMBANG SUWARNO, MA
PEMBIMBING
II
PROF. DR. SUTARYAT TRISNAMANSYAH, MA
PEMBIMBING
PROGRAM
PASCA
III
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995
A
Penelitian
PEMBENTUKAN
pelatihan
yang
S
T R A
berjudul
KEMAMPUAN
sebagai
B
K
- FAKTOR-FAKTOR
PENENTU
KOMUNIKASI INTERPERSONAL"
bentuk
kegiatan
PLS
dan
DALAM
(Studi ten tang
kepribadian
pada
petugas lapangan KB) ini disusun oleh Wiwiek Idaryati.
Penelitian
ini
dilatar
belakangi
oleh
masalah
bahwa
dalam
pelaksanaan Gerakan KB peranan komunikasi sangat pen ting. Melalui
komunikasi diharapkan
meningkat sehingga
partisipasi
masyarakat dalam
Gerakan
KB
pencapaian tujuan Gerakan KB yaitu menurunkan
angka kelahiran dan melembagakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
sejahtera
tergantung
perubahan.
dapat
tercapai.
Keberhasilan komunikasi
pada
kemampuan
petugas
Salah
satu
lapangan
bentuk komunikasi
KB
yang
komunikasi interpersonal. Pada kenyataannya masih
lapangan KB
yang
kurang
sehingga tingkat drop out
Gerakan KB masih tinggi.
lain
dapat
dalam
sebagai
effektif
melakukan
Kemampuan seseorang
agen
adalah
banyak petugas
komunikasi
masyarakat untuk berpartisipasi
untuk berkomunikasi sangat
antara
effektif
diantaranya
dalam
petugas lapangan KB
dipengaruhi oleh kredibilitasnya yang
terbentuk
karena
faktor
pengalaman
yang
diperoleh melalui pelatihan maupun karena faktor kepribadiannya.
Melalui metode quasi experiment dalam penelitian ini
design
adalah
one group pre test
bagaimana
dengan
post test, permasalahan yang diangkat
pengaruh
pelatihan
terhadap
peningkatan
kemampuan komunikasi interpersonal para petugas lapangan KB dalam
membina masyarakat
bagaimana
untuk
berpartisipasi dalam
hubungan kemampuan
dimiliki. Sebagai responden
lapangan KB
kriteria
gambaran
yang
dengan kepribadian
dalam penelitian ini
dilingkungan BKKBN
respondent
penelitian
tersebut
Gerakan KB,
yang
adalah petugas
Kotamadya Bandung yang
telah ditentukan.
dan
Dalam
memenuhi
pelaksanaan
ini dilakukan pemeriksaan psikologi untuk mendapatkan
ten tang
kepribadian
responden,
dan
pelatihan dengan
menggunakan pendekatan "Experiential Learning".
Untuk mengetahui
effektifitas pelatihan dilakukan test hasil belajar untuk melihat
peningkatan pengetahuan
dan observasi tingkah laku untuk melihat
peningkatan ketrampilan komunikasi
Jumlah
sample
dilakukan
uji
penelitian
yang
kecil,
dengan metode statistik
Wilcoxon
untuk
melihat
Spearman
untuk
melihat
maka
non para
pengaruh
peningkatan kemampuan komunikasi
Rank
interpersonal. Sesuai
pengolahan
data
metrik yaitu dengan
pelatihan
interpersonal dan uji
hubungan
dengan
antara
terhadap
korelasi
kepribadian dan
kemampuan komunikasi interpersonal.
Hasil
pelatihan
penelitian
dengan
menunjukkan
pendekatan
bahwa
experiential
terdapat
learning
pengaruh
terhadap
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan komunikasi interpersonal,
dan terdapat pula hubungan antara
beberapa aspek-aspek kemampuan
tersebut
Hasil
ini
dapat
diterapkan dalam pengembangan sumber daya manusia terutama
dalam
sistem
dengan
kepribadiannya.
penelitian
seleksi dan pembinaan tenaga. Dan pendekatan experiential
learning
dapat
mendukung
metode
pendidikan orang dewasa.
11
pelatihan
partisipatif dalam
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK
i
RATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.
BAB II
ix
PENDAHULUAN
1
A.
Latar belakang masalah
1
B.
Identifikasi masalah
10
C.
Maksud dan tuduan penelitian
11
D.
Kegunaan penelitian
11
FAKTOR-FAKTOR
PENENTU DALAM
PEMBENTUKAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS LAPANGAN KB
A.
KEMAMPUAN
13
Komunikasi interpersonal sebagai alat
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
17
1.
Konsep komunikasi interpersonal
17
2.
Komunikasi sebagai alat peningkatan
partisipasi masyarakat
B.
C.
35
Pelatihan komunikasi interpersonal sebagai
bentuk kegiatan PLS
44
1.
Pelatihan sebagai bentuk kegiatan PLS
44
2.
Pengelolaan pelatihan
52
3.
Model beladar "experiential learning.
59
Kepribadian komunikator
vi
74
2.
3.
D.
BAB IV
BAB V
interpersonal
79
Karakteristik kepribadian komunikator
87
Pengelolaan Program KB Nasional
91
1.
Program KB Nasional
91
2.
Petugas KB sebagai agen perubahan
95
E.
BAB III
Peran motivasi dalam tingkah laku
Anggapan dasar dan hipothesis
100
METODE PENELITIAN
109
A.
Metode dan rancangan penelitian
109
B.
Populasi dan sample penelitian
113
C.
Definisi operasional
113
D.
Variabel penelitian
118
E.
Instrumen penelitian
120
F.
Pengumpulan data
142
G.
Pengolahan data
155
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil penelitian
159
B.
Pembahasan
183
KESIMPULAN DAN REK0MENDASI.
A.
Kesimpulan
203
B.
Rekomendasi
209
DAFTAR PUSTAKA.
DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN LAMPIRAN - LAMPIRAN.
VII
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.
Pembangunan
Nasional
berkesinambungan
masyarakat
proses
pada
Indonesia
Kesedahteraan
manusia.
yang
merupakan
hakekatnya
sebagai
yang dimaksud
Pembangunan
upaya
bertuduan
masyarakat
mencakup
menurut
pembangunan
mendadikan
yang
sedahtera.
seluruh aspek
kehidupan
Prof.Drs. R.Bintarto
modernisasi yang mengantar
merupakan
masyarakat, bangsa dan negara
kedalam kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Salah satu
Keluarga
pembangunan Nasional
Berencana. Di
Berencana ini
dan
aspek
telah dikembangkan
mempunyai tujuan
ganda
menanamkan Norma Keluarga
Pelaksanaan
Indonesia
adalah
pembangunan
Gerakan Pembangunan
Keluarga
oleh Pemerintah sedak
Th 1970
yaitu menekan
Kecil Bahagia
angka kelahiran
dan Sedahtera
dan
(NKKBS).
Gerakan Pembangunan Keluarga Berencana ini dilandasi
oleh Garis Besar
Haluan Negara Th
1988 yang isinya
antara lain
berbunyi :
...pengaturan
pertumbuhan
jumlah
penduduk
melalui
Program KB mutlak harus dilaksanakan dengan berhasil,
karena kegagalan Keluarga Berencana akan mengakibatkan
hasil usaha pembangunan menjadi tidak berarti dan dapat
membahayakan generasi yang akan datang...
Memperhatikan perkembangan pembangunan Gerakan KB
I
telah
berhasil
pelembagaan
dan
meletakkan
pembudayaan
kerangka
NKKBS
landasan
terhadap
pada PJPT
bagi
upaya
peningkatan
kesejahteraan keluarga. Keberhasilan
yang cukup bermakna pada berbagai
pada
kondisi
Jawa
Barat
ini terlihat dari perubahan
ciri kependudukan. Diantaranya
pada saat
ini
yang
telah mengalami
penurunan angka pertumbuhan penduduk sebesar 2,20 % pertahun pada
periode 1990 - 1993,
yang
dan terdadinya penurunan angka
jumlah bayi
dilahirkan oleh setiap wanita usia subur (TFR) dari keadaan
5,90 pada
th 1970 mendadi 3,17 pada
tersebut masih
berada diatas
th 1994.
Namun angka-angka
angka pertumbuhan
Nasional bahkan
diatas Propinsi-propinsi lainnya.
Keberhasilan
partisipasi
suatu
masyarakat,
memperbaiki dirinya sendiri
pembangunan
dimana
sangat
tergantung
masyarakat
diharapkan
dengan bantuan dari
pada
dapat
pemerintah. Hal
ini berarti masyarakat diharapkan memiliki kemampuan untuk tumbuh
dan
berkembang atas
kekuatannya
sendiri.
Didalam
pembangunan
Keluarga Berencana pada PJPT pertama partisipasi masyarakat lebih
diarahkan pada kesertaannya mendadi peserta KB, tetapi pada tahap
selandutnya
masyarakat diharapkan
mampu
pula
berpartisipasi
secara mandiri mendadi peserta dan pengelola program
pembangunan
tersebut.
Tingkat
1994 menurut
pencapaian peserta
SDKI
1994 telah
KB di
Jawa Barat
mencapai 51%
hingga tahun
dari Pasangan
Usia
subur sebanyak 7.400.300. Dengan penggunaan alat kontrasepsi yang
tertinggi
adalah
Suntikan yaitu
sedangkan peserta KB dengan
40,02% dan
31,93 %
alat kontrasepsi yang effektif masih
sangat rendah yaitu 28,05 %. Hal tersebut dapat
memperhatikan
Pil yaitu
dipahami apabila
kendala-kendala yang ada, diantaranya tingkat drop
out
dari partisipasi
masih
masyarakat dalam
cukup tinggi. Selama bulan
menundukkan
Propinsi Jawa
Barat mencapai 14 % dari
tersebut
bahwa angka
merupakan
salah
dihadapi dalam pengelolaan Gerakan
lainnya seperti
setiap tahun
April 1994 sampai dengan bulan
Desember 1994
Kondisi
Gerakan KB
drop out
peserta KB
di
dumlah peserta KB aktif.
satu
tantangan
yang
KB, disamping faktor
faktor kesehatan, faktor
harus
kendala
psikologis, sosiologis
maupun faktor geografis.
Menurut Rogers
kegiatan
tingkat
yang
(1971)
partisipasi masyarakat
dalam
bersifat
inovatif
akan
kesadaran serta
sikapnya
terhadap kegiatan
Upaya untuk
kaitannya
merubah
dengan
kesadaran
ide
baru
sangat ditentukan
(pengetahuan)
tersebut
suatu
dan
adalah
oleh
tersebut.
dalam
sikap
melalui
upaya
komunikasi khususnya upaya difusi inovasi. Dari kondisi tingginya
angka
drop
out
dan
penggunaan
jenis
kontrasepsi
diatas
menundukkan bahwa partisipasi masyarakat untuk mendadi peserta KB
belum diikuti dengan kesadaran yang tinggi. Permasalahan tersebut
berkaitan dengan pendapat seorang tokoh yaitu David Krech, et al.
(1962. 225) yang mengemukakan bahwa :
Attitude change is brought about through exposure to
additional
information,
changes
in
the
group
affiliations of the individual,
enforced modification
of behavior toward the obdect,
and through procedures
which change personality. The direction and degree of
attitude change induce by information is function of
situational factor and of the source, medium, form and
content of information
Uraian
tersebut
peranannya sebagai
mendelaskan
alat atau
bahwa
komunikasi
media penyampaian
informasi untuk
perubahan sikap sangat menentukan keberhasilannya. Hal ini
3
dalam
berarti bahwa dalam upaya membina masyarakat untuk merubah sikap
dan
meningkatkan
partisipasinya .komunikasi
mempunyai
yang berarti. Dilihat dari definisi dan tuduan
maka
proses penyebar
dapat merupakan
luasan informasi
suatu proses
tersebut merupakan
difusi
hal baru
peranan
yang akan dicapai
mengenai Gerakan
inovasi apabila
KB ini
informasi
bagi individu dan merupakan proses
komunikasi persuasif apabila informasi tersebut telah diketahui .
Upaya komunikasi
mendadi
bagian yang
dikembangkan
kegiatan
tidak
kegiatan
dan
langsung
komunikasi yang
para
pengelola
dan telah
bersama masyarakat
pencatatan
tatap
muka
melalui
serta
dengan
media
perkembangan
telah
Gerakan
di Indonesia
dilaksanakan dan
, disamping
pelaporan
Kegiatan komunikasi ini
Sesuai dengan
menggerakkan
duga
KB
Gerakan KB.
electronik.
dan
oleh dadaran BKKBN
langsung melalui
secara
oleh
sangat penting
pelayanan
pelaksanaan
secara
dalam pengelolaan Gerakan KB
dilakukan baik
masyarakat
electronik
Gerakan
hanya
maupun
dan
non
KB dewasa
dilakukan diberbagai
KB tidak
hasil
ini
tlngkatan
bertuduan
untuk
masyarakat untuk berpartisipasi mendadi peserta
KB
mendadi pengelola Gerakan KB diwilayahnya. Tetapi diharapkan
pada
upaya
pembinaan
yang
diarahkan
pada
peningkatan
kemandirian masyarakat.
Didalam proses perubahan
masyarakat
perubahan
peranan
agen
perubahan
adalah individu atau
berkomunikasi
meningkatkan
dengan
sosial yang
sangatlah
penting.
Agen
institusi yang diharapkan mampu
masyarakat
partisipasinya
menuntut partisipasi
untuk
merubah
dalam pembangunan.
Agen
sikap
dan
perubahan
dapat
berasal
dari instansi
yang
memiliki
inovasi atau
dari
masyarakat itu sendiri.
Dalam pengelolaan
diharapkan
fungsi
mampu
petugas
pendekatan
informal
memberikan
mendadi
lapangan
ada
KB ,petugas
agen
KB
terhadap tokoh
yang
pengelolaan
Gerakan
perubahan.
(PLKB)
KB
Sehingga
mencakup
masyarakat baik
diwilayahnya,
Gerakan
tokoh
bersama
masyarakat baik
(PLKB)
tugas dan
kegiatan
:
1).
formal maupun
2).menyusun
diwilayahnya
penyuluhan kepada
lapangan KB
perencanaan
masyarakat,3).
secara individual
maupun kelompok untuk mendadi peserta KB maupun mendadi pengelola
Gerakan
KB
,
4).membina
masyarakat
untuk
mendadi
Gerakan KB diwilayahnya, 5).melakukan koordinasi
lain, 6).memberikan pelayanan
pengelola
dengan instansi
KB dan, 7).melaksanakan pencatatan
dan pelaporan hasil pengelolaan Gerakan KB diwilayahnya.
Memperhatikan tugas
mendadi
aspek
petugas
lapangan
karena
itu
dan
penting
KB
petugas
fungsi tersebut,
tampaknya
yang
keberhasilan
(PLKB)
menentukan
dalam
lapangan
komunikasi
seorang
mendalankan tugasnya.
KB (PLKB)
dapat
pula
Oleh
dikatakan
sebagai agen perubahan, penyuluh atau komunikator pembangunan.
Berdasarkan
bersama
hasil penilaian
Universitas Paddadjaran
pada umumnya para petugas
sering
melakukan
Karena melalui
yang dilaksanakan
(UNPAD) diperoleh
temuan bahwa
lapangan KB sebagai penyuluh KB
komunikasi
(interpersonal communication)
massa.
pihak BKKBN
yang
bersifat
daripada komunikasi
komunikasi
individual akan
lebih
individual
kelompok atau
lebih
mudah
untuk mendapatkan sasaran daripada komunikasi kelompok. Disamping
itu
masyarakat menganggap
merasa lebih akrab
dengan
komunikasi individual
sehingga permasalahan yang sifatnya
mereka
pribadi
dapat dipecahkan dan waktunya dapat disesuaikan dengan kesempatan
yang dimiliki sehingga tidak merasa terganggu. Tetapi berdasarkan
hasil
yang
analisa penilaian
dilakukan
oleh
Gerakan Pembangunan
BKKBN
komunikasi (KIE) diketahui
tentang
Gerakan KB
terhadap
Keluarga Berencana
pelaksanaan
kegiatan
bahwa ternyata pengetahuan masyarakat
sudah cukup
tinggi, tetapi
tidak ditundang
pelaksanaan kegiatan
komunikasi yang
oleh sikap dan perilakunya.
Hal
ini menundukkan bahwa
dilakukan
oleh
komunikasi
para
massa,
petugas
komunikasi
maupun
pengelola
kelompok
baik
maupun
melalui
komunikasi
individual belum menundukkan keberhasilan.
Hasil
penelitian
Semendison,
dkk
(1991)
lain
yang
dilakukan
terhadap penampilan
penyuluhan menundukkan penilaian yang
oleh
pe.tugas
FXA.Ins
KB
dalam
bersifat negatif , dan hal
tersebut dianggap sebagai penyebab ketidak berhasilan pelaksanaan
KIE
atau
penyuluhan
tentang
Gerakan
Pembangunan
Keluargan
Barencana. Pendapat tersebut diantaranya adalah :
Dalam melakukan penyuluhan atau KIE para petugas
KB tidak memberikan informasi yang lengkap dan
delas terutama mengenai effek samping daripada
kontrasepsi sehingga sering menimbulkan keraguraguan
pada
sasaran.
Disamping
itu
materi
penyuluhan yang diberikanpun kurang bervariasi
sehingga terkesan para petugas kurang mempunyai
wawasan
yang luas mengenai
Program KB dan kurang
memahami kondisi masyarakat
Dalam
melakukan KIE
atau penyuluhan
jarang
menggunakan alat bantu,
padahal masyarakat merasa
lebih delas apabila dalam penyuluhan menggunakan
media/alat peraga penyuluhan.
Pendekatan yang dilakukan oleh para petugas masih
bersifat koersif dan membohongi terutama pada
masyarakat yang berpendidikan rendah, sehingga
kesertaan mereka dalam Gerakan KB karena paksaan,
tidak didasari oleh kesadaran yang tinggi. Dan ada
kecenderungan bahwa para petugas selalu menghindar
dari
keluhan-keluhan
yang
diungkapkan
oleh
masyarakat.
Berdasarkan
uraian
diatas
maka
diasumsikan
bahwa
mengembangkan kemampuan seorang petugas KB untuk mendadi
komunikator
yang
berhasil
maka
perlu
ketrampilan dan kepribadian komunikator
pendapat Ross
komunikasi
(1974; 57)
seorang
memperhatikan
faktor
. Hal ini ditundang oleh
yang mendelaskan bahwa
didalam proses
faktor kepribadian ,kecerdasan , pengalaman dan sikap
seorang komunikator
sangat menentukan
keberhasilannya, terutama
sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mengolah
isi
untuk
pesan kepada
orang
lain. Hal
dan menyampaikan
ini t.ertuang
dalam definisi
komunikasi yang dikemukakannya :
Communication
as a
transactional process
involving a
cognitive, selecting and sharing of symbols in such a
way as to help another elicit from his own experience a
meaning
or response
similar to
that intended
by the
source.
Demikian
pula
Jalaludln
(1992;
menentukan
32)
kepribadian
sangat
diantaranya
adalah aspek kecerdasan,
menyatakan
kemampuan
bahwa
seorang
faktor
komunikator
kemampuan persepsi, konsep
diri, sikap atraktive, motivasi dan kemampuan interaksi sosial.
Agar para
atau
penyuluh
petugas KB
Gerakan
berhasil mendadi
Pembangunan
kredibilitasnya dapat diandalkan
seorang komunikator
Keluarga
Berencana
maka perlu upaya pembinaan
7
yang
dan
pengembangan
baik
melalui
proses
pembeladaran
yang
bersifat
formal maupun non formal. Hal ini ditundang oleh pendapat Maureen
Guirdham (1990, 8) yang
interpersonal
individu
menyatakan bahwa tingkah laku komunikasi
dipengaruhi
oleh
faktor beladar
yang
diperoleh
tersebut baik beladar tentang nilai-nilai, pengetahuan,
sikap maupun
ketrampilan, disamping faktor kondisi sosial dimana
individu tersebut
berada seperti
llngkungan keluarga, lingkungan
faktor budaya,
status sosial,
teman, lingkungan pekerdaan
dan
duga faktor media massa.
Upaya
pembinaan
berbagai
atau
kegiatan Pendidikan
pendidikan
orang dewasa
meningkatkan
Dewasa yang
Luar
dapat
diberikan
Sekolah
ketrampilan serta
; 75) salah
telah
melakukan
adalah
bertuduan untuk
kepribadiannya.
satu bentuk Pendidikan
bertuduan untuk mengembangkan kemampuan
yang
melalui
diantaranya
(adult Education) yang
pengetahuan dan
Menurut Suddana (1991
manusia
pengembangan
pekerdaan
atau
Orang
sumber daya
suatu
kegiatan
sukarela dimasyarakat yang dilakukan dilingkungan lembaga-lembaga
pemerintahaan
maupun
non
Landutan
(Continuing
dilakukan
berdasarkan
yang
Education).
efisiensi
dan
adalah
bentuk Pendidikan
Pendidikan
adanya tuntutan
mengharuskan setiap
mencapai
pemerintah
orang untuk
efektivitas
Landutan
pekerdaan
atau kegiatan
mengembangkan diri
kerda,
ini
dan
duga
untuk
karena
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Upaya
Pendidikan
Landutan
bagi
para
petugas
Keluarga
Berencana dilingkungan Lembaga BKKBN telah banyak diselenggarakan
dalam bentuk training atau pelatihan
8
yang bertuduan agar
mereka
mampu
mengelola
Gerakan
Pembangunan
kerdanya. Upaya peningkatan
Keluarga
bagian dari pendidikan dan
Berencana
dengan
terstruktur.
adalah
dilingkungan
wilayah
pengetahuan dan ketrampilan
petugas
Berencana dalam bidang
KB
komunikasi (KIE)
ini merupakan
pelatihan dasar bagi petugas Keluarga
menggunakan
Dilihat dari
untuk meningkatkan
kurikulum
tuduan
yang
beladar
pengetahuan
bentuknya
yang
telah
ingin
dicapai
dan ketrampilan
petugas
dalam berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam Gerakan
tersebut
maka
komunikasi
analisa
materi
dan
Sedangkan
yang
motivasi,
sasaran,
KB. Untuk
dibahas
tehnik
mencapai tuduan
beladar
mencakup
tentang
menyusun
dan
tehnik
mengembangkan
metode yang
banyak
digunakan
mengadar tersebut
isi
teori
pesan,
media
dalam
adalah metode ceramah, studi
tehnik
komunikasi.
proses
beladar
kasus, penugasan
dan simulasi atau role play. Didalam pelatihan tersebut digunakan
pula
berbagai
media
beladar,
tetapi
waktu
dan
kedalaman
pembahasan setiap materi sangat terbatas.
Kurikulum
peneliti
dan proses pelatihan
kurang
petugas khususnya
hasil pengamatan
petugas KB
memperhatikan
yang
peneliti dilapangan
pengembangan
kepribadian
yang ditemukan
setelah mengikuti pelatihan dasar
tersebut tampak
kurang
aspek
kepribadian komunikator. Hal ini didukung oleh
mampu mendadi seorang
Hal
tersebut menurut pengamatan
percaya diri,
menginterpretasikan
pada umumnya belum
komunikator atau motivator yang
antara lain
kondisi
dan
dan
dari sikap
kurang
apa
bahwa para
effektif.
atau penampilannya
mampu menganalisa
yang
ditampilkan
atau
oleh
sasaran. Isi pesan yang
terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai
dengan kondisi sasaran.
Serta terlihat kurangnya perhatian
petugas
untuk
mau
mendengarkan
dan
memahami
para
keluhan-keluhan
sasaran.
Program
pelatihan
"Experiential
dengan
menggunakan
learning" yang menltik
pendekatan
beratkan pada pengembangan
pribadi dapat merupakan salah
satu model beladar yang diharapkan
cukup memadai untuk mengatasi
masalah tersebut dan mengembangkan
kemampuan
KB
petugas
lapangan
dalam
berkomunikasi.
Dengan
pendekatan "Experiential learning" seseorang akan beladar melalui
penghayatan langsung atas pengalaman yang didalani.
Berdasarkan
dirasakan
perlu
pelatihan
Luar
kondisi dan
untuk
sebagai bentuk
Sekolah
pendekatan
khususnya
hubungan
meneliti
sedauhmana
program
pelatihan
suatu
pada Pendidikan
dengan
sebagai suatu
peningkatan pengetahuan dan
dalam berkomunikasi dengan
diatas maka
pengaruh
kegiatan pembeladaran
"Experiential learning"
yang dapat mempengaruhi
petugas KB
permasalahan tersebut
menggunakan
model beladar
ketrampilan
masyarakat dan sedauhmana
kepribadian seorang petugas KB dengan kemampuan dirinya
untuk berkomunikasi secara interpersonal dalam upaya menggerakkan
dan membina masyarakat untuk berpartisipasi dalam Gerakan KB.
Sasaran
penelitian
ini adalah
para
bertugas di daerah Kotamadya Bandung.
10
petugas
lapangan KB
yang
B.
Identifikasi Masalah.
Berdasarkan
belakang
uraian
masalah,
yang
maka
telah
yang
dikemukakan
mendadi
masalah
pada
latar
utama
dalam
penelitian ini adalah "Sedauhmana faktor pelatihan sebagai bentuk
kegiatan pembeladaran PLS dan faktor kepribadian dalam menentukan
pembentukan
sehingga
kemampuan
mampu
komunikasi
membina
interpersonal
masyarakat untuk
Petugas
berpartisipasi
KB
dalam
Gerakan KB ?
Secara
lebih
terperinci
masalah
yang
akan
diteliti
dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Sedauhmanakah
pengaruh
pembeladaran PLS
terhadap
pelatihan sebagai
dengan pendekatan
peningkatan kemampuan
bentuk
kegiatan
"Experiential learning"
petugas
lapangan KB
dalam
komunikasi" interpersonal ?
2.
Sedauh manakah hubungan antara kepribadian
petugas lapangan
KB dengan kemampuan komunikasi interpersonal ?
C.
Maksud dan tuduan penelitian.
Penelitian ini dimaksudkan
untuk memperoleh model pelatihan
komunikasi interpersonal dan mendapat
serta
pemahaman
pelatihan
peningkatan
komunikasi
sebagai
yang
lebih luas
bentuk
kemampuan
interpersonal,
tentang
kegiatan
petugas
gambaran yang lebih
pembeladaran
lapangan
dan
sedauhmana
bagaimana
KB
PLS
tepat
pengaruh
terhadap
tentang
kemampuan
hubungan
kemampuan
komunikasi interpersonal tersebut dengan kepribadiannya.
Untuk maksud tersebut
maka tuduan penelitian
11
ini diarahkan
pada 3 (tiga) hal yaitu :
1.
Menelaah pengaruh pelatihan
learning"
dengan pendekatan "Experiential
terhadap peningkatan
kemampuan petugas
KB dalam
komunikasi interpersonal.
2.
Mempeladari hubungan kepribadian dengan kemampuan petugas KB
dalam berkomunikasi secara interpersonal.
3.
Mendapatkan
model
pelatihan
komunikasi
dalam
rangka
pembinaan prestasi petugas KB.
D.
Kegunaan Penelitian.
Hasil
yang
diperoleh
dari
penelitian
ini
diharapkan
mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1.
Bagi
pengembangan
ilmu
diharapkan berguna untuk
dalam
pengetahuan,
penelitian
ini
pengembangan metode-metode beladar
Pendidikan Luar Sekolah
dan pengembangan teori-teori
Psikologi Komunikasi khususnya
mengenai peranan kepribadian
terhadap kemampuan komunikasi.
2.
Dari segi
guna laksana, hasil penelitian
masukan bagi para
pengembangan
dalam
pimpinan dilingkungan BKKBN
dan pembinaan
pengelolaan
ini sebagai bahan
tenaga
pelatihan
KIE
petugas serta pengelola Program KB .
12
Program
dan
untuk proses
KB,
pembinaan
khususnya
terhadap
^
~*«
^
l\
^•£-*' ^^y.
y*.
y
/#
KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
(STUOJ ItNTANG PEIATIHAN SBAGAI BBfilKCKEGIATAN PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH DAN KEPRIBADSAN PE1UGA3IAPANGAN KB)
TESIS
Diajukan ksspada Panitia Ujian Tests
Snsiitut Keguruan dan llmu P«ndidikan Bandung
Unfuk memenuhi sebagian dan syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Pendidikan Luar Sekolah
WIWIEK IDARYATI Z
NIP : 9132347
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING
PROF. DR. SUDARDJA ADIWIKARTA, MA
PEMBIMBING
I
DR. BAMBANG SUWARNO, MA
PEMBIMBING
II
PROF. DR. SUTARYAT TRISNAMANSYAH, MA
PEMBIMBING
PROGRAM
PASCA
III
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995
A
Penelitian
PEMBENTUKAN
pelatihan
yang
S
T R A
berjudul
KEMAMPUAN
sebagai
B
K
- FAKTOR-FAKTOR
PENENTU
KOMUNIKASI INTERPERSONAL"
bentuk
kegiatan
PLS
dan
DALAM
(Studi ten tang
kepribadian
pada
petugas lapangan KB) ini disusun oleh Wiwiek Idaryati.
Penelitian
ini
dilatar
belakangi
oleh
masalah
bahwa
dalam
pelaksanaan Gerakan KB peranan komunikasi sangat pen ting. Melalui
komunikasi diharapkan
meningkat sehingga
partisipasi
masyarakat dalam
Gerakan
KB
pencapaian tujuan Gerakan KB yaitu menurunkan
angka kelahiran dan melembagakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
sejahtera
tergantung
perubahan.
dapat
tercapai.
Keberhasilan komunikasi
pada
kemampuan
petugas
Salah
satu
lapangan
bentuk komunikasi
KB
yang
komunikasi interpersonal. Pada kenyataannya masih
lapangan KB
yang
kurang
sehingga tingkat drop out
Gerakan KB masih tinggi.
lain
dapat
dalam
sebagai
effektif
melakukan
Kemampuan seseorang
agen
adalah
banyak petugas
komunikasi
masyarakat untuk berpartisipasi
untuk berkomunikasi sangat
antara
effektif
diantaranya
dalam
petugas lapangan KB
dipengaruhi oleh kredibilitasnya yang
terbentuk
karena
faktor
pengalaman
yang
diperoleh melalui pelatihan maupun karena faktor kepribadiannya.
Melalui metode quasi experiment dalam penelitian ini
design
adalah
one group pre test
bagaimana
dengan
post test, permasalahan yang diangkat
pengaruh
pelatihan
terhadap
peningkatan
kemampuan komunikasi interpersonal para petugas lapangan KB dalam
membina masyarakat
bagaimana
untuk
berpartisipasi dalam
hubungan kemampuan
dimiliki. Sebagai responden
lapangan KB
kriteria
gambaran
yang
dengan kepribadian
dalam penelitian ini
dilingkungan BKKBN
respondent
penelitian
tersebut
Gerakan KB,
yang
adalah petugas
Kotamadya Bandung yang
telah ditentukan.
dan
Dalam
memenuhi
pelaksanaan
ini dilakukan pemeriksaan psikologi untuk mendapatkan
ten tang
kepribadian
responden,
dan
pelatihan dengan
menggunakan pendekatan "Experiential Learning".
Untuk mengetahui
effektifitas pelatihan dilakukan test hasil belajar untuk melihat
peningkatan pengetahuan
dan observasi tingkah laku untuk melihat
peningkatan ketrampilan komunikasi
Jumlah
sample
dilakukan
uji
penelitian
yang
kecil,
dengan metode statistik
Wilcoxon
untuk
melihat
Spearman
untuk
melihat
maka
non para
pengaruh
peningkatan kemampuan komunikasi
Rank
interpersonal. Sesuai
pengolahan
data
metrik yaitu dengan
pelatihan
interpersonal dan uji
hubungan
dengan
antara
terhadap
korelasi
kepribadian dan
kemampuan komunikasi interpersonal.
Hasil
pelatihan
penelitian
dengan
menunjukkan
pendekatan
bahwa
experiential
terdapat
learning
pengaruh
terhadap
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan komunikasi interpersonal,
dan terdapat pula hubungan antara
beberapa aspek-aspek kemampuan
tersebut
Hasil
ini
dapat
diterapkan dalam pengembangan sumber daya manusia terutama
dalam
sistem
dengan
kepribadiannya.
penelitian
seleksi dan pembinaan tenaga. Dan pendekatan experiential
learning
dapat
mendukung
metode
pendidikan orang dewasa.
11
pelatihan
partisipatif dalam
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK
i
RATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.
BAB II
ix
PENDAHULUAN
1
A.
Latar belakang masalah
1
B.
Identifikasi masalah
10
C.
Maksud dan tuduan penelitian
11
D.
Kegunaan penelitian
11
FAKTOR-FAKTOR
PENENTU DALAM
PEMBENTUKAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS LAPANGAN KB
A.
KEMAMPUAN
13
Komunikasi interpersonal sebagai alat
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
17
1.
Konsep komunikasi interpersonal
17
2.
Komunikasi sebagai alat peningkatan
partisipasi masyarakat
B.
C.
35
Pelatihan komunikasi interpersonal sebagai
bentuk kegiatan PLS
44
1.
Pelatihan sebagai bentuk kegiatan PLS
44
2.
Pengelolaan pelatihan
52
3.
Model beladar "experiential learning.
59
Kepribadian komunikator
vi
74
2.
3.
D.
BAB IV
BAB V
interpersonal
79
Karakteristik kepribadian komunikator
87
Pengelolaan Program KB Nasional
91
1.
Program KB Nasional
91
2.
Petugas KB sebagai agen perubahan
95
E.
BAB III
Peran motivasi dalam tingkah laku
Anggapan dasar dan hipothesis
100
METODE PENELITIAN
109
A.
Metode dan rancangan penelitian
109
B.
Populasi dan sample penelitian
113
C.
Definisi operasional
113
D.
Variabel penelitian
118
E.
Instrumen penelitian
120
F.
Pengumpulan data
142
G.
Pengolahan data
155
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil penelitian
159
B.
Pembahasan
183
KESIMPULAN DAN REK0MENDASI.
A.
Kesimpulan
203
B.
Rekomendasi
209
DAFTAR PUSTAKA.
DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN LAMPIRAN - LAMPIRAN.
VII
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.
Pembangunan
Nasional
berkesinambungan
masyarakat
proses
pada
Indonesia
Kesedahteraan
manusia.
yang
merupakan
hakekatnya
sebagai
yang dimaksud
Pembangunan
upaya
bertuduan
masyarakat
mencakup
menurut
pembangunan
mendadikan
yang
sedahtera.
seluruh aspek
kehidupan
Prof.Drs. R.Bintarto
modernisasi yang mengantar
merupakan
masyarakat, bangsa dan negara
kedalam kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Salah satu
Keluarga
pembangunan Nasional
Berencana. Di
Berencana ini
dan
aspek
telah dikembangkan
mempunyai tujuan
ganda
menanamkan Norma Keluarga
Pelaksanaan
Indonesia
adalah
pembangunan
Gerakan Pembangunan
Keluarga
oleh Pemerintah sedak
Th 1970
yaitu menekan
Kecil Bahagia
angka kelahiran
dan Sedahtera
dan
(NKKBS).
Gerakan Pembangunan Keluarga Berencana ini dilandasi
oleh Garis Besar
Haluan Negara Th
1988 yang isinya
antara lain
berbunyi :
...pengaturan
pertumbuhan
jumlah
penduduk
melalui
Program KB mutlak harus dilaksanakan dengan berhasil,
karena kegagalan Keluarga Berencana akan mengakibatkan
hasil usaha pembangunan menjadi tidak berarti dan dapat
membahayakan generasi yang akan datang...
Memperhatikan perkembangan pembangunan Gerakan KB
I
telah
berhasil
pelembagaan
dan
meletakkan
pembudayaan
kerangka
NKKBS
landasan
terhadap
pada PJPT
bagi
upaya
peningkatan
kesejahteraan keluarga. Keberhasilan
yang cukup bermakna pada berbagai
pada
kondisi
Jawa
Barat
ini terlihat dari perubahan
ciri kependudukan. Diantaranya
pada saat
ini
yang
telah mengalami
penurunan angka pertumbuhan penduduk sebesar 2,20 % pertahun pada
periode 1990 - 1993,
yang
dan terdadinya penurunan angka
jumlah bayi
dilahirkan oleh setiap wanita usia subur (TFR) dari keadaan
5,90 pada
th 1970 mendadi 3,17 pada
tersebut masih
berada diatas
th 1994.
Namun angka-angka
angka pertumbuhan
Nasional bahkan
diatas Propinsi-propinsi lainnya.
Keberhasilan
partisipasi
suatu
masyarakat,
memperbaiki dirinya sendiri
pembangunan
dimana
sangat
tergantung
masyarakat
diharapkan
dengan bantuan dari
pada
dapat
pemerintah. Hal
ini berarti masyarakat diharapkan memiliki kemampuan untuk tumbuh
dan
berkembang atas
kekuatannya
sendiri.
Didalam
pembangunan
Keluarga Berencana pada PJPT pertama partisipasi masyarakat lebih
diarahkan pada kesertaannya mendadi peserta KB, tetapi pada tahap
selandutnya
masyarakat diharapkan
mampu
pula
berpartisipasi
secara mandiri mendadi peserta dan pengelola program
pembangunan
tersebut.
Tingkat
1994 menurut
pencapaian peserta
SDKI
1994 telah
KB di
Jawa Barat
mencapai 51%
hingga tahun
dari Pasangan
Usia
subur sebanyak 7.400.300. Dengan penggunaan alat kontrasepsi yang
tertinggi
adalah
Suntikan yaitu
sedangkan peserta KB dengan
40,02% dan
31,93 %
alat kontrasepsi yang effektif masih
sangat rendah yaitu 28,05 %. Hal tersebut dapat
memperhatikan
Pil yaitu
dipahami apabila
kendala-kendala yang ada, diantaranya tingkat drop
out
dari partisipasi
masih
masyarakat dalam
cukup tinggi. Selama bulan
menundukkan
Propinsi Jawa
Barat mencapai 14 % dari
tersebut
bahwa angka
merupakan
salah
dihadapi dalam pengelolaan Gerakan
lainnya seperti
setiap tahun
April 1994 sampai dengan bulan
Desember 1994
Kondisi
Gerakan KB
drop out
peserta KB
di
dumlah peserta KB aktif.
satu
tantangan
yang
KB, disamping faktor
faktor kesehatan, faktor
harus
kendala
psikologis, sosiologis
maupun faktor geografis.
Menurut Rogers
kegiatan
tingkat
yang
(1971)
partisipasi masyarakat
dalam
bersifat
inovatif
akan
kesadaran serta
sikapnya
terhadap kegiatan
Upaya untuk
kaitannya
merubah
dengan
kesadaran
ide
baru
sangat ditentukan
(pengetahuan)
tersebut
suatu
dan
adalah
oleh
tersebut.
dalam
sikap
melalui
upaya
komunikasi khususnya upaya difusi inovasi. Dari kondisi tingginya
angka
drop
out
dan
penggunaan
jenis
kontrasepsi
diatas
menundukkan bahwa partisipasi masyarakat untuk mendadi peserta KB
belum diikuti dengan kesadaran yang tinggi. Permasalahan tersebut
berkaitan dengan pendapat seorang tokoh yaitu David Krech, et al.
(1962. 225) yang mengemukakan bahwa :
Attitude change is brought about through exposure to
additional
information,
changes
in
the
group
affiliations of the individual,
enforced modification
of behavior toward the obdect,
and through procedures
which change personality. The direction and degree of
attitude change induce by information is function of
situational factor and of the source, medium, form and
content of information
Uraian
tersebut
peranannya sebagai
mendelaskan
alat atau
bahwa
komunikasi
media penyampaian
informasi untuk
perubahan sikap sangat menentukan keberhasilannya. Hal ini
3
dalam
berarti bahwa dalam upaya membina masyarakat untuk merubah sikap
dan
meningkatkan
partisipasinya .komunikasi
mempunyai
yang berarti. Dilihat dari definisi dan tuduan
maka
proses penyebar
dapat merupakan
luasan informasi
suatu proses
tersebut merupakan
difusi
hal baru
peranan
yang akan dicapai
mengenai Gerakan
inovasi apabila
KB ini
informasi
bagi individu dan merupakan proses
komunikasi persuasif apabila informasi tersebut telah diketahui .
Upaya komunikasi
mendadi
bagian yang
dikembangkan
kegiatan
tidak
kegiatan
dan
langsung
komunikasi yang
para
pengelola
dan telah
bersama masyarakat
pencatatan
tatap
muka
melalui
serta
dengan
media
perkembangan
telah
Gerakan
di Indonesia
dilaksanakan dan
, disamping
pelaporan
Kegiatan komunikasi ini
Sesuai dengan
menggerakkan
duga
KB
Gerakan KB.
electronik.
dan
oleh dadaran BKKBN
langsung melalui
secara
oleh
sangat penting
pelayanan
pelaksanaan
secara
dalam pengelolaan Gerakan KB
dilakukan baik
masyarakat
electronik
Gerakan
hanya
maupun
dan
non
KB dewasa
dilakukan diberbagai
KB tidak
hasil
ini
tlngkatan
bertuduan
untuk
masyarakat untuk berpartisipasi mendadi peserta
KB
mendadi pengelola Gerakan KB diwilayahnya. Tetapi diharapkan
pada
upaya
pembinaan
yang
diarahkan
pada
peningkatan
kemandirian masyarakat.
Didalam proses perubahan
masyarakat
perubahan
peranan
agen
perubahan
adalah individu atau
berkomunikasi
meningkatkan
dengan
sosial yang
sangatlah
penting.
Agen
institusi yang diharapkan mampu
masyarakat
partisipasinya
menuntut partisipasi
untuk
merubah
dalam pembangunan.
Agen
sikap
dan
perubahan
dapat
berasal
dari instansi
yang
memiliki
inovasi atau
dari
masyarakat itu sendiri.
Dalam pengelolaan
diharapkan
fungsi
mampu
petugas
pendekatan
informal
memberikan
mendadi
lapangan
ada
KB ,petugas
agen
KB
terhadap tokoh
yang
pengelolaan
Gerakan
perubahan.
(PLKB)
KB
Sehingga
mencakup
masyarakat baik
diwilayahnya,
Gerakan
tokoh
bersama
masyarakat baik
(PLKB)
tugas dan
kegiatan
:
1).
formal maupun
2).menyusun
diwilayahnya
penyuluhan kepada
lapangan KB
perencanaan
masyarakat,3).
secara individual
maupun kelompok untuk mendadi peserta KB maupun mendadi pengelola
Gerakan
KB
,
4).membina
masyarakat
untuk
mendadi
Gerakan KB diwilayahnya, 5).melakukan koordinasi
lain, 6).memberikan pelayanan
pengelola
dengan instansi
KB dan, 7).melaksanakan pencatatan
dan pelaporan hasil pengelolaan Gerakan KB diwilayahnya.
Memperhatikan tugas
mendadi
aspek
petugas
lapangan
karena
itu
dan
penting
KB
petugas
fungsi tersebut,
tampaknya
yang
keberhasilan
(PLKB)
menentukan
dalam
lapangan
komunikasi
seorang
mendalankan tugasnya.
KB (PLKB)
dapat
pula
Oleh
dikatakan
sebagai agen perubahan, penyuluh atau komunikator pembangunan.
Berdasarkan
bersama
hasil penilaian
Universitas Paddadjaran
pada umumnya para petugas
sering
melakukan
Karena melalui
yang dilaksanakan
(UNPAD) diperoleh
temuan bahwa
lapangan KB sebagai penyuluh KB
komunikasi
(interpersonal communication)
massa.
pihak BKKBN
yang
bersifat
daripada komunikasi
komunikasi
individual akan
lebih
individual
kelompok atau
lebih
mudah
untuk mendapatkan sasaran daripada komunikasi kelompok. Disamping
itu
masyarakat menganggap
merasa lebih akrab
dengan
komunikasi individual
sehingga permasalahan yang sifatnya
mereka
pribadi
dapat dipecahkan dan waktunya dapat disesuaikan dengan kesempatan
yang dimiliki sehingga tidak merasa terganggu. Tetapi berdasarkan
hasil
yang
analisa penilaian
dilakukan
oleh
Gerakan Pembangunan
BKKBN
komunikasi (KIE) diketahui
tentang
Gerakan KB
terhadap
Keluarga Berencana
pelaksanaan
kegiatan
bahwa ternyata pengetahuan masyarakat
sudah cukup
tinggi, tetapi
tidak ditundang
pelaksanaan kegiatan
komunikasi yang
oleh sikap dan perilakunya.
Hal
ini menundukkan bahwa
dilakukan
oleh
komunikasi
para
massa,
petugas
komunikasi
maupun
pengelola
kelompok
baik
maupun
melalui
komunikasi
individual belum menundukkan keberhasilan.
Hasil
penelitian
Semendison,
dkk
(1991)
lain
yang
dilakukan
terhadap penampilan
penyuluhan menundukkan penilaian yang
oleh
pe.tugas
FXA.Ins
KB
dalam
bersifat negatif , dan hal
tersebut dianggap sebagai penyebab ketidak berhasilan pelaksanaan
KIE
atau
penyuluhan
tentang
Gerakan
Pembangunan
Keluargan
Barencana. Pendapat tersebut diantaranya adalah :
Dalam melakukan penyuluhan atau KIE para petugas
KB tidak memberikan informasi yang lengkap dan
delas terutama mengenai effek samping daripada
kontrasepsi sehingga sering menimbulkan keraguraguan
pada
sasaran.
Disamping
itu
materi
penyuluhan yang diberikanpun kurang bervariasi
sehingga terkesan para petugas kurang mempunyai
wawasan
yang luas mengenai
Program KB dan kurang
memahami kondisi masyarakat
Dalam
melakukan KIE
atau penyuluhan
jarang
menggunakan alat bantu,
padahal masyarakat merasa
lebih delas apabila dalam penyuluhan menggunakan
media/alat peraga penyuluhan.
Pendekatan yang dilakukan oleh para petugas masih
bersifat koersif dan membohongi terutama pada
masyarakat yang berpendidikan rendah, sehingga
kesertaan mereka dalam Gerakan KB karena paksaan,
tidak didasari oleh kesadaran yang tinggi. Dan ada
kecenderungan bahwa para petugas selalu menghindar
dari
keluhan-keluhan
yang
diungkapkan
oleh
masyarakat.
Berdasarkan
uraian
diatas
maka
diasumsikan
bahwa
mengembangkan kemampuan seorang petugas KB untuk mendadi
komunikator
yang
berhasil
maka
perlu
ketrampilan dan kepribadian komunikator
pendapat Ross
komunikasi
(1974; 57)
seorang
memperhatikan
faktor
. Hal ini ditundang oleh
yang mendelaskan bahwa
didalam proses
faktor kepribadian ,kecerdasan , pengalaman dan sikap
seorang komunikator
sangat menentukan
keberhasilannya, terutama
sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mengolah
isi
untuk
pesan kepada
orang
lain. Hal
dan menyampaikan
ini t.ertuang
dalam definisi
komunikasi yang dikemukakannya :
Communication
as a
transactional process
involving a
cognitive, selecting and sharing of symbols in such a
way as to help another elicit from his own experience a
meaning
or response
similar to
that intended
by the
source.
Demikian
pula
Jalaludln
(1992;
menentukan
32)
kepribadian
sangat
diantaranya
adalah aspek kecerdasan,
menyatakan
kemampuan
bahwa
seorang
faktor
komunikator
kemampuan persepsi, konsep
diri, sikap atraktive, motivasi dan kemampuan interaksi sosial.
Agar para
atau
penyuluh
petugas KB
Gerakan
berhasil mendadi
Pembangunan
kredibilitasnya dapat diandalkan
seorang komunikator
Keluarga
Berencana
maka perlu upaya pembinaan
7
yang
dan
pengembangan
baik
melalui
proses
pembeladaran
yang
bersifat
formal maupun non formal. Hal ini ditundang oleh pendapat Maureen
Guirdham (1990, 8) yang
interpersonal
individu
menyatakan bahwa tingkah laku komunikasi
dipengaruhi
oleh
faktor beladar
yang
diperoleh
tersebut baik beladar tentang nilai-nilai, pengetahuan,
sikap maupun
ketrampilan, disamping faktor kondisi sosial dimana
individu tersebut
berada seperti
llngkungan keluarga, lingkungan
faktor budaya,
status sosial,
teman, lingkungan pekerdaan
dan
duga faktor media massa.
Upaya
pembinaan
berbagai
atau
kegiatan Pendidikan
pendidikan
orang dewasa
meningkatkan
Dewasa yang
Luar
dapat
diberikan
Sekolah
ketrampilan serta
; 75) salah
telah
melakukan
adalah
bertuduan untuk
kepribadiannya.
satu bentuk Pendidikan
bertuduan untuk mengembangkan kemampuan
yang
melalui
diantaranya
(adult Education) yang
pengetahuan dan
Menurut Suddana (1991
manusia
pengembangan
pekerdaan
atau
Orang
sumber daya
suatu
kegiatan
sukarela dimasyarakat yang dilakukan dilingkungan lembaga-lembaga
pemerintahaan
maupun
non
Landutan
(Continuing
dilakukan
berdasarkan
yang
Education).
efisiensi
dan
adalah
bentuk Pendidikan
Pendidikan
adanya tuntutan
mengharuskan setiap
mencapai
pemerintah
orang untuk
efektivitas
Landutan
pekerdaan
atau kegiatan
mengembangkan diri
kerda,
ini
dan
duga
untuk
karena
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Upaya
Pendidikan
Landutan
bagi
para
petugas
Keluarga
Berencana dilingkungan Lembaga BKKBN telah banyak diselenggarakan
dalam bentuk training atau pelatihan
8
yang bertuduan agar
mereka
mampu
mengelola
Gerakan
Pembangunan
kerdanya. Upaya peningkatan
Keluarga
bagian dari pendidikan dan
Berencana
dengan
terstruktur.
adalah
dilingkungan
wilayah
pengetahuan dan ketrampilan
petugas
Berencana dalam bidang
KB
komunikasi (KIE)
ini merupakan
pelatihan dasar bagi petugas Keluarga
menggunakan
Dilihat dari
untuk meningkatkan
kurikulum
tuduan
yang
beladar
pengetahuan
bentuknya
yang
telah
ingin
dicapai
dan ketrampilan
petugas
dalam berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam Gerakan
tersebut
maka
komunikasi
analisa
materi
dan
Sedangkan
yang
motivasi,
sasaran,
KB. Untuk
dibahas
tehnik
mencapai tuduan
beladar
mencakup
tentang
menyusun
dan
tehnik
mengembangkan
metode yang
banyak
digunakan
mengadar tersebut
isi
teori
pesan,
media
dalam
adalah metode ceramah, studi
tehnik
komunikasi.
proses
beladar
kasus, penugasan
dan simulasi atau role play. Didalam pelatihan tersebut digunakan
pula
berbagai
media
beladar,
tetapi
waktu
dan
kedalaman
pembahasan setiap materi sangat terbatas.
Kurikulum
peneliti
dan proses pelatihan
kurang
petugas khususnya
hasil pengamatan
petugas KB
memperhatikan
yang
peneliti dilapangan
pengembangan
kepribadian
yang ditemukan
setelah mengikuti pelatihan dasar
tersebut tampak
kurang
aspek
kepribadian komunikator. Hal ini didukung oleh
mampu mendadi seorang
Hal
tersebut menurut pengamatan
percaya diri,
menginterpretasikan
pada umumnya belum
komunikator atau motivator yang
antara lain
kondisi
dan
dan
dari sikap
kurang
apa
bahwa para
effektif.
atau penampilannya
mampu menganalisa
yang
ditampilkan
atau
oleh
sasaran. Isi pesan yang
terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai
dengan kondisi sasaran.
Serta terlihat kurangnya perhatian
petugas
untuk
mau
mendengarkan
dan
memahami
para
keluhan-keluhan
sasaran.
Program
pelatihan
"Experiential
dengan
menggunakan
learning" yang menltik
pendekatan
beratkan pada pengembangan
pribadi dapat merupakan salah
satu model beladar yang diharapkan
cukup memadai untuk mengatasi
masalah tersebut dan mengembangkan
kemampuan
KB
petugas
lapangan
dalam
berkomunikasi.
Dengan
pendekatan "Experiential learning" seseorang akan beladar melalui
penghayatan langsung atas pengalaman yang didalani.
Berdasarkan
dirasakan
perlu
pelatihan
Luar
kondisi dan
untuk
sebagai bentuk
Sekolah
pendekatan
khususnya
hubungan
meneliti
sedauhmana
program
pelatihan
suatu
pada Pendidikan
dengan
sebagai suatu
peningkatan pengetahuan dan
dalam berkomunikasi dengan
diatas maka
pengaruh
kegiatan pembeladaran
"Experiential learning"
yang dapat mempengaruhi
petugas KB
permasalahan tersebut
menggunakan
model beladar
ketrampilan
masyarakat dan sedauhmana
kepribadian seorang petugas KB dengan kemampuan dirinya
untuk berkomunikasi secara interpersonal dalam upaya menggerakkan
dan membina masyarakat untuk berpartisipasi dalam Gerakan KB.
Sasaran
penelitian
ini adalah
para
bertugas di daerah Kotamadya Bandung.
10
petugas
lapangan KB
yang
B.
Identifikasi Masalah.
Berdasarkan
belakang
uraian
masalah,
yang
maka
telah
yang
dikemukakan
mendadi
masalah
pada
latar
utama
dalam
penelitian ini adalah "Sedauhmana faktor pelatihan sebagai bentuk
kegiatan pembeladaran PLS dan faktor kepribadian dalam menentukan
pembentukan
sehingga
kemampuan
mampu
komunikasi
membina
interpersonal
masyarakat untuk
Petugas
berpartisipasi
KB
dalam
Gerakan KB ?
Secara
lebih
terperinci
masalah
yang
akan
diteliti
dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Sedauhmanakah
pengaruh
pembeladaran PLS
terhadap
pelatihan sebagai
dengan pendekatan
peningkatan kemampuan
bentuk
kegiatan
"Experiential learning"
petugas
lapangan KB
dalam
komunikasi" interpersonal ?
2.
Sedauh manakah hubungan antara kepribadian
petugas lapangan
KB dengan kemampuan komunikasi interpersonal ?
C.
Maksud dan tuduan penelitian.
Penelitian ini dimaksudkan
untuk memperoleh model pelatihan
komunikasi interpersonal dan mendapat
serta
pemahaman
pelatihan
peningkatan
komunikasi
sebagai
yang
lebih luas
bentuk
kemampuan
interpersonal,
tentang
kegiatan
petugas
gambaran yang lebih
pembeladaran
lapangan
dan
sedauhmana
bagaimana
KB
PLS
tepat
pengaruh
terhadap
tentang
kemampuan
hubungan
kemampuan
komunikasi interpersonal tersebut dengan kepribadiannya.
Untuk maksud tersebut
maka tuduan penelitian
11
ini diarahkan
pada 3 (tiga) hal yaitu :
1.
Menelaah pengaruh pelatihan
learning"
dengan pendekatan "Experiential
terhadap peningkatan
kemampuan petugas
KB dalam
komunikasi interpersonal.
2.
Mempeladari hubungan kepribadian dengan kemampuan petugas KB
dalam berkomunikasi secara interpersonal.
3.
Mendapatkan
model
pelatihan
komunikasi
dalam
rangka
pembinaan prestasi petugas KB.
D.
Kegunaan Penelitian.
Hasil
yang
diperoleh
dari
penelitian
ini
diharapkan
mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1.
Bagi
pengembangan
ilmu
diharapkan berguna untuk
dalam
pengetahuan,
penelitian
ini
pengembangan metode-metode beladar
Pendidikan Luar Sekolah
dan pengembangan teori-teori
Psikologi Komunikasi khususnya
mengenai peranan kepribadian
terhadap kemampuan komunikasi.
2.
Dari segi
guna laksana, hasil penelitian
masukan bagi para
pengembangan
dalam
pimpinan dilingkungan BKKBN
dan pembinaan
pengelolaan
ini sebagai bahan
tenaga
pelatihan
KIE
petugas serta pengelola Program KB .
12
Program
dan
untuk proses
KB,
pembinaan
khususnya
terhadap
^
~*«
^
l\
^•£-*' ^^y.
y*.
y
/#