KAJIAN TENTANG NILAI-NILAI KESENIAN TARI TOPENG DALAM MEMPERKAYA CIVIC CULTURE DI KOTA CIREBON : Studi Deskriptif di Sanggar Seni Sekar Pandan Kota Cirebon.

(1)

Nomor Daftar FPIPS : 1999/UN.40.2.2/PL/2014

KAJIAN TENTANG NILAI-NILAI KESENIAN TARI TOPENG DALAM MEMPERKAYA CIVIC CULTURE DI KOTA CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh : Yunita 1001855

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

KAJIAN TENTANG NILAI-NILAI KESENIAN TARI TOPENG CIREBON DALAM MEMPERKAYA CIVIC CULTURE DI KOTA CIREBON

Oleh Yunita 1001855

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Imu Pegetahuan Sosial

© Yunita 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Nomor Daftar FPIPS : 1999/UN.40.2.2/PL/2014

YUNITA

KAJIAN TENTANG NILAI-NILAI KESENIAN TARI TOPENG DALAM MEMPERKAYA CIVIC CULTURE DI KOTA CIREBON

(Studi Deskriptif di Sanggar Seni Sekar Pandan Kota Cirebon)

SKRIPSI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Suwarma Al Muchtar, S.H.,M.Pd NIP. 19530211 197803 1 002

Pembimbing II

Susan Fitriasari, S.Pd.,M.Pd NIP. 198207302009122 2 004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari/tanggal : Kamis, 30 Januari 2014

Tempat : Gedung FPIPS

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji :

3.1

Prof. Dr. Endang Sumantri, M.Ed NIP. 19410715 196703 1 001 3.2

Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001 3.3

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si NIP. 19620102 198608 2 001


(5)

ABSTRAK

Yunita (1001855) : Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon (Studi Deskriptif di Sanggar Seni Sekar Pandan Kota Cirebon)

Dewasa ini banyak kalangan yang merasa khawatir akan kesenian tradisional kita karena semakin banyaknya pengembangan pariwisata yang kurang memperhatikan budaya nasional yang dimiliki Indonesia. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pelestarian kesenian daerah yang merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Masalah-masalah tersebut antara lain berupa banyaknya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia akibat dampak globalisasai, serta kurangnya kesadaran akan rasa nasionalisme dan patriotisme dikalangan masyarakat yang mengakibatkan terjadinya pengikisan kehidupan beragama serta berkurangnya nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian maupun upacara-upacara adat dan keagamaan di Indonesia. Nilai-nilai budaya bangsa seperti halnya nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian-kesenian yang ada di Indonesia merupakan cerminan kepribadian bangsa Indonesia pada masa lalu, dan sudah sewajarnya kita sebagai penerus bangsa seharusnya mampu mempertahankan nilai-nilai tersebut yang merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang sangat berharga, karena dapat dijadikan sebagai identitas bangsa Indonesia ditengah-tengah era globalisasi saat ini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, studi dokumentasi dan menggunakan catatan lapangan. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan mereduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa nilai-nilai kesenian tari topeng dalam memperkaya civic culture di Kota Cirebon yaitu: (a) Nilai keagamaan, terlihat dari simbolisasi/makna tiap karakter yang dimainkan dan fungsi dari kesenian tari Topeng itu sendiri yang dijadikan sebagai media dakwah dalam penyebaran agam Islam di kota Cirebon; (b) Nilai estetik atau nilai keindahan, dapat dilihat dari setiap gerakan yang ditampilkan dan dinamika gerak serta musiknya yang merupakan proses kreativitas agar penari dapat merasakan pengalaman estetik dengan melakukan gerakan tarian Topeng tersebut; (c) Nilai sosial, dapat terlihat dari adanya interaksi sosial dan perilaku berafiliasi penari, sinden dan para nayaga yang ditandai dengan kerjasama, saling mendukung dan saling terlibat antara satu dan lainnya untuk menampilkan keterpaduan gerakan tari yang indah nan harmonis yang membuat masyarakat lain yang melihatnya menjadi tertarik untuk ikut serta mempelajari dan mendalami kesenian tari Topeng Cirebon. Demikian salah satu cara untuk membentuk kolektivitas sosial dan dapat menguatkan pengimplementasian nilai-nilai kesenian tari Topeng dari tiap individu dalam memperkaya budaya kewarganegaraan (civic culture) masyarakat di sekitarnya; (d) Nilai filsafat, Kesenian tari Topeng pada awalnya digunakan sebagai alat dakwah untuk menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Cirebon pada awal perkembangan Islam di Cirebon, sehingga karakter dan gerakan setiap Topeng memiliki nilai filsafat yang menggambarkan kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga dewasa.


(6)

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

ABSTRACT

Yunita (1001855): Study of the values of Topeng traditional dance in enriching Civic Culture at Cirebon city. (Descriptive Study in Sekar Pandan studio, Cirebon)

In this modern era, many circles of society feel worried of traditional art because of tourismdevelopmental which does not consider the national cultures of Indonesia. This is certainly influenced on existence of local art preservation of Indonesia. The problems such as many foreign cultures come into Indonesia as the impact of globalization, and the lack of awareness of nationalism and patriotism the circles of society which is resulted in the scrapes of religious value and the lack of values which is contained in the art and traditional ceremonials of Indonesia. The values of nation such as values which is contained in the arts of Indonesia is the reflection of Indonesian’s characters in the past, and as the Indonesian’s generation we should maintain this value which is one of the legacy of precious national cultures, because it is able to use as Indonesian’s identity in globalization era.Approach used in this study is qualitative approach with descriptive method. Collecting data is conducted through observation, interview, documentation study, and field notes. Processing and analyzing data is conducted by reducing the data, displaying the data and taking the conclusion. The results of the study indicate that the values of Topeng traditional dance in enriching civic culture at Cirebon are: (a) Religious value, it can be seen from symbolization/meaning of each character played and the function of the arts of Topeng traditional dance which is made as the missionary media in disseminating Islam in Cirebon; (b) Aesthetics value, it can be seen from the movement which is showed, movement dynamics, and the music which is the creativity process so that the dancers are able to feel the aesthetics experience by doing the movement of Topeng traditional dance; (c) Social value, it can be seen from the social interaction and affiliation behavior of the dancers, pesinden and niyaga that is cooperatingand supporting one with another to show cohesiveness of the precious and harmonious dance movements which can make the audience interested to take part in studying the Topeng traditional dance. That is one of ways to form the social collectivism and can reinforce the implementation of values of Topeng traditional dance from an individual to enrich civic culture of society; (d) Philosophy value, actually Topeng traditional dance is used as missionary media in disseminating Islam in Cirebon, so the characters and the movement of the masks having the philosophy value which describe wisdom, leadership, love and even fury and it also describes the life of human.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

UCAPAN TERIMA KASIH ...ii

ABSTRAK ...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ...12

F. Struktur Organisasi Skripsi ...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Umum Tentang Nilai ... 9

1. Konsep Nilai ... 9

2. Sumber Nilai ...11

3. Sistem Nilai ...12

4. Macam-Macam Nilai ...13

5. Fungsi Nilai dalam Masyarakat ...15

B. Tinjauan Umum Tentang Kesenian ...16

1. Konsep Kesenian ...16

2. Fungsi Kesenian ...17

3. Seni Sebagai Nilai ...19

4. Konsep Nilai Seni ...19

5. Hubungan Seni dan Masyarakat ...20


(8)

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

1. Pengertian Tari Topeng ...21

2. Sejarah Tari Topeng Cirebon ...23

3. Simbol dan Makna Tari Topeng ...25

4. Komponen Tari Topeng ...28

5. Tari Topeng Sebagai Sistem Budaya ...30

D. Tinjauan Umum Tentang Civic Culture ...31

1. Pengertian Kewarganegaraan (Civic Culture) ...31

2. Ciri-Ciri Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) ...34

3. Unsur Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) ...35

4. Pengembangan Budaya Kewaraganegaraan (Civic Culture) ...37

5. Keterkaitan Antara Culture dan Civic Culture ...38

BAB III METODE PENELITIAN ...40

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...40

1. Lokasi Penelitian ...40

2. Subjek Penelitian ...40

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ...41

1. Pendekatan Penelitian ...41

2. Metode Penelitian ...43

C. Definisi Operasional ...45

D. Jenis dan Sumber Data ...47

E. Teknik Pengumpulan Data ...48

1. Observasi ...48

2. Wawancara ...49

3. Studi Dokumentasi ...50

4. Catatan Lapangan ...50

F. Prosedur Penelitian ...51

1. Persiapan Penelitian ...51

2. Perizinan Penelitian ...51

3. Pelaksanaan Penelitian ...52

G. Pengolahan dan Analisis Data ...53


(9)

2. Display Data...54

3. Penarikan Kesimpulan ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….…...…...55

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55

1. Gambaran Umum Sanggar Seni Sekar Pandan Komplek Keraton Kacirebonan ... 55

2. Sejarah Keraton Kacirebonan ... 57

3. Sejarah Kesenian Tari Topeng di Kota Cirebon ... 59

4. Alat Musik dan Pakaian yang Digunakan dalam Kesenian Tari Topeng Cirebon ... 60

5. Gambaran Umum Kegiatan Tari Topeng di Sanggar Seni Sekar Pandan Komplek Keraton Kacirebonan ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

1. Laporan Hasil Observasi ... 62

2. Laporan Hasil Wawancara ... 64

a. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Kesenian Tari Topeng Cirebon dalam Memperkaya Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) di Kota Cirebon ...74

b. Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Tari Topeng Cirebon sebagai Pewarisan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) di Kota Cirebon ...83

c. Kendala yang Dihadapi dalam Melestarikan Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng Cirebon ...84

d. Solusi yang Dilakukan Pengelola Sanggar Seni yang Diharapkan Dapat Mengatasi Kendala dalam Proses Pelestarian Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng Cirebon ...86

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...88

1. Pembahasan tentang Nilai-nilai yang Terkandung dalam Kesenian Tari Topeng Cirebon dalam Memperkaya Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) di Kota Cirebon ...89


(10)

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

2. Pembahasan mengenai Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Tari

Topeng Cirebon sebagai Pewarisan Budaya

Kewarganegaraan (Civic Culture) di Kota Cirebon ... 98 3. Pembahasan mengenai Kendala yang Dihadapi dalam

Melestarikan Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng Cirebon ...100 4. Pembahasan Solusi yang Dilakukan Pengelola Sanggar Seni

yang Diharapkan Dapat Mengatasi Kendala dalam Proses

Pelestarian Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng Cirebon ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….….. 106

A.Kesimpulan

……….………..…………. 106

B.Saran

………..………

109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya menuju kemajuan peradaban, dalam mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa dengan mengangkat kebudayaan daerah. Hal itu dapat meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai-nilai yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan adalah merupakan salah satu program pemerintah dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa.

Dewasa ini banyak kalangan yang merasa khawatir akan kesenian tradisional kita karena semakin banyaknya pengembangan pariwisata yang kurang memperhatikan budaya nasional yang dimiliki Indonesia. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pelestarian kesenian daerah yang merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Masalah-masalah tersebut antara lain berupa banyaknya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia akibat dampak globalisasai, serta kurangnya kesadaran akan rasa nasionalisme dan patriotisme dikalangan masyarakat yang mengakibatkan terjadinya pengikisan kehidupan beragama serta berkurangnya nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian maupun upacara-upacara adat dan keagamaan di Indonesia. Tingkah laku wisatawan asing yang datang ke Indonesia sering ditiru oleh penduduk setempat membuat perilaku masyarakat di daerah menjadi berubah dan seringkali bertentangan dengan kebiasaan agama dan tradisi atau kebudayaan yang berlaku di daerah tersebut.

Seperti kita ketahui bahwa seni budaya tradisional di Indonesia sangat beranekaragam, bahkan dalam satu daerah saja kita dapat menjumpai bermacam-macam seni tradisional, hal itu tentu harus menjadi kebanggaan kita. Dalam membina suatu kesenian tradisional yang merupakan seni budaya


(12)

2

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

bangsa ternyata bukan hal yang mudah, karena keberadaan kesenian tradisional ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu seniman (pekerja/pelaku seni) dan kepedulian masyarakat pendukungnya. Kurangnya ketertarikan masyarakat serta pembangunan di era globalisasi saat ini juga merupakan faktor penghambat pelestarian kesenian tradisional.

Dampak pembangunan terhadap kehidupan tradisional tidak hanya dapat dirasakan di desa-desa saja, tetapi juga dapat kita rasakan di kota. Sebagai contoh kita lihat kesenian tari topeng yang saat ini sudah mulai tenggelam karena generasi muda saat ini lebih memilih untuk mengikuti budaya asing daripada melestarikan seni budaya tradisional bangsanya. Sanggar-sanggar tari kesenian tradisional di kota Cirebon sudah mulai terkikis dengan adanya pembangunan pariwisata yang saat ini sudah diasumsikan sebagai suatu industri.

Dengan melihat penjelasan di atas, sebagai warga negara yang baik sudah sewajarnya kita harus lebih memperhatikan budaya-budaya bangsa kita, agar nantinya budaya kita bisa dipertahankan dan lebih berkualitas dengan lebih menjunjung nilai-nilai budaya daerah tersebut sebagai elemen budaya kewarganegaraan (cicvic culture).

Sulaeman, M (2012: 74) mengemukakan bahwa:

Kita menyadari bahwa Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa, sehingga demi integrasi nasional, kita mempunyai rumusan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya Bhinna berarti Pecah, Ika berarti itu, dan Tunggal berarti satu, sehingga

Bhinna Ika Tunggal Ika artinya bahwa “terpecah itu satu”.

Lebih lanjut, Koentjaraningrat (Sulaeman, M. 2012) mengatakan bahwa:

Kebudayaan nasional Indonesia berfungsi sebagai pemberi identitas kepada sebagian warga dari suatu kesatuan nasional, merupakan kelanjutan sejarah dari zaman kejayaan bangsa Indonesia di masa lampau sampai kebudayaan nasional masa kini. Jadi, keseluruhan gagasan kolektif dari semua warga negara Indonesia yang bhinneka yang beraneka warna itulah yang merupakan kebudayaan nasional Indonesia dalam fungsinya untuk saling berkomunikasi dan memperkuat solidaritas.


(13)

3

Dari rumusan di atas, jelaslah bahwa walaupun banyak sekali perbedaan budaya, namun bangsa Indonesia tetap satu. Banyaknya perbedaan budaya di Indonesia merupakan identitas bangsa kita, dalam kebudayaan Indonesia juga terkandung nilai-nilai yang merupakan pedoman berperilaku bagi masyarakat Indonesia. Salah satu contohnya dalam budaya seni tari topeng yang ada di kota Cirebon, dalam tarian tersebut terdapat nilai-nilai yang dikandungnya, antara lain:

1. Nilai agama

Dalam kesenian tari topeng terdapat nilai agama, karena Tari Topeng Cirebon memang difungsikan oleh Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah, atau yang lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunung Jati sebagai alat dakwah untuk menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Cirebon pada awal perkembangan Islam di Cirebon. Menurut para ahli sejarah lokal dari Cirebon, masuknya Islam di Cirebon pada abad 15 yaitu pada tahun 1470. Masuknya agama Islam di Cirebon disebarkan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. Penyebaran agama Islam itu dimulai ketika Syarif Hidayatullah berusia 27 tahun yaitu dengan menjadi mubaligh di Cirebon. 2. Nilai estetik atau keindahan

Kesenian biasanya tidak terlepas dari nilai estetik atau keindahan yang terkandung di dalamnya, termasuk dalam kesenian tari topeng, hal ini dapat dilihat dari setiap gerakan yang ditampilkan dan dinamika gerak disertai musiknya yang merupakan proses kreativitas dalam menari. Terdapat lima jenis tarian dalam tari topeng, yaitu:

a. Tari topeng panji

b. Tari topeng Pamindo atau Samba c. Tari topeng Rumyang

d. Tari topeng Tumenggung e. Tari topeng Klana

Setiap karakter topeng memiliki makna yang berbeda sesuai dengan alur cerita dan unsur visual yang melekat pada topeng tersebut. Pada tari topeng Cirebon memiliki lima karakter yang berbeda-beda seperti Panji yang


(14)

4

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

berkarakter halus, Pamindo berkarakter lincah, Rumyang berkarakter lincah, lembut dan tegas, Tumenggung berkarakter gagah, Klana berkarakter gagah dan angkara murka. Dari beberapa karakter topeng merupakan permaknaan dari sifat-sifat manusia yang digambarkan melalui tari topeng Cirebon. 3. Nilai sosial

Adanya nilai sosial yang terkandung dalam kesenian tari topeng ini terlihat dari adanya interaksi sosial dan perilaku para penari yang saling bekerjasama ,dan saling mendukung antara penari satu dan penari lainnya untuk memadukan gerakan tarian yang indah dan harmonis, sehingga diharapkan dapat menarik minat masyarakat untuk mempelajari kesenian tari topeng dan dapat mengamalkan nilai-nilai yang terkandungnya di kehidupan sehari-hari demi mempertahankan civic culture pada masyarakat kota Cirebon.

4. Nilai filsafat

Kesenian tari topeng pada awalnya digunakan sebagai alat dakwah untuk menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Cirebon pada awal perkembangan Islam di Cirebon, sehingga karakter dan gerakan setiap topeng memiliki nilai filsafat yang menggambarkan kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga dewasa.

Tari topeng adalah salah satu bagian dari upacara adat yang didalamnya merupakan penceritaan kembali perjuangan dari para leluhur yaitu para pahlawan-pahlawan yang telah membawa kita pada peradaban saat ini. Dengan adanya tari topeng yang menceritakan kembali cerita-cerita kuno leluhur, diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan patriotisme dalam masyarakat Indonesia.

Sulaeman, M (2012: 78) mengemukakan bahwa:

Formasi kebudayaan nasional dalam rangka membentuk pola kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah proses timbal balik antara yang ideal dengan yang aktual. Kebudayaan dalam hal ini dipandang sebagai hubungan antara keadaan yang ideal dengan yang aktual, antara nilai-nilai dan kelakuan individu, antara kebudayaan dan interaksi sosial, dan sebagainya. Melalui pembiasaan


(15)

5

dan proses kultur akan dihasilkan etos kebudayaan. Etos kebudayaan ini merupakan sistem atau unit yang terdiri dari berbagai komponen ekonomi, sosial politik, budaya dan lainnya, sehingga perlu menghubungkan komponen-komponen tersebut dalam watak atau etos kebudayaan dari kebudayaan nasional.

Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang meliputi eksistensi warga negara Indonesia, dapat berfungsi sebagai etos kebudayaan nasional. Pancasila sebagai etos kebudayaan Indonesia harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Pancasila berfungsi sebagai kebudayaan normatif yang akan menjelma berupa personalisasi. Personalisasi tersebut merupakan kebudayaan nasional yang meliputi konsep kepribadian nasional dan identitas nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu, nilai-nilai budaya bangsa seperti halnya nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian-kesenian yang ada di Indonesia merupakan cerminan kepribadian bangsa Indonesia pada masa lalu, dan sudah sewajarnya kita sebagai penerus bangsa seharusnya mampu mempertahankan nilai-nilai tersebut yang merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang sangat berharga, karena dapat dijadikan sebagai identitas bangsa Indonesia ditengah-tengah era globalisasi dewasa ini.

Salah satu cerminan kepribadian bangsa Indonesia dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng yang merupakan salah satu kesenian daerah dimana nilai-nilai dan pesan moralnya dapat diasumsikan sebagai salah satu bentuk budaya kewarganegaraan (civic

culture) bangsa Indonesia.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon.

B. Rumusan Masalah

Secara umum masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam kesenian tari topeng yang dapat memperkaya civic culture di kota Cirebon?


(16)

6

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

Sedangkan batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam kesenian tari topeng untuk memperkaya civic culture di kota Cirebon?

2. Bagaimana upaya pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng sebagai pewarisan civic culture di kota Cirebon?

3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam melestarikan kesenian tari topeng Cirebon?

4. Solusi apa saja yang dilakukan pengelola sanggar seni yang diharapkan dapat mengatasi kendala dalam proses pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengkaji nilai-nilai dalam kesenian tari topeng yang dapat memperkaya civic culture di kota Cirebon. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menggali, mengkaji, serta mengorganisasikan informasi dan argumentasi tentang:

1. Nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng untuk memperkaya civic culture di kota Cirebon

2. Upaya pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng sebagai pewarisan

civic culture di kota Cirebon

3. Kendala yang dihadapi dalam melestarikan kesenian tari topeng Cirebon

4. Solusi yang dilakukan pengelola sanggar seni yang diharapkan dapat mengatasi kendala dalam proses pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng Cirebon

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritis) maupun secara empirik (praktis). Secara keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menggali dan mengkaji nilai-nilai dalam


(17)

7

kesenian tari topeng yang dapat memperkaya civic culture masyarakat kota Cirebon. Selain itu, hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi keilmuan terhadap kekayaan civic culture melalui nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng yang dapat memperkaya ragam civic

culture pada masyarakat kota Cirebon. Selain itu, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Untuk penulis, dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng

2. Untuk pengrajin topeng, sebagai bahan dalam mempertahankan kesenian tradisional sebagai acuan dalam mengembangkan nilai-nilai atau pesan moral yang terkandung dalam kesenian tari topeng.

3. Untuk mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai informasi tentang nilai-nilai dan pesan moral yang terkandung dalam kesenian tari topeng sebagai salah satu bentuk budaya kewarganegaraan

(civic culture) bangsa Indonesia.

4. Untuk pembaca, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pembaca dan diharapkan pembaca ikut berpartisipasi membantu untuk menginventarisasikan potensi budaya yang ada di wilayahnya agar lebih diperhatikan dalam upaya menjaga dan mempertahankan budaya nasional bangsa Indonesia.

5. Untuk masyarakat Cirebon, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai nilai-nilai kesenian tari topeng yang merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan, sehingga masyarakat Cirebon lebih tertarik lagi untuk mempelajari, mendalami dan melestarikan kesenian daerahnya. 6. Untuk pengelola sanggar tari, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan


(18)

8

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

dalam kesenian tari topeng, sehingga pengelola sanggar tidak hanya mengajarkan keindahan gerakan tarian topeng saja, tetapi juga mengajarkan tentang nilai-nilai dan sejarah tari topeng tersebut agar dapat memberi pengetahuan lebih tentang kesenian tari topeng.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan didalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, asumsi, tinjauan teoritis, metodologi penelitian, sistematika penulisan, dan agenda kegiatan.

BAB II : Kajian Teori. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis.

BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai nilai-nilai kesenian tari topeng dalam memperkaya civic culture di kota Cirebon.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng untuk memperkaya civic culture di kota Cirebon.

BAB V : Kesimpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian berada di Sanggar Seni Sekar Pandan yang merupakan sanggar kesenian tradisional Cirebon. Sanggar Seni Sekar Pandan terletak di dalam Komplek Keraton Kacirebonan. Bangunan Keraton Kacirebonan berada di Jl. Pulosaren No. 48 ini, mempunyai ukuran relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman mungkin lebih pantas disebut dengan Puri Kacirebonan. Secara administratif Puri Kacirebonan berada di Kampung Pulosaren, Kelurahan Pulosaren, Kecamatan Pekalipan. Lokasi keraton yang berada pada pedataran rendah di tengah pemukiman penduduk ini berada pada koordinat 06º 43' 488" Lintang Selatan dan 108º 33' 921" Bujur Timur. . Lokasi penelitian tersebut dipilih karena di Sanggar ini terdapat pelatihan seni tari topeng yang sangat menarik dan lebih terkenal jika dibandingkan dengan sanggar-sanggar yang ada di daerah lainnya, karena letaknya yang berada di dalam komplek keraton.

2. Subjek Penelitian

Data yang diperoleh adalah informasi dalam bentuk lisan yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber data yaitu dengan melalui observasi dan wawancara langsung pada sumber data tersebut. Sumber data yang dimaksud disini adalah tokoh agama serta pengelola dan penari di sanggar itu sendiri yang mendalami tari topeng Cirebon.

Sesuai dengan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka yang dijadikan subjek atau sumber data dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:


(20)

41

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

a. Budayawan Cirebon, yaitu sebagai orang yang dianggap lebih mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai kesenian tarian topeng Cirebon.

b. Pengelola sanggar, yaitu orang yang mengelola sanggar seni sekar pandan dimana di dalamnya terdapat kesenian tari topeng Cirebon. c. Penari topeng, yaitu orang-orang yang melakukan latihan atau

melakukan kegiatan pagelaran seni tari topeng

d. Mayarakat kota Cirebon, yaitu orang-orang yang tinggal di sekitar sanggar. Peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar sanggar untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai dalam kesenian tari topeng dalam mempengaruhi karakteristik dan pola tingkah laku masyarakat kota Cirebon.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000: 3)

penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati”. Dari pendapat diatas dikembangkan secara lebih luas bahwa Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang ilmiah yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, mengandalkan analisis data, dan secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar. Selain itu, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus kajian, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian (Moleong, 2012: 27)

Sejalan dengan pemaparan di atas, Sugiyono (2009: 1) menjelaskan mengenai penelitian kualitatif, yaitu:


(21)

42

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dan generalisasi. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif dapat dikatakan sangat deskriptif yang dijabarkan dengan kata-kata, dituangkan dalam sebuah laporan dan uraian dan peneliti melakukan sebuah pengamatan dari suatu fenomena yang alamiah serta penelitian kualitatif bersifat ilmiah. Penelitian kualitatif disebut juga sebagai penelitian naturalistik. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Nasution (2003: 18)

disebut naturalistik karena “situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen

atau test”.

Nasution pun menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “metode penelitian naturalistik kualitatif” bahwa sumber data dalam penelitian

kualitatif adalah situasi yang wajar atau “natural setting”. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Peneliti yang memasuki lapangan berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya.

Dalam penelitian ini, penulis merupakan instrument penting yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2000:132) bahwa:

Bagi penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.

Pemilihan menggunakan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan untuk dapat mengungkap dan memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan secara mendalam. Metode penelitiannya adalah metode penelitian deskriptif yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Sebagaimana


(22)

43

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

diungkapkan Endang Danial (2009: 62) metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik suatu situasi, kondisi objek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat.

Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Selain itu penulis juga berusaha untuk mendapatkan pandangan dari orang di luar sistem dari subjek penelitian, atau dari pengamat, untuk menjaga subjektifitas hasil penelitian.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini, alasannya yaitu karena permasalahan yang dikaji dalam penelitian mengenai nilai-nilai dalam kesenian topeng ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya kontekstual dan aktual, kemudian pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, selain itu dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri, sehingga pendekatan kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan kualitatif memiliki adaptasi yang tinggi, sehingga memungkinkan peneliti untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Metodologi merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Artinya metodologi sebagai cara yang digunakan untuk menemukan dan mengupas suatu hal agar lebih konkrit dan lebih jelas sehingga memudahkan memecahkan suatu masalah yang terjadi pada saat melakukan penelitian.


(23)

44

Metode penelitian memberikan pedoman mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian berkaitan dengan prosedur dan teknik yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Sugiyono (2006: 1)

mengemukakan bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode deskriptif. Nazir (2005: 54) mengemukakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakjta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Dari kutipan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada metode deskriptif peneliti mencoba untuk mencermati individu, lingkungan atau sebuah unit secara mendalam yang didasarkan pada perumusan masalah berdasarkan fenomena, kenyataan dan fakta-fakta yang ada pada saat sekarang yang lebih dipusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif ini pun populasi yang akan diteliti lebih terfokus dan lebih terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian.

Relevan dengan permasalahan yang hendak diteliti mengenai nilai-nilai kesenian tari topeng Cirebon dalam memperkaya civic culture di kota Cirebon, maka metode deskriptif dianggap relevan untuk digunakan dalam penelitian ini karena peneliti ingin mengumpulkan data yang menyangkut individu, lingkungan dan bagaimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa dalam penelitian deskriptif ditujukan untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan sebagaimana adanya serta berupaya untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada saat


(24)

45

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

sekarang yang akan memberikan gambaran atau deskripsi mengenai hal-hal yang diteliti.

Merujuk pada pendapat di atas, penulis menganggap bahwa dengan metode deskriptif dalam penelitian ini yaitu mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng dalam memperkaya budaya kewarganegaraan (civic culture) dapat menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan suatu deskripsi berupa nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng.

C. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka peneliti bermaksud membatasi ruang lingkup yang akan dibahas. Penegasan istilah itu antara lain:

1. Seni Budaya Tradisional

Menurut Yoeti (1985:2) bahwa “seni budaya tradisional adalah seni

budaya yang sejak lama turun-temurun telah hidup dan berkembang pada

suatu daerah tertentu”.

Seni budaya merupakan suatu keahlian dalam mengekspresikan ide-ide dan pemikiran keindahan, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi pandangan terhadap benda, suasana, atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan peradaban yang lebih maju. 2. Nilai

Pepper (Sulaeman, M. 2012: 50) mengemukakan bahwa “nilai adalah

segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk”. Pendapat lain dari

Kluckhohn (Sulaeman, M. 2012: 50) mengemukakan bahwa:

Definisi nilai yang diterima sebagai konsep yang diinginkan dalam literatur ilmu sosial adalah hasil pengaruh seleksi perilaku. Batasan nilai yang sempit adalah adanya suatu perbedaan penyusunan antara apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan dengan apa yang seharusnya dibutuhkan; nilai-nilai tersusun secara hierarkis dan mengatur rangsangan kepuasan hati dalam mencapai tujuan kepribadiannya. Kepribadian dari sistem sosio-budaya merupakan


(25)

46

syarat dalam susunan kebutuhan rasa hormat terhadap keinginan yang lain atau kelompok sebagai suatu kehidupan sosial yang besar.

Menurut Jacobus Ranjabar (2006:109) menyatakan bahwa “nilai itu adalah gabungan semua unsur kebudayaan yang dianggap baik/buruk dalam suatu masyarakat, karena itu pula masyarakat harus menghayati dan

mengamalkan nilai yang dianggap ideal tersebut”.

3. Tari Topeng

Tari topeng merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Cirebon, yang mempunyai ciri khas yaitu kehidupan beragama (Islam), dijadikan media komunikasi untuk dimanfaatkan secara positif, tradisi-tradisi ritual yang dibakukan. Begitu pula ciri keseniannya berakar dari tradisi, yang menjadi icon daerah Cirebon. Kesenian topeng Cirebon mempunyai nilai hiburan yang mengandung pesan-pesan tersembunyi, menyentuh berbagai aspek kehidupan, meliputi kepemimpinan, kebijakan, kebajikan dan pesan-pesan moral lainnya.

Shaddly H (1980) mengartikan bahwa:

Kata topeng dalam Ensiklopedi Tari Indonesia berasal dari kata

“tup” yang berarti tutup. Kemudian karena gejala bahasa yang disebut pembentukan kata, maka kata tup ini ditambah dengan kata “eng”

yang kemudian menjadi tupeng. Tupeng sendiri kemudian mengalami

beberapa perubahan sehingga menjadi “topeng’. Kata lain topeng di

Indonesia dalam bahasa sunda adalah kedok yang berdekatan dengan wedak sebagai sesuatu yang diletakkan pada wajah seseorang.

Ciri kesenian tari topeng berakar dari tradisi, yang menjadi icon daerah Cirebon. Kesenian topeng Cirebon mempunyai nilai hiburan yang mengandung pesan-pesan tersembunyi, menyentuh berbagai aspek kehidupan, meliputi kepemimpinan, kebijakan, kebajikan dan pesan-pesan moral lainnya.

4. Civic Culture

Winataputra dan Budimansyah (2007: 229) Mengungkapkan pengertian budaya Kewarganegaraan (civic culture) sebagai berikut:


(26)

47

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

Civic culture merupakan sebuah budaya yang didalamnya

menopang kewarganegaraan berupa seperangkat ide-ide yang diimplementasikan lewat kebudayaan sebagai perwujudan identitas warga negara. Budaya kewarganegaraan berisikan seperangkat nilai-nilai luhur dari implementasi warga negara, nilai-nilai-nilai-nilai yang terkandung dalam budaya warga negara harus dilestarikan sebagai pembentuk identitas warga negara yang membedakannya dengan negara lain. Budaya kewarganegaraan harus tetap dipelihara dan dipertahankan sebagai pembentuk identitas negara.

Identitas bangsa harus ada dalam setiap warga negara, karena dengan identitas bangsa memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Budaya kewarganegaraan (civic culture) inilai yang mampu menopang warganegaranya untuk bisa memunculkan identitas diri sebagai warga negara tersebut.

D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan benda. Orang sebagai informan dalam arti sebagai subjek yang mengemukakan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti, sedangkan benda merupakan sumber data dalam bentuk dokumen seperti artikel yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yakni data primer dan data sekunder. Pemilihan data primer berdasarkan pada kapasitas subjek penelitian yang dinilai dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti secara menyeluruh. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah sejarawan Cirebon, pengelola sanggar sekar pandan dan masyarakat di sekitar sanggar sekar pandan komplek Keraton Kacirebonan kota Cirebon.

Untuk memperkuat analisis data, penelitian tentang nilai-nilai dalam kesenian tari topeng untuk memperkaya civic culture ini harus ditunjang oleh data sekunder, yakni mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya yang menunjang untuk penelitian.


(27)

48

E. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan yang selanjutnya akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2006: 157) mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, foto dan statistik. Untuk memperoleh data tersebut maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan, dalam penelitian ini digunakan penjaringan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengambilan langsung yang dilakukan peneliti terhadap subyek yang diteliti dengan melihat, mengamati dan ikut terlibat dalam lingkungan dan kondisi lapangan untuk mengumpulkan dalam studi sebagai partisipan saja.

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya yang sukar diperoleh dengan metode-metode lain (Nasution, 2003: 122).

Menurut Nazir (1988: 65) mengungkapkan bahwa:

Metode survey (observasi) adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2006: 145)

bahwa “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.” Dalam penelitian


(28)

49

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

ini, peneliti melakukan observasi dengan cara mengamati langsung kegiatan pelatihan, pagelaran dan ujian tari yang dilaksanakan di sanggar seni Sekar Pandan, komplek Keraton Kacirebonan Kota Cirebon. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai nilai-nilai dalam kesenian topeng untuk memperkaya civic culture di kota Cirebon.

2. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara atau interview menurut Lexy J. Moleong (2006: 150) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan data-data mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tari topeng Cirebon. Selain iru, menurut Nasution (2003:73) tujuan wawancara dilakukan untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui: a. Nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng

b. Upaya pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng sebagai pewarisan

civic culture di kota Cirebon

c. Kendala yang dihadapi dalam melestarikan kesenian tari topeng Cirebon

d. Solusi yang dilakukan pengelola sanggar seni yang diharapkan dapat mengatasi kendala dalam proses pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng Cirebon?

Subjek yang diwawancarai oleh peneliti adalah budayawan Cirebon, pengelola sanggar sekar pandan dan masyarakat di sekitar sanggar sekar pandan komplek Keraton Kacirebonan kota Cirebon.

Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam mengumpulkan data, pada konteks ini catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip


(29)

50

wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti analisis dokumen dan studi literatur.

Berdasarkan hal ini, peneliti harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, disesuaikan dengan keadaan dari responden. Dalam hal ini, pewawancara harus penuh perhatian terhadap apa yang diungkapkan, berusaha bertanya secara rinci kepada responden, menghindari

pertanyaan yang kemungkinan hanya dijawab “ya” atau “tidak”, dan berusaha

menghubungkan keseluruhan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan penelitian yang direncanakan ini diharapkan dalam merespon pertanyaan responden lebih bebas dan terbuka, sehingga pertanyaan/proses tanya jawab mengalir seperti pada percakapan sehari-hari.

3. Studi Dokumentasi

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif membutuhkan jenis data primer dan sekunder. Dalam hal ini studi dokumentasi termasuk ke dalam jenis data sekunder, yakni berupa dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk menunjang data penelitian. Seperti yang dijelaskan oleh Moleong (2000:161), ”…dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan”.

Menurut Endang Danial (2009: 79) studi dokumentasi adalah:

Mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penuduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data dari teknik pengumpulan data yang lain. Dokumen dalam penelitian disini dapat berupa foto-foto, peta, gambar dan surat berharga yang diambil pada saat berlangsungnya kegiatan melakukan tarian (pagelaran tari topeng) dan situasi yang ada di lokasi penelitian itu sendiri.

4. Catatan Lapangan (Field Note)

Catatan lapangan dikemukakan menurut Bogdan dan Biklen (Lexy J. Moleong (2006: 209) yaitu adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,


(30)

51

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Maksud dari pernyataan di atas bahwa dalam melakukan penelitian, peneliti membuat catatan kecil berupa kata kunci dan pokok-pokok dari pembicaraan dan pengamatan yang didengar atau dilihat pada saat melakukan penelitian. Catatan ini dapat digunakan sebagai data yang nantinya digunakan untuk merumuskan hasil temuan peneliti di lapangan.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian yang dilakukan adalah:

a.Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti

b.Memilih dan merumuskan masalah penelitian c.Menentukan judul dan lokasi penelitian d.Menyusun proposal penelitian

Tahapan ini disebut juga tahap pra lapangan. Pada tahap ini, setelah peneliti mencoba mengajukan proposal kemudian untuk melihat keabsahannya, selanjutnya proposal tersebut diseminarkan dihadapan tim dosen untuk mendapatkan masukan, koreksi dan sekaligus perbaikan hingga mendapatkan pengesahan dan persetujuan mengenai masalah yang akan diteliti, yang selanjutnya direkomendasikan untuk mendapat pembimbing skripsi.

2. Tahap Perizinan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan perizinan terlebih dahulu dari instansi yang terkait. Adapun prosedur perizinan yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada ketua jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang selanjutnya surat disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.


(31)

52

b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Rektor UPI melalui Kepala BAAK, dengan rekomendasi dari Pembantu Dekan FPIPS UPI Bandung.

c. Setelah mendapat surat izin, peneliti menyampaikan kepada Pengelola sanggar seni Sekar Pandan komplek Keraton Kacirebonan kota Cirebon.

d. Ketua Pengelola sanggar seni Sekar Pandan komplek Keraton Kacirebonan memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari responden. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti sebagai berikut :

a. Menghubungi pengelola sanggar seni sekar pandan yang dipilih oleh penulis berdasarkan tingkat eksistensinya dalam pengembangan tari topeng untuk membuat janji mengadakan wawancara.

b. Melakukan wawancara dengan responden, kemudian hasil wawancara tersebut ditulis dan disusun dalam bentuk catatan lengkap

c. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan dan relevan dengan masalah yang diteliti, salah satunya dengan meminta berbagai dokumen tertulis yang ada di sanggar.

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti adalah sebagai instrumen utama yang mengumpulkan data dengan membuat catatan-catatan mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan dengan kandungan nilai-nilai dalam tarian topeng Cirebon.

Dalam melakukan penelitian, peneliti terlibat langsung ke lapangan tanpa mengganggu kegiatan latihan atau pementasan pagelaran seni tari topeng itu sendiri. Adapun untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti melakukan wawancara langsung dengan pengelola sanggar dan para penari topeng, kemudian menuliskan hasil wawancara tersebut. Data tersebut


(32)

53

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

kemudian disusun menjadi catatan lengkap setelah didukung oleh dokumen-dokumen lainnya.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data merupakan kajian penting dalam penyusunan karya ilmiah karena dalam analisis ini data yang diperoleh dapat memberikan arti yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Data yang diperoleh melaui wawancara, studi dokumentasi dan observasi kemudian selanjutnya diolah dan dianalisis sehingga data tersebut mempunyai makna dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam masalah penelitian.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan yang dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data kualitatif merupakan analisa yang berulang dan terus menerus. Tiga tahapan utama analisis data merupakan proses yang berkelanjutan dan bersifat interaktif.

Analisis data dilakukan dalam suatu proses, mulai dari awal hingga berakhirnya penelitian. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 126) mengemukakan bahwa:

Analisis data kualitatif bisa disusun dan langsung ditafsirkan untuk menyusun kesimpulan penelitian. Caranya melalui kategorisasi data kualitatif berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, dalam hal ini peneliti tidak perlu melakukan pengolahan melalui perhitungan matematis sebab data telah memiliki makna apa adanya.

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pengolahan dan penganalisisan data: 1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan langkah awal dalam melakukan analisis data. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan penulis dalam penalitian di lapangan. Penulis melakukan reduksi data dengan cara merangkum data yang diperoleh, memilih dan memilah data yang telah diperoleh, kemudian mengelompokkan data sesuai dengan fokus masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam Penelitian


(33)

54

ini, reduksi data dilakukan dengan memfokuskan hasil penelitian pada hal-hal yang dianggap penting oleh penulis.

2. Display Data

Langkah berikutnya setelah data direduksi yaitu display data. Display data merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh melalui wawancara dan observasi yang disusun secara sistematis serta memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari kejelasan data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting dari data yang telah diperoleh. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan mengenai pemaparan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng yang mengacu kepada tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan secara umum bahwa proses pengolahan data dimulai dengan melakukan pencatatan data lapangan, kemudian ditulis kembali dengan melakukan pengkategorisasian, setelah data dikategorisasikan dan dirangkum, data direduksi disesuaikan dengan masalah penelitian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut penulis memperoleh data secara lengkap mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tari topeng.


(34)

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab lima ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian tentang nilai-nilai kesenian tari topeng dalam memperkaya budaya kewarganegaraan (civic

culture) di Kota Cirebon. Kesimpulan yang peneliti rumuskan berdasarkan

atas data yang terkumpul dari objek penelitian. Data yang telah diolah dan dianalisis, kemudian ditafsirkan dalam bentuk tulisan dan bahasa karya ilmiah. Selain itu, peneliti membuat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang disesuaikan dengan kesimpulan sebelumnya, dengan harapan adanya perbaikan dan perubahan terutama yang berkepentingan dengan karya ilmiah ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang telah dianalisis oleh peneliti dan dikaji dengan berbagai pendapat para ahli yang relevan dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

1. Nilai-nilai yang terdapat dalam kesenian tari Topeng Cirebon yaitu: a. Nilai keagamaan, terlihat dari simbolisasi/makna tiap karakter yang

dimainkan dan fungsi dari kesenian tari Topeng itu sendiri yang dijadikan sebagai media dakwah dalam penyebaran agam Islam di kota Cirebon.

b. Nilai estetik atau nilai keindahan, dapat dilihat dari setiap gerakan yang ditampilkan dan dinamika gerak serta musiknya yang merupakan proses kreativitas agar penari dapat merasakan pengalaman estetik dengan melakukan gerakan tarian Topeng tersebut.

c. Nilai sosial, dapat terlihat dari adanya interaksi sosial dan perilaku berafiliasi penari, sinden dan para nayaga yang ditandai dengan kerjasama, saling mendukung dan saling terlibat antara satu dan lainnya untuk menampilkan keterpaduan gerakan tari yang indah nan


(35)

107

harmonis yang membuat masyarakat lain yang melihatnya menjadi tertarik untuk ikut serta mempelajari dan mendalami kesenian tari Topeng Cirebon. Demikian salah satu cara untuk membentuk kolektivitas sosial dan dapat menguatkan pengimplementasian nilai-nilai kesenian tari Topeng dari tiap individu dalam memperkaya budaya kewarganegaraan (civic culture) masyarakat di sekitarnya. d. Nilai filsafat, Kesenian tari Topeng pada awalnya digunakan sebagai

alat dakwah untuk menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Cirebon pada awal perkembangan Islam di Cirebon, sehingga karakter dan gerakan setiap Topeng memiliki nilai filsafat yang menggambarkan kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga dewasa.

2. Upaya pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng sebagai pewarisan civic

culture di kota Cirebon dapat dilakukan melalui lingkungan keluarga

yang berasal dari keluarga itu sendiri, seperti ibu-ibu yang mendaftarkan dan mendukung anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan tari-tarian tradisional khususnya tari topeng yang merupakan budaya daerah yang memang harus dilestarikan, dalam hal ini berarti ibu-ibu ikut berperan dalam pelestarian budaya daerahnya termasuk pelestarian nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Proses pelestarian dan pengenalan dilakukan melalui pembelajaran di sekolah dan diberikan penjelasan tentang kesenian tari Topeng.

Hal yang pertama kali dilakukan dalam upaya melestarikan nilai-nilai budaya kesenian tari Topeng Cirebon selain dari lingkungan keluarga yaitu dengan memperkenalkan seni tari Topeng ke tingkat persekolahan. Upaya ini dianggap sangat besar pengaruhnya, terbukti dengan banyaknya anak-anak usia sekolah yang mengikuti kegiatan kesenian tradisional di sanggar seni Sekar Pandan. Selain dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat generasi


(36)

108

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

muda ikut serta berpartisipasi dalam kesenian tari Topeng supaya mampu mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman yang didapatkan di keluarga dan sekolah.

3. Kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan proses pelestarian nilai-nilai dari kesenian tari topeng kepada generasi muda dijadikan sebagai tantangan bagi seluruh masyarakat dan juga oleh pihak sekolah karena tari topeng merupakan salah satu warisan budaya daerah yang harus dilestarikan.

Kendala yang dihadapi dalam upaya melestarikan nilai-nilai kesenian tari topeng pada masyarakat yaitu, (a) Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai kesenian tari topeng Cirebon dengan berbagai nilai-nilai yang dikandungnya; (b) Belum ada penerapan kesenian tari topeng secara menyeluruh sebagai ekstrakurikuler yang ada di sekolah; (c) Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya sebagai kekayaan bangsa dan memahami nilai-nilai budaya yang dikandungnya sebagai budaya kewarganegaraan yang menjadi salah satu identitas diri suatu bangsa.

4. Solusi yang dilakukan pengelola sanggar seni yang diharapkan dapat mengatasi kendala dalam proses pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng Cirebon yaitu selalu berupaya untuk melakukan inovasi-inovasi yang dapat menarik minat masyarakat kota Cirebon untuk mempelajari lebih mendalam mengenai tari topeng beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh pihak pengelola sanggar seni Sekar Pandan dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam proses pelestarian nilai-nilai kesenian tari topeng Cirebon yaitu dengan mengadakan pagelaran seni bulanan yang disebut apresiasi budaya. Apresiasi budaya yang diselenggarakan sanggar seni Sekar Pandan menampilkan beberapa pertunjukan seni seperti tari-tarian tradisional dan


(37)

109

kontemporer, termasuk juga pertunjukan wayang dan tari topeng Cirebon. Apresiasi budaya ini digelar secara gratis dan terbuka bagi semua pengunjung khususnya untuk masyarakat Kota Cirebon.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai masukan dan pertimbangan kepada berbagai pihak yang terkait, baik dari elemen pendidikan maupun elemen yang terkait lainnya, yaitu sebagai berikut:

1. Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cirebon:

Sehubungan dengan masih banyak sekolah yang belum menerapkan kesenian tari topeng sebagai ekstrakurikuler yang berbasis kearifan lokal, maka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cirebon hendaknya untuk terus memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang ada di wilayah Kota Cirebon mengenai pemanfaatan kebudayaan lokal dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler serta mendukung kelangsungan pelestarian kesenian tari topeng Cirebon melalui pembelajaran di tingkat persekolahan.

Terkait rendahnya cara pandang dan minat masyarakat terhadap kesenian tradisional, maka pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cirebon harus terus melakukan berbagai upaya dalam memprkenalkan kebudayaan Cirebon agar tetap terjaga dan lestari sehingga masyarakat tidak merasa asing dengan kebudayaan yang dimiliki, misalnya dengan secara berkala mengadakan pagelaran kesenian tradisional, mengadakan festival-festival atau pesta rakyat yang bertemakan kebudayaan atau kesenian tradisional, pembuatan dokumentasi kebudayaan Cirebon, atau dengan mengadakan seminar kebudayaan, dengan begitu diharapkan masyarakat akan lebih mengenal kebudayaan yang dimilikinya.


(38)

110

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

2. Kepada Pihak Sanggar Seni Sekar Pandan Komplek Keraton Kacirebonan Kota Cirebon:

a. Diperlukan usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran seni di sanggar yaitu untuk menjadikan masyarakat supaya lebih kreatif dan mendapatkan pengalaman seni secara praktik maupun apresiasi seni tari yang juga berguna bagi upaya menumbuhkan kepekaan pola pikir dan rasa cinta terhadap seni. Potensi dan minat masyarakat yang ingin mempelajari dan memahami kesenian topeng Cirebon harus terus dibina serta optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi dalam bidang kesenian dan diharapkan suatu saat nanti dapat membawa kesenian topeng Cirebon ke kancah dunia Internasional.

b. Diperlukan usaha untuk terus memberikan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya budaya kewarganegaraan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memberikan pengetahuan yang mendalam mengenai budaya kewarganegaraan supaya masyarakat mengerti betapa pentingnya melestarikan budaya kewarganegaraan suatu bangsa sebagai identitas/jati diri bangsanya.

c. Harus adanya usaha secara terus menerus untuk memperkenalkan budaya kepada masyarakat sejak dini serta memberikan inovasi-inovasi yang lebih menarik agar dapat meningkatkan minat masyarakat untuk lebih mempelajari kesenian tari topeng Cirebon.

3. Kepada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia:

Sehubungan dengan hasil penelitian ini yang berkaitan dengan civic

culture yaitu budaya yang menopang kewarganegaraan atau seperangkat

ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas kewarganegaraan. Identitas pribadi warga negara yang bersumber dari civic culture perlu dikembangkan


(39)

111

melalui Civic Education atau Pendidikan Kewarganegaraan dalam berbagai bentuk dan latar. Dalam hal ini, maka Jurusan PKn harus terus melakukan upaya untuk mengembangkan civic culture dengan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengadakan seminar-seminar yang mengangkat kembali mengenai civic culture (budaya kewarganegaraan) sebagai identitas bangsa

4. Kepada Peneliti selanjutnya:

Sehubungan dengan masih sedikitnya penelitian yang mencapai proses internalisasi nilai seni karena keterbatasan waktu dan proses internalisasi nilai seni yang diperoleh dari pembelajaran seni itu harus dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan terus menerus serta memerlukan dukungan dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang juga ikut berperan penting dalam proses internalisasi tersebut. Dengan pertimbangan tersebut, maka diharapkan akan ada penelitian berikutnya yang meneliti mengenai proses penanaman nilai-nilai budaya dalam kesenian hingga dapat mencapai proses internalisasi yang akan berdampak positif pada perubahan perilaku masyarakat.


(40)

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Arikunto, Suharsimi. (1998). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.

Baroroh-Baried, S. (1987). Panji: Citra Pahlawan Nusantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Darwis, R. (2008). Hukum Adat. Bandung: Laboratorium PKn UPI

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Hapsah, S. et al. (2006). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung: Andromeda Kalidjernih, Freddy K. (2009). Puspa Ragam Konsep dan Isu

Kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara Pers

(2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif

Sosiologikal dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Pers

Kartika, D. S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta : PT Rineka Cipta

Koentjaraningrat. (1980). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Koentjaraningrat. (1999). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Masunah, J dan Tati N. (2003). Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga

Rampai. Bandung: P4ST

Masunah, J dan Uus K. (2003). Topeng Cirebon. Bandung: P4ST

Moleong, J.X. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


(41)

. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyana, R. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:

Tarsito.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI

Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia

Rosala, D. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press

Shaddly, H. (1980). Ensiklopedi Indonesia 6. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soepandi, A dkk. (1994). Ragam Cipta, Mengenal Seni Pertunjukkan Daerah

Jawa Barat. Bandung: CV Sampurna

Suanda, T. (2001). Topeng Cirebon dan Perubahan. Bandung: Depdiknas STSI

Sudjana, N dan Ibrahim, D. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sulaeman, M. (2012). Ilmu Budaya Dasar Pengantar ke Arah Ilmu Sosial

Budaya Dasar/ISBD/Social Culture. Bandung: PT Refika Aditama.

Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Soepandi, A dkk. (1994). Ragam Cipta, Mengenal Seni Pertunjukkan Daerah


(42)

Yunita, 2014

Kajian Tentang Nilai-Nilai Kesenian Tari Topeng dalam Memperkaya Civic Culture di Kota Cirebon

Suryaatmadja. (1980). Topeng Cirebon dalam Perkembangan Penyebaran

serta Peranannya dalam Masyarakat Jawa Barat Khususnya di Daerah Cirebon. Bandung: ASTI.

Winataputra, U. dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

Yoeti, Oka A. 1985. Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris

Punah.

SUMBER INTERNET:

Alfin, A (2011). Nilai dan Norma Sosial. [online]. Tersedia: http://alfinsosiologi.wordpress.com/2011/12/10/nilai-dan-norma-sosial/ [02 Januari 2014]

Cahya (2010). Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan. [online]. Tersedia: http://www.cahyamenethil.wordpress.com/ [25 Juli 2013] Carsidiawan, Didi. (2009). Budaya Nusantara. [online]. Tersedia:

http//www.wiziq.com/tutorial/41378-Budaya-Nusantara [25 Juli 2013] Djoko Soemarsono. (2011). Seni Sebagai Nilai. [Online]. Tersedia:

http://lukman-punya.blogspot.ca/2012/03/seni-sebagai-nilai-bagian-1.html

Tn. (2010). Fungsi Seni - Seni Budaya. [online]. Tersedia: http://seni-budayaa.blogspot.com/2010/01/fungsi-seni.html [14Mei2013].

Halimi. (2010). Sejarah Perkembangan Pokok-pokok Tari dan Jenis Topeng

Cirebon. [online].

Tersedia:http://cirebonkukotaku.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-pokok-pokok-tari.html [21Juli2013].

Irmawan Hadi Saputra. (2012). Pengertian Nilai Seni dan Ekspresi. [Online]. Tersedia: http://www.plengdut.com/2012/12/pengertian-nilai-seni-dan-ekspresi.html [16September2013].

Protuslanx. (2010). Moral Kemasyarakatan (Civic Virtue) dan Budaya Kemasyarakatan (Civic Culture). [Online]. Tersedia:


(43)

http://protuslanx.wordpress.com/2010/11/02/moral-kemasyarakatan-civic-virtue-dan-budaya-kemasyarakatan-civic-culture/n [19Maret2013]. Rani. (2011). Macam-macam nilai menurut Prof. Notonegoro dan Weber G.

Everret. [online]. Tersedia: http://rani1991wordpress.com/2011/04/04/b- macam-macam-nilai-menurut-prof-notonegoro-dan-menurut-waber-g-everret/ [24 April 2013].

Sofyan. (2009). Tujuan Pendidikan dan Nilai Keagamaan. [online]. Tersedia: http://eddysetia.wordpress.com/2009/11/27/tujuan-pendidikan-dan-nilai-keagamaan/ [02 Januari 2014]

Wikipedia. (2013). The Civic Culture. [online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/../The_Civic_Culture [24 September 2013]

Wikipedia. (2013). Tari Topeng Cirebon. [online]. Tersedia: http//id.wikipedia.org/wiki/tari-topeng-cirebon [02 Januari 2014]

SUMBER LAIN:

Al-Rakhman, Riza (2008). Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Civic

Culture Indonesia melalui pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Lingkungan Paguyuban Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

Fatimah, S. (2013). Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya dengan Civic

Culture Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia. Bandung:

Tidak diterbitkan

Herlina, A. (2011). Budaya Hajat Sasih Sebagai Implementasi Terhadap

Kepatuhan pada Nilai-Nilai Adat. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Iswandi, H. (2004). Membentuk Karakter Warga Negara Melalui Lingkungan

Seni dan Budaya Daerah di Kampus. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional


(1)

110

2. Kepada Pihak Sanggar Seni Sekar Pandan Komplek Keraton Kacirebonan Kota Cirebon:

a. Diperlukan usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran seni di sanggar yaitu untuk menjadikan masyarakat supaya lebih kreatif dan mendapatkan pengalaman seni secara praktik maupun apresiasi seni tari yang juga berguna bagi upaya menumbuhkan kepekaan pola pikir dan rasa cinta terhadap seni. Potensi dan minat masyarakat yang ingin mempelajari dan memahami kesenian topeng Cirebon harus terus dibina serta optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi dalam bidang kesenian dan diharapkan suatu saat nanti dapat membawa kesenian topeng Cirebon ke kancah dunia Internasional.

b. Diperlukan usaha untuk terus memberikan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya budaya kewarganegaraan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memberikan pengetahuan yang mendalam mengenai budaya kewarganegaraan supaya masyarakat mengerti betapa pentingnya melestarikan budaya kewarganegaraan suatu bangsa sebagai identitas/jati diri bangsanya.

c. Harus adanya usaha secara terus menerus untuk memperkenalkan budaya kepada masyarakat sejak dini serta memberikan inovasi-inovasi yang lebih menarik agar dapat meningkatkan minat masyarakat untuk lebih mempelajari kesenian tari topeng Cirebon.

3. Kepada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia:

Sehubungan dengan hasil penelitian ini yang berkaitan dengan civic culture yaitu budaya yang menopang kewarganegaraan atau seperangkat ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas kewarganegaraan. Identitas pribadi warga negara yang bersumber dari civic culture perlu dikembangkan


(2)

111

melalui Civic Education atau Pendidikan Kewarganegaraan dalam berbagai bentuk dan latar. Dalam hal ini, maka Jurusan PKn harus terus melakukan upaya untuk mengembangkan civic culture dengan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengadakan seminar-seminar yang mengangkat kembali mengenai civic culture (budaya kewarganegaraan) sebagai identitas bangsa

4. Kepada Peneliti selanjutnya:

Sehubungan dengan masih sedikitnya penelitian yang mencapai proses internalisasi nilai seni karena keterbatasan waktu dan proses internalisasi nilai seni yang diperoleh dari pembelajaran seni itu harus dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan terus menerus serta memerlukan dukungan dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang juga ikut berperan penting dalam proses internalisasi tersebut. Dengan pertimbangan tersebut, maka diharapkan akan ada penelitian berikutnya yang meneliti mengenai proses penanaman nilai-nilai budaya dalam kesenian hingga dapat mencapai proses internalisasi yang akan berdampak positif pada perubahan perilaku masyarakat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Arikunto, Suharsimi. (1998). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.

Baroroh-Baried, S. (1987). Panji: Citra Pahlawan Nusantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Darwis, R. (2008). Hukum Adat. Bandung: Laboratorium PKn UPI

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Hapsah, S. et al. (2006). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung: Andromeda Kalidjernih, Freddy K. (2009). Puspa Ragam Konsep dan Isu

Kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara Pers

(2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif Sosiologikal dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Pers

Kartika, D. S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta : PT Rineka Cipta

Koentjaraningrat. (1980). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Koentjaraningrat. (1999). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Masunah, J dan Tati N. (2003). Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga Rampai. Bandung: P4ST

Masunah, J dan Uus K. (2003). Topeng Cirebon. Bandung: P4ST

Moleong, J.X. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


(4)

. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyana, R. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:

Tarsito.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI

Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia

Rosala, D. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press

Shaddly, H. (1980). Ensiklopedi Indonesia 6. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soepandi, A dkk. (1994). Ragam Cipta, Mengenal Seni Pertunjukkan Daerah Jawa Barat. Bandung: CV Sampurna

Suanda, T. (2001). Topeng Cirebon dan Perubahan. Bandung: Depdiknas STSI

Sudjana, N dan Ibrahim, D. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sulaeman, M. (2012). Ilmu Budaya Dasar Pengantar ke Arah Ilmu Sosial Budaya Dasar/ISBD/Social Culture. Bandung: PT Refika Aditama. Sumardjo, J. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Soepandi, A dkk. (1994). Ragam Cipta, Mengenal Seni Pertunjukkan Daerah Jawa Barat. Bandung: CV Sampurna


(5)

Suryaatmadja. (1980). Topeng Cirebon dalam Perkembangan Penyebaran serta Peranannya dalam Masyarakat Jawa Barat Khususnya di Daerah Cirebon. Bandung: ASTI.

Winataputra, U. dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

Yoeti, Oka A. 1985. Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah.

SUMBER INTERNET:

Alfin, A (2011). Nilai dan Norma Sosial. [online]. Tersedia: http://alfinsosiologi.wordpress.com/2011/12/10/nilai-dan-norma-sosial/ [02 Januari 2014]

Cahya (2010). Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan. [online]. Tersedia: http://www.cahyamenethil.wordpress.com/ [25 Juli 2013] Carsidiawan, Didi. (2009). Budaya Nusantara. [online]. Tersedia:

http//www.wiziq.com/tutorial/41378-Budaya-Nusantara [25 Juli 2013] Djoko Soemarsono. (2011). Seni Sebagai Nilai. [Online]. Tersedia:

http://lukman-punya.blogspot.ca/2012/03/seni-sebagai-nilai-bagian-1.html

Tn. (2010). Fungsi Seni - Seni Budaya. [online]. Tersedia: http://seni-budayaa.blogspot.com/2010/01/fungsi-seni.html [14Mei2013].

Halimi. (2010). Sejarah Perkembangan Pokok-pokok Tari dan Jenis Topeng

Cirebon. [online].

Tersedia:http://cirebonkukotaku.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-pokok-pokok-tari.html [21Juli2013].

Irmawan Hadi Saputra. (2012). Pengertian Nilai Seni dan Ekspresi. [Online]. Tersedia: http://www.plengdut.com/2012/12/pengertian-nilai-seni-dan-ekspresi.html [16September2013].

Protuslanx. (2010). Moral Kemasyarakatan (Civic Virtue) dan Budaya Kemasyarakatan (Civic Culture). [Online]. Tersedia:


(6)

http://protuslanx.wordpress.com/2010/11/02/moral-kemasyarakatan-civic-virtue-dan-budaya-kemasyarakatan-civic-culture/n [19Maret2013]. Rani. (2011). Macam-macam nilai menurut Prof. Notonegoro dan Weber G.

Everret. [online]. Tersedia: http://rani1991wordpress.com/2011/04/04/b- macam-macam-nilai-menurut-prof-notonegoro-dan-menurut-waber-g-everret/ [24 April 2013].

Sofyan. (2009). Tujuan Pendidikan dan Nilai Keagamaan. [online]. Tersedia: http://eddysetia.wordpress.com/2009/11/27/tujuan-pendidikan-dan-nilai-keagamaan/ [02 Januari 2014]

Wikipedia. (2013). The Civic Culture. [online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/../The_Civic_Culture [24 September 2013]

Wikipedia. (2013). Tari Topeng Cirebon. [online]. Tersedia: http//id.wikipedia.org/wiki/tari-topeng-cirebon [02 Januari 2014]

SUMBER LAIN:

Al-Rakhman, Riza (2008). Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Civic Culture Indonesia melalui pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Lingkungan Paguyuban Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

Fatimah, S. (2013). Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya dengan Civic Culture Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan

Herlina, A. (2011). Budaya Hajat Sasih Sebagai Implementasi Terhadap Kepatuhan pada Nilai-Nilai Adat. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Iswandi, H. (2004). Membentuk Karakter Warga Negara Melalui Lingkungan Seni dan Budaya Daerah di Kampus. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional