Materi PKn SMA Kelas X (Hakikat Bangsa Serta Unsur Unsurnya)

Materi PKn SMA Kelas X (Hakikat Bangsa Serta Unsur-Unsurnya)

Pada dasarnya sebuah bangsa ialah terdiri atas manusia. Manusia ialah individu yang secara
hakiki bersifat sosial. Manusia tidak bisa hidup tanpa ada kerja sama dengan manusia lain. Oleh
sebab itu, manusia menjalin hubungan serta berinteraksi dengan manusia lain pada lingkungan
serta masyarakatnya.
1. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berarti seseorang (tunggal), organisme yang hidupnya berdiri sendiri. Individualisme
ialah suatu pandangan atau paham yang menganggap bahwa diri sendiri lebih utama daripada
orang lain. Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan kodrati untuk tumbuh serta
berkembang, mulai sejak dalam kandungan ibunya, lahir, kemudian tumbuh berkembang sampai
dewasa. Manusia merupakan homo sapiens, suatu makhluk yang berakal budi. Manusia yang
berpengalaman serta dikaruniai jasmani juga rohani merupakan kesatuan serta perpaduan yang
serasi yang disebut pribadi.
Individualisme menitikberatkan kepada kekhususan, martabat, hak, serta kebebasan individu.
Manusia pada awalnya ialah individu yang bebas serta merdeka, tidak mempunyai ikatan apa
pun, termasuk tidak terikat dengan masyarakat maupun negara. Manusia dapat berkembang serta
mencapai kesejahteraan hidupnya apabila manusia tersebut dapat secara bebas (merdeka) bisa
berkarya serta berbuat apapun demi memperbaiki dirinya sendiri.
Pada setiap individu mempunyai keunikan (spesifikasi) yang membedakannya dari individu lain.
Keunikan individu tersebut memuat kelebihan serta kekurangan pada tiap pribadi. Kekurangan

manusia yang satu dapat diisi kelebihan manusia yang lainnya. Kesemuanya itu akan mendasari
rasa menerima keberadaan serta kebutuhan guna menjalin kerja sama dengan manusia lain.
2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Dalam menjalani kehidupan, manusia senantiasa membutuhkan dan bergantung pada manusia
lainnya. Seseorang tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian. Karena saling
membutuhkan, manusia wajib melakukan sosialisasi dengan manusia lain. Manusia yang satu

akan bergabung dengan manusia lain dan membentuk kelompok dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidup dan mencapai tujuannya.
Naluri manusia guna selalu hidup beserta orang lain disebut gregariousness. Oleh karena itu,
manusia juga disebut sebagai social animal (hewan sosial) atau hewan yang mempunyai naluri
untuk senantiasa hidup bersama (Soerjono Soekanto, 1986). Naluri tersebut tergambarkan dari
hasrat manusia untuk selalu menjadi satu (berkelompok) dengan manusia lain dalam suatu
masyarakat.
Aristoteles (384–322 SM), seorang filsuf (ahli pikir) bangsa Yunani kuno berpendapat bahwa
pada hakikatnya manusia ialah

zoon politicon, artinya makhluk yang selalu hidup

bermasyarakat. Hidup manusia secara modern sekarang ini ialah bernegara. Asal mula kehidupan

bernegara berawal dari sejarah bangsa Yunani pada abad ke-4 SM. Rakyat Yunani membuat
kelompok yang diberi sebutan negara kota (polis). Polis ialah suatu organisasi (kelompok) yang
dibentuk guna mengatur ketenteraman, keamanan, dan kesejahteraan hidup bersama. Adapun
Ibnu Khaldun (1332–1406) berpendapat bahwa hidup bermasyarakat ialah merupakan keharusan
(wajib) bagi manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain dalam mencapai tujuan (dalam
G.N. Asiyeh dan I.M. Oweiss: 1988).
Pendapat Aristoteles dan Ibnu Khaldun tersebut memunculkan pemahaman bahwa manusia ialah
makhluk sosial. Kemampuan manusia mengembangkan diri sendiri sebagai makhluk individu
hanya dipunyai manusia karena ia berada dalam sebuah masyarakat. Manusia hanya akan disebut
manusia, jika manusia berada dalam lingkungan manusia lainnya.
3. Pengertian Bangsa
Secara realitas, manusia hidup bersama pada berbagai kelompok yang beragam latar
bekalangnya. Awal mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan
serta wilayah tempat tinggalnya, manusia hidup dalam kesatuan sosial yang disebut masyarakat
(community) serta bangsa. Pengertian bangsa merupakan terjemahan dari kata nation (bahasa
Inggris). Kata nation berasal dari bahasa latin, natio, yang berarti sesuatu telah lahir. Kata itu
bermakna keturunan, kelompok orang yang berada dalam satu garis keturunan. Kata nation lalu
berkembang menjadi national yang artinya kebangsaan.

Bangsa menurut Otto Bauer (dalam Gordon: 1996) ialah suatu persatuan karakter maupun

perangai yang timbul karena persamaan nasib atau karakter (character gemeinschaft). Adapun
menurut Ernest Renant (1929), bangsa ialah kesatuan jiwa. Jiwa yang mengandung kehendak
untuk bersatu, orang-orang merasa diri satu serta mau bersatu. Dalam pengertian Prancis, bangsa
ialah ledesir d’etre ensemble. Bangsa dapat terdiri atas ratusan, ribuan, bahkan jutaan manusia,
tetapi sebenarnya merupakan kesatuan jiwa. Apabila semua manusia yang hidup di dalamya
mempunyai kehendak untuk bersatu maka sudah merupakan satu bangsa.
Ir. Soekarno (1984) kemudian menambahkan satu syarat lagi, yaitu tanah air sebagai tempat
tinggal orang-orang yang merasa satu tersebut. Kesatuan antara tempat serta orang-orang yang
merasa untuk bersatu itulah yang membentuk bangsa. Pendapatnya ini didukung oleh definisidefinisi dari Hans Kohn serta Jacobson dan Lipman. Pengertian bangsa menurut Hans Kohn
(Jerman) adalah sebagai buah hasil tenaga hidup dalam sejarah dan karena itu, selalu
bergelombang serta tidak pernah membeku. Sebuah bangsa meruapakan golongan yang beraneka
ragam serta tidak akan bisa dirumuskan secara eksak. Kebanyakan suku bangsa mempunyai
berbagai faktor objek tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain. Faktor itu berupa
persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat istiadat, kesamaan politik, perasaan, serta agama.
Sementara, pengertian bangsa menurut Jacobson dan Lipman adalah suatu kesatuan budaya dan
suatu kesatuan politik.
4. Unsur-unsur Bangsa
Benedict Anderson mengartikan bangsa sebagai komunitas politik yang dibayangkan dalam
wilayah yang jelas batasnya serta berdaulat. Ada tiga unsur pokok dari pengertian itu.
a. Komunitas politik yang dibayangkan

Suatu bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan karena pada anggota dari bangsa
yang paling kecil sekalipun tidak saling kenal.
Meskipun demikian, para anggota bangsa itu selalu memandang satu sama lain sebagai saudara
sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan banyak anggotanya rela
mati bagi komunitas yang dibayangkan itu.
b. Mempunyai batas wilayah yang jelas

Bangsa dibayangkan sebagai sesuatu yang pada hakikatnya bersifat terbatas. Bangsa-bangsa
yang paling besar sekalipun dengan penduduk ratusan juta jiwa mempunyai batas wilayah yang
relatif jelas. Di luar perbatasan itu akan ditemui wilayah bangsa-bangsa yang lain. Tidak satu
bangsa pun membayangkan dirinya meliputi semua umat manusia di bumi.
c. Berdaulat
Bangsa dibayangkan sebagai berdaulat. Ini karena sebuah bangsa berada di bawah suatu negara
yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah serta bangsa tersebut.
Berdasarkan unsur-unsur di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sekelompok manusia yang
berada dalam suatu wilayah tertentu yang mempunyai karakter, identitas, atau budaya yang khas,
serta bersatu dapat disebut bangsa. Di samping itu, suatu bangsa tunduk pada aturan tertentu
karena persamaan nasib, tujuan, dan cita-cita. Jadi, unsur-unsur suatu bangsa dapat disimpulkan
sebagai berikut.
a. Ada sekelompok manusia yang mempunyai kemauan untuk bersatu.

b. Berada dalam suatu wilayah tertentu.
c. Ada kehendak untuk membentuk atau berada di bawah pemerintahan yang dibuatnya sendiri.
d. Secara psikologis merasa senasib, sepenanggungan, setujuan, serta secita-cita.
e. Ada kesamaan karakter, identitas, budaya, bahasa, dan lain-lain sehingga dapat dibedakan
dengan bangsa lainnya.