PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET.

(1)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

Disusun oleh:

ASEP HILMAN SOLIHIN 1200918


(2)

Oleh

Asep hilman Solihin S.Pd UPI 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana

Program Studi Pendidikan Olahraga

© Asep Hilman Solihin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014


(3)

TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Dr. Kardjono, M.Sc. NIP.196105251986011002

Pembimbing II

Prof.Dr.H.Y.S. Santosa Giriwijoyo.

Mengetahui,


(4)

KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 2014 Yang membuat pernyataan,

Asep Hilman Solihin NIM.1200918


(5)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ………. i

PERNYATAAN ………. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….. x

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………..…. 6

C. Hasil Penelitian Terdahulu ……… 6

D. Rumusan Masalah Penelitian ………. 8

E, Tujuan Penelitian ……… 8

F. Manfaat Penelitian ……… 9

G. Struktur Organisasi Penelitian ……… 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori ………..………. 10

1. Konsep Belajar Keterampilan Gerak ……….. 10

2. Tahapan Belajar Keterampilan Gerak……… 10

3. Teori Program Motorik………. 11

4. Konsep Problem Solving………. 13


(6)

C.Model Pembelajaran Problem Based Learning ………. 15

1. Konsep Model Pembelajaran Problem Based Learning .. 15

2. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning.. 17

3. Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning… 18 4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning 18 5. Hubungan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Keterampilan Permainan Bola Basket………. 19

D.Model Pembelajaran Langsung ……… 20

1. Konsep Model Pembelajaran Langsung ……….. 20

2. Kelebihan Model Pembelajaran Langsung ………. 21

3. Kelemahan Model Pembelajaran Langsung ……… 21

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung …………. 22

E. Skenario Pembelajaran ………. 23

F. Permainan Bola Basket ……… 24

G.Keterampiln Bermain Bola Basket ……….. 25

1. Keterampilan ………. 25

2. Bermain Bola Basket ………. 26

H.Kerangka Pikir ………. 27

I. Anggapan Dasar ……….. 28

J. Hipotesis ……….. 29

BAB III. METODE PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ………... 30

1. Metode Penelitian ………. 30

2. Desain Penelitian ……….. 30

B. Populasi dan Subjek Penelitian ……….. 32

1. Populasi Penelitian ……… 32


(7)

C.Waktu dan Tempat Penelitian ………... 34

D.Variabel Penelitian ……….. 35

E. Instrument Pengumpulan Data ……… 36

1. Teknik Pengumpulan Data ……… 38

a. Pengambilan Data Pretest ………... 38

b. Pengambilan Data Posttest ……….. 39

2. Prosedur Penghitungan Skor ……… 39

F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ………... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 47

1. Hasil Uji Normalitas ……… 47

2. Hasil Uji Homogenitas ……… 48

3. Hasil Uji Beda ……… 50

B. Pembahasan ……….. 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 63

B. Saran ………... 63


(8)

ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL) dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket, dan untuk membandingkan pengaruh model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket. Subjek dalam penelitian adalah peserta didik laki-laki kelas VII yang tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler bola basket di SMP Negeri 2 Gununghalu yang dipilih secara purposive sampling. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, sedangkan desain penelitian menggunakan matching control group pretest-posttest design. Instrument penelitian yang digunakan adalah GPAI yaitu Game Performance Assessment Instrument. Untuk menganalisis data, digunakan program software SPSS 16.0. Hasil analisis data menunjukan bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh positif terhadap keterampilan bermain bola basket dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Model pembelajaran langsung berpengaruh positif terhadap keterampilan bermain bola basket dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil perbandingan data antara model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran langsung menunjukan bahwa model pembelajaran PBL mempunyai pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran langsung dengan nilai signifikansi 0,003 < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran PBL dan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket. Perbandingan dari model PBL dan model langsung menunjukan bahwa model pembelajaran PBL mempunyai pengaruh yang lebih baik dari model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket.

The Influence of Problem Based Learning Model to Game Performance of Basketball

This study was conducted to investigate the influence of problem-based learning (PBL) model and the direct instructional model to game performance of basketball, and to compare the influence of the PBL model with the direct instructional model to game performance of basketball. Subjects in the study were male students who are members of the class VII basketball extracurricular


(9)

activities in SMP Negeri 2 Gununghalu were selected by purposive sampling. The method used in this study was a quasi-experimental, while the design of the study using a matched control group pretest-posttest design. Research instrument used was GPAI (Game Performance Assessment Instrument). To analyze the data, the writer used the SPSS 16.0 software program. The results of data analysis show that the PBL model has positive influence on game performance of basketball with a significance value 0.000 < 0.05. Direct instructional model has positive influence on game performance of basketball with a significance value 0.000 < 0.05. The results of the comparison of data between the PBL model with direct instructional model shows that the PBL model has a better effect than the direct instructional model with a significance value 0.003 < 0.05. The conclusion from this research that there is a significant influence of the PBL model and direct instructional model to the game performance of basketball. The comparison of the PBL model and direct model shows that the PBL model has a better influence than direct instructional model to game performance of basketball.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Permainan bola basket merupakan salah satu materi ajar dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjasorkes) yang diberikan kepada peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Setiap peserta didik diharapkan memahami bagaimana cara bermain bola basket dengan benar, seperti melakukan gerakan-gerakan teknik dasar yang ada dalam permainan tersebut. Dengan demikian, keterampilan peserta didik dalam melakukan gerakan teknik dasar dapat digunakan ketika peserta didik tersebut terlibat dalam situasi pertandingan.

Bila diamati, umumnya peserta didik sudah menguasai keterampilan teknik dasar yang memadai, tetapi ketika terlibat dalam situasi pertandingan mereka kurang bisa memanfaatkan keterampilan yang dimilikinya. Misalnya kesalahan pada saat melakukan operan, penentuan posisi, jarak, dan waktu yang tepat ketika melakukan shooting, dan kurang bisa mengontrol permainan seperti kapan harus melakukan operan dan kapan harus meminta bola dari teman.

Apabila peserta didik sudah memahami manfaat dari teknik dasar, penentuan posisi, jarak, dan waktu, serta mampu mengaplikasikannya, maka keterampilan tersebut akan membantu dalam situasi permainan yang merupakan peragaan dari taktik dasar sebuah permainan.

Pemain bola basket harus pandai membaca dan memanfaatkan situasi permainan. Dia harus paham apa yang harus dilakukan apabila teman satu tim sedang menguasai bola dan bagaimana sebaiknya posisi dia terhadap lawan apabila teman satu tim akan mengoper kepadanya. Pada saat bagaimana yang paling bagus dan menguntungkan bagi timnya ketika akan melakukan operan atau shooting. Bagaimana cara menjaga lawan agar tidak bisa melakukan shooting tetapi dilakukan dengan cara-cara yang benar sehingga tidak merugikan timnya.


(11)

Peragaan dari teknik dan taktik permainan tersebut selama ini kurang dipahami oleh peserta didik, kebanyakan peserta didik yang sudah merasa mampu melakukan teknik dasar ketika terlibat dalam situasi pertandingan, ketika mereka tidak paham taktik dan kerjasama akan bersikap lebih egois, seperti menguasai bola terlalu lama atau tidak mau mengoper bola kepada teman satu tim. Masalah-masalah tersebut sebaiknya harus dipersempit dengan cara memberikan pemahaman dan pengetahuan yang tepat dari guru penjas.

Untuk menunjang perkembangan pemahaman peserta didik dalam hal peragaan teknik atau taktik permainan tersebut, diperlukan alat pembelajaran yang mampu memberikan pengaruh positif terhadap penanaman pemahaman peserta didik. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam hal peragaan teknik atau taktik permainan tersebut, adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang cocok untuk merangsang pemahaman peserta didik. Sehingga, dengan menerapkan model pembelajaran diharapkan pada akhirnya peserta didik akan mengerti manfaat dari melakukan teknik yang benar dan penerapan taktik dalam permainan.

Salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu untuk merangsang pemahaman peserta didik adalah model pembelajaran problem based learning (PBL), karena dalam model pembelajaran PBL peserta didik ditempatkan pada situasi yang hampir sama dengan kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, dan masalah tersebut harus bisa dipecahkan oleh mereka sendiri sehingga mereka mendapatkan solusi yang paling baik. Chu (2008) menjelaskan “PBL is a student-centered pedagogical strategy that poses real-world situations and provides resources, guidance, instruction, and opportunities for reflection”. Kemudian PBL menurut Jones dan Turner dalam Bethel (2011) adalah “an approach to teaching which uses realistic, problematic scenarios and subtle tutor questioning to facilitate in students critical ways of thinking”. Sedangkan PBL menurut Schmidt (2000) adalah “an approach to


(12)

learning that presumes that the key to understanding is the ability to ask the right questions”.

Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran PBL adalah sebuah model pembelajaran yang memposisikan peserta didik sebagai pusat dalam proses belajar mengajar (PBM) di kelas, setiap permasalahan yang mereka hadapi harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Peran guru adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Kemudian, suasana pembelajaran dikondisikan seperti situasi kehidupan sehari-hari.

Keuntungan dari penggunaan model pembelajaran PBL juga diungkap oleh KEMDIKBUD (2013), yaitu:

“Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan”

Guru membimbing peserta didik dalam mencari solusi dari masalah pembelajaran yang dihadapi peserta didik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kemudian guru harus pandai dalam memberikan pertanyaan atau masalah kepada peserta didik. Pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru harus bisa mengarahkan peserta didik pada pencapaian tujuan akhir dari materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Schmidt (2000) yaitu “the key ingredient of problem-based learning is the capacity to ask the right questions”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa faktor utama dari model pembelajaran PBL adalah kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat.

Dengan adanya kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013, metode yang digunakan guru dalam PBM pada kelas penjasorkes akan berbeda dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 lebih mengutamakan pada metode atau pendekatan saintifik yang tujuan utamanya


(13)

adalah agar PBM lebih bersifat ilmiah. Sedangkan dalam KTSP metode yang dipakai adalah contextual teaching learning (CTL) yang menyelaraskan PBM dengan kebutuhan dan lingkungan sekitarnya. Kementrian pendidikan dan kebudayaan (KEMDIKBUD, 2013) menjelaskan bahwa proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik meliputi pengamatan, bertanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Langkah-langkah pembelajaran tersebut diterapkan ke dalam PBM melalui model-model pembelajaran yang ada dalam kurikulum 2013, seperti discovery learning, project based learning (PjBL), dan problem based learning (PBL).

Penerapan model pembelajaran PBL ke dalam PBM penjasorkes diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan sebuah pemahaman tentang teknik dan taktik berdasarkan pengalaman langsung dalam dunia nyata atau proses pembelajaran. Trial and error yang dilalui peserta didik merupakan pengalaman berharga dalam mencari solusi masalah yang dapat menghasilkan keterampilan yang lebih baik. Gower (1997) menjelaskan “So the logic we use in scientific method is self-corrective in the sense that persistent recourse to it will bring us closer to the truth”. Selanjutnya Gower (1997) mengemukanan “a scientific method is to adopt a simple routine fails to do justice to the sophisticated skills which scientists use when they experiment and when they reason from evidence”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka pemahaman teknik dan taktik yang diperoleh peserta didik dalam metode saintifik didapat dengan cara koreksi oleh mereka sendiri.

Selama ini, model pembelajaran yang sering diterapkan oleh guru pada proses pembelajaran khususnya pada materi pelajaran penjasorkes adalah model pembelajaran langsung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Metzler (2000:162) yaitu “that version of direct teaching is still used widely by physical


(14)

educators”. Maksudnya adalah model pembelajaran langsung masih digunakan secara luas oleh para guru.

Model pembelajaran ini menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Metzler (2000:162) menjelaskan bahwa “….. is characterized by decidedly teacher-centered decision and teacher-directed engagement patterns for learners”. Artinya adalah model pembelajaran langsung ditandai dengan keputusan berpusat pada guru dan pola keterlibatan guru diarahkan untuk peserta didik.

Pada kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajran langsung, guru biasanya lebih aktif dibandingkan dengan peserta didiknya, baik ketika memberikan instruksi atau ketika sedang memberikan contoh gerakan. Hal ini mengakibatkan peserta didik menjadi lebih pasif karena mereka hanya melakukan gerakan-gerakan yang diinstruksikan atau dicontohkan oleh gurunya.

Penggunaan model pembelajaran langsung oleh guru biasanya didasarkan pada ketersediaan waktu pembelajaran, sarana, dan karakteristik materi ajar dan peserta didik. Metzler (2000:162) menjelaskan bahwa “… is to provide the most efficient use of class time and resources”. Maksudnya bahwa penggunaan model pembelajaran langsung adalah untuk memanfaatkan waktu dan sumber pembelajaran secara efisien.

Proses pembelajaran pada model ini tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mengeksplorasi kemampuan mereka dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya secara mandiri. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik tidak termotivasi untuk mengembangkan kemampuan mereka dengan usaha mereka sendiri. Peserta didik cenderung tergantung dari bantuan guru dibandingkan dengan usaha secara mandiri untuk mendapatkan solusi dari masalah yang dihadapinya.

Kekurangan-kekurangan dari penggunaan model pembelajaran langsung tersebut sesuai dengan pernyataan Sudrajat (2011) yaitu “peserta didik hanya


(15)

memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka”.

Kebiasaan guru dalam menerapkan model pembelajaran langsung akan mengakibatkan guru tersebut harus beradaptasi lagi dengan model pembelajaran yang baru pada kurikulum 2013, yaitu inquiry, PBL, dan PjBL. Model-model pembelajaran tersebut menempatkan peserta didik menjadi problem solver, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.

Dengan demikian, penulis merasa perlu meneliti lebih dalam tentang model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai problem solver yaitu model pembelajaran PBL. Apakah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL mampu meningkatkan keterampilan bermain bola basket peserta didik pada tingkat SMP?

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, terdapat beberapa masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu :

1. Kurangnya pemahaman peserta didik dalam menerapkan taktik permainan bola basket seperti di antaranya:

a. Rendahnya pemahaman peserta didik dalam penempatan posisi ketika membantu penyerangan atau bertahan.

b. Rendahnya pemahaman peserta didik dalam menentukan waktu terbaik untuk melakukan shooting dan passing.

c. Rendahnya pemahaman peserta didik dalam penempatan posisi untuk menerima umpan dari teman satu tim.

2. Kebiasaan guru dalam memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung.

3. Kebiasaan peserta didik dalam menerima materi pelajaran melalui instruksi langsung dari guru.


(16)

4. Belum terbiasanya peserta didik untuk berperan menjadi problem solver pada setiap masalah pembelajaran yang dihadapinya.

C.Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hany Ahmed (2012), yang berjudul “Effect of Educational Module on Basic Basketball Skills Performance in Junior of Basketball”. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari sebuah program modul pendidikan yang fokus pada 4 aspek (1. Siswa membuat, melakukan, menerapkan cara peningkatan gerakan, 2. Siswa menunjukkan kemampuan dasar, 3. Siswa menjelaskan pengaruh dari partisipasi dalam basket, 4. Siswa menunjukkan keterampilan yang mendukung kegiatan kelompok). Penelitian ini diterapkan pada siswa usia 11 – 12 tahun sebanyak 16 kali pertemuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada penampilan skill basket siswa dalam permainan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wilson dkk (2010) yang berjudul, “A Preliminary Test of a Student-Centered Intervention on Increasing Physical Activity in Underserved Adolescents”. Wilson dkk meneliti tentang model pembelajaran yang menggunakan pendekatan student centre pada mata pelajaran penjas, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari model pendekatan student centered terhadap motivasi dan peningkatan aktivitas fisik siswa usia 10-12 tahun. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterlibatan siswa dalam beraktivitas fisik dalam tingkat MPA (moderat physical activity), MVPA (moderat to vigorous physical activity), dan VPA (vigorous physical activity). Hasil itu menunjukan bahwa siswa yang diberikan pendekatan student centered dalam pembelajaran penjas selama empat minggu menunjukan peningkatan dalam menghabiskan waktunya dalam PA dan siswa juga menunjukan peningkatan pada motivasi dan positive self concept pada saat melakukan PA. Selain itu, motivasi siswa untuk aktif juga meningkat berkat penerapan metode student centered pada proses pembelajaran.


(17)

3. Penelitian yang dilakukan Djukanda (2010) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Problem Solving dan Guided Discovery dalam Mengajar Permainan Kecil Terhadap Kemampuan Motorik Siswa SD”. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh dari pendekatan problem solving dengan guided discovery terhadap peningkatan motorik siswa SD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan problem solving dan guided discovery memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan motorik siswa, namun tidak ada perbedaan yang berarti dari keduanya. Jadi, baik pendekatan problem solving maupun guided discovery tidak ada yang lebih baik.

4. Alarcon, dkk (2009) melakukan penelitian tentang “Effect of The Training Program On The Improvement of Basketball Players Decision Making”. Penelitian ini dilakukan terhadap 10 orang pemain basket usia 21 tahun yang telah berpengalaman rata-rata selama 8 tahun. Penelitian ini difokuskan pada program latihan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pebasket dalam membuat keputusan (mengoper bola ke teman dan membantu teman satu tim ketika sedang menguasai bola) ketika sedang bermain basket. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pebasket dalam membuat keputusan yang signifikan. Pada tes awal persentase membuat keputusan yang benar sebanyak 85% dan pada tes akhir sebanyak 100%.

5. Bethell dan morgan (2011), melakukan penelitian dengan judul “ Problem-based and experiental learning: Engaging students in an undergraduate physical education module”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari penerapan kombinasi metode PBL dengan ELT (Experiental Learning Theory) pada mahasiswa pendidilan jasmani. Penerapan metode ini dilakukan selama 24 minggu (2 kali pertemuan perminggu), dan hasilnya menunjukkan perkembangan pada aspek pengetahuan kritis, pemahaman tentang masalah-masalah pendidikan jasmani, keterampilan presentasi dan


(18)

D.Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan bermain bola basket?

2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket?

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta didik?

E.Tujuan Penelitian

1. Untuk meneliti pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan bermain bola basket.

2. Untuk meneliti pengaruh model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket.

3. Untuk meneliti perbedaan pengaruh model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta didik.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang baik untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peserta didik dalam menampilkan taktik permainan bola basket.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik dan guru. Peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami konsep taktik permainan bola basket sehingga dapat berperan aktif dalam setiap pembelajaran pendidikan jasmani. Kemudian guru akan memiliki banyak


(19)

alternatif atau referensi strategi mengajar dalam pembelajaran bola basket dengan menggunakan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini.

G.Struktur Organisasi Penelitian

Struktur organisasi penelitian ini berisi lima bab, yaitu:

1. Bab I adalah pendahuluan yang di dalamnya berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, hasil penelitian terdahulu, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan terakhir adalah struktur organisasi penelitian.

2. Bab II adalah tinjauan pustaka yang berisi tentang kajian teori, model pembelajaran PBL, model pembelajaran langsung, skenario pembelajaran, permainan bola basket, keterampilan bermain bola basket, kerangka berpikir, anggapan dasar, dan terakhir hipotesis.

3. Bab III adalah metode penelitian yang berisi tentang metode dan desain penelitian, populasi dan sampel, waktu dan tempat penelitian, instrument pengumpulan data, dan yang terakhir adalah pengolahan data.

4. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang hasil uji normalitas, uji homogenitas, uji beda yang didapat dari data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan yang terakhir adalah pembahasan. 5. Bab V adalah kesimpulan dan saran.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu unsur yang penting dalam melakukan suatu penelitian. Sutopo (2002:5) dalam Setiadi (2012:106) menjelaskan bahwa “metodologi penelitian merupakan bentuk dan strategi penelitian yang digunakan untuk memahami berbagai aspek penelitian atau pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas penelitian”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen tepatnya kuasi eksperimen. Penggunaan metode penelitian eksperimen didasarkan pada pendapat Maksum (2012:65) yaitu “…penelitian yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat di antara variabel”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran PBL terhadap peningkatan keterampilan bermain bola basket, khususnya keterampilan bermain bola basket peserta didik pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The matching only control group pretest-posttest design. Pemakaian desain ini didasarkan pada penggunaan dua kelompok subjek, kelompok pertama berperan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kedua berperan sebagai kelompok kontrol.

Langkah awal dalam desain penelitian ini adalah pengambilan subjek dari peserta didik yang tergabung ke dalam kegiatan ekstrakurikuler bola basket, kemudian subjek diberi tes awal yang fungsinya untuk melihat kemampuan awal subjek dan penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya,


(21)

kedua kelompok diberi perlakuan yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran PBL sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Kemudian, kedua kelompok tersebut diberikan tes akhir. Desain penelitian adalah sebagai berikut:

X1 Ta

X2 Tb

Gambar. 3.1. Desain Penelitian

(The matching-only pretest-posttest control group design, Frankel, 2006)

Keterangan gambar : T1 : Pretest M : Matching

X1 : Perlakuan model pembelajaran PBL X2 : Perlakuan model pembelajaran langsung T2 : Posttest kelompok eksperimen

T3 : Posttest kelompok kontrol

Subjek dalam penelitian ini diberi tes awal dengan melakukan permainan bola basket selama 5 menit, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal subjek dalam keterampilan bermain basket sebelum diberikan perlakuan. Tes awal tersebut berguna untuk menyusun ranking dari setiap subjek, ranking yang diperoleh subjek digunakan untuk pembentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Langkah-langkah tersebut berfungsi untuk penempatan subjek agar ada kesetaraan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah

M T1 X1 T2


(22)

terbentuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa PBM dengan menggunakan model pembelajaran PBL, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan PBM dengan menggunakan model pembelajaran langsung.

Setelah subjek melalui rangkaian pembelajaran, kemudian subjek diberi tes akhir yang prosesnya sama seperti pada saat tes awal, yaitu melalui tahapan pengelompokkan kemudian melakukan permainan bola basket selama 5 menit. Pengelompokkan subjek pada tes akhir didasarkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, artinya subjek dari kelompok eksperimen tidak boleh disatukan dengan subjek dari kelompok kontrol dan sebaliknya.

B.Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII, VIII, dan IX SMP Negeri 2 Gununghalu tahun ajaran 2013-2014 yang tergabung dalam kegiatan pengembangan diri bola basket yang berjumlah 97 orang. Penulis mengambil populasi tersebut dikarenakan bahwa peserta didik yang tergabung dalam kegiatan pengembangan diri bola basket sudah memiliki keterampilan teknik dasar yang lebih baik dibanding peserta didik yang lain. Sehingga, mereka bisa melakukan permainan bola basket dengan cukup baik. Tetapi, penguasaan keterampilan teknik dasar tidaklah cukup dalam permainan bola basket. Setiap pemain harus paham dari pentingnya peragaan taktik, dan untuk mengerti dan memahaminya cukup sulit, sehingga memerlukan sebuah metode yang pas untuk mengajarkannya.

2. Subjek Penelitian

Teknik pengambilan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau sampel bertujuan. Alasan peneliti mengambil teknik


(23)

sampling ini karena subjek yang diambil adalah peserta didik SMPN 2 Gununghalu yang tergabung dalam kegiatan pengembangan diri bola basket. dengan alasan bahwa peserta didik yang tergabung pada kegiatan pengembangan diri bola basket dianggap telah mempunyai keterampilan teknik dasar permainan bola basket yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak ikut kegiatan pengembangan diri bola basket.

Selain itu, peserta didik yang tergabung dalam kegiatan pengembangan diri bola basket sudah melalui proses seleksi. Proses seleksi tersebut terdiri dari tes teknik dasar dribbling dan passing (chest pass dan bounce pass), tes fisik yang terdiri dari lari 20 m, push up dan sit up, terakhir adalah tes bermain bola basket.

Teknik pengambilan subjek tersebut sesuai dengan pendapat Maksum (2012:60) yang menjelaskan bahwa “purposive sampling atau sampel bertujuan adalah sebuah teknik pengambilan sampel yang ciri dan karakteristiknya sudah diketahui lebih dulu berdasarkan ciri atau sifat populasi”.

Selanjutnya Maksum (2012:60) menjelaskan, “pada dasarnya, tidak ada jumlah ideal dalam penentuan sampel. Yang justru perlu diperhatikan adalah rambu-rambu penentuan jumlah sampel”. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (1) Derajat keseragaman, (2) Tingkat akurasi yang dikehendaki, (3) Rencana analisis yang digunakan, dan (4) Tenaga, biaya, dan waktu. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka jumlah subjek yang diambil peneliti adalah peserta didik laki-laki kelas VII yang mengikuti kegiatan pengembangan diri bola basket sebanyak 40 orang.

Untuk menentukan subjek yang masuk pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah dengan cara matching (dicocokkan) berdasarkan ranking, yaitu subjek yang berjumlah 40 orang diberi pretest, kemudian nilai yang didapat masing-masing subjek diurut dari nilai yang tertinggi sampai terendah. Langkah-langkah penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan cara pengelompokkan berdasarkan ranking, seperti pada gambar 3.2.


(24)

PEMBAGIAN KELOMPOK

Kelompok eksperimen kelompok kontrol

PEMBAGIAN KELOMPOK

Kelompok eksperimen kelompok kontrol

Gambar 3.2

Pembagian Kelompok Subjek

1 4 5 8 9 2 3 6 7 10 12 13 16 17 20 21 24 25 28 29 32 33 36 37 40 11 14 15 18 19 22 23 26 27 30 31 34 35 38 39


(25)

Berdasarkan gambar tersebut, subjek yang mempunyai ranking 1,4,5,8 sampai dengan 45 masuk ke dalam kelompok eksperimen, sedangkan subjek yang mempunyai ranking 2,3,6,7 sampai dengan 43 masuk ke dalam kelompok kontrol.

C.Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat untuk melakukan penelitian adalah SMP Negeri 2 Gununghalu Kabupaten Bandung Barat. Jumlah pertemuan dalam penelitian masing-masing kelompok 16 kali, terdiri dari 2 kali pertemuan untuk melakukan pretest dan posttest dan 14 kali pertemuan untuk melakukan proses perlakuan tiap kelompok, jumlah pertemuan tiap minggu sebanyak 3 kali. Kelompok eksperimen diberi perlakuan tiap hari senin, rabu, dan jum’at, sedangkan untuk kelompok kontrol hari selasa, kamis, dan sabtu.

Pelaksanaan pretest pada hari selasa tanggal 29 April 2014, sedangkan proses pembelajaran untuk kelompok eksperimen dimulai dari hari jum’at tanggal 2 Mei 2014 sampai hari senin tanggal 2 Juni 2014. Kemudian untuk kelompok kontrol, proses pembelajaran dimulai dari hari sabtu tanggal 3 Mei 2014 sampai dengan hari selasa tanggal 3 Juni 2014. Pelaksanaan posttest pada hari rabu tanggal 4 Juni 2014.

Jumlah pertemuan yang dilakukan dalam penelitian ini di dasarkan pada pendapat Habbelinck dan Day (1998:28) dalam Febrianto (2012) yaitu, “the effects of training can be observed after two or three weeks it is convenient to label them medium term effects”. Maksudnya adalah bahwa akibat dari suatu latihan dapat dilihat setelah dua atau tiga minggu berlatih.

D.Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah model


(26)

pembelajaran PBL, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah keterampilan bermain bola basket.

Alur dalam penelitian ini adalah seperti di bawah ini:

Gambar.3.3 (alur penelitian) E.Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah the game performance assessment instrument (GPAI). Oslin (1998) dalam Memmert (2008) menjelaskan “…was developedto measure game performance behaviors that demonstrate tactical understanding, as well as the player’s ability to solve tactical

problems by selecting and applyingappropriate skills”. Maksudnya adalah GPAI dikembangkan untuk mengukur keterampilan bermain yang menekankan pada pemahaman taktik dan kemampuan menerapkan keterampilan gerak yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi permainan.

Komponen-komponen dalam GPAI meliputi decision making, skill execution, adjust, cover, support, guard/mark, dan base. Keterangan dari komponen-komponen tersebut tercantum dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1

Komponen GPAI (Mitchel & Oslin, 1999 dalam Pill, 2008) Populasi

Sampel

Kelompok kontrol Tes Awal Kelompok eksperimen

Model Pembelajaran Langsung

Tes Akhir Pengolahan Data

Hasil

Model Pembelajaran PBL Tes Akhir


(27)

No Komponen Deskripsi

1 Decision making Membuat keputusan yang tepat tentang apa yang harus

dilakukan ketika sedang dalam permainan

2 Skill execution Peragaan keterampilan yang dipilih dengan efisien

3 Adjust Pergerakan pemain mencari ruang yang baik selama

permainan

4 Cover Memberikan penjagaan, dukungan, atau back up kepada

teman untuk merebut bola

5 Support

Memberi dukungan yang tepat kepada tim ketika menyerang, dengan cara menentukan posisi yang baik untuk menerima umpan

6 Guard/mark Menjaga lawan yang melakukan seranga baik yang

memegang bola maupun yang tidak

7 Base Pemain kembali ke daerah bertahan ketika bola lepas dari penguasaan tim.

Kriteria tiap komponen dapat dilihat pada tabel 3.2. Kemudian, indeks penilaian tiap komponen dan game performance (keterampilan bermain) dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Keterampilan Bermain

No Komponen Kriteria

1 Decision making Bergerak maju ke daerah pertahanan lawan ketika tim sedang melakukan serangan

2 Skill execution Mengoper tepat kepada teman satu tim

3 Support

Ikut membantu serangan dengan cara menempatkan posisi yang baik (membuka ruang untuk menerima umpan dan melakukan shooting)


(28)

5 Base Kembali ke daerah bertahan ketika bola lepas dari penguasaan tim.

6 Cover Bersiap dalam formasi bertahan dan berusaha untuk merebut bola dari tim lawan

7 Guard Menjaga lawan yang menyerang baik yang memegang bola dan yang tidak

Table 3.3 Indeks Penilaian

Indeks Penjumlahan

Decision making index (DMI) Jumlah A DM ÷ Jumlah IA DM Skill execution Index (SEI) Jumlah E SE ÷ Jumlah IE SE Support Index (SI) Jumlah A S ÷ Jumlah IA S Adjust Index (AI) Jumlah A A ÷ Jumlah IA A Base Index (BI) Jumlah A B ÷ Jumlah IA B Cover Index (CI) Jumlah A C ÷ Jumlah IA C Guard Index (GI) Jumlah A G ÷ Jumlah IA G

Game Performance (DMI + SEI + SI + AI + BI + CI + GI) ÷ 7 Keterangan tabel 3.3:

A DM : appropriate decision making (membuat keputusan yang tepat) IA DM : inappropriate decisionmaking (membuat keputusan yang tidak

tepat)

E SE : efficient skill execution (peragaan keterampilan yang efisien) IE SE : inefficient skillexecution(peragaan keterampilan yang tidak

efisien)


(29)

IA S : inappropriate support (memberi dukungan yang tidak tepat) A A : appropriate adjust (menyesuaikan secara tepat)

IA A : inappropriate adjust (menyesuaikan secara tidak tepat) A B : appropriate base (kembali ke pertahanan secara tepat)

IA B : inappropriate base (kembali ke pertahanan secara tidak tepat) A C : appropriate cover (menjaga pertahanan secara tepat)

IA C : inappropriate cover (menjaga pertahanan secara tidak tepat) A G : appropriate guard (menjaga lawan secara tepat)

IA G : inappropriate guard (menjaga lawan secara tidak tepat)

1. Teknik Pengumpulan Data a) Pengambilan Data Pretest

Langkah-langkah yang digunakan untuk mengambil data pretest adalah sebagai berikut:

1) Subjek penelitian dibagi kelompok dengan cara dirandom, kelompok yang terbentuk sebanyak 8 kelompok.

2) Tiap kelompok terdiri dari 5 orang.

3) Tiap kelompok dirandom dan saling berlawanan untuk melakukan permainan bola basket, jadi terbentuk 4 kali permainan.

4) Tiap permainan bola basket berlangsung selama 5 menit.

5) Untuk memudahkan pengambilan data, tiap permainan diambil videonya dengan menggunakan handycam.

6) Proses observasi untuk mengambila data, dilakukan dengan cara melihat video.

b) Pengambilan Data Posttest

Langkah-langkah pengambilan data posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara yang sama, tapi waktu pelaksanaannya berbeda. Langkah-langkah yang digunakan untuk mengambil data posttest adalah sebagai berikut:


(30)

1) Subjek penelitian dibagi kelompok dengan cara dirandom, kelompok yang terbentuk sebanyak 4 kelompok.

2) Tiap kelompok terdiri dari 5 orang.

3) Tiap kelompok dirandom dan saling berlawanan untuk melakukan permainan bola basket, jadi terbentuk 2 kali permainan.

4) Tiap permainan bola basket berlangsung selama 5 menit.

5) Untuk memudahkan pengambilan data, tiap permainan diambil videonya dengan menggunakan handycam.

6) Proses observasi untuk mengambila data, dilakukan dengan cara melihat video.

2. Prosedur Penghitungan Skor

a) Skor yang diambil dari tiap sampel berasal dari 7 komponen keterampilan basket yang ditunjukkan sampel ketika sedang bermain basket. Komponen-komponen tersebut adalah Decision making (DM), Support (S), Skill execution (SE), Adjust (A), Base (B), Cover (C), dan Guard (G). (Tabel 3.1) b) Tiap-tiap komponen keterampilan basket tersebut mempunyai kriteria-kriteria

tertentu. (Tabel 3.2)

c) Skor tiap sampel yang sesuai dengan kriteria salah satu komponen keterampilan basket dimasukkan ke dalam kolom A (tepat) atau E (efisien) pada kolom komponen yang dimaksud. (Tabel 3.4 dan 3.5)

d) Skor tiap sampel yang tidak sesuai dengan kriteria salah satu komponen keterampilan basket dimasukkan ke dalam kolom IA (tidak tepat) atau IE (tidak efisien) pada kolom komponen yang dimaksud. (Tabel 3.4 dan 3.5) e) Skor minimal setiap sampel baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai

dengan kriteria komponen keterampilan basket adalah 1. Artinya adalah apabila ada salah satu sampel tidak mendapatkan skor baik itu yang sesuai atau tidak sesuai dengan salah satu kriteria komponen permainan basket, sampel tersebut sudah mempunyai skor awal 1 pada kriteria yang kosong


(31)

tersebut, selanjutnya apabila sampel mendapatkan skor (1,2,3, dst) baik itu yang sesuai atau tidak sesuai dengan kriteria komponen permainan basket, maka skor sampel tersebut ditambahkan dengan skor awal 1. (Tabel 3.6) f) Langkah poin e dilakukan dengan alasan karena skor kosong (0) tidak bisa

dibagi dengan skor lain dan sebaliknya, karena hasilnya akan tidak terhingga atau tetap kosong (0). Alasan lain dari penggunaan skor 1 sebagai skor awal adalah untuk menyelamatkan skor komponen keterampilan bermain basket (DM, S, SE, A, B, C, dan G) agar tetap bermakna.

g) Skor akhir pada setiap komponen keterampilan bermain basket (DM, S, SE, A, B, C, dan G) adalah jumlah skor A dibagi jumlah skor IA (A/IA) atau jumlah skor E dibagi jumlah skor IE (E/IE).

h) Nilai akhir yang menunjukkan keterampilan bermain (GP) sampel adalah hasil penjumlahan dari skor masing-masing komponen keterampilan bermain basket dibagi jumlah komponen keterampilan bermain basket.

i) Dalam setiap komponen terdapat 3 kolom kategori. Komponen SE terdiri dari kolom efficient (E), inefficient (IE), dan efficient/inefficient (E/IE). Sedangkan komponen DM, S, A, B, C, dan G masing-masing terdiri dari kolom appropriate (A), inappropriate (IA), dan appropriate/inappropriate (A/IA). (Tabel 3.4 dan 3.5)

j) Kolom A pada tiap-tiap komponen dan kolom E pada komponen SE menunjukkan jumlah kesesuain penampilan individu dalam permainan dengan kriteria masing-masing komponen. (Tabel 3.4 dan 3.5)

k) Kolom IA pada tiap-tiap komponen dan kolom IE pada komponen SE menunjukkan jumlah ketidak-sesuain penampilan individu dalam permainan dengan kriteria masing-masing komponen. (Tabel 3.4 dan 3.5)


(32)

l) Kolom A/IA dan kolom E/IE artinya adalah perilaku yang sesuai dibagi perilaku yang tidak sesuai dengan kriteria komponen keterampilan bermain basket. Kolom ini menunjukkan skor akhir dari masing-masing komponen. (Tabel 3.4 dan 3.5)

Tabel 3.4

Lembar Observasi Keterampilan Bermain Basket

Ketika Tim Sedang Manguasai Bola DM (Decision making) SE (Skill execution) S (Support) A (Adjust) Bergerak maju ke

daerah pertahanan lawan ketika tim sedang melakukan

serangan

Mengoper tepat kepada teman satu

tim

Ikut membantu serangan dengan cara

menempatkan posisi yang baik

Bergerak ke ruang baru setelah mengoper

A IA A/IA E IE E/IE A IA A/IA A IA A/IA

DM= A/IA SE= E/IE S = A/IA A = A/IA

Tabel 3.5

Lembar Observasi Keterampilan Bermain Basket

Ketika Tim Tidak Sedang Manguasai Bola

B (Base) C (Cover) G (Guard)

Kembali ke daerah pertahanan jika bola dikuasai lawan

Bersiap dalam formasi bertahan ketika di serang

Menjaga lawan yang menyerang


(33)

B = A/IA C = A/IA G = A/IA

Tabel 3.6

Contoh Pemberian Skor

Kolom 1 Kolom 2

A (Adjust)

Menjadi

A (Adjust) Bergerak ke ruang baru setelah

mengoper

Bergerak ke ruang baru setelah mengoper

A IA A/IA A IA A/IA

9 0 Tak

terhingga 10 1 10

A = tidak bermakna A = 10

Keterangan :

Kolom 1 : 9 : 0 = tak terhingga (tidak bermakna).

Kolom 2 : 10 : 1 = 10 (artinya skor akhir sampel pada komponen Adjust adalah 10).

F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Langkah-langkah untuk mengolah dan menganalisis data adalah dengan menggunakan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan program software SPSS (Statistical Package for Social Science) 16.0, dan yang kedua dengan cara manual.


(34)

1. Langkah-langkah yang ditempuh dengan menggunakan program software SPSS 16.0 adalah sebagai berikut:

a) Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. b) Uji homogenitas menggunakan Levene Statistic.

c) Uji beda pretest dengan posttest menggunakan Paired Samples Test (Paired Differences).

d) Uji beda posttest kelompok eksperimen dengan posttest kelompok kontrol menggunakan Independent Samples Test (t-test for Equality of Means).

2. Langkah-langkah yang ditempuh dengan cara manual adalah uji liliefors untuk uji normalitas data, kemudian uji homogenitas data, dan uji t. Urutan langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Menghitung rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

̅ ∑ Keterangan:

̅ = skor rata-rata yang dicari ∑ = jumlah nilai data

= jumlah sampel

b) Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut: √∑ ̅

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari n = jumlah sampel

∑ ̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata c) Uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas liliefors


(35)

1) Pengamatan X1, X2, ………Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …….Zn dengan menggunakan rumus:

̅

2) Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z11).

3) Selanjutnya menggunakan porsi hitung Z1, Z2, …….Zn Σ Zi. jika proposisi ini dinyatakan F(Z1) - S(Zi), jika proposisi dinyatakan S(Zi), maka:

4) Menghitung selisih F(Z1) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak hipotesis, kita bandingkan L0 dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriteria adalah: tolak hipotesis nol jika L0 diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar table. Dalam hal lainnya nol diterima.

d) Uji homogenitas

Untuk menguji kesamaan, menggunakan uji homogenitas dengan rumus seperti di bawah ini:

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika F hitung lebih kecil dari F tabel distribusi dengan derajat kesamaan = (V1,V2) dengan taraf nyata α = 0,01


(36)

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus statistik menurut Maksum (2012), yaitu dengan menggunakan t-test. Rumus-rumus yang dipergunakan adalah:

1) Untuk menguji perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, yaitu:

̅ ̅

( ⁄ )

Keterangan:

̅ : Mean pada distribusi kelompok eksperimen ̅ : Mean pada distribusi kelompok kontrol

: Nilai Varian pada distribusi kelompok eksperimen : Nilai Varian pada distribusi kelompok kontrol N1 : Jumlah individu pada kelompok eksperimen N2 : Jumlah individu pada kelompok kontrol

Penggunaan rumus tersebut berguna untuk menguji signifikansi perbedaan mean antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, hal ini sesuai dengan pendapat Maksum (2012) yaitu “uji t (t-test) adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi”.

Skor yang didapat sampel sebelum diolah menggunakan rumus di atas, terlebih dulu dimasukan ke dalam tabel, seperti pada tabel 3.7.

Untuk menentukan apakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol signifikan atau tidak, t hasil perhitungan dikonsultasikan


(37)

dengan t tabel. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol signifikan.

2) Untuk menguji perbedaan antara pretest dengan posttest dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu:

√ ∑ ∑ Keterangan:

D : Perbedaan setiap pasangan skor (prestest–posttest) N : Jumlah Sampel

Penggunaan rumus di atas berguna untuk menganalisis perbedaan antara hasil pretest dengan posttest pada masing-masing kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).

Sebelum diolah menggunakan rumus di atas, skor pretest dan posttest yang didapat oleh masing-masing sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dulu dimasukan ke dalam tabel, seperti pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen

subjek

Keterampilan Bermain

D D2

pretest Posttest 1


(38)

15 Σ M

Untuk menentukan apakah perbedaan antara skor pretest dengan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol signifikan atau tidak, t hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka perbedaan antara skor pretest dengan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol signifikan.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, maka peneliti mengambil keputusan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang positif dari model pembelajaran PBL terhadap keterampilan bermain bola basket peserta didik kelas VII.

2. Terdapat pengaruh yang positif dari model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta didik kelas VII.

3. Terdapat perbedaan pengaruh dari model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta didik kelas VII. Hasil perbandingan menunjukan bahwa model pembelajaran PBL mempunyai pengaruh yang lebih baik di banding model pembelajaran langsung.

B.SARAN

Bagi tenaga pengajar yang ingin mengajarkan keterampilan bermain bola basket yang menuntut keterampilan dalam memilih eksekusi teknik dan aplikasi taktik permainan, disarankan untuk memilih metode atau model pembelajaran yang berorientasi pada student centered, karena hal tersebut akan membuat kreatifitas peserta didik akan lebih berkembang dan mempunyai kepercayaan diri dalam mengungkapkan atau mengimplementasikan pengetahuan yang mereka miliki dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada student centered adalah model pembelajaran PBL.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Depdiknas.(2009). Model-model Pembelajaran.

Djukanda. H. (2010). Pengaruh Pendekatan Problem Solving dan Guided Discovery dalam Mengajar Permainan Kecil Terhadap Kemampuan Motorik Siswa SD.(Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, Tidak diterbitkan).

Febrianto, B.W. (2012). Peningkatan Kemampuan Keterampilan Renang Gaya Dada Melalui Modifikasi Alat Bantu.Repository UPI.

FIBA.(2012). Official Basketball Rules. Rio de Janeiro. Brazil.

Gallahue, D.L. (1996). Development physical education for today’s children. USA.

Gower, Barry. (1997) Scientific Method: An historical and philosophical introduction. Routledge. London.

Hamalik, Oemar. (1980). Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.

Hapsari, A.T. (2013). Status Keterampilan Bermain Bola Basket Pada Club NBC (Ngaliyan Basketball Center) Kota Semarang.UNS.

Maksum, Ali. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga.Unesa University Press. Surabaya.

Metzler, Michael W. (2000). Intrictional Model For Physical Education. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Poerwadarminta, W.J.S. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta.

PPPPTK Penjas dan BK. (2013). Materi Diklat Peningkatan Kompetensi Guru PJOK SMP.KEMDIKBUD. Bogor.


(41)

PPPPTK Penjas dan BK. (2013). Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama.KEMDIKBUD. Bogor.

Rochman, Taupik. (2012). Pengaruh Model Hellison dan Kemampuan Kognitif Terhadap Sikap Tanggungjawab Siswa.(Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan).

Rose, D.J. (1997). Multilevel Approach To The Study Of Motor Control and Learning. USA.

Schmidt, R.A. (2000). Motor Learning and Performance.Human Kinetics. USA Setiadi, A. (2012). Peran Pembelajaran IPS dalam Memperkokoh Karakteristik

Bangsa.Tesis.STKIP Pasundan Cimahi.

Sternbeg, R. J. (2008). Psikologi Kognitif. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Sudrajat, Akhmad. (2011) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction). [Online].Tersedia dihttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/ model-pembelajaran-langsung/

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. CV. Bintang warli Artika. Bandung.

Tomoliyus.(2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. DEPDIKNAS.

Winarni, Sri. (2012). Model Cooperatif Dan Individual Learning Dalam Pendidikan Jasmani Untuk Mengembangkan Empati dan Toleransi.(Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan).

Zulfadhli Husni. (2012). Peningkatan keterampilanlay-up shoot pada permainan bola basket melalui prinsip urutan latihan. Jurnal Penelitian Pendidikan.

Jurnal

Ahmed, H. (2012). Effect of Educational Module on Basic Basketball Skills Performance in Junior of Basketball. Zagazig University. Egypt.


(42)

Alarcon, dkk. (2009). Effect of The Training Program On The Improvement of Basketball Players Decision Making. Universitat Autonoma de Barcelona. Bethell, Sally dan Morgan, Kevin. (2011). Problem Based and experimental

learning: Engaging students in an undergraduate physical education module. University of Wales Institute Cardiff. UK.

Chu B.C. et.al (2008) Application of Problem-basedLearning for “Physical

Education andRecreation Management” Courses.HKBU Institutional Repository.Hongkong.

Kaufman, D.S. (1998). Problem-Based Learning:Using Cases To Teach AboutHow To Deal With Ethical Problems. Dalhousie University.

Memmert, D dan Harvey, S. (2008). The Game Performance AssessmentInstrument (GPAI): Some Concernsand Solutions for Further Development. University of Heidelberg. Germany.

Pill, Shane. (2008). Involving students in the assessment of game performance in physical education.Flinders University School of Education.Finlandia. Schmidt, H.G. et al. (2005). Problem-Based Learning as a ValuableEducational

Method for Physically DisabledTeenagers? The Discrepancy BetweenTheory and Practice. University of the Netherlands.

Wilson, dkk. (2010). A Preliminary Test of a Student-Centered Intervention on Increasing Physical Activity in Underserved Adolescents. University of South Carolina. Columbia.


(1)

Asep Hilman Solihin, 2014

Pengaruh M odel Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan t tabel. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol signifikan.

2) Untuk menguji perbedaan antara pretest dengan posttest dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu:

√ ∑

Keterangan:

D : Perbedaan setiap pasangan skor (prestest–posttest)

N : Jumlah Sampel

Penggunaan rumus di atas berguna untuk menganalisis perbedaan antara hasil pretest dengan posttest pada masing-masing kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).

Sebelum diolah menggunakan rumus di atas, skor pretest dan posttest yang didapat oleh masing-masing sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dulu dimasukan ke dalam tabel, seperti pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen

subjek

Keterampilan Bermain

D D2

pretest Posttest

1


(2)

Asep Hilman Solihin, 2014

Pengaruh M odel Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15

Σ

M

Untuk menentukan apakah perbedaan antara skor pretest dengan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol signifikan atau tidak, t hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka perbedaan antara skor pretest dengan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol signifikan.


(3)

Asep Hilman Solihin, 2014

Pengaruh M odel Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, maka peneliti mengambil keputusan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang positif dari model pembelajaran PBL terhadap keterampilan bermain bola basket peserta didik kelas VII.

2. Terdapat pengaruh yang positif dari model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta didik kelas VII.

3. Terdapat perbedaan pengaruh dari model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran langsung terhadap keterampilan bermain bola basket peserta didik kelas VII. Hasil perbandingan menunjukan bahwa model pembelajaran PBL mempunyai pengaruh yang lebih baik di banding model pembelajaran langsung.

B.SARAN

Bagi tenaga pengajar yang ingin mengajarkan keterampilan bermain bola basket yang menuntut keterampilan dalam memilih eksekusi teknik dan aplikasi taktik permainan, disarankan untuk memilih metode atau model pembelajaran yang berorientasi pada student centered, karena hal tersebut akan membuat kreatifitas peserta didik akan lebih berkembang dan mempunyai kepercayaan diri dalam mengungkapkan atau mengimplementasikan pengetahuan yang mereka miliki dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada student


(4)

Asep Hilman Solihin, 2014

Pengaruh M odel Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Depdiknas.(2009). Model-model Pembelajaran.

Djukanda. H. (2010). Pengaruh Pendekatan Problem Solving dan Guided

Discovery dalam Mengajar Permainan Kecil Terhadap Kemampuan Motorik Siswa SD.(Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, Tidak

diterbitkan).

Febrianto, B.W. (2012). Peningkatan Kemampuan Keterampilan Renang Gaya

Dada Melalui Modifikasi Alat Bantu.Repository UPI.

FIBA.(2012). Official Basketball Rules. Rio de Janeiro. Brazil.

Gallahue, D.L. (1996). Development physical education for today’s children. USA.

Gower, Barry. (1997) Scientific Method: An historical and philosophical

introduction. Routledge. London.

Hamalik, Oemar. (1980). Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.

Hapsari, A.T. (2013). Status Keterampilan Bermain Bola Basket Pada Club NBC

(Ngaliyan Basketball Center) Kota Semarang.UNS.

Maksum, Ali. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga.Unesa University Press. Surabaya.

Metzler, Michael W. (2000). Intrictional Model For Physical Education.

Massachusetts: Allyn & Bacon.

Poerwadarminta, W.J.S. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta.

PPPPTK Penjas dan BK. (2013). Materi Diklat Peningkatan Kompetensi Guru


(5)

Asep Hilman Solihin, 2014

Pengaruh M odel Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PPPPTK Penjas dan BK. (2013). Panduan Penguatan Proses Pembelajaran

Sekolah Menengah Pertama.KEMDIKBUD. Bogor.

Rochman, Taupik. (2012). Pengaruh Model Hellison dan Kemampuan Kognitif

Terhadap Sikap Tanggungjawab Siswa.(Tesis Universitas Pendidikan

Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan).

Rose, D.J. (1997). Multilevel Approach To The Study Of Motor Control and

Learning. USA.

Schmidt, R.A. (2000). Motor Learning and Performance.Human Kinetics. USA Setiadi, A. (2012). Peran Pembelajaran IPS dalam Memperkokoh Karakteristik

Bangsa.Tesis.STKIP Pasundan Cimahi.

Sternbeg, R. J. (2008). Psikologi Kognitif. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Sudrajat, Akhmad. (2011) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction). [Online].Tersedia dihttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/ model-pembelajaran-langsung/

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. CV. Bintang warli Artika. Bandung.

Tomoliyus.(2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola

Basket. DEPDIKNAS.

Winarni, Sri. (2012). Model Cooperatif Dan Individual Learning Dalam

Pendidikan Jasmani Untuk Mengembangkan Empati dan Toleransi.(Tesis

Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan).

Zulfadhli Husni. (2012). Peningkatan keterampilanlay-up shoot pada

permainan bola basket melalui prinsip urutan latihan. Jurnal Penelitian

Pendidikan. Jurnal

Ahmed, H. (2012). Effect of Educational Module on Basic Basketball Skills


(6)

Asep Hilman Solihin, 2014

Pengaruh M odel Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alarcon, dkk. (2009). Effect of The Training Program On The Improvement of

Basketball Players Decision Making. Universitat Autonoma de Barcelona.

Bethell, Sally dan Morgan, Kevin. (2011). Problem Based and experimental

learning: Engaging students in an undergraduate physical education module. University of Wales Institute Cardiff. UK.

Chu B.C. et.al (2008) Application of Problem-basedLearning for “Physical

Education andRecreation Management” Courses.HKBU Institutional

Repository.Hongkong.

Kaufman, D.S. (1998). Problem-Based Learning:Using Cases To Teach

AboutHow To Deal With Ethical Problems. Dalhousie University.

Memmert, D dan Harvey, S. (2008). The Game Performance AssessmentInstrument (GPAI): Some Concernsand Solutions for Further Development. University of Heidelberg. Germany.

Pill, Shane. (2008). Involving students in the assessment of game performance in

physical education.Flinders University School of Education.Finlandia.

Schmidt, H.G. et al. (2005). Problem-Based Learning as a ValuableEducational

Method for Physically DisabledTeenagers? The Discrepancy BetweenTheory and Practice. University of the Netherlands.

Wilson, dkk. (2010). A Preliminary Test of a Student-Centered Intervention on

Increasing Physical Activity in Underserved Adolescents. University of