PENGARUH PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

(1)

i

HALAMAN JUDUL

PENGARUH PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

(Penelitian Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XII SMA Negeri 2 Pontianak)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan IPS

Disusun oleh : Asep Sutisna, NIM: 0808210

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BABDUBG


(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XII SMA Negeri 2 Pontianak) ” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan pada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 01 April 2011

Asep Sutisna NIM 0808210


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.

(Penelitian Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XII SMA Negeri 2 Pontianak)

Disusun oleh: Asep Sutisna NIM: 0808210

Disetujui dan Dissahkan Oleh Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd Prof.Dr.H. Asmawi Zaenul, M.Ed NIP. 19570408 198401 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Enok Maryani, MS NIP. 19600121 198502 001


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Penerapan Metode Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Sejarah di kelas XII SMA Negeri 2 Pontianak) untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam penyajian maupun substansi yang diungkapkan. Hal itu diakui karena keterbatasan khasanah dan keilmuan yang penulis miliki. Namun sekecil apapun hasil sumbangsih yang disajikan dari penyusunan tesis ini, penulis berharap semoga dapat melengkapi khasanah keilmuan terutama dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas.

Akhirnya penulis berharap untuk melengkapi dan menyempurnakan sajian penulisan tesis ini, adanya tanggapan, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak , khususnya bagi perkembangan dunia pendidikan SMA di Kalimantan Barat, dan pada umumnya di tanah air kita .

Bandung,01 April 2011 Penulis


(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini

Rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga, penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan perhatian penuh dalam sistematika penulisan, penyempurnaan bahasa, serta memberikan motivasi secara terus menerus sehingga penulis merasa leluasa untuk bertanya, berkonsultasi tentang metodologi penulisan tesis ini, dan berbagai masukan perbaikan dalam setiap kesempatan dan penulis jadikan bahan atau pedoman dalam kebaikan penulisan tesis ini. 2. Prof.Dr.H. Asmawi Zaenul, M.Ed selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan perhatian penuh dalam hal penyususnan instrument penelitian tesis ini khususnya dalam pembelajaran sejarah, beliau sangat moderat dalam membimbing penulis tentang penyusunan instrument penelitian yang akan digunakan di lapangan, sehingga penulis mendapat gambaran yang jelas dalam penulisan tesis ini.

3. Ibu Prof. Dr.Hj. Enok Maryani, MS, selaku ketua program studi pendidikan IPS Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang secara progresif dan akomodatif dalam memberikan pengarahan dan memberikan solusi serta motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan kesempatan sekaligus menyediakan fasilitas yang lengkap, sehingga penulis mampu menyelesaikan studinya di sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).


(6)

vi

5. Bapak Prof. Dr. Fuad Abdul Hamied,MA, selaku direktur Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studinya disekolah Pascasarjana program studi pendidikan IPS.

6. Bapak Surya Pranata, Ph.D selaku Direktur PMPTK Jakarta yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi kepada penulis di Sekolah Pascasarjana program studi pendidikan IPS Universitas Pendidikan Indonesia.

7. Drs. Abdul Hadi, M.Si, selaku Kepala LPMP Pontianak yang telah meloloskan dan memberikan kesempatan Beasiswa Bantuan Pendidikan kepada penulis untuk meneyelesaikan Studi di Sekolah Pascasarjana program studi pendidikan IPS Universitas Pendidikan Indonesia.

8. Bapak Kepala SMA Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah mengijinkan kepada penulis untuk melakukan uji coba Instrumen penelitian di kelas XII Program IPS .

9. Bapak Drs. Deni Kadarsah, M.Pd, wakil kepala Sekolah bidang kurikulum SMA Laboratorium Percontohan UPI yang telah membantu kepada penulis dalam membantu uji coba Instrumen Penelitian di Kelas XII IPS 1 dan IPS 2

10. Bapak Drs. Suhrawardi, M.Si, selaku kepala Sekolah SMANegeri 2 Pontianak yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kelas XII IPS dan berbagai fasilitas lainnya yang diperlukan guna kebelangsungan dalam penelitian ini. 11. Bapak Drs. Henri Agus Bintoro selaku guru sejarah di SMANegeri 2 Pontianak pada

kelas XII IPS yang telah memberikan bantuan berupa data primer dan sekaligus sebagai pengajar di kelas tersebut, sehingga penelitian ini bisa berjalan lancar.


(7)

vii

12. Istri tercinta Dra. Yuliana, yang senantiasa setia, dan sabar, serta selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan penulisan tesis ini, juga pada anak-anakku tercinta yang selalu setia dan memberikan harapan agar segera berkumpul bersama walaupun telah beberapa lama berpisah, hingga akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

13. Teman-teman penulis satu angkatan di program studi Pendidikan IPS yang selalu berinteraksi dan memotivasi dalam keilmuan dan member inspirasi substansi penulisan tesisi ini.

14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan fasilitas, motivasi, kemudahan , sertaperhatiannya yang tiada terhingga guna melengkapi penyajian dan substansi tesis ini. Semoga semua amal bakti di terima Allloh SWT dan mendapatkan pahala yang setimpal dari-Nya. Amin Ya Robal Alamin.

Bandung, 01 April 2011 Penulis


(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

PERNYATAAN ……….. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……… iii

ABSTRAK ………... iv

KATA PENGANTAR ……….. v

UCAPAN TERIMAKASIH ……….. vi

DAFTAR ISI ………. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 01

B. Rumusan Masalah ... ……… 10

C. Tujuan Penelitian .………. 10

D. Manfaat Penelitian ……… 11

E. Hipotesis Penelitia ……….... 12

F. Metode Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .………. 13

G. Desain Penelitian ……….. 14

H. Paradigma Penelitian ... .. 17

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pengertian Metode Problem Based Learning dan Hasil Belajar 1. Pengertian Problem Based Learning ………. 18

a. Dukungan Teoritis... 20

b. Karakteristik Problem Based Learning ……… 23

c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. 28

d. Langkah-langkah Metode PBL ……… 30

2. Pengertian Hasil Belajar ……….... 32

B. Peranan Metode PBL Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa …………. 35

C. Metode PBL Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ………... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Desain, dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian ……… 49

2. Desain Penelitian ……… 49


(9)

ix

4. Teknik Analisa Data ……… 57

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ……… 57

C. Prosedur Penelitian ……… 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Pre test Hasil Belajar ……… 63 2. Uji Normalitas dan Homogenitas ……… 65 3. Post-test Hasil Belajar ………. 68 4. Pre-test dengan post-test pada kelompok eksperimen dengan perlakuan

Metode Problem Based Learning ……… 70

5. Pre-test dan post-test pada kelompok Siswa tanpa Perlakuan …………... 72 6. Peningkatan Kemampuan Hasil Belajar Siswa ……….. 74 7. Tanggapan Siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

Metode Problem Based Learning ……….. 81

8. Observasi Guru dan Siswa Selama Pembelajaran dengan Menggunakan Metode

Problem Based Learning ……….. 84

9. Hasil Pembelajaran dengan Penerapan Metode PBL ……… 93

B. Pembahasan ………. 94

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……… 108

B. Rekomendasi ……… 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Eksperimen 50

3.2 Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar 52

3.3 Klasifikasi Daya Pembeda 53

3.4 Klasifikasi Taraf Kemudahan 53

3.5 Klasifikasi Koefisien Relibilitas 54

3.6 Uji Reliabilitas Kuesioner Siswa 55

3.7 Kondisi Sampel 58

4.1. Hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol 64

4.2 Uji Normalitas pre-test group eksperimen-kontrol 65

4.3 Uji Normalitas Data Pre-test Kelompok Eksperimen 65

4.4 Uji Normalitas Data Pre-test Kelas Kontrol 66

4.5 Uji Homogenitas Data Pre-test 66

4.6. Hasil Uji perbedaan pre test Group Statistik. 67

4.7. Independent Sample Test 68

4.8 Hasil Post- test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 69

4.9 Hasil Uji perbedaan post- test Group Statistik 69

4.10 Independent Sample Test 70

4.11 Hasil pre-test dan post- test pada kelompok eksperimen dengan Perlakuan 71 4.12 Hasil uji t Perbedaan pre-test dan post- test kelas eksperimen 71 4.13 Hasil Pre-test dan Post-test pada kelompok tanpa perlakuan 73 4.14 Hasil Uji Perbedaan pre-test dan post-test pada kelas Kontrol 73

4.15. Hasil Uji Perbedaan Gain 75

4.16 Independent Sample Test 75

4.17 Skor pre-test, post- test dan Gain Setiap Indikator Tes hasil belajar siswa 77

4.18 Hasil Kuesioner Siswa Kelas Eksperimen 82

4.19 Hasil Observasi Guru 90


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar/Grafik Halaman

1.1 Desain Penelitian 15

1.2 Pardigma Penelitian 17

3.1 Prosedur penelitian 62


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampira A: Gambar Kegiatan Penelitian ……… 114

Lampiran B: Instrumen Penelitian 1. RPP ... 121

2. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 125

3. Naskah Soal Tes Hasil Belajar ... 127

4. Data Uji Coba Perolehan Siswa ... 134

5. Hasil Uji Coba Soal ... 138

6. Validitas Soal THB ... 146

7. Kisi-kisi Kuesioner Siswa ... 149

8. Kuesioner Opini Siswa ... 150

9. Data uji coba Kuesioner Siswa ... 152

10. Uji Reliabiltas Kusioner Siswa ... 155

11. Hasil Validasi Kuesioner Siswa ... 158

12. Tim Validasi ... 160

13. Pedoman Observasi Guru ... 161

14. Pedoman Observasi Siswa ... 164

15. Lembar Kerja Siswa ... 165

Lampiran : C. Data Penelitian 1. Data Skor Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ……… 171

2. Data Skor Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ………. 173

3. Tabulasi Data Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ………. 175

4. Tabulasi Data Pre-test dan Post-Test Kelas Kontrol ……….. 181

5. Data Perolehan Pre-test, Post-tess dan Gain Setiap Indikator ……… 185

6. Data Hasil Kuesioner Siswa Kelas Eksperimen ………. 188

7. Data Hasil Observasi Guru ……… 190

8. Data Hasil Observasi Siswa ………... 193 Lampiran : D Surat Keputusan dan Surat Keterangan Penelitian

1. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 2. SK Pembimbing Penulisan Tesis

3. Surat Keterangan Melakukan Uji Coba Instrumen di SMA Laboratorium UPI 4. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SMAN2 Pontianak.


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning atau PBL) baru muncul akhir abad ke 20, tepatnya dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980). Model ini muncul sebagai hasil penelitian mereka terhadap kemampuan bernalar mahasiswa kedokteran di Mc Master Medical School Kanada. PBL juga diteliti oleh de Goeij et.al. (1987) di universitas Limburg Belanda dan telah menghasilkan kurikulum berbasis masalah dengan beberapa karakteristik yang menarik di antaranya:

(1) dalam 6 minggu pertama dilakukan pembelajaran tematik yang disusun multidisiplin; (2) materi program tersebut bersifat koheren dan memiliki struktur yang komprehensif; (3) program mengandung sifat yang berulang;

(4) Selama 4 tahun ada peningkatan kesulitan secara bertahap dari mudah ke yang lebih sulit.

Pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan pembelajaran melalui metode pemecahan masalah (problem solving). Problem solving menuntut siswa secara individual mencari jawaban dari serangkaian pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan guru. Dipihak lain PBL mengarahkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencari situasi masalah dan melalui pencarian ini diharapkan dapat menguji kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan mereka untuk menentukan informasi mana yang perlu mereka peroleh juga untuk menyelesaikan dan mengelola situasi yang ada.


(14)

2

Boud dan Felleti (1997:28) menyatakan bahwa “Problem Based Learning is a

way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity”. H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa PBL adalah sebuah metode

pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan pengetahuan (knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya.

Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang titik awal

pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari “prior knowledge” ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dalam kelompok kecil merupakan butir utama dalam penerapan PBL.

Beberapa karakteristik PBL (Barrows and Tamblyn,1980) di antaranya yaitu: 1. kompleks, dalam mengorganisasikan fokus pembelajaran tidak ada satu jawaban

yang “benar” seperti keadaan nyata dalam kehidupan.

2. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi kesenjangan dalam pembelajaran, dan mengembangkan pemecahan yang mungkin.

3. siswa mengumpulkan informasi baru melalui pembelajaran yang diarahkannya sendiri (self-directed learning).


(15)

3

5. permasalahan diarahkan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam diri siswa.

Menurut Entwistle (1981) PBL selain melaksanakan “deep approach”

(pendekatan mendalam) dan “surface approach” ( , juga

memiliki “strategic approach” (pendekatan strategis) yaitu menekankan perolehan nilai tertinggi, mengatur waktu dan mencari jalan keluar (solusi) agar dihasilkan efek terbaik, menjamin persyaratan dan materi yang mencukupi untuk dipelajari, menggunakan bahan ujian sebelumnya untuk meramalkan pertanyaan-pertanyaan, dan waspada terhadap petunjuk penilaian.

Adapun beberapa keunggulan PBL yang ditemukan yaitu dapat memperluas tema, menggunakan pendekatan yang beragam, mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata, belajar mengembangkan pengetahuan baru, belajar mengembangkan kemampuan berpikir kritis, belajar memahami materi pelajaran, belajar tidak hanya menghafal materi pelajaran tetapi juga mengalami langsung apa yang dipelajarinya, serta meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Dalam rangka memperluas tema, PBL memiliki delapan karakteristik tambahan seperti yang dikemukakan Boud (dalam Baden and Major, 2003:4) yaitu:

(1) an acknowledgment of the base of experience of learners; (2) an amphasis on

student talking responsibility for their own learning; (3) a crossing of boundaries between disciplines; (4) an interwining of theory and practice; (5) a focus on the processes rather than the products of knowledge acquisition; (6) a change in the tutor’s role from that instructor to that of fasilitator; (7) a change in focus from tutor’s assessment of outcomes of learning to student self assessment and peer assessment; (8) a focus on communication and interpersonal skills so that students understand that in order to relate their knowledge, they require skills to communicate with others, skills that go beyond their area of technical expertise.


(16)

4

Dari kedelapan karakteristik tersebut di atas mengandung arti: (1) mengakui dasar pengalaman siswa; (2) menekankan pada pertanggungjawaban siswa sendiri terhadap pembelajaran mereka; (3) bersifat lintas disiplin; (4) memadukan teori dan praktek; (5) lebih terfokus pada perolehan proses daripada hasil; (6) perubahan peran guru dari instruktur menjadi fasilitator; (7) perubahan pola asesmen dari asesmen guru (tutor’s

assessment) menjadi asesmen sendiri (self-assessment) dan asesmen rekan sejawat (peer assessment); (8) terfokus pada keterampilan berkomunikasi interpersonal yang

memungkinkan siswa saling menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki, yang selanjutnya dapat membekali kemampuan untuk selalu meningkatkan diri dalam bidang profesinya kelak.

Lebih lanjut, Baden dan Major menyatakan bahwa sebagai perluasan filosofis maka PBL mencakup tiga bidang yang luas, yaitu:

problem based learning that comprised curricula

organization around problem rather than disciplines, an integrated curriculum and an problem based learning emphasis on cognitive skills;

conditions that facilitated problem-based learning such as small groups, tutorial instruction, and active learning;

outcomes that wete facilitated by problem-based learning such as the

development of skills an such asd motivation, together with the development of the ability to be life-long learners.

Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa (1) karakteristik esensial dari PBL menggunakan organisasi kurikulum di sekitar masalah, karena itu lebih bersifat kurikulum terintegrasi dan menekankan pada keterampilan kognitif; (2) kondisi/ persyaratan yang difasilitasi oleh PBL berupa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, tutorial, dan belajar aktif; (3) hasil belajar yang difasilitasi oleh PBL berupa pengembangan keterampilan dan motivasi, seiring dengan pengembangan kemampuan belajar sepanjang hayat. Karena PBL lebih memfasilitasi inkuiri terbuka, maka


(17)

5

pembelajaran ini berujung terbuka pula. Hal ini disebabkan beragamnya kemungkinan melaksanakan PBL dengan membentuk perpaduan dan saling keterkaitan secara bebas antara PBL dengan “project-based learning”(Pembelajaran berbasis proyek),

“problem-solving learning”( , “action and work-based learning”(

"tindakan dan pembelajaran berbasis kerja"). Ada 8 modus kurikulum dalam pelaksanaan

PBL, yaitu single module approach(pendekatan modul tunggal), PBL on a shoestring ( , the funnel approach (saluran pendekatan), the foundational

approach(pendekatan dasar), the two-strand approach (pendekatan dua elemen), patchwork PBL (tambal sulam PBL), the integrated approach (

, the complexity model (model kompleksitas).

Penyempurnaan proses pembelajaran sejarah dicobakan dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan modus kurikulum model kompleksitas (the complexity model). Dalan hal ini pembelajaran didesain dengan mengkonfrontasikan peserta didik dengan masalah masalah kontekstual yang berhubungan dengan materi pelajaran sehingga peserta didik mengetahui mengapa mereka belajar kemudian mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi dari buku sumber, diskusi dengan teman untuk dapat mencarikan solusi masalah yang dihadapinya.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar peserta didik karena melalui pembelajaran ini peserta didik belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan


(18)

6

data yang telah dikumpulkan (William& Shelagh, 1986) . Sedangkan Heller (1992) mengemukakan keberhasilan pendekatan PBL tergantung pada dua faktor, yaitu: (1) jenis masalah yang dikonfrontasikan kepada siswa yaitu masalah yang menuntut pemecahan berdasarkan PBL, dan (2) Formasi dan kebermanfaatan fungsi kelompok kooperatif untuk memaksimalkan aktivitas dan partisipasi siswa secara keseluruhan.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah masih dianggap sebagai pelajaran yang membosankan bagi peserta didik. Hal ini sesuai yang dikemukakan Wineburg (2006:323) menggambarkan:

ciri-ciri guru sejarah yang buruk dalam masyarakat kita. Penyajian yang membosankan, penjejalan informasi tentang masa lalu. Tokoh Caspar Milquetoast berkacamata melakukan monolog seperti Socrates. Papan tulis yang penuh dengan coretan-coretan tanpa arti, semua fakta dihapalkan cepat-cepat dan kemudian dilupakan cepat-cepat. Murid-murid duduk membisu dengan mata berkaca-kaca, beberapa mencatat tetapi sebagian besar menguap karena bosan. Tidak diragukan memang ada guru yang digambarkan oleh Wineburg, karena pembelajaran yang selama ini berjalan masih berorientasi pada pandangan perenialis dan esensialis yang membiasakan siswa mengembangkan pola belajar menghapal, penekanannya hanya pada perkembangan aspek kognitif dan mengembangkan pola belajar pasif bagi siswa dalam proses pembelajaran.

Sementara menurut Al Muhtar (2001:229) kelemahan kegiatan pembelajaran yang teridentifikasi dilapangan adalah sebagai berikut:

• Proses pembelajaran kurang ditunjang dengan pengembangan dan media alat pembelajaran.

• Proses pembelajaran lebih menekankan pada pengembangan aspek kognitif dari pada afektif dan psikomotor.

• Proses pembelajaran kurang menyentuh aspek nilai sosial dan ketrampilan sosial.

• Proses pembelajaran lebih menekankan pencurahan isi buku daripada proses penalaran isi buku.


(19)

7

• Proses pembelajaran lebih menempatkan siswa sebagai penerima informasi dalam belajar satu arah , dari pada melibatkan siswa dalam proses belajar.

• Proses pembelajaran lebih menempatkan guru sebagai sumber informasi yang dominan, disamping terbatasnya penggunaan sumber daya belajar lainnya.

• Proses belajar lebih menempatkan guru sebagai sumber informasi, seperti yang terdapat di dalam buku dari pada kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.

• Proses pembelajaran belum banyak mengakses pada penguatan sistem nilai keimanan dan ketakwaan.

• Proses pembelajaran belum secara tegas mengakses pada penguasaan IPTEK.

Tantangan lain yang dihadapi oleh guru setiap hari dan merupakan tantangan bagi pengembang kurikulum. Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas,2006).

Guru bukanlah orang yang serba mengetahui, dan siswa bukanlah orang yang serba tidak tahu. Guru mempunyai kelebihan tertentu yang harus digunakan untuk membelajarkan siswa. Pendekatan ini kita sebut pendekatan manusiawi (humanistik). Guru dan peserta didik keduanya adalah manusia yang menjadi fokus dari strategi belajar-mengajar. Pendekatan humanistik tersebut lebih menitik beratkan manusia sebagai individu. Guru secara individual sebagai pihak yang menyampaikan ilmu dan siswa secara individual melakukan kegiatan belajar untuk membentuk selfconcept bagi dirinya sendiri. (Gulo,2002:6).

Moh Amin dalam bukunya Humanistic Education (1972) menyebut tiga dalil utama dalam pendekatan ini, yaitu :


(20)

8

1) persepsi dari seseorang individu pada setiap saat menentukan tingkah lakunya; 2) persepsi-persepsi tentang dirinya adalah lebih penting dari pada persepsi-persepsi

lainnya yang ada;

3) manusia lebih terikat dalam usaha terus menerus untuk self-fullfilment (pemenuhan diri).

Berdasarkan ketiga dalil tersebut, peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar ialah berusaha secara terus menerus untuk membantu peserta didik membangun konsep bagi dirinya sendiri. Untuk maksud tersebut maka potensi-potensi yang dimilki peserta didik perlu diketahui, dirangsang, dan dikembangkan. Pendekatan yang demikian disebut pendekatan humanistik.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran dalam rangka peningkatkan mutu pendidikan . Sebab pendidik/guru merupakan ujung tombak dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, perlu ada suatu pendekatan/metode pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan dan meningkatkan prestasi belajar siswa .

Metode Problem Based Learning (PBL) atau metode pembelajaran berbasis masalah merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (Student Centered). Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyati Arifin dkk (2003:127), bahwa metode pemecahan masalah digunakan guru bila bertujuan untuk mengembangkan proses berpikir siswa melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan . Tergantung dari sifat masalah yang dibawa ke dalam kelas, teknik


(21)

9

pemecahannya dapat dilaksanakan secara berkelompok atau secara individual, dapat dikerjakan di dalam kelas atau sebagian tugas di luar kelas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, metode pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan Metode ini guru tidak memberikan informasi materi pembelajaran terlebih dahuulu, tetapi informasi materi pembelajaran diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya.

Berdasarkan uraian di atas jelas, bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah , dalam Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Belajar adalah didorong oleh tantangan, masalah terbuka. Siswa bekerja dalam kelompok kolaboratif kecil. Guru mengambil peran sebagai “fasilitator” belajar (http://Wikipedia , ensiklopedia bebas) Dengan demikian, pembelajar didorong untuk mengambil tanggungjawab untuk kelompok mereka dan mengatur serta mengarahkan proses pembelajaran dengan dukungan dari seorang guru atau instruktur . Pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan konten dan mendorong perkembangan komunikasi, pemecahan masalah, dan pembelajaran yang diarahkannya sendiri (self-directed learning) keterampilan.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Metode Problem Based Leraning Terhadap Hasil

belajar Siswa (Studi Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XII SMAN


(22)

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan umum pada penelitian ini adalah ”Bagaimana pengaruh penerapan metode Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah ?”.

Permasalahan umum tersebut dijabarkan menjadi sub-sub rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil pre-test antara kelas yang tidak mendapat perlakuan metode Problem Based Learning dengan kelas yang mendapat perlakuan metode Problem Based Learning (eksperimen) ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa antara kelas yang mendapat perlakuan Metode Problem Based Learning (eksperimen ) dengan kelas yang tidak mendapat perlakuam Metode Problem Based Learning (kontrol) pada pengukuran akhir (post-test)?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre- test dengan post- test pada kelompok eksperimen dengan perlakuan Metode poblem based learning ?

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre- test dengan post- test pada kelompok tanpa Perlakuan (kelas kontrol).

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian diatas,maka tujuan dari penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar antara kelas yang mendapat perlakuan metode Problem Based Learning (eksperimen) dengan kelas yang tidak


(23)

11

mendapat perlakuan metode Problem Based Learning (control) pada pengukuran tes awal (Pre-test).

2. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar antar kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran tes akhir (Post-test).

3. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara yang mendapat perlakuan metode Problem Based Learning dengan yang tanpa perlakuan.

4. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil Pre-test dengan Post-test pada kelompok kontrol tanpa perlakuan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini bersifat teoritik dan praktis. Adapun manfaat-manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses pembelajaran sejarah terutama yang berkaitan dengan strategi/metode pembelajaran aktif, dalam hal ini dengan menggunakan metode problem based learning. Penggunaan metode problem based learning, untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir siswa, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan mengetahui kadar kekuatan pengaruh tersebut diharapkan dapat menunjukkan seberapa penting variabel tersebut mempengaruhi hasil belajar sejarah siswa.


(24)

12

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru, sebagai salah satu alternatif penerapan metode problem based

learning yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran sejarah.

b. Bagi Siswa, dapat membangun pengetahuan, terlibat secara aktif, penekanan pada penguasaan dan penggunaan pengetahuan yang merefleksikan isu baru dan lama serta menyelesaikan masalah konteks kehidupan nyata. Selain itu dapat memfasilitasi pengalaman belajar yang merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi dan memfasilitasi keaktifan dalam kegiatan pembebelajaran sejarah. c. Bagi peneliti lain, memberikan informasi mengenai penerapan metode problem

based learning dalam pembelajaran sejarah.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Nol (Ho):

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil pre-test antara kelas yang tidak mendapat perlakuan metode Problem Based Learning dengan kelas yang mendapat perlakuan metode Problem Based Learning .

Hipotesis alternatif (H1):

• Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa antara kelas yang mendapat perlakuan metode Problem Based Learning (kelas eksperimen)


(25)

13

dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan metode problem based learning (kelas kontrol) pada pengukuran akhir (post-test).

2. Hipotesis Nol (Ho):

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada kelompok tanpa perlakuan metode problem based learning (kelas kontrol). Hipotesis alternatif (H1):

Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre test dengan post test pada kelompok eksperimen dengan perlakuan metode problem based learning.

F. Metode Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif quasi eksperimen nonequivalen groups pretest-posttest. Metode ini dipilih, karena pendekatan quasi eksperimen nonequivalen groups pretest-posttest dianggap tepat untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa sesuatu kondisi terjadi serta hubungan sebab akibat antara beberapa variabel.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiono (2010: 72), bahwa metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Metode Problem Based Learning

Metode Problem Based Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan


(26)

14

yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, masalah yang ada dalam mata pelajaran sejarah digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya.

Menurut Fogarty (1997:3) tahap-tahap metode pembelajaran berbasis masalah adalah tahap merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan fakta, menyusun hipotesis (dugaan sementara), melakukan penyelidikan, menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan, menyimpulkan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif, dan melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.

Dengan demikian, PBL memiliki gagasan terhadap pencapaian hasil belajar yang maksimal dalam tes hasil belajar setelah enam kali pertemuan di kelas eksperimen. Jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan autentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki pengalaman sebagaimana nantinya mereka menghadapi kehidupan profesionalnya.

b. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah hasil penilaian prestasi belajar siswa atau out put siswa. Sistem penilaian yang digunakan adalah tes tertulis dilakukan untuk mengukur pengetahuan dasar dan keterampilan analisis terhadap fakta, konsep, prinsif, dan prosedur, sedangkan penilaian proses adalah memantau kegiatan siswa mulai dari identifikasi masalah sampai pada pengambilan keputusan.


(27)

15

Dengan kata lain hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap keterampilan, dan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah.

G.Desain Penelitian

Desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R), tetapi dalam penelitian ini menggunakan total sampel. Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah A (O – O) – B (O – O) (Sugiono,

20011:76).

Adapun desain eksperimennya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-Test

A 0 X 0

B 0 0

Keterangan:

0: test awal (sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 0: tes akhir (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

X : pembelajaran dengan penerapan metode problem based learning pada kelas eksperimen.

A : Kelompok Eksperimen B : Kelompok Kontrol


(28)

16

H. Paradigma Penelitian

Setelah fokus permasalahan umum dan sub-sub masalah, serta hipotesis penelitian terbentuk, selajutnya peneliti akan menyusun kerangka berpikir atau yang sering disebut juga paradigma penelitian. Kerangka berpikir atau paradigma adalah pandangan dunia atau worldview dari peneliti untuk memahami asumsi-asumsi metodologis sebuah studi secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis (Wiriaatmadja, 2007: 85). Sedangkan pendapat Sugiyono (2011:42) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif/posivistik diartikan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Adapun paradigma peneliatian ini adalah sebagai berikut:


(29)

17

PENGARUH PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH (Penelitian Quasi Pada Pembelajaran Sejarah di kelas XII SMA Negeri 2 Pontianak)

PerananGuru

• Teacher Centered

• Siswa Pasif

Individu Sub kelompok Out Comes Proses Input Pembelajaran Konvensional Pembelajaran melalui Problem Based Learning Ketrampilan Penyelidikan dan keterampilan memecahkan masalah serta

mengatasi masalah

Perilaku dan keterampilan sosial seperti :

Bekerjasama dalam pembelajaran

Toleransi dan

Partisipasi aktif dalam pembelajara

Individu Sub kelompok

•Ceramah

•Tanya jawab

•Aktivitas siswa minim Individu Sub kelompok K el o m p o k Kompetensi Siswa

• Terbatas hapalan

• Apatis/ Tidak berpikir kritis

• Hasil belajar kurang optimal

• Inquiry • Diskusi • Menyusun Makalah • Penyerahan Paper Kelompok • Laporan individu • Formulir Proses PBL • Presentasi


(30)

(31)

49 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode, Desain, dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang merupakan bagian dari metode kuantitatif mempunyai ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrolnya. Dalam penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok pertama yang pengajarannya diberikan perlakuan (treatment) metode problem based learning (Kelompok eksperimen), dan kelompok kedua tidak diberi perlakuan metode problem based learning, tetapi dengan menggunakan metode konvensional (kelompok kontrol). Kedua kelompok tersebut diasumsikan sama dalam segala segi yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan pengajaran.

Hal ini sesusai dengan pendapat Sugiyono (2011:7), yang mengatakan bahwa Metode Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, tetapi pada penelitian ini menggunakan total sampel, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi eksperimen nonequivalen groups pretest-posttest. Desain ini dipilih dalam penelitian ini, karena desain ini dianggap tepat untuk mencari pengaruh penerepan metode PBL terhadap hasil belajar siswa. Juga dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa sesuatu


(32)

50

kondisi terjadi serta hubungan sebab akibat antara beberapa variabel. Seperti dikemukakan oleh Sugiyono (2011:73) mengatakan bahwa untuk mencari seberapa besar penagaruh penerapan metode problem based learning terhadap hasil belajar siswa, maka harus membandingkan tes hasil belajar sebelum mendapat perlakuan (treatment) dan sesudah mendapat perlakuan metode problem based learning atau membandingkan orang yang mempunyai kemampuan sama yang tidak mendapat perlakuan metode problem based learning.

Desain quasi eksperimen digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan nonequivalen Control groups pretest-posttest. Adapun desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-Test

Eksperimen 0 X 0

Kontrol 0 0

Keterangan:

0: test awal (sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 0: tes akhir (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

X : pembelajaran dengan penerapan metode problem based learning pada kelas eksperimen.

Penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelompok peserta didik, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sama-sama diberi pre-test dan post-test, tetapi diberi perlakuan yang berbeda (X1-X2). Peserta didik


(33)

51

eksperimen diberi perlakuan dengan metode problem based learning(X1), dan peserta

didik kelompok kontrol diberi pembelajaran konvensional dengan metode ceramah bervariasi (X2).

Penelitian ini dilaksanakan dalam delapan pertemuan dengan mengambil waktu semester ganjil tahun pelajarn 2010/2011. Setiap pertemuan menggunakan waktu 2 X 45 menit. Dengan perincian sebagai berikut: dua pertemuan untuk pre-test dan post-test, sedangkan sisanya enam kali pertemuan digunakan untuk kegiatan proses pembelajaran.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal, digunakan untuk memperoleh data gambaran tentang hasil pre-test dan post-test antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan. Apakah terdapat perbedaan yang cukup signifikan atau tidak. Tes belajar yang berkaitan dengan materi sejarah yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Sebelum alat/instrument tes belajar ini disebarkan terlebih dahulu akan diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas, maka dilakukan ujicoba instrument tes belajar siswa yang dilaksanakan pada tanggal 09 Nopember 2010 di kelas XII IPS 1 SMA Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Untuk itu diambil sampel 47 responden yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas XII-IPS1 dan XII IPS2. Adpun hasil uji validitas dan reliabilitas alat/instrumen tes belajar dengan menggunakan SPSS 16.


(34)

52

Sedangkan untuk mengetahui tingkat validitas instrument baik untuk tes hasil belajar maupun kuesioner yang digunakan uji validitas konten yang dilakukan pada guru sejarah kelas XII. Validitas konten dilakukan terhadap 3 orang guru. Pemilihan 3 orang guru tersebut dilakukan dengan alasan guru tersebut telah cukup lama mengajar Sejarah, guru tersebut memiliki latar belakang pendidikan sejarah dan telah lulus sertifikasi guru sehingga dianggap telah cukup ahli dalam pembuatan evaluasi pembelajaran sejarah. Hasil pengujian validitas terlampir. Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas alat/instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based on Standardizes Items

N of Items

.963 .963 30

Hasil SPSS memberikan nilai Cronbach’s Alpha untuk keseluruhan skala pengukuran sebesar 0,963 nilai Cronbach’s Alpha jelas berada di atas batas minimal 0,70 (Nunnally, 1978 dalam Uyanto, 2006) sehingga dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar peserta didik mempunyai reliabilitas yang baik.

Sebelum tes hasil belajar ini digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk pengujian terhadap daya pembeda (DP), taraf kemudahan (TK), validitas, dan reliabilitas butir soal , yang terdiri dari 30 butir soal . 1) Daya Pembeda (DP)

Suatu tes dapat dipandang memadai apabila butir-butir soal yang ditunjukkan oleh tes tersebut dapat membedakan secara signifikan antara siswa yang pandai (kelompok atas) dan siswa yang kurang (kelompok bawah). Data hasil uji coba (Lampiran B) terlebih dahulu diurutkan dari skor yang tertinggi sampai skor


(35)

53

terendah, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian yaitu 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah untuk dianalisis.

Hasil perhitungan daya pembeda (Lampiran B) kemudian diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali

2) Taraf Kemudahan

Dari hasil perhitungan taraf kemudahan kemudian diklasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 3.4 Klasifikasi Taraf Kemudahan Indeks Kemudahan Klasifikasi

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Hasil perhitungan taraf kemudahan butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B. Berdasarkan pengolahan tersebut diperoleh tingkat kemudahan (P) berkisar antara 0.11 sampai 0.87, dengan distribusi 5 item (16,67 %) termasuk klasifikasi mudah, 10 item (33,33 %) dengan klasifikasi sedang, dan 15 item (50%) dengan klasifikasi sukar.

3) Validitas

Validitas tes didasarkan pada validitas internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian butir soal dengan instrumen secara keseluruhan. Validitas internal dilakukan dengan memperoleh pertimbangan dan


(36)

54

penilaian (judgement) dari dosen pembimbing serta secara empiris dilakukan dengan cara mengkorelasikan setiap butir soal dengan skor totalnya.

Dengan jumlah responden 47 siswa, maka harga kritis dari г product moment pada tingkat kepercayaan 95% adalah 0.288, sehingga bila t hitung lebih besar dari

0.288, maka butir soal dinyatakan valid. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran B.

Berdasarkan pengolahan tersebut diperoleh thitung berkisar antara 0.00 sampai

6,58, dengan distribusi 30 item (100 %) termasuk klasifikasi valid . 4) Reliabilitas

Reliabilitas tes merupakan ukuran kekonsistenan tes, yaitu ukuran sejauh mana tes tersebut dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang cenderung ajeg atau konsisten untuk kelompok peserta tes tertentu. Untuk tes objektif pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) dengan prosedur pembelahan ganjil-genap. Metode ini dimungkinkan karena jumlah item tes berjumlah genap sehingga terjadi keseimbangan jumlah item tes pada hasil belahan.

Klasifikasi untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas suatu tes menurut Guilford adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Reliabilitas Klasifikasi

r ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,20 < r ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < r ≤ 0,60 Derajat reliabilitas sedang 0,60 < r ≤ 0,80 Derajat reliabilitas tinggi 0,80 < r ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

Hasil perhitungan reliabilitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampirsn.B. Berdasarkan pengolahan tersebut diperoleh reliabilitas tes sebesar 0.72 dan tergolong klasifikasi sangat tinggi.


(37)

55

b. Kuesioner

Kuesioner dalam bentuk check list dan pedoman observasi dalam bentuk check list untuk melengkapi data mengenai kegiatan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL). Kuesioner diberikan kepada siswa kelompok eksperimen pada akhir pembelajaran, sedangkan observasi dilakukan terhadap guru dan siswa pada kelas eksperimen selama kegiatan proses pembelajaran.

Tabel 3.6.

Uji Reliabilitas Kuesioner Siswa

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

.823 .815 15

Tabel 3.6 hasil uji reliabilitas kuesioner siswa menunjukkan hasil SPSS memberikan nilai Cronbach’s Alpha untuk keseluruhan skala pengukuran sebesar 0.823 nilai Cronbach’s Alpha jelas berada di atas batas minimal 0.70. (Nunnally, 1978 dalam Uyanto, 2006) sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran dalam bentuk check list dengan menggunakan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran sejarah mempunyai reliabilitas yang baik.

Validitas:

Pada output dapat dilihat nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung) semuanya lebih besar dari r table, sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-15 butir pertanyaan tersebut valid. .( Hasil perhitungan validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B).

Reliabilitas :

Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid, maka uji selanjutnya adalah menguji kereliabilitasan (keajegan) dari instrument tes hasil belajar tersebut.


(38)

56

Cara Pengambilan Keputusan:

Jika r Alpha positif dan ≥ r table, maka reliable

Jika r Alpha negative atau r alpha ≤ r table, maka tidak reliable

R Alpha (Alpha Cronbach) dapat dilihat pada akhir analisis, yaitu 0.963 (dilihat pada table Reliabilitas Statistics), sedang r table seperti sudah kita cari 0. .0386.

Alpha Cronbach adalah sebuah ukuran reliabilitas, khususnya batas bawah reliabilitas yang dapat diterima dalam survey secara matematis, reliabilitas didefinisikan sebagai proporsi heterogenitas responden yang akan menghasilkan perbedaan respon responden.

Respon jawaban dari responden akan bervariasi karena masing-masing mempunyai opini yang berbeda, bukan karena tes hasil belajar yang membingungkan dan multi interpretasi. .( Hasil perhitungan reliabilitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B).

c. Observasi

Observasi digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi dan peristiwa selama penelitian berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dalam bentuk check list untuk melengkapi data mengenai kegiatan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL). Kuesioner diberikan kepada siswa kelompok eksperimen pada akhir pembelajaran, sedangkan observasi dilakukan terhadap guru dan siswa pada kelas eksperimen selama kegiatan proses pembelajaran.


(39)

57

4. Teknik Analisa Data

Analisis data skor tes hasil belajar siswa (peserta didik) dalam penelitian ini meliputi pengujian normalitas data, homogenitas data, dan uji hipotesis. Untuk keperluan uji hipotesis dilakukan analisis pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, analisis post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol analisis pre-test dan post test kelompok eksperimen, dan analisis pre-test dan post-test kelompok kontrol serta analisis gain hasil belajar. Analisis data hipotesis dengan uji t menggunakan bantuan program SPSS versi 16.

Sedangkan untuk analisis data hasil kuesioner dan observasi penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran Sejarah dilakukan dengan mencari prosentase dari tiap indikator yang muncul.

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XII jurusan IPS SMA Negeri 2 Pontianak tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 79 peserta didik yang terdiri atas kelas XII IPS 1, XII IPS 2, dan Kelas XII IPS 3. Dasar pertimbangan populasi penelitian adalah kelas XII karena kelas XII merupakan siswa tertinggi sehingga sudah beradaptasi dengan lingkungan SMA Negeri 2 Pontianak.

Sampel penelitian diperoleh dengan total sampel kelas, dimana untuk kelas eksperimen yaitu kelas yang akan diberi perlakuan dengan penerapan metode problem based learning, dan kelas kontrol yaitu kelas yang diberi pembelajaran konvensional dengan metode ceramah bervariasi. Setelah pengundian kelas diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XII IPS1 berjumlah 26 peserta didik, XII IPS3 berjumlah 26 dan kelas XII IPS2 berjumlah 27 peserta didik. Kondisi sampel digambarkan sebabagai berikut:


(40)

58

Tabel 3.7. Kondisi sampel

No Kelas Kelompok

Jumlah

L P Total

1. XII IPS1dan XII IPS3

Eksperimen 23 29 52

2. XII IPS2. Kontrol 11 16 27

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengadakan studi pendahuluan di SMA Negeri 2 Pontianak untuk memperoleh

gambaran mengenai penerapan metode PBL. Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan wawancara dan dokumentasi.

2. Melakukan persiapan penelitian dengan menyusun materi pembelajaran, instrument penelitian dan uji coba serta menganalisis data uji coba instrument. 3. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan kelas eksperimen

dan kelas kontrol dilakukan dengan merendom kelas.

4. Metode problem based learning kepada guru dilakukan sebelum diberikannya pembelajaran di kelas kontrol .

5. Melakukan tes awal (pre-test) pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil belajar peserta didik sebelum diberi perlakuan. Pre-test diberikan dalam waktu 60 menit.

6. Melaksanakan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru sejarah SMA Negeri 2 Pontianak. Peneliti bertindak sebagai observer. Penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditetapkan sekolah sehingga tidak mengganggu suasana


(41)

59

pembelajaran di sekolah. Pada kelas eksperimen, setiap pertemuan guru menguraikan langkah pembelajaran berupa pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Proses pembelajaran ini dilakukan dalam waktu 90 menit (2 X 45 menit). Pada kegiatan pendahuluan guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi dan memotivasi terhadap peserta didik. Pada kegiatan inti guru membagi peserta didik dalam 5 kelompok yang terdiri atas 5 orang peserta didik dan memberi masalah yang harus dipecahkan dan melakukan investigasi untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang sering dikenal dengan proses 6 langkah yaitu (i) merumuskan masalah; (ii) mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut; (iii) menganalisis masalah dan mencari Informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok) untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah ; (iv) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (v) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah; (vi) merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Dari laporan-laporan individu/ subkelompok, yang dipresentasikan dihadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang disajikan (laporan diketik, dan diserahkan kesetiap anggota).


(42)

Kadang-60

kadang laporan-laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok.

Pada langkah 6 ini kelompok sudah dapat membuat sintesis; menggabungkannya dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan. Sebagian bagus tidaknya aktivitas PBL kelompok, akan sangat ditentukan pada tahap ini, umumnya proses ini harus terjadi di luar kelas.

Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya disajikan dalam bentuk paper/makalah. Disinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mempresentasikan (komunikasi oral) dan sekaligus dikembangkan.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan memberikan kesempatan siswa bertanya dan penarikan kesimpulan atas materi pembelajaran. Demikian juga pada kelas kontrol, setiap pertemuan guru menggunakan langkah pembelajaran berupa pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Proses pembelajaran ini dilakukan dalam waktu 90 menit (2 X 45 menit) Materi pembelajaran yang diberikan juga berkaitan dengan menganalisis perkembangan pemerintahan Orde Baru. Pada kegiatan pendahuluan guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi dan memotivasi terhadap peserta didik. Namun pada kegiatan inti guru melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan metode ceramah bervariasi. Kegiatan pembelajaran juga diakhiri dengan memberikan kesempatan siswa bertanya dan penarikan kesimpulan atas materi pembelajaran.

7. Melakukan tes akhir (post-test) untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah pemberian perlakuan pada setiap kelompok eksperimen dan setelah


(43)

61

kegiatan pembelajaran tanpa perlakuan pada peserta didik kelompok kontrol. Post-test juga diberikan dalam waktu 60 menit.

8. Pada akhir pembelajaran pada kelas eksperimen diberi kuesioner untuk mendapatkan gambaran tanggapan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan penerapan metode problem based learning.

Adapun prosedur penelitian seperti digambarkan pada bagan di bawah ini:

Gambar: 3.1 Prosedur penelitian Studi Pendahuluan

Persiapan Penelitian

Menentukan subyek Penelitian

Penyusunan materi, Instrumen, uji coba,

dan revisi Kelas Eksperimen Melatih guru Penerapan Metode PBL Kelas Kontrol Pre-test Pembelajaran dengan metode PBL Pengolahan dan analisa data Post-test Observasi Guru dan Peserta didik

Pembelajaran dengan Metode Konvensional Pengolahan dan analisa data Pengolahan dan analisa data


(44)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan yang didapat, secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Problem Based Learning berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi pada setiap indikator tes hasil belajar yang meliputi kelancaran, keluwesan, originalitas, dan elaborasi.

Secara khusus kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: yang pertama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tes hasil belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada tes awal sebelum diberi perlakuan. Kedua terdapat, perbedaan yang signifikan skor hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post-test). Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran sejarah terbukti dapat menciptakan proses pembelajaran yang bersifat interaktif dan berorientasi pada pembelajar, pembelajar bekerja/belajar secara kolaboratif dan mengolah informasi secara aktif, pembelajar mempelajari bagaimana belajar yang efektif, pembelajar memiliki kinerja terus-menerus dan setiap target yang tercapai terus-menerus ditingkatkan, pembelajar memiliki pengetahuan terintegrasi antar disiplin ilmu untuk pemecahan masalah yang kompleks, dan pembelajar melakukan kegiatan curah pendapat, berdebat dan memberikan penjelasan kepada teman. Ketiga terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre test dengan post test pada kelompok eksperimen dengan perlakuan


(45)

109 metode Problem Based Learning. Hal ini diperoleh dari hasil uji signifikansi yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah penerapan metode Problem Based Learning Dengan demikian penerapan metode Problem Based Learning terbukti efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Keempat tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada kelompok tanpa perlakuan (kelas kontrol). Hal tersebut menunjukkan bahwa menggunakan metode konvensional di kelas kontrol kurang menumbuhkembangkan keaktivan siswa, serta tidak lebih meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa dalam pembelajaran.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas penulis mengemukakan rekomendasi berdasarkan temuan, selama penelitian berlangsung yaitu : Pertama, dalam pengimplementasian metode problem based learning, sebaiknya guru lebih mengoptimalkan peran sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran, sehingga para siswa mencari, memperoleh, dan menggabungkan berbagai sumber informasi yang akan menjadi pengetahuan mereka. Mereka mengkonstruk sendiri berbagai konsep yang dipelajarinya dari berbagai sumber tadi.

Kedua, ada beberapa hal yang sebaiknya harus diantisipasi berkaitan dengan pengimplementasian metode problem based learning di lapangan. Hal ini dikarenakan metode problem based learning memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga guru memerlukan persiapan yang matang terutama dalam mempersiapkan bahan ajar dan LKS. Selain itu dibutuhkan keaktifan dan kreativitas guru dalam


(46)

110 memotivasi siswa agar berani mengemukakan masalah atau bertanya sehingga pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Ketiga, kepada pihak yang paling strtategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka kepala sekolah diharapkan lebih memperhatikan sarana prasarana yang optimal untuk mendukung pembelajaran seperti pengadaan sumber belajar, laboratorium komputer untuk mengunduh (browsing) melalui internet , yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran.

Keempat, guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada dilingkungan siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa menjadi lebih berani mengemukakan masalah dan lebih percaya diri. Untuk itu guru hendaknya perlu mengawali penyajian masalah.

Kelima, sebaiknya penerapan metode problem based learning merupakan salah satu pembelajaran yang memungkinkan dikembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan harapan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dengan demikian metode problem based learning dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah di lapangan, sebaiknya metode problem based learning digunakan dalam materi-materi yang aktual atau yang sesuai dengan metode problem based learning tersebut.


(47)

111

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1972). Humanistic Educational, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arends,Richard I (1997). Learning to Teach. Seven edition. McGraw Hill Companies.Inc.

Arifin, Mulyati,dkk (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Common Textbook (edisi Revisi). Jica:IMSTEP.

Allo, E.L, (2005), Model pembelajaran radio aktif berbasis komputer dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan berfikir kritis dan sikap positif siswa SMA, Tesis, Bandung : SPS UPI

Anitah W, Sri dan Sumartini (2007). Strategi Pembelajaran Ekonomi dan Koperasi, Jakarta: Universitas Terbuka.

Arends,Richard I (2008). Belajar untuk Mengajar. Edisi ke tujuh Alih Bahasa oleh Helly Prayitno dan Sri Mulyantini Prayitnodari judul Learning to Teach. Seven edition . Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Amir,M.Taufiq (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Boud,D, and Felleti G. (1997). The Challenge of problem based learning. London: Kogan Page.

Barrows,H.S. Tamblyn.RM (1980). Problem Based Learnindg An Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing.

Banks,James A (1990). Teaching Strategies for Studies Inquiry, Valuing, and Decision Making. Ohio Amborose Aclegg Jr.Kent State University.

Chadwick,N.A.Bhr.M.H and Albrencht,S.L.(1984). Social Sciences Research Method. New Jersey: Engliwood Cliffs.

Dahar, Ratna Wilis (1996). Teori-Teori Belajar, Bandung: Gelora aksara Pratama Dimyati dan Mudjiono (1999). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional (2006) . Permendiknas Nomor 22, Jakarta:

Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional (2006) . Pengembangan Model Pembelajaran , Jakarta: Depdiknas.


(48)

112 Hasan,S.H.(1995). Pendidikan Ilmu Sosial,Jakarta:Depdikbud

Hasan,S.H.(2004). Pandangan Dasar Mengenai Kurikulum Pendididkan Sejarah. Dalam Historia no 9 vol.V hal 1-7.

Hamalik,Oemar (2007). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim, H.Muslimin & Nur, Mohamad. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Edisi 2. Surabaya: University Press.

Isjoni. (2007).Pembelajaran Sejarah pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Ismaun,H.(1991). Modul Pengantar Ilmu Sejarah. Jurusan Pendidikan Sejarah. FPIPS.

IKIP Bandung.

Johnson,Mauritz. (1977). Internatonality in Education. New York: Centered forCurriculum Research and Service

Karnedi. Penerrapan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah. Tesis. SPS UPI: tidak diterbitkan.

Kerlinger, F.N. (2000). Azas-azas Penelitian Behavioral, Penerjemah Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press

Kidder Louise (1981). Risearch Method in Social Relation, Holt, Rinehart and Winston.

Killen, Roy (1998). Effective Teaching Strategies: Lesson from Research and Practice. Second Edition. Australia: Social Science Press.

Mulyasa,E.(2006). Implementasi Kurikulum 2004. Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Murni (2006). Model Pembelajaran Holistik dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kesejarahan. Desertasi PPs UPI: Tidak diterbitkan.

Muchtar, Suwarma Al (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung SPs. UPI.

NCSS (1992). Curriculum Standards For Social Studies. Tersedia dalam http://www.Journals uchicago.edu/dot.pdf/10.1086/596026? Cookies Set=1). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Ruseffendi,E.T (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito.


(49)

113 Somantri, Numan (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PPs

UPI

Suharsimi Arikunto, (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Tan,Oon-Seng.(2003) . Problem Based Learning:Using Problem to Power Learning in 21st Century, Thomson Learning.

Trianto.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakrta: Prestasi Pustaka.

Uyanto, Stanislaus (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Yogyakarta: Graha Ilmu

Wee, Lynda Keng Neo, Kek Yih Chyn.(2002). Authentic Problem Based Learning; Rewriting Business Education, Prentice Hall, Singapore.

Wiriaatmadja,Rochiati. (2002). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wina, Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Internet

- http://en.wikipedia.org/wiki/Problem Based Learning, 20-11-2009 - http://E: / artikel/ Problem Based Learning, 16-10-2009

- http://lubisgrafura.wordpress.com/pembelajaran-berbasis-masalah, 19-09-2009

- http://www.sd-binatalenta.com/images/artikel_tri.pdf

- http://suchaini.wordpress.com//pembelajaran-berbasis-masalah/, 15-12-2009 - http://garduguru.blogspot.com/metode-pembelajaran-berbasis-masalah.html,

12-10-2008

- http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/IPAterpadu.pdf, 10-12-2009 - http://pasca.uns.ac.id/?p=377[11 November 2010]

- http://www.slideshare.net/guestf6b63af/problem-based-learning-terhadap-hasil-belajar-matematika[10 November 2010]

- http://pasca.uns.ac.id/?p=862 [10 November 2010] - http://pasca.um.ac.id/?p=357[11 November 2010]

-

http://pasca.undiksha.ac.id/?p=377[11 November 2010]


(1)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan yang didapat, secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Problem Based Learning berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi pada setiap indikator tes hasil belajar yang meliputi kelancaran, keluwesan, originalitas, dan elaborasi.

Secara khusus kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: yang pertama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tes hasil belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada tes awal sebelum diberi perlakuan. Kedua terdapat, perbedaan yang signifikan skor hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post-test). Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran sejarah terbukti dapat menciptakan proses pembelajaran yang bersifat interaktif dan berorientasi pada pembelajar, pembelajar bekerja/belajar secara kolaboratif dan mengolah informasi secara aktif, pembelajar mempelajari bagaimana belajar yang efektif, pembelajar memiliki kinerja terus-menerus dan setiap target yang tercapai terus-menerus ditingkatkan, pembelajar memiliki pengetahuan terintegrasi antar disiplin ilmu untuk pemecahan masalah yang kompleks, dan pembelajar melakukan kegiatan curah pendapat, berdebat dan memberikan penjelasan kepada teman. Ketiga terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre test dengan post test pada kelompok eksperimen dengan perlakuan


(2)

metode Problem Based Learning. Hal ini diperoleh dari hasil uji signifikansi yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah penerapan metode Problem Based Learning Dengan demikian penerapan metode Problem Based Learning terbukti efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Keempat tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test pada kelompok tanpa perlakuan (kelas kontrol). Hal tersebut menunjukkan bahwa menggunakan metode konvensional di kelas kontrol kurang menumbuhkembangkan keaktivan siswa, serta tidak lebih meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa dalam pembelajaran.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas penulis mengemukakan rekomendasi berdasarkan temuan, selama penelitian berlangsung yaitu : Pertama, dalam pengimplementasian metode problem based learning, sebaiknya guru lebih mengoptimalkan peran sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran, sehingga para siswa mencari, memperoleh, dan menggabungkan berbagai sumber informasi yang akan menjadi pengetahuan mereka. Mereka mengkonstruk sendiri berbagai konsep yang dipelajarinya dari berbagai sumber tadi.

Kedua, ada beberapa hal yang sebaiknya harus diantisipasi berkaitan dengan pengimplementasian metode problem based learning di lapangan. Hal ini dikarenakan metode problem based learning memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga guru memerlukan persiapan yang matang terutama dalam mempersiapkan bahan ajar dan LKS. Selain itu dibutuhkan keaktifan dan kreativitas guru dalam


(3)

110

memotivasi siswa agar berani mengemukakan masalah atau bertanya sehingga pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Ketiga, kepada pihak yang paling strtategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka kepala sekolah diharapkan lebih memperhatikan sarana prasarana yang optimal untuk mendukung pembelajaran seperti pengadaan sumber belajar, laboratorium komputer untuk mengunduh (browsing) melalui internet , yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran.

Keempat, guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada dilingkungan siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa menjadi lebih berani mengemukakan masalah dan lebih percaya diri. Untuk itu guru hendaknya perlu mengawali penyajian masalah.

Kelima, sebaiknya penerapan metode problem based learning merupakan salah satu pembelajaran yang memungkinkan dikembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan harapan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dengan demikian metode problem based learning dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah di lapangan, sebaiknya metode problem based learning digunakan dalam materi-materi yang aktual atau yang sesuai dengan metode problem based learning tersebut.


(4)

111

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1972). Humanistic Educational, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arends,Richard I (1997). Learning to Teach. Seven edition. McGraw Hill Companies.Inc.

Arifin, Mulyati,dkk (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Common Textbook (edisi Revisi). Jica:IMSTEP.

Allo, E.L, (2005), Model pembelajaran radio aktif berbasis komputer dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan berfikir kritis dan sikap positif siswa SMA, Tesis, Bandung : SPS UPI

Anitah W, Sri dan Sumartini (2007). Strategi Pembelajaran Ekonomi dan Koperasi, Jakarta: Universitas Terbuka.

Arends,Richard I (2008). Belajar untuk Mengajar. Edisi ke tujuh Alih Bahasa oleh Helly Prayitno dan Sri Mulyantini Prayitnodari judul Learning to Teach. Seven edition . Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Amir,M.Taufiq (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Boud,D, and Felleti G. (1997). The Challenge of problem based learning. London: Kogan Page.

Barrows,H.S. Tamblyn.RM (1980). Problem Based Learnindg An Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing.

Banks,James A (1990). Teaching Strategies for Studies Inquiry, Valuing, and Decision Making. Ohio Amborose Aclegg Jr.Kent State University.

Chadwick,N.A.Bhr.M.H and Albrencht,S.L.(1984). Social Sciences Research Method. New Jersey: Engliwood Cliffs.

Dahar, Ratna Wilis (1996). Teori-Teori Belajar, Bandung: Gelora aksara Pratama Dimyati dan Mudjiono (1999). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional (2006) . Permendiknas Nomor 22, Jakarta:

Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional (2006) . Pengembangan Model Pembelajaran , Jakarta: Depdiknas.


(5)

112

Hasan,S.H.(1995). Pendidikan Ilmu Sosial,Jakarta:Depdikbud

Hasan,S.H.(2004). Pandangan Dasar Mengenai Kurikulum Pendididkan Sejarah. Dalam Historia no 9 vol.V hal 1-7.

Hamalik,Oemar (2007). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim, H.Muslimin & Nur, Mohamad. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Edisi 2. Surabaya: University Press.

Isjoni. (2007).Pembelajaran Sejarah pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Ismaun,H.(1991). Modul Pengantar Ilmu Sejarah. Jurusan Pendidikan Sejarah. FPIPS.

IKIP Bandung.

Johnson,Mauritz. (1977). Internatonality in Education. New York: Centered forCurriculum Research and Service

Karnedi. Penerrapan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah. Tesis. SPS UPI: tidak diterbitkan.

Kerlinger, F.N. (2000). Azas-azas Penelitian Behavioral, Penerjemah Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press

Kidder Louise (1981). Risearch Method in Social Relation, Holt, Rinehart and Winston.

Killen, Roy (1998). Effective Teaching Strategies: Lesson from Research and Practice. Second Edition. Australia: Social Science Press.

Mulyasa,E.(2006). Implementasi Kurikulum 2004. Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Murni (2006). Model Pembelajaran Holistik dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kesejarahan. Desertasi PPs UPI: Tidak diterbitkan.

Muchtar, Suwarma Al (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung SPs. UPI.

NCSS (1992). Curriculum Standards For Social Studies. Tersedia dalam http://www.Journals uchicago.edu/dot.pdf/10.1086/596026? Cookies Set=1). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Ruseffendi,E.T (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito.


(6)

Somantri, Numan (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PPs UPI

Suharsimi Arikunto, (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Tan,Oon-Seng.(2003) . Problem Based Learning:Using Problem to Power Learning in 21st Century, Thomson Learning.

Trianto.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakrta: Prestasi Pustaka.

Uyanto, Stanislaus (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Yogyakarta: Graha Ilmu

Wee, Lynda Keng Neo, Kek Yih Chyn.(2002). Authentic Problem Based Learning; Rewriting Business Education, Prentice Hall, Singapore.

Wiriaatmadja,Rochiati. (2002). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wina, Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Internet

- http://en.wikipedia.org/wiki/Problem Based Learning, 20-11-2009 - http://E: / artikel/ Problem Based Learning, 16-10-2009

- http://lubisgrafura.wordpress.com/pembelajaran-berbasis-masalah, 19-09-2009

- http://www.sd-binatalenta.com/images/artikel_tri.pdf

- http://suchaini.wordpress.com//pembelajaran-berbasis-masalah/, 15-12-2009 - http://garduguru.blogspot.com/metode-pembelajaran-berbasis-masalah.html,

12-10-2008

- http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/IPAterpadu.pdf, 10-12-2009 - http://pasca.uns.ac.id/?p=377[11 November 2010]

- http://www.slideshare.net/guestf6b63af/problem-based-learning-terhadap-hasil-belajar-matematika[10 November 2010]

- http://pasca.uns.ac.id/?p=862 [10 November 2010] - http://pasca.um.ac.id/?p=357[11 November 2010]